HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Pemeriksaan Fisik dan Jantung Hasil pemeriksaan fisik yang meliputi suhu tubuh, frekuensi nafas dan frekuensi jantung menunjukkan bahwa kelima hewan yang digunakan dalam keadaan sehat (Tabel 6). Begitu pula dengan hasil pengukuran tekanan darah, sistem konduksi listrik jantung (EKG) dan pemeriksaan awal USG menunjukkan bahwa semua hasil pengukuran dan pengamatan berada dalam kisaran normal (Tabel 6). Tabel 6. Rata-rata suhu tubuh, frekuensi nafas, frekuensi jantung, tekanan darah dan EKG kelima anjing kampung sebelum perlakuan pemberian obat bius Suhu tubuh (0C) Frekuensi nafas jantung (x/menit) Sistol Tekanan darah Diastol MAP Kelompok A1 39.2 31 118 135 85 116 A2 38.9 27 139 135 85 120 A3 38.3 21 115 155 85 102 A4 38.9 31 139 155 85 113 A5 39,0 32 120 140 85 110 110-40* 140+15* 79 +13* 120* Nilai 37,8-39,5* 20-30* Referensi * Sumber : Tilley & Smith ( 1997 ). EKG USG Nor mal Nor mal Nor mal Nor mal Nor mal Nor mal Nor mal Nor mal Nor mal Nor mal Nor mal Nor mal Ket: A1 anjing pertama, A2 anjing kedua, A3 anjing ketiga, A4 anjing keempat,A5 anjing kelima, MAP=Mean Arterial Pressure, EKG=Elektrokardiografi, USG=Ultrasonografi Setelah kelima ekor anjing dinyatakan sehat, maka dilakukan pemeriksaan ekhokardiografi M-mode dan didapatkan hasil pengamatan sebagai berikut : Pengamatan Parameter Ekhokardiografi M-mode Heart Rate (HR ) Heart rate atau frekuensi jantung adalah periode akhir dari kontraksi jantung sampai akhir kontraksi berikutnya dihitung per menit. Frekuensi 39 jantung dihitung dengan cara mengukur antara dua gelombang R pada tampilan elektrokardiografi pada layar monitor (Gambar 21). Tabel 7. Pengamatan frekuensi jantung anjing setelah perlakuan pemberian Xylazine-Ketamine dan ZolazepamTiletamine Pengamatan frekuensi jantung (x/menit) Menit Xylazine-Ketamine Zolazepam-Tiletamine 0 85+12 85+12 5 84+28 164+18 10 75+14 182+20 20 64+23 185+41 30 61+24 187+29 40 60+28 186+24 50 60+26 187+14 60 60+21 183+24 Frekuensi Jantung (kali) 250 200 150 100 50 0 0 20 40 60 Durasi Obat Bius (menit) Xylazine-Ketamine Zolazepam-Teletamin Gambar 22. Pengamatan Frekuensi Jantung Anjing setelah Perlakuan Pemberian Xylazine-Ketamine dan Zolazepam-Teletamine Pada pemberian kombinasi xylazine-ketamine terlihat penurunan frekuensi jantung yang dimulai pada menit ke 5 dan berlanjut sampai menit ke 60 (Gambar 22). Hal ini disebabkan norepinephrine yang dilepaskan dari kantong sinaptik karena pemberian xylazine akan menyeberangi ruang sinaptik (synaptic space) dan berikatan dengan reseptor posinaptik pada 40 organ efektor (alpha-1 reseptor) yang akan menstimulasi pelepasan norepinephrine sehingga terjadi peningkatan frekuensi jantung sedangkan pada presinaptik reseptor (alpha-2 reseptor) pada ujung saraf xylazine akan menghambat pelepasan norepinephrine yang berdampak pada penurunan frekuensi jantung (Gambar 13) (Mycek, Harvey and Champe 1997). Karena efek xylazine lebih dominan pada reseptor alpha-2, maka pemberian xylazine lebih berdampak pada penurunan frekuensi jantung (Seymour dan Novakovski 2007), sedangkan ketamine mempunyai efek meningkatkan kontraksi dan spasmus otot. Efek ketamine pada sistem kardiovaskular akan meningkatkan frekuensi jantung dan kombinasi dengan alpha-2 agonis seperti xylazine akan menurunkan efek dari ketamine tersebut (Seymour and Novakovski 2007), sehingga pada pemberian kombinasi xylazineketamine akan menyebabkan penurunan dari frekuensi jantung (P<0,05). Pertiwi (2004) menyatakan bahwa pemberian kombinasi atropin sulfas-xylazine-ketamine pada kucing akan menurunkan suhu tubuh yang diikuti dengan penurunan frekuensi nafas dan frekuensi jantung. Pada tahun 2010, Gorda et al menyatakan bahwa pemberian kombinasi xylazineketamine akan meningkatkan Capillary Refill Time (CRT) dan warna selaput lendir pada anjing. Kebalikan dengan efek kombinasi xylazine-ketamine, kombinasi zolazepam-tiletamine menyebabkan peningkatan frekuensi jantung sampai dengan 2 kali lipat pada menit ke 5 dan terus berada pada kisaran 180 kali/menit sampai dengan menit ke 60 (Gambar 22). Kombinasi zolazepamtiletamine merupakan sediaan short acting anastesi. Kombinasi zolazepamtiletamine mempunyai cara kerja yang sama dengan kombinasi diazepam dan ketamine (Seymour and Novakovski 2007), dimana efek ketamine akan merangsang pelepasan norepinephrine, sehingga menyebabkan terjadinya vasokonstriksi dari pembuluh darah yang berdampak pada terjadinya peningkatan frekuensi jantung (Plumb 2003). Karena cara kerja ketamine sama dengan tiletamine maka pemberian tiletamine akan meningkatkan frekuensi jantung, sedang diazepam termasuk pada golongan benzodiazepine (Mycek, et al. 1997) . Benzodiazepin bekerja pada reseptor 41 GABA, jika diazepam berikatan dengan GABA maka akan menyebabkan pembukaan kanal klorida, memungkinkan masuknya ion klorida masuk ke dalam sel, menyebabkan peningkatan potensial elektrik sepanjang membran sel dan menyebabkan sel sukar tereksitasi (Gunawan 2009). Benzodiazepine menyebabkan sedasi, hipnotik dan sedikit memiliki kemampuan analgesik (Mycek, et al. 1997), sehingga pemberian kombinasi zolazepam-tiletamine akan meningkatkan frekuensi jantung (P<0,05). Left ventricular posterior wall thickness at end-diastole (LVWd), left ventricular posterior wall thickness at end-systole (LVWs) Left ventricular posterior wall thickness at end-diastole (LVWd) yaitu ketebalan dinding ventrikel kiri bagian posterior saat akhir diastole, left ventricular posterior wall thickness at end-systole (LVWs) yaitu ketebalan dinding ventrikel kiri bagian posterior saat akhir systole. Otot jantung merupakan otot bergaris seperti pada otot sadar, perbedaannya terdapat pada serabutnya yang bercabang dan mengadakan anastomose (Pearce 2009). Serabut otot jantung dilapisi oleh membran dimana satu dan lainnya dihubungkan oleh satu lempengan yang dikenal dengan intercalate. Lempengan ini mempunyai tahan listrik yang rendah sehingga rangsangan listrik dapat mengalir dengan cepat melalui miokard (Udjianti 2010). Otot jantung memiliki kemampuan khusus untuk mengadakan kontraksi otomatis dan ritmis tanpa tergantung pada ada tidaknya rangsangan saraf. Cara kerja semacam ini disebut miogenik yang membedakannya dengan neurogenik. Dalam keadaan normal gerakan jantung dikendalikan saraf yang mempersarafinya (Pearce 2009). Meskipun gerakan jantung bersifat ritmis, tetapi kecepatan kontraksi dipengaruhi rangsangan yang sampai pada jantung melalui saraf vagus dan simpatis. Pengaruh sistem simpatis ini mempercepat irama jantung, sedangkan pengaruh vagus yang merupakan bagian dari sistem parasimpatis menyebabkan gerakan jantung diperlambat atau dihambat (Pearce 2009). 42 Tabel 8. Pengamatan ketebalan dinding ventrikel kiri anjing setelah perlakuan pemberian Xylazine-Ketamine dan ZolazepamTiletamine LVWd (mm) XylazineZolazepamKetamine Tiletamine Menit 0 5 10 20 30 40 50 60 Keterangan: LVWd LVWs LVWs (mm) XylazineZolazepamKetamine Tiletamine 7,2+2 7,2+2 10,1+3 10,1+3 7,2+2 7,3+1 7,0+2 6,9+1 6,7+2 6,6+1 6,3+1 9,2+1 9,2+3 9,2+3 8,8+1 12,3+4 11,5+3 9,2+3 8,8+3 8,8+2 8,8+1 11,5+4 11,0+4 8,4+2 8,4+3 7,9+2 7,8+1 11,0+4 10,9+5 8,4+3 7,5+2 10,6+2 : Left ventricular posterior wall thickness at end-diastole : Left ventricular posterior wall thickness at end-systole LVWd (mm) 15 10 5 0 10 20 30 40 Durasi Obat Bius (menit) LVWd Xylazine-Ketamine 50 60 a LVWd Zolazepam-Teletamine LVWs (mm) 15 10 5 0 10 20 30 40 Durasi Obat Bius (menit) LVWs Xylazine-Ketamine 50 60 b LVWs Zolazepam-Teletamine Gambar 23. Pengamatan ketebalan dinding ventikel kiri anjing pada saat diastol (gbr. a) dan sistol (gbr. b) setelah perlakuan pemberian Xylazine- Ketamine dan Zolazepam-Tiletamine 43 Pemberian kombinasi xylazine-ketamine akan menurunkan nilai LVW baik pada saat end–diastole maupun end-sistole (Gambar 23a dan 23b). Hal ini disebabkan karena xylazine akan berikatan dengan alpha-2 reseptor yang akan menghambat pelepasan norepinephrine melalui penekanan pada sistem saraf simpatis (Mycek et al. 1997). Left ventricular posterior wall thickness baik dalam keadaan end diastole maupun end sistole bergantung pada kontraksi otot jantung melalui perangsangan dari sistem saraf simpatis (Conville dan Bassert 2002), sehingga pemberian xylazine dapat menurunkan kontraksi dari otot jantung. mempunyai efek Ketamine meningkatkan kontraksi dan spasmus otot, jika dikombinasikan dengan alpha-2 agonis seperti xylazine maka akan menurunkan efek dari ketamine tersebut (Seymour Novakovski 2007), sehingga pada pemberian kombinasi xylazine-ketamine akan menyebabkan penurunan nilai LVW baik pada saat end diastole maupun end sistole (P<0,05). Dari hasil pengamatan terlihat peningkatan nilai LVW baik pada saat diastole maupun sistole pada menit ke-5 setelah pemberian kombinasi zolazepam-tiletamine (Gambar 23a dan 23b). Peningkatan ini disebabkan karena ketamine mempunyai efek merangsang sistem kardiovaskular melalui efek perangsangannya pada pusat saraf simpatis (Gunawan 2009), yang akan mengakibatkan peningkatan kontraksi otot jantung, sedangkan diazepam bekerja lebih kepada sedasi (Mycek, Harvey and Champe 1997). Karena kombinasi zolazepam-tiletamine mempunyai mekanisme kerja yang sama dengan kombinasi diazepam dan ketamine (Seymour dan Novakovski 2007), sehingga pemberian kombinasi zolazepam-tiletamine dapat meningkatkan kontraksi otot jantung dan mengakibatkan peningkatan nilai LVW baik pada saat end-diastole maupun end-sistole (P<0,05). Left ventricular internal dimension at end-diastole (LVIDd), left ventricular internal dimension at end-systole (LVIDs) Left ventricular internal dimension at end-diastole (LVIDd) yaitu dimensi internal ruang ventrikel kiri saat akhir diastol, 44 left ventricular internal dimension at end-systole (LVIDs) yaitu dimensi internal ruang ventrikel kiri saat akhir sistol. Dimensi internal ruang ventrikel jantung sangat bergantung pada kontraktilitas dari sel-sel otot jantung yang dapat dipengaruhi oleh stimulasi saraf simpatis (Udjianti 2010). Dimensi internal ruang ventrikel jantung baik pada saat end-diastole maupun end-sistole akan mempengaruhi volume akhir diastolik (preload) dan volume akhir sistolik (afterload) (Udjianti 2010). Selisih antara preload dan afterload disebut dengan compliance jantung, yaitu kemampuan meregang atau mengembangnya kedua ventrikel (Udjianti 2010) Tabel 9. Pengamatan LVIDd & LVIDs anjing setelah perlakuan pemberian Xylazine-Ketamine dan Zolazepam -Tiletamine LVIDd (mm) LVIDs (mm) Complience Menit XylazineZolazepamXylazineZolazepamKetamine Tiletamine Ketamine Tiletamine 0 25,8+1 25,8+1 18,0+4 18,0+4 5 30,0+4 20,9+2 24,3+6 14,2+2 10 30,0+3 19,8+2 25,7+3 13,8+1 20 29,8+2 19,2+2 25,5+4 14,3+3 30 29,9+3 21,6+3 24,9+4 15,4+3 40 28,2+1 22,0+2 23,0+1 16,2+3 50 27,6+1 23,5+3 22,5+4 16,2+5 60 27,4+1 23,4+2 22,5+1 15,8+6 Keterangan : LVIDd : Left ventricular inter dimension at end-diastole LVIDs : Left ventricular inter dimension at end-systole XylazineKetamine 7,8 5,7 4,3 4,3 5.0 5,2 5,1 4,9 ZolazepamTiletamine 7,8 6,7 6,0 4,9 6,2 5,8 7,3 7,6 LVIDd (mm) 45 30 15 0 0 10 20 30 40 50 Durasi Obat Bius (menit) a LVIDd Xylazine-Ketamine LVIDd Zolazepam-Teletamine 45 60 LVIDs (mm) 45 30 15 0 0 10 20 30 40 Durasi Obat Bius (menit) LVIDs Xylazine-Ketamine 50 60 b LVIDs Zolazepam-Teletamine Gambar 24. Pengamatan LVIDd (a) dan LVIDs (b) anjing setelah perlakuan pemberian xylazine-ketamine dan zolazepam tiletamine Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa pemberian kombinasi xylazine-ketamine menyebabkan perluasan ruang dimensi internal ventrikel jantung baik saat diastol maupun sistol dimulai dari menit ke-5 sampai menit ke-30 pengamatan (Gambar 24a dan 24b). Dimensi internal ruang ventrikel kiri baik saat diastol maupun sistol tergantung pada kontraktilitas dari otot ventrikel jantung, sedangkan kontraktilitas otot jantung dipengaruhi oleh stimulasi saraf simpatis (Udjianti 2010). Pemberian xylazine akan menekan sistem saraf simpatis (Mycek et al. 1997). Karena efek penekanannya pada sistem saraf simpatis maka pemberian xylazine dapat menurunkan kontraktilitas otot jantung, sedangkan pemberian ketamine akan meningkatkan kontraksi otot, jika dikombinasikan dengan xylazine maka xylazine akan menurunkan efek dari ketamine (Seymour Novakovski 2007), sehingga pada pemberian kombinasi xylazine-ketamine akan mengakibatkan perluasan pada dimensi interna ruang ventrikel kiri pada saat diastol maupun sistol (P<0,05). Pada gambar 24a dan 24b, terlihat dengan pemberian kombinasi zolazepam-tiletamine terjadi penyempitan dari dimensi internal ruang ventrikel kiri pada saat diastol maupun sistol. Penyempitan ini sangat 46 bergantung pada kontraktilitas otot jantung yang dipengaruhi oleh stimulasi saraf simpatis (Udjianti 2010). Menurut Plumb (2003), pemberian tiletamine akan menstimulasi saraf simpatis pada sistem kardiovaskular, sedangkan zolazepam mempunyai efek lebih kepada muscle relaxant dan anticonvulsant (Seymour dan Novakovski 2007), sehingga pemberian kombinasi zolazepam-tiletamine akan meningkatkan kontraktilitas otot jantung yang mengakibatkan terjadi penyempitan dari dimensi internal ruang ventrikel kiri pada saat diastol maupun sistol (P<0,05). Interventricular septal thickness at end-diastole (IVSd), interventricular septal thickness at end- systole (IVSs) Interventricular septal thickness at end-diastole (IVSd) yaitu ketebalan dinding septa interventrikular saat akhir diastole, interventricular septal thickness at end- systole (IVSs) yaitu ketebalan dinding septa interventrikular saat akhir systole. Interventrikular septa adalah sekat yang memisahkan antara ventrikel kiri dengan ventrikel kanan. Tabel 10. Pengamatan ketebalan dinding septa intra ventrikel anjing setelah perlakuan pemberian Xylazine-Ketamine dan Zolazepam-Tiletamine IVSd (mm) XylazineZolazepamKetamine Tiletamine Menit 0 5 10 20 30 40 50 60 Keterangan: IVSd IVSs 6,6+2 6,3+1 6,4+1 6,1+1 5,6+1 6,4+1 6,0+1 6,1+2 6,6+2 6,8+1 7,4+3 7,1+2 7,1+2 6,5+2 6,5+1 6,3+1 IVSs (mm) XylazineZolazepamKetamine Tiletamine 9,8+1 8,1+3 7,3+1 7,1+2 7,5+1 7,6+2 7,4+1 7,9+2 : Interventricular septal thickness at end-diastole : Interventricular septal thickness at end-systole 47 9,8+1 9,0+2 8,6+2 8,6+2 8,6+3 8,6+2 8,3+2 8,3+2 12 IVSd (mm) 10 8 6 4 0 10 20 30 40 50 60 Durasi Obat Bius (menit) IVSd Xylazine-Ketamine IVSd Zolazepam-Tiletamine 0 30 12 IVSs (mm) 10 8 6 4 10 20 40 50 60 Durasi Obat Bius (menit) IVSs Xylazine-Ketamine IVSs Zolazepam-Tiletamine Gambar 25. Pengamatan IVSd dan IVSs anjing setelah perlakuan pemberian xylazine-ketamine dan zolazepam- tiletamine Dari hasil pengamatan parameter Inter Venticular Septa pada saat diastol tidak terlalu terpengaruh oleh pemberian kombinasi xylazine ketamine dan zolazepam-tiletamine (P>0,05), sedangkan pada saat sistol pemberian kombinasi xylazine-ketamine dan zolazepam-tiletamine cenderung menurunkan nilai IVSs (P>0,05) (Gambar 25). Penurunan nilai IVSs ini cenderung dipengaruhi secara pasif oleh kontraksi otot ventrikel (Left ventricular posterior wall), karena otot pada Interventricular septum tidak aktif bergerak dan hanya berfungsi sebagai dinding pembatas antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri. 48 Stroke volume ( SV) Stroke volume atau volume sekucup adalah jumlah darah yang dipompakan saat ventrikel satu kali berkontraksi, atau bisa juga sebagai perbedaan antara volume darah dalam ventrikel pada akhir diastolik dan volume sisa ventrikel pada akhir sistolik (end diastole volume – end sistole volume) (Udjianti 2010). Tabel 11. Pengamatan Stroke Volume anjing setelah perlakuan pemberian Xylazine-Ketamine dan Zolazepam-Tiletamine Stroke Volume (ml) Menit Xylazine-Ketamine Zolazepam-Tiletamine 0 13,0+3 13,0+3 5 13,0+4 5,5+3 5,4+1 10 13,2+6 20 13,6+4 6,5+2 30 14,3+3 6,8+1 6,9+3 40 14,0+4 50 13,5+3 7,5+2 60 13,0+2 8,3+1 16 Stroke Volume (ml) 14 12 10 8 6 4 0 10 20 30 40 50 60 Durasi Obat Bius (menit) Stroke Volume Xylazine-Ketamine Stroke Volume Zolazepam-Tiletamine Gambar 26. Pengamatan Stroke Volume (SV) anjing setelah perlakuan pemberian Xylazine-Ketamine dan Zolazepam-Tiletamine Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa pemberian kombinasi xylazine-ketamine menyebabkan peningkatan nilai stroke volume (Gambar 26). 49 Faktor utama yang terpenting dalam mengukur stroke volume adalah pembuluh balik vena yang membawa darah kembali ke jantung melalui atrium kanan yang kemudian masuk ke ventrikel kanan. Jantung akan memompa keluar sejumlah darah sesuai dengan jumlah darah yang masuk melalui vena cava cranialis dan vena cava caudalis. Pengukuran stroke volume tergantung dari kemampuan kontraksi otot jantung (Lippold dan Cogdell 1991), sedangkan kontraksi otot jantung ini berhubungan dengan adanya rangsangan dari sistem saraf simpatis (Conville dan Bassert 2002). Pemberian xylazine akan menurunkan kontraksi otot jantung melalui efek xylazine pada alpha-2 reseptor yang menghambat pelepasan norepinephrine melalui penekanan pada sistem saraf simpatis (Mycek et al. 1997). Penurunan kontraksi otot jantung ini mengakibatkan perluasan dari dimensi interna ruang ventrikel sehingga ventrikel lebih banyak menampung darah dari atrium dan jantung akan memompakan darah keluar sesuai dengan jumlah darah yang masuk (Lippold dan Cogdel 1991), sedangkan pemberian ketamine akan merangsang kardiovaskular melalui efek perangsangannya pada pusat saraf simpatis (Gunawan 2009). Jika ketamine dikombinasikan dengan xylazine maka xylazine akan menurunkan efek daripada ketamine, sehingga pemberian kombinasi xylazine-ketamine akan meningkatkan stroke volume (P<0,05). Kebalikan dengan efek kombinasi xylazine-ketamine, kombinasi zolazepam-tiletamine menyebabkan penurunan stroke volume. Penurunan ini disebabkan karena tiletamine mempunyai efek meningkatkan kontraksi dan spasmus otot, melalui efek stimulasinya terhadap sistem saraf pusat (Seymour dan Novakovski 2007) sehingga akan mengakibatkan penyempitan dari dimensi interna ruang ventrikel. Penyempitan dimensi interna ruang ventrikel menyebabkan ventrikel lebih sedikit menampung darah dan jantung akan memompa darah keluar sesuai dengan jumlah darah yang masuk (Lippold dan Cogdel 1991), sedangkan zolazepam bekerja lebih kepada muscle relaxant dan anticonvulsant (Seymour dan Novakovski 2007), sehingga pemberian kombinasi menurunkan stroke volume (P<0,05). 50 zolazepam-tiletamine akan Cardiac output (CO) Cardiac output atau curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan ventrikel baik itu dari ventrikel kiri maupun ventrikel kanan ke dalam sirkulasi pulmonal dan sistemik selama satu menit (Udjianti 2010). Mekanisme homeostatik curah jantung adalah mekanisme yang mengatur jantung serta faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pembuluh darah perifer dan tahanan perifer. Curah jantung bertanggung jawab terhadap transportasi darah (oksigen dan nutrien) untuk menyuplai kebutuhan jaringan (Udjianti 2010). Tabel 12. Pengamatan Cardiac Output anjing setelah perlakuan pemberian Xylazine-Ketamine dan Zolazepam-Tiletamine Cardiac output (L/menit) Menit Xylazine-Ketamine Zolazepam-Tiletamine 0 1,1+0 1,1+0 5 0,9+0 1,1+1 1,1+0 10 0,7+0 20 0,7+0 1,3+0 30 0,7+0 1,4+0 40 0,6+0 1,4+0 1,6+1 50 0,5+0 60 0,5+0 1,6+0 Cardiac Output (liter/menit) 2 1,6 1,2 0,8 0,4 0 0 10 20 30 40 50 Durasi Obat Bius (menit) Cardiac Output Xylazine-Ketamine Cardiac Output Zolazepam-Tiletamine Gambar 27. Pengamatan Cardiac Output (CO) anjing setelah perlakuan pemberian Xylazine-Ketamine dan Zolazepam-Tiletamine 51 60 Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa pemberian kombinasi xylazine-ketamine menurunkan cardiac output (Gambar 27). Peningkatan cardiac output bisa melalui dua cara yaitu pertama jika terjadi peningkatan pada stroke volume dan yang kedua adalah bila terjadi peningkatan pada heart rate, sebaliknya jika stroke volume maupun heart rate menurun maka cardiac output akan menurun. Cardiac output merupakan perkalian antara stroke volume dengan heart rate, jika dirumuskan CO = SV x HR (Lippold & Cogdell 1991). Penurunan cardiac output pada pemberian kombinasi xylazineketamine disebabkan karena xylazine akan berikatan dengan alpha-2 reseptor pada ujung saraf adrenergik dengan mekanisme menghambat pelepasan norepinephrine (Mycek et al. 1997) sehingga terjadi vasodilatasi dari pembuluh darah perifer tubuh yang berdampak pada terjadinya penurunan frekuensi jantung (Flaherty 2003), sedangkan ketamine bekerja dengan menjaga frekuensi jantung supaya tidak turun secara ekstrim setelah pemberian xylazine (Seymour dan Novakovski 2007). Pengukuran stroke volume tergantung dari kemampuan kontraksi otot jantung (Lippold dan Cogdell 1991) dan kontraksi otot jantung ini berhubungan dengan adanya rangsangan dari sistem saraf simpatis (Conville dan Bassert 2002). Jika terjadi penurunan kontraksi otot jantung maka stroke volume akan meningkat hal ini disebabkan karena penurunan kontraksi dari otot jantung akan meluaskan dimensi interna ruang ventrikel jantung sehingga ventrikel akan menampung lebih banyak darah dan jantung akan memompa darah keluar sesuai dengan darah yang masuk, sehingga stroke volume akan meningkat. Sebaliknya jika terjadi peningkatan dari kontraksi otot jantung maka dimensi interna ruang ventrikel akan menyempit sehingga ventrikel akan menampung darah lebih sedikit dan darah yang akan dikeluar oleh jantung menjadi lebih sedikit yang mengakibatkan penurunan stroke volume. Pada pemberian kombinasi xylazine-ketamine terjadi peningkatan stroke volume yang disebabkan karena xylazine akan menekan sistem saraf simpatis (Mycek et al. 1997) sehingga akan menurunkan kontraksi dari otot jantung dan berakibat pada peningkatan 52 stroke volume. Karena pada pemberian kombinasi xylazine-ketamine terjadi penurunan heart rate dan peningkatan stroke volume maka kombinasi xylazine-ketamine akan menurunkan cardiac output (P<0,05). Kebalikan dengan efek kombinasi xylazine-ketamine, kombinasi zolazepam-tiletamine menyebabkan peningkatan nilai cardiac output (Gambar 27). Peningkatan nilai ini disebabkan karena pemberian tiletamine akan menstimulasi saraf simpatis pada sistem kardiovaskular sehingga terjadi pelepasan norepinephrine oleh reseptor adrenergik yang menyebabkan terjadinya vasokonstriksi dan berdampak pada terjadinya peningkatan heart rate (Plumb 2003), sedangkan zolazepam mempunyai efek lebih kepada muscle relaxant dan anticonvulsant (Seymour dan Novakovski 2007). Pada sistem kardiovaskular tiletamine juga mempunyai efek meningkatkan kontraksi dan spasmus otot, melalui efek stimulasinya terhadap sistem saraf pusat (Seymour dan Novakovski 2007). Peningkatan kontraksi dari otot jantung akan mengakibatkan penurunan dari stroke volume. Pada pemberian kombinasi zolazepam-tiletamine terjadi peningkatan heart rate dan menurunkan stroke volume, sehingga pemberian obat ini akan meningkatkan cardiac output (P<0,05). Ejection time (ET) Ejection Time (ET) adalah waktu yang dibutuhkan untuk ventrikel kanan dan kiri berkontraksi mengeluarkan darah ke sirkulasi pulmonum dan sirkulasi sistemik, dihitung dari end-diastole sampai end-systole (Gambar 21) (Penninck dan Anjou 2008). Tabel 13. Pengamatan Ejection Time anjing setelah perlakuan pemberian Xylazine-Ketamine dan Zolazepam-Tiletamine Menit 0 5 10 20 30 40 50 60 Ejection Time (detik) Xylazine-Ketamine Zolazepam-Teletamine 0,24+0 0,24+0 0,24+0 0,19+0 0,26+0 0,19+0 0,26+0 0,19+0 0,27+0 0,19+0 0,28+0 0,19+0 0,29+0 0,19+0 0,30+0 0,19+0 53 Ejection Time (detik) 0,4 0,3 0,2 0,1 0 0 10 20 30 40 50 60 Durasi Obat Bius (menit) Ejection Time Xylazine-Ketamine Ejection Time Zolazepam-Teletamine Gambar 28. Pengamatan Ejection Time anjing setelah perlakuan pemberian xylazine-ketamine dan zolazepam-tiletamine Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa pemberian kombinasi xylazine-ketamine akan meningkatkan ejection time (ET) (Gambar 28). Peningkatan ini disebabkan efek xylazine pada alpha-2 reseptor dapat menghambat pelepasan norepinephrine (Mycek et al. 1997) sehingga terjadi vasodilatasi dari pembuluh darah perifer tubuh yang berdampak pada terjadinya penurunan frekuensi jantung (Flaherty 2003). Dengan pemberian kombinasi xylazine-ketamine frekuensi jantung akan menurun yang mengakibatkan perpanjangan pada gelombang QRS dan T pada gambar elektrokadiografi, sehingga jarak antara end-diastole ke end-systole menjadi lebih panjang dan akan meningkatan ejection time (P<0,05). Sebalikanya pada pemberian kombinasi zolazepam-tiletamine terjadia penurunan ejection time (Gambar 28). Penurunan ini disebabkan karena tiletamine mempunyai efek menstimulasi saraf simpatis pada reseptor adrenergik untuk melepas norepinephrine, sehingga menyebabkan terjadinya vasokonstriksi yang berdampak pada terjadinya peningkatan frekuensi jantung (Plumb 2003). Peningkatan frekuensi jantung ini akan memperpendek gelombang QRS dan T pada gambar elektrokadiograpfi, sehingga jarak antara end-diastole ke end-systole menjadi lebih pendek dan akan menurunkan ejection time (P<0,05). 54 Fractional shortening (FS) Fractional Shortening (FS) adalah fraksi pemendekkan dari otot jantung. Fractional Shortening (FS) didapat dari perhitungan rumus : FS = (LVIDd – LVIDs) : LVIDd ( Panninck dan Anjou 2008 ). Tabel 14. Pengamatan Fractional Shortening anjing setelah perlakuan pemberian Xylazine-Ketamine dan ZolazepamTiletamine Menit 0 5 10 20 30 40 50 60 Fractional Shortening (%) Xylazine-Ketamine Zolazepam-Teletamin 0,30+0 0,30+0 0,27+0 0,31+0 0,21+0 0,31+0 0,20+0 0,33+0 0,19+0 0,33+0 0,18+0 0,33+0 0,19+0 0,33+0 0,20+0 0,35+0 Fractional Shortening (%) 0,4 0,3 0,2 0,1 0 0 10 20 30 40 50 60 Durasi Obat Bius (menit) Fractional Shortening xylazin-ketamine Fractional Shortening zolazepam-tiletamine Gambar 29. Pengamatan Fractional Shortening (FS) anjing setelah pemberian Xylazine-Ketamine dan Zolazepam-Tiletamine Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa pemberian kombinasi xylazine-ketamine akan menurunkan FS (Gambar 29). Penurunan ini disebabkan efek xylazine akan menekan sistem saraf simpatis (Mycek et al. 1997), sehingga akan menurunkan kontraktilitas otot jantung (Udjianti 55 2010). Penurunan kontraktilitas otot jantung ini akan mengakibatkan perluasan pada dimensi interna ruang ventrikel kiri baik pada saat sistol maupun diastol. Karena FS di dapat dari perhitungan (LVIDd-LVIDs) : LVIDd (Panninck dan Anjou 2008), maka pemberian kombinasi xylazineketamine akan menurunkan nilai FS (P<0,05). Sebaliknya terjadi peningkatan FS pada pemberian kombinasi zolazepam-tiletamine. Peningkatan ini disebabkan karena efek tiletamine pada sistem kardiovaskular akan menstimulasi saraf simpatis (Plumb 2003). Efek stimulasi ini akan meningkatkan kontraktilitas otot jantung (Udjianti 2010), sehingga terjadi penyempitan dari dimensi internal ruang ventrikel kiri baik pada saat diastol maupun sistol, sehingga pemberian kombinasi zolazepam-tiletamine meningkatkan FS (P<0,05). Dari hasil seluruh pengamatan dapat dilihat xylazine yang termasuk pada golongan alpha-2 adrenoreceptor memiliki potensi sedativa dan analgesika. Efek agonist xylazine pada reseptor alpha terletak di jantung yaitu dengan mendepres sistem kardiovaskular (Seymour & Novakovski 2007), melalui penekanannya pada sistem saraf simpatis (Mycek et al. 1997). Pada reseptor alpha-2, xylazine akan menghambat pelepasan norepinephrine yang berdampak pada penurunan frekuensi jantung (Mycek, et. al., 1997), sedangkan ketamine mempunyai efek menstimulasi sistem saraf simpatis (Plumb 2003). Jika dikombinasikan dengan alpha-2 agonis seperti xylazine maka akan terjadi penurunkan efek dari ketamine tersebut (Seymour Novakovski 2007), sehingga pemberian kombinasi xylazineketamine akan menurunkan frekuensi jantung. Penurunan frekuensi jantung ini akan mengakibatkan peningkatan pada ejection time. Sedangkan dampak lain dari pemberian kombinasi xylazine-ketamine adalah terjadinya peningkatan dari dimensi internal ruang ventrikel jantung yang akan diikuti oleh peningkatan dari stroke volume. Penurunan frekuensi jantung yang diikuti oleh peningkatan stroke volume akan berakhir pada terjadinya penurunan dari cardiac output, karena cardiac output merupakan perkalian dari frekuensi jantung dan stroke volume. Kebalikan dengan efek kombinasi 56 xylazine-ketamine, kombinasi zolazepam-tiletamine akan meningkatkan frekuensi jantung yang berdampak pada penurunan dari ejection time. Selain efek tadi, kombinasi zolazepam-tiletamine juga akan menurunkan dimensi internal ruang ventrikel jantung yang diikuti oleh penurunan dari stroke volume. Peningkatan frekuensi jantung yang disertai oleh penurunan dari stroke volume akibat dari pemberian kombinasi zolazepam-tiletamine akan meningkatkan cardiac output. Cardiac output menjadi sangat penting karena cardiac output bertanggung jawab terhadap transportasi darah (oksigen dan nutrien) untuk menyuplai kebutuhan jaringan tubuh selama berjalannya operasi. Walaupun kombinasi zolazepam-tiletamine akan meningkatkan cardiac output tapi harus tetap berhati-hati karena pemberian kombinasi ini dapat meningkatkan frekuensi jantung sampai dua kali lipat dari frekuensi jantung normal. 57