laporan singkat

advertisement
LAPORAN SINGKAT
RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN
KEJAKSAAN AGUNG RI
---------------------------------(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN)
Tahun Sidang
Masa Persidangan
Rapat ke
Sifat
Jenis Rapat
Hari/tanggal
Pukul
Tempat
Ketua Rapat
Sekretaris Rapat
Hadir
Ijin
Acara
: 2006-2007
: III
:
: Terbuka
: Rapat Kerja Komisi III DPR RI
: Kamis, 8 Pebruari 2007
: 19.55 – 23.00 WIB.
: Ruang Rapat Komisi III
: Trimedya Panjaitan,SH/ Ketua Komisi III DPR RI.
: Juliasih, SH / Kepala Bagian Set.Komisi III DPR-RI.
: 28 orang Anggota dari 45 Anggota Komisi III DPR-RI.
: 16 orang anggota.
: Membicarakan tindaklanjut proses hukum terhadap dugaan
kasus-kasus pelanggaran HAM (seperti peristiwa Trisakti,
Semanggi I dan II, Kerusuhan Mei 1998, serta peristiwa
Penghilangan 13 orang aktivis secara paksa periode 1997 –
1998.
KESIMPULAN/KEPUTUSAN
I. PENDAHULUAN
Rapat Kerja Komisi III DPR RI dibuka 1955 WIB oleh Ketua Komisi III DPR RI,
Trimedya Panjaitan,SH dengan agenda rapat sebagaimana tersebut diatas.
II. POKOK-POKOK PEMBAHASAN
Daftar Pertanyaan tertulis Komisi III DPR RI sebagai berikut:
1. Komisi III DPR RI meminta Jaksa Agung untuk menjelaskan kembali secara rinci
alasan menolak menindaklanjuti hasil penyelidikan Komisi Nasional (Komnas)
Hak Asasi Manusia tentang kasus penghilangan secara paksa tahun 1997-1998,
serta agar diuraikan argumen hukum dari sikap Kejaksaan Agung tersebut
berikut ketentuan pasal perundang-undangan yang menyebut secara spesifik
bahwa penyidikan kasus pelanggaran HAM yang terjadi sebelum lahirnya UU
Nomor 26 Tahun 2000 harus didahului dengan pembentukan Pengadilan HAM
Ad Hoc.
D:\317509224.doc
1
2. Komisi III DPR RI meminta penjelasan Jaksa Agung tentang perkembangan
terakhir proses hukum atau tindak lanjut kasus Trisakti, Semanggi I, dan
Semanggi II sesuai hasil penyelidikan Komisi Penyelidikan dan Pelanggaran
(KPP) HAM Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II, serta penjelasan tentang
perkembangan penanganan atau tindak lanjut kasus Kerusuhan Mei 1998.
Hal-hal yang menjadi pokok pembicaraan yang berkembang dalam rapat antara lain:
1. Sehubungan terjadinya peristiwa Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II, Komnas
HAM telah melakukan penyelidikan. Dari hasil penyelidikan, telah menemukan
adanya bukti permulaan yang cukup telah terjadi pelanggaran HAM yang berat
dalam Peristiwa tersebut. Pelanggaran HAM tersebut berupa pembunuhan,
penganiayaan, penghilangan paksa, perkosaan, perampasan kemerdekaan dan
kebebasan fisik yang dilakukan secara terencana, sistematis, serta meluas yang
semuanya itu merupakan pelanggaran HAM yang digolongkan kedalam
kejahatan terhadap kemanusiaan.
2. Kerusuhan 13 – 15 Mei 1998 terjadi dalam bentuk kerusuhan massal yang
meliputi berbagai tindakan pembunuhan, penganiayaan, perusakan,
pembakaran, penjarahan, penghilangan paksa, dan perkosaan.
Atas dasar tuntutan masyarakat serta keyakinan perlunya pencegahan upaya
impunitas dan keharusan menyelesaikan pelanggaran HAM yang berat dengan
UU No.26 Tahun 2000. Komnas HAM membentuk Tim ad hoc penyelidikan
untuk peristiwa Kerusuhan Mei 1998. Dari hasil penyelidikan, terdapat indikasi
adanya pelanggaran HAM yang berat pada peristiwa tersebut dan hasil
penyelidikan telah diserahkan kepada Jaksa Agung guna ditindaklanjuti.
5. Penyelidikan proyustisia pelanggaran HAM yang berat pada peristiwa
Penghilangan Orang Secara Paksa 1997 – 1998, yang dilakukan Komnas HAM
mulai 1 Oktober 2005 sampai dengan 30 September 2006 menyimpulkan
terdapatnya bukti permulaan yang cukup terjadinya pelanggaran HAM yang
berat dalam peristiwa tersebut untuk dilakukan penyidikan. Kesimpulan hasil
penyelidikan tersebut telah disampaikan kepada Jaksa Agung, agar penyidikan
dalam Peristiwa tersebut dapat segera dilakukan.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut diatas, Komisi III DPR RI meminta penjelasan
Jaksa Agung tentang upaya melakukan terobosan hukum atas kebuntuan hukum
dalam penanganan kasus penghilangan orang secara paksa tahun 1997-1998,
kasus Trisakti, dan kasus Semanggi I dan Semanggi II sebelum ada
rekomendasi DPR RI untuk pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc.
6. Keputusan DPR RI masa lalu terhadap hasil Pansus Trisakti, Semanggi I dan
Semanggi II tidak bisa di Carry Over oleh DPR RI saat ini.
7. Apa upaya dan strategi Jaksa Agung terhadap kebuntuan dalam penanganan
peristiwa TSS.
8. Apa kendala Jaksa Agung untuk memulai penyelidikan dalam menangani hasil
rekomendasi Komnas HAM terhadap peristiwa Trisakti, Semanggi I, Semanggi II,
kerusuhan Mei 1998, dan peristiwa penghilangan orang secara paksa tahun
1997 – 1998.
9. Siapa yang akan bertanggungjawab dalam pelanggaran HAM.
10. Apakah dimungkinkan kasus pelanggaran HAM diselesaikan melalui Pengadilan
HAM biasa, misalnya dalam Pengadilan kasus Priok dan Timor Timur.
11. Pasal 43 UU No.26/2000 tidak mensyaratkan pembentukan Pengadilan HAM
dibentuk sebelum dilakukannya penyidikan.
12. Apakah Kejaksaan Agung telah melakukan konsultasi dengan Presiden
mengenai kasus pelanggaran HAM peristiwa Trisakti, Semanggi I, Semanggi II,
kerusuhan Mei 1998, dan peristiwa penghilangan orang secara paksa tahun
1997 – 1998.
D:\317509224.doc
2
13. Kejaksaan Agung harus mempunyai willingness terhadap hasil penyelidikan
Komnas Ham yang menyatakan peristiwa Trisakti, Semanggi I, Semanggi II,
kerusuhan Mei 1998, dan peristiwa penghilangan orang secara paksa tahun
1997 – 1998 sebagai pelanggaran HAM berat.
14. Diusulkan pertemuan segitiga antara Komisi III DPR RI, Jaksa Agung dan
Komnas HAM.
15. Komisi III DPR RI harus pro aktif agar segera mengusulkan kepada Pimpinan
DPR RI untuk segera DPR RI mengusulkan kepada Presiden untuk membentuk
Pengadilan HAM ad hoc.
III. KESIMPULAN
Setelah membaca, meneliti bahan-bahan yang disampaikan dan mendengar
penjelasan Jaksa Agung beserta jajarannya, serta masukan, pandangan dan
pemikiran para Anggota Komisi III, maka Rapat Kerja Komisi III DPR RI dengan
Jaksa Agung berkesimpulan sebagai berikut :
1.
Kesimpulan terhadap hasil penyelidikan Komnas HAM terhadap peristiwa
Trisakti, Semanggi I, Semanggi II, Kerusuhan Mei 1998, dan peristiwa
penghilangan 13 orang aktivis secara paksa tahun 1997-1998 yang telah
menyimpulkan adanya bukti permulaan yang cukup telah terjadi pelanggaran
HAM yang berat, tidak terjadi kata sepakat antara Komisi III DPR RI dengan
Jaksa Agung. Dalam hal mana Jaksa Agung berpendapat bahwa hasil
penyelidikan Komnas HAM tentang tempus dan locus delicti bukan wilayah
kerja kewenangan Komnas HAM.
2.
Komisi III DPR RI meminta Pimpinan DPR RI untuk mengusulkan kepada
Presiden tentang pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc terhadap peristiwa
Trisakti, Semanggi I, Semanggi II, Kerusuhan Mei 1998, dan peristiwa
penghilangan 13 orang aktivis secara paksa tahun 1997-1998.
3.
Komisi III DPR RI mendesak Jaksa Agung untuk menindaklanjuti hasil
penyelidikan Komnas HAM setelah Keppres Pembentukan Pengadilan HAM
Ad Hoc di keluarkan.
Rapat ditutup tepat pukul .23.00 WIB
PIMPINAN KOMISI III DPR RI
KETUA,
TRIMEDYA PANJAITAN,SH
D:\317509224.doc
3
Hasil penyelidikan Komnas HAM terhadap peristiwa Trisakti, Semanggi I, Semanggi II,
kerusuhan Mei 1998, dan peristiwa penghilangan orang secara paksa tahun 1997 –
1998 telah menyimpulkan adanya bukti permulaan yang cukup telah terjadi
pelanggaran HAM yang berat. Berkenaan dengan hal tersebut, Komisi III DPR RI dan
Jaksa Agung secara bersama-sama untuk segera melakukan terobosan hukum atas
penanganan kasus tersebut demi tegaknya hukum serta terciptanya keadilan.
--------------------
Hasil penyelidikan Komnas HAM terhadap peristiwa Trisakti, Semanggi I, Semanggi II,
kerusuhan Mei 1998, dan peristiwa penghilangan orang secara paksa tahun 1997 –
1998 telah menyimpulkan adanya bukti permulaan yang cukup telah terjadi
pelanggaran HAM yang berat. Berkenaan dengan hal tersebut dan sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 43 ayat (2) UU No.26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM,
Komisi III DPR RI segera mengusulkan kepada Pimpinan DPR RI agar DPR RI segera
mengusulkan kepada Presiden untuk membentuk Pengadilan HAM ad hoc.
Hasil penyelidikan Komnas HAM terhadap peristiwa Trisakti, Semanggi I, Semanggi II,
kerusuhan Mei 1998, dan peristiwa penghilangan orang secara paksa tahun 1997 –
1998 telah menyimpulkan adanya bukti permulaan yang cukup telah terjadi
pelanggaran HAM yang berat. Namun karena tidak adanya kesepahaman antara
Komisi III DPR RI dengan Jaksa Agung, maka Komisi III DPR RI segera mengambil
langkah-langkah cepat guna menindaklanjuti hasil penyelidikan Komnas HAM tersebut.
D:\317509224.doc
4
1. Guna menghindari polemik yang terjadi antara kepolisian dan kejaksaan, Komisi
III DPR RI meminta jajaran Kejaksaan Agung pro aktif menindaklanjuti kasus
dugaan korupsi yang terjadi di PLN dengan memberikan petunjuk yang lebih
konkret sehingga kasus tersebut dapat lebih maju ketahap selanjutnya.
Realisasi pelaksanaan APBN Kejaksaan Agung tahun 2006 sampai dengan bulan
Desember sudah mencapai 91,59% atau sebesar Rp.1.511.418.800.000,- (
).
Adapun sisa anggaran yang belum terealisir sebesar Rp.127.100.163.248,- agar
digunakan sesuai dengan program yang telah ditetapkan dengan disertai peningkatan
kinerja dilingkungan Kejaksaan Agung.
Terhadap rencana Kejaksaan Agung untuk menghapusbukuan uang pengganti
kerugian negara yang belum dibayar para koruptor, Komisi III DPR RI meminta Jaksa
Agung terhadap terpidana koruptor yang tidak mampu mengganti kerugian negara,
maka hukuman pidana untuk membayar uang pengganti, diganti dengan hukuman
pidana penjara.
Komisi III DPR RI dan Jaksa Agung sepakat mengadakan Rapat Kerja khusus
membicarakan tindaklanjut proses hukum terhadap dugaan kasus-kasus pelanggaran
HAM berat seperti kasus Trisakti, kerusuhan Mei 1998, peristiwa penghilangan orang
secara paksa tahun 1997 – 1998 serta kasus Semanggi I dan Semanggi II, yang
dilakukan secara transparan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
Komisi III DPR RI meminta Kejaksaan Agung pro aktif menindaklanjuti semua hasil
penyelidikan pro justicia kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia yang telah
diselesaikan oleh Komnas HAM sehingga dapat dilakukan proses hukum lebih lanjut.
Untuk mempercepat target pemberantasan korupsi, Komisi III DPR RI meminta
Kejaksaan Agung meningkatkan kinerja Kejaksaan khususnya dalam penyelesaian
perkara-perkara tindak pidana korupsi yang masih dibawah target Kejaksaan dengan
meningkatkan sistem pengawasan internal serta meningkatkan manajerial dan Sumber
Daya Manusia di jajaran kejaksaan.
menciptakan suatu sistem manajemen jajaran Kejaksaan Agung yang profesional,
transparan dan akuntabel guna mendukung pelaksanaan program, peran dan fungsi
Kejaksaan Agung.
Komisi III DPR RI mendesak Jaksa Agung untuk melakukan penyelidikan
terhadap kemungkinan terjadinya tindak pidana korupsi dalam penjualan aset
BPPN / PT. PPA sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Komisi III DPR RI mendesak Jaksa Agung segera mengusut secara tuntas
Saudara Laksamana Sukardi (mantan Komisaris Utama Pertamina) yang
diduga kuat terlibat dalam kasus penjualan tanker raksasa VLCC Pertamina,
serta menuntaskan kasus penjualan tanker VLCC sesuai dengan
D:\317509224.doc
5
rekomendasi Pansus DPR RI yang telah disahkan pada Rapat Paripurna
tanggal 16 Januari 2007.
D:\317509224.doc
6
Alokasi APBN Kejaksaan Agung tahun anggaran 2006 sebesar Rp.1.511.418.800.000,(satu triliun limaratus sebelas miliar empat ratus delapan belas juta delapan ratus ribu
rupiah) Sedangkan Anggaran Tahun 2007 ditetapkan sebesar Rp. 1.716.134.604.000,(satu triliun tujuh ratus enam belas miliar seratus tiga puluh empat juta enam ratus
empat ribu rupiah) Apabila dibandingkan dengan anggaran yang diterima sebelumnya
terdapat kenaikan sebesar Rp.204.715.804.000,- (dua ratus empat miliar tujuh ratus
lima belas juta delapan ratus empat ribu rupiah)
Berkenaan dengan hal tersebut, Komisi III DPR RI meminta Jaksa Agung terhadap
kenaikan anggaran tersebut diikuti dengan peningkatan peran dan fungsi Kejaksaan
Agung khususnya melakukan terobosan terhadap kasus dugaan tindak pidana korupsi
yang lamban dalam proses penyelidikan, penyidikan dan penuntutan.
Guna menghindari polemik yang terjadi antara kepolisian dan kejaksaan, Komisi III
DPR RI meminta jajaran Kejaksaan Agung pro aktif menindaklanjuti kasus dugaan
korupsi yang terjadi di PLN dengan memberikan petunjuk yang lebih konkret
sehingga kasus tersebut dapat lebih maju ketahap selanjutnyua.
Komisi III DPR RI meminta Kejaksaan Agung pro aktif menindaklanjuti hasil
penyelidikan pro justicia pelanggaran HAM berat peristiwa penghilangan orang
secara paksa tahun 1997 – 1998 yang telah diselesaikan oleh Komnas HAM
sehingga dapat dilakukan proses penyidikan lebih lanjut.
Komisi III DPR RI meminta Kejaksaan Agung dalam usaha pengejaran para
koruptor yang melarikan diri, selain melalui penayangan koruptor di televisi juga
diefektifkan melalui
kerja sama interpol, melakukan operasi intelijen, serta
melakukan pencarian dan pengejaran bekerja sama dengan pihak keluarga yang
bersangkutan.
Dalam rangka prioritas percepatan pemberantasan korupsi untuk menghindarkan
kesan diskriminasi (tebang pilih) dalam penanganannya, Komisi III DPR-RI meminta
perhatian Jaksa Agung untuk segera memulihkan kepercayaan masyarakat
terhadap penegakan hukum di lembaga Kejaksaan.
Komisi III DPR-RI meminta Jaksa Agung beserta jajarannya bersungguh-sungguh
tanpa pilih kasih dalam melakukan pemberantasan korupsi, sehingga tidak ada
kesan penanganan tindak pidana korupsi yang dilakukan Kejaksaan Agung
diskriminasi (tebang pilih) dalam penanganannya.
D:\317509224.doc
7
Realisasi pelaksanaan APBN Kejaksaan Agung tahun 2006 sampai dengan bulan
Oktober sudah mencapai 65,67% atau sebesar Rp.992.688.225.549,- (
). Adapun
sisa anggaran yang belum terealisir sebesar Rp.518.730.574.451,- agar digunakan
sesuai dengan program yang telah ditetapkan dengan disertai peningkatan kinerja
dilingkungan Kejaksaan Agung.
D:\317509224.doc
8
Komisi III DPR RI menyesalkan sikap Jaksa Agung yang tidak memenuhi permintaan
pimpinan DPR RI untuk menghadirkan Kepala Kejaksaan Tinggi DKI dalam Rapat
Kerja, dimana kehadiran Kajati DKI diharapkan dapat memperjelas berbagai
pernyataan Kajati DKI di berbagai media cetak maupun elektronik, khususnya
mengenai dugaan adanya intervensi Kejaksaan Agung terhadap beberapa kasus
yang ditangani oleh Kejaksaan Tinggi DKI. Untuk keperluan tersebut, maka Komisi III
akan membentuk Panja untuk melakukan pendalaman kasus yang telah menyita
perhatian publik tersebut, guna melihat apakah intervensi itu benar-benar untuk
kepentingan negara.
Komisi III DPR RI meminta kepada Jaksa Agung RI untuk mempertimbangkan
dibuatnya batas waktu dalam melakukan penyidikan demi mewujudkan adanya
kepastian hukum dan tidak terjadi pelanggaran hak asasi orang yang diduga
melakukan tindak pidana korupsi.
1. Komisi III akan segera melakukan Rapat Dengar Pendapat dengan mengundang
Kabareskrim Mabes Polri dan Jampidsus, untuk mengklarifikasi perbedaan
pandangan yang tajam antara kedua belah pihak dalam penanganan kasus dugaan
korupsi PLTG Borang yang melibatkan Dirut PLN.
2. Komisi III DPR RI meminta Jaksa Agung untuk mengintensifkan dan mengoptimalkan
kinerja Tim Pencari Terpidana berikut aset-asetnya (Tim Pemburu Koruptor) dengan
cara meningkatkan kerjasama bilateral maupun multilateral dan segera membuat
kerjasama bantuan hukum timbal balik (mutual legal assistence/MLA) dan perjanjian
ekstradisi, terutama dengan negara-negara yang diduga menjadi tempat
persembunyian koruptor yakni, Singapura, Hongkong, dan Swiss.
3. Komisi III DPR RI meminta kepada Jaksa Agung RI untuk mempertimbangkan
dibuatnya batas waktu dalam melakukan penyidikan demi mewujudkan adanya
kepastian hukum dan tidak terjadi pelanggaran hak asasi orang yang diduga
melakukan tindak pidana korupsi.
4. Komisi III DPR RI menyesalkan sikap Jaksa Agung yang tidak memenuhi permintaan
pimpinan DPR RI untuk menghadirkan Kepala Kejaksaan Tinggi DKI dalam Rapat
Kerja, dimana kehadiran Kajati DKI diharapkan dapat memperjelas berbagai
pernyataan Kajati DKI di berbagai media cetak maupun elektronik, khususnya
mengenai dugaan adanya intervensi Kejaksaan Agung terhadap beberapa kasus
yang ditangani oleh Kejaksaan Tinggi DKI. Untuk keperluan tersebut, maka Komisi III
akan melakukan pendalaman kasus yang telah menyita perhatian publik tersebut,
guna melihat apakah intervensi itu benar-benar untuk kepentingan negara.
D:\317509224.doc
9
D:\317509224.doc
10
D:\317509224.doc
11
Download