View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
HUBUNGAN ANTARA KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN
PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS PADA PENDERITA DIABETES
MELLITUS
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana
Kedokteran Gigi
OLEH :
HERLINA DJAMAL
JIII06018
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas segala Rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Hubungan Antara Kadar Glukosa
Darah Dengan Pertumbuhan Jamur Candida Albicans Pada Penderita
Diabetes Mellitus”. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi syarat guna
mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Salam dan
shalawat penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat, dan orang-orang yang senantiasa istiqamah di jalan-Nya.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari bahwa tulisan
ini masih jauh dari kesempurnaan dan tidak dapat terwujud tanpa bantuan
dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada kedua orang tua, Ayahanda H.Beddu Djamal dan Ibunda
Hj.Rusmiati
yang
selalu
menyemangati
dan
tiada
henti-hentinya
memberikan kasih sayang, doa, dorongan, dan membimbing
disetiap
langkah penulis sejak kecil hingga saat ini.
Dengan
segala
kerendahan
hati,
penulis
menyampaikan
penghargaan, rasa hormat, dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Prof.DR.drg.Sumintarti,MS selaku dosen pembimbing yang telah dengan
tulus ikhlas meluangkan waktu, dan pikiranya untuk memberikan arahan,
saran, dan kritik kepada penulis dari awal hingga akhir terselesainya skripsi
ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada :
1. Prof.drg.H.Mansyur Nasir,Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Hasanuddin.
2. drg. Peter Rovani selaku Panasehat Akademik yang telah banyak
membantu dalam perkuliahan penulis selama ini.
3. Saudara-saudaraku: Rusdi Ssi,Apt, Muliati Amd,Farm, Rusmin SE,
Ruslan SH, Sitti Rahmawati, dan Anwar, dan keponakanQ
tersayang siti mutia istiqamah serta segenap keluarga tercinta lainnya
terima kasih atas doa dan dorongan semangatnya selama ini.
4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi yang telah
memberikan ilmunya selama menempuh pendidikan di bangku kuliah.
5. Seluruh dosen di bagian Ilmu Penyakit Mulut serta karyawan yang
telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh pegawai di bagian akademik FKG UNHAS, serta pegawai
perpustakaan (k’Eda dan Pak Amin) atas segala bantuan yang
diberikan selama ini.
7. Spesial buat Briptu Juisman atas kasih sayang, motivasi, dan
dorongan semangatnya selama ini dan selalu membantu penulis dari
awal perkuliahan sampai sekarang ini.
8. Sahabat-sahabat
terbaikku
Maftuha,
Rosita,
AsvinT,
Andi
Ernaningsih, Sofyana sofyan, Nurhaidah Lamlamto, Rini,
Nurawaliah Idris, Nurul Reski Amaliah Liwang yang selama ini
telah banyak membantu dan selalu setia menemani, menyayangi dan
tak henti-hentinya memberikan semangat pada penulis hingga saat ini.
9. dr. Anita Ulfah selaku kepala bagian penelitian dan pendidikan
RS.Wahidin Sudirohusodo Makassar yang telah memfasilitas penulis
dalam melakukan penelitian.
10. Kepada staf dan perawat
Poliklinik Endokrin dan Rawat Inap
Lontara I RS.Wahidin Sudirohusodo yang telah membantu penulis
dalam melakukan penelitian.
11. Prof.dr.Muh.Nasrum.M.Ph.D. Kepada kepala Lab.Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang telah memfasilitasi
penulis dalam melakukan penelitian.
12. Kak safri selaku staf lab.mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin yang telah membantu penulis dalam
melakukan penelitian.
13. Teman seperjuangan skripsi Ade Ifa dan Iradat, terima kasih atas
kerja sama, bantuan dan sarannya selama pembuatan skripsi ini.
14. Keluarga besar Ekstraksi 2006 . Asvint, Sofie, Ida, Inchy, Nasyrah,
Fina, Ulil, Tiwi, Benazer, Ratna, Nunye, Cahyadi, Vira, Dian, Miftah,
Dila keceng, Memet, Karima, Indri, Seto, Yaya, Ijal, Lies, Tari, Fifi,
Kiki aulia, Jen, Mira, Ichal, suri, Inayah, Oma Munirah, Dita, Yuli,
asni, Kiki halpi, Yosin, Riri jilbab, Uphe, Andika, Sujadi, Sarna,
Yoyo, Geovani, Lidya, Ifa, Fani, Jeanita, Riri behel, Sri mul, Imara,
Hatta, Azizul, Rita, Donny, Ati, Lia, Melinda, Menni, Evelin, Akbar,
Verna, Winda, Rahma, Tesa, Ria Ros, Venty, Ahsan, Herman, Iradat,
Hasrul, Warni, Widya, Nufri, Aditya, Intan, Amal, Wandy, Nur,
Ajeng, Rico, Ramli, Rysmah, dan Afri penulis ucapkan terima kasih
atas kekompakannya, dukungan, kebersamaan, perhatian, semangat
dan senang sedih yang telah dilalui bersama
selama ini semoga
menjadi kenangan yang lebih mempererat tali silahturahmi Kita.
15. Seluruh keluarga mahasiswa FKG UNHAS serta semua pihak yang
telah membantu penulis selama ini.
16. Kakak-kakak senior yang tidak bisa disebutkan namanya satu
persatu
yang banyak
memberikan bimbingan, semangat
dan
bantuannya pada penulis selama ini.
17. Adik-adik Mamelon 07, Halitosis 08, dan Insisal 09.
18. Kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan
dukungannya dalam penulis skripsi ini yang dengan tidak bermaksud
mengurangi rasa terima kasih dan penghargaan itu, tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Akhirnya kepada Allah Swt, jualah penulis memohon, semoga jasa
dan partisipasi dari semua pihak akan mendapatkan limpahan rahmat dari
Allah Swt. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tentunya tidak luput dari
kesalahan yang mungkin terdapat dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan segala kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
penulis kedepan dari pembaca. Akhir kata dengan segala kerendahan hati
penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
mahasiswa FKG UNHAS.
Pikiran merupakan sumber dari ilmu, sedang ilmu itu sendiri
merupakan sumber amal. (Wahb).
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh……….
Makassar,
April 2011
Penulis
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN
PERTUMBUHAN JAMUR CANDIDA ALBICANS PADA PENDERITA
DIABETES MELLITUS
Telah diperiksa dan disahkan
pada tanggal,
Oleh
Pembimbing
Prof.DR.Drg.Sumintarti Sugiharto, MS
NIP.19540101 198312 2 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Penanggung Jawab Program Pendidikan Strata Satu
Universitas Hasanuddin
Prof.drg.H.Mansyur Nasir, Ph.D
NIP. 19540625 195403 1 001
Niscaya Allah Swt akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Swt maha
teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Pelajarilah Ilmu, mempelajarinya karena Allah adalah khasyah, Menuntutnya
adalah
ibadah,
Mengajarkannya
mempelajarinya
adalah
kepada
yang
orang
Tasbih,
tidak
mencarinya
mengetahui
adalah
adalah
Jihad,
Shadaqah,
menyerahkan kepada ahlinya adalah Taqarrub. Ilmu adalah teman dekat dalam
kesendirian dan sahabat dalam kesunyian. (Muadz bin Jabal ra)
Ilmu itu lebih baik daripada harta, ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga
harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu akan berkurang jika
dibelanjakan tetapi ilmu akan bertambah jika dibelanjakan. (Ali bin Abi Thalib ra)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………
i
LEMBARAN PENGESAHAN…………………………………………
ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………...
iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………..
viii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….
xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………..
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang……………………………………….
1
1.2
Rumusan Masalah……………………………………
6
1.3
Tujuan Penelitian…………………………………….
6
1.4
Manfaat Penelitian…………………………………...
6
1.5
Hipotesa……………………………………………...
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Definisi Diabetes mellitus……………………………
8
II. 2
Etiologi Diabetes mellitus……………………………
11
II.2.1 Klasifikasi Diabetes mellitus…………………
13
II.2.2 Manifestasi Klinis Diabetes mellitus…………
16
II.2.3 Epidemiologi Diabetes mellitus………………
17
II.2.4 Patogenesis Diabetes mellitus………………...
17
II.2.5 Gambaran Utama Diabetes mellitus………….
18
II.3
II.4
II.5
II.6
II.2.6 Gejala-gejala Diabetes mellitus……………....
18
II.2.7 Komplikasi Diabetes mellitus………………….
20
II.2.8 Patofisiologi……………………………………
22
II.2.9 Penegakkan Diagnosis…………………………
23
II.2.10 Pemeriksaan Laboratorium…………………..
24
Pemeriksaan HbA1c…………………………………
24
II.3.1 Definisi HbA1c………………………………..
25
II.3.2 Karakteristik HbA1c…………………………..
25
II.3.3 Pembentukkan HbA1c…………………………
26
II.3.4 Pemeriksaan HbA1c atau A1c………………...
26
II.3.5 Tujuan Pemeriksaan A1c…………………..….
27
II.3.6 Interprestasi dengan Pemeriksaan HbA1c.……
27
II.3.7 Prinsip Penanganan DM tipe 2…………..…....
28
Anatomi Fisiologis Pangkreas……………………….
29
II.4.1
Insulin………………………………………..
30
II.4.2
Glukagon……………………………………..
31
Jamur Candida albicans………………………………
32
II.5.1 Klasifikasi Candida albicans…………..………
34
II.5.2 Morfologi………………………………..…….
35
Etiologi Candida albicans……………………………
37
II.6.1 Gambaran Klinik……………………………….
41
II.6.2 Patogenesis dan Patogenesitas…..…………….
II.7
41
Hubungan antara Kadar Glukosa Darah dengan
Pertumbuhan Candida albicans pada Penderita
Diabetes mellitus…………………………………….
45
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL……………….…………. 47
BAB IV
METODE PENELITIAN……………………………….. 48
IV.1
Jenis Penelitian………………………………………
48
IV.2
Rancangan Penelitian………………………………..
48
IV.3
Lokasi Penelitian…………………………………….
48
IV.4
Waktu Penelitian……………………………………..
48
IV.5
Populasi………………………………………………
48
IV.6
Sampling……………………………………………..
48
IV.7
Jumlah Sampel……………………………………….
49
IV.8
Metode Sampling…………………………………….
49
IV.9
Data…………………………………………………..
49
IV.10 Alat dan Bahan…………………………………..……
49
IV.11 Definisi Operasional……………………………….…
51
IV.12 Prosedur Penelitian………………………………..….
52
IV.13 Alur Penelitian……………………………………..…
53
BAB V
HASIL PENELITIAN…………… ……………….
54
BAB VI
PEMBAHASAN……………………………………..
58
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
VII.1 Simpulan…………………………….………………
65
VII.2 Saran………………………………….……………..
66
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….. 67
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Resistensi Insulin pada Diabetes mellitus……………………… 8
Gambar II.2 Insulin dan Glukosa………………………………………………. 11
Gambar II.3 Potongan Depan Perut menunjukkan Pankreas dan Duodenum…. 30
Gambar II.4 Candida albicans…………………………………………………..32
Gambar II.5 Candidiasis……………………………………………………... 33
Gambar II.6 Hifa Candida albicans…………………………………………... 34
Gambar II.7 Kultur dari Candida albicans……………………………………. 35
Gambar II.8 Candidiasis……………………………………………………… 36
Gambar II.9 Candidiasis pada Mulut Bayi…………………………………… 37
Gambar II.10 Acute Pseudomembranous Candidosis (Thrush)……………… 39
Gambar II.11 Acute Atrophic Candidosis……………………………………. 39
Gambar II.12 Chronic Athropik Candidiasis…………………………………. 40
Gambar II.13 Chronis Hyperlastik Candidosis……………………………….. 41
Gambar II.14 Candidiasis……………………………………………………... 44
Gambar IV.1 Alat dan Bahan yang digunakan………………………………... 50
Gambar IV.2 Autoclave……………………………………………………….. 51
Gambar IV.3 Inkubator………………………………………………………... 52
Gambar VI.1 Menunjukkan Positif tumbuhnya koloni Candida albicans pada
pada Apusan Oral………………………………………………….. 62
Gambar VI.2 Menunjukkan Positif tumbuhnya koloni Candida albicans pada
Apusan Oral………………………………………………………… 62
Gambar VI.3 Rongga Mulut Pasien Diabetes mellitus tidak terkontrol
sebelum pengambilan Apusan……………………………
63
GAMBAR TABEL
Tabel 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik
Sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)………….…..
22
Tabel 2.2 Kaitan antara tingkat A1C dengan rata-rata glukosa darah…….…. 28
Tabel 5.1 Jumlah koloni C.albicans pada mukosa mulut……………………. 54
Tabel 5.2 Hubungan antara HbA1c dengan pertumbuhan C.albicans……….. 55
Tabel 5.3 Rata-rata kadar HbA1c dan rata-rata koloni C.albicans……..……... 56
Tabel 5.4 Jenis kelamin pasien……………...………………………………... 56
Tabel 5.5 Kelompok umur pasien……….……………………………………. 57
Tabel 6.1 Data pasien diabetes mellitus…………….………………………… 71
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu penyakit degeneratif yang sering menimbulkan masalah
kesehatan serius adalah diabetes mellitus. Penyakit yang disebut juga
kencing manis terjadi saat gula darah berada di atas kadar normal
(hiperglikemia). Meningkatnya kadar gula darah karena gula dalam darah
tidak dapat dimanfaatkan secara alami. Hormon insulinlah yang bekerja
untuk memanfaatkan gula darah. Pada penderita diabetes, insulin yang
diproduksi pankreas kurang. Urin yang dikerumuni semut bisa menjadi
pertanda bahwa mungkin seseorang menderita diabetes.1
Penderita DM harus menjaga agar konsentrasi glukosa darahnya
terkendali dengan baik untuk mencegah timbulnya komplikasi dikemudian
hari. Salah satu syaratnya adalah pengendalian gula darah yang baik, dan
dapat dipantau dengan pemeriksaan HbA1c setiap 3 bulan sekali. HbA1c
adalah zat yang terbentuk dari reaksi kimia antara glukosa dan hemoglobin
(bagian dari sel darah merah). HbA1c yang terbentuk dalam tubuh akan
disimpan dalam sel darah merah dan akan terurai secara bertahap bersama
dengan berakhirnya masa hidup sel darah merah rata-rata umur sel darah
merah adalah 120 hari. HbA1c menggambarkan konsentrasi glukosa darah
rata-rata selama periode 1-3 bulan.2
Diabetes mellitus (DM) umumnya dikenal sebagai kencing manis
adalah penyakit yang /ditandai dengan hiperglisemia peningkatan kadar gula
darah yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan.3 Diabetes
adalah suatu penyakit, dimana tubuh penderitanya tidak bisa secara otomatis
mengendalikan tingkat glukosa dalam darahnya. Pada tubuh yang sehat,
pankreas melepas hormone insulin yang bertugas mengangkat gula melalui
darah ke otot-otot dan jaringan lain untuk memasok energi.4
Faktor utama penyebab diabetes adalah genetik. Meskipun, ada
juga faktor lain, yaitu kelebihan berat badan (obesitas). Pada anak-anak,
diabetes terjadi akibat pertumbuhan yang cepat ketika anak melampaui masa
pubertas dan kurang gerak. Yang menyeramkan penyakit ini tidak dapat
disembuhkan secara absolut. Sebagian besar, sembuh relatif. artinya,
penderita masih melakukan upaya-upaya untuk mengontrol gula darah agar
tetap normal, seperti diet, olahraga, dan minum obat-obatan. Untuk
mengetahui seseorang menderita diabetes mellitus atau tidak, bisa diketahui
dari gejalanya, Seperti rasa haus, gatal-gatal, sering kencing, letih, lesu,
lemas, dan berat badan menurun.1
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, bahwa 177
juta penduduk dunia mengidap diabetes. Jumlah ini akan meningkat hingga
melebihi 300 juta pada tahun 2025. Dr Paul Zimmet, direktur dari
International Diabetes Institute (IDI) di Victoria, Australia, meramalkan
bahwa diabetes akan menjadi yang paling dasyat dalam sejarah manusia.
Diabetes juga telah masuk dalam daftar “penyakit Asia”. Tahun 2003 saja
diperkirakan 89 juta penduduk Asia menderita diabetes. Tercatat 4 dari 5
negara di dunia dengan jumlah penderita diabetes yang terbesar ada di Asia,
yaitu: India (32,7 juta penderita), RRC (22,6 juta penderita), Pakistan (8,8
juta penderita), dan Jepang (7,1 juta penderita).4
Sekitar 16 juta penduduk Amerika mengalami diabetes mellitus
(antara 6 dan 7% dari total populasi penduduk). Di seluruh dunia,
perbandingan dari diabetes antara 1994 dan 2010, dimana sekitar 240 juta
orang memiliki penyakit. Di amerika serikat, timbulnya diabetes dari
mmeningkatnya populasi dari pergantian zaman dan yang lazim seperti
meningkatnya obesitas. Ironisnya, sekitar separuh penduduk amerika masih
tidak menyadari mempunyai penyakit tersebut. Berdasarkan data yang ada di
Amerika serikat, satu tempat praktek mendapatkan antara 60 sampai 70
individu penyakit gula untuk setiap 1.0\00 pasien dan 30 sampai 35 pasien
ini tidak terdiagnosis. 5
Diabetes mellitus terbagi menjadi 2 tipe, pada tahun 1997 yaitu
tipe 1 dan 2. Tipe 1 diabetes mellitus disebut ketergantungan hormon insulin
yang menyerang anak-anak dan tipe 2 dikenal sebagai diabetes mellitus tanpa
ketergantungan hormon insulin yang biasanya menyerang penderita dewasa.
Istilah yang sering digunakan diabetes mellitus tipe 1 dam 2 yaitu
ketergantungan hormon insulin dan tanpa ketergantungann hormon insulin
yang tergantung insulin boleh diambil sebagai bagian dari cara hidup.5
Jika penyakit diabetes mellitus ini dibiarkan tanpa dirawat, bisa
menimbulkan komplikasi serius terhadap organ tubuh lainnya. Pada ginjal,
diabetes menimbulkan gagal ginjal. Pada jantung, bisa terjadi jantung
koroner. Pada mata mengakibatkan perdarahan pada retina. Komplikasi lain,
seperti tekanan darah tinggi dan tuberculosis paru. Penderita diabetes juga
harus berhati-hati dengan luka. jika dibiarkan menjadi gangrene. Jika sampai
infeksi, organ yang terluka bisa diamputasi. Komplikasi lain adalah
penurunan kadar gula darah secara mendadak (hipoglikemia). Jika tidak
segera ditanggulangi, hipoglikemia dapat mengancam jiwa penderita. 1
Penderita diabetes mellitus saat ini terus bertambah, tidak peduli
dari kalangan ekonomi mana pun di desa dan kota, bahkan, anak-anak juga
terserang. Dengan asumsi penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat kejadian
1,5 % sekarang penderita diabetes setidaknya mencapai tiga juta jiwa.
Adanya komplikasi dan ancaman jumlah penderitanya, maka diabetes
mellitus harus segera diatasi sedini mungkin. Anjuran untuk rajin
berolahraga dan lakukan diet, obat-obatan hanya sebagai penunjang. Orang
yang tidak berolahraga memerlukan insulin dua kali lebih banyak untuk
menurunkan kadar glukosa darahnya dibandingkan orang yang berolahraga. 1
Diabetes mellitus adalah suatu ciri penyakit kelainan metabolisme
yang ditandai oleh abnormalitas metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak
dengan peningkatan kadar glukosa darah. Glukosa merupakan media yang
baik untuk pertumbuhan mikroorganisme termasuk candida albicans. Salah
satu infeksi yang paling sering mengenai mukosa mulut penderita diabetes
mellitus adalah candidiasis.5,6
Candida albicans dapat terisolasi dengan jumlah yang lebih
banyak dari rongga mulut pasien-pasien yang terdiagnose menderita diabetes
mellitus dibandingkan dengan
yang bukan diabetes mellitus. Candida
albicans umumnya ditemukan pada oropharingeal, gastrointestinal, dan
viginitis. Infeksi candida pertama kali didapatkan di dalam mulut sebagai
thrush yang dilaporkan oleh Francois (1839). Langerbach (1839) menemukan
jamur penyebab thrush, kemudian Berhout (1923) memberi nama organisme
tersebut sebagai candida yang dilaporkan oleh Francois Valleix (1836).
Langerbach (1839) menemukan jamur penyebab thrush, kemudian Berhout
(1923) memberi nama organisme tersebut sebagai candida.7
Candidiasis adalah suatu infeksi dari jamur. Jenis jamur yang
menginfeksi adalah dari genus candida. Genus candida adalah sel unisellular
yang termasuk dalam fungi imperfecti atau deuteromycota, kelas
blastomycetes biasanya infeksi berupa superficial dari daerah kutaneus tubuh
yang
lembab.
Nama
lain
dari
Candidiasis
adalah
kandidosis,
dermatocandidiasis, bronchomycosis, mycotic vulvovaginitis, muguet, dan
moniliasis. Istilah candidiasis banyak digunakan di Amerika, sedangkan di
Kanada dan negara-negara di Eropa seperti Itali, Perancis, dan Inggris
menggunakan istilah kandidosis, konsisten dengan akhiran –osis seperti pada
histoplasmosis dan lain – lain.7
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang diangkat dari
penelitian ini adalah : “Bagaimana hubungan antara kadar glukosa darah
dengan pertumbuhan jamur candida albicans pada penderita diabetes
mellitus?”
I.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar
glukosa darah dengan pertumbuhan jamur candida albicans pada penderita
diabetes mellitus.
I.4 Manfaat Penelitian
I.4.1 Manfaat Umum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber
informasi bagi masyarakat luas, sehingga adanya upaya preventif
virulensi candida albicans khususnya pada penderita diabetes mellitus.
I.4.2 Manfaat Khusus
Penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi lebih dini hubungan
antara kadar glukosa darah dengan pertumbuhan jamur candida
albicans pada penderita diabetes mellitus.
I.5 Hipotesa
Hipotesis penelitian ini adalah adanya hubungan antara kadar
glukosa darah dengan pertumbuhan Candida albicans pada penderita diabetes
mellitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dari
distribusi gula oleh tubuh. Penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin
dalam jumlah yang cukup, atau tubuh tak mampu menggunakan insulin
secara efektif, sehingga terjadi kelebihan gula di dalam darah. Kelebihan
gula yang kronis di dalam darah (hiperglikemia) ini menjadi racun bagi
tubuh. Sebagian glukosa yang tertahan di dalam darah itu melimpah ke
sistem urine untuk dibuang melalui urine. Urin penderita diabetes yang
mengandung gula dalam kadar tinggi tersebut menarik bagi semut, karena
itulah gejala ini disebut juga gejala kencing manis.4
Gambar II.1 Resistensi Insulin pada Diabetes mellitus type 28
Diabetes juga merupakan penyakit endokrin yang paling lazim.
Frekuensi sesungguhnya sulit diperoleh karena perbedaan standar diagnosis
tetapi mungkin antara 1 dan 2 persen jika hiperglikemia puasa merupakan
kriteria diagnosis. Penyakit ini ditandai oleh kelainan metabolik dan
komplikasi jangka panjang yang melibatkan mata, ginjal, saraf dan pembuluh
darah. Populasi pasien tidak homogen dan sudah didapat beberapa perbedaan
sindroma diabetik yang jelas.9
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara
genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka
diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial,
ateroklerotik dan penyakit vascular mikroangiopati, dan neuropati.
Manifestasi klinis berupa hiperglikemia biasanya sudah bertahun-tahun
mendahului timbulnya kelainan klinis dari penyakit vaskularnya. Pasien
dengan kelainan toleransi glukosa ringan (gangguan glukosa puasa dan
gangguan toleransi glukosa) dapat tetap berisiko mengalami komplikasi
metabolik diabetes. 10
Kandungan atau kadar gula penderita diabetes saat puasa adalah
lebih dari 126 mg/dl dan saat tidak puasa atau normal lebih dari 200 mg/dl.
Pada orang normal kadar gulanya berkisar 60-120 mg/dl.11 Sumber lain
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan diabetes mellitus adalah
keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop electron.3 Urutan patogenetik biasanya
adalah predisposisi genetik yang mempengaruhi lingkungan sinulitis
menyebabkan perubahan sel beta dari “sel asing” yang menghambat aktivitas
sistem imun sehingga perusakan sel beta tersebut pada akhirnya diabetes
mellitus.9
Peningkatan kadar gula darah pada penderita diabetes dapat disebabkan oleh ;
1) kegagalan dalam produksi insulin,
2) insulin di produksi dalam jumlah yang tidak cukup, dan
3) insulin tidak berfungsi secara efektif (resistensi insulin).
Jenis diabetes yang paling sering ditemukan adalah diabetes tipe 1 (5%)
yang merupakan kelainan autoimun, dan diabetes tipe 2 (95%) yang
sering disertai dengan obesitas.12
Insulin adalah hormon yang diproduksi dan dimasukkan kedalam
aliran darah oleh pankeas, sebuah organ yang terletak dalam rongga
abdomen, dibelakang perut. Fungsi utama insulin adalah mengatur kadar gula
dalam darah. Selain itu, insulin membawa asam amino dan nutrisi lain
kepada sel-sel otot, oleh karenanya memfasilitasi sintesa protein serta
memungkinkan anabolisme.13
Respons terhadap insulin akan mengubah kadar glukosa dalam
darah. Ketika kadar glukosa meningkat, insulin disekresi, jika kadar glukosa
turun, insulin dihentikan. Walaupun beberapa hormon hipofisis dapat
mengatur pelepasan insulin secara tidak langsung, tetapi tidak ada bukti yang
jelas menunjukkan bahwa kelenjar hipofisis secara langsung dan spesifik
mengendalikan sekresi insulin.10
Gambar II.2 Insulin dan Glukosa10
II.2 Etiologi Diabetes Mellitus
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau Diabetes
Mellitus Tergantung insulin (DMTI) disebabkan oleh destruksi sel β pulau
Langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan Non Insulin dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Mellitus Tidak Tergantung
Insulin (DMTTI) disebabkan kegagalan relative sel β dan resistensi insulin.14
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa untuk hati. Sel β tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relative insulin.
Ketidak mampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada
rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan
perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas mengalami
desensitisasi terhadap glukosa. Diabetes mellitus tipe 1 adalah penyakit
autoimun yang ditentukan secara genetik dengan gejala-gejala yang pada
akhirnya menuju proses bertahap perusakan imunologik sel-sel yang
memproduksi insulin. Individu yang peka secara genetik tampaknya
memberikan respons terhadap kejadian-kejadian pemicu yang diduga berupa
infeksi virus, dengan memproduksi autoantibodi terhadap sel-sel beta, yang
akan mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin yang dirangsang oleh
glukosa. 10,14
Manifestasi klinis diabetes mellitus terjadi jika lebih dari 90% selsel beta menjadi rusak. Pada diabetes mellitus dalam bentuk yang lebih berat,
sel-sel beta telah dirusak semuanya sehingga terjadi insulinopenia dan semua
kelainan metabolik yang berkaitan dengan defisiensi insulin. Diabetes
mellitus tipe 2 ditandai dengan kelainan sekresi insulin, serta kerja insulin.
Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja
insulin.10
Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor
permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselular
yang
menyebabkan mobilisasi pembawa glukosa dan meningkatkan transport
glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan diabetes tipe 2 terdapat
kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Kelainan ini dapat
disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor pada membran sel
yang selnya responsif terhadap insulin atau akibat ketidaknormalan reseptor
insulin intrinsik. Akibatnya, terjadi penggabungan abnormal antara kompleks
reseptor insulin
dengan sistim
transport glukosa. Ketidaknormalan
postreseptor dapat mengganggu kerja insulin. Pada akhirnya, timbul
kegagalan sel beta dengan menurunnya jumlah insulin yang beredar dan
tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia. Sekitar 80% pasien
diabetes tipe 2 mengalami obesitas.10
II.2.1 Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi etiologis DM American diabetes Association (1997)
sesuai anjuran perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) adalah :
1. Diabetes tipe 1 (destruksi sel β, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut) :

Autoimun

Idiopatik
2. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai terutama dominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relative sampai terutama defek sekresi
insulin disertai resistensi insulin)
3. Diabetes tipe lain
A. Defek genetik fungsi sel beta :

Maturity Onset Diabetes of the young (MODY) 1,2,3

DNA mitokondria
B. Defek genetik kerja insulin
C. Penyakit eksokrin pankreas

Pancreatitis

Tumor atau pankreatektomi

Pankreatopati fibrokalkulus
D. Endokrinopati : akromegali, sindrom Cushing, feokromositoma,
dan hipertiroidisme
E. Karena obat atau zat kimia

Vacor, pentamidin, asam nikotinat

Glukokortikoid, hormon tiroid

Tiazid, dilantin, interferon α, dan lain-lain
F. Infeksi : rubella congenital, sitomegalovirus
G. Penyebab imunologi yang jarang : antibodi antiinsulin
H. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM : Sindrom Down,
sindrom Klinefelter, sindrom Turner, dan lain-lain.
4. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG).14
Klasifikasi dua tipe utama diabetes mellitus diberi batasan
yang tergantung pada penetapan secara klinikal dimana keadaan ini
terjadi. Diabetes Mellitus Tipe 1 (juvenile-onset, insulin-dependent
diabetes) khas timbul pada masa kanak-kanak. Defek sentralnya ialah
sekresi insulin oleh sel-β pankreas yang tidak adekuat, dan ini hanya
dapat dikoreksi dengan pemberian insulin eksogen seumur hidupnya.15
Terdapat tiga teori utama penyebab perubahan ini, yaitu destruksi
autoimun, faktor genetik dan infeksi virus.
1. Destruksi autoimun, sebagian besar penderita diabetes tipe 1
mempunyai antibodi dalam peredaran darahnya terhadap berbagai
jenis sel pulau langerhans. Penderita diabetes tipe ini sangat rawan
terhadap timbulnya penyakit autoimun ‘organ spesifik’ yang lain.
2. Faktor genetik, sebagaimana penyakit autoimun ‘organ spesifik’,
terdapat adanya hubungan dengan HLA tipe tertentu. Yaitu HLADR4, terutama apabila ditemukan juga HLA-B8 atau HLA-DR3.
Tampaknya faktor lingkungan ikut berperan, hal ini dapat dilihat
bahwa hanya 40% kembar identik yang menderita penyakit ini.
3. Infeksi virus, Titer antibodi terhadap virus seperti tipe Coxsackie B
dan parotitis meningkat pada sebagian penderita diabetes tipe ini
virus ini kemungkinan berperan sebagai pemicu terhadap destruksi
pulau Langerhans secara langsung atau autoimun.15
Diabetes mellitus tipe 2 (disebut juga maturityonset,atau non-insulin-dependent diabetes) lebih sering ditemukan
dibandingkan dengan tipe 1 dan biasanya timbul pada usia
pertengahan, yang menjadi lebih banyak pada obesitas. Faktor
genetik jelas sangat berperan dalam etiologi diabetes mellitus tipe
2, hal ini ditunjukkan bahwa hampir 100% kembar identik terkena
penyakit ini. Pola menurunnya yang sesuai hukum Mendel masih
belum jelas. Bukti menunjukkan bahwa kelainan ini bukan
penyakit autoimun. Terapi umunya dengan cara menurunkan berat
badan, bersama dengan pemberian obat secara oral yang berpotensi
meningkatkan kerja insulin.15
II.2.2 Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus
Diagnosis diabetes mellitus awalnya dengan adanya gejala khas
berupa polifagia, poliuria, polidipsi, lemas, dan berat badan turun. Gejala
khas yang lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal,
mata kabur, dan impotensi pada pria, serta pruritus vulvu pada wanita.
Manifestasi klinis diabetes mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik
defisiensi
insulin.
Pasien
dengan
defisiensi
insulin
tidak
dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi
glukosa setelah makan karbonhidrat. Jika hiperglikemiamya berat dan
melebihi ambang ginjal untuk zat ini, maka timbul glikosuria. Glikosuria ini
akan mengakibatkan dieresis osmotic yang meningkatkan pengeluaran urine
(poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama
urine, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negative dan berat badan
berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul
sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan mengantuk. 10,14
II.2.3 Epidemiologi Diabetes Mellitus
Tingkat prevalensi diabetes mellitus adalah tinggi. Diduga terdapat
sekitar 16 juta kasus diabetes di Amerika Serikat dan setiap tahunnya
didiagnosis 600.000 kasus baru. Diabetes merupakan penyebab kematian
ketiga di Amerika Serikat dan merupakan penyebab utama kebutaan pada
orang dewasa akibat retinopati diabetic. Pada usia yang sama, penderita
diabetes paling sedikit dua setengah kali lebih sering terkena serangan
jantung dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita diabetes. Tujuh
puluh lima persen penderita diabetes akhirnya meninggal karena penyakit
vascular. Serangan jantung, gagal ginjal, stroke dan gangren adalah
komplikasi yang paling utama. Selain itu, kematian fetus intrauterine pada
ibu-ibu yang menderita diabetes tidak terkontrol juga meningkat. 10
II.2.4 Patogenesis Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus lebih merupakan suatu keadaan penyakit
daripada suatu penyakit tunggal, karena mempunyai berbagai macam
penyebab. Diabetes mellitus dapat didefenisikan sebagai suatu keadaan
metabolik yang abnormal dimana terdapat glukosa kerja insulin yang tidak
adekuat. Insulin merupakan sesuatu yang unik, merupakan satu-satunya
hormon yang mempunyai efek hipoglikemik; terdapat lima hormon yang
mempunyai efek hiperglikemik, yaitu glukokortikoid, hormon pertumbuhan,
adrenalin dan non-adrenalin. Kerja insulin semuanya anabolik, yaitu
meningkatkan penimbunan makanan yang beredar ke dalam jaringan. Akibat
defisiensi insulin ialah keadaan yang disebut katabolic, yaitu pemecahan
energi yang tersimpan dalam jaringan. 15
II.2.5 Gambaran Utama Diabetes Mellitus

Ketidakmampuan menggunakan, dan overproduksi, glukosa
(hiperglikemia)

Sintesis protein berkurang

Lipolisis menyebabkan hiperlipidemia, karena itu terjadi
pembuangan secara cepat dan berat badan turun. Keadaan ini
digambarkan sebagai suatu kejadian kelaparan dalam keadaan
banyak makanan.15
II.2.6 Gejala-gejala diabetes Mellitus
Gejala diabetes tipe 1 muncul secara tiba-tiba pada usia anak-anak
sebagai akibat dari kelainan genetika, sehingga tubuh tidak memproduksi
insulin dengan baik.4 Gejala-gejala antara lain adalah :

Sering buang air kecil

Terus-menerus lapar dan haus

Berat badan turun

Kelelahan

Penglihatan kabur

Infeksi pada kulit yang berulang

Meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni

Cenderung terjadi pada mereka yang berusia di bawah 20 tahun.
Sedangkan gejala diabetes tipe 2 muncul secara perlahan-lahan
sampai menjadi gangguan yang jelas, dan pada tahap
permulaannya seperti gejala diabetes tipe 1, yaitu :

Cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit.

Sering buang air kecil

Terus-menerus lapar dan haus

Kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya

Mudah sakit yang berkepanjangan

Biasanya terjadi pada mereka yang berusia diatas 40 tahun, tetapi
prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan anak-anak dan
remaja.4
Gejala-gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap
sebagai keletihan akibat kerja. Jika glukosa darah sudah tumpah ke
saluran urin, sehingga bila urin tersebut tidak disiram akan di kerumuni
semut adalah tanda adanya gula. Gejala lain yang biasanya muncul,
adalah :
 Penglihatan kabur
 Luka yang lama sembuh
 Kaki terasa kebas, geli, atau merasa terbakar
 Infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita
 Impotensi pada pria. 4
II.2.7 Komplikasi Diabetes Mellitus
Komplikasi-komplikasi diabetes mellitus dapat dibagi menjadi dua
kategori mayor :
1. metabolik diabetes disebabkan oleh perubahan yang relative akut
dari konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi metabolik yang
paling serius pada diabetes tipe 1 adalah ketoasidosis diabetic
(DKA). Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami
hiperglikemia dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis,
peningkatan lipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas
disertai pembentukan benda keton (asetoasetat, hidroksibutirat, dan
aseton). Peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan ketosis.
Peningkatan produksi keton meningkatkan beban ion hidrogen dan
asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria yang jelas juga dapat
mengakibatkan dieresis osmotik dengan hasil akhir dehidrasi dan
kehilangan elektrolit. DKA ditangani dengan :
 Perbaikan kekacauan metabolik akibat kekurangan insulin,
 Pemulihan keseimbangan air dan elektrolik, dan
 Pengobatan keadaan yang mungkin mempercepat ketoasidosis.10
Gejala-gejala hipoglikemia disebabkan oleh pelepasan
epinefrin (berkeringat, gemetar, sakit kepala, dan palpitasi), juga
akibat kekurangan glukosa dalam otak (tingkah laku yang aneh,
sensorium yang tumpul, dan koma).
2. Komplikasi Kronik Jangka Panjang
Komplikasi vascular jangka panjang dari diabetes melibatkan
pembuluh-pembuluh kecil mikroangiopati dan pembuluh-pembuluh
sedang atau besar makroangiopati.
Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang
menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik), glomerulus
ginjal (nefropati diabetik) dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetik),
otot-otot serta kulit. Dipandang dari sudut histokimia, lesi-lesi ini
ditandai dengan peningkatan penimbunan glikoprotein. Selain itu, karena
senyawa kimia dari membran dasar dapat berasal dari glukosa maka
hiperglikemia menyebabkan bertambahnya kecepatan pembentukan selsel membrane dasar. Penggunaan glukosa dari sel-sel ini tidak
membutuhkan insulin.10
Tabel 2.1 kadar Glukosa Darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik
sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl).14
Bukan DM
blm pasti DM
DM
Plasma vena
< 110
110-199
> 200
Darah kapiler
< 90
90-199
> 200
Plasma vena
< 110
110-125
> 126
Darah kapiler
< 90
90-109
> 110
Kadar glukosa darah sewaktu
Kadar glukosa darah puasa
II.2.8 Patofisiologi
Penyebab utama DM adalah ada beberapa faktor diantaranya :
1.
Faktor keturunan
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan
ditularkan. Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih
besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang
tidak menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan
penyakit yang terpaut kromoson seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki
menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak
yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
2.
Virus dan Bakteri
Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan
human
coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus
ini menyerang melalui reaksi autoimunitas dalam sel beta. Diabetes mellitus
akibat bakteri masih belum bisa di deteksi. Meskipun, para ahli kesehatan
menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.
3.
Bahan Toksik atau Beracun
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung
adalah alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan steptozoctin (produk dari sejenis
jamur). Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkong.
4.
Nutrisi
Nutrisi yang berlebihan (overnutrion) merupakan factor resiko
pertama yang diketahui menyebabkan DM. Semakin berat badan berlebihan
atau obesitas akibat nutrisi yang berlebihan, semakin besar kemungkinan
seseorang terjangkit DM.
II.2.9 Penegakan diagnosis
Pemeriksaan
ini
ditujukan
untuk
memantau
keberhasilan
pengobatan dalam upaya mencegah terjadinya penyakit kronis. Seperti
diketahui bahwa penyebab terjadinya penyakit kronis bukan secara langsung
oleh glukosa darah yang tinggi, melainkan karena zat-zat metabolit lain yang
terbentuk akibat sel tidak dapat menggunakan glukosa. Dengan demikian
DM yang terkendali dengan baik tidak berarti hanya glukosa darahnya saja
yang baik, tetapi harus secara menyeluruh menyangkut antara lain
konsentrasi glukosa dalam darah, HbA1c (Hemoglobin Glikat), kolesterol,
trigliserida, status gizi dan tekanan darah.16
II.2.10 Pemeriksaan Laboratorium
Untuk pemeriksaan DM: pemeriksaan glukosa darah atau
hiperglikemia (puasa 2 jam setelah makan atau post prandial/PP) dan setelah
pemberian glukosa per-oral (TTGO). Antibodi untuk penanda (marker)
adanya proses outoimun pada sel beta adalah islet cell cytoplasmic antibodies
(IAA), dan antibodi terhadap glutamic acid decarboxylaase (anti-GAD). ICA
bereaksi dengan antigen yang ada disitoplasma sel-sel endokrin pada pulaupulau pankreas. ICA ini menunjukkan adanya kerusakan sel. Adanya ICA
dan IAA menunjukkan resiko tinggi berkembangnya penyakit ke arah
diabetes tipe 1. GAD adalah enzim yang dibutuhkan untuk memproduksi
neurotransmitter g-aminobutyric acid (GABA) anti GAD ini bisa
teridentifikasi 10 tahun sebelum onset klinis terjadi. Jadi, 3 penanda ini bisa
digunakan sebagai uji saring sebelum gejala DM muncul. 16
II.3 Pemeriksaan HbA1c
Pemeriksaan ini untuk mengetahui gambaran glukosa darah
penderita selama 3 bulan, bila didapat kadar HbA1cnya tinggi (> 7.0 %)
berarti kadar glukosa darah penderita sebelumnya pernah mengalami tinggi.
Pemeriksaan ini biasanya digunakan untuk mengontrol kepatuhan pasien
terhadap diet yang diberikan oleh dokter yang merawatnya. HbA1c disebut
juga hemoglobin terglikosilasi. Glikosilasi adalah masuknya gula ke dalam
sel darah merah dan terikat. Maka, tes ini berguna untuk mengukur tingkat
ikatan gula pada Hb A (A1c). sepanjang usia sel darah yaitu 120 hari, HbA1c
menunjukkan kadar Hb yang terglikosilasi pada orang normal antara 4.5 –
7.0 %. Semakin tinggi nilai HbA1c pada penderita diabetes mellitus semakin
potensial beresiko terkena komplikasi. Dari hasil studi United kingdom
prospektif diabetes. Setiap penurunan 1 % saja akan menurunkan resiko
gangguan pembuluh darah (mikrovascular) sebanyak 35 %, komplikasi
diabetes mellitus lain 21 % dan menurunkan resiko kematian 21 %.
Kenormalan A1c dapat diupayakan dengan mempertahankan kadar gula
darah tetap normal sepanjang waktu.16
II.3.1 Definisi HbA1c
HbA1c adalah komponen Hb yang terbentuk dari reaksi nonenzimatik antara glukosa dengan N terminal valin rantai b Hb A dengan
ikatan Almidin. 16
II.3.2 Karakteristik HbA1c
Hemoglobin terglikosilasi dikenal juga sebagai Hb glikat yang
terpenting adalah fraksi HbA1c. merupakan komponen kecil hemoglobin
yang stabil dan terbentuk secara perlahan melalui reaski non-enzimatik dari
Hb dan glukosa, terus-menerus sepanjang umur eritrosit 120 hari, sehingga
eritrosit tua akan mengandung HbA1c lebih banyak dibanding eritrosit muda.
Kecepatan pembentukkan HbA1c tergantung secara langsung pada
konsentrasi glukosa. Karena eritrosit permeabel dilalui oleh glukosa, maka
pengukuran HbA1c mencerminkan keadaan glikemik selama masa 120 hari
yaitu rata-rata masa umur eritrosit yaitu 2 bulan. Dengan demikian HbA1c
digunakan untuk memantau keadaan glikemik untuk kurun waktu 2-3 bulan
yang lampau.16
II.3.3 Pembentukkan HbA1c
Proses pembentukkan HbA1c, hemoglobin adalah bagian dari sel
darah merah yang mengangkut oksigen, salah satu jenis dari Hb adalah HbA
dan HbA1c merupakan subtipe spesifik dari HBA. Semakin tinggi kadar
glukosa darah akan semakin cepat HbA1c terbentuk, yang mengakibatkan
tingginya kadar HbA1c. HbA1c ini juga merupakan pemeriksaan tunggal
terbaik untuk menilai resiko terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan
oleh tingginya kadar glukosa darah. Contohnya pada saraf dan pembuluh
darah kecil dimata dan ginjal. Selain itu bisa menilai resiko terhadap
komplikasi terhadap penyakit diabetes.16
II.3.4 Pemeriksaan HbA1c atau A1c
Pemeriksaan ini dapat
memperkirakan resiko kompliksi akibat
DM (tidak perlu puasa). HbA1c dan A1c yaitu :

Merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan antara glukosa dengan
hemoglobin (glycohemoglobin)

Jumlah A1c yang terbentuk, tergantung pada kadar glukosa darah.

Ikatan A1c stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan
usia sel darah merah).

Kadar A1c mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata dalam jangka
waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan.16
II.3.5 Tujuan pemeriksaan A1c
Mencegah terjadinya komplikasi kronik diabetes karena :
-
A1c dapat memperkirakan resiko berkembangnya komplikasi diabetes.
- Komplikasi diabetes dapat muncul jika kadar glukosa darah terusmenerus tinggi dalam jangka panjang.
- Kadar glukosa darah rata-rata dalam jangka panjang (2-3 bulan) dapat
diperkirakan dengan pemeriksaan Hba1c.16
II.3.6 Interpretasi dengan pemeriksaan HbA1c
HbA1c akan meningkat secara signifikan bila glukosa darah
meningkat. Karena itu HbA1c bisa digunakan untuk melihat kualitas control
glukosa darah pada penderita DM (glukosa darah tak terkontrol, terjadi
peningkatan HbA1c-nya) sejak umur eritrosit 3 bulan. HbA1c meningkat :
pemberian terapi
intensif untuk menghindari komplikasi. Nilai yang
dianjurkan PERKENI untuk HbA1c (terkontrol) : 4.5%-7.0%. Jadi HbA1c
penting untuk melihat apakah penatalaksanaan sudah adekuat atau belum.
Sebaiknya, penentuan HbA1c ini dilakukan secara rutin tiap 3 bulan
sekali.16
II.3.7 Prinsip penanganan Diabetes mellitus tipe 2.
Dalam penanganan diabetes tipe 2 saat ini terdapat
beberapa cara pendekatan. Salah satu pendekatan terkini yang dianjurkan di
Eropa dan Amerika Serikat adalah dengan memakai nilai A1c (HbA1c)
sebagai dasar penentuan awal sikap atau cara memperbaiki pengendalian
diabetes. Sedang untuk daerah yang pemeriksaan A1c masih sukar
dilaksanakan maka dapat digunakan daftar konvensi A1c dengan rata-rata
kadar glukosa darah.17
Tabel 2.2 Kaitan antara Tingkat A1c dengan Rata-rata Glukosa Darah.17
A1C (%)
(mg/dl)
5
5,5
6
6,5
7
7,5
8
8,5
9
9,5
10
10,5
11
11,5
12
Estimated Average Glucose (eAG)
97
111
126
140
154
169
183
197
212
226
240
255
269
283
298
Pada orang normal hanya sebagian kecil fraksi hemoglobin yang
akan mengalami glikosilasi, yaitu sekitar 5%. Artinya glukosa terikat pada
hemoglobin melalui proses non enzimatik dan bersifat ireversible. Pada
penyandang DM, gliukosilasi hemoglobin meningkat secara proporsional
dengan kadar rata-rata glukosa darah selama 8-10 minggu terakhir. Bila
kadar glukosa darah berada dalam kisaran normal antara 70-140 mg/dl
selama 8-10 minggu terakhir, maka hasil tes A1C akan menunjukkan nilai
normal. Pemeriksaan A1C dipengaruhi oleh anemia berat, kehamilan, gagal
ginjal dan hemoglobinopati.17
Hasil pemeriksaan A1C merupakan pemeriksaan tunggal yang
sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang dan berguna
pada semua tipe penyandang DM. Nilai A1C juga merupakan prediktor
terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi diabetes.17
II.4 Anatomi Fisiologi Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon
penting seperti insulin dan glukagon. Pankreas terletak pada bagian posterior
perut dan berhubungan erat dengan duodenum. Beberapa fungsi dari
pankreas adalah:
1. Mengatur kadar gula dalam darah melalui pengeluaran glukagon, yang
menambah kadar gula dalam darah dengan mempercepat tingkat
pelepasan dari hati.
2. Pengurangan kadar gula dalam darah dengan mengeluarkan insulin juga
merangsang hati untuk mengubah glukosa menjadi glikogen dan
menyimpannya di dalam sel-selnya.18
Gambar II.3 Potongan depan perut menunjukkan pankreas dan duodenum18
II.4.1 Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk
insulin manusia. Insulin terdiri atas dua rantai asam amino, satu sama lain
dihubungkan oleh ikatan disulfida. Salah satu efek insulin yang terpenting
adalah untuk menyebabkan absorbir bagian terbesar glukosa setelah makan
untuk disimpan hampir segera dalam hati dalam bentuk glikogen. Kemudian
diantara waktu makan, bila insulin tidak tersedia dan konsentrasi glukosa
darah mulai turun, maka glikogen hati dipecah kembali menjadi glukosa,
yang dilepaskan kembali ke dalam darah untuk menjaga konsentrasi glukosa
darah agar tidak turun terlalu rendah. Mekanisme insulin menyebabkan
pengambilan dan penyimpanan glukosa di dalam hati meliputi beberapa
langkah yang hampir serentak : 19
1.
Insulin menghambat fosforilase, enzim yang menyebabkan
glikogen hati dipecah menjadi glukosa.
2.
Insulin meningkatkan ambilan glukosa dari darah oleh sel-sel hati. Ini
terjadi dengan meningkatkan aktifitas enzim glukokinase, yaitu enzim
yang menyebabkan fosforilasi awal glukosa setelah ia berdifusi ke
dalam sel-sel hati. Sekali terfosforilasi, glukosa yang telah terfosforilasi
tak dapat berdifusi kembali melalui membran sel.
3.
Insulin yang meningkatkan aktivitas enzim yang meningkatkan sintesis
glikogen.19
II.4.2 GLUKAGON
Glukagon, suatu hormon yang disekresi oleh sel-sel alfa pulau
Langerhans, mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin.
Fungsinya yang terpenting adalah meningkatkan konsentrasi glukosa darah.
Seperti insulin, glukagon merupakan protein kecil, mempunyai berat
molekul 3485 dan terdiri dari rantai 29 asam amino. Dua efek utama
glukagon pada metabolism glukosa adalah
(1) Pemecahan glikagon (glikogenolisis) dan
(2) Peningkatan glukoneogenesis.19
II.5 Jamur Candida Albican
Candida albicans adalah anggota flora normal selaput mukosa,
saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan genetalia wanita. Patogenesis
Candida albicans dipengaruhi oleh kondisi yang ada pada tubuh seseorang,
seperti leukemia, tumor, diabetes mellitus, dll 20
Gambar II.4 candida albicans21
Candida albicans dapat sebagai komponen normal dari flora rongga
mulut, kadang pada suatu waktu bisa menimbulkan penyakit.22 Candida
albicans ditemukan sebagai flora yang komensal pada sekitar 40% dari
seluruh populasi, tetapi dalam keadaan tertentu dapat sebagai penyebab
infeksi candida, penyakit tersebut nampak sangat terbatas pada permukaan
epitel.23 Candida albicans merupakan fungi patogen oportunistik yang paling
sering menginfeksi rongga mulut.fungi ini dapat ditemukan pada seluruh
permukaan rongga mulut, yaitu lidah, pipi, mukosa palatal, plak gigi, karies
gigi, flora subgingival, dan juga pada gigi tiruan.24 pada umumnya candida
albicans berada di dalam tubuh manusia sebagai saproba dan infeksi baru
terjadi bila terdapat faktor predisposisi pada tubuh host. Faktor-faktor yang
dihubungkan dengan meningkatnya kasus kandidosis antara lain disebabkan
oleh :
 Kondisi tubuh yang lemah atau keadaan umum yang buruk, misalnya:
bayi baru lahir, orang tua rentan, penderita penyakit menahun, orangorang dengan gizi rendah.
 Penyakit tertentu, misalnya: diabetes mellitus.
 Kehamilan.
 Rangsangan setempat pada kulit oleh cairan yang terjadi terus menerus,
misalnya oleh air, keringat, urin atau air liur.
 Penggunaan obat di antaranya: antibiotik, kortikosteroid dan sitostatik.25
Gambar II.5 Candidiasis26
Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan
Candida albicans serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh
manusia karena adanya perubahan dalam sistem pertahanan tubuh.
Blastospora berkembang menjadi hifa semu dan tekanan dari hifa semu
tersebut merusak jaringan, sehingga invasi ke dalam jaringan dapat terjadi.
Virulensi ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut merusak jaringan serta
invasi ke dalam jaringan. Enzim-enzim yang berperan sebagai faktor
virulensi adalah enzim-enzim hidrolitik seperti proteinase, lipase dan
fosfolipase.25
Gambar : II.6 hifa candida albicans7
II.5.1 Klasifikasi candida albicans yaitu :
Regnum : Eucaryotae
Divisio : Thallophyta
Subdivisio : Fungi
Class : Eumycetes
Subclass : Deuteromycetes
Ordo : Cryptococcales
Familia : Cryptococcaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans27
II.5.2 Morfologi
Bentuk
selnya
bermacam-macam
menghasilkan
banyak
pseudomiseliun, dapat terbentuk miselium sejati dan klamidospra.
Blastospora dapat dijumpai pada posisi yang khas pada masing-masing
spesies, dapat hidup sebagai saprofit pada selaput-selaput mulut, vagina dan
saluran pencernaan.27
Gambar II.7 Kultur dari Candida albicans7
Rongga mulut merupakan bagian dari secretory atau sistim imun
mukosa yang dapat dirangsang secara lokal atau sistematis. Terdapat habitat
yang berbeda-beda, yaitu permukaan mukosa (bibir, pipi, palatum, dan
lingua) dan gigi, karna ciri-ciri biologinya mendukung pertumbuhan
komunitas mikroba tersendiri. Pertumbuhan candida albicans pada rongga
mulut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu, anaerob atau potensial
redox, pH, nutrisi (gula, asam amino dan peptida) atau gen host dan perilaku
sosial.23,24
Candida albicans adalah suatu ragi lonjong, bertunas yang
menghasilkan pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan
dan eksudat. Ragi ini adalah anggota flora normal selaput mukosa saluran
pernapasan,saluran pencernaan, dan genitalia wanita. Ragi dapat menjadi
dominan dan menyebabkan keadaan patologik. Kadang-kadang candida
menyebabkan penyakit sistemik progresif pada penderita yang lemah atau
sistim imunnya tertekan, terutama jika imunitas berperantara sel terganggu.
Pada sediaan apus eksudat, candida albicans gram (+), berukuran 2-3×46µm,
dan
sel-sel
bertunas
yang
memanjang
menyerupai
hifa
(pseudohifa).20,28
Gambar II.8 Candidiasis29.
Candida albicans sendiri merupakan flora normal rongga mulut,
meskipun jika melampaui ambang normal maka akan meyebabkan infeksi
pada penderita. Peningkatan pertumbuhan jamur ini disebabkan oleh karena
kondisi tubuh yang menurun (biasanya sehabis sakit), serta seseorang yang
mengkomsumsi obat antibiotik jangka panjang.29
Candidiasis yang sering disebut trush, merupakan penyakit umum
yang disebabkan oleh perkembangan jamur yang berlebihan di dalam rongga
mulut, vagina, kulit, kuku, atau saluran pernapasan. penyakit ini bukanlah
penyakit menular. Candidiasis sering diderita oleh bayi yang baru lahir, dan
juga dapat menyerang orang dewasa. Penderita candidiasis akan merasakan
tebal dan rasa terbakar pada lidah. Hal ini disebabkan kurang nyaman pada
saat makan. Pada anak-anak atau bayi, kemungkinan akan kehilangan cairan
tubuh atu dehidrasi. Untuk itu penting bagi orang tua untuk menjaga nutrisi
dan cairan si anak saat terkena infeksi candidiasis.29
Gambar II.9 Candidiasis pada mulut bayi29
II.6 Etiologi
Penyebab candidiasis adalah jamur candida albicans, hal ini dapat
menjadi petunjuk pertama dari adanya penyakit diabetes mellitus, anemia,
kekurangan gizi, dan dahulu sering terdapat pada anak-anak prematur atau
anak kecil. Candidiasis ini juga dapat disebabkan adanya hubungan
kekurangan hormon. Faktor-faktor yang merupakan predisposisi infeksi
adalah pemakaian antibiotik, steroid jangka panjang, diabetes, obat-obat
imunosupresi, leukimia, dan gangguan saluran gastrointestinal yang
meningkatkan terjadinya malabsorpsi dan malnutrisi. Candidiasis vagina
sering ditemukan semasa kehamilan dan bayi yang baru lahir juga dapat
terinfeksi dari vagina ibu. Candidiasis juga merupakan tanda umum dari
infeksi HIV.30
Jenis-jenis utama candidiasis rongga mulut diberikan secara garis
besarnya di bawah ini dan mungkin aspek ada imunitas yang berbeda terjadi
pada setiap jenis infeksi ini :
1. Acute Pseudomembranous candidosis (thrush)
Infeksi ini pada umumnya terjadi pada anak-anak
muda, orang lanjut usia atau orang-orang yang lemah. Infeksi ini
ditandai plak yang berwarna putih pada umumnya mudah
dihilangkan, dimana plaque ini berisikan hyphae Candida,
blastospora, sel ephitelial serta polimorfa.31
Gambar II.10 Acute Pseudomembranous candidosis (thrush)31
2. Acute atrophic Candidosis
Candidiasis ini disebut juga sebagai Sore mouth
antibiotik, candidiasis ini sering terjadi selama pengobatan
antibiotika. Keadaan ini merupakan suatu respon atas tekanan
terhadap flora bakteri normal dan biasanya terjadi erytematous
stomatitis yang disertai dengan depapilasi pada lidah.31
Gambar II.11 Acute atrophic Candidosis31
3. Chronic Athropik Candidiasis
Candidiasis ini juga dikenal sebagai denture stomatitis
yang berhubungan dengan candida atau Denture sore mouth atau
candidiasis erythematous yang bersifat kronis chronic athropik
candidiasis seperti gejala erythema dan radang atau inflamasi pada
seluruh palatum penyangga denture. Hal ini disebabkan karena
kolonisasi candida pada permukaan denture pada pasien yang
memakai gigitiruan secara terus menerus siang maupun malam.31
Gambar II.12 Chronic Athropik Candidiasis31
4. Chronis Hyperlastik Candidosis (Candida leucoplakia)
Candidiasis
ini
disebut
juga
Nodular
Chronic
leucoplakia ini, biasanya ditemukan pada pasien setengah baya atau
pasien lanjut usia. Keadaan ini juga menimbulkan resiko
transformasi keganasan yang tinggi.31
Gambar II.13 Chronis Hyperlastik Candidosis (Candida leucoplakia)31
II.6.1 Gambaran klinik
Moniliasis ini sering ditemukan pada bayi dan anak. Kelompok ini
merupakan stomatis akut yang ditandai dengan bercak-bercak putih
kekuningan yang tampak pada selaput lendir yang berwarna merah. Bila
bercak ini di hapus dasarnya mudah berdarah. Pada stadium permulaan
tampak selaput lendir berwarna merah dengan gambaran granula yang kasar.
Pada hari berikutnya tampak bercak putih sebesar jarum pentul, dan dalam 2-3
hari akan bergabung menjadi bercak besar seperti membran. Bagian yang
paling sering terkena adalah mukosa bukalis, bagian dorsal, dan lateral lidah,
dan gusi. Rasa nyeri terjadi terutama bila tersentuh makanan. Pada bayi sering
disangka sebagai sisa susu yang tidak tertelan.29
II.6.2 PATOGENESIS DAN PATOGENESITAS
Imunitas terhadap candida ditentukan oleh keberhasilan sel limposit
T dan magrofag dalam menghancurkan sel candida. Aktifitas sel limposit T
sangat dipengaruhi oleh protein kinase C (PKC) yaitu protein yang mengatur
alur sinyal transduksi yang berperan dalam aktifitas sel. Infeksi candidiasis
dapat terjadi bila ada faktor predisposisi. Faktor-faktor ini ada yang endogen
maupun eksogen.7
1. Faktor endogen terdiri dari umur, imunologik, dan perubahan fisiologik,
seperti kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina, kegemukan,
karena banyak keringat (debility), karena tidak adanya daya dari tubuh
(latrogenik), karena rusaknya sel-sel endokrinopati, adanya gangguan gula
darah pada kulit (diabetes), keadaan umum yang buruk dan turunnya
imunitas.
2. Faktor eksogen terdiri dari iklim, panas, kelembaban menyebabkan
perspirasi meningkat, kebersihan kulit, kontak dengan penderita,
kebiasaan merendam kaki terlalu lama dalam air menyebabkan mudahnya
masuk jamur, pengobatan.
a. Candidiasis mulut sering pada pedhet juga hewan dewasa, berupa
bercak putih pada mulut atau lidah. Bila diangkat akan tampak
dasar yang kemerahan dan erosive. Parleche berupa lesi pada sudut
mulut yang berbentuk fisur, terasa perih dan nyeri bila tersentuh
makanan atau air. Faktor predisposisinya adalah defisiensi
riboflavin.
b. Vulvovaginitis sering terjadi pada penderita diabetes mellitus
karena kadar gula darah dan urin yang tinggi serta pada wanita
hamil karena penimbunan glikogen dalam epitel vagina. Gejalanya
gatal daerah vulva, rasa panas, nyeri sesudah miksi, keluarnya
cairan kental putih.
c. Balanitis terdapat pada glands penis dan sulkus koronarius glandis.
Biasanya terjadi pada pria yang kontak seksual dengan wanita
sehingga terjadi vulvavaginitis. Bisa juga pada laki-laki yang tidak
disunat karena glans penisnya tertutup oleh prepusium. Gejalanya
gatal, timbulnya bercak putih pada glans penis, rasa nyeri, mudah
berdarah.
d. Candidiasis mukokutan kronik biasanya karena kekurangan
leukosit atau sistem hormonal. Biasanya terdapat pada penderita
dengan defisiensi sifat genetik.
e. Candidiasis intertriginosa terjadi dilipatan ketiak, lipat paha, lipat
payudara, antara jari tangan dan kaki. Gejalanya berupa bercak
kemerahan, bersisik, basah, dan dikelilingi lesi-lesi satelit dengan
maserasi berwarna keputihan ditengahnya. Kandidiasis perianal
berupa maserasi seperti infeksi dan menimbulkan pruritus ani.
f. Candidiasis generalisata terdapat vesikel pada glabrous skin, lipat
payudara, inter gluteal, umbilikalis. Terjadi pada bayi yang ibunya
menderita vaginitis atau imunologik.
g. Paronikia dan Onikomikosis sering terjadi pada orang yang
berhubungan dengan air. Gejala nyeri, peradangan sekitar kuku,
kemerahan, kuku rusak dan menebal, kadang berwarna kecoklatan.
h. Candidiasis granulomatosa biasanya terdapat pada kepala atau
ekstremitas. Sering menyerang pada hewan kesayangan seperti
anjing, kucing, juga dapat pada manusia. Gejalanya berupa papul
kemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning kecoklatan.
Candidiasis merupakan reaksi alergi terhadap jamur. Gejalanya
berupa vesikel bergerombol dan rasa gatal. Biasanya terdapat pada
sela jari tangan.
i. Endokarditis sering terjadi pada penderita morfinis dan sesudah
operasi jantung.
j. Meningitis
gejalanya
panas
dingin,
peningkatan
leukosit,
peningkatan jumlah protein.
k.
Septicemia merupakan suatu infeksi sistemik pada kulit.penelitian
baru mengindikasikan bahwa sifat letal dari candida albicans
mengarah ke bentuk hifa, tapi kemampuan genetiknya untuk
bertukar antara bentuk filamentous dan fase yeast.7
Gambar II.14 Candidiasis32
II.7 Hubungan antara kadar glukosa darah dengan pertumbuhan jamur
candida albicans pada penderita diabetes mellitus
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
gangguan metabolism karbohidrat dimana terjadi penurunan sekresi hormon
insulin secara relatif maupun absolute oleh pankreas ke dalam sirkulasi darah
dan di tandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah. Diabetes mellitus
tipe 1 dan 2 jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya
komplikasi pada beberapa organ tubuh berupa diabetic neuropati, nefropati,
kardiopati, angiopati dan makrovaskuler. Diabetes mellitus yang tidak
terkontrol dengan baik akan menimbulkan manifestasi di rongga mulut,
diantaranya adalah: xerostomia, burning mouth syndrome, kandidiasis,
infeksi bakteri, gingivitis, periodontitis dan pembesaran kelenjar saliva.
Secara radiografi penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol dapat
ditemukan adanya pelebaran celah ligamen periodontal, resorbsi tulang
alveolar pada rahang atas dan rahang bawah serta adanya mobiliti gigi yang
lama kelamaan akan mengakibatkan kehilangan gigi.32
Kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) dapat menekan
respons imun host dan menyebabkan penyembuhan luka yang tidak baik
serta infeksi berulang. Kadar HbA1c normal pada bukan penderita diabetes
antara 4% sampai dengan 6%. Beberapa studi menunjukkan bahwa diabetes
yang tidak terkontrol akan mengakibatkan timbulnya komplikasi, untuk itu
pada penderita diabetes kadar HbA1c ditargetkan kurang dari 7%. Semakin
tinggi kadar HbA1c maka semakin tinggi pula resiko timbulnya komplikasi,
demikian pula sebaliknya.17,34
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
POPULASI
Subyek Yang Diteliti
Ca
Jjj
Candida albicans
H 1. Oral hygiene
2. PH dan nutrisi
3. Suhu dan anaerob
4. Pemakaian Antibiotik
K
Penderita
Diabetes Mellitus
1 1 1. Faktor Keturunan
2. Virus dan Bakteri
3. Bahan Toksik atau
Beracun
4. Nutrisi
Pemeriksaan HbA1c
1. HbA1c > 7,0%
2. Glukosa Darah Tidak
Terkontrol
2
Perubahan Mukosa Mulut
Adanya Bercak Putih pada Dorsal Lidah
Koloni Candida albicans
Keterangan :
 Variabel sebab : Diabetes mellitus yang tidak terkontrol kadar glukosa darahnya.
 Variabel akibat : Pertumbuhan jamur Candida albicans.
BAB IV
METODE PENELITIAN
IV.1 Jenis Penelitian
: Jenis penelitian ini yaitu Observasi laboratoris
IV.2 Rancangan Penelitian
: Rancangan penelitian ini merupakan bentuk
(cross
sectional study)
IV.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RS.DR.Wahidin Sudirohusodo,
Universitas Hasanuddin Makassar

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Unhas
Makassar
IV.4 Waktu Penelitian
: Juli – Agustus 2010
IV.5 Populasi
: Pasien diabetes mellitus.
IV.6 Sampling
 Metode Sampling
: Sampling jenuh, yaitu dengan mengukur
semua populasi yang memenuhi kriteria
untuk dijadikan sampel.
 Kriteria Inklusi
:
 Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol.
 HbA1c lebih dari 7,0%.
 Berumur 34 sampai 69 tahun.
 Tidak terdapat infeksi atau keganasan pada rongga mulut.
 Kriteria Eksklusi

:
Menolak untuk diperiksa.
IV.7 Jumlah Sampel
: Setelah melalui kriteria inklusi dan eksklusi
Maka didapatkan jumlah sampel sebanyak 30
orang.
IV.8 Metode Sampling
Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Porposive sampling. Hal ini dimaksudkan apabila peneliti
mempunyai kriteria tertentu dalam pengambilan sampelnya.
IV.9 Data
a) Jenis Data
: Data primer yaitu data yang diperoleh
langsung dari peneliti.
b) Pengolahan Data : Menggunakan Metode Spss Versi 16,0
c) Penyajian Data
: Dalam bentuk table
d) Analisa data
: Uji korelasi pearson
IV.10 Alat dan Bahan :
a. Kapas lidi steril
b. NaCl fisiologis (NaCl 0,9 %)
c. Betadine
d. Mirror (Kaca mulut)
e. Handscone
f. Masker
g. Near becken
h. Labu elenmeyer
i. Cawan petri (Glass plate)
j. Inkubator
k. Tabung reaksi
l. Autoclave
m. Saboroud’s dextrose agar
n. Apusan Mukosa lidah.
Gambar 4.1 alat dan bahan yang digunakan.
Gambar 4.2 autoclave
Keterangan :

Kapas lidi
: Digunakan untuk pengambilan apusan di rongga mulut.

Cawan petri
: Wadah digunakan untuk membiakkan sel (jamur C.albicans).

Tabung reaksi
: Sebagai tempat untuk NaCl fisiologis (NaCl 0,9 %).

Saboroud’s dextrose agar : Sebagai medium khusus untuk memacu pertumbuhan jamur.

Labu elenmeyer
: Berfungsi untuk menampung larutan NaCl fisiologis (NaCl 0.9%)

Autoclave
: Fungsinya untuk mensterilkan ber/bagai macam alat dan bahan
yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi.
Gambar 4.3 Inkubator
Keterangan :

Inkubator : alat yang digunakan untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu
yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu.
Di dalam laboratorium mikrobiologi digunakan untuk menumbuhkan ragi dan
jamur pada suhu 200-370C selama 2 x 24 jam.
IV.11 Definisi Operasional
a. Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
penurunan sekresi insulin yang progresif dilatarbelakangi oleh resistensi insulin.
b. Candida albicans sendiri merupakan flora normal rongga mulut, namun jika
melampaui ambang normal maka akan menyebabkan infeksi pada penderita.
c. HbA1c adalah bagian dari sel darah merah yang mengangkut oksigen, salah satu
jeis dari Hb adalah HbA dan HbA1c merupakan subtipe spesifik dari Hb.
Semakin tinggi kadar glukosa darah akan semakin cepat HbA1c terbentuk, yang
mengakibatkan tingginya kadar HbA1c. HbA1c digunakan untuk memantau
keadaan glikemik untuk kurun waktu 2-3 bulan yang lampau.
d. Apusan Candida albicans pada dorsal lidah pada pasien diabetes mellitus yang
tidak terkontrol.
IV.12 Prosedur Penelitian :
Penelitian dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
1. Meminta persetujuan subyek penelitian untuk mengikuti penelitian, apabila
sampel menyetujui maka penelitian dilakukan
2. Pengambilan sampel berupa apusan lidah dilakukan pada pasien Diabetes
mellitus
3. Subyek diminta untuk menelan sebelum pengambilan sampel, untuk
mengurangi saliva pada lidah sehingga mudah dilakukan pengerokan
4. Subyek diminta untuk membuka mulut, kemudian dorsal lidah di bersihkan
untuk membersihkan lidah dari debris (sisa makanan) yang menempel di lidah
5. Pengambilan apusan dilakukan dengan kapas lidi steril dengan cara mengerok
bagian dorsal lidah, kemudian apusan diletakkan pada medium agar
sabaround secara spiral yang di sediakan
6. Apusan dari lidah kemudian dimasukkan diinkubator untuk diinkubasi pada
suhu 200-370C selama 2 x 24 jam.
7. Data hasil apusan pada dorsal lidah sampel dikumpulkan dan selanjutnya di
analisis dan disajikan dalam bentuk tabel.
IV.12 Alur Penelitian :
Penelitian dilakukan di
RS.DR.Wahidin Sudirohusodo
Pemilihan subyek pasien Diabetes
mellitus
1. Dengan pemeriksaan HbA1c
2. Kadar glukosa darah > 7,0 %
opPersiapan sebelum pengambilan sampel:
11 1. Subyek diminta untuk menelan ludah
untuk
3. mengurangi saliva pada lidah
sehingga mudah dilakukan pengerokan.
2
22 2. Pembersihan lidah untuk
membersihkan
debris (sisa
4. Kadar glukosa
darahmakanan)
> 7,0%
pada lidah.
2
2
Pengambilan sampel :
pp
Pengambilan apusan candida
dengan menggunakan :
kapas lidi steril
NaCl Fisiologis
(NaCl 0,9 %)
Sabaroad Dextrasic Agar
Analisa statistic
Hasil
xtrasic Agar
BAB V
HASIL PENELITIAN
Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan kadar glukosa dengan
pertumbuhan C.albicans pada penderita diabetes mellitus yang terdiri dari 30
orang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.1 Jumlah Koloni C.albicans pada mukosa mulut.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Usia (tahun)
63
46
36
40
48
42
63
62
63
60
48
48
61
54
66
69
45
55
41
55
34
50
59
64
Jumlah Koloni
78
116
5
82
22
33
16
6
19
4
25
11
21
126
5
7
3
13
31
3
80
39
10
5
25
26
27
28
29
30
44
53
42
63
58
45
1
57
16
61
180
54
Pada tabel 5.1 Menunjukkan total sampel dalam penelitian ini
terdiri dari 30 orang pasien diabetes mellitus yaitu 20 orang laki-laki (usia
36 tahun sampai 69 tahun) dan 10 perempuan (usia 34 tahun sampai 64
tahun). Sebanyak 100% yang positif tumbuh koloni Candida albicans pada
rongga mulut.
Tabel 5.2 Hubungan antara HbA1c dengan pertumbuhan C.albican
Correlations
kol
kol
hba1c
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
1
30
.413*
.023
30
hba1c
.413*
.023
30
1
30
*. Correlation is s ignificant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui hasil uji korelasi
person diperoleh nilai p=0,023 (p<0,05) yang berarti ada hubungan antara
HbA1c dengan koloni jamur candida albicans dengan kekuatan hubungan
(r) = 0,413 yang berarti sedang. Hal ini berarti semakin tinggi HbA1c maka
semakin tinggi juga jumlah pertumbuhan jamur c albicans.
Tabel 5.3 Rata-rata kadar HbA1c dan rata-rata koloni C.albicans
Descriptive Statistics
N
hba1c
kol
Valid N (listwise)
30
30
30
Minimum
7.5
1
Maximum
13.5
126
Mean
9.870
33.30
Std. Deviation
1.7585
35.573
Berdasarkan Tabel diatas, menunjukkan bahwa rata – rata kadar
HbA1c responden adalah 9,87 dengan standar deviasi 1,78 sedangkan rata –
rata koloni jamur candida albicans adalah 33,3 dengan
standar deviasi
35,57.
Tabel 5.4 Jenis kelamin pasien
Frequency
Percent
20
66,7
Perempuan
10
33,3
Total
30
100.0
Valid Laki-laki
Berdasarkan tabel diatas, maka diketahui pasien diabetes mellitus
yang berjenis kelamin laki-laki 20 orang (66,7%) dan perempuan 10 orang
(33,3%), berarti jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
Tabel 5.5 Kelompok umur pasien
Valid
Frequency
Percent
< 40 tahun
2
6.7
>=40 tahun
28
93.3
Total
30
100.0
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa kelompok umur
pasien diabetes mellitus yang umurnya < 40 tahun adalah 2 orang (6,7%)
sedangkan yang umurnya >=40 adalah 28 orang (93.3%), maka diketahui
kelompok umur pasien diabetes mellitus rata-rata >=40 tahun.
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa kelompok umur
pasien diabetes mellitus yang umurnya < 40 tahun adalah 2 orang (6,7%)
sedangkan yang umurnya > = 40 adalah 28 orang (93.3%), maka diketahui
kelompok umur pasien diabetes mellitus rata-rata > = 40 tahun.
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada penderita diabetes mellitus yang
berobat di RS. Wahidin Sudirohusodo. Empat puluh lima penderita diabetes
mellitus diminta untuk berpatispasi dalam penelitian ini, setelah diberi
penjelasan mengenai tujuan penelitian hanya 30 orang yang bersedia untuk
berpatisipasi dalam penelitian ini. Alasan utama tidak berpatisipasi dalam
penelitian ini adalah tidak tertarik dan dalam keadaan sakit.
Sampel dalam penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus
yang berobat di RS. Wahidin Sudirohusodo. Total sampel dalam penelitian
ini terdiri dari 30 pasien diabetes mellitus yaitu 20 laki-laki berusia 36 tahun
sampai 69 tahun dan 10 perempuan berusia 34 tahun sampai 64 tahun.
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik
yang karakteristik ditandai dengan hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia
kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang seperti:
disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf,
jantung dan pembuluh darah. 17
Penyakit diabetes mellitus dapat ditandai dengan berbagai macam
gejala, dari gejala yang khas seperti: banyak minum, banyak makan, lemas,
berat badan turun drastis, sampai luka yang sukar sembuh, gatal, kesemutan
dan kesadaran yang menurun. Gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan
glukosa darah sewaktu
> 200 mg/dL atau glukosa darah puasa ≥ 126
mg/dLsudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.17
Pada orang normal hanya sebagian kecil fraksi hemoglobin yang
akan mengalami glikosilasi, yaitu sekitar 5%, artinya glukosa terikat pada
hemoglobin melalui proses non enzimatik dan bersifat ireversible. Pada
penderita DM, glikosilasi hemoglobin meningkat secara proporsional dengan
kadar rata-rata glukosa darah selama 8-10 minggu terakhir. Bila kadar
glukosa darah berada dalam kisaran normal antara 70-140 mg/dl selama 8-10
minggu terakhir, maka hasil tes HbA1c akan menunjukkan nilai normal.
Pemeriksaan HbA1c dipengaruhi oleh anemia berat, kehamilan, gagal ginjal
dan hemoglobinopati.17
Hasil pemeriksaan HbA1c merupakan pemeriksaan tunggal
yang sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka
panjang dan
berguna pada semua tipe penderita DM. Nilai HbA1c juga merupakan
prediktor terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi diabetes. Beberapa
studi
menunjukkan
bahwa
diabetes
yang
tidak
terkontrol
mengakibatkan timbulnya komplikasi, untuk itu pada penderita
akan
diabetes
kadar HbA1c ditargetkan kurang dari 7%. Semakin tinggi kadar HbA1c
maka semakin tinggi pula resiko timbulnya komplikasi, demikian pula
sebaliknya.17
Pada penderita yang terkontrol, tidak terdapat manifestasi dalam
rongga mulut, tetapi sederetan simtom mungkin muncul sebelum diagnosis
dilakukan atau terdapat pada penderita diabetes dengan kontrol glikemik
yang tidak baik. Tanda-tanda dan gejala oral meliputi perasaan kering pada
mulut, kandidiasis, penyakit periodontal, sialosis serta rasa terbakar pada
mulut. Pada penderita mungkin juga terjadi reaksi lichenoid pada mukosa
mulut sebagai akibat obat-obat hipoglikemik oral.35
Candida albicans sering ditemukan di dalam mulut, feses, kulit dan
di bawah kuku orang sehat. Candida albicans dapat membentuk blastospora
dan hifa, baik dalam biakan maupun dalam tubuh. Prevalensi infeksi candida
albicans pada manusia dihubungkan dengan kekebalan tubuh yang menurun,
sehingga invasi dapat terjadi.25
Diagnosis untuk menegakkan candidiasis, dibutuhkan penilaian
asosiasi gambaran klinis dengan uji diagnostik untuk mengisolasi dan
mengidentifikasi. Pada pemeriksaan langsung ini candida albicans dapat
terlihat sebagai blastospora atau hifa. Biakan media yang digunakan adalah
agar dekstosa saboraud, biakan diinkubasi pada suhu kamar dan sesudah tiga
hari telah tampak koloni candida berwarna putih kekuningan, menimbul dan
mempunyai bau yang khas.
Pada sampel penelitian yang memenuhi kriteria dilakukan apusan
pada mukosa mulut dengan menggunakan kapas lidi steril. Selanjutnya,
dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi Nacl 0,9% kemudian ditanam
pada media pertumbuhan jamur (saboround’s dextrose agar) yang telah
disediakan. Setelah itu, dimasukkan di inkubator untuk diinkubasi pada suhu
200 – 370C dan pertumbuhan jamur diamati setelah 2 x 24 jam. Selanjutnya
diamati pertumbuhan Candida albicans rongga mulut atau dapat dengan
menghitung jumlah koloni. Data dianalisa dalam bentuk prosentase, yaitu
seberapa besar dari sampel yang terdapat pertumbuhan C.albicans di rongga
mulut.
Gambar 6.1 Menunjukkan positif tumbuhnya koloni Candida albicans pada apusan oral
Berdasarkan pengamatan peneliti, sampel tersebut positif tumbuh
koloni C.albicans pada apusan rongga mulut, yang mana HbA1c nya adalah
11,5% dan jumlah koloni C.albicans adalah 78. Yang berarti semakin
meningkatnya HbA1c maka pertumbuhan C.albicans juga meningkat.
Gambar 6.2 Menunjukkan positif tumbuhnya koloni Candida albicans pada apusan oral
Berdasarkan pengamatan peneliti, sampel tersebut positif tumbuh
koloni Candida albicans pada apusan rongga mulut, HbA1c nya adalah
11,2% dan jumlah koloni candida albicans adalah 31. Setelah dilakukan
pemeriksaan pada pasien kadar glukosa darah meningkat tapi oral higiene
terjaga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji korelasi person diperoleh
nilai p=0,023 (p<0,05) yang berarti ada hubungan antara kadar glukosa
darah dengan pertumbuhan jamur C.albicans dengan kekuatan hubungan (r)
= 0,413 yang
berarti sedang. Hal ini berarti semakin meningkat kadar
glukosa darah maka semakin meningkat juga jumlah pertumbuhan jamur
Candida albicans pada pasien diabetes mellitus.
Pada beberapa kasus diatas, ditemukan jumlah koloni candida
albicans setelah dilakukan perhitungan koloni candida albicans pada cawan
petri dan setelah dilakukan pemeriksaan, terdapat hal-hal lain yang
berpengaruh pada perbedaan jumlah pertumbuhan koloni candida albicans
setiap sampel yaitu tingkat kebersihan rongga mulut (oral hygiene) dan
tergantung dari rata-rata kadar glukosa darah pada pasien.
Gambar 6.3 sebelum pengambilan apusan pada rongga mulut pasien DM
Moniliasis atau thrush, penyakit ini disebabkan oleh jamur yang
menyerang selaput lendir. Penyakit akut dari jenis ini, penyebabnya adalah
jamur candida albicans terdapat pada orang dewasa yang tubuhnya lemah.
Jamur candida albicans ini yang pertumbuhannya dipelihara dibawah
pengaturan keseimbangan bakteri yang normal. Tidak terkontrolnya
pertumbuhan candida albicans karena penggunaan kortikosteroid dalam
jangka waktu yang lama dan penggunaan obat-obatan yang menekan sistem
imun serta penyakit yang menyerang sistem imun seperti acquired
Immnunodeficiency Sindrome (AIDS). meskipun bisa juga karena gangguan
keseimbangan mikroorganisme dalam mulut yang biasanya dihubungkan
dengan penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol.30
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kumar BV dkk (2005) dengan
menggunakan sampel saliva yang dikumpulkan dari mulut pasien diabetes
mellitus diantara jam 9 hingga jam 1 siang kemudian di inkubasi selama 48
jam pada suhu 370C menunjukkan bahwa Candida albicans lebih banyak
ditemukan pada pasien diabetes mellitus tidak terkontrol sekitar 82,50%
dibandingkan dengan pasien yang terkontrol.36
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
VII.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka penulis menarik simpulan
dari penelitian ini yaitu :

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat adanya hubungan antara kadar
glukosa darah dengan pertumbuhan jamur candida albicans pada penderita
diabetes mellitus.

Jumlah koloni Candida albicans mempunyai hubungan yang lebih
signifikan pada penderita diabetes mellitus tidak terkontrol dibandingkan
dengan diabetes yang terkontrol. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan
kadar glukosa darah yang menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
terjadinya pathogen Candida albicans pada rongga mulut.

Uji korelasi person diperoleh nilai p=0,023 (p<0,05) yang berarti ada
hubungan
antara kadar glukosa darah dengan pertumbuhan jamur
C.albicans dengan kekuatan hubungan (r) = 0,413 yang berarti sedang.
Hal ini berarti semakin meningkat kadar glukosa darah maka semakin
meningkat juga jumlah pertumbuhan jamur Candida albicans pada pasien
diabetes mellitus.
VII.2 Saran

Dokter gigi hendaknya mempunyai pengetahuan yang cukup
mengenai manifestasi oral dari diabetes mellitus sehingga dapat
melakukan perawatan gigi dan mulut pada penderita diabetes mellitus
dengan tepat.

Hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai candida
albicans pada penderita yang mengalami diabetes mellitus yang tidak
terkontrol.

Dianjurkan pada penderita diabetes mellitus agar selalu menjaga OH,
karena candida albicans berdampak sistemik.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Surya, Budi Dharma, Yuni Harlinawati.2006.Taklukkan Diabetes dengan
Yoga.jakarta:Penerbit Puspa Swara.Cetakan 1:P.1-2
2.
Framework rumi,Joomla.2007.Tes-hba1c-untuk-cek-rata-rata-kadar-gula-
darah.htmlAnonim.2007.Available from URL :
http://www.prodiakalimantan.com/pemeriksaan/61-tes-hba1c-untuk-cek-ratarata-kadar-gula-darah.html. Accessed : Mey, 01 2010. Makassar
3.
Diabetes mellitus. Available from URL:
http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes-mellitus.html Accessed: Desember 11
2009 Makassar
4.
Sustrani L, Alam s, Hadibroto I. 2004.Diabetes. Penerbit PT Gramedia
Pustaka utama, Jakarta.P.13,20,21
5.
Greenberg,,Glick M.1994.Burket’s Oral medicine diagnosis dan
treatment.P.563-565
6.
Hernawati.2004.perubahan kadar glukosa darah dan glukosa saliva terhadap
keberadaan candida albicans pada penderita DM teregulasi dan tidak
teregulasi. Available from URL:
http://jurnal.dikti.go.id/jurnal/detil/id/2:486/g.html. Accessed : Maret 14 2011
7.
Artanto sidna.2008.Candidiasis dan pathogenesis. Available from URL :
http://adasidna.blogspot.com/2008/03/candidiasis-patogenesis-dan.html.
Accessed : Desember 11 2009. Makassar
8.
Bunda.2010.Diabetes mellitus. Available from URL :
http://bundahusada.com/2010/08/01/diabetes-melitus-adakan-cirinya-padaanda/.html. Accessed : Januari 26 2011. Makassar
9.
Kurt j. isselbacher (et al). 2000. Harrison prinsip-prinsip ilmu penyakit
dalam. Ed. 13. Jakarta: EGC;P. 2196 – 2197
10.
Price,Sylvia Anderson.2005.Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit ed.6.vol.2.Jakarta:EGC.P.1259 – 1263
11.
Godam.2006.informasi diabetes mellitus. Available from URL :
http://www.google.co.id/custom?domains=organisasi.org&q=informasi+diab
etes+mellitus&sitesearch=organisasi.org&sa. Accessed : Desember 11 2009.
Makassar
12.
Yusuf irawan.2004.Genetik molekuler diabetes mellitus tipe 2. Jurnal medika
nusantara.Vol 25.P.153,157,159
13.
Faigin, Rob. 2001. Meningkatkan hormone secara alami. Ed.1.cet. 1. Jakarta;
PT Raja grafindo persada.P.89-91
14.
Mansjoer Arif.2000.Kapita selecta kedokteran.ed.3.cet.1.Jakarta:media
Aesculapius.P.580-583
15.
Underwood ,J.C.E.1999. Patologi umum dan sistemik.ed.2. Jakarta; EGC.P.
538 – 539
16.
Pestarotua.2005.Diabetes mellitus. Available from URL :
http://Pestaunipa.blogspot.com/. Accessed Desember 11 2009
17.
Dr.Hendra Utama.1995.penatalaksanaan Diabetes mellitus Terpadu.Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: P.122
18.
Pankreas. Available from URL : http://id.wikipedia.org/wiki/pankreas.
Accessed Maret 21 2011. Makassar
19.
Guyton,Arthur C.1990.Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit (Human
physiology
and
mechanism
of
desease);Alih
bahasa,
Petrus
adrianto.ed.3.Jakarta:EGC:P.699-707
20.
E.R.C.D.2009. Candida albicans. Available from URL :
http://ercd.blogspot.com/2009/06/candida-albicans-adalah-anggota-flora.html.
Accessed : Juni 02 2009. Makassar
21.
Wulandari I.2008.Candida albicans. Available from URL :
http://www.treatmentsforhealth.com/yeastininfectioninmounth2.html.
Accessed : Oktober 20 2008
22.
Winasa, I gede.1995.Prevalensi candida albicans pada panti werda
bali.Majalah kesehatn gigi Indonesia.the Indonesian journal of dental
health;P.24-25
23.
Winasa, I gede. 1995. Pertahanan umum pada kandidiasis rongga mulut.
Majalah kesehatan gigi Indonesia. The Indonesian journal of dental
health:P.18
24.
Larnani, sri.2005. adhesi candida albicans pada rongga mulut. Fakultas
kedokteran gigi Universitas Gadjah mada.;P. 369 - 370
25.
Riana C.2006.Karakteristik Candida albicans. Available from URL
http://www.kalbe.co.id/karakteristik-biologik-C.albicans.Pdf. Accessed :
28 oktober 2010. Makassar
26.
Candidiasis.2011. Available from URL :
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.wrongdiagnosis.com/
phil/images/1217.jpg&imgrefurl=http://www.wrongdiagnosis.com/phil/ht
ml/candidiasis/1217.html. Accessed : Januari 26 2011. Makasssar.
27.
Dinda.2008. aktivitas antimikroba. Available from URL
http://medicafarma.blogspot.com/2008/11/aktivitas-antimikroba.html.
Accessed : Maret 11 2009. Makassar
28.
Jawetz, Meknik, Adelberg. 1996. Mikrobiologi kedokteran. Jakarta: EGC;
P.627
29.
Teknomobi.2009.Gigi dan mulut. Available from URL:
http://www.candidiasis-yang-sering-disebut-trush-22 html. Accessed :
Desember 11 2009. Makassar
30.
Ade baswin. 2009. Indoskripsi infeksi jamur dimulut. Available from URL:
http://www.one.indoskripsi.com/infeksi-jamur-dimulut.html. Accessed :
Desember 2009. Makassar
31.
Langlais, Robert P. 1998. Atlas berwarna kelainan rongga mulut yang lazim.
Editor, Lilian Juwono,Jakarta; Penerbit Hipokrates.P. 35,69-105.
32.
Anjar
N.2008.Easy
Pediatrics.Available
from
URL:
http://easypediatrics.com/oral-candidiasis.html. Accessed : oktober 28 2010
33.
Irfan Z.S.L.2008.Gambaran Radiografi Diabetes Mellitus Di Rongga Mulut Available
from URL http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8569/html.
Accessed : Juni 20 2010. Makassar
34.
Peter F. Fedi, R.Arthur, John Gray L.2004.Silabus Periodonti.Penerbit buku
kedokteran,EGC. Jakarta: P.23
35.
Lewis, Michael.A.G.1998.Tinjauan
1.Jakarta:Widya Medika;P.84
36.
Kumar BV.dkk.2005. Prevalence of Candida in the oral Cavities of Diabetics
subjects. JAPI. Available from URL : http://japi.org.html. Accessed : April 10
2011. Makassar
Klinis
Penyakit
Mulut.cetakan
DATA PASIEN DIABETES MELLITUS
Umur
Jenis
(thn) Kelamin
Kadar
HbA1c
GDS
Jumlah
koloni
Agama
L
8,9%
124
5
Islam
58
L
13%
380
180
islam
Bpk.Drs.Mochtar
Said
63
L
10,8%
365
61
islam
4
Bpk. Rahman Ropu
53
L
8,4%
186
57
Islam
5
Bpk. Abdul azis
44
L
7,8%
160
1
islam
6
Bpk Laode manne
59
L
8,2%
396
10
islam
7
Ny.st. Rabiah
badullah
64
P
12,41%
219
5
islam
8
Bpk s. budiono
50
L
10,5%
262
39
islam
9
Bpk Djalindu
Bintola sm.Th
55
L
7,7%
231
13
kristen
10
Ny Sitti ara
34
P
12,1%
446
Jl Adyaksa baru
kel.pandang mkssr
80
islam
11
Bpk Mirda
ST.SPd.MPD
42
L
8,3%
230
Jl Tamalatea VII
16
islam
12
Ny. Hapsah
54
P
8,5%
390
Kompleks Pemda
126
Islam
13
Ny.mariaty S.Pd
45
P
13,5%
623
BTN halimah 97
54
kristen
14
DRS.syamsuddin H
66
L
9.3%
254
Jl Gajah 28 Pinrang
5
islam
15
NY.St,Handrawati
45
P
7,6%
218
Jl.sahabat no 3
3
islam
16
Bpk lami munte
69
L
7,5%
228
Jl maros
7
kristen
No
Nama
1
Bpk Hamzah.B
36
2
Bpk. Hi tawakal
3
Alamat
Jl. Panangi camba
(maros)
Jl. Blok halimah
no.3
Jl. Ujung borilama
IV no.8
Jl. Bontokassi
takalar
Jl. Pampang
Kec.lorong 8 mkssr
Jl. Tamalatea 5
tapak 9 no.92
Perumahan dosen
A1 no.3
BTN koperasi mitra
mas blok E no.1
Jl. poso tentenacendrawasih mkssr
Tanggal
Pemeriksaan
17 Juli
2010
19 Juli
2010
19 Juli
2010
22 Juli
2010
23 Juli
2010
27 Juli
2010
28 Juli
2010
29 Juli
2010
30 Juli
2010
02
agustus
2010
11
agustus
2010
12
agustus
2010
13
agustus
2010
18
agustus
2010
18
agustus
2010
18
agustus
2010
17
Ny.sitti hadijah
41
P
11,2%
600
Jeneponto
31
islam
18
Muhammad tachir
62
L
10,2%
393
BTP No 434
6
islam
440
JL.bilawayya
panaikang
4
islam
19
Bpk subakna
60
L
12,1%
20
Bpk Mahmud
liwang
48
L
7,7%
124
21
Ny. Ratna
48
P
10,5
289
Desa pelambua
kec.pamalaa
kab.kolaka
Jl. Batang ngaseng
perumahan mitra
mas
22
Bpk Moe
amiruddin HR
55
L
8,8%
398
BTP Blok J 20
23
Bpk burhanuddin
abdu
42
L
10,2%
385
24
Bpk Muhammad
amir
48
L
9,5%
245
25
Bpk witmann
lumba
40
L
9,7%
354
Kalumpang desa
balla enrekang
Jl soppeng raya
blok ¼ sudiang
mkssr
Jl. Imam bonjol
salakan bangkep
(sulteng)
26
Bpk kasiang
pasayuddin
61
L
9,5%
252
27
Ny. Hj sainabe
63
L
9,5%
209
11
islam
25
islam
3
islam
33
Islam
22
islam
82
kristen
Nusa tamalanrea
indah
21
Islam
Jl DR wahidin
sudirohusodo
19
islam
78
islam
16
islam
116
islam
28
Ny.hj st. berlian
53
P
11,5%
418
29
Bpk Hamzah
63
L
8,6%
199
Jl bung permai B
10/A makassar
Sulili
timurpalateang
pinrang
30
Ny.Hawania dg
Tenne
65
P
12,3%
460
Jl panassa Lr 99 No
01 makassar
19
agustus
2010
19
agustus
2010
24
agustus
2010
25
agustus
2010
25
agustus
2010
26
agustus
2010
26
agustus
2010
26
agustus
2010
27
agustus
2010
30
agustus
2010
30
agustus
2010
25
agustus
2010
30
agustus
2010
30
agustus
2010
Download