PENGELOLAAN PERTAMBANGAN YANG BERDAMPAK LINGKUNGAN DI INDONESIA JEANNE DARC NOVIAYANTI MANIK SH.,M.HUM Staff Pengajar Universitas Bangka Belitung Abstrak Usaha Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral dan batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang (Pasal 1 butir 6 Undang-Undang No.4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara). Pertambangan mempunyai beberapa karakteristik , yaitu tidak dapat diperbaharui (non renewable), mempunyai resiko relatif lebih tinggi dan pengusahaannya mempunyai dampak lingkungan baik fisik maupun lingkungan yang relatif lebih tinggi dibandingkan pengusahaan komoditi lain pada umumnya. Pentingnya penerapan kegiatan industri dan/atau pembangunan yang berbasis lingkungan, perlu disadari oleh setiap elemen bangsa, karena persoalan lingkungan merupakan permasalahan bersama. Hanya saja dalam pratiknya, diperlukan lembaga formal pengendali yang secara yuridis berwenang untuk itu. Pengendalian kegiatan dan operasionalisasi industri, dalam prakteknya terwujud dalam konsep dan program kerja sistematis dalam bentuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup harus bermuara pada terjaminnya kelestarian lingkungan, seperti tercantum dalam Pasal 1 butir 2 Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kata kunci : pertambangan, hukum, lingkungan, pengelolaan, masyarakat lempeng PENDAHULUAN Indonesia secara regional berada tersebut menghasilkan pulalah tatanan akhirnya tektonik yang pada dua buah lempeng besar yaitu lempeng lengkap. Pacifik di Utara dan lempeng Australia di mendukung Selatan. Akibat tumbukan kedua lempeng berbagai mineral atau bahan galian berharga tersebut, Indonesia sebagai anugerah Tuhan YME yang patut menjadi salah satu wilayah Negara yang disyukuri, misalnya mineral logam dan lain- rawan dengan bencana gempa bumi, tsunami lain.1 telah menempatkan Kondisi geologi pembentukan demikian minaeralisasi dan letusan gunung berapi. Namun, dibalik 1 bencana alam akibat tumbukan dua lempeng tersebut,membawa hikmah yang tak ternilai harganya. Akibat aktifitas pergerakan kedua Sujono, Geoplogi dan Mula jadi Emas, Puslitbang Mineral dan Batubara, 2004, Hal.90. Secara regional, Indonesia terbentuk akibat tumbukan dua lempeng besar yaitu lempeng Pacidik di Utara dan lempeng Australia di Selatan. Tumbukan tersebut Proses mineralisasi adalah salah satu meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, hikmah dari bencana yang diakibatkan studi kelayakan, konstruksi, penambangan tumbukan kedua lempeng tadi, secara nyata pengolahan dan pemurnian, pengangkutan telah sebagai dan penjualan serta kegiatan pasca tambang Negara kaya akan berbagai macam mineral (Pasal 1 butir 6 Undang-Undang No.4 tahun atau bahan galian. Sumber daya mineral atau 2009 tentang Pertambangan Mineral dan bahan galian yang terkandung di Indonesia Batubara). menempatkan Indonesia sebenarnya sudah diusahakan sejak jaman Pertambangan mempunyai beberapa Hindia Belanda, seperti tambang emas di karakteristik, yaitu tidak dapat diperbaharui Cikotok yang baru dilakukan penutupan di (non renewable), mempunyai resiko relatif akhir tahun 1980-an, kemudian tambang lebih bauksit di Pulau Bintan, tambang Batubara mempunyai dampak lingkungan baik fisik si Sumatera Barat dan lain-lain. Melihat maupun lingkungan yang relatif lebih tinggi sejarah pertambangan Indonesia yang sudah dibandingkan pengusahaan komoditi lain berjalan cukup lama, merupakan modal pada umumnya.2 Pada dasarnya, karena dasar pembangunan dalam rangka mencapai sifatnya yang tidak dapat diperbaharui tujuan sebesar-besarnya untuk kemakmuran tersebut pengusaha pertambangan selalu rakyat. mencari cadangan terbukti (proven reserves) Usaha Pertambangan tinggi dan pengusahaannya adalah baru. Cadangan terbukti berkurang dengan sebagian atau seluruh tahapan kegiatan produksi dan bertambah dengan adanya dalam rangka penelitian, pengelolaan dan penemuan. Ada beberapa macam resiko di pengusahaan mineral dan batubara yang bidang pertambangan, yaitu resiko geologi mengakibatkan terbentuknya jalur gunung berapi (volcans arc). Diantara kedua lempeng tersebut, terdapat jalur sesar naik dan lipatan. Dibelakang jalur penujaman (back arc subduction zone) akan terbentuk rangkaian kegiatan magmatic dan gunung api dan berbagai cekungan pengendapan. Pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa dan jalur gunung api di Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara serta cekungan lainnya seperti cekungan Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan cekungan Jawa Utara. Kondisi tatanan tektonik yang lengkap tersebut menadi pendukung bagi pembentukan mineralisasi emas dan logam lainnya di Indonesia. (eksplorasi) ketidakpastian (produksi), yang berhubungan penemuan resiko dengan cadangan teknologi yang berhubungan dengan ketidakpastian biaya, resiko pasar yang berhubungan perubahan harga dan resiko kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan perubahan pajak dan 2 Adrian Sutedi, Hukum Pertambangan, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hal.43 harga domestic. berhubungan Resiko-resiko tersebut dengan besaran yang daerah yang luas di permukaan. Tambang ada yang digali di permukaan atau tambang mempengaruhi keuntungan usaha, yaitu dengan produksi, harga, biaya dan pajak usaha yang permukaan seperti batu bara, tembaga, emas mempunyai resiko lebih tinggi menuntut dan lain-lain sehingga relatif membutuhkan pengembalian keuntungan (rate of return) daerah yang luas di permukaannya dan yang lebih tinggi. sebagai akibat dampak lingkungan fisik Walaupun demikian, membuat terowongan dekat terdapat maupun sosialnya lebih besar. Apalagi dampak lingkungan pada waktu eksplorasi, tambang tersebut tadinya merupakan mata tetapi dampak lingkungan pertambangan pencaharian penduduk setempat. utama adalah pada waktu eksploitasi dan Pentingnya penerapan kegiatan pemakaiannya untuk yang bisa digunakan industri sebagai energi (minyak, gas dan batu bara). berbasis lingkungan, perlu disadari oleh Dampak setiap elemen bangsa, karena persoalan lingkungan tersebut dapat dan/atau pembangunan yang berbentuk fisik seperti penggundulan hutan, lingkungan pengotoran air (sungai, danau dan laut) serta bersama. pengotoran udara untuk energi. diperlukan lembaga formal pengendali yang Dampak merupakan permasalahan Hanya saja dalam pratiknya, lingkungan tersebut dapat juga bersifat secara sosial, yaitu hilangnya mata pencaharian Pengendalian kegiatan dan operasionalisasi masyarakat yang tadinya hidup dari hasil industri, dalam prakteknya terwujud dalam hutan maupun hasil konsep dan program kerja sistematis dalam pertambangan itu yuridis berwenang untuk itu. sendiri. Sebagai contoh dengan cara yang bentuk sederhana penduduk dapat mendulang emas. lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan Dampak lingkungan pertambangan hidup harus bermuara pada terjaminnya berbeda antara jenis tambang yang satu kelestarian lingkungan, seperti tercantum dengan yang lain. Tambang yang ada dalam Pasal 1 butir 2 Undang-Undang berada jauh di bawah permukaan bumi No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan seperti tambang minyak dan gas (migas) Pengelolaan Lingkungan sehingga menyatakan bahwa penambangannya dengan membuat sumur. dilakukan perlindungan dan pengelolaan Hidup, perlindungan yang dan Oleh sebab itu, pengelolaan Lingkungan hidup adalah upaya penambangannya relatif tidak membutuhkan sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan bitumen padat, batuan aspal, batubara dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau gambut). kerusakan lingkungan hidup yang meliputi digolongkan atas : Pertambangan mineral perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, a. Pertambangan mineral radioaktif pemeliharaan, pengawasan dan penegakan b. Pertambangan mineral logam hukum c. Pertambangan mineral bukan logam, Dasar kebijakan publik di bidang pertambangan adalah Undang-Undang Dasar dan d. Pertambangan batuan tahun 1945 (UUD 1945) pada Pasal 33 ayat (3) yang menyatakan bahwa bumi dan air PEMBAHASAN dan terkandung Pasal 2 Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 oleh Negara dan mengatur bahwa Petambangan Mineral dan kekayaan alam didalamnya dikuasai digunakan yang sebesar-besarnya untuk Batu bara (Minerba) dikelola berasaskan : kemakmuran rakyat. Peraturan pelaksana a. Manfaat, keadilan dan keseimbangan dalam kegiatan pertambangan khususnya b. Keberpihakan kepada kepentingan antara lain Undang-Undang No.11 tahun bangsa 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok c. Partisipatif, Pertambangan, Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan transparansi dan akuntabilitas d. Berkelanjutan dan berwawasan Batubara, Undang-Undang No. 32 tahun lingkungan. 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Asas Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tetang mengintegrasikan dimensi ekonomi, Pengelolaaan dan Perlindungan Lingkungan lingkungan dan sosial budaya dalam Hidup. keseluruhan Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah mineral No.2 tahun 2010 tentang Pelaksanaan mewujudkan kesejahteraan masa kini Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba, dan masa mendatang. yang telah pemerintah diubah No. dengan 26 Peraturan tahun 2012 dikelompokkan atas pertambangan mineral dan pertambangan batubara (antara lain yang usaha dan batu terencana pertambangan bara untuk Pada Pasal 3 Undang-Undang No.4 Tahun 2009 mengatur bahwa dalam rangka mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan, tujuan pengelolaan mineral dan batubara adalah : a. Menjamin baik dan benar, adalah anggapan yang segera harus diakhiri. Caranya adalah efektifitas pelaksanaan melakukan penataan konsep kegiatan dan pengendalian kegiatan usaha usaha pertambangan melalui sebuah pertambangan secara berdaya guna, upaya yang nyata agar stempel buruk itu berhadil guna dan berdaya saing; dapat dibuktikan tidak benar adanya. b. Menjamin manfaat pertambangan Munculnya stempel buruk tersebut minerba secara berkelanjutan dan berdasarkan pada permasalahan yang berwawasan lingkungan hidup; selalu ada dalam usaha pertambangan, c. Menjamin tersedianya mineral dan batubara sebagai bahan baku dan/atau sumber energi untuk kebutuhan dalam negeri; d. Mendukung dan diantaranya : a. Terkorbannya pemilik lahan Bahwa kegaiatan usaha pertambangan adalah kegiatan yang menumbuh cenderung mengorbankan kembangkan kemampuan nasional kepentingan pemilik hak atas lahan. agar lebih mampu bersaing di tingkat Hal ini sering terjadi lantaran selain nasional, regional dan internasional; kurang e. Meningkatkan pendapatan baiknya administrasi pertanahan di tingkat bahwa, kuha masyarakat lokal, daerah dan Negara karena faktor budaya serta menciptakan lapangan kerja setempat. Kebiasaan masyarakat adat yang di beberapa daerah dalam hal hak sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat. kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara. Cap atau kesan adat penguasaan tanah biasanya cukup f. Menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan dan buruk bahwa dengan adanya pengaturan intern mereka yaitu saling mengetahui dan menghormati tanah. diantara batas-batas Keadaan tersebut kemudian pertambangan merupakan kegiatan yang dimafaatkan oleh sekelompok orang bersifat zero value, dengan membuat surat tanah dari kenyataan sebagai akibat berkembangnya kegiatan desa setempat sehingga tidak jarang penambangan yang tidak memenuhi pemilik lahan merupakan orang atau kriteria dan kaidah-kaidah teknis yang kelompok pertama yang menjadi ada. korban dari aktivitas pertambangan. mendorng b. Kerusakan lingkungan Kenyataan ini kemudian munculnya ungkapan popular di suatu kalangan Bahwa kegiatan usaha pertambangan profesi geologi dan pertambangan, adalah kegiatan yang sudah pasti bahwa sebelum bumi jadi roti, akan menimbulkan kerusakan dan kegiatan usaha pertambangan akan pencemaran terus berjalan. lingkungan adalah sesuatu yang tidak dapat dibantah. c. Ketimpangan sosial. Oleh karena itu, untuk mengambil Kebanyakan atau pertambangan memperoleh tertentu, sudah penggalian, bahan pasti artinya perombakan galian akan dimana terjadi masih didaerah keadaan hidup usaha terpencil, masyarakatnya dengan sangat perubahan sederhana, tingkata pendidikan yang permukaan bumi, sesuai dengan rendah, dan kondisi sosial ekonomi karakteristik umumnya masih berada di bawah keberadaan atau dengan kegiatan pembentukan bahan galian, dan yang garis kemiskinan. Dilain secara ganesa atau geologis dalam pihak,kegiatan usaha pertambangan pembentukannya atau kejadiannya membawa pendatang dengan tingkat harus memenuhi kondisi geologis pendidikan tertentu dan pasti berada dibawah teknologi menengah – tekonologi permukaan bumi, laut dan atau tinggi, dengan budaya dan kebiasaan permukaan bumi khususnya bagai yang kadangkala bertolak belakang endapan alluvial. dengan Namun di pihak lain, hal yang harus Kondisi disadari kegiatan munculnya kesenjangan sosial antara pertambangan merupakan industri lingkungan pertambangan dengan penyedia bahan baku dasar bagi masyarakat industri hilir. pertambangan berlangsung. sekunder atau bahwa Dengan demikian, cukup, menerapkan masyarakat ini akan setempat. menyebabkan disekitar usaha kegiatan penggalin bahan galian Konsep prinsip-prinsip pengelolaan dan akan pengusahaan terus berlangsung, selama peradaban manusiaada didunia masih bahan galian atau usaha pertambangan yang baik dan benar bukan hanya dalam rangka menjawab tudingan miring selama ini, tetapi mempunyai Mencermati keadaan bahwa dimensi yang lebih luas lagi yaitu prinsip- kebutuhan akan bahan galian akan prinsip pertambangan yang baik dan benar meningkat serta memuat semangat, maksud dan tujuan datang, maka secara kuantitas diprediksi 3 : kegiatan a. Mengendalikan distribusi usaha meningkat pula. usaha masa yang pertambangan akan akan Salah satu alasa pemanfaaatan bahan galian, dengan kegiatan prioritas uatama dan pertama atau meningkat, dapat dilihat dari fakta terlabih dahulu untuk kepentingan bahwa kebutuhan listrik dunia gampir bangsa dan Negara; 65% dipasok dari produk pertambangan pertambangan akan b. Meningkatkan mining recovery atau berupa minyak, gas dan batubara. Untuk perolehan bahan galian semaksimal Indonesia, kebutuhan listrik nasional mungkin; 80% dipasok dari pertambangan berupa panas bumi, minyak, gas dan batubara. c. Memingkatkan efisiensi pemakaian bahan galian, sebagai upaya Industri lainnya seperti 4 industri penghematan pemakaian bahan dasar transportasi (kenderaan roda empat, dua, industri berdimensi jangka panjang. kapal laut, pesawat terbang), industri Hal ini berkaitan dengan keberadaan rumah bahan galian sebagai non renewable industri bangunan, dan industri peralatan resources, artinya penghematan yang kerja dan lain-lain memerlukan berbagai berkaitan bahan baku mineral logam dan non dengan kepentingan generasi yang akan datang. 3 untuk logam. tangga, industri elektronik, Artinya bahwa tanpa adanya d. Meningkatkan peroleh devisa Negara adanya suplai bahan baku dasar untuk dari sektor pertambangan karena industri-industri tersebut, maka akan adanya mining recovery, berarti pula terjadi stagnansi kegiatan industri, yang meningkatkan berarti pula timbulnya berbagai dampak jumlah perolehan bahan galian dan memperpanjang sosial umur galian. Data tersebut menunjukkan bukti bahwa Nandang Sudrajat, Teori dan Praktik Pertambangan di Indonesia Menurut Hukum, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2010, hal.142. 4 ekonomi yang menyertainya. Suyartono dkk, Good Mining Practice Konsep tentang Pengelolaan Pertambangan yang Baik dan Benar, Studi Nusa, Semarang, Edke-4, 2003, hal.4 industri pertambangan merupakan 6. Meningkatkan industri hulu menopang masyarakat yang bergeraknya kegiatan-kegiatan industri hilir. sumber (SDM) daya masyarakat lingkar tambang; 7. Meningkatkan derajat kesehatan Di sisi lain, maka akan didapatkan pula masyarakat lingkar tambang. pendapat daerah dari usaha pengelolaan Dampak negatif dari pembangunan di pertambangan yang ada, terdiri atas : bidang pertambangan antara lain : 1. Pajak daerah; 1. Kehancuran lingkungan hidup 2. Retribusi daerah ; dan 2. Penderitaan masyarakat adat 3. Pendapatan lainnya yang sah 3. Menurunnya berdasarkan aturan yang berlaku. kualitas hidup penduduk lokal 4. Meningkatnya kekerasan terhadap perempuan KESIMPULAN Setiap kegiatan pembangunan di bidang pertambangan pasti menimbulkan dampak, baik dampak negatif. positif maupun di bidang pertambangan, antara lain : nyata kepada pertumbuhan ekonomi; pendapatan asli daerah (PAD); masyarakat lingkar tambang; lingkar tambang; HAM pada bentuk kuasa pertambangan menurut Undang-Undang No. 11 tahun 1967 Ketentuan-Ketentuan Pertambangan, Pokok Peraturan Menteri Pertambangan dan energy No.01 P/ 201 / M.PE/1986 tentang Pedoman Pengelolaan Rakyat Bahan Galian Strategis dan Vital (golongan a dan b) dan Keputusan 4. Meningkatkan ekonomi masyarakat 5. Meningkatkan Bentuk – Pertambangan 3. Menampung tenaga kerja, terutama pelanggaran kuasa pertambangan tentang 1. Memberikan nilai tambah secara 2. Meningkatkan 6. Terjadi dampak Dampak positif dari kegiatan pembangunan 5. Kehancuran ekologi pulau-pulau Energi Menteri Nomor Pertambangan dan 20127.K/201/M.PE/1985 tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian usaha masyarakat lingkar tambang; mikro Kuasa Pertambangan dan Perpanjangan Kuasa Pertambangan dan pengaturannya : 1. Surat Kuasa Pertambangan Penugasan Adalah kuasa pertambangan yang sifat khusus daerah, maka wewenang diberikan Menteri ESDM untuk memberikan oleh Menteri ESDM kepada instansi pemerintah yang izin ditunjuk untuk melakukan usaha dilimpahkan pertambangan. Instansi Pemerintah dimana terdapatnya bahan galian yang dimaksud antara lain Kantor yang bersangkutan. Wilayah Departemen Pertambangan tambang rakyat kepada untuk Gubenur, 3. Surat keputusan Pemberian Kuasa dan Eneergi, Direktorat, Badan dan Pertambangan Lembaga Surat keputusan pemberian kuasa Pemerintah Nondepartemen Pengetahuan Badan ILembaga Indonesia Tenaga Atom Ilmu (KIPI), Nasional pertambangan Menteri diberikan ESDM Perusahaan oleh kepada BUMN, Daerah, Koperasi (BATAN), Badan Pengkajian dan Pertambangan, Perusahaan Swasta Penerapan Lembaga Teknologi (BPPT), dan perorangan untuk melakukan Oceanologi Nasional usaha (LON) dan lain-lain 2. Surat Kuasa Izin pertambangan. Pemberian kuasa pertambangan berbeda dengan Pertambangan bentuk kuasa pertambangan lainnya Rakyat yang lebih khusus. Pemberian kuasa Adalah kuasa pertambangan yang pertambangan selain subjek hukum diberikan yang dapat diberikan bervariasi, juga oleh Menteri ESDM kepada rakyat setempat. Krieteria pemberian kuasa dan sifat dari pertambangan rakyat disesuaikan dengan adalah kegiatan usaha pertambangan pertambangan yang dilakukan. Jenis sederhana dan kecil-kecilan, tidak usaha yang dimaksud antara lain menggunakan penyelidikan peralatan yang umum, pertambangan jenis eksplorasi, canggih, produksinya cukup untuk eksploitasi, keperluan hidup sehari-hari bagi pengangkutan dan penjualan. penambangnya, luasnya sangat usaha pengolahan/pemurnian, 4. Surat Izin Pertambangan Daerah terbatas, yaitu tidak melebihi 5 (SIPD) (lima) hektar dan umur tambangnya Ialah relatif pendek serta beragam sifat- diberikan oleh Gubernur kepada kuasa pertambangan yang badan hukum dan atau perorangan untuk melakukan penambangan atas usaha bahan galian golongan c. Menurut Pasal 5 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1986 Surat Izin Pertambangan Iskandar Zulkarnaen, Erwiza Erman, Tri Nuke Pidjiastuti, Yani Mulyaningsih, Konflik di Kawasan Pertambangan Timah Bangka Belitung: Persoalan dan Alternatif Sosial, LIPI Pres Jakarta, 2005 Nandang Sudrajat, Teori dan Praktik Pertambangan di Indonesia Menurut Hukum, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2010, Daerah dapat diberikan kepada : Salim HS, Hukum Pertambangan di Indonesia, RadjaGrafindo, Jakarta, ed.ke-5, 2010 a. Perusahaan daerah b. Koperasi c. Badan Usaha Milik Negara d. Badan Hukum swasta yng didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan RI e. Perorangan diprioritaskan / WNI yang bagi yang berdomisili di daerah tingkat II tempat terdapatna bahan galian golongan C yang bersangkutan f. Perusahaan patungan anatara Negara / BUMN di satu pihak dengan pemerintah daerah atau perusahaan daerah lainnya. Supriyadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, Suatu Pengantar, Sinar Grafika, Jakarta, 2006 Sutedjo Sujitno, Sejarah Pertambangan Timah Di Indonesia, Abad 18 – Abad 20, Ibalat Communication, 2007 Wisnu Arya Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi Offset, Jakarta, 2004 Undang-Undang No.11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah DAFTAR PUSTAKA Adrian Sutedi, Hukum Pertambangan, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup. Eko Teguh Paripurno, Hendrik Siregar, Igor O’Neil, Jevelina Punih, Nurhidayati, Torry Kuswardono, Datang, Gali dan Pergi, Potret Penutupan Tambang di Indonesia, Jatam, Jakarta, 2009 Peraturan Pemerintah No.2 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba, yang telah diubah dengan Peraturan pemerintah No. 26 tahun 2012