Laporan Studi Pustaka (KPM 403) ANALISIS PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT BANGKALAN PASCA PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADU Oleh NASHRUL LATHIF I34110005 Dosen Pembimbing Dr. Ivanovich Agusta SP, M.Si DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “ANALISIS PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT BANGKALAN PASCA PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADU” merupakan hasil karya ilmiah saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada suatu perguruan tinggi ataupun lembaga, serta tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain, kecuali sebagai rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian, pernyataan ini saya tulis dengan sesungguh-sungguhnya dan saya bersedia untuk bertanggung jawab atas pernyataan ini. Bogor, Januari 2015 Nashrul Lathif NIM. I34110005 ABSTRAK NASHRUL LATHIF. Analisis Perubahan Sosial Masyarakat Bangkalan Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu. Di bawah bimbingan IVANOVICH AGUSTA. Dalam mengatasi ketimpangan sosial dan ekonomi yang terjadi di masyarakat. Pemerintah akan menetapkan kebijakan – kebijakan yang bertujuan untuk mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi. Kesenjangan sosial dan ekonomi Pulau Madura dengan Surabaya dan sekitarnya, menjadi latar belakang penetapan kebijakan pembangunan jembatan Suramadu yang menghubungkan antara Pulau Madura dengan kota sentra produksi dan jasa (Surabaya). Pembangunan jembatan Suramadu merupakan langkah awal dalam pembangunan ekonomi Madura. Selain itu, terdapat tujuan lain yaitu industrialisasi pulau Madura. Pasca pembangunan jembatan Suramadu mempengaruhi perubahan sosial masyarakat Bangkalan. Perubahan sosial yang terjadi meliputi; interaksi sosial, lapisan masyarakat dan mata pencaharian. Pertumbuhan ekonomi masih menjadi ideologi yang tetap dipertahankan, meskipun struktur dan fungsi yang ada di masyarakat dipertaruhkan kelestariannya. Pembangunan merupakan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar kesejahteraan masyarakat tercapai. Dengan demikian, pembangunan jembatan Suramadu mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat Bangkalan, walaupun pada umumnya manfaat pembangunan hanya dapat dinikmati sebagian kecil masyarakat miskin. Kata Kunci: ketimpangan sosial dan ekonomi, pembangunan, jembatan Suramadu, perubahan sosial, kesejahteraan ABSTRACT NASHRUL LATHIF. Social Change Analysis of Bangkalan People After the Construction of Suramadu Bridge. Under guidance of IVANOVICH AGUSTA. In order to overcome the social and economic inequity in society, the goverment will set some policies to make the economic growth. The social and economic inequity between Madura Island to Surabaya and surrounding areas has became the reason of the construction of Suramadu Bridge that connect Madura Island to the center of manufactures and services city (Surabaya). The construction of Suramadu Bridge is an first step of the economic growth in Madura. Besides that, there is another goal that is Madura’s industrialization. The post-construction of Suramadu Bridge affects the social change of Bangkalan people.. The social change consists: social interraction, society stratum and livelihood. The economic growth still became an ideology, although the society structure and function are at stake. The development is the goverment policy to increase the economic growth in order to raise the welfare of the society. Therefore, the construction of Suramadu Bridge affects the welfare of Bangkalan people. even though, only a little part of poor people can receive the benefit. keywords : social and economic inequity, development, Suramadu Bridge, social change, welfare ANALISIS PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT BANGKALAN PASCA PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADU Oleh: NASHRUL LATHIF I34110005 STUDI PUSTAKA Sebagai syarat kelulusan KPM 403 Pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Nashrul Lathif Nomor Pokok Judul : I34110005 : Analisis Perubahan Sosial Masyarakat Bangkalan Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ivanovich Agusta SP. M.Si NIP. 19700816 199702 1 001 Diketahui Dr Ir Siti Amanah. Msc Ketua Departemen Tanggal Pengesahan: ii PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Maha Agung, yang masih memberikan syafaat, hidayah, sekaligus nikat jasmani dan rohani sehingga Laporan studi pustaka dengan Judul “Analisis Perubahan Sosial Masyarakat Bangkalan Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu” dapat diselesaikan dengan lancar. Penulisan laporan studi pustaka ini ditujukan untuk memenuhi kelulusan MK studi Pustaka (KPM 403) Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Ivanovich Agusta SP. M.si sebagai dosen pembimbing yang memberikan saran, masukan dan perhatian selam proses penulisan sampai penyelesaian laporan studi pustaka ini. Penulis juga menyampaikan salam, hormat dan terima kasih kepada Bapak Manaf dan Ibu Royani dan juga keluarga yang selalu memberikan do’a dan memberikan kasih sayang kepada penulis. Tidak lupa terimahkasih juga kepada tim Outliers yang selalu memberikan motivasi dan terguran dalam proses penulisan laporan ini. Besar harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, 16 Januari 2015 Nashrul lathif NIM. I34110005 iii DAFTAR ISI DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii DAFTAR TABEL .................................................. Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ............................................. Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 2 1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2 1.4 Metode Penulisan ...................................................................................... 2 BAB II RINGKASAN PUSTAKA ......................................................................... 3 2.1 Judul : Analisis Sosial dan Membangun Madura Pasca Suramadu .......... 3 2.2 Judul : Industrialisasi Pasca Suramadu Perspektif Nilai Budaya.............. 5 2.3 Judul : Dampak Kebijakan Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat dalam Pengembangan Wilayah Jembatan Suramadu .................................................................................................. 7 2.4 Judul :Warga Pesisir, Haruskah Tersingkir? Studi dampak Pembangunan di wilayah Pesisir Surabaya ...................................................................... 9 2.5 Judul :Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap Masyarakat Madura: tinjauan dari Sisi Perekonomian dan Kesejahteraan ................ 13 2.6 Judul :Perubahan Sosial Desa Jatiarjo (Studi Kasus Kehadiran Taman Safari Indonesia Ii Prigen Bagi Masyarakat dan Makna Pendidikannya) ................................................................................................................. 16 2.7 Judul :Tantangan Pembangunan Ekonomi dan Tranformasi sosial: Suatu pendektan Budaya ................................................................................... 19 2.8 Judul :Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pasca Pembangunan Jembatan Siti Nurbaya .................................................... 21 2.9 Judul : Dampak Pembangunan Pelabuhan Peri Kanan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Pendapatan Masyarakat (Stud; Kasus d; Pelabuhan Perlkanan Lempaslng, Bandar Lampung) ............................. 24 2.10 Judul : Peran Ulama Bassra Sebagai Perekat Masyarakat (studi atas Pembangunan jembatan Suramadu) ........................................................ 27 BAB III SINTESI.................................................................................................. 30 3.1 Konsep Ketimpangan Sosial Pulau Madura ........................................... 30 3.2 Konsep Kebijakan Pembangunan Jembatan Suramadu .......................... 30 3.3 Konsep Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura (BPWS) ..... 31 3.4 Konsep Perubahan Sosial ........................................................................ 32 3.5 Konsep Kesejahteraan ............................................................................. 35 BAB IV SIMPULAN ............................................................................................ 36 4.1 Hasil Rangkuman dan Pembahasan ........................................................ 36 4.2 Kerangka Pemikiran................................................................................ 37 4.3 Pertanyaan kritis...................................................................................... 39 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 40 iv RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 41 DAFTAR TABEL Tabel 1 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 1 .................................... 4 Tabel 2 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 2 .................................... 6 Tabel 3 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 3 .................................... 8 Tabel 4 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 4 .................................. 11 Tabel 5 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 5 .................................. 15 Tabel 6 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 6 .................................. 17 Tabel 7 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 7 .................................. 20 Tabel 8 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 8 .................................. 23 Tabel 9 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 9 .................................. 26 Tabel 10 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 10 .............................. 28 Tabel 11 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 11 .............................. 35 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Berfikir Pustaka 1 ................................................................. 4 Gambar 2. Kerangka Berfikir Pustaka 2 ................................................................. 7 Gambar 3. Kerangka Berfikir Pustaka 3 ................................................................. 9 Gambar 4. Kerangka Berfikir Pustaka 4 ............................................................... 12 Gambar 5. Kerangka Berfikir Pustaka 5 ............................................................... 16 Gambar 6. Kerangka Berfikir Pustaka 6 ............................................................... 18 Gambar 7. Kerangka Berfikir Pustaka 7 ............................................................... 21 Gambar 8. Kerangka Berfikir Pustaka 8 ............................................................... 23 Gambar 9. Kerangka Berfikir Pustaka 9 ............................................................... 26 Gambar 10. Kerangka Berfikir Pustaka 10 ........................................................... 29 Gambar 11. Kerangka Berfikir Pustaka 11 ........................................................... 38 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Madura merupakan pulau terbesar yang ada di provinsi Jawa Timur. Terdapat empat kabupaten di Pulau Madura antara lain, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Luas pulau madura yaitu sekitar 5.169 KM2. Masyarakat Madura memiliki ikatan keagamaan yang sangat ketal dan kebudayaan yang masih tetap terjaga. Salah satu kabupaten Di Madura masuk dalam kawasan “GERBANGKERTOSUSILA” (Gersik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo dan Lamongan) yang merupakan pintu gerbang daerah perdagangan. Bangkalan bersinggungan langsung dengan Surabaya yang merupakan sentra produksi dan jasa dalam mendukung perekonomian Jawa Timur. Fokus pembangunan perekonomian yang ada di Surabaya, gersik dan Sidoarjo menciptakan ketimpangan sosial dan ekonomi dengan Pulau Madura. Ketimpangan sosial dan ekonomi yang terjadi bagaikan desa dengan kota. Akses yang sulit membuat pembangunan perekonomian di Pulau Madura sedikit terkendala. Dalam realisasi pembangunan jembatan Suramadu tidak lepas dari kebijakan pemerintah, berdasarkan Keputusan Presiden RI No 79 Tahun 2003 Pasal 1 yang berbunyi Dalam rangka meningkatkan perekonomian Pulau Madura pada khususnya dan Propinsi Jawa Timur pada umumnya, dilanjutkan pelaksanaan pembangunan Jembatan Surabaya - Madura. Pada tahun 2009 diremikanlah jembatan Suramadu oleh Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Sejak tahun 2009 jembatan Suramadu sudah dapat dipergunakan untuk penyeberangan dari Surabaya – Madura ataupun sebaliknya. Pembangunan identik dengan dampak yang ditimbulkan, baik itu negatif maupun positif. Berdasarkan Keputusan Pemerintah No. 14 Menteri Lingkungan Hidup Tahun 1994, tentang “Penetapan Dampak Penting” dalam Biang (2008) Menyebutkan bahwa “dampak terhadap aspek ekonomi, yaitu : pertama, kesempatan bekerja dan berusaha; kedua, pola perubahan dan penguasaan lahan dan sumber daya alam; ketiga, tingkat pendapatan; keempat, sarana dan prasarana infrastruktur; kelima, pola pemanfaatan sumber daya alam”. Perubahan – perubahan yang muncul pada aspek ekonomi secara tidak langsung akan mempengaruhi perubahan sosial. Menurut Soekanto (2002) menyatakan bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau budaya. Dampak aspek ekonomi yang muncul setelah pembangunan jembatan Suramadu, dapat membawah perubahan masyarakat yang tradisional ke arah modern. Bentuk perubahan sosial yang terjadi dapat berupa perubahan interaksi sosial, perubahan pola pikir yang bersifat modern dan perubahan tatanan nilai sosial. Dengan demikian sejauh manakah pembangunan jembatan Suramadu berdampak pada perubahan struktur ekonomi yang akan mempengaruhi perubahan sosial masyarakat Bangkalan. 2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penulisan studi pustaka ini adalah: 1. sejauh mana pembangunan jembatan suramadu berdampak pada aspekaspek ekonomi? 2. sejauh mana dampak pembangunan jembatan suramadu pada aspek ekonomi dapat mempengaruhi perubahan sosial masyarakat Bangkalan? Tujuan Penulisan Tujuan penulisan studi pustaka ini adalah: menganalisis sejauh mana pembangunan jembatan suramadu berdampak pada aspek-aspek ekonomi, dan menganalisis sejauh mana dampak pembangunan jembatan suramadu pada aspek ekonomi dapat mempengaruhi perubahan sosial masyarakat Bangkalan Metode Penulisan Dalam penulisan studi pustaka ini dilakukan dengan mengkaji berbagai kepustakaan. Kepustakaan itu berupa jurnal ilmiah, laporan hasil penelitihan, hasil seminar yang diterbitkan dalam prosiding, skripsi, tesis, disertasi dan dokumen resume lainnya. Dalam pengkajian kepustakaan dilakukan dengan cara menyesuaikan topik yang akan diteliti selanjutan dilakukan ringkasan, pemahaman, serta menganalisis teori-teori yang terkandung dalam bahan pustaka dan disusun menjadi ringkasan pustaka yang utuh. 3 RINGKASAN PUSTAKA 1. Jurnal Karsa Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (Edisi) Alamat URL Tanggal Diunduh : Analisis Sosial dan Membangun Madura Pasca Suramadu : 2009 : Artikel Jurnal : Elektronik : Abdurrahman : Karsa : Vol 16, No 2 Oktober 2009: 70-86 : http://karsa.stainpamekasan.ac.id/index.php/jks/a rticle/download/70/57 : Selasa, 18 November 2014 Keberadaan Suramadu sangat menjanjikan bagi kemajuan dan kelangsungan hidup masyarakat Madura. Jembatan Suramadu masih menjadi jembatan terpanjang di Indonesia, yang dapat mendorong bagi mobilitas perekonomian baik dari maupun ke Madura, sekaligus menjadikan Madura sebagai wilayah yang terbuka dan tidak terisolir. Dilain sisi positif patut diperhitungkan akses negatif yang dapat dimuncukan. Kentanya tradisi dan budaya Madura, ketika nantnya harus disandingkat dengan tradisi dan budaya luar yang sekuler dan materialistik, menjadi ancaman bagi tergerusnya budaya lokal. Pasca pengoprasian Suramadu pasti memunculkan era industrialisasi di Pulau Madura. cepat atau lambat, akan menimbulkan perubahan sosial masyarakat Madura yang selama ini dikenal masyarakat agraris. Sebagian besar kalangan berpandangan, pola kehidupan warga Madura akan di warnai industrialisasi pada nantinya. Karena bagaimanapun, masuknya “kaum kapitalis” yang akan disertai beropra-sinya mesin-mesin industri, sudah barang tentu merupakan kondisi bagi terbentuknya suasana dan lingkungan baru bagi kelangsungan masyarakat Madura untuk kedepannya. Suramadu merupakan bagian dari infrasturktur vital yang akan menunjang proyek besar di baliknya. semisal Madura akan menjadi zona industri (modern) dengan investasi besar dan kelak dapat mensejahterakan masyarakatnya. Jelaslah bagi kita bahwa persoalan pembangunan Madura ke depan, tidak cukup hanya dengan memprioritaskan bangunan fisik yang tinggi dan megah demi meningkatkan perekonomian di Madura. Karenanya, semua harus diiringi dengan pengembangan SDM yang berkualitas, profesional dan responsif Analisis Pembangunan jembatan Suramadu tidak hanya untuk menyatukan antar Pulau jawa dengan Pulau Madura. Dengan adanya jembatan Suramadu, pemerintah menargetkan adanya peningkatan ekonomi di Madura. Peningkatan ekonomi 4 ditunjang dengan masuknya investor untuk membangun perindustrian seluruh Pulau Madura. Tidak mengherankan tidak hanya perubahan ekonomi yang terjadi melainkan perubahan sosial dan budaya masyarakat Madura. Sisi negatif dari peningkatan era industrialisasi di Madura menyebabkan memudarnya tradisi dan budaya Madura. Tabel 1 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 1 Variable Fakta Pendukung Pembangunan jembatan Suramadu menjadi kenyataan yang telah menyatukan Pulau Jawa dan Madura Pembangunan jembatan Suramadu Karena bagaimanapun, masuknya “kaum kapitalis” yang akan disertai beropra-sinya mesin-mesin industri, sudah barang tentu merupakan kondisi bagi terbentuknya suasana dan lingkungan baru bagi kelangsungan masyarakat Madura untuk kedepannya Industrialisasi Perubahan budaya sosial masih dalam kaitan pelestarian khasanah budaya dannilainilai luhur tradisi Madura, sejatinya tetap menjadi kearifan lokal yang mesti dipertahankan eksistensinya ditengah merespon tantangan globalisasi sekaligus kebutuhan industrialisasi yang akan tumbuh berkembang di Pulau Prospek Ekonomi Jargon-jargon ekonomi sering terdengar, semisal Madura Akan menjadi zona industri (Modern) dengan investasi besar dan kelak dapat mensejahterakan masyarakatnya. Kerangka Pemikiran Industrialisasi Pembangunan jembatan Suramadu Prospek Ekonomi Perubahan sosial budaya Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pustaka 1 5 2. Jurnal Karsa Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (Edisi) Alamat URL Tanggal Diunduh : Industrialisasi Pasca Suramadu Perspektif Nilai Budaya : 2009 : Artikel Jurnal : Elektronik : Rudi Haryanto : Karsa : Vol 16, No 2 Oktober 2009: 33-42 : http://idci.dikti.go.id/pdf/JURNAL/KARSA,Jurn alSosialdanBudayaKeislaman/Vol%2016,%20No %202%20(2009)/66-70-1-PB.pdf : Selasa, 18 November 2014 Salah satu keberatan orang Madura terhadap industrialisasi1 Madura, sesudah jembatan Suramadu adalah ketakutan bahwa yang bakal terjadi hanyalah pembangunan di Madura yang melibatkan tenaga trampil dari daerah lain, dan bukan pembangunan Madura secara menyeluruh sebagai suatu kesatuan kegiatan utuh. Pembangunan berbasis ilmu dan teknologi akan dilakukan di Madura, tentunya memang ditujukan untuk pembangunan Madura, dan bukan pembangunan di Madura. Madura sedang mengalami pergeseran kebudayaan, yaitu dari kebudayaan agraris ke kebudayaan industri. Kebudayaan industri sangat banyak memerlukan teknologi, sains, dan ilmu, sedangkan perkembangan dari ketiga unsur itu dalam kebudayaan suatu bangsa memerlukan adanya suatu nilai budaya yang mendorong manusia berusaha memahami rahasia-rahasia alam dan menemukan kaidah-kaidah alam. Oleh karena itu, masyarakat Madura, terutama mereka yang bertugas atau yang berkaitan dengan perkembangan industri, sebaiknya melatih diri membudayakan nilai budaya baru, yang sesuai dengan arah pembangunan tanpa harus meninggalkan identitas aslinya. Perlunya esensi pendekatan budaya dalam membangun Madura era Suramadu. Wilayah madyra memiliki kekuatan budaya yang belum banyak terdeteksi yang apabila diberdayakan dapat digunakan sebagai laju pembangunan di Madura. Potensi budaya Madura harus di tingkatkan dalam persaingan industri dan globalisasi. Agar kebudayaan Madura tidak mengalami pergeseran dan sentiasa tetap menjadi jati diri masyarakat Madura, dengan cara pengembangan pariwisata berlandasakan kebudayaan Madura, pembangunan wilayah pesisir tanpa mengabaikan potensi sosial budaya yang dimiliki dan peningkatan pendidikan dan penegakan hukum. Untuk itu kesadaran dan peranan para stake holder, pemuka agama, tokoh masyarakat, pakar dan budayawan serta seluruh lapisan masyarakat Madura sangat menentukan kesiapan Madura menjadi daerah industrialisasi yang tidak kehilangan warna dan bentuk Maduranya, yaitu nilai religius dan berbudaya, 6 sehingga industrialisasi bukan menjadi momok, tetapi akan menjadikan berkah bagi seluruh masyarakat Madura. Analisis Pasca era Suramadu, Madura akan mengalami industrialisasi yang sangat komplek. Perlu dukungan pemerintah dalam mengambil kebijakan, tidak hanya orientasi industri modern, tetapi juga harus mempertimbangakan aspek budaya. Agar identitas dan kekentalan budaya Madura tidak pudar dimakan oleh modernisasi yang terjadi. Cara mempertahankan budaya dengan mengoptimalisasikan pontesi sumberdaya budaya yang belum terkerahkan dan digali sepenuhnya. Sehingga masyarakat Madura dan produk penduduk Madura bakal dilandasi ilmu, teknologi, rekayasa, dan seni untuk membuatnya laku dan mampu bersaing di pasaran global. Tabel 2 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 2 Variable Fakta Pendukung Industrialisasi pasca Suramadu Pembangunan berbasis ilmu dan teknologi akan dilakukan di Madura, tentunya memang ditujukan untuk pembangunan Madura Kebijakan Pemerintah pemerintah kabupaten dituntut agar kebijakan pembangunan wilayah yang diambil hendaknya memperhatikan asas pemerataan secara adil dan proporsional, serta tidak memberikan perlakuan istimewa kepada kelompok etnik tertentu dalam kaitannya dengan akses politik dan ekonomi di daerah atau pusat-pusat kekuasaan Pendekatan Budaya Pendekatan pembangunan melalui pendekatan budaya diharapkan menjadi pendekatan alternatif yang mungkin dapat membuahkan hasil pembangunan yang lebih baik, lebih beradab, lebih berbudaya dan lebih manusiawi. Esistensi Budaya kesiapan Madura menjadi daerah industrialisasi yang tidak kehilangan warna dan bentuk Maduranya, yaitu nilai religius dan berbudaya, sehingga industrialisasi bukan menjadi momok, tetapi akan menjadikan berkah bagi seluruh masyarakat Madura. 7 Kerangka Pemikiran Kebijakan Pemerintah Pendekatan Budaya dalam pembangunan Esistensi Budaya Industrialisasi pasca Suramadu Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pustaka 2 3. Jurnal Administrasi Publik (JAP) Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (Edisi) Alamat URL Tanggal Diunduh : Dampak Kebijakan Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat dalam Pengembangan Wilayah Jembatan Suramadu : 2009 : Artikel Jurnal : Elektronik : Ananda Tri Drama Yanti, Mochammad Saleh Soeidy dan Heru Ribawanto : Administrasi Publik : Vol 1, No 2, Hal: 147-154 : http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/ index.php/jap/article/download/39/219 : Selasa, 18 November 2014 Kebijakan pembangunan jembatan Suramadu sebagai salah bentuk infrastruktur transportasi secara esensial dapat merangsang dan memberi peluang pertumbuhan sosial maupun ekonomi khususnya di Pulau Madura. pemerintah membentuk sebuah badan pelaksana yakni Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS). Kebijakan pembentukan BPWS ini sesuai dengan Peraturan Presiden RI No 23 tahun 2009 tentang Badan Pengembangan Wilayah SurabayaMadura. bersifat ad hoc/sementara mempunyai visi yakni terwujudnya wilayah Suramadu sebagai pusat pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dan sebagai simpul transportasi nasional yang tetap dapat mempertahankan nilai budaya yang hidup dalam masyarakat. Menurut Rostow yang dikutip oleh Budiman beberapa tahapan proses pembangunan tersebut meliputi “masyarakat tradisional, prakondisi lepas landas, tinggal landas, bergerak ke kedewasaan dan konsumsi massa tinggi” (Budiman, 1995, h.26). dampak pembangunan jembatan Suramadu antara lain: mengalami 8 dampak dalam bidang sosial, dalam bidang budaya, dan dalam bidang ekonomi. Intervensi pemerintah dalam upaya menstimulasi peningkatan sosial maupun ekonomi di Madura pada khususnya yakni dengan membentuk Badan pengembangan wilayah jembatan Suramadu (BPWS) dengan strategi dan kebijakan mengacu pada kondisi, nilai-nilai dan budaya Madura sehingga tidak termajinalkan. Dalam hal ini peneliti memberikan evaluasi terhadap kebijakan pengembangan wilayah jembatan Suramadu dengan hasil bahwa kebijakan tersebut belum maksimal. Analisis Masyarakat mengalami naik level menjadi masyarrakat pra kondisi lepas landas bagi masyarakat yang aktif dan kreatif dan dalam pendidikan terjadi dampak sosial pembangunan infrasturktur secara langsung juga dapat mempengaruhi perubahan sosial. Tabel 3 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 3 Variable Fakta Pendukung Kebijakan Sebagai salah bentuk infrastruktur transportasi secara Pembangunan esensial dapat merangsang dan memberi peluang jembatan Suramadu pertumbuhan sosial maupun ekonomi khususnya di Pulau Madura Bidang Sosial: pembangunan jembatan Suramadu Perubahan Sosial membuat masyarakat di Desa Sukolilo Barat Kecamatan Labang ini menjadi masyarakat yang naik level menjadi masyarakat pra kondisi lepas landas. Bidang ekonomi: jembatan Suramadu membuat mereka yang aktif dan kreatif mempunyai pekerjaan yang baru. Sedangkan bagi mereka yang kurang aktif menjadi korban akibat adanya pembangunan jembatan Suramadu. Bidang budaya: dampak Posisif terdapat kerjasama budaya antar suku Madura dengan suku Jawa yakni kirab dan lomba perahu hias di daerah pesisir dekat Jembatan Suramadu, Dampak negatif berkaitan tatanan nilai dan budaya dalam masyarakat yang berbasiskan nilai agama menjadi semakin luntur. Badan Pengembangan Wilayah Suramadu sebagai Badan Pengembangan pelaksana yang bertanggung jawab terhadap pengembangan Wilayah Suramadu wilayah jembatan Suramadu sudah berusaha untuk mendapatkan hasil yang diinginkan Evaluasi Kebijakan evaluasi terhadap kebijakan pengembangan wilayah jembatan Suramadu dengan hasil bahwa kebijakan tersebut belum maksimal. Berdasarkan tipe kriteria: efektivitas, efisiensi, kecukupan, pemerataan, responsifitas, dan ketepatan 9 Kerangka Pemikiran Kebijakan Pembangunan Jembatan Suramadu Pengembangan Wilayah Suramadu: oleh Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS) Perubahan Sosial: Sosial Budaya ekonomi Evaluasi Kebijakan: Efektivitas Efisiensi, Kecukupan Pemerataan Responsifitas Ketepatan Gambar 3 Kerangka Pemikiran Pustaka 3 4. Jurnal Judul : Warga Pesisir, Haruskah Tersingkir? Studi dampak Pembangunan di wilayah Pesisir Surabaya Tahun :- Jenis Pustaka :- Bentuk Pustaka :- Nama Penulis Nama Jurnal :- Volume (Edisi) :- Alamat URL Tanggal Diunduh : Selasa, 18 November 2014 Fokus analisis adalah pada berkurangnya ruang hidup warga dan hilangnya sumber-sumber penghidupan warga yang diakibatkan dari tekanan pembangunan infrastruktur jembatan Suramadu dan Industri pertambangan pasir laut. Hal ini tidak hanya berdampak pada kerusakan lingkungan bio-fisik saja, namun juga turut memberikan tekanan yang cukup besar terhadap kesejahteraan masyarakat 10 yang terlanjur menggantungkan kehidupannya pada pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan. Proyek infrastruktur berbentuk pembukaan jalan-jalan baru, akan membabat hutan dan kawasan-kawasan pertanian maupun permukiman. Hal yang sama terkait pembebasan lahan akses Suramadu juga terjadi di Pulau Madura. Wilayah kaki jembatan ini berada di Kabupaten Bangkalan dengan luas area yang dibutuhkan 670,949m2. Jared Diamond menggunakan sebuah kerangka kerja ketika mempertimbangkan situasi kolapsnya sebuah masyarakat. Kerangka ini terdiri atas lima perangkat faktor yang cenderung berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, yaitu: kerusakan lingkungan, perubahan iklim, permusuhan dengan tetangga, lenyapnya mitra dagang, serta bagaimana masyarakat merespon perubahan dan kerusakan lingkungan hidup. Tiga pelabuhan besar di sisi selatan Pulau Madura yang akan dibangun untuk melengkapi keberadaan jembatan Suramadu semakin menunjukkan kelangsungan fungsi yang akan segera lenyap. Pelabuhan di Bangkalan untuk terminal peti kemas internasional, di Sampang untuk perikanan nasional, dan di Sumenep untuk Pariwisata. Pembangunan pelabuhan peti kemas di Bangkalan akan meningkatkan volume peti kemas yang melintas di selat Madura. Proyek infrastruktur wilayah yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk menciptakan laba pada semua pelaku yang terlibat di seluruh rantai pengaturannya. Manfaat kepada wilayah setempat nyaris tidak dirasakan. kesimpulan tentang desain pembangunan wilayah pesisir Surabaya yang menyingkirkan kaum nelayan dengan berkurang dan hilangnya ruang hidup dan sumber produksi mereka. Kemakmuran yang menjadi cita-cit bukan milik mereka. Kemakmuran hanyalah untuk kaum elit dan beralaskan kesengsaraan warga. Analisis pasca diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 (sebelumnya UU No. 22 Tahun 1999) tentang Pemerintahan Daerah, mendorong percepatan eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan dalam beberapa tahun terakhir. Bergesernya kepentingan eksplorasi menjadi eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan, secara besar-besaran, dirasa sudah jauh meninggalkan prinsip-prinsip keselamatan lingkungan. Hal ini tidak hanya berdampak pada kerusakan lingkungan bio-fisik saja, namun juga turut memberikan tekanan yang cukup besar terhadap kesejahteraan masyarakat yang terlanjur menggantungkan kehidupannya pada pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan. 11 Tabel 4 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 4 Variable Fakta Pendukung Kebijakan Pemerintah tentang Pemerintahan Daerah, mendorong percepatan eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan dalam UU No. 32 Tahun beberapa tahun terakhir. Bergesernya kepentingan 2004 eksplorasi menjadi eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan, secara besar-besaran, dirasa sudah jauh meninggalkan prinsip-prinsip keselamatan lingkungan berbentuk pembukaan jalan-jalan baru, akan Pembangunan membabat hutan dan kawasan-kawasan pertanian Infrasturkut maupun permukiman. Pembangunan infrastruktur jembatan yang disempurnakan dengan berbagai rencana pembangunan pelabuhan besar di sekitar jembatan dan fasilitas umum berupa terminal penghubung, museum, dan prasarana wisata bahari sejak PT Gora Gahana melakukan penambangan pasir Industrialisasi laut. pembuangan lumpur Lapindo ke selat Madura. PT Surabaya Industrial Estate Rungkut(SIER) yang sangat tertarik dengan menggarap lahan di sekitar Suramadu. Dampak negatif Tidak hanya berdampak pada kerusakan bio-fisik , namun juga turut memberikan tekanan yang cukup besar terhadap kesejahteraan masyarakat yang terlanjur menggantungkan kehidupannya pada pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan. Tidak hanya Riau yang kehilangan pasir untuk pembangunan perluasan daratan Singapura. Di Selat Madura, wilayah kecamatan Kenjeran Surabaya, aktivitas penambangan pasir laut juga terjadi. Hilangnya sumber- Nelayan menjadi sangat rentan terhadap rencana alih sumber penghidupan peruntukkan kawasan. Perubahan desain peruntukan bagi Nelayan kawasan yang lebih modern, mengancam kaum nelayan kehilangan sumber penghidupan dari perairan laut 12 Kerangka Pemikiran Kebijakan Pemerintah Kebijakan Pembangunan UU No. 32 Tahun 2004 hilangnya sumbersumber penghidupan bagi Nelayan - Industrialisasi - Pembangunan Jembatan - Pembukaan Jalan Dampak negatif Gambar 4 Kerangka Pemikiran Pustaka 4 13 5. Jurnal Pamator Judul : Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap Masyarakat Madura: tinjauan dari Sisi Perekonomian dan Kesejahteraan Tahun : 2010 Jenis Pustaka : Artikel Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Taufiq Hidayat Nama Jurnal : Pamator Volume (Edisi) : Vol 3, NO 2 Oktober 2010: 181-187 Alamat URL http://lppm.trunojoyo.ac.id/upload/penelitian/pene rbitan_jurnal/09_Pamator%20Vol%203%20No% 202%20Oktober%202010.pdf Tanggal Diunduh : Selasa, 20 November 2014 Jembatan Suramadu berdampak pada pembangunan wilayah Madura sebagai pengembangan rencana program industrialisasi (disebutnya Madura sebagai Batam ke dua). Almarhum ekonom Sarbini pernah menyebutkan yang paling kuat dan tidak berubah di dalam PSI adalah semangat sosialisme, semangat membela rakyat, serta memperjuangkan keadilan dan pemerataan. Semangat yang tidak berubah itu (yang dipandang menguntungkan rakyat) akan tetap dipertahankan sebagai dampak yang diharapkan masarakat dalam proses perjalanan bangsa dan pembangunannya. Faisal mengatakan, salah satu pemicu deindustrialisasi adalah rendahnya dukungan perbankan. Kredit ke sector industry secara nominal tetap tumbuh tetapi presentasenya makin rendah. industrialisasi oleh sector perbankan dipandang lebih berpotensi kearah kemodorotan dari pada kemanfaatannya untuk masarakat yang masih rendah tingkat pendidikan, pengetahuan dan kemampuan dalam daya saing produktivitas, sehingga penyaluran kreditnya sebagai paparan Faisal, Sambodo dan Ambar lebih tertarik pada pembiayaan konsumsi dan pembangunan property. Lemahnya cara berpikir kritis menjadikan perkembangan tenaga produktif (teknologi dan sumber daya manusia), mengakibatkan rendahnya produktivitas serta penghasilan yang diterima buruh. Memperhatikan pandangan diatas, tentang industrialisasi dari sisi dampak yang diharapkan dan yang tidak diharapkan, serta berbagai macam fenomena masalah yang berkembang, maka industrilalisasi dapat dikatakan mempunyai peranan penting. industrialisasi menjadi salah satu kebijakan program yang akan dijalankan dalam pengembangan pasca Suramadu. Pengembangan kebijakan program industrialiasi yang akan dilaksanakan di wilayah pengembangan Suramadu, tentu tidak akan terlepas dari pada kebijakan organisasi yang dibentuk dengan nama Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS) 14 dampak kebijkan industrialisasi dalam format budaya, ekonomi dan politik hukum masyarakat mencapai kesejahteraan. Budaya Madura yang dimiliki orleh masyarakat Madura sepertu semagat gotong royong, sopan santun, berharga diri, memiliki kearifan bertindak dan semangat jiwa wiraswasta. Sehingga eksistensinya menjadi bermartaban dengan adanya seruan budaya lokal dan potensinya oleh kebijakan industrialisasi pasca Suramadu. Namun harus juga kebijakan industrialisasi pasca Suramadu yang diharapkan telah dirancang dan harus memiliki/mempunyai basis/bercirikan ekonomi kerakyatan 1. sistem ekonomi kerakyatan adalah penegakan prinsip keadilan dan demokrasi ekonomi, disertai kepedulian terhadap yang lemah. 2. pemihakan, pemberdayaan, dan perlindungan terhadap yang lemah oleh semua potensi bangsa, terutama pemerintah sesuai dengan kemampuannya. 3. Penciptaan iklim persaingan usaha yang sehat dan intervensi yang ramah pasar serta upaya pemerataan berjalan seiring dengan upaya menciptakan pasar yang kompetitif untuk mencapai efisiensi optimal. 4. pemberdayaan ekonomi rakyat sangat terkait dengan upaya menggerakkan ekonomi pedesaan. 5. pemanfaatan dan penggunaan tanah dan sumber daya alam transparan dan produktif 6. pembangunan ekonomi rakyat, antara lain pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan/pertambakan. Berpijak pada pandangan teori system eknomi kerakyatan dan yang disemangati dengan keputusan MPR RI tersebut di atas, maka penting dipersiapkan dan tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas, guna memenuhi berjalannya system dimaksud sesuai harapan. Dalam konteks dan kepentingan ini, maka pendidikan dan kesehatan ditanggung sepenuhnya oleh negara. Jaminan penyediaan gizi bagi masyarakat, tidak dipandang sebagai program belas kasihan untuk sebagian rakyat miskin. Analisis Membangun masyarakat Madura pasca Suramadu melalui industrialisasi untuk mencapai kesejahteraan masyarakat Madura harus didukung dengan sistem ekonomi kerakyatan yang berbasis penegakan prinsip keadilan; demokrasi ekonomi yang disertai kepedulian terhadap yang lemah; pemihakan; pemberdayaan; perlindungan; penciptaan iklim persaingan usaha yang sehat; upaya pemerataan dalam menciptakan pencitraan hubungan kemitraan antara usaha besar dengan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UKMK); pemberdayaan ekonomi rakyat dengan upaya mempercepat pembangunan pedesaan, termasuk di daerah terpencil, daerah minus, daerah kritis, daerah perbatasan dan daerah terbelakang lainnya sebagai prioritas. Dengan pendistribusian asset ekonomi kepada masyarakat miskin yang berbasis campur tangan dan penetrasi pemerintah untuk memudahkan pelaksanaan kontrol global yang seringkali menyingkirkan norma dan nilai sosial lokal. Selain, itu juga adanya program industrialisasi penting memartabatkan nilai-nilai budaya local yang agamis. 15 Tabel 5 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 5 Variable Pembangunan jembatan Suramadu Fakta Pendukung Jembatan Suramadu yang melintasi Selat Madura mempermudah akses Surabaya-Madura atau MaduraSurabaya. Kebijakan Pengembangan kebijakan program industrialiasi yang Industrialisasi pasca akan dilaksanakan di wilayah pengembangan Suramadu, Suramadu tentu tidak akan terlepas dari pada kebijakan organisasi yang dibentuk dengan nama Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS). Ekonomi kerakyatan sistem ekonomi kerakyatan adalah penegakan prinsip keadilan dan demokrasi ekonomi, disertai kepedulian terhadap yang lemah. Esistensi budaya budaya yang dominan berdasarkan semangat Puritanisme Madura (sejumlah ajaran yang dipakai oleh kaum puritan yang senantiasa berpegang teguh pada kemurnian perangkat norma/kaidah/nilai). Dimana semangat Puritanisme itu ada, dan dimiliki oleh masarakat Madura (seperti semangat gotong royong, sopan santun, harga diri Good Govermance 1) partisipatif; 2) tranparansi; 3) akuntabilitas. Kesejahteraan Hal yang demikian ini dapat terlaksana dengan dukungan Masyarakat aparat pemerintahan yang baik (good governance), demi tercapainya tujuan pembangunan pertanian di pedesaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani yang umumnya miskin (secara ekonomi). Kerangka Pemikiran Pembangunan jembatan Suramadu Kebijakan Industrialisasi pasca Suramadu Good Govermance 1) partisipatif; 2) tranparansi; 3) akuntabilitas. Ekonomi kerakyatan Kesejahteraan Masyarakat Gambar 5. Kerangka Pemikiran Pustaka 5 Esistensi budaya Madura 16 6. Jurnal Judul : Perubahan Sosial Desa Jatiarjo (Studi Kasus Kehadiran Taman Safari Indonesia Ii Prigen Bagi Masyarakat dan Makna Pendidikannya) Tahun : 2007 Jenis Pustaka : Artikel Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Indah Puspita Sari Nama Jurnal :- Volume (Edisi) :- Alamat URL http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel6E7080B02C63 6E6B9F6981B4868F1646.pdf Tanggal Diunduh : Selasa, 20 November 2014 Pariwisata dianggap sebagai suatu aset yang strategis untuk mendorong pembangunan pada wilayah-wilayah tertentu yang mempunyai potensi objek wisata. Perkembangan pariwisata merupakan aktivitas yang pada akhirnya memberi pengaruh ekonomi terhadap kehidupan di sekitar lokasi pariwisata, pengaruh ekonomi dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar, terutama dari segi ekonomi yaitu meningkatkan pendapatan. Selain itu, meskipun benar bahwa industri pariwisata menghasilkan uang, tetapi sebagian besar dari uang tersebut tidak masuk ke dalam saku orang-orang bangsa sendiri, apalagi ke tangan penduduk setempat. Sekalipun masyarakat setempat benar-benar mendapat keuntungan tetapi elite nasional tetap mendapat keuntungan yang lebih banyak. Dengan adanya Taman Safari Indonesia II Prigen telah membawa perubahan pada masyarakat Desa Jatiarjo. Dengan datangnya peluang usaha di lingkungan mereka menyebabkan terjadinya perubahan sosial di bidang: (1) Ekonomi (2) Pendidikan dan (3) Perilaku sosial yang terjadi pada masyarakat Desa Jatiarjo. Desa Jatiarjo adalah salah satu desa yang terkenal dengan hasil produksi pertaniannya. Hal ini dikarenakan masyarakat Desa Jatiarjo mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Karena kondisi masyarakat Desa Jatiarjo yang masih sederhana menjadikan sebuah pendidikan formal tidak begitu menarik di kalangan masyarakat tersebut. Taman Safari Indonesia II Prigen mulai dirintis di Desa Jatiarjo dari tahun 1993, dengan membebaskan tanah milik warga setempat. Taman Safari Indonesia II prigen dibangun sebagai kelanjutan dari Taman Safari I di Cisarua Bogor yang tidak mungkin diperluas lagi. Taman Safari Indonesia II Prigen diresmikan pada tanggal 29 Desember 1997. 17 Analisis Pembangunan Taman Safari Indonesia II Prigen memiliki dampak tersendiri bagi lingkungan sekitar lokasi. Bukan hanya pada kondisi alam sekitar, tetapi juga meliputi seluruh rangkaian kehidupan sosial masyarakatnya. Dampak yang ditimbulkan akibat adanya pembangunan Taman Safari Indonesia II Prigen salah satunya adalah menyempitnya lahan pertanian hal ini dikarenakan sebagaian lahan pertanian warga digunakan untuk pembangunan Taman Safari Indonesia II Prigen. Dampak dengan adanya Taman Safari Indonesia II Prigen ini baik langsung maupun tidak langsung berpengaruh besar terhadap proses pendidikan dalam peningkatan sumber daya manusia di Desa Jatiarjo. Tabel 6 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka6 Variable Fakta Pendukung Pembangunan Taman Taman Safari Indonesia II prigen dibangun sebagai Safari Indonesia II kelanjutan dari Taman Safari I di Cisarua Bogor yang Prigen tidak mungkin diperluas lagi. Taman Safari Indonesia II Prigen diresmikan pada tanggal 29 Desember 1997. Kondisi Masyarakat - Mayoritas bermata pencarian petani Sebelum - Sumberdaya manusia rendah (tingakat pendidikan pembangunan rendah) - Kondisi ekonomi yang rendah Dampak Positif - Terciptanya lapangan pekerjaan - Perbaikan sistem dan perkembangan pendidikan - Mendapatkan bantuan pembangunan (masjid, sekolah, jalan) Dampak negatif - Penyempitan lahan Pertanian - Penganguran (kurang meratanya pembagian kerja) Perubahan Sosial - Perubahan mata pencarian (Petani ke pedagang, petani ke Perkantoran) Perkembangan pola pikir / peningkatan SDM 18 Kerangka Pemikiran Kondisi Masyarakat Sebelum pembangunan - Mayoritas bermata pencarian petani Sumberdaya manusia rendah (tingakat pendidikan rendah) Kondisi ekonomi yang rendah Pembangunan Taman Safari Indonesia II Prigen Dampak Negatif Dampak Positif - Terciptanya lapangan pekerjaan - Perbaikan sistem dan perkembangan pendidikan - Mendapatkan bantuan pembangunan (masjid, sekolah, jalan) - - - Penyempitan lahan Pertanian Penganguran (kurang meratanya pembagian kerja Perubahan Sosial Perubahan mata pencarian (Petani ke pedagang, petani ke Perkantoran) Perkembangan pola pikir / peningkatan SDM Gambar 6. Kerangka Pemikiran Pustaka 6 19 7. Jurnal Humaniora Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (Edisi) Alamat URL Tanggal Diunduh :Tantangan Pembangunan Ekonomi dan Tranformasi sosial: Suatu pendektan Budaya : 2002 : Artikel Jurnal : Elektronik : Irawan Abdullah : Humaniora : Vol. 14, No 3 http://jurnal.ugm.ac.id/jurnalhumaniora/article/download/762/607 : Selasa, 20 November 2014 Setiap proses pembangunan ekonomi salalu menyangkut faktor nonekonomi didalamnya. Pandangan soedjatmolo tentang kaitan pembangunan ekonomi tentang proses perubahan ekonomi dengan perubahan secara luas dapat dilihat pada tanggapannya terhadap proses industrialisasi. Meskipun proses membangun suatu masyarakat harus mengubah masyarakat itu ke arah yang sesuai dengan cita-cita pembangunan, transformasi suatu masyarakat berkaitan langsung dengan ciri sosial budaya masyarakat tersebut. Tiga proses dimana kebudayaan mengabil tempat yang sangat penting di dalamnya, pertama kebudayaan merupakan faktor penting didalm mendorong proses transformasi. Kedua, kebudayaan sekaligus dinilai sebagai penghambat proses transformasi karena nilai-nilai yang dimilikinya tidak sesuai dan bertentangan dengan nilai dan praktik kehidupan baru. Ketiga, kebudayaan harus pula dilihat sebagai produksi dan direproduksi didalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan sebagai pendorong transformasi sosial. dalam sehari-hari kita sering mendengar betapa kebudayaan tradisional dan tentu saja orang-orang yang tradisional merupakan kendala pembangunan. Kebudayaan dapat dianggap sebagai suatu modal dasar yang bisa dimangaatkan untuk kepentingan pembangunan. Ide gotong royong dapat dikembangkan untuk kepantingan monilisasi tenaga kerja di dalam membangun sesuatu dan dalam menggalang pemupukan modal untuk membiayai pembangunan. Namun dalam penelitian mengenai masalah ini, hanya menyentuh sebagian kecil dari diskusi kebudayaan. Hambatan budaya dalam pembangunan, proses transformasi suatu masyarakat selalu menyangkut pilihan apa yang ingin diubah dan apa yang seharusnya tidak diubah. Kegagalan transformasi ke arah pembentukan sistem kehidupan modern secara luas disebabkan oleh perubahan tata nilai lama yang lamban atau pengaruh tata nilai lama di dalam bentuk organisasi kehidupan baru, yang sesunggunya meminta suatu cara kerja organisasi yang baru. Kebudayaan dan tata nilai baru muncul akibat proses transformasi masyarakat yang tidak terelakan. Globalisai membawa dampak yang tidak terelakkan didalm bidang konsumsi. Permintaan yang besar di dalam produk 20 global oleh golongan mengengah telah menyebabkan terjadinya ekspansi pasar secara besar-besaran, yang karena itu pasar menjadi kekuatan penting di dalam mendikte kehidupan. Kepentingan-kepentingan material secara umum juga telah mengarahkan perilaku sosial hampir semua orang. Keseimbangan antara aspek material dan nonmaterial dialam kehidupan harus dibangun untuk menhidari disintegrasi didalam kehidupan sosial. kebudayaan seharusnya berfungsi dalam mengevaluasi setiap perubahan sehingga perubahan itu tidak berada di luar jalur nilai-nilai yang disepakati. Analisis Pembanguan ekonomi pada dasarnya tidak akan lepas dari nilai sosial dan budaya masyarakat. Kebudayaan dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya pembangunan ekonomi maupun masyarakat. Namun kebudayaan yang ada sekarang dianggap menjadi penghabat pembangunan. Karena pemahaman dan nilai-nilai yang terkandung didalam budaya tidak dipahami secara menyeluruh. Transformasi kebudayaan harus dilakukakan sebab kesulitan yang dihadapai di dalam proses pembangunan sesungguhnya disebabkan kecendurungan dalam mengesampingkan nilai-nilai kebudayaan. semuai ini merupakan tanda penting bahwa pembangunan yang sedang berlangsung masih belum sesuai dengan citacita pembangunan manusia seutuhnya. Tabel 7 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 7 Variable Pembangunan ekonomi Fakta Pendukung Proses pembangunan suatu masyarakat harus mengubah masyarakat itu kearah yang sesua dengan cita-cita pembangunan Kebudayaan Kebudayaan dapat dianggap sebagai suatu modal dasar yang sebagai pendorong bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan. Ide transformasi sosial gotong royong dapat dikembangkan untuk molisasi tenga kerjad didalam membangun. Kebudayaan Kegagalan transformasi ke arah pembentukan sistem sebagai penghabat kehidupan modern secara luas disebabkan oleh perubahan tata transformasi sosial nilai lama yang lamban atau pengaruh tata nilai lama di dalam bentuk organisasi kehidupan baru Tata nilai baru Globalisai membawa dampak yang tidak telekkan di dalam bidang konsumsi, sebagai tanda penting dari proses transformasi masyarakat. Orientasi materi dapat menyebabkan kerapuhan dan belum tentnu dapat membawa manusia kepada kesejahteraan dan kebahagiaan. Transformasi Kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama ini di dalam setiap kebudayaan proses pembangunan sesunggunya disebabkan oleh kecenderungan dalam mengesampingkan nilai-nilai budaya. kebudayaan seharusnya berfungsi dalam mengevaluasi setiap perubahan sehingga perubahan itu tidak berada di luar jalur nilai-nilai yang disepakati. 21 Kerangka Pemikiran Kebudayaan sebagai penghambat transformasi sosial Kebudayaan sebagai pendorong transformasi sosial Pembangunan ekonomi Tata nilai baru Transformasi kebudayaan Gambar 7. Kerangka Pemikiran Pustaka 7 8. Jurnal Humaniora Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (Edisi) Alamat URL Tanggal Diunduh : Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pasca Pembangunan Jembatan Siti Nurbaya : 2014 : Artikel Jurnal : Elektronik : Danhil :: : http://ejournal-s1.stkip-pgrisumbar.ac.id/index.php/sosiologi/article/view/1954 /1944 : Selasa, 20 November 2014 Pembangunan merupakan suatu proses dinamis yang senantiasa berkembang terus dalam menjawab tuntutan kebutuhan serta perkembangan zaman. Pembangunan ada yang diusahakan dan ada juga sektor kesengajaan di dalam memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat. Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia pada prinsipnya adalah suatu usaha meningkatkan taraf hidup masyarakatnya dengan cara mengadakan perubahanperubahan di bidang sosial, budaya, dan ekonomi (Soekanto, 2007:358-360) Pada tahun 1996 pemerintah daerah kota Padang melaksanakan pembangunan jembatan layang yang melintasi sungai Batang Arau, yang menghubungkan Kecamatan Padang Barat dengan Kecamatan Padang Selatan, 22 tepatnya di Kelurahan Berok Nipah sampai Kelurahan Batang Arau. Jembatan layang tersebut dinamakan jembatan Siti Nurbaya. Jembatan Siti Nurbaya merupakan suatu sektor yang tidak jauh berbeda dengan sektor ekonomi yaitu dalam proses perkembangan yang mempunyai pengaruh di bidang sosial dan ekonomi. Dalam bidang sosial dapat menyebabkan terjadinya interaksi sosial antara masyarakat setempat dengan wisatawan yang dapat mengakibatkan perubahan pola atau tata nilai kehidupan Masyarakat. Dulu nya mau pergi ke pusat kota menaiki sampan dulu sekarang bisa naik angkot atau naik ojek langsung ke pusat kotanya, serta hubungan antara masyarakat dulu sangat berbeda dengan adanya jembatan ini di antaranya masyarakat bersifat individual. Sedangkan dalam bidang ekonomi mempunyai potensi yang cukup tinggi dalam memberikan peningkatan ekonomi masyarakat. Analisis Pembangunan jembatan Siti Nurbaya menyebabkan terjadinya perubahan di masyarakat, baik itu sosial maupun ekonomi. Kondisi sebelum pembangunan jembatan Siti Nurbaya. Dalam bidang sosial, Adanya jalinan kerjasama yang lancar antar masyarakat serta masih memiliki kesadaran untuk ikut begotong royong, cara bersikap dan berbicara sopan santu sesama warga kelurahan batang arau masi terjaga, walaupun masyarakat memiliki latar belakang ekonomi, budaya dan agama yang berbeda. Dalam bidang mata pencariahan masyarakat sebelu dibangun jembatan, umumnya sebagai nelayan, kuli bangunan, kuli angkut, tukang sampan penyebrangan, serta menjadi ABK kapal. Sebagian besar masyarakat di Kelurahan Batang Arau memiliki kondisi ekonomi yang sangat sulit. Kondisi pendidikan masyarakat sebelum adanya jembatan Siti Nurbaya juga belum maju, karena masyarakat Batang Arau untuk pergi sekolah harus menyeberang untuk mencapai sekolah SMP dan SMA karena SMP dan SMA tidak ada di Kelurahan Batang Arau. Perubahan sosial sejak berdirinya jembatan Siti Nurbaya. perubahan perilaku dan sikap masyarakat Kelurahan Batang Arau, di mana sejak adanya jembatan Siti Nurbaya, masyarakat lebih individual dengan mementingkan kepentingan pribadi. dari segi pendidikan membawa perubahan yang positif bagi masyarakat di Kelurahan Batang Arau, yaitu meningkatkan pendidikan karena perekonomian keluarga mulai membaik dan pendapatan masyarakat meningkat. banyak beralih pekerjaan dari nelayan jadi pedagang jagung, buruh menjadi pedagang jagung bakar, Ibu Rumah Tangga menjadi pedagang jagung bakar, sehingga masyarakat di sekitar jembatan Siti Nurbaya ada yang memiliki 2 jenis mata pencaharian. 23 Tabel 8 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 8 Variable Pembangunan Jembatan Siti Nurbaya Fakta Pendukung Pada tahun 1996 pemerintah daerah kota Padang melaksanakan pembangunan jembatan layang yang melintasi sungai Batang Arau, yang menghubungkan Kecamatan Padang Barat dengan Kecamatan Padang Selatan Kondisi sebelum bidang sosial, Adanya jalinan kerjasama yang lancar antar Pembangunan masyarakat. Jebatan bidang mata pencariahan, masyarakat sebelu dibangun jembatan, umumnya sebagai nelayan, kuli. Bidang ekonomi, kondisi ekonomi yang sangat sulit menyebabkan tingkat pendidikan sangat rendah. Perubahan sosial (setelah Pembangunan jembatan) Bidang sosial, masyarakat lebih individual dengan mementingkan kepentingan pribadi. Bidang ekonomi, pendapatan masyarakat meningkat. banyak beralih pekerjaan dari nelayan menjadi pedagang jagung. Bidang pendidikan, Semenjak berdirinya jembatan akses terhadap pendidikan semakin muda. Kerangka Pemikiran Kondisi sebelum Pembangunan Jebatan Pembangunan Jembatan Siti Nurbaya Perubahan sosial (setelah Pembagunan jembatan) Bidang sosial Bidang pendidikan Bidang ekonomi Gambar 8 Kerangka Pemikiran Pustaka 8 24 9. Jurnal Buletin ekonomi perikanan Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (Edisi) Alamat URL Tanggal Diunduh Dampak Pembangunan Pelabuhan Peri Kanan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Pendapatan Masyarakat (Stud; Kasus d; Pelabuhan Perlkanan Lempaslng, Bandar Lampung) : 2005 : Artikel Jurnal : Elektronik : Helmi Yusuf, Kooswardhono M, M Sri Saeni Dan Lutfi L. Nasution : Buletin ekonomi perikanan : Vol. 6, No 1 :http://journal.ipb.ac.id/index.php/bulekokan/artic le/download/2536/1525 : Kamis, 20 November 2014 tujuan atau makna yang melekat pada istilah pembangunan, semuanya akan selalu menunjuk kepada sesuatu yang positif, artinya setiap pembangunan selalu diharapkan bermanfaat (Fandeli, 1992). Namun demikian, pad a dasarnya kegiatan pembangunan pelabuhan termasuk pelabuhan perikanan yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan dampak secara fisik yang berupa ancaman terhadap kerusakan ekologi baik berupa kerusakan lahan, biologi, maupun pencemaran. Kemudian, seperti umumnya pada setiap kegiatan pembangunan yang telah dilaksanakan terjadi pula dampak sosial baik sosial maupun ekonomi, baik yang bersifat positif maupun negatif(Suratmo, 1998). Pembangunan yang dilakukan secara terus menerus mempunyai ~aksud mengembangkan yang telah dilakukan sebelumnya sering disebut sebagai pengembangan (Improvement). Pengembangan pelabuhan perikanan dapat berupa penambahan fasilitas pelabuhan, jenisltipe pelabuhan dan pengc\olaannya untuk mencapai tujuan pelabuhan perikanan yang optimal. Dampak kegiatan pembangunan yang positif sangat diharapkan terutama terhadap masyarakat yang berada di sekitar wilayah pelaksanaan kegiatan pembangunan tersebut. Namun demikian, dampak negatif yangsebenarnya tidak diharapkan dapat berakibat terhadap masyarakat sekitar itu pula (Setiadi, 1996). Sebagaimana aktivitas ekonomi lainnya, pembangunan dan pengembangan pelabuhan perikanan di Lempasing, Bandar Lampung seyogyanya akan memberikan manfaat positif terhadap kelangsungan sosial ekonomi masyarakat terutama dalam bentuk penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan. dalam rangka meningkatkan atau mempertailankan Jjenl'erapan tenaga kerja dan pendapatan masyaraikat di sekitar pelabuhan perikanan terutama nelayan diperlukan peningkatan pelayanan dan peningkatan kesempatan masyarakat nelayan memanfaatkan fasilitas pelabuhan perikanan. terutama tempat pelelangan ikan. 25 Analisis Pembangunan yang dilaksanakan bertujuan mempertuas kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang sekaligus menunjang kehidupan ekonomi masyarakat; antara lain adalah pembangunan pelabuhan seperti yang telah dilakukan di beberapa wilayah kabupaten di Propinsi Lampung Keseluruhan masyarakat nelayan responden juga mengemukakan bahwa sejak adanya pembangunan pelabuhan perikanan ini semakin banyak jumlah nelayan yang melaksanakan penangkapan ikan di wilayah Kota Bandar Lampung dan beberapa wilayah lainnya bersandar dan melaksanakan jual beli ikan hasil tangkapannya di pelabuhan ini. Hal ini juga sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dengan adanya pembangunan pelabuhan yaitu menampung kegiatan masyarakat perikanan baik ditinJau dari aspek produksi, pengolahan maupun pemasaran (Murdiyanto, 2003). Peningkatan pendapatan tersebut terjadi tidak hanya pada kelompok nelayan tetapi terjadi pada seluruh kelompok masyarakat yang berada di sekitar pelabuhan perikanan Lempasing. Hal ini juga berarti masyarakat nelayan yang memanfaatkan sumberdaya perikanan di perairan laut dan pesisir Lampung menggunakan fasilitas pelabuhan perikanan yang berada di Lempasing. 26 Tabel 9 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 9 Variable Pembangunan Pelabuhan Fakta Pendukung Pembangunan dan pegembangan pelabuhan perikanan yang telah dilakukan di wilayah pesisir Lampung (seperti di Lempasing Teluk Lampung, Bandar Lampung) merupakan salah satu aktivitas pemanfaatan wilayah pesisir Lampung yang cukup signifikan di dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat, terutama bagi masyarakal nelayan. Penyerapan tenaga kerja Pendapatan Masyarakat wawancara dengan para pedagang ikan menunJukkan bahwa ikan yangdiperdagangkan di wilayah ini tidak hanya berasal dan dipasarkan dalam wilayah Kota BandarLampung, tetapi juga berasal dari luar daerah, antara lain berasal dari Sumatera Barat (Padang) dan Propinsi Banten (Pandeglang dan Cilegon). Oleh karena itu, setelah adanya pembangunan dan . pengembangan pelabuhan perikanan pantai Lempasing, kuantitas buruh angkut ikan juga turut meningkat hingga 82,81%. Hasil wawancara dengan para pedagang ikan yang mengemukakan bahwa sejak adanya pembangunan dan pengembangan pelabuhan perikanan pantai Lempasing, kegiatan bongkar muat dan perdagangan ikan meningkat secara drastis. Hal ini sesuai pula dengan fungsi dan peranan pelabuhan perikanan yang antara lain sebagai pusat pemasaran dan distribusi ikan hasil tangkapan masyarakat nelayan (Murdiyanto, 2003). Kesejahteraan sebelum dan sesudah adanya pembanaunan pelabuhan perikanan. masyarakat Oleh karena itu. disarankan dalam rangka meningkatkan atau mempertailankan Jjenl'erapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat di sekitar pelabuhan perikanan terutama nelayan diperlukan peningkatan pelayanan dan peningkatan kesempatan masyarakat nelayan memanfaatkan fasilitas pelabuhan perikanan. terutama tempat pelelangan ikan Kerangka Pemikiran Pendapatan Masyarakat Kesejahteraan masyarakat Pembangunan Pelabuhan Penyerapan tenaga kerja Gambar 9. Kerangka Pemikiran Pustaka 9 27 10. Jurnal Aplikasia Judul Peran Ulama Bassra Sebagai Perekat Masyarakat (studi atas Pembangunan Jembatan Suramadu) Tahun : 2005 Jenis Pustaka : Artikel Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Irawan Abdullah Nama Jurnal : Aplikasia Volume (Edisi) : Vol. 6, No 3:155-174 desember 2005 Alamat URL : http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2013/10/INVENTARISASI-DANDOKUMENTASI-SISTEM-MATAPENCAHARIAN-DI-JAWA-BARAT.pdf Tanggal Diunduh : Kamis, 20 November 2014 Pulau Madura merupakan wilayah yang strategis dan berbatasan dengan Indonesia bagian Timur yang juga potensial untuk dikembangkan secara optimal. Bangkalan yang masuk wilayah Madura bagian Barat merupakan pintu gerbang daerah perdagangan dan keluar masuk orang-orang Madura maupun yang lain, dan juga sebagai kawasan "GERBANGKERTOSUSILA" (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, dan Lamongan). Pertumbuhan sektor industri yang pesat dan hanya berpusat di wilyah-wilayah diatas, telah menyebabkan timbulnya ketimpangan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di antara kota dan desa. Sekaligus memaksa sektor pertanian untuk mencari pekerjaan di luar itu. Berbagai permasalahan penting di atas telah menjadi salah satu faktor pendorong pemerintah untuk melakukan industrialisasi Madura dan Pembangunan jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya dan Madura. Konsep pembangunan bisa saja tidak seluruhnya dapat diwujudkan sesuai dengan harapan yang diinginkan. Bahkan bisa terjadi, implementasi pembangunan muncul sebagai akibat-akibat yang terjadi di luar konsep pembangunan itu. maka pembangunan jembatan itu sekaligus dimaksudkan juga sebagai sasaran untuk memacu perluasan kawasan industri, perumahan di Surabaya dan Madura. Pembangunan ketiga proyek itu diharapkan dapat mendorong kegiatan sosial ekonomi di kawasan Madura secara keseluruhan yang sampai sekarang ini kurang tersentuh oleh dinamika pembangunan. Dengan adanya pembangunan itu, maka kebijakan pemerintah ini mendapat tanggapan dari Ulama non Bassra maupun dari Ulama Bassra sebagai mediator dan mewakili masyarakat Madura, sehingga terjadi tarik menarik antara Pemerintah sebagai ratoh dengan Ulama Bassra, sebagai guruh. Peran Ulama Bassra yang berfungsi sebagai mediator dapat dimaknai sebagai usaha merubah kebijakan publik yang pada dasarnya merupakan dari aktualisasi suatu konflik kepentingan. Pada usatu waktu ara kiai di ajak bersama studi banfing ke Pulau Batam. Namaun ada beberapa rambu-rambu yan berkenaan dengan rencana industrialisasi di Maduara yang diharapkan dapat dipatuhi oleh pemerintah. Dari rambu-rambu tersebut antara lain; dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemakaian jembatan Suramadu serta menyangkut industrialisasi itu sendiri 28 pemerintah diharapkan tidak hanya memikirkan aspek perrumbuhan ekonomi saja, tetapi juga dari aspek sosial dan budaya. Analisis Kondisi kesenjangan sosial dan ekonomi Pulau Madura dengan kota-kota disekitarnya dapat mempengaruhi kebijkan pemerintah yang akan dilakukan. Kebijakan pemerintah dalam meminimalissir kesenajangan sosial dan ekonomi di Pulau Madura diputuskan melalui pembangunan jembatan Suramadu, perumahan dan Industrialisasi di Madura. Namun peran ulama yang tergabung dalam Bassra menanggapi kebijakan pemerintah dalam pembangunan jembatan dan industrialisasi Madura. Karena pembangunan pemerintah kebanyakan hanya untuk pembangunan ekonomi makro sehingga manfaatnya tidak dirasakan oleh lapisan masyarakat bawah. Tabel 9 Matriks Variabel dan Fakta Pendukung Pustaka 9 Variable Kondisi Ketimpangan Pulau Madura Kebijakan Pemerintah Pembangunan jembatan Suramadu Industrialisasi Ulama Bassa Konflik lahan Perubahan struktur sosial Fakta Pendukung masalah kemiskinan dan kesenjangan antara desa dengan kota, terutama kesenjangan antara Madura dan Surabaya. Kesenjangan yang terjadi antar lapisan masyarakat, pada hakekatnya, bersumber dari masalah kemiskinan yang dialami oleh masyarakat yang bersangkutan Berdasarkan Keputusan Presiden No. 55 tahun 1990 tertanggal 14 Desember 1990, lahirlah babak baru tentang pengukuhan rencana pembangunan jembatan Suramadu dan menjadi satu paket dengan industrialisasi Madura pada tanggal 20 Agustus 2003, Presiden Megawati meresmikan tiang pancang pembangunan jembatan Suramadu. Dikukuhkan rencana pembangunan jembatan Suramadu menjadi satu paket dengan industrialisasi Madura. Untuk itulah perlu adanya suatu kebijakan tentang pembangunan jembatan Suramadu dan Industrialisasi Madura Peran Ulama Bassra yang berfungsi sebagai mediator dapat dimaknai sebagai usaha merubah kebijakan publik yang pada dasarnya merupakan dari aktualisasi suatu konflik kepentingan. Setiap pembangunan pasti membutuhkan tanah (lahan) akibatnya tanah semakin berkurang, sedangkan penduduk Madura semakin meningkat. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah sebagai pihak penguasa melakukan intervensi langsung dan mempunyai kepentingan dengan masyarakat Madura. Benturan dari relasi kepentingan ini terjadi tarik menarik yang kemudian muncul konflik vertikal, banyak perubahan penting dalam dalam tata kehidupan sosial Madura kemungkinan terjadinya perubahan peran tradisional ulama (para kiai) merupakan fokus yang tak mudah diabaikan di sini 29 Kerangka Pemikiran Kondisi Ketimpangan Pulau Madura Kebijakan Pemerintah Industrialisasi Perubahan struktur sosial Ulama Bassa Pembangunan jembatan Suramadu Konflik lahan Gambar 10. Kerangka Pemikiran Pustaka 10 30 SINTESIS Definisi Pembangunan jembatan Suramadu Menurut Suwarsono (2006) Pembangunan lebih tepat diartikan sebagai peningkatan standar hidup bagi setiap penduduk di negara dunia ketiga. Peningkatan standar hidup meliputi fasilitas transportasi, lapangan pekerjaan maupun untuk kesejahteraan masyarakat, Menurut Wallerstein dikutip Suwarsono (2006) menyatakan bahwa kepentingan ekonomis birokrasi negara akan tetap mengarahkan pembangunan nasional yaitu mengejar ketinggalan dan karenanya selalu mengarah kepada pertumbuhan ekonomi. Madura merupakan salah salah satu Pulau terbesar yang ada di sebelah timur Jawa Timur dan terdiri dari empat kabupaten, antara lain Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Bangkalan yang masuk wilayah Madura bagian Barat merupakan pintu gerbang daerah perdagangan dan keluar masuk orang-orang Madura maupun yang lain, dan juga sebagai kawasan "GERBANGKERTOSUSILA" (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, dan Lamongan). Menurut Syamsudin dan Sholeh (2005) menyatakan bahwa kemiskinan dan kesenjangan antara desa dengan kota, terutama kesenjangan antara Madura dan Surabaya. Kesenjangan yang terjadi antar lapisan masyarakat, pada hakekatnya bersumber dari masalah kemiskinan yang dialami oleh masyarakat yang bersangkutan. Menurut Syamsudin dan Sholeh (2005) kesenjangan antara Madura sebagai desa tradisional dan Surabaya sebagai kota modern. Untuk mengentaskan kesenjangan dan kemiskinan antara pola hidup tradisional desa - kehidupan modern kota, yaitu antara Madura dan Surabaya, khususnya dan Jawa pada umumnya. Dikukuhkan rencana pembangunan jembatan Suramadu menjadi satu tujuan dengan industrialisasi Madura. Untuk itulah perlu adanya suatu kebijakan tentang pembangunan jembatan Suramadu dan industrialisasi Madura. Dalam KEPRES RI no. 79 Tahun 2003 Menetapkan Pasal 1 Dalam rangka meningkatkan perekonomian Pulau Madura pada khususnya dan Propinsi Jawa Timur pada umumnya, dilanjutkan pelaksanaan pembangunan jembatan Surabaya - Madura. Pasal 2 Pembangunan jembatan Surabaya - Madura tersebut dilaksanakan sebagai bagian dari pembangunan kawasan industri dan perumahan serta sektor lainnya dalam wilayah-wilayah di kedua sisi ujung jembatan tersebut. sejalan dengan keputusan presiden di atas, menurut Suwarsono (2006) Menjelaskan Pembangunan tidak sekedar pelaksanaan program yang melayani kepentingan elite dan penduduk perkotaan, tetapi lebih merupakan program yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk pedesaan, para pencari kerja dan sebagian besar kelas sosial lain yang dalam posisi memerlukan bantuan. 31 Definisi Dampak pada Aspek Ekonomi Berdasarkan Keputusan Pemerintah No. 14 Menteri Lingkungan Hidup Tahun 1994, tentang “Penetapan Dampak Penting” dalam Biang (2008) Menyebutkan bahwa “dampak terhadap aspek ekonomi, yaitu : pertama, kesempatan bekerja dan berusaha; kedua, pola perubahan dan penguasaan lahan dan sumber daya alam; ketiga, tingkat pendapatan; keempat, sarana dan prasarana infrastruktur; kelima, pola pemanfaatan sumber daya alam”. 1) Kesempatan kerja dan berusaha 2) pola perubahan dan penguasaan lahan dan sumber daya alam 3) tingkat pendapatan 4) sarana dan prasarana infrastruktur 5) pola pemanfaatan sumber daya alam Kesempatan kerja mengandung pengertian bahwa besarnya kesediaan usaha produksi untuk mempekerjakan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi, yang dapat berarti lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja yang ada dari suatu saat dari kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja dapat tercipta apabila terjadi permintaan tenaga kerja di pasar kerja, sehingga dengan kata lain kesempatan kerja juga menujukkan permintaan terhadap tenaga kerja. Sudarsono dikutip Tindaon (2011). Menurut Maqin (2011) Pada dasarnya infrastruktur pembangunan dapat dibedakan menjadi: (1) infrastruktur ekonomi yaitu infrastruktur fisik baik yang digunakan dalam proses produksi maupun yang dimanfaatkan oleh masyarakat, meliputi semua prasarana umum seperti tenaga listrik, telekomunikasi, perhubungan, irigasi, air bersih dan sanitari serta pembuangan limbah (2) infrastruktur sosial yaitu prasarana sosial seperti kesehatan dan pendidikan. Pola perubahan dan penguasaan sumber daya alam dapat dilihat dari hak akses, hak pemanfaatan, hak pengelolaan, hak ekslusi dan hak pengalihan. Dalam pembangunan jembatan Suramadu bagaimana perubahan penguasaan lahan dan pola pemanfaatan sumber daya alam. Berdasarkan tabel berikut: Tabel 10 Status Kepemilikan Sumber daya Alam Tipe hak Authorized Authorised Owner Preprietor Claimant user entrant Akses x x x x x Pemanfaatan x x x x Pengelolaan x x x Ekslusi x x Pengalihan x Sumber: Ostrom Ana Schlager dalam Satria (2009) 32 Konsep perubahan sosial Menurut Wiliam F. Ogbrun dikutip Soekanto (2002) mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun immaterial, yang ditetapkan adalah pengaruh besar unsurunsur kebudayaan meterial terhadap unsur-unsur immaterial. Menurut Soekanto (2002) menyatakan Syarat- syarat ekonomis saja tidak cukup untuk melancarkan pembangunan. Diperlukan pula perubahan-perubahan masyarakat yang dapat penetralisir faktor-faktor kemasyarakatan yang mengalami perkembangan. Menurut Ferley dikutip Sztompka (2007) perubahan sosial adalah perubahan pola prilaku, hubungan sosial, lembaga dan struktur pada waktu tertentu. Menurut Soekanto (2002) menyatakan bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau budaya. Dampak aspek ekonomi yang muncul setelah pembangunan jembatan Suramadu, dapat membawah perubahan masyarakat yang tradisional ke arah modern. Bentuk perubahan sosial yang terjadi dapat berupa perubahan interaksi sosial, lembaga kemasyarakatan dan gerak sosial. 1. Interaksi Sosial Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Bentuk bentuk interaksi sosial dapat berupa kerjasama (cooperation), persaingan (Competion) dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (Conflict). 2. Mobilitas Sosial Menurut Soekanto (2002) menyatakan bahwa gerak sosial atau social mobility adalah suatu gerak dalam struktur sosial (social structure) yaitu polapola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. sejalan dengan itu Soekanto juga menyebutkan tipe-tpe gerak sosial yang prinsipil ada dua macam, yaitu gerak sosial yang horizontal dan vertikal. Gerak sosial horizontal yaitu perubahan individu atau kelompok dari kelompok sosial yang sederajat, sedangkan gerak sosial vertikal yaitu perubahan individu atau kelompok dari kelompok sosial yang memiliki kedudukan sosial yang lebih tinggi. 3. Lembaga Kemasyarakatan Menurut Sumne dikutip Soekanto (2002) mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai perbuatan, cita-cita, sikap dan pelengkap kebudayaan, bersifat kekal serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan- 33 kebutuhan masyarakat. Pentingnya adalah agar ada keteraturan dan integrasi dalam masyarakat. Menurut Soekanto (2002) menyatakan bahwa lembaga kemasyarakatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi, yaitu: a. memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap. b. menjaga keutuhan masyarakat c. memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial Perubahan lembaga kemasyarakatan tradisional atau trend dari organisasi sosial menurut Himes dikutip Kartawiharja (2000), ada lima bentuk trend atau kecenderungan, yaitu: a. Memudarnya ikatan kekerabatan (Decline of Kinship) bergesernya nilai kekeluargaan dan kekerabatan ke nilai yang memunculkan rasa individualisme. Hal yang telah menggeser ikan tersebut berdasarkan tempat tinggal, tempat kerja dan daerah asal. b. Perkembangan spesialisasi perkembangan spesialisasi ini terjadi dalam hal fungsi dan aktivitas suatu lembaga, baik itu lembaga tradisional maupun lembaga modern. Apabila dalam suatu aktivitas tersebut terbatas maka untuk memenuhi kebutuhannya dicari informasi-informasi lain dengan berbicara. c. Peningkatan sekularisme dan rasionalitas Bergesernya nilai kekeluargaan ke nilai material seiring dengan munculnya rasa individualisme sehingga proses ekonomi menyebabkan perubahan orientasi nilai budaya dan struktur sosial masyarakat yang ada. d. Tendensi ke arah karakter massa Pemenuhan kebutuhan k arah karakter massa yang bisa dicirikan oleh penggunaan media massa sebagai informasi. e. Trend yang berlawanan Bergesernya ikatan berdasarkan keluarga, tempat kerja dan daerah asal. Hal ini yang menyebabkan individu masih membutuhkan kebersamaan dengan individu lain 34 SIMPULAN Hasil Rangkuman dan Pembahasan Madura merupakan salah salah satu Pulau terbesar yang ada di sebelah timur Jawa Timur dan terdiri dari empat kabupaten, antara lain Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Bangkalan yang masuk wilayah Madura bagian Barat merupakan pintu gerbang daerah perdagangan dan keluar masuk orang-orang Madura maupun yang lain, dan juga sebagai kawasan "GERBANGKERTOSUSILA" (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, dan Lamongan). Perbedaan kondisi perekonomian Pulau Madura dengan kabupatenkabupaten disekitar menyebabkan Pulau Madura mengalai kesenjangan sosial. karena Pulau Madura yang bersinggungan langsung dengan surabaya yang notabene merupakan sentra produksi barang dan jasa. Dalam hal ini pemerintah merencanakan untuk menghubungkan Pulau Madura dengan surabaya agar percepatan pembangunan perekonomian semakin lancar. Berdasarkan Kepres RI No. 79 Tahun 2003 Menetapkan Pasal 1 Dalam rangka meningkatkan perekonomian Pulau Madura pada khususnya dan Propinsi Jawa Timur pada umumnya, dilanjutkan pelaksanaan pembangunan jembatan Surabaya - Madura. Pasal 2 Pembangunan jembatan Surabaya - Madura tersebut dilaksanakan sebagai bagian dari pembangunan kawasan industri dan perumahan serta sektor lainnya dalam wilayah-wilayah di kedua sisi ujung jembatan tersebut. dalam keputusan tersebut pemerintah menetapkan peningkatan perekonomian Pulau Madura harus dilaksanakan pembangunan jembatan Surabaya - Madura. Dalam Kepres tersebtu tidak hanya penetapan pembangunan jembatan tetapi juga menetapkan badan pengembangan antara kedua wilayah tersebut. hasil dari penetapan tersebut yaitu terbentuknya Badan Pengembangan Wilayah Surabaya Madura (BPWS) mendorong pembangunan pasca pembangunan jembatan Suramadu agar tidak terjadi kesejangan. Pembangunan merupakan bagian dari Perubahan sosial yang direncanakan melalui inovasi dan teknolgi yang ada. Pembangunan jembatan Suramadu berdampak pada terciptanya industrialisasi, pembangunan pariwisita, kontak budaya dan perubahan alih fungsi lahan. Pembangunan jembatan Suramadu dapat menimbulkan dampak penting pada aspek ekonomi yaitu kesempatan bekerja dan berusaha, pola perubahan dan penguasaan lahan dan sumber daya alam, Tingkat pendapatan, sarana dan prasarana infrastruktur, pola pemanfaatan sumber daya alam. Pada akhirnya akan mempengaruhi terjadinya perubahan sosial maupun budaya. perubahan sosial pada struktur dan fungsi masyarakat, perubahan yang terjadi antara lain Interaksi, lapisan masyarakat, gerak sosial. Melihat tujuan utama dalam Pembangunan jembatan Suramadu yaitu mengurangi ketimpangan sosial Pulau Madura dengan dukungan percepatan pembangunan ekonomi. Tujuan pembangun jembatan Suramadu akan berhasil jika kesejahteraan masyrakat Madura tercapai. Karena pembangunan tidak hanya bertumpu pada percepatan perekonomian melainkan juga aspek kesejahteraan masyarakat yang ada. 35 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran ini merupakan suatu kerangka usulan analisis baru yang dibuat merupakan gabungan kerangka analisis dari semua pustaka yang digabungkan. Kerangka ini menujukan keterkaitan antar variabel yang dijelaskan para penulis dalam pustakanya. Berdasarkan kerangka analisis adanya Pembangunan dan penetapan badan pengembangan wilayah Surabaya Madura sangat dipengaruhi oleh kondisi ketimpangan sosial yang terjadi di Pulau Madura. Kondisi Palau Madura yang terisolir dan bersinggungan dengan sentra produksi dan jasa membuat pemerintah harus mengambil kebijakan dalam mempercepat pembangunan ekonomi agar ketimpangan yang ada dapat dikurangi. Askes transportasi yang sulit dari Madura ke Surabaya ataupun sebaliknya merupakan penghambat terciptanya pertumbuhan ekonomi di Pulau Madura. Pembangunan jembatan Suramadu tidak lepas dari dampak yang ditimbulkan, baik positif (direncanakan) maupun yang negatif (tidak direncanakan). Pembangunan jembatan Suramadu dapat mempengaruhi struktur ekonomi dan sosial. Berdasarkan Keputusan Pemerintah No. 14 Menteri Lingkungan Hidup Tahun 1994, tentang “Penetapan Dampak Penting” dalam Biang (2008) Menyebutkan bahwa “dampak terhadap aspek ekonomi, yaitu : pertama, kesempatan bekerja dan berusaha; kedua, pola perubahan dan penguasaan lahan dan sumber daya alam; ketiga, tingkat pendapatan; keempat, sarana dan prasarana infrastruktur; kelima, pola pemanfaatan sumber daya alam”. Perubahan aspek ekonomi dapat mempengaruhi perubahan sosial masyarakat di kaki jembatan Suramadu. Sesuai dengan Soekanto (2002) menyatakan bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau budaya. penelitian ini menekankan pada perubahan interaksi sosial, gerak sosial dan perubahan lembaga kemasyarakatan. 36 Ketimpangan Sosial dan Ekonomi Pulau Madura Badan Pengembangan Wilayah SurabayaMadura (BPWS) Dampak pada Aspek lingkungan Pembangunan jembatan Suramadu Perubahan Sosial pada Aspek 1) Interaksi sosial 2) Gerak sosial 3) Lembaga kemasyarakatan Dampak Penting Pada aspek Ekonomi 1) kesempatan bekerja dan berusaha 2) pola perubahan dan penguasaan lahan dan sumber daya alam 3) Tingkat pendapatan 4) sarana dan prasarana infrastruktur 5) pola pemanfaatan sumber daya alam Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pustaka 1 Gambar 10. Kerangka Pemikiran Pustaka 10 Keterangan: : Fokus penelitian : Mempengaruhi 37 Pertanyaan Kritis Dalam mengurangi ketimpangan Pulau Madura pada dasarnya pemerintah melaksanakan melalui kebijakan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi akan berdampak aspek-aspek ekonomi dan dapat juga mempengaruhi perubahan sosial terhadap interaksi sosial, gerak sosial dan lembaga kemasyarakatan. Oleh karena itu, berdasakan kerangka pemikiran diatas dapat diambil beberapa pertanyaan analisi antara lain: 1. Apa saja dampak pada aspek ekonomi pasca pembangunan jembatan Suramadu ? 2. Sejauh mana pengaruh perubahan dampak penting pada aspek ekonomi dari pembangunan jembatan suramadu dapat mempengaruhi perubahan sosial? 38 DAFTAR PUSTAKA Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. No. 14 Tahun 1994. Tentang: Pedoman Umum Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan. [Internet]. [diunduh pada 10 Januari 2015]. dapat diunduh di http://storage.jakstik.ac.id/ProdukHukum/LingkunganHidup/ KEPRES NO. 27 Tahun 2003. Tentang Pembangunan Jembatan Surabaya Madura. Jakarta. [Internet]. [diunduh pada 24 Desember 2014]. dapat diunduh di http://portal.mahkamahkonstitusi.go.id/eLaw/mg58ufsc89hrsg/keppres79 _2003.pdf Maqin A. 2011. Pengaruh kondisi infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa barat. Jurnal Trikonomika. [Internet]. [diunduh pada 6 Januari 2015]. Vol 10 No. 1:10-18. Dapat diunduh di http://download.portalgaruda.org Pramudi I. 2010. Perubahan mata pencaharian dan nilai sosial budaya masyarakat. skirpsi. Internet universitas sebelas Maret. [Internet]. [diunduh pada 24 Desember 2014]. dapat di unduh di http://eprints.uns.ac.id/7241/1/125940308201008351.pdf Pusat Kajian Ekonomi Makro. 2014. Rekomendasi kebijakan untuk infrastuktur. Kementrian Keuangan RI. [Internet]. [diunduh pada 24 Desember 2014]. dapat diunduh di http://www.perpustakaan.depkeu.go.id/FOLDERJURNAL/2014_kajian_ pkem_Rekomendasi%20Kebijakan%20Untuk%20Infrastruktur.pdf Satria A. 2009. Pesisir dan Laut Untuk Rakyat. Bogor. IPB Press Soekanto S. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta (ID): RajaGrafindo Prasada Sugiarto E. 2007. Tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan Desa Benua Baru ilir berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik. jurnal EPP. [Internet]. [diunduh pada 3 Januari 2015] Vol.4 No. 2:32-36. Dapat diunduh di https://agribisnisfpumjurnal.files.wordpress.com/2012/03/jurnal-vol-4no-1-eko.pdf Suwarsono. 2006. Perubahan Sosial dan Pembangunan Jakarta (ID):LP3ES Sztompka P. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta (ID): Prenada 39 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Nashrul lathif dilahirkan di Lamongan, 16 juli 1993 dari pasangan bapak Abdul Manuf dan Ibu Royani. Penuilis merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara. Pendidikan formal dijalani penulis mulai dari TK Aba (1998-1999), MI Toriqotul Hidayah 1 (1999-2005), Mts Darul Hikam (20052008), SMA Unggulan BPPT Al-Fattah Lamongan (2008-2011). Pada tahun 2011, penulis diterima menjadi mahasiswa Departemen Sains Kkomunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor malalu jalur SNMPTN Undangan. Selain aktif dalam kegiatan perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti organisasi kampus, yaitu Ikatan mahasiswa Lamongan (FORMLA IPB), Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Komuniasi dan Pengambangan masyarakat (HIMASIERA) tahun 2012, dan Badan Eksekuti Mahasiswa Ekologi Manusia di departemen Kajian strategis pada tahun 2013. Pengalaman kepanitian penulis adalah sebagai kepantiaan Comday kuminikasi dan bisnis dan panitia Indonesian Ecologi Expo tahun 2013 dan tahun 2014. Pernulis pernah menjadi juara presentator terbaik pada acara Comday Komunikasi dan bisnis 2013 dan juga menjadi juara 1 lomba poster anti narkoba IPB 2014.