1 RESPONS TANAMAN TERUNG (Solanum melongena L.) PADA BERBAGAI KOMBINASI SUMBER N DAN EM4 PENDAHULUAN Terung (Solanum melongena L.) merupakan tanaman sayuran penting keempat dunia setelah kentang, tomat dan mentimun. Laju peningkatan terung nasional per tahun pada tahun 2008-2009 turun menjadi 5,71 %, dari tahun sebelumnya 7,75% (BPS, 2009). Menurut Adiyoga (2009), berbagai fenomena kekurangan pangan yang terjadi beberapa tahun terakhir, menimbulkan pertanyaan apakah produksi pangan termasuk sayuran, dimasa datang akan dapat memenuhi laju pertumbuhan penduduk. Terlebih lagi, variabilitas produksi tahunan sayuran di masa depan juga cenderung semakin tidak pasti karena adanya ketidakpastian menyangkut kejadian iklim dan cuaca ekstrim. Beberapa akibat perubahan iklim seperti meningkatnya konsentrasi CO2, suhu udara, fluktuasi curah hujan dan hama penyakit telah menurunkan hasil pertanian. Menurut Kowalska (2008), suhu udara terlalu tinggi dapat mengakibatkan kerontokan bunga dan menurunkan jumlah buah terung, sementara pada curah hujan tinggi tanaman terung banyak terserang penyakit dan busuk buah. Oleh karenanya diperlukan upaya untuk meningkatkan produksi tanaman terung dengan teknik pemupukan ramah lingkungan. Tanaman terung membutuhkan unsur N dalam jumlah yang cukup banyak. Tanaman terung memiliki potensi waktu panen yang panjang dan menduduki tanah dalam waktu yang lama, sehingga memerlukan pupuk N dalam jumlah yang cukup sepanjang pertumbuhannya (Nafiu et al., 2011). Menurut Ul Hasan et al. (2010), ketersediaan unsur N penting untuk mempertahankan umur daun. Daun yang masih hijau secara teoritis sangat dibutuhkan untuk mempertahankan laju fotosintesis tetap tinggi selama fase generatif, sehingga dapat meningkatkan hasil tanaman walaupun terjadi proses penuaan. Aplikasi N dapat meningkatkan jumlah buah per tanaman, panjang buah dan persentase fruitset (Moraditochaee et al., 2011). Sumber pupuk N dapat berasal dari pupuk anorganik dan organik. Salah satu sumber N yang banyak dipergunakan petani ialah Urea. Hal tersebut karena kandungan N pada Urea yang tinggi yaitu sebesar 46% (Lingga dan Marsono, 2008). Menurut Agbo et al. (2012), unsur hara dari pupuk anorganik dapat meningkatkan produktivitas tanah dalam waktu relatif cepat, akan tetapi unsur hara tersebut mudah hilang melalui pencucian, penguapan dan nitrifikasi. Aplikasi pupuk kandang dapat menyediakan unsur hara dan memperbaiki struktur tanah. Kombinasi sumber N dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman dengan cara lebih ramah lingkungan. Menurut Sutanto (2002), aplikasi pupuk hanya dari pupuk organik saja dikhawatirkan akan menurunkan produksi, sedangkan penggunaan pupuk kimia tanpa organik dapat merusak lingkungan. Oleh karenanya diperlukan kombinasi pupuk organik dan anorganik untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Selain dapat menyediakan unsur hara, aplikasi pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik kimia dan biologi tanah (Adil et al., 2006). Kendala yang dihadapi dalam penggunaan bahan organik ialah kecepatan dekomposisi bahan organik tidak seiring dengan kecepatan pertumbuhan tanaman, sehingga harus dilakukan upaya mempercepat pelepasan unsur hara. EM4 dapat mempercepat pelepasan unsur hara dan mengendalikan penyakit pada tanaman terung. Proses dekomposisi bahan organik secara konvensional membutuhkan waktu sekitar 4-6 bulan, sedangkan dengan bantuan EM4 proses dekomposisi dapat dipercepat (Hardianto, 2000). Menurut Ruhukail (2011), selain mempercepat proses dekomposisi bahan organik, aplikasi EM4 juga bermanfaat untuk memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan mikroba yang menimbulkan penyakit dan memperbaiki efisiensi penggunaan bahan organik oleh tanaman. Salah satu penyebab kegagalan panen pada tanaman terung ialah tingginya serangan penyakit akibat serangan jamur dan bakteri. Pengendalian secara biologi tidak hanya dapat mengurangi serangan penyakit dan meningkatkan hasil, akan tetapi juga penting untuk menjaga polusi lingkungan akibat aplikasi pestisida (Lwin dan Ranamukhaarachchi, 2006). 2 Perbaikan teknik pemupukan dengan kombinasi sumber N dan EM4 diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman dengan tetap melestarikan lingkungan hidup. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 pada lahan sawah di Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Ketinggian tempat 600 m dpl, jenis tanah andosol dan pH tanah sebesar 5,4. Bahan yang digunakan ialah benih terung varietas hijau kuat. Pupuk menggunakan pupuk kandang kambing, Urea, SP-36 dan KCl. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari 2 faktor dan diulang 3 kali. Faktor 1, proporsi pupuk N anorganik + organik (138 kg N ha-1) yang terdiri atas 4 taraf: K0 = 100 % pupuk Urea, K1 = 75% pupuk Urea + 25% pupuk kandang kambing, K2 = 50% pupuk Urea + 50% pupuk kandang kambing, K3 = 25% pupuk Urea + 75% pupuk kandang kambing. Faktor 2, dosis EM4 yang terdiri atas 3 taraf yaitu : E1 = 10 liter EM4/ha (100 ml larutan EM4/tanaman), E2 = 20 liter EM4/ha (200 ml larutan EM4/tanaman) E3 = 30 liter EM4/ha (300 ml larutan EM4/tanaman). Tanaman terung ditanam dengan jarak tanam 70 x 40 cm pada petak percobaan berukuran 2,8 m x 5,2 m, dipupuk dengan SP-36 dan KCl sebagai pupuk dasar dengan dosis masing-masing 278 kg ha-1 (100 kg ha-1 P2O5) dan 168 kg ha-1 (100 kg K2O) yang diberikan pada 7 hari setelah tanam (HST). Pupuk Urea diberikan tiga kali selama pertumbuhan tanaman terung, pada umur 7, 28 dan 49 HST masing-masing 1/3 dosis. Pupuk kandang kambing diberikan pada saat pengolahan tanah dengan dosis sesuai perlakuan, dengan cara disebarkan merata ke seluruh permukaan tanah. Aplikasi EM4 dilakukan 2 kali, 2 minggu sebelum tanam dan 2 minggu setelah tanam, masing-masing setengah dosis perlakuan. Aplikasi EM4 dilakukan dengan menyiramkan EM4 di atas permukaan tanah. Pemeliharaan meliputi penyulaman, pewiwilan, pemasangan ajir, mengikat tanaman pada ajir dan pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian gulma dilakukan secara manual. Pengairan pada awal penanaman dengan cara leb 1 minggu sekali, memasuki fase generatif pengairan diperjarang menjadi 2 minggu sekali. Pengendalian hama penyakit sesuai intensitas serangan hama penyakit. Pengamatan tanaman dilakukan secara destruktif terhadap variabel indeks luas daun, laju tumbuh tanaman, dan laju assimilasi bersih. Pengamatan panen meliputi bobot per buah, bobot per tanaman, bobot per hektar, jumlah buah, panjang dan diameter buah dilakukan sebanyak 8 kali dimulai pada umur 56 HST dengan interval 7 hari. Disamping itu juga dilakukan pengamatan dekomposisi bahan organik dan persentase tanaman yang mati terserang penyakit. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis keragaman dilanjutkan dengan uji BNT 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Tanaman terung yang dipupuk dengan 75% pupuk Urea dan 25% pupuk kandang indeks luas daun lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pupuk lainnya (Tabel 1). Hal tersebut menunjukkan terjadi sinkronisasi unsur hara antara pelepasan unsur hara dari kedua sumber N tersebut dengan saat tanaman membutuhkan unsur hara N, sehingga tanaman mendapatkan unsur N sepanjang pertumbuhannya. Masinde et al. (2009) menjelaskan meningkatnya ketersediaan unsur N akan meningkatkan indeks luas daun, penerimaan cahaya matahari dan berat kering. Pada awal pertumbuhan, tanaman terung mendapat unsur N dalam jumlah yang cukup dari pupuk Urea, karena sifat penyediaan unsur hara pupuk Urea yang cepat tersedia. Indranada (1986 dalam Sudartiningsih et al., 2002) menjelaskan, urea terhidrolisis dengan enzim urease menjadi ammonium karbonat yang akan melepaskan ion ammonium (NH4 +). Urea mudah terhidrolisis menjadi ammonium karbonat dalam waktu 2-3 hari. Seiring dengan berjalannya waktu, 3 N yang berasal dari pupuk kandang telah banyak tersedia sehingga dapat dimanfaatkan tanaman terung. Pelepasan unsur N secara perlahan-lahan menjamin ketersediaan unsur N bagi tanaman. Aplikasi pupuk N dengan pupuk kandang secara tidak langsung bermanfaat pada efisiensi serapan hara melalui perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, seperti kapasitas tukar kation sehingga tanaman dapat efektif menyerap unsur hara. Menurut Akanbi et al. (2010) unsur hara yang tersedia dalam jumlah cukup akan meningkatkan indeks luas daun dan luas daun, dengan kandungan khlorofil yang tinggi sehingga dapat meningkatkan absorbsi sinar matahari. Efisiensi serapan N berpengaruh nyata pada peningkatan laju tumbuh tanaman. Semakin tinggi serapan unsur N akan semakin meningkatkan laju tumbuh tanaman. Tabel 2 menunjukkan bahwa pada 14 sampai 42 HST, laju tumbuh tanaman terung yang dipupuk dengan pupuk Urea sebesar 75% dan 25% pupuk kandang kambing menghasilkan laju tumbuh tanaman yang lebih tinggi dan tidak berbeda dengan aplikasi pupuk Urea 100% Urea. Seiring dengan bertambahnya waktu, pada 56 HST kombinasi 75% pupuk Urea + 25% pupuk kandang menghasilkan pertumbuhan lebih baik dibandingkan aplikasi 100% pupuk Urea. Hal tersebut menunjukkan bahwa efisiensi serapan N pada tanaman yang dipupuk 100% Urea lebih rendah dibandingkan dengan kombinasi pupuk anorganik dan organik. Tanaman yang dipupuk dengan 100% Urea, tanaman efektif memanfaatkan unsur Nitrogen sampai dengan 42 HST, sedangkan setelah 42 HST tanaman kurang mendapatkan unsur N sehingga laju tumbuh tanamannya menjadi lebih rendah. Diduga hal tersebut berkaitan dengan curah hujan yang tinggi sejak tanaman berumur 35 HST, sehingga unsur N yang tersedia banyak tercuci oleh air hujan dan tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Suwandi (2009) mengemukakan bahwa efisiensi pemupukan N hanya berkisar 30-40% saja. Tanaman terung yang dipupuk dengan 75% pupuk Urea dan 25% pupuk kandang kambing menghasilkan laju tumbuh tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi sumber N lainnya. Hal tersebut karena pada awal pertumbuhan tanaman mendapatkan unsur Nitrogen yang cukup dari pupuk Urea, sedangkan sejak 42 HST tanaman mendapatkan tambahan unsur hara dari pupuk kandang. Selain hal tersebut aplikasi pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga meningkatkan serapan N. Efisiensi serapan N yang lebih tinggi mengakibatkan pembentukan organ pertumbuhan tanaman meningkat. Aplikasi EM4 dengan dosis yang rendah menghasilkan laju tumbuh tanaman yang lebih rendah. Aplikasi pupuk N melalui pupuk organik membutuhkan waktu untuk pelepasan unsur hara sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Pelepasan unsur hara melalui pupuk kandang dapat dipercepat dengan aplikasi EM4. Kecepatan EM4 dalam meningkatkan dekomposisi bahan organik tergantung dosis EM4 yang diaplikasikan. Semakin sedikit dosis EM4 yang diberikan pada pupuk kandang kambing maka kecepatan pelepasan unsur haranya menjadi lebih lambat tersedia. Tabel 5 menunjukkan bahwa C/N rasio pada pupuk kandang yang disiram dengan EM4 sebanyak 10 liter ha-1 lebih tinggi dibandingkan aplikasi sebanyak 20 dan 30 liter ha-1. Menurut Hardjowigeno (1989) proses perubahan N-organik menjadi N-anorganik melalui proses aminisasi, ammonifikasi dan nitrifikasi, dimana proses tersebut dipengaruhi oleh keberadaan bakteri-bakteri yang berperan dalam setiap proses tersebut. Rendahnya N yang tersedia mengakibatkan proses fotosintesis berjalan lebih lambat, sehingga akumulasi fotosintat yang dipergunakan untuk membentuk bahan kering menjadi sedikit. Hal tersebut mengakibatkan laju tumbuh tanaman menjadi lebih rendah. Peningkatan serapan N semakin meningkatkan laju asimilasi bersih tanaman. Tanaman terung yang dipupuk dengan 75% pupuk Urea + 25% pupuk kandang mempunyai efisiensi serapan N yang lebih tinggi, sehingga proses fotosintesis berjalan lebih efektif karena unsur N sangat diperlukan dalam proses fotosintesis. Semakin banyak unsur N yang dapat diserap tanaman akan semakin meningkatkan pembentukan organ-organ tanaman seperti daun. Tabel 1 menunjukkan bahwa pada 56 HST, kombinasi 75% pupuk Urea + 25% pupuk kandang menghasilkan indeks luas daun lebih tinggi dengan nilai 3,13. Menurut Murrinie (2011), produksi bahan kering tanaman maksimum biasanya terjadi pada nilai ILD 3-5. Hal tersebut karena peningkatan indeks luas daun akan meningkatkan tangkapan sinar matahari sehingga proses fotosintesis berjalan lebih efektif 4 dan laju asimilasi bersih tanaman meningkat. Hasil dari fotosintesis akan dimanfaatkan untuk pembentukan organ tanaman sehingga pembentukan bahan kering menjadi meningkat. Laju asimilasi bersih tanaman terung yang dipupuk Urea 100% semakin menurun dengan semakin bertambahnya umur tanaman. Pada awal pertumbuhan yaitu pada 14 sampai 42 HST, laju asimilasi bersih tanaman terung yang dipupuk 100% Urea menghasilkan laju asimilasi bersih tanaman yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya, meskipun tidak berbeda nyata dengan aplikasi 75% pupuk Urea + 25% pupuk kandang kambing (Tabel 3). Hal tersebut karena tanaman mendapatkan unsur Nitrogen dalam jumlah yang cukup untuk proses fotosintesis, dimana hasil dari fotosintesis salah satunya digunakan untuk pembentukan daun. Permukaan luas daun yang lebar mengakibatkan sinar matahari yang diterima daun menjadi lebih banyak sehingga proses fotosintesis berjalan lebih efektif. Hal tersebut mengakibatkan laju asimilasi bersih tanaman menjadi lebih tinggi. Sejak 42 HST, tanaman mendapatkan unsur Nitrogen lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya karena unsur nitrogen pada Urea banyak yang tidak dapat dimanfaatkan karena tingginya curah hujan sejak 35 HST. Diduga hal tersebut menyebabkan unsur Nitrogen dari Urea banyak yang hilang melalui pencucian. Berkurangnya unsur Nitrogen yang diperoleh tanaman mengakibatkan luas daun yang terbentuk menjadi lebih rendah, sehingga aktivitas fotosintesis menjadi lebih rendah dan laju asimilasi bersih tanaman menjadi lebih rendah. Tanaman terung yang dipupuk dengan 25% pupuk Urea dan 75% pupuk kandang menghasilkan pertumbuhan tanaman yang lebih rendah diantara kombinasi sumber N lainnya. Hal tersebut menunjukkan kurangnya sinkronisasi unsur hara N. Proporsi sumber N dari pupuk kandang yang lebih besar daripada pupuk Urea, mengakibatkan tanaman kekurangan unsur N pada awal pertumbuhannya. Sumber N yang berasal dari pupuk kandang kambing belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh tanaman karena sifat pelepasannya yang perlahan, sedangkan unsur N dari pupuk Urea kurang mencukupi kebutuhan tanaman. Tidak terjadinya sinkronisasi unsur hara pada kombinasi sumber N tersebut mengakibatkan proses pertumbuhan menjadi lebih terhambat, meskipun jumlah N yang disediakan sama dengan kombinasi sumber N lainnya. Tanaman terung yang dipupuk dengan kombinasi pupuk Urea dan pupuk kandang menghasilkan buah lebih tinggi. Pada Tabel 4 dapat diketahui meskipun pada semua perlakuan dosis N-nya sama, akan tetapi hasil yang diperoleh berbeda-beda tergantung sinkronisasi unsur hara yang terjadi. Pada kombinasi 75% pupuk Urea + 25% pupuk kandang dan 50% pupuk Urea + 50% pupuk kandang mempunyai sinkronisasi unsur hara yang lebih baik dibandingkan dengan 100% pupuk Urea atau 25% pupuk Urea + 75%, sehingga hasil buah terung per hektar yang diperoleh lebih tinggi. Hasil tersebut serupa dengan hasil penelitian Kamili et al. (2002) bahwa aplikasi pupuk N sebanyak 75% dari dosis rekomendasi N dan mengkombinasikan dengan inokulasi mikroba ke dalam tanah, menghasilkan buah terung per hektar yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemupukan 100% pupuk anorganik. Pengurangan dosis pupuk Urea sebesar 25% dan menggantinya dengan pupuk kandang kambing dengan dosis yang sama (K1), menghasilkan buah terung lebih tinggi. Hal tersebut menunjukkan terjadinya sinkronisasi antara pelepasan unsur hara dan saat kebutuhan tanaman akan unsur hara. Tercapainya sinkronisasi tersebut karena proporsi kedua sumber N tersebut dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman terung karena sifat pelepasan unsur hara kedua sumber N tersebut yang berbeda. Proporsi 75% pupuk Urea dapat memenuhi kebutuhan unsur N, sedangkan 25% pupuk kandang selain dapat menyediakan unsur N juga dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian Nursyamsi et al. (1996) bahwa kombinasi pupuk anorganik (Urea) dan kompos dapat meningkatkan nitrat (NO3 -), Corganik, KTK tanah serta dapat mempertahankan produksi jagung. Pelepasan unsur hara pada pupuk Urea bersifat cepat tersedia hingga dapat segera dimanfaatkan tanaman, akan tetapi mudah hilang karena penguapan, pencucian dan volatilisasi. Pada pupuk kandang, pelepasan unsur haranya bersifat perlahan sehingga lambat tersedia, akan tetapi kehilangan unsur hara karena pencucian dan volatilisasi dapat dikurangi. Menurut Bhoye et al. (2010), pelepasan N pada 5 pupuk kandang tergantung pada mineralisasi N dan C/N rasio pupuk kandang. Unsur N akan tersedia semakin banyak seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karenanya kombinasi tersebut diatas dapat memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman. Tanaman terung yang kurang mendapatkan unsur N menghasilkan buah lebih rendah. Tanaman yang dipupuk dengan 25% pupuk Urea + 75% pupuk kandang dan 100% pupuk Urea menghasilkan bobot buah terung per hektar lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi sumber N lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun pada awalnya dosis N yang diberikan pada setiap perlakuan tidak berbeda, akan tetapi karena proporsi sumber N yang berbeda maka ketersediaan N bagi tanaman terung juga berbeda karena tingkat sinkronisasi unsur hara yang berbeda. Hasil yang rendah pada kedua perlakuan tersebut di atas menunjukkan tidak terjadi sinkronisasi antara saat pelepasan unsur hara dengan saat tanaman membutuhkan unsur hara. Sinkronisasi unsur hara pada aplikasi 100% Urea dan 25% pupuk urea + 75% pupuk kandang lebih rendah. Pada pemupukan dengan 100% pupuk Urea, efisiensi unsur hara rendah karena unsur hara banyak yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Unsur N pada pupuk Urea mudah tersedia sehingga mudah hilang melalui pencucian, penguapan dan volatilisasi. Oleh karenanya banyak unsur hara yang hilang sebelum sempat dimanfaatkan oleh tanaman. Menurut Hayati et al. (2011) tanaman tidak akan memberikan hasil yang maksimal apabila unsur hara yang diperlukan tidak tersedia dalam jumlah yang cukup. Pada kombinasi 25% pupuk Urea + 75% pupuk kandang, rendahnya efisiensi hara N karena unsur N dari pupuk kandang belum tersedia dalam jumlah yang cukup pada awal pertumbuhan sedangkan unsur N dari pupuk Urea kurang memenuhi kebutuhan tanaman. Nyakpa et al. (1988) menjelaskan, Nitrogen harus tersedia di dalam tanaman sebelum terbentuknya sel-sel baru, karena pertumbuhan tidak dapat berlangsung tanpa N. Kecepatan pertumbuhan tanaman proporsional dengan suplai N, kekurangan unsur N akan menurunkan kecepatan pertumbuhan tanaman. Aplikasi EM4 pada tanaman terung dapat meningkatkan hasil tanaman terung. Aplikasi EM4 sebanyak 30 liter ha-1 menghasilkan bobot buah terung tanaman-1 dan hektar-1 tertinggi dibandingkan aplikasi EM4 dengan dosis yang lebih rendah (Tabel 4). Hal tersebut karena semakin tinggi dosis EM4 yang diaplikasikan pada tanah akan semakin meningkatkan perombakan bahan organik dalam tanah sehingga proses pelepasan unsur hara menjadi lebih cepat. EM4 mengandung bakteri–bakteri seperti Azotobacter yang dapat mempercepat penguraian bahan organik. Rahmawati (2005) menjelaskan bahwa bakteri Azosprillium sp. dan Azotobacter sp. mampu meningkatkan efisiensi penyerapan nitrogen, dan menurunkan kehilangan nitrogen akibat pencucian, denitrifikasi, dan volatilisasi. Tabel 5 menunjukkan bahwa aplikasi EM4 sebanyak 30 liter ha-1 lebih cepat menurunkan C/N bahan organik dibandingkan dengan dosis 10 dan 20 liter ha 1. Peningkatan ketersediaan N dalam tanah semakin meningkatkan proses fotosintesis tanaman sehingga akumulasi fotosintat ke buah semakin banyak. Aplikasi EM4 dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit dan mengurangi tingkat kematian tanaman. Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat kematian tanaman terung semakin menurun dengan semakin meningkatnya dosis EM4. Tingkat kematian tanaman terung yang diperlakukan dengan EM4 sebanyak 30 liter ha-1 berkurang menjadi 31,9 %, sedangkan tingkat kematian tanaman dengan aplikasi EM4 sebanyak 10 liter ha -1 sebanyak 40,91%. Semakin banyak EM4 yang diaplikasikan pada tanah akan semakin meningkatkan keanekaragaman mikroorganisme dalam tanah, sehingga dapat melawan bakteri pembawa penyakit. Tanaman terung merupakan tanaman yang rentan akan serangan penyakit layu. Melalui aplikasi EM4 dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit, sehingga dapat meningkatkan hasil tanaman terung per hektar. Sayed et al. (1998) menjelaskan bahwa aplikasi EM4 merupakan alternatif untuk mengendalikan penyakit pada berbagai tanaman Solanaceae. EM4 mengandung sejumlah mikroorganisme, dimana melalui fermentasi dalam tanah dihasilkan asam organik, hormon tanaman, vitamin dan antibiotik yang dapat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman seperti perlindungan tanaman dari serangan patogen tanah. 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pengurangan proporsi pupuk Urea sampai dengan 50% dan menggantinya dengan pupuk kandang menghasilkan buah terung per hektar lebih tinggi dibandingkan tanaman terung yang dipupuk Urea 100%, yaitu berturut-turut sebesar 48,70 t ha-1 dan 43,21 t ha-1. Aplikasi pupuk Urea 100% menghasilkan buah terung lebih rendah dibandingkan pemupukan dengan pupuk Urea + pupuk kandang kambing, yaitu sebesar 22,13 t ha-1. Peningkatan dosis EM4 pada tanah dapat meningkatkan hasil tanaman terung menjadi lebih tinggi. EM dengan dosis 30 liter ha-1 menghasilkan hasil buah terung per hektar tertinggi yaitu sebesar 46,96 t ha-1. Aplikasi EM4 dapat mempercepat dekomposisi dan mineralisasi N. Aplikasi EM4 sebanyak 30 liter ha-1 mempercepat dekomposisi dan mineralisasi N. Aplikasi EM4 dapat meningkatkan ketahanan penyakit dan menurunkan persentase kematian tanaman terendah. Dosis EM4 sebanyak 30 liter ha-1 menurunkan tingkat kematian tanaman menjadi 31,9%. Saran Pengurangan pupuk Urea sebesar 25% menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman terung lebih baik dibandingkan kombinasi sumber pupuk N lainnya, maka untuk peningkatan produksi tanaman terung yang lebih ramah lingkungan disarankan mempergunakan kombinasi sumber N 75 % Urea + 25% pupuk kandang kambing. Mengingat aplikasi EM4 sebanyak 30 liter ha-1 menghasilkan pertumbuhan, hasil dan ketahanan penyakit yang lebih baik, maka untuk mempercepat dekomposi dan mineralisasi bahan organik dan ketahanan pada penyakit sebaiknya dipergunakan EM4 dengan dosis 30 liter ha-1. 7