LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 7 a TAHUN 1984 SERI C NOMOR 1 ---------------------------------------------------------------PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I NUSA TENGGARA TIMUR (PERDA NTT) NOMOR 14 TAHUN 1982 (14/1982) TENTANG USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN "C" DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I NUSA TENGGARA TIMUR, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1. 2. 3. 4. 5. bahwa pengelolaan bahan galian golongan "C" telah dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah Tingkat I berdasarkan pasal 4 ayat (2) Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 jis. pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 serta Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 03/P/M/Pertambangan/1981 tanggal 3 Juni 1981; bahwa bahan galian golongan "C" perlu diatur dalam rangka menunjang pembangunan Daerah; bahwa berhubung dengan itu, dianggap perlu menetapkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur tentang Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan "C". Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3037); Undang-undang Nomor 64 Tahun 1958, tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor ); Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 85 Tambahan Lembaran Negara 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Republik Indonesia Nomor 3046); Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3215); Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2831); Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 60, Tambahan Lembaran Legara Republik Indonesia Nomor 2916); Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan-bahan Galian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472); Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor Tahun 1976 tentang Sinkronisasi Pelaksanaan Tugas-tugas di Bidang Keagrariaan dengan Kehutanan, Pertambangan, Transmigrasi dan Pekerjaan Umum; Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 03/P/M/Pertambangan/1981 tentang Pedoman Pemberian Surat Ijin Pertambangan Daerah untuk Bahan Galian yang bukan strategis dan bukan vital (bahan Galian Golongan C); Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 545/4430/puod tertanggal 12 Desember 1981 tentang Pedoman dan Petunjuk Penyusunan Peraturan Daerah tentang Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C. Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I NUSA TENGGARA TIMUR TENTANG USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN "C". BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : a. "Daerah" adalah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur; b. "Gubernur Kepala Daerah" adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur; c. "Daerah Tingkat II" adalah Kabupaten Daerah Tingkat II se Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur; d. "Bupati Kepala Daerah" adalah Bupati Kepala Daerah Tingkat II se Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur; e. "Bahan Galian Golongan "C" adalah Bahan Galian yang tidak termasuk bahan galian golongan strategis dan bahan galian golongan vital; f. "Pekerjaan Pertambangan Bahan Galian Golongan "C" adalah setiap pekerjaan yang diselenggarakan untuk menggali bahan galian golongan "C" dengan maksud untuk memanfaatkannya dan mempunyai nilai ekonomis termasuk bangunan-bangunan, gudanggudang, perlengkapan-perlengkapan, mesin-mesin yang langsung dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut; g. "Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan "C" adalah terdiri atas Usaha Pertambangan Eksplorasi, Eksploitasi, Pengolahan/Pemurnian, Pengangkutan dan Penjualan; h. "Surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD)" adalah Kuasa Pertambangan yang berisikan wewenang untuk melakukan semua atau sebagaian usaha pertambangan bahan galian golongan "C". BAB II JENIS BAHAN GALIAN GOLONGAN "C" Pasal 2 Bahan galian Golongan "C" terdiri atas : Nitrat-nitrat, Pospat, Garam Batu, Asbes, Talk, Mika, Magnesit, Grafit, Yarosit, Leusit, Tawas (Klun) Oker, Batu Permata, Batu Setengah Permata, Pasir Kwarsa, Kaolin, Feldspar, Gip, Bentonit, Batu Apung Tras, Obsidian, Perlit, Tanah Diatome, Tanah Serap, Marmer, Batu Tulis, Batu Kapur, Dolomit, Kalsit, Granit, Andesit, Masal, Trakhit (Bahan Bangunan), Tanah Idat dan Pasir serta Kerikil sepanjang tidak mengandung unsur-unsur mineral golongan A dan B dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan. Pasal 3 Bagi bahan-bahan galian sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 di atas sepanjang terletak di lepas pantai, ijin usaha pertambangannya diberikan oleh Menteri Pertambangan dan Energi. BAB III USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN "C" Pasal 4 (1) (2) Setiap usaha pertambangan Bahan Galian Golongan "C" baru dapat dilakukan apabila telah memperoleh Surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD); Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan "C" hanya dapat dilakukan oleh : a. Badan Usaha Milik Negara; b. Perusahaan Daerah; c. Koperasi; d. Badan Hukum Swasta yang didirikan sesuai Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia, berkedudukan di Indonesia dan mempunyai Pengurus yang berkewarganegaraan Indonesia serta bertempat tinggal di Indonesia dan mempunyai lapangan usaha di bidang pertambangan; e. Pertambangan rakyat dalam bentuk perorangan maupun kelompok yang berkewarganegaraan Indonesia dan bertempat tinggal di Indonesia dengan mengutamakan mereka yang bertempat tinggal di Daerah atau Daerah Tingkat II tempat terdapatnya Bahan Galian Golongan "C" yang bersangkutan; f. Perusahaan dengan modal bersama antara Negara/Bangsa dan Usaha Milik Negara disatu pihak dengan Daerah dan atau Daerah Tingkat II atau Perusahaan disatu pihak dengan Badan Hukum Swasta atau perorangan. TATA BAB IV CARA MEMPEROLEH SURAT IJIN PERTAMBANGAN DAERAH (SIPD) Pasal 5 (1) (2) Permohonan surat ijin pertambangan daerah(SIPD)diajukan kepada gubernur kepala daerah dalam bentuk sesuai dengan contoh dalam lampiran I peraturan daerah ini; Permohonan surat ijin pertambangan daerah (SIPD) dengan luas wilayah maksimal 25(dua puluh lima) hektar harus di lampiri dengan : a. Peta wilayah yang di mohon menunjukan batas-batsnya secara jelas dengan skala 1:1000 (satu banding seribu) dengan memuat peta situasi yang bersangkutan; b. Salinan/fotocopy akte pendirian perusahaan bagi yang berbadan hukum,dalam akte manaantara lain menyebutkan berusaha di bidang pertambangan yang sudah terdaftar pada pengadilan negri setempat bagi CV dan Firma,dan tambahan pengusahaan dari departeman kehakiman bagi perseroanterbatas(PT); c. Rekomendasi pertimbangan teknis dari kepala kantor wilayah departemen pertambangandan energi yang memuat (3) (4) (5) tata carapenambangan,keselamatan kerja dan lingkungan hidup; Utuk permohonan surat ijin pertambangan daerah (SIPD) luas wilayah yang melebihi 25 (dua puluh lima) hektar harus di lampirkan; a. peta wilayah yang di mohon,yang menujukan batasbatasnya secara jelas dengan skala 1:10000 (satu banding sepuluh ribu) dengan memuat peta situasi yang bersangkutan; b. peta geologi,laporan potensi endangan,rencana baiya dan analisis dampak lingkungan; c. pernyataan sebagai tenaga ahli dari yang bersangkutan lengkap dengan daftar riwayat hidp serta salinan ijazah danbila sudah kerja harus ada ijin dari atasannya; d. Pernyataan jaminan bank; Hanya permohonan yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan daerah ini yang dapat di pertimbangkan . Apabila beberapa perusahaan,badan atau perorangan yang mengajukan permohonan surat ijin pertambangan daerah(SIPD) untuk wilayah yang sama,maka yang pertama-tama mendapat penyelesaian adalah permohonan yang terdahulu dan telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Pasal 6 Dengan mengajukan surat ijin pertambangan daerah (SIPD) maka pemohon ddengan sendirinya telah memilih domisili pada pengadilan negri yang berkedudukan di ibukota daerah tingkat II yang bersangkutan. BAB V PEMBERIAN SURAT IJIN PERTAMBANGAN DAERAH (SIPD) Pasal 7 (1) (2) (3) Surat ijin pertambangandaerah (SIPD) diberikan oleh gubernur kepala daerah sesuai dengan contoh pada lampiran II peraturan daerah ini ; Sebelum gubernur kepala daeraah memberikan surat ijin pertambangan daerah (SIPD) yterlebih dahulu meminta pendapat bupati kepala daerah dan instansi lainnya yang berkepentingan tentang adanya hak-hak atas tanah serta masalah gangguan dan pencemaran lingkungan hidup; Jika dalam jangka waktu 2(dua) bulan setelah dikirimnya permintaan pendpat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pasal ini,gubernur kepala daerah tidak menerima pernyataan keberatan dari bupati kepala daerah dan instansi-instansi lainnya yang berkepentingan ,maka surat ijin pertambangan daerah (SIPD) dapat dikeluarkan . Pasal 8 (1) Mereka yang mempunyai hak atas tanah yang mungkin akan mendapat ganti kerugian karena adanya surat ijin pertambangan daerah (SIPD) dapat mengajukan hak tersebut kepada bupati (2) (3) (4) kepala daerah yang bersangkutan; Apabila telah ada hak tanah yang bersangkutan dengan wilayah syrat ijin pertambangan daerah (SIPD), maka pada yang berhak di berikan ganti rugi, yang jumlahnya di tentukan bersama antara pemegang surat ijin pertambangan daerah (SIPD) dengan yang berhak atas tanah berdasarkan musyawarah dan mufakat; Jika tidak tecapai kata mufakat tentang ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pasal ini, maka penetuannya diserahkan kepada gubernur kepala daerah; jika yang bersangkutan juga tidak dapat menerima penentuan gubernur kepala daerah tentang ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat(3) pasal ini, maka penentuannyan diserahkan kepada ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya mengikuti daerah/wilayah yang bersangkutan. Pasal 9 Apabila telah diperoleh pertambangan daerah atas suatu daerah atau wilayah menurut hukum yang berlaku, maka kepada mereka yang berhak atas tanah di wajibkan memperbolehkan pekerjaan tambang tersebut kepada pemegang surat ijin pertambangan daerah dengan ketentuan : a. sebelum pekerjaan dimulai, perlu di perlihatkan surat ijin pertambangan daerah (SIPD) atau salinan yang sah, perlu diberitahukan tentang maksud dan tempat-tempat pekerjaan itu akan dilakukan; b. Diberi ganti rugi atau jaminan terlebih dahulu. Pasal 10 Dengan memperhatikan kepentingan pembangunan daerah gubernur kepala daerah dapat menunjuk bupati kepala daerah tempat terdapatnya bahan galian golongan "C" untuk memberikan surat ijin pertambangan daerah (SIPD). BAB VI JANGKA WAKTU SURAT IJIN PERTAMBANGAN DAERAH (SIPD) Pasal 11 (1) (2) Surat ijin pertambangan daerah di berikan untuk jagnka waktu maksimal 10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang maksimal 2 kali,setiap kali untuk jangka waktu makssimal 3 (tiga) tahun atas permohonan pemegang surat ijin pertambangan daerah (SIPD) ; Surat ijin pertambangan daerah (SIPD) untuk jangka waktu melebihi ketentuan termaksud pada ayat(1) pasal ini, hanya dapat di berikan oleh gubernur kepala daerah setelah mendapat persetujuan dari menteri pertambangan dan energi up. Direktur jenderal pertambangan umum ; (3) (4) Bilamana dianggap perlu,guna melaksanakan eksplorasi dengan luas wilayah melebihi 25 (dua puluh lima)hektar dalam rangka menyusun studi kelayakan ,gubernur kepala daerah dapat memberikan surat ijin pertambangan daerah (SIPD) selama 1 tahun dengan kemungkinan perpanjangan untuk jangka waktu 1 tahun atas permintaan yang bersangkutan yang di ajukan sebelum berakhirnya jangka waktu yang telah di tetapkan ; Surat ijin pertambangan daerah (SIPD) eksplorasi sebagaimanan di maksud pada ayat (3) pasal inidan atau perpanjangannya,diberikan oleh gubernur kepala daerah berdasarkan saran teknis direktorat jendral pertambangan dan atau kantor wilayah departemen pertambangan dan energi setempat. BAB VII BERAKHIRNYA SURAT IJIN PERTAMBANGAN DAERAH (SIPD) Pasal 12 (1) (2) Pemegang surat ijin pertambangan daerah (SIPD) dapat menyerahkan kembali surat ijin pertambangan daerahnya dengan pernyataan tertulis kepada gubernur kepala daerah ,disertai alasan-alasan yang menyebabkan surat ijin pertambangan daerah tersebut di serahkan kembali ; Pengembalian surat ijin pertambangan daerah dinyatakan sah setelah disetujui oleh gubernur kepala daerah . Pasal 13 Surat ijin Pertambangan daerah (SIPD) dapat di batalkan oleh gubernur kepala daerah apabila pemegang surat ijin pertambangan daerah tersebut tidak menaati syarat-syrat yang tercantum dalam surat ijin pertambangan daerah dan ketentuan-ketentuan lain yang berlaku. Pasal 14 Apabila waktu yang di tentukan dalam surat ijin pertambangan daerah telah berakhir sedangkan tidak dimohon kembali perpanjangannya ,maka surat ijin pertambangan daerah (SIPD) tersebut berakhir menurut hukum . Pasal 15 Dalam hal dianggap sangat perlu untuk kepentingan pekerjaan usaha pertambangan, maka surat ijin pertambangan daerah (SIPD) dapat dipindahkan kepada badan/orang lain atas beban pemegang surat ijin pertambangan daerah dengan ijin gubernur kepala daerahapabila telah memenuhi syarat-syarta yang tercantum dalam pasal 4 ayat (2) peraturan daerah ayat ini. BAB VIII LUAS WILAYAH SURAT IJIN PERTAMBANGAN DAERAH (SIPD) Pasal 12 (1) (2) (3) (4) (5) Luas wilayah yang dapat di berikan untuk sat surat ijin pertambangan daerah (SIPD) maksimal 5 (lima) hektar. kepada perorangan hanya dapat di berikan satu surat ijin pertambangan daerah (SIPD), sedangkan kepada badan hukum dan koperasi dapat di berikan maksimal 5(lima) surat ijin pertambangan daerah; Gubernur kepala daerah dapat memberikan surat ijin pertambangan daerah (SIPD) terhadap permohonan surat ijin pertambangan daerah (SIPD) dengan jumlah maksimal 5(lima) buah untuk bahan halian yang sejenis dalam satu lokasi dengan luas maksimal 5(lima) hektar; Surat ijin pertambangan daerah (SIPD) untuk wilayah yang luasnya melebihi 25(dua puluh lima)hektar hanya dapat di berikan 00oleh gubernur kepala daerah setelah mendapat persetujuan dari menteri pertambangan dan energi up. Direktur jendral pertambangan umum; Surat ijin pertambangan daerah (SIPD) tersebut pada ayat (3) pasal ini ,hanya dapat diberikan untuk satu jenis bahan galian dengan luas wilayah maksimal 1000 (seribu) hektar ; Pemegang surat ijin pertambangan daerah dapat mempersempit wilayah kerjannya dengan mengem balikan sebagian atau bagianbagian tertentu dari wilayah dimaksud dengan persetujuan gubernur kepala daerah. Pasal 17 (1) (2) Pekerjaan usaha pertambangan berdasarkan surat ijin pertambangan daerah (SIPD) tidak boleh dilakukan di wilayah yang tertutup untuk kepentingan umum dan pada lapangan sekitar lapangan-lapangan dan bangunan-bangunan pertahanan ; Wilayah usaha pertambangan berdasarkan surat ijin pertambangan daerah (SIPD) tidak boleh meliputi : a. Tempat-tempat kuburan ,tempat-tempat yang dianggap suci,pekerjaan-pekerjaan umum misalnya jalan-jalan umum ,jalan-jalan kereta api,saluran air,listrik,gas dan sebagainya ; b. Tempat-tempat pekerjaan usaha pertambangan lain ; c. bangunan-bangunan ,rumah tinggal atau pabrik-pabrik beserta tanah-tanah pekarangan sekitarnya,kecuali dengan ijin yang berkepentingan BAB IX IURAN PERTAMBANGAN DAERAH Pasal 18 (1) Pemegang syrat ijin pertambangan daerah (SIPD) diwajibkan membayar iuran tetap (iuran eksplorasi dan eksploitasi) serta iuran produksi atau pungutan-pungutan lainnya yang sah bersangkutan ; (2) (3) Besarnya iuran tetap ditetapkan sebagai berikut : a. Iuran eksplorasi Rp. 1.000,-(seribu rupiah) perhektar dalam setahun; b. Iuran eksploitasi Rp. 2.500,-(dua ribu lima ratus) perhektar dalam setahun. Besarnya iuran produksi untuk setiap jenis bahan galian golongan"G"adalah sebagai berikut: ================================================== No. Bahan Galian Iuran Eksplorasi/Eksploitasi untuk setiap ton bahan galian/biji dalam rupiah untuk pemakai-Untuk Eksport an/pengolahantanpa diolah dalam negri 1 2 3 4 5 1 Mitrat-mitrat 375 600 2 pospat 375 600 3 Garam Batu 375 600 4 Asbes 375 600 5 Talk 375 600 6 Mika 375 600 7 Magnesit 370 1125 8 Grafir 375 750 9 Yarosit 375 750 10 Leosit 375 600 11 Tawas(alun) 375 1125 12 Oker 375 1125 13 Batu Permata 15%dari 15%dari harga jual harga jual 14 Batu setengah 15% dari 15% dari permata harga jual harga jual 15 pasir kwarsa 150 600 16 kaolina 375 750 17 feltspart 375 750 18 gips 225 300 19 bentonit 150 225 20 batu apung 112,50 225 21 tras 112,50 225 22 opsidian 112,50 225 23 perlit 150 225 24 tanah diatona 150 225 25 tanah serat 150 225 26 marmer 375 750 27 Batu tulis 150 300 28 Batu kapur 75 150 29 Dolomit 112,50 225 30 Kalsit 150 225 31 Granit,andesit 150 300 basal,trakhit (batuan bangunan). 32 berbagai jenis tanah liat : a.Tanah liat 150 300 tahan api b.Tanah liat 150 300 Bali c.Tanah liat untuk 75 bahan-bahan bangun an(batu bata,gen teng, dan sebagai nya) 33Pasir dan kerikil : a.Untuk bahan bangunan 75 b.Untuk pengurujan 75 150 150 150 BAB X TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN Pasal 19 Tata cara pembayaran dan penyetoran iuran tetap, iuran produksi dan atau pungutan0pungutan lainnya yang sah, yang berhubungan dengan surat ijin pertambangan daerah (SIPD) ditetapkan dengan keputusan gubernur kepala daerah. Pasal 20 Hasil pembayaran iuran dimaksud pada pasal 18 peraturan daerah ini di setor kepada pemegang kas daerah. BAB XI PEMBAGIAN IURAN PERTAMBANGAN DAERAH Pasal 21 Pembagian iuran pertambangan di maksud pada pasal 18 peraturan daerah ini adalah sebagai berikut : a. 70% (Tujuh puluh persen) untuk pemerintah daerah tingkat II yang bersangkutan; b. 30% (Tiga puluh persen) untuk pemerintah tingkat I. BAB XII KEWAJIBAN PEMEGANG SURAT IJIN PERTAMBANGAN DAERAH (SIPD) Pasal 22 Pemegang surat ijin pertambangan daerah (SIPD) wajib memberikan laporan secara tertulis atau pelaksanaan kegiatannya setiap 3(tiga) bulan sekali kepada gubernur kepala daerah dengan tembusan kepada direktorat jenderal pertambanagn umum, Kepala Direktorat Teknik Pertambangan pada departemen pertambanagn dan energi dan kepala kantor wilayah departemen pertambangan dan energi. Pasal 23 (1) Pemegang SIPD wajib memberikan perlindungan dan keselamatan kerja serta pengamanan teknis apa kepentingan pekerja/buruh (2) (3) (4) (5) sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yanga berlaku mengenai masalah tersebut atau petunjuk teknis dari pejabat/instansi yang berwenang di bidang pertambangan. Pemegang SIPD wajib mengembalikan tanah sedemikian rupa sehingga tidak menmbulkan kerusakan lingkungan hidup sekitarnya dan tidak menimbulkan ahaya penyakit bagi masyarakat serta tidak merugikan kepentingan umum. Pemegang SIPD wajib untuk mencegah terjadinya pencemaran sebagai akibat penggalian bahan galian golongan c, yang dapat menimbulkan gangguan bagi masyarakat. Pemegang SIPD wajib memelihara kelestarian/penyelamatan tanah dan mencegah erosi yang dapat menyebabkan pengendapan dan pendangkalan saluran-saluran serta merusakan kelestarian bentrokan sungai. Pemegang SIPD wajib mengamankan sumber-sumber air dan menjaga klestarian sumber air. Pasal 25 Pengawasan teknis penambangan, keselamatan kerja dan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada huruf a pasal 24 peraturan daerah ini dilaksanakan oleh kepala kantor wilayah departemen pertambangan dan energi. Pasal 26 Pengawasan hasil pekerjaan pertambangan dimaksud pada huruf b pasal24 tersebut di atas di pusatkan pada biro bina pengmbangan produksi daerah pada sekertariat daerah/wilayah propinsi daerah tingkat I Nusa Tenggara Timur. BAB XIV KETENTUAN PIDANA Pasal 27 Barang siapa melanggar ketentuan pasal-pasal dari peraturan daerah ini diancam dengan sangsi pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB XV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 28 Semua usaha pertambangan bahan galian golongan yang telah ada pada saat berlakunya peraturan daerah ini, tetap berjalan dengan ketentuan selambat-lambatnya dalam waktu 3(tiga) bulan sudah harus menyesuaikan diri dengan ketentuan peraturan daerah ini. BAB XVI KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Hal-hal lain yang belum diatur dalam peraturan daerah ini, akan ditetapkan lebih lanjut dengan putusan gubernur kepala daerah sepanjang mengenai pelaksanaannya. Pasal 30 Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Kupang, 2 Desember 1980 --------------------------DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I NUSA TENGGARA TIMUR GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I NUSA TENGGARA TIMUR ttd ttd. J.N. MANAFE ----------- BEN MBOI -------- Disahkan oleh : Diundangkan dalam Menteri Dalam Negeri dengan Lembaran Daerah Propinsi Daerah Keputusan Nomor 545.63.538. Tingkat I Nusa Tenggara Timur Tanggal 22-09-1983 Nomor 7a Tanggal 07-1-1984 Nomor 545.63.538. Tahun 1984 Seri C Nomor 1. SEKRETARIS WILAYAH/DAERAH ttd. ( DRS. S.DAUD ) ------------- PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 1982 TENTANG USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN "C" I. PENJELASAN UMUM 1. Pengelolaan Bahan Galian Golongan "C" telah dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah Tingkat I berdasarkan pasal 4 ayat (2) Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan jis. pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan-bahan Galian serta Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 03/P/M/Pertamben/1981 tanggal 3 Juni 1981 tentang Pedoman Pemberian Surat Galian Ijin Pertambangan Daerah untuk Bahan Galian yang bukan strategis dan bukan vital. 2. Berdasarkan Surat Menteri Dalam Negeri Nomor : 188.31/2957/PUOD tanggal 12 Agustus 1981 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan-Bahan Galian dan Surat Menteri Dalam Negeri Nomor545/4430/PUOD tanggal 15 Desember 1981 tentang Pedoman dan Petunjuk Penyusunan Peraturan Daerah tentang Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C, maka ditetapkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur tentang Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan "C" yang merupakan faktor yang cukup menentukan dalam proses kegiatan pembangunan fisik dan bahan baku industri. Dengan demikian Bahan Galian Golongan "C" ini dapat dikatakan salah satu faktor penentu atas lancar tidaknya proses kegiatan pembangunan prasarana dasar yang merupakan landasan titik tolak untuk kegiatan pembangunan lebih lanjut dalam berbagai faktor. 3. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa Bahan Galian Golongan "C" sebagai suatu bahan galian tidak saja memiliki nilai-nilai sosial ekonomi, tetapi juga terkandung di dalamnya nilai-nilai strategis, sosial politis dan sosial psychologis. Dengan demikian maka penambangan tersebut diarahkan kepada : a. Potensi yang ada supaya diefektifkan; b. Kelestarian lingkungan dan keselamatan pekerjaan terpelihara; c. d. e. Potensi Swasta Nasional bisa berkembang dan kesempatan kerja dapat meningkat seluas-luasnya; Kebutuhan bahan baku proyek pembangunan dapat terjamin; Pengembangan sumber pendapatan Daerah. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL : Pasal 1 s/d pasal 4 ayat (2) huruf e : Cukup jelas. Pasal 4 ayat (2) huruf f : Yang dimaksud dengan Perusahaan adalah Perusahaan Milik Negara, Perusahaan Milik Daerah dan Perusahaan Swasta lainnya. Pasal 5 ayat (1) : Bentuk Permohonan Surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD) berdasarkan Lampiran I Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 03/P/M/Pertamben/1981 tanggal 3 Juni 1981. Pasal 5 ayat (2) : - Permohonan Surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD) dengan jumlah maksimal 5(lima) buah dengan luas masing-masing maksimal 5 (lima) hektar untuk bahan galian yang sejenis dalam satu lokasi, Gubernur Kepala Daerah dapat memberikan satu Surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD). - Rekomendasi pertimbangan teknis dimaksud untuk mencegah sedemikian mungkin akibat yang ditimbulkan oleh cara penambangan yang salah terhadap kelestarian alam dan keselamatan kerja. Pasal 5 ayat (3) s/d ayat (5) : Cukup jelas. Pasal 6 : Cukup jelas Pasal 7 ayat (1) : Bentuk surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD) berdasarkan Lampiran II Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 03/P/M/Pertamben/1981 tanggal 3 Juni 1981. Pasal 7 ayat (2) s/d ayat (3) : Cukup jelas Pasal 8 s/d pasal 16 : Cukup jelas. Pasal 17 : Untuk tempat-tempat yang sebelum ada penetapan Peraturan Daerah ini telah dinyatakan sebagai wilayah yang tertutup untuk kepentingan umum oleh instansi lain, maka penambangan bahan galian hanya dapat dilakukan atas ijin Menteri Pertambangan dan energi atas usul Gubernur Kepala Daerah, dengan mengingat pendapat dan pertimbangan dari instansi yang bersangkutan. Pasal 18 : - Yang dimaksud dengan pungutan-pungutan lainnya yang sah ialah pungutan berdasarkan suatu Peraturan Daerah yang lain dari pada Peraturan Daerah ini misalnya pungutan atas Surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD) yang dikenakan berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur tentang Leges. - Yang dimaksud dengan iuran produksi ialah iuran berdasarkan produksi berdasarkan produksi riil. Pasal 19 s/d pasal 30 Cukup jelas. Lampiran I : Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur Nomor : 14 Tahun 1982 Tanggal : 3 Desember 1982 ---------------------------------------------------------------Nomor : Kepada Yth : Lampiran : Bapak Gubernur KDH Perihal : Permohonan Izin Pertambangan Tingkat I Nusa Daerah. Tenggara Timur --------------di - KUPANG -----Dengan hormat, Yang bertanda tangan dibawah ini kami : a. Nama/Nama Perusahaan : ............................... b. Alamat : ............................... dengan ini mengajukan permohonan Izin Pertambangan Daerah, sebagai berikut : 1. Jangka waktu : ............................... 2. Bahan galian : ............................... 3. Luas Wilayah : ............................... 4. Terletak di : Kecamatan : ................... Kabupaten : ................... Daerah Tk. I : ................ 5. Dengan batas-batas : Sebelah Utara : ............................... Sebelah Timur : ............................... Sebelah Selatan : ............................... Sebelah Barat : ............................... Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini kami sampaikan 1 (satu) Peta Wilayah Pertambangan dengan Skala 1 : 1.000 atau Skala 1 : 10.000). Atas perhatian Bapak, kami mengucapkan terima kasih. Hormat kami, ( ) Lampiran II : Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur Nomor : 14 Tahun 1982 Tanggal : 2 Desember 1982 ---------------------------------------------------------------GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I NTT. SURAT KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : TAHUN ....... PEMBERIAN IZIN PERTAMBANGAN DAERAH KEPADA ........................... GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I NTT. Membaca : Surat permohonan ............................ Nomor ................tanggal ............... Menimbang : Bahwa pemohon telah memenuhi syarat-syarat untuk diberikan Izin Pertambangan Daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 11 Tahun tentang ketentuan-ketentuan Pertambangan. 2. undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang pelaksanaan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1980 tentang penggolongan Bahan-bahan Galian. 5. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 03/P/M/Pertamben/1981 tanggal 3 Juni 1981 tentang pedoman pemberian surat Izin Pertambangan Daerah untuk bahan galian yang bukan strategis dan bukan Vital (bahan galian golongan C). 6. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tk. I Nusa Tenggara Timur Nomor 14 Tahun 1982, tentang Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C. 1. Pendapat/saran Bupati Kepala Daerah Tingkat II ............................. 2. Surat Persetujuan Menteri Pertambangan dan Energi Cq. Direktur Jenderal Mendengar : 1967 pokok Pertambangan Umum Nomor ................ ( untuk luas Wilayah lebih dari 25 hektar). MEMUTUSKAN : Menetapkan PERTAMA : Memberikan izin Pertambangan Daerah kepada .......................................... Alamat ...........................untuk mengusahakan bahan galian ................ disatu wilayah yang luasnya dan batasbatasnya ditetapkan dalam DIKTUM KEDUA Surat Keputusan ini. KEDUA : Luas Wilayah Pertambangan .................. hektar, terletak di Kecamatan .............. Kabupaten .............. Propinsi .......... sebagaimana ternyata dalam peta terlampir pada Surat Keputusan ini, dengan batas-batas sebagai berikut : ............................................ ............................................ ............................................ ............................................ Sebelah Sebelah Sebelah Sebelah KETIGA Utara : Timur : Selatan: BVarat : : Kepada pemegang Izin Pertambangan Daerah ini diwajibkan untuk : (1) (2) (3) (4) membayar Iuran tetap sebesar Rp. ........ (rupiah) per/hektar Per/tahun terhitung mulai dari tanggal berlakunya Surat Keputusan ini. Membayar Iuran Produksi sebesar Rp. ....... (rupiah) per ton. Menyampaikan laporan berkala triwulan tentang pelaksanaan Izin Pertambangan Daerah ini kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur dengan tembusan kepada Bupati Kepala Daerah Tingkat II ............................. Direktur Jenderal Pertambangan Umum di Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 49 Jakarta Selatan dan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertambangan dan Energi di ........... Selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal berlakunya Surat Keputusan ini, melaksanakan pematokan batas-batas Wilayah Izin Pertambangan Daerah termaksud. KEEMPAT KELIMA : : (5) Mengiadahkan semua Undang-undang dan peraturan-peraturan yang berlaku khususnya di bidang Pertambangan, dan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Pemerintah. (1) Iuran tetap harus dibayar untuk 6 (enam) bulan dimuka, sedang Iuran Produksi dibayar setiap 3 (tiga) bulan terhitung mulai hasil Produksi meninggalkan Wilayah Pertambangan. (2) Pelaksanaan Pembayaran Iuran tetap dan Iuran Produksi dilakukan pada ......... di .................... Surat Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan untuk jangka waktu ........ tahun dengan ketentuan akan dirubah, ditambah atau dicabut, apabila ternyata terdapat kekeliruan didalamnya. Ditetapkan di : ....................... Pada tanggal : ....................... GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I NUSA TENGGARA TIMUR, ( )