Laporan Studi Pustaka (KPM 403) ANALISIS PERUBAHAN SOSIAL

advertisement
Laporan Studi Pustaka (KPM 403)
ANALISIS PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT
BANGKALAN PASCA PEMBANGUNAN JEMBATAN
SURAMADU
Oleh
NASHRUL LATHIF
I34110005
Dosen Pembimbing
Dr. Ivanovich Agusta SP, M.Si
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul
“ANALISIS PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT BANGKALAN PASCA
PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADU” merupakan hasil karya ilmiah
saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah saya sendiri dan
belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada suatu perguruan tinggi ataupun
lembaga, serta tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh pihak lain, kecuali sebagai rujukan yang dinyatakan dalam
naskah. Demikian, pernyataan ini saya tulis dengan sesungguh-sungguhnya dan
saya bersedia untuk bertanggung jawab atas pernyataan ini.
Bogor, Januari 2015
Nashrul Lathif
NIM. I34110005
ABSTRAK
NASHRUL LATHIF. Analisis Perubahan Sosial Masyarakat Bangkalan Pasca
Pembangunan Jembatan Suramadu. Di bawah bimbingan IVANOVICH
AGUSTA.
Dalam mengatasi ketimpangan sosial dan ekonomi yang terjadi di masyarakat.
Pemerintah akan menetapkan kebijakan – kebijakan yang bertujuan untuk
mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi. Kesenjangan sosial dan ekonomi
Pulau Madura dengan Surabaya dan sekitarnya, menjadi latar belakang penetapan
kebijakan pembangunan jembatan Suramadu yang menghubungkan antara Pulau
Madura dengan kota sentra produksi dan jasa (Surabaya). Pembangunan jembatan
Suramadu merupakan langkah awal dalam pembangunan ekonomi Madura.
Selain itu, terdapat tujuan lain yaitu industrialisasi pulau Madura. Pasca
pembangunan jembatan Suramadu mempengaruhi perubahan sosial masyarakat
Bangkalan. Perubahan sosial yang terjadi meliputi; interaksi sosial, lapisan
masyarakat dan mata pencaharian. Pertumbuhan ekonomi masih menjadi ideologi
yang tetap dipertahankan, meskipun struktur dan fungsi yang ada di masyarakat
dipertaruhkan kelestariannya. Pembangunan merupakan kebijakan pemerintah
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar kesejahteraan masyarakat
tercapai. Dengan demikian, pembangunan jembatan Suramadu mempengaruhi
tingkat kesejahteraan masyarakat Bangkalan, walaupun pada umumnya manfaat
pembangunan hanya dapat dinikmati sebagian kecil masyarakat miskin.
Kata Kunci: ketimpangan sosial dan ekonomi, pembangunan, jembatan Suramadu,
perubahan sosial, kesejahteraan
ABSTRACT
NASHRUL LATHIF. Social Change Analysis of Bangkalan People After the
Construction of Suramadu Bridge. Under guidance of IVANOVICH AGUSTA.
In order to overcome the social and economic inequity in society, the goverment
will set some policies to make the economic growth. The social and economic
inequity between Madura Island to Surabaya and surrounding areas has became
the reason of the construction of Suramadu Bridge that connect Madura Island to
the center of manufactures and services city (Surabaya). The construction of
Suramadu Bridge is an first step of the economic growth in Madura. Besides that,
there is another goal that is Madura’s industrialization. The post-construction of
Suramadu Bridge affects the social change of Bangkalan people.. The social
change consists: social interraction, society stratum and livelihood. The economic
growth still became an ideology, although the society structure and function are
at stake. The development is the goverment policy to increase the economic
growth in order to raise the welfare of the society. Therefore, the construction of
Suramadu Bridge affects the welfare of Bangkalan people. even though, only a
little part of poor people can receive the benefit.
keywords : social and economic inequity, development, Suramadu Bridge, social
change, welfare
ANALISIS PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT
BANGKALAN PASCA PEMBANGUNAN JEMBATAN
SURAMADU
Oleh:
NASHRUL LATHIF
I34110005
STUDI PUSTAKA
Sebagai syarat kelulusan KPM 403
Pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh:
Nama Mahasiswa
: Nashrul Lathif
Nomor Pokok
Judul
: I34110005
: Analisis Perubahan Sosial Masyarakat Bangkalan Pasca
Pembangunan Jembatan Suramadu
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM
403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ivanovich Agusta SP. M.Si
NIP. 19700816 199702 1 001
Diketahui
Dr Ir Siti Amanah. Msc
Ketua Departemen
Tanggal Pengesahan:
ii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Maha Agung, yang masih
memberikan syafaat, hidayah, sekaligus nikat jasmani dan rohani sehingga
Laporan studi pustaka dengan Judul “Analisis Perubahan Sosial Masyarakat
Bangkalan Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu” dapat diselesaikan
dengan lancar. Penulisan laporan studi pustaka ini ditujukan untuk memenuhi
kelulusan MK studi Pustaka (KPM 403) Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Ivanovich Agusta SP.
M.si sebagai dosen pembimbing yang memberikan saran, masukan dan perhatian
selam proses penulisan sampai penyelesaian laporan studi pustaka ini. Penulis
juga menyampaikan salam, hormat dan terima kasih kepada Bapak Manaf dan Ibu
Royani dan juga keluarga yang selalu memberikan do’a dan memberikan kasih
sayang kepada penulis. Tidak lupa terimahkasih juga kepada tim Outliers yang
selalu memberikan motivasi dan terguran dalam proses penulisan laporan ini.
Besar harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, 16 Januari 2015
Nashrul lathif
NIM. I34110005
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR ............................................. Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
1.4 Metode Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II RINGKASAN PUSTAKA ......................................................................... 3
2.1 Judul : Analisis Sosial dan Membangun Madura Pasca Suramadu .......... 3
2.2 Judul : Industrialisasi Pasca Suramadu Perspektif Nilai Budaya.............. 5
2.3 Judul : Dampak Kebijakan Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap
Sosial Ekonomi Masyarakat dalam Pengembangan Wilayah Jembatan
Suramadu .................................................................................................. 7
2.4 Judul :Warga Pesisir, Haruskah Tersingkir? Studi dampak Pembangunan
di wilayah Pesisir Surabaya ...................................................................... 9
2.5 Judul :Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap Masyarakat
Madura: tinjauan dari Sisi Perekonomian dan Kesejahteraan ................ 13
2.6 Judul :Perubahan Sosial Desa Jatiarjo (Studi Kasus Kehadiran Taman
Safari Indonesia Ii Prigen Bagi Masyarakat dan Makna Pendidikannya)
................................................................................................................. 16
2.7 Judul :Tantangan Pembangunan Ekonomi dan Tranformasi sosial: Suatu
pendektan Budaya ................................................................................... 19
2.8 Judul :Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pasca
Pembangunan Jembatan Siti Nurbaya .................................................... 21
2.9 Judul : Dampak Pembangunan Pelabuhan Peri Kanan Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja dan Pendapatan Masyarakat (Stud; Kasus d;
Pelabuhan Perlkanan Lempaslng, Bandar Lampung) ............................. 24
2.10 Judul : Peran Ulama Bassra Sebagai Perekat Masyarakat (studi atas
Pembangunan jembatan Suramadu) ........................................................ 27
BAB III SINTESI.................................................................................................. 30
3.1 Konsep Ketimpangan Sosial Pulau Madura ........................................... 30
3.2 Konsep Kebijakan Pembangunan Jembatan Suramadu .......................... 30
3.3 Konsep Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura (BPWS) ..... 31
3.4 Konsep Perubahan Sosial ........................................................................ 32
3.5 Konsep Kesejahteraan ............................................................................. 35
BAB IV SIMPULAN ............................................................................................ 36
4.1 Hasil Rangkuman dan Pembahasan ........................................................ 36
4.2 Kerangka Pemikiran................................................................................ 37
4.3 Pertanyaan kritis...................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 40
iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 41
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 1 .................................... 4
Tabel 2 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 2 .................................... 6
Tabel 3 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 3 .................................... 8
Tabel 4 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 4 .................................. 11
Tabel 5 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 5 .................................. 15
Tabel 6 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 6 .................................. 17
Tabel 7 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 7 .................................. 20
Tabel 8 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 8 .................................. 23
Tabel 9 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 9 .................................. 26
Tabel 10 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 10 .............................. 28
Tabel 11 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 11 .............................. 35
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir Pustaka 1 ................................................................. 4
Gambar 2. Kerangka Berfikir Pustaka 2 ................................................................. 7
Gambar 3. Kerangka Berfikir Pustaka 3 ................................................................. 9
Gambar 4. Kerangka Berfikir Pustaka 4 ............................................................... 12
Gambar 5. Kerangka Berfikir Pustaka 5 ............................................................... 16
Gambar 6. Kerangka Berfikir Pustaka 6 ............................................................... 18
Gambar 7. Kerangka Berfikir Pustaka 7 ............................................................... 21
Gambar 8. Kerangka Berfikir Pustaka 8 ............................................................... 23
Gambar 9. Kerangka Berfikir Pustaka 9 ............................................................... 26
Gambar 10. Kerangka Berfikir Pustaka 10 ........................................................... 29
Gambar 11. Kerangka Berfikir Pustaka 11 ........................................................... 38
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Madura merupakan pulau terbesar yang ada di provinsi Jawa Timur.
Terdapat empat kabupaten di Pulau Madura antara lain, Bangkalan, Sampang,
Pamekasan, dan Sumenep. Luas pulau madura yaitu sekitar 5.169 KM2.
Masyarakat Madura memiliki ikatan keagamaan yang sangat ketal dan
kebudayaan yang masih tetap terjaga. Salah satu kabupaten Di Madura masuk
dalam kawasan “GERBANGKERTOSUSILA” (Gersik, Bangkalan, Mojokerto,
Sidoarjo dan Lamongan) yang merupakan pintu gerbang daerah perdagangan.
Bangkalan bersinggungan langsung dengan Surabaya yang merupakan sentra
produksi dan jasa dalam mendukung perekonomian Jawa Timur. Fokus
pembangunan perekonomian yang ada di Surabaya, gersik dan Sidoarjo
menciptakan ketimpangan sosial dan ekonomi dengan Pulau Madura.
Ketimpangan sosial dan ekonomi yang terjadi bagaikan desa dengan kota. Akses
yang sulit membuat pembangunan perekonomian di Pulau Madura sedikit
terkendala.
Dalam realisasi pembangunan jembatan Suramadu tidak lepas dari
kebijakan pemerintah, berdasarkan Keputusan Presiden RI No 79 Tahun 2003
Pasal 1 yang berbunyi Dalam rangka meningkatkan perekonomian Pulau Madura
pada khususnya dan Propinsi Jawa Timur pada umumnya, dilanjutkan
pelaksanaan pembangunan Jembatan Surabaya - Madura. Pada tahun 2009
diremikanlah jembatan Suramadu oleh Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Sejak
tahun 2009 jembatan Suramadu sudah dapat dipergunakan untuk penyeberangan
dari Surabaya – Madura ataupun sebaliknya.
Pembangunan identik dengan dampak yang ditimbulkan, baik itu negatif
maupun positif. Berdasarkan Keputusan Pemerintah No. 14 Menteri Lingkungan
Hidup Tahun 1994, tentang “Penetapan Dampak Penting” dalam Biang (2008)
Menyebutkan bahwa “dampak terhadap aspek ekonomi, yaitu : pertama,
kesempatan bekerja dan berusaha; kedua, pola perubahan dan penguasaan lahan
dan sumber daya alam; ketiga, tingkat pendapatan; keempat, sarana dan prasarana
infrastruktur; kelima, pola pemanfaatan sumber daya alam”. Perubahan –
perubahan yang muncul pada aspek ekonomi secara tidak langsung akan
mempengaruhi perubahan sosial. Menurut Soekanto (2002) menyatakan bahwa
perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang
mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam
unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau budaya.
Dampak aspek ekonomi yang muncul setelah pembangunan jembatan
Suramadu, dapat membawah perubahan masyarakat yang tradisional ke arah
modern. Bentuk perubahan sosial yang terjadi dapat berupa perubahan interaksi
sosial, perubahan pola pikir yang bersifat modern dan perubahan tatanan nilai
sosial. Dengan demikian sejauh manakah pembangunan jembatan Suramadu
berdampak pada perubahan struktur ekonomi yang akan mempengaruhi
perubahan sosial masyarakat Bangkalan.
2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan studi pustaka ini adalah:
1. sejauh mana pembangunan jembatan suramadu berdampak pada aspekaspek ekonomi?
2. sejauh mana dampak pembangunan jembatan suramadu pada aspek
ekonomi dapat mempengaruhi perubahan sosial masyarakat Bangkalan?
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan studi pustaka ini adalah: menganalisis sejauh mana
pembangunan jembatan suramadu berdampak pada aspek-aspek ekonomi,
dan menganalisis sejauh mana dampak pembangunan jembatan suramadu
pada aspek ekonomi dapat mempengaruhi perubahan sosial masyarakat
Bangkalan
Metode Penulisan
Dalam penulisan studi pustaka ini dilakukan dengan mengkaji berbagai
kepustakaan. Kepustakaan itu berupa jurnal ilmiah, laporan hasil penelitihan, hasil
seminar yang diterbitkan dalam prosiding, skripsi, tesis, disertasi dan dokumen
resume lainnya. Dalam pengkajian kepustakaan dilakukan dengan cara
menyesuaikan topik yang akan diteliti selanjutan dilakukan ringkasan,
pemahaman, serta menganalisis teori-teori yang terkandung dalam bahan pustaka
dan disusun menjadi ringkasan pustaka yang utuh.
3
RINGKASAN PUSTAKA
1. Jurnal Karsa
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (Edisi)
Alamat URL
Tanggal Diunduh
: Analisis Sosial dan Membangun Madura Pasca
Suramadu
: 2009
: Artikel Jurnal
: Elektronik
: Abdurrahman
: Karsa
: Vol 16, No 2 Oktober 2009: 70-86
:
http://karsa.stainpamekasan.ac.id/index.php/jks/a
rticle/download/70/57
: Selasa, 18 November 2014
Keberadaan Suramadu sangat menjanjikan bagi kemajuan dan kelangsungan
hidup masyarakat Madura. Jembatan Suramadu masih menjadi jembatan
terpanjang di Indonesia, yang dapat mendorong bagi mobilitas perekonomian baik
dari maupun ke Madura, sekaligus menjadikan Madura sebagai wilayah yang
terbuka dan tidak terisolir. Dilain sisi positif patut diperhitungkan akses negatif
yang dapat dimuncukan. Kentanya tradisi dan budaya Madura, ketika nantnya
harus disandingkat dengan tradisi dan budaya luar yang sekuler dan materialistik,
menjadi ancaman bagi tergerusnya budaya lokal.
Pasca pengoprasian Suramadu pasti memunculkan era industrialisasi di Pulau
Madura. cepat atau lambat, akan menimbulkan perubahan sosial masyarakat
Madura yang selama ini dikenal masyarakat agraris. Sebagian besar kalangan
berpandangan, pola kehidupan warga Madura akan di warnai industrialisasi pada
nantinya. Karena bagaimanapun, masuknya “kaum kapitalis” yang akan disertai
beropra-sinya mesin-mesin industri, sudah barang tentu merupakan kondisi bagi
terbentuknya suasana dan lingkungan baru bagi kelangsungan masyarakat Madura
untuk kedepannya.
Suramadu merupakan bagian dari infrasturktur vital yang akan menunjang
proyek besar di baliknya. semisal Madura akan menjadi zona industri (modern)
dengan investasi besar dan kelak dapat mensejahterakan masyarakatnya. Jelaslah
bagi kita bahwa persoalan pembangunan Madura ke depan, tidak cukup hanya
dengan memprioritaskan bangunan fisik yang tinggi dan megah demi
meningkatkan perekonomian di Madura. Karenanya, semua harus diiringi dengan
pengembangan SDM yang berkualitas, profesional dan responsif
Analisis
Pembangunan jembatan Suramadu tidak hanya untuk menyatukan antar Pulau
jawa dengan Pulau Madura. Dengan adanya jembatan Suramadu, pemerintah
menargetkan adanya peningkatan ekonomi di Madura. Peningkatan ekonomi
4
ditunjang dengan masuknya investor untuk membangun perindustrian seluruh
Pulau Madura. Tidak mengherankan tidak hanya perubahan ekonomi yang terjadi
melainkan perubahan sosial dan budaya masyarakat Madura. Sisi negatif dari
peningkatan era industrialisasi di Madura menyebabkan memudarnya tradisi dan
budaya Madura.
Tabel 1 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 1
Variable
Fakta Pendukung
Pembangunan jembatan Suramadu menjadi kenyataan yang
telah menyatukan Pulau Jawa dan Madura
Pembangunan
jembatan
Suramadu
Karena bagaimanapun, masuknya “kaum kapitalis” yang
akan disertai beropra-sinya mesin-mesin industri, sudah
barang tentu merupakan kondisi bagi terbentuknya suasana
dan lingkungan baru bagi kelangsungan masyarakat Madura
untuk kedepannya
Industrialisasi
Perubahan
budaya
sosial masih dalam kaitan pelestarian khasanah budaya dannilainilai luhur tradisi Madura, sejatinya tetap menjadi kearifan
lokal yang mesti dipertahankan eksistensinya ditengah
merespon tantangan globalisasi sekaligus kebutuhan
industrialisasi yang akan tumbuh berkembang di Pulau
Prospek Ekonomi
Jargon-jargon ekonomi sering terdengar, semisal Madura
Akan menjadi zona industri (Modern) dengan investasi
besar dan kelak dapat mensejahterakan masyarakatnya.
Kerangka Pemikiran
Industrialisasi
Pembangunan
jembatan
Suramadu
Prospek
Ekonomi
Perubahan sosial
budaya
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pustaka 1
5
2. Jurnal Karsa
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (Edisi)
Alamat URL
Tanggal Diunduh
: Industrialisasi Pasca Suramadu Perspektif Nilai
Budaya
: 2009
: Artikel Jurnal
: Elektronik
: Rudi Haryanto
: Karsa
: Vol 16, No 2 Oktober 2009: 33-42
:
http://idci.dikti.go.id/pdf/JURNAL/KARSA,Jurn
alSosialdanBudayaKeislaman/Vol%2016,%20No
%202%20(2009)/66-70-1-PB.pdf
: Selasa, 18 November 2014
Salah satu keberatan orang Madura terhadap industrialisasi1 Madura, sesudah
jembatan Suramadu adalah ketakutan bahwa yang bakal terjadi hanyalah
pembangunan di Madura yang melibatkan tenaga trampil dari daerah lain, dan
bukan pembangunan Madura secara menyeluruh sebagai suatu kesatuan kegiatan
utuh. Pembangunan berbasis ilmu dan teknologi akan dilakukan di Madura,
tentunya memang ditujukan untuk pembangunan Madura, dan bukan
pembangunan di Madura.
Madura sedang mengalami pergeseran kebudayaan, yaitu dari kebudayaan
agraris ke kebudayaan industri. Kebudayaan industri sangat banyak memerlukan
teknologi, sains, dan ilmu, sedangkan perkembangan dari ketiga unsur itu dalam
kebudayaan suatu bangsa memerlukan adanya suatu nilai budaya yang mendorong
manusia berusaha memahami rahasia-rahasia alam dan menemukan kaidah-kaidah
alam. Oleh karena itu, masyarakat Madura, terutama mereka yang bertugas atau
yang berkaitan dengan perkembangan industri, sebaiknya melatih diri
membudayakan nilai budaya baru, yang sesuai dengan arah pembangunan tanpa
harus meninggalkan identitas aslinya.
Perlunya esensi pendekatan budaya dalam membangun Madura era Suramadu.
Wilayah madyra memiliki kekuatan budaya yang belum banyak terdeteksi yang
apabila diberdayakan dapat digunakan sebagai laju pembangunan di Madura.
Potensi budaya Madura harus di tingkatkan dalam persaingan industri dan
globalisasi. Agar kebudayaan Madura tidak mengalami pergeseran dan sentiasa
tetap menjadi jati diri masyarakat Madura, dengan cara pengembangan pariwisata
berlandasakan kebudayaan Madura, pembangunan wilayah pesisir tanpa
mengabaikan potensi sosial budaya yang dimiliki dan peningkatan pendidikan dan
penegakan hukum.
Untuk itu kesadaran dan peranan para stake holder, pemuka agama, tokoh
masyarakat, pakar dan budayawan serta seluruh lapisan masyarakat Madura
sangat menentukan kesiapan Madura menjadi daerah industrialisasi yang tidak
kehilangan warna dan bentuk Maduranya, yaitu nilai religius dan berbudaya,
6
sehingga industrialisasi bukan menjadi momok, tetapi akan menjadikan berkah
bagi seluruh masyarakat Madura.
Analisis
Pasca era Suramadu, Madura akan mengalami industrialisasi yang sangat
komplek. Perlu dukungan pemerintah dalam mengambil kebijakan, tidak hanya
orientasi industri modern, tetapi juga harus mempertimbangakan aspek budaya.
Agar identitas dan kekentalan budaya Madura tidak pudar dimakan oleh
modernisasi
yang terjadi. Cara mempertahankan budaya dengan
mengoptimalisasikan pontesi sumberdaya budaya yang belum terkerahkan dan
digali sepenuhnya. Sehingga masyarakat Madura dan produk penduduk Madura
bakal dilandasi ilmu, teknologi, rekayasa, dan seni untuk membuatnya laku dan
mampu bersaing di pasaran global.
Tabel 2 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 2
Variable
Fakta Pendukung
Industrialisasi pasca
Suramadu
Pembangunan berbasis ilmu dan teknologi akan
dilakukan di Madura, tentunya memang ditujukan
untuk pembangunan Madura
Kebijakan Pemerintah
pemerintah kabupaten dituntut agar kebijakan
pembangunan wilayah yang diambil hendaknya
memperhatikan asas pemerataan secara adil dan
proporsional, serta tidak memberikan perlakuan
istimewa kepada kelompok etnik tertentu dalam
kaitannya dengan akses politik dan ekonomi di
daerah atau pusat-pusat kekuasaan
Pendekatan Budaya
Pendekatan pembangunan melalui pendekatan
budaya diharapkan menjadi pendekatan alternatif
yang mungkin dapat membuahkan hasil
pembangunan yang lebih baik, lebih beradab,
lebih berbudaya dan lebih manusiawi.
Esistensi Budaya
kesiapan Madura menjadi daerah industrialisasi
yang tidak kehilangan warna dan bentuk
Maduranya, yaitu nilai religius dan berbudaya,
sehingga industrialisasi bukan menjadi momok,
tetapi akan menjadikan berkah bagi seluruh
masyarakat Madura.
7
Kerangka Pemikiran
Kebijakan
Pemerintah
Pendekatan
Budaya dalam
pembangunan
Esistensi Budaya
Industrialisasi
pasca
Suramadu
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pustaka 2
3. Jurnal Administrasi Publik (JAP)
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (Edisi)
Alamat URL
Tanggal Diunduh
: Dampak Kebijakan Pembangunan Jembatan
Suramadu Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat
dalam Pengembangan Wilayah Jembatan
Suramadu
: 2009
: Artikel Jurnal
: Elektronik
: Ananda Tri Drama Yanti, Mochammad Saleh
Soeidy dan Heru Ribawanto
: Administrasi Publik
: Vol 1, No 2, Hal: 147-154
:
http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/
index.php/jap/article/download/39/219
: Selasa, 18 November 2014
Kebijakan pembangunan jembatan Suramadu sebagai salah bentuk
infrastruktur transportasi secara esensial dapat merangsang dan memberi peluang
pertumbuhan sosial maupun ekonomi khususnya di Pulau Madura. pemerintah
membentuk sebuah badan pelaksana yakni Badan Pengembangan Wilayah
Suramadu (BPWS). Kebijakan pembentukan BPWS ini sesuai dengan Peraturan
Presiden RI No 23 tahun 2009 tentang Badan Pengembangan Wilayah SurabayaMadura. bersifat ad hoc/sementara mempunyai visi yakni terwujudnya wilayah
Suramadu sebagai pusat pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dan sebagai simpul
transportasi nasional yang tetap dapat mempertahankan nilai budaya yang hidup
dalam masyarakat.
Menurut Rostow yang dikutip oleh Budiman beberapa tahapan proses
pembangunan tersebut meliputi “masyarakat tradisional, prakondisi lepas landas,
tinggal landas, bergerak ke kedewasaan dan konsumsi massa tinggi” (Budiman,
1995, h.26). dampak pembangunan jembatan Suramadu antara lain: mengalami
8
dampak dalam bidang sosial, dalam bidang budaya, dan dalam bidang ekonomi.
Intervensi pemerintah dalam upaya menstimulasi peningkatan sosial maupun
ekonomi di Madura pada khususnya yakni dengan membentuk Badan
pengembangan wilayah jembatan Suramadu (BPWS) dengan strategi dan
kebijakan mengacu pada kondisi, nilai-nilai dan budaya Madura sehingga tidak
termajinalkan. Dalam hal ini peneliti memberikan evaluasi terhadap kebijakan
pengembangan wilayah jembatan Suramadu dengan hasil bahwa kebijakan
tersebut belum maksimal.
Analisis
Masyarakat mengalami naik level menjadi masyarrakat pra kondisi lepas
landas bagi masyarakat yang aktif dan kreatif dan dalam pendidikan terjadi
dampak sosial pembangunan infrasturktur secara langsung juga dapat
mempengaruhi perubahan sosial.
Tabel 3 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 3
Variable
Fakta Pendukung
Kebijakan
Sebagai salah bentuk infrastruktur transportasi secara
Pembangunan
esensial dapat merangsang dan memberi peluang
jembatan Suramadu pertumbuhan sosial maupun ekonomi khususnya di Pulau
Madura
 Bidang Sosial: pembangunan jembatan Suramadu
Perubahan Sosial
membuat masyarakat di Desa Sukolilo Barat
Kecamatan Labang ini menjadi masyarakat yang naik
level menjadi masyarakat pra kondisi lepas landas.
 Bidang ekonomi: jembatan Suramadu membuat mereka
yang aktif dan kreatif mempunyai pekerjaan yang baru.
Sedangkan bagi mereka yang kurang aktif menjadi
korban akibat adanya pembangunan jembatan
Suramadu.
 Bidang budaya: dampak Posisif terdapat kerjasama
budaya antar suku Madura dengan suku Jawa yakni
kirab dan lomba perahu hias di daerah pesisir dekat
Jembatan Suramadu, Dampak negatif berkaitan tatanan
nilai dan budaya dalam masyarakat yang berbasiskan
nilai agama menjadi semakin luntur.
Badan Pengembangan Wilayah Suramadu sebagai Badan
Pengembangan
pelaksana yang bertanggung jawab terhadap pengembangan
Wilayah Suramadu wilayah jembatan Suramadu sudah berusaha untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan
Evaluasi
Kebijakan
evaluasi terhadap kebijakan pengembangan wilayah
jembatan Suramadu dengan hasil bahwa kebijakan tersebut
belum maksimal. Berdasarkan tipe kriteria: efektivitas,
efisiensi, kecukupan, pemerataan, responsifitas, dan
ketepatan
9
Kerangka Pemikiran
Kebijakan
Pembangunan
Jembatan
Suramadu
Pengembangan
Wilayah Suramadu:
oleh Badan
Pengembangan
Wilayah Suramadu
(BPWS)
Perubahan Sosial:
 Sosial
 Budaya
 ekonomi
Evaluasi Kebijakan:
 Efektivitas
 Efisiensi,
 Kecukupan
 Pemerataan
 Responsifitas
 Ketepatan
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Pustaka 3
4. Jurnal
Judul
: Warga Pesisir, Haruskah Tersingkir?
Studi dampak Pembangunan di wilayah Pesisir
Surabaya
Tahun
:-
Jenis Pustaka
:-
Bentuk
Pustaka
:-
Nama Penulis
Nama Jurnal
:-
Volume (Edisi)
:-
Alamat URL
Tanggal
Diunduh
: Selasa, 18 November 2014
Fokus analisis adalah pada berkurangnya ruang hidup warga dan hilangnya
sumber-sumber penghidupan warga yang diakibatkan dari tekanan pembangunan
infrastruktur jembatan Suramadu dan Industri pertambangan pasir laut. Hal ini
tidak hanya berdampak pada kerusakan lingkungan bio-fisik saja, namun juga
turut memberikan tekanan yang cukup besar terhadap kesejahteraan masyarakat
10
yang terlanjur menggantungkan kehidupannya pada pemanfaatan sumber daya
alam dan lingkungan.
Proyek infrastruktur berbentuk pembukaan jalan-jalan baru, akan membabat
hutan dan kawasan-kawasan pertanian maupun permukiman. Hal yang sama
terkait pembebasan lahan akses Suramadu juga terjadi di Pulau Madura. Wilayah
kaki jembatan ini berada di Kabupaten Bangkalan dengan luas area yang
dibutuhkan 670,949m2. Jared Diamond menggunakan sebuah kerangka kerja
ketika mempertimbangkan situasi kolapsnya sebuah masyarakat. Kerangka ini
terdiri atas lima perangkat faktor yang cenderung berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat, yaitu: kerusakan lingkungan, perubahan iklim, permusuhan dengan
tetangga, lenyapnya mitra dagang, serta bagaimana masyarakat merespon
perubahan dan kerusakan lingkungan hidup.
Tiga pelabuhan besar di sisi selatan Pulau Madura yang akan dibangun untuk
melengkapi keberadaan jembatan Suramadu semakin menunjukkan kelangsungan
fungsi yang akan segera lenyap. Pelabuhan di Bangkalan untuk terminal peti
kemas internasional, di Sampang untuk perikanan nasional, dan di Sumenep untuk
Pariwisata. Pembangunan pelabuhan peti kemas di Bangkalan akan meningkatkan
volume peti kemas yang melintas di selat Madura. Proyek infrastruktur wilayah
yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk menciptakan laba pada semua
pelaku yang terlibat di seluruh rantai pengaturannya. Manfaat kepada wilayah
setempat nyaris tidak dirasakan.
kesimpulan tentang desain pembangunan wilayah pesisir Surabaya yang
menyingkirkan kaum nelayan dengan berkurang dan hilangnya ruang hidup dan
sumber produksi mereka. Kemakmuran yang menjadi cita-cit bukan milik
mereka. Kemakmuran hanyalah untuk kaum elit dan beralaskan kesengsaraan
warga.
Analisis
pasca diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 (sebelumnya UU No. 22
Tahun 1999) tentang Pemerintahan Daerah, mendorong percepatan eksploitasi
sumber daya alam dan lingkungan dalam beberapa tahun terakhir. Bergesernya
kepentingan eksplorasi menjadi eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan,
secara besar-besaran, dirasa sudah jauh meninggalkan prinsip-prinsip keselamatan
lingkungan. Hal ini tidak hanya berdampak pada kerusakan lingkungan bio-fisik
saja, namun juga turut memberikan tekanan yang cukup besar terhadap
kesejahteraan masyarakat yang terlanjur menggantungkan kehidupannya pada
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan.
11
Tabel 4 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 4
Variable
Fakta Pendukung
Kebijakan Pemerintah tentang Pemerintahan Daerah, mendorong percepatan
eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan dalam
UU No. 32 Tahun beberapa tahun terakhir. Bergesernya kepentingan
2004
eksplorasi menjadi eksploitasi sumber daya alam dan
lingkungan, secara besar-besaran, dirasa sudah jauh
meninggalkan prinsip-prinsip keselamatan lingkungan
 berbentuk pembukaan jalan-jalan baru, akan
Pembangunan
membabat hutan dan kawasan-kawasan pertanian
Infrasturkut
maupun permukiman.
 Pembangunan
infrastruktur
jembatan
yang
disempurnakan
dengan
berbagai
rencana
pembangunan pelabuhan besar di sekitar jembatan
dan fasilitas umum berupa terminal penghubung,
museum, dan prasarana wisata bahari
 sejak PT Gora Gahana melakukan penambangan pasir
Industrialisasi
laut.
 pembuangan lumpur Lapindo ke selat Madura.
 PT Surabaya Industrial Estate Rungkut(SIER) yang
sangat tertarik dengan menggarap lahan di sekitar
Suramadu.
Dampak negatif
Tidak hanya berdampak pada kerusakan bio-fisik , namun
juga turut memberikan tekanan yang cukup besar terhadap
kesejahteraan masyarakat yang terlanjur menggantungkan
kehidupannya pada pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan.
Tidak hanya Riau yang kehilangan pasir untuk
pembangunan perluasan daratan Singapura. Di Selat
Madura, wilayah kecamatan Kenjeran Surabaya, aktivitas
penambangan pasir laut juga terjadi.
Hilangnya
sumber- Nelayan menjadi sangat rentan terhadap rencana alih
sumber penghidupan peruntukkan kawasan. Perubahan desain peruntukan
bagi Nelayan
kawasan yang lebih modern, mengancam kaum nelayan
kehilangan sumber penghidupan dari perairan laut
12
Kerangka Pemikiran
Kebijakan Pemerintah
Kebijakan
Pembangunan
UU No. 32 Tahun 2004
hilangnya sumbersumber penghidupan
bagi Nelayan
-
Industrialisasi
-
Pembangunan
Jembatan
-
Pembukaan Jalan
Dampak negatif
Gambar 4 Kerangka Pemikiran Pustaka 4
13
5. Jurnal Pamator
Judul
: Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu
Terhadap Masyarakat Madura: tinjauan dari Sisi
Perekonomian dan Kesejahteraan
Tahun
: 2010
Jenis Pustaka
: Artikel Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Taufiq Hidayat
Nama Jurnal
: Pamator
Volume (Edisi)
: Vol 3, NO 2 Oktober 2010: 181-187
Alamat URL
http://lppm.trunojoyo.ac.id/upload/penelitian/pene
rbitan_jurnal/09_Pamator%20Vol%203%20No%
202%20Oktober%202010.pdf
Tanggal Diunduh
: Selasa, 20 November 2014
Jembatan Suramadu berdampak pada pembangunan wilayah Madura sebagai
pengembangan rencana program industrialisasi (disebutnya Madura sebagai
Batam ke dua). Almarhum ekonom Sarbini pernah menyebutkan yang paling kuat
dan tidak berubah di dalam PSI adalah semangat sosialisme, semangat membela
rakyat, serta memperjuangkan keadilan dan pemerataan. Semangat yang tidak
berubah itu (yang dipandang menguntungkan rakyat) akan tetap dipertahankan
sebagai dampak yang diharapkan masarakat dalam proses perjalanan bangsa dan
pembangunannya. Faisal mengatakan, salah satu pemicu deindustrialisasi adalah
rendahnya dukungan perbankan. Kredit ke sector industry secara nominal tetap
tumbuh tetapi presentasenya makin rendah.
industrialisasi oleh sector perbankan dipandang lebih berpotensi kearah
kemodorotan dari pada kemanfaatannya untuk masarakat yang masih rendah
tingkat pendidikan, pengetahuan dan kemampuan dalam daya saing produktivitas,
sehingga penyaluran kreditnya sebagai paparan Faisal, Sambodo dan Ambar lebih
tertarik pada pembiayaan konsumsi dan pembangunan property. Lemahnya cara
berpikir kritis menjadikan perkembangan tenaga produktif (teknologi dan sumber
daya manusia), mengakibatkan rendahnya produktivitas serta penghasilan yang
diterima buruh. Memperhatikan pandangan diatas, tentang industrialisasi dari sisi
dampak yang diharapkan dan yang tidak diharapkan, serta berbagai macam
fenomena masalah yang berkembang, maka industrilalisasi dapat dikatakan
mempunyai peranan penting. industrialisasi menjadi salah satu kebijakan program
yang akan dijalankan dalam pengembangan pasca Suramadu. Pengembangan
kebijakan program industrialiasi yang akan dilaksanakan di wilayah
pengembangan Suramadu, tentu tidak akan terlepas dari pada kebijakan organisasi
yang dibentuk dengan nama Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS)
14
dampak kebijkan industrialisasi dalam format budaya, ekonomi dan politik
hukum masyarakat mencapai kesejahteraan. Budaya Madura yang dimiliki orleh
masyarakat Madura sepertu semagat gotong royong, sopan santun, berharga diri,
memiliki kearifan bertindak dan semangat jiwa wiraswasta. Sehingga
eksistensinya menjadi bermartaban dengan adanya seruan budaya lokal dan
potensinya oleh kebijakan industrialisasi pasca Suramadu. Namun harus juga
kebijakan industrialisasi pasca Suramadu yang diharapkan telah dirancang dan
harus memiliki/mempunyai basis/bercirikan ekonomi kerakyatan
1. sistem ekonomi kerakyatan adalah penegakan prinsip keadilan dan demokrasi
ekonomi, disertai kepedulian terhadap yang lemah.
2. pemihakan, pemberdayaan, dan perlindungan terhadap yang lemah oleh
semua potensi bangsa, terutama pemerintah sesuai dengan kemampuannya.
3. Penciptaan iklim persaingan usaha yang sehat dan intervensi yang ramah
pasar serta upaya pemerataan berjalan seiring dengan upaya menciptakan
pasar yang kompetitif untuk mencapai efisiensi optimal.
4. pemberdayaan ekonomi rakyat sangat terkait dengan upaya menggerakkan
ekonomi pedesaan.
5. pemanfaatan dan penggunaan tanah dan sumber daya alam transparan dan
produktif
6. pembangunan ekonomi rakyat, antara lain pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan/pertambakan.
Berpijak pada pandangan teori system eknomi kerakyatan dan yang
disemangati dengan keputusan MPR RI tersebut di atas, maka penting
dipersiapkan dan tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas, guna
memenuhi berjalannya system dimaksud sesuai harapan. Dalam konteks dan
kepentingan ini, maka pendidikan dan kesehatan ditanggung sepenuhnya oleh
negara. Jaminan penyediaan gizi bagi masyarakat, tidak dipandang sebagai
program belas kasihan untuk sebagian rakyat miskin.
Analisis
Membangun masyarakat Madura pasca Suramadu melalui industrialisasi
untuk mencapai kesejahteraan masyarakat Madura harus didukung dengan sistem
ekonomi kerakyatan yang berbasis penegakan prinsip keadilan; demokrasi
ekonomi yang disertai kepedulian terhadap yang lemah; pemihakan;
pemberdayaan; perlindungan; penciptaan iklim persaingan usaha yang sehat;
upaya pemerataan dalam menciptakan pencitraan hubungan kemitraan antara
usaha besar dengan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UKMK);
pemberdayaan ekonomi rakyat dengan upaya mempercepat pembangunan
pedesaan, termasuk di daerah terpencil, daerah minus, daerah kritis, daerah
perbatasan dan daerah terbelakang lainnya sebagai prioritas. Dengan
pendistribusian asset ekonomi kepada masyarakat miskin yang berbasis campur
tangan dan penetrasi pemerintah untuk memudahkan pelaksanaan kontrol global
yang seringkali menyingkirkan norma dan nilai sosial lokal. Selain, itu juga
adanya program industrialisasi penting memartabatkan nilai-nilai budaya local
yang agamis.
15
Tabel 5 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 5
Variable
Pembangunan
jembatan Suramadu
Fakta Pendukung
Jembatan Suramadu yang melintasi Selat Madura
mempermudah akses Surabaya-Madura atau MaduraSurabaya.
Kebijakan
Pengembangan kebijakan program industrialiasi yang
Industrialisasi pasca akan dilaksanakan di wilayah pengembangan Suramadu,
Suramadu
tentu tidak akan terlepas dari pada kebijakan organisasi
yang dibentuk dengan nama Badan Pengembangan
Wilayah Suramadu (BPWS).
Ekonomi kerakyatan
sistem ekonomi kerakyatan adalah penegakan prinsip
keadilan dan demokrasi ekonomi, disertai kepedulian
terhadap yang lemah.
Esistensi
budaya budaya yang dominan berdasarkan semangat Puritanisme
Madura
(sejumlah ajaran yang dipakai oleh kaum puritan yang
senantiasa berpegang teguh pada kemurnian perangkat
norma/kaidah/nilai). Dimana semangat Puritanisme itu
ada, dan dimiliki oleh masarakat Madura (seperti
semangat gotong royong, sopan santun, harga diri
Good Govermance
1) partisipatif; 2) tranparansi; 3) akuntabilitas.
Kesejahteraan
Hal yang demikian ini dapat terlaksana dengan dukungan
Masyarakat
aparat pemerintahan yang baik (good governance), demi
tercapainya tujuan pembangunan pertanian di pedesaan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani
yang umumnya miskin (secara ekonomi).
Kerangka Pemikiran
Pembangunan jembatan
Suramadu
Kebijakan Industrialisasi
pasca Suramadu
Good Govermance
1) partisipatif;
2) tranparansi;
3) akuntabilitas.
Ekonomi kerakyatan
Kesejahteraan Masyarakat
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Pustaka 5
Esistensi budaya
Madura
16
6. Jurnal
Judul
: Perubahan Sosial Desa Jatiarjo (Studi Kasus
Kehadiran Taman Safari Indonesia Ii Prigen Bagi
Masyarakat dan Makna Pendidikannya)
Tahun
: 2007
Jenis Pustaka
: Artikel Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Indah Puspita Sari
Nama Jurnal
:-
Volume (Edisi)
:-
Alamat URL
http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel6E7080B02C63
6E6B9F6981B4868F1646.pdf
Tanggal Diunduh
: Selasa, 20 November 2014
Pariwisata dianggap sebagai suatu aset yang strategis untuk mendorong
pembangunan pada wilayah-wilayah tertentu yang mempunyai potensi objek
wisata. Perkembangan pariwisata merupakan aktivitas yang pada akhirnya
memberi pengaruh ekonomi terhadap kehidupan di sekitar lokasi pariwisata,
pengaruh ekonomi dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar, terutama dari segi
ekonomi yaitu meningkatkan pendapatan.
Selain itu, meskipun benar bahwa industri pariwisata menghasilkan uang,
tetapi sebagian besar dari uang tersebut tidak masuk ke dalam saku orang-orang
bangsa sendiri, apalagi ke tangan penduduk setempat. Sekalipun masyarakat
setempat benar-benar mendapat keuntungan tetapi elite nasional tetap mendapat
keuntungan yang lebih banyak.
Dengan adanya Taman Safari Indonesia II Prigen telah membawa
perubahan pada masyarakat Desa Jatiarjo. Dengan datangnya peluang usaha di
lingkungan mereka menyebabkan terjadinya perubahan sosial di bidang: (1)
Ekonomi (2) Pendidikan dan (3) Perilaku sosial yang terjadi pada masyarakat
Desa Jatiarjo. Desa Jatiarjo adalah salah satu desa yang terkenal dengan hasil
produksi pertaniannya. Hal ini dikarenakan masyarakat Desa Jatiarjo mayoritas
bermata pencaharian sebagai petani. Karena kondisi masyarakat Desa Jatiarjo yang
masih sederhana menjadikan sebuah pendidikan formal tidak begitu menarik di
kalangan masyarakat tersebut. Taman Safari Indonesia II Prigen mulai dirintis di
Desa Jatiarjo dari tahun 1993, dengan membebaskan tanah milik warga setempat.
Taman Safari Indonesia II prigen dibangun sebagai kelanjutan dari Taman Safari I di
Cisarua Bogor yang tidak mungkin diperluas lagi. Taman Safari Indonesia II Prigen
diresmikan pada tanggal 29 Desember 1997.
17
Analisis
Pembangunan Taman Safari Indonesia II Prigen memiliki dampak
tersendiri bagi lingkungan sekitar lokasi. Bukan hanya pada kondisi alam sekitar,
tetapi juga meliputi seluruh rangkaian kehidupan sosial masyarakatnya. Dampak
yang ditimbulkan akibat adanya pembangunan Taman Safari Indonesia II Prigen
salah satunya adalah menyempitnya lahan pertanian hal ini dikarenakan sebagaian
lahan pertanian warga digunakan untuk pembangunan Taman Safari Indonesia II
Prigen.
Dampak dengan adanya Taman Safari Indonesia II Prigen ini baik
langsung maupun tidak langsung berpengaruh besar terhadap proses pendidikan
dalam peningkatan sumber daya manusia di Desa Jatiarjo.
Tabel 6 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka6
Variable
Fakta Pendukung
Pembangunan Taman Taman Safari Indonesia II prigen dibangun sebagai
Safari Indonesia II
kelanjutan dari Taman Safari I di Cisarua Bogor yang
Prigen
tidak mungkin diperluas lagi. Taman Safari Indonesia II
Prigen diresmikan pada tanggal 29 Desember 1997.
Kondisi Masyarakat
- Mayoritas bermata pencarian petani
Sebelum
- Sumberdaya manusia rendah (tingakat pendidikan
pembangunan
rendah)
- Kondisi ekonomi yang rendah
Dampak Positif
- Terciptanya lapangan pekerjaan
- Perbaikan sistem dan perkembangan pendidikan
- Mendapatkan bantuan pembangunan (masjid,
sekolah, jalan)
Dampak negatif
- Penyempitan lahan Pertanian
- Penganguran (kurang meratanya pembagian kerja)
Perubahan Sosial
-
Perubahan mata pencarian (Petani ke pedagang,
petani ke Perkantoran)
Perkembangan pola pikir / peningkatan SDM
18
Kerangka Pemikiran
Kondisi Masyarakat Sebelum
pembangunan
-
Mayoritas bermata pencarian
petani
Sumberdaya manusia rendah
(tingakat pendidikan rendah)
Kondisi ekonomi yang rendah
Pembangunan
Taman Safari
Indonesia II Prigen
Dampak Negatif
Dampak Positif
- Terciptanya
lapangan
pekerjaan
- Perbaikan
sistem
dan
perkembangan pendidikan
- Mendapatkan
bantuan
pembangunan
(masjid,
sekolah, jalan)
-
-
-
Penyempitan
lahan
Pertanian
Penganguran
(kurang
meratanya pembagian kerja
Perubahan Sosial
Perubahan mata pencarian
(Petani ke pedagang, petani
ke Perkantoran)
Perkembangan pola pikir /
peningkatan SDM
Gambar 6. Kerangka Pemikiran Pustaka 6
19
7. Jurnal Humaniora
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (Edisi)
Alamat URL
Tanggal Diunduh
:Tantangan
Pembangunan
Ekonomi
dan
Tranformasi sosial: Suatu pendektan Budaya
: 2002
: Artikel Jurnal
: Elektronik
: Irawan Abdullah
: Humaniora
: Vol. 14, No 3
http://jurnal.ugm.ac.id/jurnalhumaniora/article/download/762/607
: Selasa, 20 November 2014
Setiap proses pembangunan ekonomi salalu menyangkut faktor nonekonomi didalamnya. Pandangan soedjatmolo tentang kaitan pembangunan
ekonomi tentang proses perubahan ekonomi dengan perubahan secara luas dapat
dilihat pada tanggapannya terhadap proses industrialisasi. Meskipun proses
membangun suatu masyarakat harus mengubah masyarakat itu ke arah yang
sesuai dengan cita-cita pembangunan, transformasi suatu masyarakat berkaitan
langsung dengan ciri sosial budaya masyarakat tersebut.
Tiga proses dimana kebudayaan mengabil tempat yang sangat penting di
dalamnya, pertama kebudayaan merupakan faktor penting didalm mendorong
proses transformasi. Kedua, kebudayaan sekaligus dinilai sebagai penghambat
proses transformasi karena nilai-nilai yang dimilikinya tidak sesuai dan
bertentangan dengan nilai dan praktik kehidupan baru. Ketiga, kebudayaan harus
pula dilihat sebagai produksi dan direproduksi didalam kehidupan sehari-hari.
Kebudayaan sebagai pendorong transformasi sosial. dalam sehari-hari kita
sering mendengar betapa kebudayaan tradisional dan tentu saja orang-orang yang
tradisional merupakan kendala pembangunan. Kebudayaan dapat dianggap
sebagai suatu modal dasar yang bisa dimangaatkan untuk kepentingan
pembangunan. Ide gotong royong dapat dikembangkan untuk kepantingan
monilisasi tenaga kerja di dalam membangun sesuatu dan dalam menggalang
pemupukan modal untuk membiayai pembangunan. Namun dalam penelitian
mengenai masalah ini, hanya menyentuh sebagian kecil dari diskusi kebudayaan.
Hambatan budaya dalam pembangunan, proses transformasi suatu
masyarakat selalu menyangkut pilihan apa yang ingin diubah dan apa yang
seharusnya tidak diubah. Kegagalan transformasi ke arah pembentukan sistem
kehidupan modern secara luas disebabkan oleh perubahan tata nilai lama yang
lamban atau pengaruh tata nilai lama di dalam bentuk organisasi kehidupan baru,
yang sesunggunya meminta suatu cara kerja organisasi yang baru.
Kebudayaan dan tata nilai baru muncul akibat proses transformasi
masyarakat yang tidak terelakan. Globalisai membawa dampak yang tidak
terelakkan didalm bidang konsumsi. Permintaan yang besar di dalam produk
20
global oleh golongan mengengah telah menyebabkan terjadinya ekspansi pasar
secara besar-besaran, yang karena itu pasar menjadi kekuatan penting di dalam
mendikte kehidupan. Kepentingan-kepentingan material secara umum juga telah
mengarahkan perilaku sosial hampir semua orang. Keseimbangan antara aspek
material dan nonmaterial dialam kehidupan harus dibangun untuk menhidari
disintegrasi didalam kehidupan sosial. kebudayaan seharusnya berfungsi dalam
mengevaluasi setiap perubahan sehingga perubahan itu tidak berada di luar jalur
nilai-nilai yang disepakati.
Analisis
Pembanguan ekonomi pada dasarnya tidak akan lepas dari nilai sosial dan budaya
masyarakat. Kebudayaan dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya
pembangunan ekonomi maupun masyarakat. Namun kebudayaan yang ada
sekarang dianggap menjadi penghabat pembangunan. Karena pemahaman dan
nilai-nilai yang terkandung didalam budaya tidak dipahami secara menyeluruh.
Transformasi kebudayaan harus dilakukakan sebab kesulitan yang dihadapai di
dalam proses pembangunan sesungguhnya disebabkan kecendurungan dalam
mengesampingkan nilai-nilai kebudayaan. semuai ini merupakan tanda penting
bahwa pembangunan yang sedang berlangsung masih belum sesuai dengan citacita pembangunan manusia seutuhnya.
Tabel 7 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 7
Variable
Pembangunan
ekonomi
Fakta Pendukung
Proses pembangunan suatu masyarakat harus mengubah
masyarakat itu kearah yang sesua dengan cita-cita
pembangunan
Kebudayaan
Kebudayaan dapat dianggap sebagai suatu modal dasar yang
sebagai pendorong bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan. Ide
transformasi sosial gotong royong dapat dikembangkan untuk molisasi tenga
kerjad didalam membangun.
Kebudayaan
Kegagalan transformasi ke arah pembentukan sistem
sebagai penghabat kehidupan modern secara luas disebabkan oleh perubahan tata
transformasi sosial nilai lama yang lamban atau pengaruh tata nilai lama di dalam
bentuk organisasi kehidupan baru
Tata nilai baru
Globalisai membawa dampak yang tidak telekkan di dalam
bidang konsumsi, sebagai tanda penting dari proses
transformasi
masyarakat.
Orientasi
materi
dapat
menyebabkan kerapuhan dan belum tentnu dapat membawa
manusia kepada kesejahteraan dan kebahagiaan.
Transformasi
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama ini di dalam setiap
kebudayaan
proses pembangunan sesunggunya disebabkan oleh
kecenderungan dalam mengesampingkan nilai-nilai budaya.
kebudayaan seharusnya berfungsi dalam mengevaluasi setiap
perubahan sehingga perubahan itu tidak berada di luar jalur
nilai-nilai yang disepakati.
21
Kerangka Pemikiran
Kebudayaan
sebagai penghambat
transformasi sosial
Kebudayaan
sebagai pendorong
transformasi sosial
Pembangunan
ekonomi
Tata nilai baru
Transformasi
kebudayaan
Gambar 7. Kerangka Pemikiran Pustaka 7
8. Jurnal Humaniora
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (Edisi)
Alamat URL
Tanggal Diunduh
: Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Pasca Pembangunan Jembatan Siti Nurbaya
: 2014
: Artikel Jurnal
: Elektronik
: Danhil
:: : http://ejournal-s1.stkip-pgrisumbar.ac.id/index.php/sosiologi/article/view/1954
/1944
: Selasa, 20 November 2014
Pembangunan merupakan suatu proses dinamis yang senantiasa
berkembang terus dalam menjawab tuntutan kebutuhan serta perkembangan
zaman. Pembangunan ada yang diusahakan dan ada juga sektor kesengajaan di
dalam memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat. Pembangunan yang
dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia pada prinsipnya adalah suatu usaha
meningkatkan taraf hidup masyarakatnya dengan cara mengadakan perubahanperubahan di bidang sosial, budaya, dan ekonomi (Soekanto, 2007:358-360)
Pada tahun 1996 pemerintah daerah kota Padang melaksanakan
pembangunan jembatan layang yang melintasi sungai Batang Arau, yang
menghubungkan Kecamatan Padang Barat dengan Kecamatan Padang Selatan,
22
tepatnya di Kelurahan Berok Nipah sampai Kelurahan Batang Arau. Jembatan
layang tersebut dinamakan jembatan Siti Nurbaya.
Jembatan Siti Nurbaya merupakan suatu sektor yang tidak jauh berbeda
dengan sektor ekonomi yaitu dalam proses perkembangan yang mempunyai
pengaruh di bidang sosial dan ekonomi. Dalam bidang sosial dapat menyebabkan
terjadinya interaksi sosial antara masyarakat setempat dengan wisatawan yang
dapat mengakibatkan perubahan pola atau tata nilai kehidupan Masyarakat. Dulu
nya mau pergi ke pusat kota menaiki sampan dulu sekarang bisa naik angkot atau
naik ojek langsung ke pusat kotanya, serta hubungan antara masyarakat dulu
sangat berbeda dengan adanya jembatan ini di antaranya masyarakat bersifat
individual. Sedangkan dalam bidang ekonomi mempunyai potensi yang cukup
tinggi dalam memberikan peningkatan ekonomi masyarakat.
Analisis
Pembangunan jembatan Siti Nurbaya menyebabkan terjadinya perubahan
di masyarakat, baik itu sosial maupun ekonomi. Kondisi sebelum pembangunan
jembatan Siti Nurbaya. Dalam bidang sosial, Adanya jalinan kerjasama yang
lancar antar masyarakat serta masih memiliki kesadaran untuk ikut begotong
royong, cara bersikap dan berbicara sopan santu sesama warga kelurahan batang
arau masi terjaga, walaupun masyarakat memiliki latar belakang ekonomi, budaya
dan agama yang berbeda. Dalam bidang mata pencariahan masyarakat sebelu
dibangun jembatan, umumnya sebagai nelayan, kuli bangunan, kuli angkut,
tukang sampan penyebrangan, serta menjadi ABK kapal. Sebagian besar
masyarakat di Kelurahan Batang Arau memiliki kondisi ekonomi yang sangat
sulit. Kondisi pendidikan masyarakat sebelum adanya jembatan Siti Nurbaya juga
belum maju, karena masyarakat Batang Arau untuk pergi sekolah harus
menyeberang untuk mencapai sekolah SMP dan SMA karena SMP dan SMA
tidak ada di Kelurahan Batang Arau.
Perubahan sosial sejak berdirinya jembatan Siti Nurbaya. perubahan
perilaku dan sikap masyarakat Kelurahan Batang Arau, di mana sejak adanya
jembatan Siti Nurbaya, masyarakat lebih individual dengan mementingkan
kepentingan pribadi. dari segi pendidikan membawa perubahan yang positif bagi
masyarakat di Kelurahan Batang Arau, yaitu meningkatkan pendidikan karena
perekonomian keluarga mulai membaik dan pendapatan masyarakat meningkat.
banyak beralih pekerjaan dari nelayan jadi pedagang jagung, buruh menjadi
pedagang jagung bakar, Ibu Rumah Tangga menjadi pedagang jagung bakar,
sehingga masyarakat di sekitar jembatan Siti Nurbaya ada yang memiliki 2 jenis
mata pencaharian.
23
Tabel 8 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 8
Variable
Pembangunan
Jembatan Siti
Nurbaya
Fakta Pendukung
Pada tahun 1996 pemerintah daerah kota Padang
melaksanakan pembangunan jembatan layang yang melintasi
sungai Batang Arau, yang menghubungkan Kecamatan
Padang Barat dengan Kecamatan Padang Selatan
Kondisi sebelum bidang sosial, Adanya jalinan kerjasama yang lancar antar
Pembangunan
masyarakat.
Jebatan
bidang mata pencariahan, masyarakat sebelu dibangun
jembatan, umumnya sebagai nelayan, kuli.
Bidang ekonomi, kondisi ekonomi yang sangat sulit
menyebabkan tingkat pendidikan sangat rendah.
Perubahan sosial
(setelah
Pembangunan
jembatan)
Bidang sosial, masyarakat lebih individual dengan
mementingkan kepentingan pribadi.
Bidang ekonomi, pendapatan masyarakat meningkat. banyak
beralih pekerjaan dari nelayan menjadi pedagang jagung.
Bidang pendidikan, Semenjak berdirinya jembatan akses
terhadap pendidikan semakin muda.
Kerangka Pemikiran
Kondisi sebelum
Pembangunan
Jebatan
Pembangunan
Jembatan Siti
Nurbaya
Perubahan sosial
(setelah
Pembagunan
jembatan)
Bidang sosial
Bidang pendidikan
Bidang ekonomi
Gambar 8 Kerangka Pemikiran Pustaka 8
24
9. Jurnal Buletin ekonomi perikanan
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (Edisi)
Alamat URL
Tanggal Diunduh
Dampak Pembangunan Pelabuhan Peri Kanan
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan
Pendapatan Masyarakat (Stud; Kasus d;
Pelabuhan
Perlkanan
Lempaslng,
Bandar
Lampung)
: 2005
: Artikel Jurnal
: Elektronik
: Helmi Yusuf, Kooswardhono M, M Sri Saeni
Dan Lutfi L. Nasution
: Buletin ekonomi perikanan
: Vol. 6, No 1
:http://journal.ipb.ac.id/index.php/bulekokan/artic
le/download/2536/1525
: Kamis, 20 November 2014
tujuan atau makna yang melekat pada istilah pembangunan, semuanya
akan selalu menunjuk kepada sesuatu yang positif, artinya setiap pembangunan
selalu diharapkan bermanfaat (Fandeli, 1992). Namun demikian, pad a dasarnya
kegiatan pembangunan pelabuhan termasuk pelabuhan perikanan yang telah
dilakukan diharapkan dapat memberikan dampak secara fisik yang berupa
ancaman terhadap kerusakan ekologi baik berupa kerusakan lahan, biologi,
maupun pencemaran. Kemudian, seperti umumnya pada setiap kegiatan
pembangunan yang telah dilaksanakan terjadi pula dampak sosial baik sosial
maupun ekonomi, baik yang bersifat positif maupun negatif(Suratmo, 1998).
Pembangunan yang dilakukan secara terus menerus mempunyai ~aksud
mengembangkan yang telah dilakukan sebelumnya sering disebut sebagai
pengembangan (Improvement). Pengembangan pelabuhan perikanan dapat berupa
penambahan fasilitas pelabuhan, jenisltipe pelabuhan dan pengc\olaannya untuk
mencapai tujuan pelabuhan perikanan yang optimal. Dampak kegiatan
pembangunan yang positif sangat diharapkan terutama terhadap masyarakat yang
berada di sekitar wilayah pelaksanaan kegiatan pembangunan tersebut. Namun
demikian, dampak negatif yangsebenarnya tidak diharapkan dapat berakibat
terhadap masyarakat sekitar itu pula (Setiadi, 1996). Sebagaimana aktivitas
ekonomi lainnya, pembangunan dan pengembangan pelabuhan perikanan di
Lempasing, Bandar Lampung seyogyanya akan memberikan manfaat positif
terhadap kelangsungan sosial ekonomi masyarakat terutama dalam bentuk
penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan. dalam rangka
meningkatkan atau mempertailankan Jjenl'erapan tenaga kerja dan pendapatan
masyaraikat di sekitar pelabuhan perikanan terutama nelayan diperlukan
peningkatan pelayanan dan peningkatan kesempatan masyarakat nelayan
memanfaatkan fasilitas pelabuhan perikanan. terutama tempat pelelangan ikan.
25
Analisis
Pembangunan yang dilaksanakan bertujuan mempertuas kesempatan
kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang sekaligus menunjang
kehidupan ekonomi masyarakat; antara lain adalah pembangunan pelabuhan
seperti yang telah dilakukan di beberapa wilayah kabupaten di Propinsi Lampung
Keseluruhan masyarakat nelayan responden juga mengemukakan bahwa
sejak adanya pembangunan pelabuhan perikanan ini semakin banyak jumlah
nelayan yang melaksanakan penangkapan ikan di wilayah Kota Bandar Lampung
dan beberapa wilayah lainnya bersandar dan melaksanakan jual beli ikan hasil
tangkapannya di pelabuhan ini. Hal ini juga sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai dengan adanya pembangunan pelabuhan yaitu menampung kegiatan
masyarakat perikanan baik ditinJau dari aspek produksi, pengolahan maupun
pemasaran (Murdiyanto, 2003).
Peningkatan pendapatan tersebut terjadi tidak hanya pada kelompok
nelayan tetapi terjadi pada seluruh kelompok masyarakat yang berada di sekitar
pelabuhan perikanan Lempasing. Hal ini juga berarti masyarakat nelayan yang
memanfaatkan sumberdaya perikanan di perairan laut dan pesisir Lampung
menggunakan fasilitas pelabuhan perikanan yang berada di Lempasing.
26
Tabel 9 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 9
Variable
Pembangunan
Pelabuhan
Fakta Pendukung
Pembangunan dan pegembangan pelabuhan perikanan yang telah
dilakukan di wilayah pesisir Lampung (seperti di Lempasing Teluk Lampung, Bandar Lampung) merupakan salah satu aktivitas
pemanfaatan wilayah pesisir Lampung yang cukup signifikan di
dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat, terutama bagi
masyarakal nelayan.
Penyerapan
tenaga kerja
Pendapatan
Masyarakat
wawancara dengan para pedagang ikan menunJukkan bahwa ikan
yangdiperdagangkan di wilayah ini tidak hanya berasal dan
dipasarkan dalam wilayah Kota BandarLampung, tetapi juga
berasal dari luar daerah, antara lain berasal dari Sumatera Barat
(Padang) dan Propinsi Banten (Pandeglang dan Cilegon). Oleh
karena itu, setelah adanya pembangunan dan . pengembangan
pelabuhan perikanan pantai Lempasing, kuantitas buruh angkut
ikan juga turut meningkat hingga 82,81%.
Hasil wawancara dengan para pedagang ikan yang mengemukakan
bahwa sejak adanya pembangunan dan pengembangan pelabuhan
perikanan pantai Lempasing, kegiatan bongkar muat dan
perdagangan ikan meningkat secara drastis. Hal ini sesuai pula
dengan fungsi dan peranan pelabuhan perikanan yang antara lain
sebagai pusat pemasaran dan distribusi ikan hasil tangkapan
masyarakat nelayan (Murdiyanto, 2003).
Kesejahteraan
sebelum dan sesudah adanya pembanaunan pelabuhan perikanan.
masyarakat
Oleh karena itu. disarankan dalam rangka meningkatkan atau
mempertailankan Jjenl'erapan tenaga kerja dan pendapatan
masyarakat di sekitar pelabuhan perikanan terutama nelayan
diperlukan peningkatan pelayanan dan peningkatan kesempatan
masyarakat nelayan memanfaatkan fasilitas pelabuhan perikanan.
terutama tempat pelelangan ikan
Kerangka Pemikiran
Pendapatan
Masyarakat
Kesejahteraan
masyarakat
Pembangunan
Pelabuhan
Penyerapan
tenaga kerja
Gambar 9. Kerangka Pemikiran Pustaka 9
27
10. Jurnal Aplikasia
Judul
Peran Ulama Bassra Sebagai Perekat Masyarakat
(studi atas Pembangunan Jembatan Suramadu)
Tahun
: 2005
Jenis Pustaka
: Artikel Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Irawan Abdullah
Nama Jurnal
: Aplikasia
Volume (Edisi)
: Vol. 6, No 3:155-174 desember 2005
Alamat URL
: http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2013/10/INVENTARISASI-DANDOKUMENTASI-SISTEM-MATAPENCAHARIAN-DI-JAWA-BARAT.pdf
Tanggal Diunduh
: Kamis, 20 November 2014
Pulau Madura merupakan wilayah yang strategis dan berbatasan dengan
Indonesia bagian Timur yang juga potensial untuk dikembangkan secara optimal.
Bangkalan yang masuk wilayah Madura bagian Barat merupakan pintu gerbang
daerah perdagangan dan keluar masuk orang-orang Madura maupun yang lain,
dan juga sebagai kawasan "GERBANGKERTOSUSILA" (Gresik, Bangkalan,
Mojokerto, Sidoarjo, dan Lamongan). Pertumbuhan sektor industri yang pesat dan
hanya berpusat di wilyah-wilayah diatas, telah menyebabkan timbulnya
ketimpangan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di antara kota dan desa.
Sekaligus memaksa sektor pertanian untuk mencari pekerjaan di luar itu.
Berbagai permasalahan penting di atas telah menjadi salah satu faktor
pendorong pemerintah untuk melakukan industrialisasi Madura dan Pembangunan
jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya dan Madura. Konsep
pembangunan bisa saja tidak seluruhnya dapat diwujudkan sesuai dengan harapan
yang diinginkan. Bahkan bisa terjadi, implementasi pembangunan muncul sebagai
akibat-akibat yang terjadi di luar konsep pembangunan itu. maka pembangunan
jembatan itu sekaligus dimaksudkan juga sebagai sasaran untuk memacu
perluasan kawasan industri, perumahan di Surabaya dan Madura. Pembangunan
ketiga proyek itu diharapkan dapat mendorong kegiatan sosial ekonomi di
kawasan Madura secara keseluruhan yang sampai sekarang ini kurang tersentuh
oleh dinamika pembangunan.
Dengan adanya pembangunan itu, maka kebijakan pemerintah ini
mendapat tanggapan dari Ulama non Bassra maupun dari Ulama Bassra sebagai
mediator dan mewakili masyarakat Madura, sehingga terjadi tarik menarik antara
Pemerintah sebagai ratoh dengan Ulama Bassra, sebagai guruh. Peran Ulama
Bassra yang berfungsi sebagai mediator dapat dimaknai sebagai usaha merubah
kebijakan publik yang pada dasarnya merupakan dari aktualisasi suatu konflik
kepentingan. Pada usatu waktu ara kiai di ajak bersama studi banfing ke Pulau
Batam. Namaun ada beberapa rambu-rambu yan berkenaan dengan rencana
industrialisasi di Maduara yang diharapkan dapat dipatuhi oleh pemerintah. Dari
rambu-rambu tersebut antara lain; dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pemakaian jembatan Suramadu serta menyangkut industrialisasi itu sendiri
28
pemerintah diharapkan tidak hanya memikirkan aspek perrumbuhan ekonomi
saja, tetapi juga dari aspek sosial dan budaya.
Analisis
Kondisi kesenjangan sosial dan ekonomi Pulau Madura dengan kota-kota
disekitarnya dapat mempengaruhi kebijkan pemerintah yang akan dilakukan.
Kebijakan pemerintah dalam meminimalissir kesenajangan sosial dan ekonomi di
Pulau Madura diputuskan melalui pembangunan jembatan Suramadu, perumahan
dan Industrialisasi di Madura. Namun peran ulama yang tergabung dalam Bassra
menanggapi kebijakan pemerintah dalam pembangunan jembatan dan
industrialisasi Madura. Karena pembangunan pemerintah kebanyakan hanya
untuk pembangunan ekonomi makro sehingga manfaatnya tidak dirasakan oleh
lapisan masyarakat bawah.
Tabel 9 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 9
Variable
Kondisi
Ketimpangan
Pulau Madura
Kebijakan
Pemerintah
Pembangunan
jembatan
Suramadu
Industrialisasi
Ulama Bassa
Konflik lahan
Perubahan
struktur sosial
Fakta Pendukung
masalah kemiskinan dan kesenjangan antara desa dengan kota,
terutama kesenjangan antara Madura dan Surabaya. Kesenjangan
yang terjadi antar lapisan masyarakat, pada hakekatnya, bersumber
dari masalah kemiskinan yang dialami oleh masyarakat yang
bersangkutan
Berdasarkan Keputusan Presiden No. 55 tahun 1990 tertanggal 14
Desember 1990, lahirlah babak baru tentang pengukuhan rencana
pembangunan jembatan Suramadu dan menjadi satu paket dengan
industrialisasi Madura
pada tanggal 20 Agustus 2003, Presiden Megawati meresmikan
tiang pancang pembangunan jembatan Suramadu.
Dikukuhkan rencana pembangunan jembatan Suramadu menjadi
satu paket dengan industrialisasi Madura. Untuk itulah perlu adanya
suatu kebijakan tentang pembangunan jembatan Suramadu dan
Industrialisasi Madura
Peran Ulama Bassra yang berfungsi sebagai mediator dapat
dimaknai sebagai usaha merubah kebijakan publik yang pada
dasarnya merupakan dari aktualisasi suatu konflik kepentingan.
Setiap pembangunan pasti membutuhkan tanah (lahan) akibatnya
tanah semakin berkurang, sedangkan penduduk Madura semakin
meningkat. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah sebagai pihak
penguasa melakukan intervensi langsung dan mempunyai
kepentingan dengan masyarakat Madura. Benturan dari relasi
kepentingan ini terjadi tarik menarik yang kemudian muncul konflik
vertikal,
banyak perubahan penting dalam dalam tata kehidupan sosial
Madura kemungkinan terjadinya perubahan peran tradisional ulama
(para kiai) merupakan fokus yang tak mudah diabaikan di sini
29
Kerangka Pemikiran
Kondisi
Ketimpangan Pulau
Madura
Kebijakan
Pemerintah
Industrialisasi
Perubahan struktur
sosial
Ulama Bassa
Pembangunan
jembatan Suramadu
Konflik lahan
Gambar 10. Kerangka Pemikiran Pustaka 10
30
SINTESIS
Definisi Pembangunan jembatan Suramadu
Menurut Suwarsono (2006) Pembangunan lebih tepat diartikan sebagai
peningkatan standar hidup bagi setiap penduduk di negara dunia ketiga.
Peningkatan standar hidup meliputi fasilitas transportasi, lapangan pekerjaan
maupun untuk kesejahteraan masyarakat, Menurut Wallerstein dikutip Suwarsono
(2006) menyatakan bahwa kepentingan ekonomis birokrasi negara akan tetap
mengarahkan pembangunan nasional yaitu mengejar ketinggalan dan karenanya
selalu mengarah kepada pertumbuhan ekonomi.
Madura merupakan salah salah satu Pulau terbesar yang ada di sebelah
timur Jawa Timur dan terdiri dari empat kabupaten, antara lain Bangkalan,
Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Bangkalan yang masuk wilayah Madura
bagian Barat merupakan pintu gerbang daerah perdagangan dan keluar masuk
orang-orang Madura maupun yang lain, dan juga sebagai kawasan
"GERBANGKERTOSUSILA" (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, dan
Lamongan).
Menurut Syamsudin dan Sholeh (2005) menyatakan bahwa kemiskinan
dan kesenjangan antara desa dengan kota, terutama kesenjangan antara Madura
dan Surabaya. Kesenjangan yang terjadi antar lapisan masyarakat, pada
hakekatnya bersumber dari masalah kemiskinan yang dialami oleh masyarakat
yang bersangkutan.
Menurut Syamsudin dan Sholeh (2005) kesenjangan antara Madura
sebagai desa tradisional dan Surabaya sebagai kota modern. Untuk mengentaskan
kesenjangan dan kemiskinan antara pola hidup tradisional desa - kehidupan
modern kota, yaitu antara Madura dan Surabaya, khususnya dan Jawa pada
umumnya. Dikukuhkan rencana pembangunan jembatan Suramadu menjadi satu
tujuan dengan industrialisasi Madura. Untuk itulah perlu adanya suatu kebijakan
tentang pembangunan jembatan Suramadu dan industrialisasi Madura.
Dalam KEPRES RI no. 79 Tahun 2003 Menetapkan Pasal 1 Dalam
rangka meningkatkan perekonomian Pulau Madura pada khususnya dan Propinsi
Jawa Timur pada umumnya, dilanjutkan pelaksanaan pembangunan jembatan
Surabaya - Madura. Pasal 2 Pembangunan jembatan Surabaya - Madura tersebut
dilaksanakan sebagai bagian dari pembangunan kawasan industri dan perumahan
serta sektor lainnya dalam wilayah-wilayah di kedua sisi ujung jembatan tersebut.
sejalan dengan keputusan presiden di atas, menurut Suwarsono (2006)
Menjelaskan Pembangunan tidak sekedar pelaksanaan program yang melayani
kepentingan elite dan penduduk perkotaan, tetapi lebih merupakan program yang
dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk pedesaan, para pencari
kerja dan sebagian besar kelas sosial lain yang dalam posisi memerlukan bantuan.
31
Definisi Dampak pada Aspek Ekonomi
Berdasarkan Keputusan Pemerintah No. 14 Menteri Lingkungan Hidup
Tahun 1994, tentang “Penetapan Dampak Penting” dalam Biang (2008)
Menyebutkan bahwa “dampak terhadap aspek ekonomi, yaitu : pertama,
kesempatan bekerja dan berusaha; kedua, pola perubahan dan penguasaan lahan
dan sumber daya alam; ketiga, tingkat pendapatan; keempat, sarana dan prasarana
infrastruktur; kelima, pola pemanfaatan sumber daya alam”.
1) Kesempatan kerja dan berusaha
2) pola perubahan dan penguasaan lahan dan sumber daya alam
3) tingkat pendapatan
4) sarana dan prasarana infrastruktur
5) pola pemanfaatan sumber daya alam
Kesempatan kerja mengandung pengertian bahwa besarnya kesediaan
usaha produksi untuk mempekerjakan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses
produksi, yang dapat berarti lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia
untuk bekerja yang ada dari suatu saat dari kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja
dapat tercipta apabila terjadi permintaan tenaga kerja di pasar kerja, sehingga
dengan kata lain kesempatan kerja juga menujukkan permintaan terhadap tenaga
kerja. Sudarsono dikutip Tindaon (2011).
Menurut Maqin (2011) Pada dasarnya infrastruktur pembangunan dapat
dibedakan menjadi: (1) infrastruktur ekonomi yaitu infrastruktur fisik baik yang
digunakan dalam proses produksi maupun yang dimanfaatkan oleh masyarakat,
meliputi semua prasarana umum seperti tenaga listrik, telekomunikasi,
perhubungan, irigasi, air bersih dan sanitari serta pembuangan limbah (2)
infrastruktur sosial yaitu prasarana sosial seperti kesehatan dan pendidikan.
Pola perubahan dan penguasaan sumber daya alam dapat dilihat dari hak
akses, hak pemanfaatan, hak pengelolaan, hak ekslusi dan hak pengalihan. Dalam
pembangunan jembatan Suramadu bagaimana perubahan penguasaan lahan dan
pola pemanfaatan sumber daya alam. Berdasarkan tabel berikut:
Tabel 10 Status Kepemilikan Sumber daya Alam
Tipe hak
Authorized Authorised
Owner
Preprietor Claimant
user
entrant
Akses
x
x
x
x
x
Pemanfaatan
x
x
x
x
Pengelolaan
x
x
x
Ekslusi
x
x
Pengalihan
x
Sumber: Ostrom Ana Schlager dalam Satria (2009)
32
Konsep perubahan sosial
Menurut Wiliam F. Ogbrun dikutip Soekanto (2002) mengemukakan
bahwa ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik
yang material maupun immaterial, yang ditetapkan adalah pengaruh besar unsurunsur kebudayaan meterial terhadap unsur-unsur immaterial.
Menurut Soekanto (2002) menyatakan Syarat- syarat ekonomis saja tidak
cukup untuk melancarkan pembangunan. Diperlukan pula perubahan-perubahan
masyarakat yang dapat penetralisir faktor-faktor kemasyarakatan yang mengalami
perkembangan.
Menurut Ferley dikutip Sztompka (2007) perubahan sosial adalah
perubahan pola prilaku, hubungan sosial, lembaga dan struktur pada waktu
tertentu. Menurut Soekanto (2002) menyatakan bahwa perubahan sosial terjadi
karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan
keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur-unsur
geografis, biologis, ekonomis, atau budaya.
Dampak aspek ekonomi yang muncul setelah pembangunan jembatan
Suramadu, dapat membawah perubahan masyarakat yang tradisional ke arah
modern. Bentuk perubahan sosial yang terjadi dapat berupa perubahan interaksi
sosial, lembaga kemasyarakatan dan gerak sosial.
1.
Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis
yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara
kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan
kelompok manusia. Bentuk bentuk interaksi sosial dapat berupa kerjasama
(cooperation), persaingan (Competion) dan bahkan dapat juga berbentuk
pertentangan atau pertikaian (Conflict).
2.
Mobilitas Sosial
Menurut Soekanto (2002) menyatakan bahwa gerak sosial atau social
mobility adalah suatu gerak dalam struktur sosial (social structure) yaitu polapola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. sejalan dengan
itu Soekanto juga menyebutkan tipe-tpe gerak sosial yang prinsipil ada dua
macam, yaitu gerak sosial yang horizontal dan vertikal. Gerak sosial
horizontal yaitu perubahan individu atau kelompok dari kelompok sosial yang
sederajat, sedangkan gerak sosial vertikal yaitu perubahan individu atau
kelompok dari kelompok sosial yang memiliki kedudukan sosial yang lebih
tinggi.
3.
Lembaga Kemasyarakatan
Menurut Sumne dikutip Soekanto (2002) mengartikan lembaga
kemasyarakatan sebagai perbuatan, cita-cita, sikap dan pelengkap
kebudayaan, bersifat kekal serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-
33
kebutuhan masyarakat. Pentingnya adalah agar ada keteraturan dan integrasi
dalam masyarakat.
Menurut Soekanto (2002) menyatakan bahwa lembaga kemasyarakatan
yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia pada
dasarnya mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a. memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka
harus bertingkah laku atau bersikap.
b. menjaga keutuhan masyarakat
c. memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial
Perubahan lembaga kemasyarakatan tradisional atau trend dari organisasi
sosial menurut Himes dikutip Kartawiharja (2000), ada lima bentuk trend atau
kecenderungan, yaitu:
a. Memudarnya ikatan kekerabatan (Decline of Kinship)
bergesernya nilai kekeluargaan dan kekerabatan ke nilai yang
memunculkan rasa individualisme. Hal yang telah menggeser ikan tersebut
berdasarkan tempat tinggal, tempat kerja dan daerah asal.
b. Perkembangan spesialisasi
perkembangan spesialisasi ini terjadi dalam hal fungsi dan aktivitas suatu
lembaga, baik itu lembaga tradisional maupun lembaga modern. Apabila
dalam suatu aktivitas
tersebut terbatas maka untuk memenuhi
kebutuhannya dicari informasi-informasi lain dengan berbicara.
c. Peningkatan sekularisme dan rasionalitas
Bergesernya nilai kekeluargaan ke nilai material seiring dengan
munculnya rasa individualisme sehingga proses ekonomi menyebabkan
perubahan orientasi nilai budaya dan struktur sosial masyarakat yang ada.
d. Tendensi ke arah karakter massa
Pemenuhan kebutuhan k arah karakter massa yang bisa dicirikan oleh
penggunaan media massa sebagai informasi.
e. Trend yang berlawanan
Bergesernya ikatan berdasarkan keluarga, tempat kerja dan daerah asal.
Hal ini yang menyebabkan individu masih membutuhkan kebersamaan
dengan individu lain
34
SIMPULAN
Hasil Rangkuman dan Pembahasan
Madura merupakan salah salah satu Pulau terbesar yang ada di sebelah
timur Jawa Timur dan terdiri dari empat kabupaten, antara lain Bangkalan,
Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Bangkalan yang masuk wilayah Madura
bagian Barat merupakan pintu gerbang daerah perdagangan dan keluar masuk
orang-orang Madura maupun yang lain, dan juga sebagai kawasan
"GERBANGKERTOSUSILA" (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, dan
Lamongan). Perbedaan kondisi perekonomian Pulau Madura dengan kabupatenkabupaten disekitar menyebabkan Pulau Madura mengalai kesenjangan sosial.
karena Pulau Madura yang bersinggungan langsung dengan surabaya yang
notabene merupakan sentra produksi barang dan jasa. Dalam hal ini pemerintah
merencanakan untuk menghubungkan Pulau Madura dengan surabaya agar
percepatan pembangunan perekonomian semakin lancar.
Berdasarkan Kepres RI No. 79 Tahun 2003 Menetapkan Pasal 1 Dalam
rangka meningkatkan perekonomian Pulau Madura pada khususnya dan Propinsi
Jawa Timur pada umumnya, dilanjutkan pelaksanaan pembangunan jembatan
Surabaya - Madura. Pasal 2 Pembangunan jembatan Surabaya - Madura tersebut
dilaksanakan sebagai bagian dari pembangunan kawasan industri dan perumahan
serta sektor lainnya dalam wilayah-wilayah di kedua sisi ujung jembatan tersebut.
dalam keputusan tersebut pemerintah menetapkan peningkatan perekonomian
Pulau Madura harus dilaksanakan pembangunan jembatan Surabaya - Madura.
Dalam Kepres tersebtu tidak hanya penetapan pembangunan jembatan tetapi juga
menetapkan badan pengembangan antara kedua wilayah tersebut. hasil dari
penetapan tersebut yaitu terbentuknya Badan Pengembangan Wilayah Surabaya Madura (BPWS) mendorong pembangunan pasca pembangunan jembatan
Suramadu agar tidak terjadi kesejangan.
Pembangunan merupakan bagian dari Perubahan sosial yang direncanakan
melalui inovasi dan teknolgi yang ada. Pembangunan jembatan Suramadu
berdampak pada terciptanya industrialisasi, pembangunan pariwisita, kontak
budaya dan perubahan alih fungsi lahan. Pembangunan jembatan Suramadu dapat
menimbulkan dampak penting pada aspek ekonomi yaitu kesempatan bekerja dan
berusaha, pola perubahan dan penguasaan lahan dan sumber daya alam, Tingkat
pendapatan, sarana dan prasarana infrastruktur, pola pemanfaatan sumber daya
alam. Pada akhirnya akan mempengaruhi terjadinya perubahan sosial maupun
budaya. perubahan sosial pada struktur dan fungsi masyarakat, perubahan yang
terjadi antara lain Interaksi, lapisan masyarakat, gerak sosial.
Melihat tujuan utama dalam Pembangunan jembatan Suramadu yaitu
mengurangi ketimpangan sosial Pulau Madura dengan dukungan percepatan
pembangunan ekonomi. Tujuan pembangun jembatan Suramadu akan berhasil
jika kesejahteraan masyrakat Madura tercapai. Karena pembangunan tidak hanya
bertumpu pada percepatan perekonomian melainkan juga aspek kesejahteraan
masyarakat yang ada.
35
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran ini merupakan suatu kerangka usulan analisis baru
yang dibuat merupakan gabungan kerangka analisis dari semua pustaka yang
digabungkan. Kerangka ini menujukan keterkaitan antar variabel yang dijelaskan
para penulis dalam pustakanya.
Berdasarkan kerangka analisis adanya Pembangunan dan penetapan badan
pengembangan wilayah Surabaya Madura sangat dipengaruhi oleh kondisi
ketimpangan sosial yang terjadi di Pulau Madura. Kondisi Palau Madura yang
terisolir dan bersinggungan dengan sentra produksi dan jasa membuat pemerintah
harus mengambil kebijakan dalam mempercepat pembangunan ekonomi agar
ketimpangan yang ada dapat dikurangi. Askes transportasi yang sulit dari Madura
ke Surabaya ataupun sebaliknya merupakan penghambat terciptanya pertumbuhan
ekonomi di Pulau Madura.
Pembangunan jembatan Suramadu tidak lepas dari dampak yang
ditimbulkan, baik positif (direncanakan) maupun yang negatif (tidak
direncanakan). Pembangunan jembatan Suramadu dapat mempengaruhi struktur
ekonomi dan sosial. Berdasarkan Keputusan Pemerintah No. 14 Menteri
Lingkungan Hidup Tahun 1994, tentang “Penetapan Dampak Penting” dalam
Biang (2008) Menyebutkan bahwa “dampak terhadap aspek ekonomi, yaitu :
pertama, kesempatan bekerja dan berusaha; kedua, pola perubahan dan
penguasaan lahan dan sumber daya alam; ketiga, tingkat pendapatan; keempat,
sarana dan prasarana infrastruktur; kelima, pola pemanfaatan sumber daya alam”.
Perubahan aspek ekonomi dapat mempengaruhi perubahan sosial masyarakat di
kaki jembatan Suramadu. Sesuai dengan Soekanto (2002) menyatakan bahwa
perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang
mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam
unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau budaya. penelitian ini
menekankan pada perubahan interaksi sosial, gerak sosial dan perubahan lembaga
kemasyarakatan.
36
Ketimpangan Sosial
dan Ekonomi Pulau
Madura
Badan Pengembangan
Wilayah SurabayaMadura (BPWS)
Dampak pada Aspek
lingkungan
Pembangunan
jembatan Suramadu
Perubahan Sosial pada
Aspek
1) Interaksi sosial
2) Gerak sosial
3) Lembaga
kemasyarakatan
Dampak Penting Pada aspek
Ekonomi
1) kesempatan bekerja dan
berusaha
2) pola perubahan dan
penguasaan lahan dan
sumber daya alam
3) Tingkat pendapatan
4) sarana dan prasarana
infrastruktur
5) pola pemanfaatan
sumber daya alam
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pustaka 1
Gambar 10. Kerangka Pemikiran Pustaka 10
Keterangan:
: Fokus penelitian
: Mempengaruhi
37
Pertanyaan Kritis
Dalam mengurangi ketimpangan Pulau Madura pada dasarnya
pemerintah melaksanakan melalui kebijakan pembangunan ekonomi.
Pembangunan ekonomi akan berdampak aspek-aspek ekonomi dan dapat juga
mempengaruhi perubahan sosial terhadap interaksi sosial, gerak sosial dan
lembaga kemasyarakatan. Oleh karena itu, berdasakan kerangka pemikiran diatas
dapat diambil beberapa pertanyaan analisi antara lain:
1. Apa saja dampak pada aspek ekonomi pasca pembangunan
jembatan Suramadu ?
2. Sejauh mana pengaruh perubahan dampak penting pada aspek
ekonomi dari pembangunan jembatan suramadu dapat
mempengaruhi perubahan sosial?
38
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. No. 14 Tahun 1994. Tentang:
Pedoman Umum Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan. [Internet].
[diunduh pada 10 Januari 2015]. dapat diunduh di http://storage.jakstik.ac.id/ProdukHukum/LingkunganHidup/
KEPRES NO. 27 Tahun 2003. Tentang Pembangunan Jembatan Surabaya Madura. Jakarta. [Internet]. [diunduh pada 24 Desember 2014]. dapat
diunduh
di
http://portal.mahkamahkonstitusi.go.id/eLaw/mg58ufsc89hrsg/keppres79
_2003.pdf
Maqin A. 2011. Pengaruh kondisi infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di
Jawa barat. Jurnal Trikonomika. [Internet]. [diunduh pada 6 Januari
2015].
Vol
10
No.
1:10-18.
Dapat
diunduh
di
http://download.portalgaruda.org
Pramudi I. 2010. Perubahan mata pencaharian dan nilai sosial budaya masyarakat.
skirpsi. Internet universitas sebelas Maret. [Internet]. [diunduh pada 24
Desember
2014].
dapat
di
unduh
di
http://eprints.uns.ac.id/7241/1/125940308201008351.pdf
Pusat Kajian Ekonomi Makro. 2014. Rekomendasi kebijakan untuk infrastuktur.
Kementrian Keuangan RI. [Internet]. [diunduh pada 24 Desember 2014].
dapat
diunduh
di
http://www.perpustakaan.depkeu.go.id/FOLDERJURNAL/2014_kajian_
pkem_Rekomendasi%20Kebijakan%20Untuk%20Infrastruktur.pdf
Satria A. 2009. Pesisir dan Laut Untuk Rakyat. Bogor. IPB Press
Soekanto S. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta (ID): RajaGrafindo Prasada
Sugiarto E. 2007. Tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan Desa Benua Baru ilir
berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik. jurnal EPP. [Internet].
[diunduh pada 3 Januari 2015] Vol.4 No. 2:32-36. Dapat diunduh di
https://agribisnisfpumjurnal.files.wordpress.com/2012/03/jurnal-vol-4no-1-eko.pdf
Suwarsono. 2006. Perubahan Sosial dan Pembangunan Jakarta (ID):LP3ES
Sztompka P. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta (ID): Prenada
39
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Nashrul lathif dilahirkan di Lamongan, 16 juli
1993 dari pasangan bapak Abdul Manuf dan Ibu Royani. Penuilis merupakan anak
ketiga dari 3 bersaudara. Pendidikan formal dijalani penulis mulai dari TK Aba
(1998-1999), MI Toriqotul Hidayah 1 (1999-2005), Mts Darul Hikam (20052008), SMA Unggulan BPPT Al-Fattah Lamongan (2008-2011). Pada tahun
2011, penulis diterima menjadi mahasiswa Departemen Sains Kkomunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
malalu jalur SNMPTN Undangan.
Selain aktif dalam kegiatan perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti
organisasi kampus, yaitu Ikatan mahasiswa Lamongan (FORMLA IPB),
Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Komuniasi dan Pengambangan masyarakat
(HIMASIERA) tahun 2012, dan Badan Eksekuti Mahasiswa Ekologi Manusia di
departemen Kajian strategis pada tahun 2013.
Pengalaman kepanitian penulis adalah sebagai kepantiaan Comday
kuminikasi dan bisnis dan panitia Indonesian Ecologi Expo tahun 2013 dan tahun
2014. Pernulis pernah menjadi juara presentator terbaik pada acara Comday
Komunikasi dan bisnis 2013 dan juga menjadi juara 1 lomba poster anti narkoba
IPB 2014.
Download