BENARKAH STANDAR EMAS LEBIH STABIL? Proposal Penelitian diajukan untuk seleksi hibah dana penelitian Departemen Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Oleh: Muhamad Said Fathurrohman, SE. MSc. DEPARTEMEN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2009 I. Latar Belakang Terdapat banyak literatur ekonomi Islam menuduh standar mata uang fiat sebagai penyebab inflasi dan instabilitas nilai tukar. Literatur tersebut mengajukan reformasi mata uang ke dalam standar emas sebagai solusi bagi dua masalah tersebut. Namun, terdapat pula beberapa literatur yang tidak menyetujui kesimpulan dan rekomendasi kelompok pro emas (Hasan, 2007). Kelompok kontra ini menilai anggapan bahwa standar emas sebagai “obat segala penyakit” merupakan ilusi. Ledakan perkembangan keuangan Islam meminggirkan isu mata uang emas ini selama beberapa waktu. Namun belakangan, standar emas kembali hangat didiskusikan. Hal ini dipicu oleh rencana pimpinan bank sentral beberapa negara untuk mengurangi porsi dolar dalam cadangan devisa dan mencari mata uang pengganti yang lebih stabil. Paling tidak terdapat tiga alternatif aset pengganti dolar: euro, SDR, dan emas. Kelompok pendukung emas meluaskan isu ini dengan usulan untuk menjadikan emas bukan hanya sebagai pengganti dolar dalam cadangan devisa, namun juga sebagai mata uang tunggal seluruh negara di dunia. Kelompok ini meyakini bahwa nilai tukar emas terhadap barang dan jasa lebih stabil daripada mata uang fiat manapun. II. Rumusan Masalah Argumen utama para pengusul emas sebagai mata uang adalah klaim bahwa nilai tukar emas terhadap barang dan jasa lebih stabil daripada mata uang fiat manapun. Kelayakan usulan mereka bergantung pada kesahihan klaim kestabilan nilai tukar emas tersebut. Penelitian ini akan menguji apakah mata uang standar emas lebih stabil daripada mata uang fiat. Jika klaim itu terbukti, maka negara-negara seharusnya menjalankan usulan penerapan standar emas pada mata uang. III. Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan menemukan bukti yang mendukung atau membantah klaim stabilitas harga emas. Dengan demikian, pembuat kebijakan bisa memiliki dukungan untuk menerima atau menolak usulan penerapan standar emas. IV. Rancangan Penelitian Awalnya, saya akan membandingkan stabilitas antara mata uang standar emas dan standar fiat berbagai negara. Bagaimanapun, sebagian negara yang memiliki mata uang emas menetapkan nilainya terhadap dolar AS, stabilitas nilai mata uang emas ini sangat dipengaruhi oleh dolar AS. Karenanya, saya akan meneliti definisi alternatif standar emas dengan nilai komoditas emas itu sendiri. Nilai emas sebagai komoditas jauh sangat dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran di pasar. Tidak ada intervensi langsung dari Pemerintah negara manapun pada harga komoditas emas. Walau demikian, kebijakan cadangan devisa bank-bank sentral dan kebijakan moneter Negara yang memiliki mata uang emas bisa berpengaruh. Stabilitas suatu mata uang dapat diukur dari dua sisi: internal dan eksternal. Stabilitas internal adalah kestabilan nilai tukar mata terhadap barang dan jasa dalam perekonomian domestik. Stabilitas eksternal diukur dari nilai tukarnya terhadap mata uang lain. Harga emas dalam berbagai mata uang didapatkan dengan mengkonversi data harga emas dalam satuan mata uang dolar ke mata uang negara bersangkutan berdasarkan data kurs mata uang yang berlaku pada periode yang sama. Pasar emas di seluruh dunia diasumsikan terintegrasi hampir sempurna sehingga selisih harga antarnegara tidak akan lebih dari biaya transportasi pemindahan fisik emas. Nilai tukar emas dengan barang lain di suatu perekonomian dapat diperoleh dengan mendeflasikan harga emas dalam mata uang negara terkait dengan deflator PDB negara tersebut. Cara ini akan mengeluarkan bias positif harga emas akibat penurunan nilai riil mata uang fiat. Untuk membandingkan stabilitas internal antara emas dan uang fiat, tren logaritma harga riil emas dibandingkan dengan tren logaritma indeks harga konsumen. Koefisien tren mencerminkan rata-rata perubahan nilai tukar tiap tahun. Standar deviasi tren mencerminkan fluktuasi perubahan nilai tukar. Angka rata-rata dan standar deviasi yang semakin rendah mencerminkan stabilitas mata uang yang lebih baik. Teknik sama digunakan untuk mengukur stabilitas eksternal. Bila dalam pengukuran stabilitas internal, pengukuran nilai tukar terhadap barang dan jasa dilakukan dengan mengindeks harga barang dan jasa, maka pengukuran stabilitas eksternal juga harus dilakukan dengan mengindeks nilai tukar terhadap banyak mata uang. Nilai ekspor dan impor negara penerbit mata uang digunakan sebagai bobot pengindeksan nilai tukar mata uang tersebut. V. Sumber Data Data harga emas diperoleh dari dan nilai tukar mata uang diambil dari berbagai situs internet penyedia informasi pasar. Data indeks harga konsumen dan ekspor-impor diambil dari International Financial Statistics (IFS) yang diterbitkan International Monetary Funds (IMF). VI. Publikasi Hasil Penelitian Hasil penelitian akan disusun menjadi satu makalah. Draf awal makalah ini akan disertakan dalam konferensi untuk mendapatkan masukan. Masukan dari simposium akan digunakan untuk perbaikan makalah. Versi final makalah akan disubmit ke jurnal nasional berakreditasi, seperti Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan terbitan Bank Indonesia. VII. Waktu Pelaksanaan No Aktivitas 1 Studi literatur 2 Pengumpulan data 3 Analisis data 4 Makalah versi awal 5 Submit jurnal 6 Revisi makalah 7 Submit versi akhir 8 Laporan penelitian Juli Agt Sept Okt Nov VIII. Anggaran No Item Unit Harga Jumlah 1 ATK dan fotocopy 1 paket 200.000 200.000 2 Akses internet 5 bulan 125.000 625.000 3 Transportasi komunikasi 1 paket 225.000 225.000 4 Honorarium peneliti 5 bulan 500.000 2.500.000 5 Honorarium asisten 3 bulan 350.000 1.050.000 6 Biaya submit jurnal 1 paket 250.000 200.000 JUMLAH Rp 4.800.000 IX. Penutup Penelitian ini membandingkan stabilitas nilai tukar emas dan berbagai mata uang fiat. Diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan rekomendasi standar mata uang yang stabil.