C. SENSORIK UMUM (sistem sensorik somatis) dan REFLEKS SENSORIK UMUM (sistem sensorik somatis) Tujuan Praktikum Mempelajari letak reseptor rasa panas, dingin, raba dan tekan di kulit serta memeriksa kemampuan pengenalan/diskriminasi benda. Dasar teori Sistem sensorik somatovisceral mengindera keadaan fisik tubuh berdasakan berbagai informasi: Rangsangan mekanis/taktil: Posisi dan struktur dari objek yang berkontak dengan permukaan tubuh (sentuh, raba, tekan dan vibrasi) Propiosepsi: Posisi dan tegak tubuh dan anggota badan di ruangan Nosisepsi: Mendeteksi rangsangan nyeri pada tubuh Temperatur: Mendeteksi rangsangan yang lebih panas atau lebih dingin dari permukaan tubuh. Reseptor kulit memiliki rangsangan adekuat, yaitu rangsangan dengan nilai ambang rangsang terendah yang dapat membangkitkan sensasi normal dari reseptor. Reseptor mekanis rangsangan adekuatnya adalah rangsangan mekanis. Dua titik tekan dirasakan terpisah bila merangsang receptive fields reseptor mekanis yang berbeda. Ukuran receptive field menentukan resolusi ruang (jumlah titik yang dapat dideteksi pada area kulit tertentu). Resolusi taktil (ukuran receptive field) bervariasi untuk area berbeda pada permukaan tubuh: ujung jari lebih baik dari telapak tangan. Bahan dan alat - Stempel dengan garis kotak-kotak berjarak 1 mm x 1 mm. - Batang logam, jarum pentul, pinsil - Estesiometer Von Frey - Jangka Weber dan penggaris - Penutup mata (sapu tangan) - Beker glass - Air es, air hangat 40o C, air suhu kamar, eter/alkohol Tata kerja A. Mekanoreseptor A.1. Penentuan letak reseptor di kulit 1. Batasi kulit pada telapak tangan kiri bagian tengah menggunakan stempel dan stempel pula kertas untuk mencatat hasil percobaan. 2. Sentuhkan estesiometer Von Frey pada kotak terkecil (ukuran 1 mm x 1 mm), dengan orang percobaan (op) tidak boleh melihat ke arah tempat percobaan. Bila op merasakan adanya sentuhan, op memberi kode dengan jari tangan kanan ke pemeriksa, tandai di kertas pencatat hasil pada kotak yang sama. 3. Tentukan letak reseptor sentuh pada telapak tangan. 4. Lakukan percobaan yang sama di bagian lain tubuh, yaitu lengan bawah bagian voler (dalam), pipi dan kuduk. A.2. Topognosis- Kemampuan diferensiasi 1. Mata op ditutup dengan sapu tangan. 2. Tekankan ujung pinsil dengan agak kuat pada kulit, hingga meninggalkan lekukan di kulit. 3. Kemudian op disuruh menentukan tempat penekanan menggunakan pensil dalam keadaan mata masih tertutup. 4. Ukurlah jarak antara kedua titik (titik penekanan dan titik yang ditunjukkan op). Jarak ini merupakan ukuran kesalah-tafsiran atau kemampuan diferensiasi op yang bersangkutan. 5. Lakukan percobaan tersebut pada kulit ujung jari, lengan bawah bagian medial, dan kuduk. A.3. Diskriminasi dua titik 1. Tekankan dua kaki jangka Weber pada kulit dengan jarak ke dua kaki jangka terkecil yang dirasakan op sebagai satu titik. 2. Jauhkan jarak ke dua kaki jangka sebesar 2 mm setiap kali menjauhkan dan ukur jarak saat op sudah merasakan ke dua kaki jangka sebagai dua titik terpisah. 3. Lakukan hal yang sama tetapi diawali dengan jarak terjauh ke dua kaki jangka yang nyata dirasakan sebagai 2 titik. 4. Dekatkan jarak ke dua kaki jangka sebesar 2 mm setiap kali mendekatkan. Ukur jarak ke dua kaki jangka saat op merasakan kedua kaki jangka hanya sebagai satu titik saja. 5. Ke dua percobaan di atas dilakukan dengan du cara yaitu: ke dua kaki jangka ditekankan berurutan (suksesif) dan secara bersamaan (simultan). 6. Tentukan jarak diskriminasi dua titik pada kulit ujung jari tangan, punggung tangan, lengan bawah dan lengan atas. 7. Bandingkan hasil kedua cara (menjauhkan dan mendekatkan kaki jangka) penentuan diskriminasi dua titik di atas. B. Reseptor Suhu Sifat rasa panas dan dingin 1. Isikan air es, air hangat dan air biasa masing-masing ke dalam Beker glass: - Masukkan 1 jari tangan kanan ke dalam air es dan 1 jari tangan kiri ke Dalam air hangat. Apakah kesanrasa-rasa dingin dan panas itu dirasakan secara teus-menerus? Mengapa demikian? - Kemudian masukkan kedua jari tadi secara serentak ke dalam air suhu kamar. Laporkan perbedaan yang dirasakan oleh kedua jari dan terangkan? 2. Punggung tangan kiri op di tempatkan di depan mulut sejauh ± 5 cm: - Hembus kulit tangan dengan udara pernapasan secara perlahan, apa yang Saudara rasakan? Apa sebabnya> - Ulangi percobaan, dengan sebelumnya membasahi punggung tangan dengan air biasa. Mengapa terasa dingin? - Ulangi percobaan, dengan sebelumnya membasahi punggung tangan dengan eter/alcohol. Mengapa timbul rasa dingin terlebih dahulu yang kemudian diikuti rasa panas? REFLEKS Tujuan Praktikum Melakukan pemeriksaan berbagai refleks tubuh. Dasar teori Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensoris (saraf aferen), dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak besar serebrum), kemudian hasil olahan serebrum, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motoris (saraf eferen) sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Jalur pengolahan informasi pada sistem saraf yang terdiri dari: Reseptor, saraf aferen, pusat (sinap), saraf eferen dan efektor ini disebut lengkung refleks Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terhadap rangsangan terjadi secara otomatis, tanpa memerlukan kontrol dari otak besar. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Pada gerak refleks, impuls dari reseptor penerima rangsang, diteruskan oleh saraf aferen ke susunan saraf pusat di bawah serebrum, dengan atau tanpa memerlukan saraf penghubung (interneuron), langsung dikirim tanggapan ke saraf motoris/eferen untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Pada dasarnya refleks telah diprogram, karena respon yang tepat terhadap rangsangan telah terbentuk dalam sistem saraf, misalnya refleks spinal yang membutuhkan transmisi impuls dari perifer ke medulla spinalis dan kemudian kembali ke organ efektor yang tepat. Sebagai contoh, bila seseorang merasakan rangsangan sakit seperti jari tangan menyentuh obyek panas, refleks spinal dengan cepat menghasilkan penarikan jari dari sumber panas. Di sini, tidak dibutuhkan peranan otak besar sebagai pusat saraf. Refleks seperti ini akan terjadi pula pada hewan yang medula spinalisnya telah dipotong di atas lokasi badan sel neuron saraf yang terlibat. Refleks lain yang lebih komplek, berlangsung melalui pengolahan khusus seperti refleks mata dan labirin melibatkan bagian otak di bawah otak besar. Pada keadaan ini respon yang tepat, membutuhkan pengkajian dari beberapa impuls lain yang masuk, dan fungsi integratif susunan saraf pusat dibutuhkan untuk menjawabnya. Refleks dapat dibagi menjadi refleks eksteroseptif, refleks propioseptif dan refleks interoseptif (viseral). Refleks ekteroseptif diantaranya adalah refleks superfisial (kulit) dan refleks indera. Refleks propioseptif diantaranya adalah refleks dalam (deep reflexes) misalnya refleks otot, tendon dan periosteum dan refleks yang berhubungan dengan tonus otot dan sikap tubuh misalnya refleks labirin dan refleks sistem sirkulasi dan jantung. Refleks interoseptif adalah refleks yang ditimbulkan dalam alat visera (traktus gastrointestinal, paru-paru dan traktus urogenital). Pemeriksaan refleks memberi fakta objektif mengenai otot, serat-serat saraf perifer dan jaringan saraf pusat. Hasil pemeriksaan refleks terlebih bila berbeda Antara tubuh bagian kiri dan kanan, dapat membantu hasil pemeriksaan lain untuk menetapkan diagnosis. Pada pemeriksaan refleks dalam dan refleks regang, diperlukan palu refleks (reflex hammer), dan untuk pemeriksaan refleks superfisial diperlukan sebuah jarum tumpul atau benda tumpul lainnya. Perlu diperhatikan perhatian pasien (orang percobaan = op) harus dialihkan saat pemeriksaan dilakukan, agar refleks dapat muncul dengan baik. Untuk refleks dalam atau refleks regang, otot atau ekstremitas yang bersangkutan harus ditempatkan dalam suatu sikap tengah antara relaksasi dan kontraksi, ketukan dilakukan pada tendon (bukan pada otot) Perlu pula untuk diketahui (ditentukan) waktu untuk terjadinya suatu refleks. Waktu ini dapat diukur kecepatannya dengan cara menghitung tenggang waktu untuk terjadinya refleks. Secara sederhana, waktu refleks dapat ditentukan dengan cara pasien (op) menangkap penggaris yang dijatuhkan dan dilihat waktu yang diperlukan dari saat penggaris dilepaskan sampai ditangkap op, atau melihat jarak penggaris dari saat dilepaskan (0 cm) sampai tertangkap dibagi 980 cm/detik (gravitasi). Bahan dan Alat 1. Reflex hammer (palu refleks) 3. Kapas atau benang 2. Senter dan penggaris 4. Stopwatch Tata kerja A. Refleks Superfisial A.1. Refleks membrana mukosa 1. Refleks kedip mata (corneal reflex) Sentuhlah kornea mata atau silia mata dengan kapas atau benang Perhatikan bahwa mata yang bersangkutan akan berkedip (serat saraf perifer: nervus (n.) trigeminus dan n. fascialis – pusat di pons dan medulla oblongata). Gambar 7: Refleks kedip mata 2. Refleks plantar Garuk atau gores telapak kaki.dengan ujung gagang reflex Hammer Perhatikan terjadinya plantar fleksi dari jari-jari kaki.(pusat lumbar (L)5 – sacral (S)1 - saraf perifer n. tibialis) Gambar 8: Refleks plantar B. Refleks Dalam (Propioseptif) B.1. Refleks masseter (rahang bawah, jaw jerks) 1. Orang percobaan membuka sedikit mulutnya, sehingga rahang bawah sedikit tergantung. 2. Sebuah tongue spatel dari kayu diletakkan di atas gigi – gigi geraham, kemudian diketuk agar keras. Akan terjadi kontraksi m. masseter yang terlihat atau teraba dan rahang bawah terangkat. 3. Cara lain untuk menimbulkan refleks ini ialah dengan menempatkan telunjuk atau ibu jari di pinggir rahang dan memukulnya dengan reflex hammer (pusat di pons, serat saraf perifer : n. trigeminus). Gambar 9: Refleks masseter B.4. Refleks patella (Refleks tendon patella, knee jerk) 1. Tungkai difleksi pada sendi lutut membentuk sudut 120o. Tendon m. quadriceps femoris dipukul tepat di bawah patella. 2. Terjadi ekstensi di sendi lutut, kontraksi m. quadriceps femoris (pusat di lumbal (L) 3 - L4, serat saraf perifer : n. femoralis). Hilangnya refleks patella dinamakan juga “Westphal sign”. Gambar 10: Refleks patella B.5. Refleks tendon achilles (ankle jerk) 1. Kaki dipegang sedemikian rupa sehingga membentuk sudut 90o dengan tungkai bawah dan tidak terlalu tegang 2. Ketoklah tendo akiles, akan terlihat plantar fleksi (pusat sacral (S)1 – S2, serat saraf perifer : n. tibialis posterior) Gambar 11: Refleks Achilles C. Refleks Viseral C.1. Refleks cahaya Terjadi kontaksi pupil bila mata disenter. Gambar 12: Refleks cahaya C.2. Refleks akomodasi Terjadi konstriksi pupil bila suatu objek didekatkan ke mata orang percobaan. Gambar 13: Refleks akomodasi D. Waktu refleks 1. O.p. membuka mata, penggaris diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan kemudian penggaris dilepaskan dan orang percobaan harus menjepitkan kedua jari tersebut untuk menangkap penggaris. 2. Ukur jarak waktu dengan memakai stopwatch, yaitu waktu antara dilepaskannya penggaris sampai tertangkapnya penggaris. 3. Ulangi percobaan tersebut sebanyak 3 (tiga) kali dan ambil rata – ratanya. Catatan : waktu refleks makin lama atau panjang dipengaruhi oleh bertambahnya usia. 4. Cara kedua : Melakukan hal yang sama tetapi dengan menutup kedua mata setelah mendengar perintah atau aba – aba menangkap penggaris yang dilepaskan.