Perseroan : Organisasi dan Operasi Karakteristik Perseroan Perseroan yaitu badan hukum yang terpisah. Perseroan dapat : 1. Mengambil, memiliki dan mengeluarkan suatu harta atas nama perseroan tadi 2. Menanggung kewajiban dan mengikat kontrak sesuai dengan ketentuan anggaran dasarnya (akte pendirian) Pemilikan perseroan dapat berupa beberapa kategori atau kelas yang terbagi dalam unit-unit yang dapat diperjualbelikan yang disebut lembar saham (shares of stock) Setiap lembar saham dari kelas tertentu mempunyai hak yang sama dan hak istimewa yang sama. Pemilik Perseroan (Pemegang Saham) dapat memperjualbelikan sahamnya tanpa menggangu kegiatan perseroan. Dengan kata lain, kelangsungan hidup perseroan tidak dipengaruhi oleh perubahan pemilikan. Pemegang saham perseroan mempunyai kewajiban terbatas. Artinya Perseroan bertanggung jawab atas tindakan dan kewajibannya dan oleh karenanya kreditor tidak mempertimbangkan aktiva di luar milik perseroan untuk jaminan kreditnya. Jadi kerugian keuangan yang ditanggung pemegang saham hanya sebesar jumlah yang ditanamnya. Pemegang saham, yang merupakan pemilik perseroan, mengawasi manajemen perseroan secara tidak langsung melalui pemilihan dewan komisaris. Sturktur Organisasi Perseroan Terbatas Pemegang Saham Dewan Komisaris Direksi Karyawan Sebagai kesatuan hukum yang terpisah, perseroan dikenai pajak tambahan pada saat pembentukannya dan pajak tahunan lainnya. Laba perseroan juga dikenai pajak penghasilan. Jika saat sisa laba dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen, maka dividen ini akan dikenai pajak sebagai penghasilan dari pribadi yang menerimanya. Ekuitas / Modal Pemegang Saham Modal Pemilik dalam perseroan disebut Shareholders’ equity, modal pemegang saham (Stockholders’ equity), investasi pemegang saham atau modal. 2 sumber utama modal pemegang saham yaitu: 1. Modal disetor (Paid-in Capital) atau contributed capital Investasi oleh pemegang saham 2. Laba yang ditahan (retained earnings) Laba bersih yang ditahan selama kegiatan bisnis. Bagian modal pemegang saham dalam neraca perseroan dibagi dalam sub-bagian berdasarkan sumber modal tersebut yaitu: Modal Pemegang Saham Modal disetor: Saham Biasa Laba yang ditahan Total modal pemegang saham 1.000.000 400.000 1.400.000 Modal disetor yang diperoleh dari pemegang saham dicatat dalam perkiraan yang sesuai dengan jenis saham. Besarnya laba yang ditahan merupakan saldo perkiraan ikhtisar rugi laba yang dipindahkan ke perkiraan laba yang ditahan pada akhir tahun fiskal. Perkiraan dividen, mendebet pembayaran dividen kepada pemegang saham, saldonya juga dipindahkan ke perkiraan laba yang ditahan. Jika terjadi rugi bersih yang menyebabkan perkiraan laba yang ditahan bersaldo debet, maka hal ini disebut defisit. Pada bagian modal pemegang saham di neraca, defisit dikurangkan dari modal disetor untuk menentukan total modal pemegang saham . Karakteristik Modal Saham Istilah umum yang dipakai untuk pemilikan saham perseroan ialah modal saham (capital stock). Banyaknya lembar saham yang dapat diterbitkan (modal dasar) tercantum dalam akte pendiriannya. Istilah diterbitkan digunakan untuk saham yang diterbitkan untuk pemegang saham . Saham-saham yang masih tersisa (berada) di tangan pemegang saham kemudian disebut saham yang beredar (stock outstanding) Pemilikan modal saham ada kalanya diberi nilai yang disebut nilai nominal. Nilai nominal ini dicetak pada sertifikat saham, yang merupakan bukti kepemilikan pemegang saham. Saham yang diterbitkan tanpa nilai nominal disebut saham tanpa nilai nominal. Jenis Saham Hak-hak utama yang menyertai kepemilikan lembar saham yaitu: 1. Hak Suara (right to vote) 2. Hak untuk memperoleh distribusi pendapatan 3. Hak istimewa/prioritas yaitu hak untuk mendapat bagian fraksional (kecil) yang sama dalam perseroan dengan membeli saham secara proporsional dalam hak penambahan/penerbitan saham yang baru 4. Hak atas aktiva dalam hak likuidasi Jika suatu perseroan hanya menerbitkan saham biasa, maka setiap lembar saham mempunyai hak sama. Suatu perseroan dapat menerbitkan satu atau lebih jensi saham dengan beberapa hak preferensi guna memperluas lingkup pasar investasi. Preferensi ini umumnya berkaitan dengan hak atas distribusi pendapatan. Saham yang demikian disebut saham preferen (Preferred Stock) Dewan komisaris mempunyai wewenang untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham, biasanya disebut sedang mengumumkan dividen (declare dividend). Suatu perseroan baik dengan saham preferen maupun dengan saham biasa dapat mengumumkan dividen saham biasa hanya setelah syarat-syarat dividen saham preferen telah dipenuhi (yang dapat dinyatakan dalam nilai moneter atau persentase dari nilai nominal) Contoh: Suatu perseroan menerbitkan 1.000 lembar saham preferen dengan hak dividen tahunan sebesar Rp 10 per lembar saham dan 4.000 lembar saham biasa yang beredar. Selama 3 tahun pertama operasinya, laba bersihnya berturut-turut adalah: Tahun pertama Tahun kedua Tahun ketiga Rp Rp Rp 30.000 55.000 100.000 Dewan komisaris menahan sebagian pendapatan tahunan tersebut dan mendistribusikan sisanya. Perhitungan distribusi dividen akan terlihat sebagai berikut: Laba bersih Jumlah yang ditahan Jumlah yang didistribusikan Dividen saham preferen (1.000 lembar) * Dividen saham biasa (4.000 lembar) ** Dividen per lembar saham Preferen *** Biasa **** Tahun Pertama 30.000 10.000 20.000 10.000 10.000 Tahun Kedua 55.000 20.000 35.000 10.000 25.000 Tahun Ketiga 100.000 40.000 60.000 10.000 50.000 10,00 2,50 10,00 6,25 10,00 12,50 Perhitungan: * Æ Dividen saham preferen = 10 /lbr * 1.000 lbr = 10.000 (untuk tahun 1,2 dan 3) ** Æ dividen saham biasa = jumlah yang didistribusikan – dividen saham preferen *** Æ Jumlah dividen saham preferen / jumlah lembar saham preferen **** Æ jumlah dividen saham saham / jumlah lembar saham biasa Saham Preferen Partisipasi dan Tanpa Partisipasi Dari contoh diatas sebelumnya, jelas bahwa pemegang saham preferen relatif mempunyai kepastian yang lebih besar daripada saham biasa dalam penerimaan dividen. Sebaliknya pemegang saham biasa mempunyai kemungkinan penerimaan dividen yang lebih besar daripada pemegang saham preferen. Pemegang saham preferen umumnya mempunyai hak preferensi atas dividen yang terbatas sampai jumlah tertentu. Saham demikian disebut tanpa partisipasi (nonparticipating) Sedangkan saham preferen dengan kemungkinan penerimaan dividen di atas dari jumlah tertentu disebut partisipasi (participating). Saham preferen mungkin berpartisipasi dengan saham biasa dalam beberapa derajat partisipasi, dan perjanjian dengan pemegang saham harus dipelajari untuk menentukan seberapa jauh partisipasi itu. Contoh: Asumsikan bahwa kontrak perseroan tersebut yang dalam contoh sebelumnya menyangkut saham preferen, menyatakan bahwa jika total dividen yang dibagikan melebihi jumlah yang dibagikan sebagai dividen saham preferen dan jumlah yang sebanding untuk dividen saham biasa, maka pemegang saham preferen akan membagi sisa dividen dengan pemegang saham biasa menurut perbandingan modal sahamnya. Sesuai dengan ketentuan ini, pendistribusian dividen sebesar Rp 60.000 pada tahun ketiga akan dialokasikan sebagai berikut: Dividen saham preferen (1.000 * 10) Dividen saham biasa (4.000 * 10) Sisanya dibagi ke 5.000 lembar secara ratarata (10.000 / 5.000 = Rp 2 per lembar) Total Dividen per lembar saham Saham Preferen Kumulatif dan Noncumulative Preferred Stock) Dividen Saham Preferen 10.000 - Dividen Saham Biasa 40.000 2.000 12.000 Rp 12 Tidak Total Dividen 10.000 40.000 8.000 48.000 Rp 12 Kumulatif (Cumulative 10.000 60.000 and Ketentuan tambahan yang dibuat untuk meyakinkan kesinambungan hak dividen saham preferen jika dewan komisaris tidak mengeluarkan atau mengumumkan dividen yang biasa. Hal ini ditegaskan dengan menyatakan bahwa dividen saham biasa tidak dapat dibayar selama dividen saham preferen tertunggak, maka dividen yang tidak dibagikan tersebut digabungkan dengan dividen tahun-tahun berikutnya sampai saat dividen dapat dibagikan. Saham preferen demikian disebut kumulatif. Sedangkan saham preferen non kumulatif adalah saham preferen yang bila pada suatu tahun tidak dibagikan dividen, maka hak pembagian dividen tersebut hilang. Contoh: Modal disetor suatu perusahaan terdiri dari 1.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp 100.000 serta 100 lembar saham preferen dengan tingkat dividen tetap 10% dan nilai nominal Rp 100.000 tiap lembar saham. Rapat Umum Pemegang Saham memutuskan untuk membagikan dividen sebagai berikut: Tahun 1992 1993 1994 1995 Jumlah dividen untuk saham biasa dan saham preferen Rp 16.000.000 Tidak ada Tidak ada Rp 25.000.000 Jumlah dividen yang diterima oleh masing-masing saham, jika saham preferen adalah saham preferen kumulatif dan non kumulatif adalah sebagai berikut Tahun 1992 1993 1994 1995 Total dividen 16.000.000 Tidak ada Tidak ada 25.000.000 Saham Preferen Kumulatif Saham Saham Biasa Preferen 1.000.000 15.000.000 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 3.000.000 22.000.000 Saham Preferen non Kumulatif Saham Saham Biasa Preferen 1.000.000 15.000.000 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 1.000.000 24.000.000 Terlihat dalam perhitungan di atas bahwa pada tahun 1995, dividen yang diterima oleh saham preferen kumulatif adalah Rp 3.000.000, di mana jumlah ini merupakan jumlah kumulatif dividen tahun 1993, 1994 dan 1995. Sebaliknya untuk saham preferen non kumulatif dividen-dividen yang tidak dibagikan dalam tahun 1993, dan 1994 hilang begitu saja dan tidak dapat digabungkan pada pembagian dividen tahun-tahun berikutnya. Hak Preferensi Lainnya Saham preferen mungkin diberi preferensi atas klaim aktiva perseroan dalam hal likuidasi. Jika aktiva yang tersisa setelah pembayaran kepada kreditor tidak cukup untuk mengembalikan modal yang ditanam dalam kedua golongan saham, maka pembayaran pertama akan diberikan ke pemegang saham preferen dan sisanya baru ke pemegang saham biasa. Perbedaan lain menyangkut saham preferen dan saham biasa ialah bahwa saham preferen tidak mempunyai hak suara. Dalam kasus yang khusus, hak dari satu golongan saham ditentukan oleh akte pendirian / anggaran dasar, sertifikat saham ata perjanjian-perjanjian lainnya. Penerbitan Modal Saham Ayat jurnal untuk mencatat investasi pemegang saham dalam perseroan serupa dengan investasi pemilik alam jenis perusahaan lainnya, yakni kas dan aktiva lainnya yang diterima disebelah debit dan kewajiban yang timbul di kredit. Pengkreditan ke perkiraan modal pemegang saham agak berbeda untuk setiap golongan saham. Contoh Penerbitan saham sebesar nilai nominal Perseroan dengan modal dasar 10.000 lembar saham preferen bernilai nominal Rp 100 dan 100.00 lembar saham biasa, bernilai nominal Rp 20, menerbitkan ¾ modal dasarnya untuk setiap jenis saham dengan penjualan tunai seharga nilai nominalnya. Jurnal untuk mencatat investasi pemegang saham dan penerimaan kas yaitu: Kas Saham Preferen Saham Biasa 2.250.000 750.000 1.500.000 Perhitungan: ¾ * 10.000 lbr = 7.500 lbr * Rp 100 = 750.000 ¾ * 100.000 lbr = 75.000 lbr * Rp 20 = 1.500.000 Saham dengan nilai nominal sering kali dijual oleh perseroan dengan harga di atas nilai nominal atau dibawah nilai nominal. Jika saham dijual di atas nilai nominal, maka kelebihan di atas nilai nominal itu disebut Agio (Premium). Jika saham dijual di bawah nilai nominal, maka perbedaan itu disebut disagio (discount). Jadi jika saham dengan nilai nominal sebesar Rp 100, kemudian dijual dengan harga Rp 110, maka terdapat agio sebesar Rp 10. Jika saham dengan nilai nominal sebesar Rp 100, kemudian dijual dengan harga Rp 90, maka terdapat disagio sebesar Rp 10. Secara umum yang mempengaruhi harga saham yang akan dijual oleh perseroan yaitu: 1. Kondisi keuangan atau finansial, catatan pendapatan dan dividen perseroan itu 2. Kemampuan potensialnya untuk menghasilkan pendapatan 3. Tersedianya dana untuk tujuan investasi 4. Kondisi dan prospek bisnis serta perekonomian pada umumnya Agio dan Disagio Saham (Premium and Discount on Stock) Jika modal saham dijual diatas nilai nominal, maka kas atau aktiva lain di debet sejumlah yang diterima. Perkiraan saha kemudian di kredit sejumlah nilai nominalnya, dan perkiraan agio saham, atau sering disebut Modal disetor di atas Nilai Nominal (Paid-In Capital In Excess of Par) dikredit sejumlah agio tersebut. Contoh penerbitan saham di atas nilai nominal Carbil Company menjual 2.000 lembar saham preferen dengan nilai nominal sebesar Rp 1.000 per lembar saham dengan harga Rp 1.200 per lembar secara tunai. Jurnal untuk mencatat transaksi di atas yaitu: Kas Saham Preferen Modal disetor di atas nilai Nominal (Agio) – Saham Preferen 2.400.000 2.000.000 400.000 Agio (Premium) sebesar Rp 400.000 merupakan bagian investasi pemegang saham dan karenanya juga bagian modal yang disetor (paid-in capital). Jika modal saham dijual di bawah nilai nominal, maka kas atau aktiva lainnya di debet sejumlah yang diterima, dan perkiraan disagio didebet sejumlah disagionya. Disagio atas modal saham dikurangkan dari nilai nominal modal saham dalam sub-bagian modal disetor dari ekuitas / modal pemegang saham. Pelaporan Agio Modal Saham pada Neraca Cara untuk menyajikan agio modal saham dalam bagian modal pemegang saham di neraca dapat diilustrasikan sebagai berikut: Modal Pemegang Saham Modal disetor: Saham preferen 10%, kumulatif, nilai nominal Rp 50 (2.000 lembar diotorisasi dan diterbitkan) Kelebihan harga jual di atas nilai nominal Saham Biasa, nilai nominal Rp 25 (50.000 lembar diotorisasi, 20.000 lembar diterbitkan) Kelebihan harga jual di atas nilai nominal Total modal di setor Laba yang ditahan Total modal pemegang saham 100.000 10.000 500.000 40.000 110.000 540.000 650.000 175.000 825.000 Bagian modal pemegang saham di bawah ini menggambarkan pelaporan sejumlah defisit dan beberapa perbedaan dalam terminologi dari contoh di atas. Modal Pemegang Saham Modal disetor: Saham preferen Rp 3, kumulatif, nilai nominal Rp 250.000 25 (10.000 lembar diotorisasi dan diterbitkan) Agio saham preferen 20.000 Saham Biasa, nilai nominal Rp 10 (200.000 lembar diotorisasi, 100.000 lembar diterbitkan) Agio saham biasa Total modal di setor Dikurangi defisit Total modal pemegang saham 1.000.000 100.000 270.000 1.100.000 1.370.000 75.000 1.295.000 Penerbitan Saham untuk Aktiva Selain Kas Jika saham dijual dengan pertukaran aktiva selain kas (seperti tanah, bangunan, dll) maka aktiva yang diperoleh harus dicatat menurut harga pasar wajarnya atau harga pasar wajar dari saham yang diterbitkan, dimana salah satu diantaranya yang paling objectif dapat ditentukan. Contoh: Suatu perseroan memperoleh tanah yang sukar dinilai harga pasar wajarnya, untuk ditukar dengan 10.000 lembar saham biasa yang diterbitkan perseroan tersebut dengan nilai nominal Rp 1.000 dan harga pasar Rp 1.250 per lembar saham. Transaksi di atas di catat dalam jurnal umum sebagai berikut: Tanah Saham Biasa Kelebihan modal di setor di atas nilai nominal (Agio) – Saham Biasa 12.500.000 10.000.000 2.500.000 Penerbitan Saham Tanpa Nilai Nominal (No-Par Stock) Jika suatu saham diterbitkan tanpa nilai nominal (no-par stock) dan terjual, maka hasil penjualan seluruhnya dikreditkan ke perkiraan modal saham, meskipun harga jualnya berbeda dari waktu ke waktu. (Untuk sementara di Indonesia penerbitan saham tanpa nilai nominal masih belum diijinkan) Contoh: Pada waktu pembentukan suatu perseroan diterbitkan 10.000 lembar saham biasa tanpa nilai nominal seharga Rp 400 per lembar saham. Kemudian suatu saat diterbitkan lagi 1.000 lembar saham tambahan seharga Rp 360, maka ayat jurnal yang dibuat adalah: Kas Saham Biasa 4.000.000 Kas Saham Biasa 360.000 4.000.000 360.000 Konsep awal dari saham tanpa nilai nominal yaitu bahwa hasil seluruh penjualan saham tanpa nilai nominal harus dipandang sebagai modal dasar (legal capital). Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa saham tanpa nilai nominal dapat diberi nilai ditetapkan (stated value) per lembar dan kelebihan penjualan atas nilai ditetapkan dapat di kredit ke Kelebihan Modal Disetor di atas Nilai Ditetapkan (Paid-in Capital in Excess of Stated Value). Contoh Sebuah perseroan menerbitkan 10.000 lembar saham biasa tanpa nilai nominal seharga Rp 400 per lembar saham. Nilai yang ditetapkan untuk saham biasa ini adalah sebesar Rp 250 per lembar saham. Transaksi tersebut dicatat sebagai berikut: Kas Saham Biasa Kelebihan modal disetor di atas nilai ditetapkan 4.000.000 2.500.000 1.500.000 Subskripsi / Pesanan dan Penerbitan Saham (Subscriptions and Stock Issuance) Dalam situasi tertentu, perseroan dapat menjual sahamnya langsung kepada investor atau pihak lainnya seperti karyawan, dan pembeli dapat membuat perjanjian dengan perseroan itu untuk mensubskrip saham dengan harga tertentu per lembar saham. Syarat perjanjian ini mungkin berupa pembayaran penuh di kemudian hari atau pembayaran cicilan (Installment payment) dalam periode waktu tertentu. Jika saham dipesan pada nilai nominal, maka : • harga pesanan tersebut didebet ke perkiraan aktiva: Piutang Pesanan saham (Stock Subscription Receivable) • Dikredit ke perkiraan Modal Saham: Pesanan Saham (Stock Subscribed) Jika saham dipesan dengan harga di atas atau dibawah nilai nominal maka: • Perkiraan Piutang Pesanan Saham didebit sebesar harga pesanan. • Perkiraan Pesanan Saham di kredit sebesar nilai nominal, dan • Perbedaan antara harga pesanan dan nilai nominal di debet ke perkiraan disagio atau dikredit ke perkiraan agio, tergantung kasusnya. Setelah pemesan telah memenuhi pembayaran yang telah disetujui, perseroan menerbitkan sertifikat saham. Perkiraan Pemesanan Saham kmeudian didebet sebesar total nilai nominal saham yang diterbitkan dan perkiraan modal saham di kredit sebesar jumlah yang sama. Ilustrasi untuk pemesanan dan penerbitan saham. Lawyer Corp. Menerima pesanan saham, memungut kas, dan menerbitkan sertifikat saham sesuai dengan transaksi berikut dibawah ini: 1 maret Menerima pesanan 10.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp 20, dari berbagai pemesan dengan harga Rp 21 per lembar dan menerima uang muka sebesar 40% dari harga pesanan. Mar 1 Piutang Pemesanan Saham Biasa Pesanan Saham Biasa Agio – Saham Biasa (Penerimaan Pesanan saham) 210.000 200.000 10.000 Kas Piutang Pemesanan Saham Biasa (Penerimaan uang muka 40%) 84.000 84.000 Perhitungan: Piutang Pemesanan Saham Biasa Æ 10.000 lbr * Rp 21 = 210.000 (dicatat sebesar harga pasar) Pesanan Saham Biasa Æ 10.000 * Rp 20 = 200.000 (dicatat sebesar nilai nominal) Agio saham biasa Æ 210.000 – 200.000 = 10.000 (selisih antara harga pasar dan nilai nominal) Penerimaan uang muka = 40% * 210.000 = 84.000 1 Mei 1 Mei 1 Juli 1 Juli Menerima pembayaran 30% dari harga pesanan dari semua pemesan. Kas Piutang Pemesanan Saham Biasa Penerimaan pembayaran 30% 63.000 63.000 Menerima pembayaran terakhir 30% dari harga pesanan dari semua pemesan dan menerbitkan sertifikat saham. Kas Piutang Pemesanan Saham Biasa Penerimaan pembayaran 30% Pesanan Saham Biasa Saham Biasa Penerbitan sertifikat saham 63.000 63.000 200.000 200.000 Jika neraca disusun setelah transaksi tanggal 1 Maret, maka penyajiannya adalah sebagai berikut: Aktiva Aktiva Lancar: Kas Piutang Pesanan Saham Biasa Total Aktiva 84.000 126.000 210.000 Modal Pemegang Saham Modal disetor: Pesanan saham Biasa Kelebihan harga jual d atas nilai nominal Total Modal Pemegang Saham 200.000 10.000 210.000 Jika semua pembayaran dari pesanan tersebut ditelah dilunasi, maka perkiraan Piutang Pesanan Saham akan mempunyai saldo nol. Kemudian sertifikat saham diterbitkan dan perkiraan Pesanan Saham biasa juga akan mempunyai saldo nol. Hasil akhir dari serangkaian transaksi di atas ialah: • Kas bersaldo sebesar Rp 210.000 (Dr) • Saham Biasa bersaldo sebesar Rp 200.000 (Cr) • Agio Saham Biasa bersaldo sebesar Rp 10.000 (Cr) Saham Treasuri (Treasury Stock) Istilah Saham Treasury hanya dapat dipakai untuk saham perseroan yang: • Telah diterbitkan dan disetor penuh • Di kemudian hari dimiliki (atau dibeli) kembali oleh perseroan tersebut • Tidak pernah dibatalkan atau di ganti Saham treasury tidak mempunyai: • Hak suara, • Hak membeli terlebih dahulu (preemptive right) dalam hal penerbitan saham tambahan • Hak dalam dividen kas. Jika suatu perseroan membeli sahamnya sendiri, hal ini merupakan pengembalian modal kepada pemegang saham yang telah membeli saham tersebut. Ada beberapa metode akuntansi untuk pembelian dan penjualan kembali saham treasuri. Metode yang umum dipakai adalah dasar harga perolehan (Cost Basis). Jika saham dibeli oleh perseroan, maka: • Perkiraan Saham Treasury di debet sejumlah harga yang dibayar untuk pembelian itu. • Perkiraan Kas di kredit sejumlah harga yang dibayar untuk pembelian itu. Dalam hal ini nilai nominal dan harga jual saham mula-mula tidak diperhatikan Ketika saham itu dijual kembali, maka: • Perkiraan Saham Treasury di kredit sejumlah harga yang dibayar • Selisih antara harga beli dan harga jual di debet atau dikredit ke perkiraan Modal disetor dari Penjualan Saham Treasury (Paid-In Capital from Sale of Treasury Stock) • Kas di debet sebesar kas yang diterima Contoh Saham Treasury dengan metode Harga Perolehan Diasumsikan bahwa modal disetor suatu perseroan terdiri dari saham biasa yang diterbitkan dengan agio, yang dapat di rinci sebagai berikut: Saham Biasa, nilai nominal Rp 25 (20.000 lembar diotorisasi dan diterbitkan) Kelebihan harga jual di atas nilai nominal Rp 500.000 Rp 150.000 Pembelian 1.000 lembar saham treasuri seharga Rp 45 per lembar saham Saham Treasuri 45.000 Kas Sebagai catatan, harga sebesar Rp 45 adalah harga perolehan saham 45.000 Menjual 200 lembar saham treasuri seharga Rp 60 per lembar saham Kas 12.000 Saham Treasuri 9.000 Modal disetor dari Penjualan Shm Treasury 3.000 Harga perolehan saham sebesar Rp 45, dijual sebesar Rp 60, artinya terdapat selisih lebih sebesar Rp 15 per lembar saham Menjualan 200 lembar saham treasuri seharga Rp 40 per lembar saham Kas Modal Disetor dari penjualan saham treasury Saham Treasuri Harga perolehan saham sebesar Rp 45, dijual sebesar Rp 40, artinya terdapat selisih kurang sebesar Rp 5 per lembar saham Laporan modal pemegang saham di neraca akan terlihat sebagai berikut: Modal Pemegang Saham Modal disetor: Saham biasa, nilai nominal Rp 25 (20.000 lembar diotorisasi dan diterbitkan Kelebihan harga jual di atas nilai nominal – saham biasa Dari penjualan saham treasuri Total modal disetor Laba ditahan Total Dikurangi saham treasuri (600 lembar menurut harga perolehan) Total modal pemegang saham 500.000 150.000 650.000 2.000 652.000 130.000 782.000 27.000 755.000 Pada bagian modal pemegang saham di neraca memperlihatkan bahwa 20.000 lembar saham telah diterbitkan, dan terdapat 600 lembar di antaranya merupakan saham treasuri. Artinya saham yang beredar sebenarnya sebanyak 19.400 lembar. Jika dividen kas diumumkan pada saat ini, maka dividen kas hanya diperuntukan bagi 19.400 lembar saham itu saja. Artinya saham treasuri tidak berhak atas dividen kas. Selain itu 19.400 lembar saham tersebut mempunyai hak suatu pada rapat pemegang saham. Jika penjualan saham treasuri mengakibatkan penurunan bersih pada modal disetor, maka penurunan tersebut dapat dilaporkan di neraca sebagai: • Pengurangan modal disetor • Di debet ke perkiraan laba yang ditahan Pemecahan Saham (Stock Split) Perseroaan mungkin melakukan pengurangan nilai nominal atau nilai ditetapkan saham biasanya dan menerbitkan saham-saham baru dalam jumlah yang proprosional. Dengan kata lain perseroan telah memecahan sahamnya dan proses ini disebut pemecahan saham (stock split) Tujuan utama dari stock split yaitu untuk mengurangi harga pasar per saham. Selanjutnya pengurangan harga pasar per saham dapat menarik lebih banyak investor untuk membeli saham dan memperluas jenis serta jumlah pemegang saham. Jika saham dipecahkan maka penurunan nilai nominal atau nilai yang ditetapkan berlaku bagi seluruh saham, termasuk saham yang belum diterbitkan dan juga saham treasuri. Contoh: Diasumsikan bahwa PT Rejeki memiliki 10.000 lembar saham biasa yang beredar dengan nilai nominal Rp 100 dan harga pasar saham tersebut sebesar Rp 150 per lembar saham. Dewan komisaris mengumumkan pemecahan saham, yaitu 1 lembar saham yang bernilai nominal Rp 100 dipecah menjadi 5 lembar saham yang bernilai nominal Rp 20. Akibatnya jumlah lembar saham biasa yang semula sebanyak 10.000 lembar setelah dipecah menjadi 50.000 lembar. Nilai saham biasa yang beredar baik sebelum maupun setelah pemecahan saham tetap sama yaitu sebesar Rp 1.000.000, hanya jumlah lembar saham dan nilai nominal saham yang berubah. Karena setelah pemecahan saham jumlah saham yang beredar menjadi bertambah banyak, diperkirakan juga bahwa harga pasar juga akan menurun. Diasumsikan pada contoh diatas, setelah melakukan stock split, jumlah saham yang beredar menjadi 5 kali lipat dan harga pasar saham diperkirakan akan menjadi Rp 30 (Rp 150/5 Æ Rp 150 adalah harga pasar sebelum pemecahan saham ). Karena pemecahan saham hanya mengubah: • Nilai nominal saham atau nilai yang ditetapkan dan • Jumlah saham yang beredar Hal ini tidak perlu dicatat dalam ayat jurnal tapi rincian mengenai stock split harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Akuntansi untuk Dividen Jika dewan komisaris mengumumkan dividen tunai, berarti dewan komisaris bermaksud mendistribusikan sebagian kas perseroan kepada para pemegang sahamnya. Sedangkan jika dewan komisaris mengumumkan dividen saham, berarti dewan komisaris telah menyetujui distribusi atas sebagian saham biasanya. Pengumuman dividen baik dividen tunai maupun dividen saham, akan mengurangi Laba ditahan (Retained Earning) perseroan. Dividen Tunai (Cash Dividen) Dividen tunai yaitu distribusi laba dalam bentuk kas oleh sebuah perseroan kepada para pemegang sahamnya. Dividen tunai merupakan bentuk dividen yang paling umum. Kondisi-kondisi yang harus dipenuhi agar dapat membayar dividen tunai, yaitu: 1. Laba yang ditahan mencukupi 2. Kas yang memadai 3. Tindakan formal dari dewan komisaris Saldo laba ditahan (retained earning) yang tinggi tidak berarti tersedianya banyak kas untuk membayar dividen. Contoh pengumuman dividen secara tunai di surat kabar: “pada tanggal 26 juni, Dewan komisaris PT Komik mengumumkan dividen tunai kuartalan sebesar $ 0.33 per lembar saha biasa kepada para pemegang saham yang tercatat per penutupan bisnis pada tanggal 8 juli dan terhutang sejak 31 juli. “ Ada 3 tanggal penting pada saat pengumuman dividen, yaitu: 1. Tanggal pengumuman (26 juni) Dewan komisaris mengumumkan dividen tunai 2. Tanggal pencatatan (8 juli) Kepemilikan saham menentukan siapa yang akan menerima dividen (tidak diperlukan ayat jurnal) 3. Tanggal pembayaran (31 juli) Pembayaran dividen Selama periode waktu antara tanggal pencatatan (08 juli) dan tanggal pembayaran (31 juli) harga saham biasanya dikuotasikan sebagai penjualan ex-dividends yang berarti bahwa setiap investor yang membeli saham setelah tanggal pencatatan tidak akan menerima dividen. Contoh: Diasumsikan bahwa pada tanggal 1 desember, dewan komisaris PT Komik mengumumkan dividen tunai kuartalan sebagai berikut: Tanggal pencatatannya yaitu 10 desember Tanggal pembayarannya yaitu 02 januari (tahun berikutnya) Saham preferen, nilai nominal Rp 100, 5.000 lbr Saham biasa, nilai nominal Rp 10, 100.000 lbr Total Dividen per saham Rp 25 Rp 3 Total dividen Rp 125.000 Rp 300.000 Rp 425.000 Pada tanggal 1 desember, PT Komik akan mencatat hutang dividen sebesar Rp 425.000 sebagai berikut: Des 1 Dividen Tunai Hutang Dividen tunai (pengumuman dividen tunai) 425.000 425.000 Pada tanggal 10 desember, tidak ada ayat jurnal yang dibuat, karena tanggal ini hanya menentukan pemegang saham mana saja yang berhak menerima dividen. Pada tanggal 02 januari (tahun berikutnya) perseroan akan mencatat pembayaran dividen sebesar Rp 425.000 sebagai berikut: Jan 2 Hutang dividen tunai Kas 425.000 425.000 Diasumsikan tahun fiskal PT Komik berakhir pada tanggal 31 Desember, maka saldo dividen tunai akan ditransfer ke perkiraan Laba ditahan (retained earning) sebagai bagian dari proses penutupan dengan cara: • Mendebit perkiraan laba ditahan dan • Mengkredit perkiraan dividen tunai Perkiraan hutang dividen tunai, akan dilaporkan pada neraca per 31 desember sebagai bagian dari kewajiban lancar. Sebagai tambahan, saham treasuri tidak berhak atas dividen tunai maka pada saat mengumumkan dividen tunai, maka dividen tidak dibayarkan atas saham treasuri. Des 15 Dividen saham (100.000 * 31) Dividen saham yang dapat didistribusikan Agio saham biasa 3.100.000 2.000.000 1.100.000 Saldo dividen saham sebesar Rp 3.100.000 di tutup ke perkiraan laba ditahan pada tanggal 31 desember. Perkiraan dividen saham yang dapat didistribusikan dilaporkan pada seksi “Modal Disetor” pada neraca. Jadi dampak dividen saham yaitu berpindahnya laba ditahan sebesar Rp 3.100.000 ke modal disetor. Pada tanggal 10 januari, jumlah saham yang beredar meningkat sebanyak 100.000 lembar, dan ayat jurnal untuk mencatat penerbitan saham yaitu sebagai berikut: Jan 10 Dividen saham yang dapat didistribusikan Saham Biasa 2.000.000 2.000.000 Dividen Saham (Stock Dividen) Dividen saham merupakan distribusi saham kepada para pemegang sahamnya. Distribusi semacam ini dapat berupa saham biasa dan diterbitkan kepada para pemegang saham biasa. Dampak dividen saham terhadap ekuitas pemegang saham perusahaan penerbitnya yaitu berpindahnya laba ditahan ke modal di setor Bagi perseroan publik, jumlah yang ditransfer dari laba ditahan ke modal disetor biasanya sebesar nilai wajar (harga pasar) dari saham-saham yang diterbitkan sebagai dividen saham. Contoh: Diasumsikan bahwa perkiraan ekuitas pemegang saham Hanasa Corp. per 15 desember adalah sebagai berikut: Saham Biasa, nilai nominal Rp 20 ( 2 juta lembar diterbitkan) 40.000.000 Agio – Saham Biasa 9.000.000 Laba ditahan 26.600.000 Pada tanggal 15 desember, dewan komisaris mengumumkan dividen saham sebesar 5% atau 100.000 lembar saham (2.000.000 lembar * 5%) yang akan diterbitkan pada tanggal 10 januari (tahun berikutnya) kepada para pemegang saham yang tercatat per 31 desember. Harga pasar pada tanggal pengumuman adalah Rp 31 per 31 saham. Ayat jurnal untuk mencatat pengumuman tersebut yaitu sebagai berikut: Des 15 Dividen Saham Dividen saham yang dapat didistribusikan Agio Saham Biasa Perhitungan: 3.100.000 2.000.000 1.100.000 3.100.000 = 100.000 * Rp 31 2.000.000 = 100.000 * Rp 20 1.100.000 = 3.100.000 – 1.100.000 Keterangan: Saldo dividen saham sebesar Rp 3.100.000 akan ditutup ke perkiraan Laba di tahan (Retained Earning) pada tanggal 31 desember. Perkiraan dividen saham yang dapat didistribusikan dilaporkan pada seksi Modal di setor (Paid In Capital). Kesimpulannya bahwa dampak daripada dividen saham yaitu: berpindahnya Laba ditahan (Retained Earning ke Modal disetor (Paid In Capital) Pada tanggal 10 januari (tahun berikutnya), jumlah saham yang bereda meningkat sebanyak 100.000 lembar. Ayat jurnal untuk penerbitan saham adalah sebagai berikut: Jan 10 Dividen saham yang dapat didistribusikan Saham Biasa 2.000.000 2.000.000 Dividen saham tidak mengubah total aktiva, kewajiban atau ekuitas pemegang saham perseroan. Selain itu juga tidak mengubah proporsi kepemilikan dari masing-masing pemegang saham. Contoh: Jika salah seorang pemegang saham mempunyai 1.000 lembar saham, dan total dari saham yang beredar sebanyak 10.000 lembar, berarti pemegang saham tersebut memiliki 10% dari total saham yang beredar (10.000 / 100.000). Jika diumumkan bahwa dividen saham sebesar 6% akan dibagikan ke para pemegang saham, berarti perseroan akan menerbitkan sebanyak 600 lembar saham (10.000 * 6%). Akibat dari adanya dividen saham tersebut yaitu: Total saham yang beredar meningkat menjadi 10.600 lembar (10.000 + 600) Salah satu pemegang saham yang semula mempunyai 1.000 lembar saham sekarang mempunyai 1.060 lembar (1.000 + (1.000 *6%)) Proporsi kepemilikannya tetap 10% yaitu (1.060 / 10.600) * 100% Modal Per Lembar Saham (Equity Per Share) Jumlah yang disajikan dalam neraca yakni keseluruhan modal pemegang saham dapat dinyatakan sebagai modal atau ekuitas per lembar saham. Istilah lain untuk menyebutkan modal yang teralokasi per satu lembar saham adalah nilai buku per lembar saham (book value per share) Jika perseroan hanya memiliki satu golongan saham, maka modal per lembar saham di hitung dengan cara: (Jumlah modal pemegang saham / jumlah saham yang beredar) Sedangkan untuk perseroan yang mempunyai baik saham preferen maupun saham biasa, maka: 1. Harus mengalokasikan total modal di antara kedua golongan saham itu dan dalam mengolokasikan itu, harus mempertimbangkan hak likuidasi saham preferen termasuk hak partisipasi dan hak dividen kumulatif. 2. Menentukan modal per lembar saham untuk setiap golongan saham dengan cari : (jumlah total modal yang dialokasikan / jumlah saham beredar yang bersangkutan) Contoh: Pada akhir tahun fiskal berjalan, perseroan yang mempunyai baik saham preferen maupun saham biasa yang beredar, tidak mempunyai dividen saham preferen yang tertunggak, dan saham preferen akan menerima Rp 105 pada saat likuidasi. Saldo perkiraan modal pemegang saham perseroan tersebut dan perhitungan modal per lembar saham adalah sebagai berikut: Modal Pemegang Saham Saham preferen Rp 9, kumulatif, nilai nominal Rp 100 (1.000 lembar saham beredar) Kelebihan harga jual di atas nilai nominal – saham preferen Saham Biasa, nilai nominal Rp 10 (50.000 lembar saham beredar) Kelebihan harga jual di atas nilai nominal – saham biasa Laba yang ditahan Total modal / ekuitas 100.000 2.000 500.000 50.000 253.000 905.000 Alokasi Total Modal ke Saham Preferen dan Saham Biasa Total Modal Dialokasikan ke saham preferen: Nilai Likuidasi Dialokasikan ke saham biasa Saham Preferen : Saham Biasa : 905.000 105.000 800.000 Modal Per lembar Saham 105.000 : 1.000 lembar saham = Rp 105 per lembar saham 800.000 : 50.000 lembar saham = Rp 16 per lembar saham Jika diasumsikan terdapat hak saham preferen atas dividen yang tertunggak pada saat likuidasi, dan adanya dividen saham preferen yang tertunggak untuk masa 2 tahun, maka perhitungan pada ilustrasi di atas akan menjadi sebagai berikut: Alokasi Total Modal ke Saham Preferen dan Saham Biasa Total Modal Dialokasikan ke saham preferen Nilai likuidasi Dividen yang tertunggak Dialokasikan ke saham biasa Saham Preferen : Saham Biasa : 905.000 105.000 18.000 Modal Per Lembar Saham 123.000 : 1.000 lembar saham = Rp 123,00 per lembar saham 782.000 : 50.000 lembar saham = Rp 15,64 per lembar saham 123.000 782.000