PENGAWALAN PROFESSIONALISME DOKTER DAN DOKTER GIGI Registrasi - Pembinaan Herkutanto Guru Besar FKUI • Ketua Konsil Kedokteran, Konsil Kedokteran Indonesia • Ketua Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia • Menyelesaikan pendidikan Doktor, Sp. For, dokter, dari UI dan Monash University, Melbourne • Menyelesaikan pendidikan SH, Master of Laws (LL.M) dari UI dan La Trobe University, Melbourne Herkutanto 2012 Pokok bahasan I. II. III. IV. Latar Belakang dan Professionalisme Peran registrasi dalam menjaga professionalisme Peran pembinaan dalam menjaga professionalisme Kemitraan Komite Medis Rumah Sakit dan KKI menjaga professionalisme V. Kesimpulan 3 1. LATAR BELAKANG NICO L (Schellekens, W : Patient Safety Conference, European Union Presidency Luxembourg, 4 – 5 April 2005) SOCIAL CONTRACT PROFESSIONALS - COMMUNITY Self Credentialing Self licensing Clinical privilege Moral responsibility High standard of competence Market control Working condition PROFESSIONALISM William M Sullivan, Medicine under threat: Professionalism and professional identity, CMAJ 2000:162(5): 673 PROFESIONALISME • Kontrak Sosial antara Elit Profesi dan Masyarakat • Masyarakat memberikan: – Self Credentialing – Self licensing Dengan benefit • Market control • Working condition INSTRUMEN PROFESI • Profesi memberikan: – High standard of competence – Moral responsibility William M Sullivan, Medicine under threat: Professionalism and professional identity, CMAJ 2000:162(5): 673 Medical Council Clinical privilege Registered Practitioners Masyarakat / Pasien 2. PERAN REGISTRASI DALAM MENJAGA PROFESSIONALISME KEKHUSUSAN PROFESI DOKTER DAN DOKTER GIGI (Penjelasan UU No.29/2004 ttg Praktik Kedokteran) Dokter dan dokter gigi dengan keilmuan yang dimilikinya mempunyai karakteristik khas dan “pembenaran yang diberikan oleh hukum”, yaitu : diperkenankannya melakukan tindakan medis terhadap tubuh manusia dalam upaya memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan. Tindakan medis terhadap tubuh manusia yang dilakukan bukan oleh dokter atau dokter gigi dapat digolongkan sebagai tindak pidana. dalam rangka “patient safety” dan memberikan kepastian hukum / penjaminan legalitas praktik kedokteran dokter/ dokter gigi/spesialis wajib “teregistrasi sesuai kompetensi” oleh “Professional Regulatory Authority” (PMRA/PDRA) yang diakui oleh negara. Globalisasi & Desentralisasi DOKTER DAN DOKTER GIGI YANG PROFESIONAL KKI : Regulator, Pengesahan Standar, Pembinaan Profesi Pendidikan Ijazah (FK/FKG) Standar-2 Pradok 1. Standar Etik 2. Standar Kompetensi 3. Standar Pendidikan Profesi Dr/Drg/Sp. Sertifikat Kompetensi (Profesi) Registrasi (STR) Kompetensi Kewenangan Majelis Kehormatan Disiplin Lisensi (SIP) (Pemerintah Daerah & Profesi) 4. Standar Pelayanan Medik *) KKI: Fasilitasi SUMBER : KKI, LD-2013 Praktik Dokter/Drg Masyarakat Masalah Disiplin Masalah Etik Masalah Hukum 12 UU NO.29/2004 PRAKTIK KEDOKTERAN Pasal 3 UUPK PENGATURAN PRAKTIK KEDOKTERAN • PERLINDUNGAN BAGI PASIEN • PENINGKATAN MUTU DOKTER DAN DOKTER GIGI • KEPASTIAN HUKUM Pasal 8 UUPK WEWENANG KKI DI BIDANG REGISTRASI a. b. d. g. Menyetujui dan menolak permohonan registrasi dr dan drg Menerbitkan dan mencabut STR dr dan drg Melakukan “pengujian terhadap persyaratan registrasi” Melakukan pencatatan terhadap dr/drg yang terkena sanksi Organisasi Profesi karena melanggar etika profesi 1 3 PERKEMBANGAN JENIS STR DOKTER DAN DOKTER GIGI WNI/WNA CAPAIAN REGISTRASI DOKTER DAN DOKTER GIGI DI KKI ( Th.2005 s/d 3 juni 2014 ) Jumlah dokter dan dokter gigi yang teregistrasi sesuai kompetensi di KKI 150.133 orang, terdiri dari : 97.093 dokter (65%), 1 dokter : 2.304 penduduk Indikator Ina Sehat menetapkan 1 dr : 3,300 penduduk, Indikator IDI menetapkan 1 dr : 2,500 penduduk 25.486 dokter spesialis (17%), 25.193 dokter gigi (16,8%) 1 drg : 8.770 penduduk Indikator Ina Sehat menetapkan 1 drg : 10.000 penduduk 2.312 dokter gigi spesialis (1,5%) Sertifikat ISO 9001: 2008 untuk Pelayanan Registrasi (maks.14 hr kerja) PERSYARATAN DAN PRODUK REGISTRASI (STR) DOKTER/DR.SPESIALIS DAN DOKTER GIGI/DRG.SPESIALIS (PERKONSIL NO.6 TAHUN 2011) PENGALAMAN (LESSON LEARN) : * PENGGUNAAN STR, * BINWAS 2. ALUR DAN TATACARA REGISTRASI ULANG / PENINGKATAN KOMPETENSI DOKTER/DOKTER GIGI (PERKONSIL NO.6/2011) PENINGKATAN KOMPETENSI PENGALAMAN (LESSON LEARN) : * KADALUARSA, *LAMA PROSES PERTIMBANGAN DIVISI SAAT REGISTRASI ULANG PENGADU (MASYARAKAT) IDI/PDGI MKEK/MKEKG IDI / PDGI ( Majelis Kehormatan Etik Kedokteran ) Sanksi Etik ( tertulis ) Dinkes Sanksi Disiplin ( tertulis ) MKDKI ( Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia ) KKI DIV.PEMBINAAN PENGALAMAN (LESSON LEARN) : * SISTEM BINWAS, * SISFO / e-Bin 3. PERAN PEMBINAAN DALAM MENJAGA PROFESSIONALISME ALUR DAN TATACARA PENCABUTAN STR SEBAGAI PENEGAKAN SANKSI DISIPLIN KKI SK Pencabutan STR (registrar) Dinkes IDI/ PDGI RS PENGALAMAN (LESSON LEARN) : * EKSEKUSI STR * BINWASDAL DI DINKES C a b u t S e m e S n I t P a r a ALUR PEMULIHAN STR SETELAH SELESAI MENJALANKAN SANKSI DISIPLIN Selesai Menjalankan Sanksi Lapor KKI 1 2 Lapor 1 Dinkes 3 SK STR BERLAKU 4 (Registrar) 5 IDI/PDGI RS SIP BERLAKU PENGALAMAN (LESSON LEARN) : * LAP BIN DARI OP & DINKES, * MEKANISME PEMULIHAN STR 4. KEMITRAAN KOMITE MEDIS RUMAH SAKIT DAN KKI MENJAGA PROFESSIONALISME UNDANG-UNDANG NO. 44/2009 TENTANG RUMAH SAKIT Pasal 46 Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit. Penjelasan: Cukup jelas Justifikasi Kredensial Staf Rumah Sakit Sub-Komite Kredensial Sub-Komite Mutu Profesi MEDICAL STAFF BYLAWS Herkutanto 2012 Sub-Komite Disiplin STRATEGI CLINICAL GOVERNANCE Antisipasi masalah Sedini mungkin Herkutanto 2012 • Komite Medis • Subkomite Disiplin • KKI • MKDKI Clinical Governance Professional isme PMK No. 755/2011 KOMITE MEDIS UU No. 29/2004 PRAKTIK KEDOKTERAN Keselamatan Pasien • Kejadian Tak diharapkan • Pasien Cedera Kompetensi & Perilaku • Professional Misconduct • Pengaduan REGULASI (PERMENKES) KKI – Komite Medis RS Mekanisme Penerapan Professionalisme di RS KESIMPULAN • Komite Medis di Rumah Sakit analog dengan Konsil Kedokteran pada tataran nasional • KKI / MKDKI dan Komite Medis menempati posisi sentral untuk menjamin keselamatan pasien melalui terselenggaranya professionalisme dokter /Dr. Gigi dan good clinical governance di rumah sakit • Harus ada regulasi yang mengatur mekanisme kerjasama yang formal antara KKI / MKDKI dan Komite Medis Herkutanto 2009 PROFESIONALISME KEDOKTERAN DARI ASPEK DISIPLIN PROFESI Zaura Rini Anggraeni Ketua Divisi Pembinaan Kedokteran Gigi Konsil Kedokteran Indonesia Forum Pertemuan Koordinasi Pembinaan Profesi Kedokteran Jakarta, KKI, 16 November 2015 Mengapa KKI dibentuk ? Menjembatani kepentingan masyarakat dan dokter / drg UUPK 1. Perlindungan Masyarakat 2. Jaga mutu yankes yg dilakukan dr/drg 3. Kepastian hukum bagi masyarakat bagi dr & drg Persaingan • Internal • Global / MEA Pergeseran Peran • Operator • Manajer • Owner • Bisnis Gaya Hidup • Konsumerism • Tekanan Ekonomi • Tututan Sosial • Dampak IT Dokter Dokter Gigi Rambu-Rambu • Standar-standar • Peraturan/Per-UU Q : Bagaimana agar A – N – S ? Pergeseran Paradigma Masy : • Hak atas mutu kesehatan • Tuntutan jenis & jumlah yankes • Smart / health literacy • Sadar Hukum LATAR BELAKANG : PEMBINAAN PERUBAHAN : 1. Kemajuan Iptek Global & Pesat Need – Demand terhadap Kesehatan Pasar Bebas Nakes Asing SJSN Kesh – BPJS 2. - UU no. 29 th 2014 ttg Praktik Kdokteran - UU no. 36 th 2009 ttg Kesehatan - UU no. 44 th 2009 ttg Rumah Sakit - Permenkes no.2052 th 2011 ttg Izin dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran - Perkonsil no.4 th 2011 ttg Disiplin Profesi dr/drg - Perkonsil no.6 th 2011 ttg Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin dr/drg HULU 1. 2. 3. Guiding the doctors, Protecting the people KKI Standar Pendidikan, Registrasi dan Pembinaan Praktik Kedokteran PELUANG 1. 2. dr – drg - Masyarakat Momentum Menata Diri Daya Kompetitif – Prefentif dan Ketahanan Nasional Kesehatan Multi Stakeholder Kolegium / MKKI/MKKGI OP ARSPI / ARSGMPI ETIKA Institusi Pendidikan/ AIPKI – AFDOKGI Kolegium – IDI – PDGI Pendidikan Profesi ARSPI & ARSGMPI 3. 4. Kolegium/MKKI/MKKGI MKDKI (Disiplin) AIPKI / AFDOKGI 1. 2. 3. HILIR KEMENKES Dinkes ARSPI & RSGMPI PERSI, ARSADA Masing-masing Konsumen MARTABAT : CIRI – CIRI PROFESI 1. 2. 3. 4. 5. Body of Knowledge (Keilmuan) Etical Conduct (Etika Profesi) Collegiatness (Kesejawatan) Altruism (Kepentingan dan Keselamatan Pasien) Patient Safety PRIVILEGE PROFESSIONAL : . Trust . Indepedency . Autonomy DASAR FILOSOFI = MARTABAT = PROFESI YG MULIA BENAR Sesuai Kemajuan IPTEK Best Clinical Judgement BAIK Etis Manusiawi Adil Kebenaran Keilmuan Yang terbaik bagi pasien Bebas dari tekanan / kepentingan tertentu PRAKTIK DOKTER/DRG YANG BAIK 3 PILAR : 1.Kompetensi Profesional (Prof’l Competence) 2. Hubungan : LAFAL SUMPAH Dokter Pasien Etika Individu Kebenaran ilmiah Sarat teknologi Excellence/kecakapan Teliti, hati2 Peduli, etis Sejawat • Kesejawatan Profesional TRUST Social Trust Otonomy : Altruism • Etika Sosial 3. Etika profesi tampilan profesi Self Regulating Self Credentialling Self Licensing MARTABAT PROFESI * Sumber : Purwadianto A, Seminar P2JK, Batam April 2010 NORMA KEPROFESIAN KEDOKTERAN / KEDOKTERAN GIGI Aturan penerapan keilmuan ETIKA Aturan penerapan etika/ perilaku profesi DISIPLIN HUKUM Aturan Hukum Kedokteran = Pengawal Privilege Dokter / Drg. Profesionalisme (Blackmer) – World Med.Assoc 2007) profesionalisme mencakup : o Pengetahuan dan keterampilan o Sikap, nilai dan perilaku ( Kompetensi + Disiplin ) ( Etika ) Dalam menjalankan praktek kedokteran (KG); senantiasa mempertahankan kompetensi , integritas, akuntabilitas, altruisme, berperilaku etis, jujur, dalam self –regulation profesi Professional Conduct •Pengetahuan • Keterampilan KOMPETENSI Kompetensi Professional Behaviour • Altruisme • Integritas • Jujur • Berlaku Baik • Hormati Hak manusia ETIKA Professional Performance • Melakukan tugas dengan baik • Sehat fisik & mental • Disiplin penerapan ilmu dan Yankes (SOP) • Kommunikasi, info, edukasi DISIPLIN Disiplin Profesi (Perkonsil No.4 Th 2011 Ttg Disiplin Profesional dr dan drg ) Disiplin Kedokteran / KG Hakekat : upaya melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan oleh dokter / drg Aturan / Ketentuan tata laksana penerapan keilmuan Aturan/ Ketentuan tata laksana pelaksanaan pelayanan medik yang harus di ikuti oleh dokter & dokter gigi 3 Kelompok Pelanggaran Disiplin Profesional dr dan drg: Pelaksanaan Praktik Kedokteran dengan tdk kompeten : - ketidakcakapan (incompetence) Tugas dan tanggungjwb profesional pd pasien tdk dilaksanakan dgn baik (kelalaian) Bertindak tercela terhadap wibawa profesi Yang berwenang dalam penegakan disiplin dan pengenaan sanksi pelanggaran disiplin : MKDKI SUMBER ETIKA KEDOKTERAN / KG Sumpah Hipokrates 460 – 377 SM LAFAL SUMPAH/JANJI DOKTER & DRG INDONESIA (diringkas) Demi Allah saya bersumpah/berjanji, bahwa saya: Membaktikan hidup guna kepentingan peri kemanusiaan Memelihara martabat dan tradisi luhur kedokteran Menjalankan tugas secara terhormat dan bersusila. Merahasiakan segala sesuatu terkait profesi saya sebagai dokter. Tidak akan menggunakan pengetahuan dokter gigi saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan. Menghormati setiap hidup insani sejak pembuahan Lanjutan Lafal Sumpah Mengutamakan kesehatan pasien dan kepentingan masyarakat. Berikhtiar dengan sungguh-sungguh tanpa terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, jender, politik, kepartaian, dan kedudukan sosial. Menghormati dan berterima kasih kepada guru-guru saya. Memperlakukan teman sejawat sebagaimana saya sendiri ingin diperlakukan, Ikrar sumpah / janji dengan sungguh-sungguh serta penuh keinsyafan dan tanggung jawab dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya. Penjelasan: Bagi yang tidak mengucapkan sumpah, kata sumpah diganti dengan janji. MAKNANYA ? “invisible hands” : Universal Internal value/ spiritual guidance ETIKA = Panduan Moral = standar perilaku 1. Dimensi moral, penghayatan berjangka panjang (dari masa pendidikan sampai dengan akhir karier profesi) 2. Dokter/Dokter gigi berlaku internal 3. Bentuk pelanggaran = tidak mentaati : ∗ kewajiban umum ∗ kewajiban terhadap pasien ∗ kewajiban terhadap teman sejawat * kewajiban terhadap diri sendiri To Do Right and Good Berbuat benar dan Baik ∘ Berbuat Baik- beneficence ∘ Tidak Merugikan – non malficence ∘ Menghormati Hak Individu - autonomy ∘ Adil - justice Profesionals & Profesionalisme = Trust Profesional Power = Trus Worthiness Patient / Community Trust = percaya bahwa Dokter gigi “will always act / doing his/her best for the good of patient’s health Professional Discipline : kepatuhan pada peraturan2 penerapan ilmu dlm yanmed Etik Profesi = always help & never harm = emphaty = memperlakukan pasien seperti dirinya ingin diperlakukan Dasar dari profesi yang terpuji Benar dan etis Tujuan disiplin profesi : 1. Jaga Mutu Yanmed 2. Melindungi Masyarakat atas tindakan dr –drg 3. Jaga kehormatan profesi (professional trust) Usaha apa agar Dokter/ Drg terbebas dari pelanggaran etika & disiplin profesi ? Bagaimana menyikapi dilema Dokter / dan Drg diantara keuntungan dan etika ? DOKTER DAN DOKTER GIGI – PASIEN KEWAJIBAN Dokter & Dokter Gigi (UUPK 2004) Sesuai standar pelayanan Persetujuan tindakan medis dental Rekam Medis Menjaga kerahasiaan Kendali mutu, kendali biaya Merujuk Menambah IPTEK PASIEN ( UUPK 2004) Memberi info lengkap, jujur Patuh nasihat / petunjuk drg Patuh ketentuan sarana Yankes Memberi imbalan jasa DOKTER & DOKTER GIGI – PASIEN HAK Pasien Dokter & Dokter Gigi Mendapat perlindungan hukum bila sesuai standar profesi & SOP Memberi Yan KG sesuai standar profesi & SOP Mendapat info lengkap dan jujur dari pasien / keluarga Menerima imbalan jasa Mendapat penjelasan lengkap tindakan medis Mendapat Yankes sesuai kebutuhan, St. yan, St. Profesi Menolak tindakan medis Mendapat isi rekam medis Hak second opinion, menolak Hak didengar pendapat & keluhan Hak privacy & Rahasia Kedokteran Hak mendapat ganti rugi Hak untuk mengadu ETIK, DISIPLIN dan HUKUM ETIK DISIPLIN 1. Dibuat dan disepakati 1. Organisasi Profesi. oleh organisasi profesi 2. Kode Etik 3. Diatur, norma prilaku pelaksanaan profesi 4. Sanksi, yaitu moral psikologis 5. Yang mengadili : * Ikatan / o p terkait; * Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK), * Panitia Pertimbangan dan Pembinaan Etik 2. Standar Profesi 3. Diatur, Norma Prilaku pelaksana profesi 4. Sanksi moral psikologis & teguran / pencabutan 5. Yang mengadili : Badan yg dibentuk Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Provinsi dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Pusat HUKUM 1. Dibuat oleh Pemerintah 2. 3. 4. 5. dan Dewan Perwakilan Rakyat UU, PP, Keppres, dsb Diatur, norma prilaku manusia pada umumnya Untuk pidana: mati/ kunjungan, penjara, denda Untuk Perdata: ganti rugi Adm, teguran/ pencabutan Pengadilan : Perdata : gugatan ke pengadilan Pidana : laporan/ tuntutan 1. Tidak KOMPETEN / CAKAP 2. Tidak MERUJUK 3. Pendelegasian kepada NAKES yang TIDAK KOMPETEN 4. DR/ DRG PENGGANTI tidak memberitahu PASIEN & TDK PUNYA SIP 5. Tidak LAIK PRAKTIK (KESEHATAN FISIK & MENTAL) 6. KELALAIAN dalam PENATALAKSANAAN PASIEN 7. PEMERIKSAAN dan PENGOBATAN BERLEBIHAN 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Tidak memberikan INFORMASI yang JUJUR Tidak ada INFORMED CONSENT Tidak membuat / menyimpan REKAM MEDIK Penghentian KEHAMILAN tanpa INDIKASI MEDIS EUTHANASIA Penerapan PELAYANAN yang BELUM DITERIMA KEDOKTERAN Penelitian Klinis TANPA PERSETUJUAN ETIS TIDAK MEMBERI PERTOLONGAN DARURAT MENOLAK/ MENGHENTIKAN Pengobatan TANPA ALASAN YG SAH Membuka RAHASIA MEDIS TANPA IZIN Membuat Keterangan MEDIS Tidak BENAR IKUT SERTA TINDAKAN PENYIKSAAN 20. Meresepkan OBAT PSIKOTROPIK/NARKOTIK tanpa INDIKASI 21. Pelecehan SEKSUAL, INTIMIDASI, KEKERASAN 22. Penggunaan GELAR AKADEMIK/ SEBUTAN PROFESI, PALSU 23. Menerima KOMISI terhadap RUJUKAN/ PERESEPAN 24. PENGIKLANAN DIRI yang MENYESATKAN 25. KETERGANTUNGAN NAPZA 26. STR, SIP, SERTIFIKAT KOMPETENSI TIDAK SAH 27. IMBAL JASA TIDAK SESUAI TINDAKAN 28. Tidak memberikan DATA/ INFORMASI atas PERMINTAAN MKDKI BENTUK PELANGGARAN TERBANYAK : 1. 2. 3. Kompetensi (tdk jujur, inadequate, tdk kompeten dalam batas) Penelantaran (tugas dan tg jawab pd pasien tdk dilaksanakan dgn baik) Pembiayaan (penetapan jasa medis tdk sesuai tindakan yg dilakukan) SANKSI DISPLIN : • • • • Teguran : peringatan tertulis Rekomendasi pencabutan STR-SIP sementara/permanen. Bila lebih 3 bulan wajib pendidikan/pelatihan ulang Peran KKI : ? Peran Dinkes : ? Peran Fasyankes : ? Peran IDI-PDGI- Kolegium :? kendala, saran Mekanisme koordinasi JUMLAH PENGADUAN KE MKDKI = 317 APRIL 2015 by MKDKI PROFESIONAL MEDIS YG DIADUKAN BERDASARKAN SPESIALISASI SUMBER PENGADUAN MASYARAKAT = 233 INSTITUSI = 9 Dinkes RS Depkes Asuransi TEN-KES = 6 Dr/Drg 25 Tahun 2006 Jakarta : Lampung : Surabaya : Banjarmasin : Solo : Tahun 2009 Jakarta Jatim Kepri Sumut Sulsel Sulteng Kalbar Jabar Banten DIY 5 1 1 1 1 :15 :4 :2 :3 :1 :1 :2 :3 :4 :1 Tahun 2007 Jakarta :5 Tangerang :1 Cirebon :1 Semarang :1 Yogyakarta : 1 Riau :1 Sorong :1 Tahun 2010 Tangerang Sumut Kepri Jakarta Jabar Jatim NTB Kaltim Sulsel :4 :1 :1 : 33 :3 :4 :1 :1 :1 Tahun 2008 Jakarta : 10 Tangerang : 2 Medan :1 Bandung : 1 Batam :1 Bengkulu : 1 Kalbar :1 Bogor :1 Depok :1 Tahun 2011 Jakarta Jatim Jateng Jabar DIY Lampung Sulteng Sumut Sumsel Tangerang Bali Kepri : : : : : : : : : : : : 15 4 2 2 1 1 1 2 1 3 1 1 Tahun 2012 Jakarta :6 Bandung :4 Kupang :1 Madiun :2 Surabaya :1 Tangerang : 4 Palembang : 1 Bogor :1 Kepri :1 Depok :1 Medan :1 Tahun 2013 • Jakarta : 23 • Riau • Tangerang • Palembang • Jateng • Jabar • Jatim • Sumut • NAD • Kalsel • Bengkulu • Lampung • DIY • Sulsel • Bali • Jambi :3 :2 :1 :2 : 10 :4 :9 :1 :2 :1 :1 :1 :1 :1 :1 • • • • • • • • • • • • • Tahun 2014 Jakarta Banten Sumut Bali DIY Jabar Riau Jambi : 1 Sulteng Sumbar Lampung Aceh Jatim : 24 :3 :7 :3 :1 :8 :1 :4 :1 :1 :1 :2 by MKDKI TAHUN 2015 Jakarta : Jabar : NTT : Banten : Jatim : Sumut : 4 5 1 1 1 1 by MKDKI PERMASALAHAN YG DIADUKAN KOMUNIKASI INGKAR JANJI (DISHONESTY/FRAUD) PENELANTARAN PEMBIAYAAN STANDAR PELAYANAN KASUS RUMAH TANGGA KOMPETENSI IKLAN SpK Sp Grey area CPD S1/dr/drg P2KB P3KGB Dr / Drg Sp KIAT MENGHADAPI TANTANGAN 1. Tahu hak – kewajiban dr / drg, pasien, masyarakat 2. Taat : administratif, moral, hukum, disiplin 3. Batas kompetensi kewenangan (pilih-pilih CPD / P3KGB ) 4. Saling menjaga ( corps, collegiateness) 5. OP : pemberdayaan, pengawalan, agent of change bangkes (BPJS, MEA, Pasca MK) 6. KKI : pembinaan, fasilitasi, regulasi, konflik solution 7. Dinkes : sarana – prasarana, remunerasi, dll KESIMPULAN REGULASI : UUPK Pembinaan Disiplin Profesi Quality – Safety Doing the right thing right To the right patient In the right place By the right person With the right procedure With the right attitude / behaviour, and skill - Perlindungan pada masyarakat - Mutu pelayanan - Kepastian Hukum Hindari risiko – risiko gugatan dan pelanggaran disiplin, etika, hukum IJAZAH + SERTIFIKAT KOMPETENSI STR + SIP PERLU DIKEMBANGKAN SISTEM KOORDINASI PEMBINAAN DISIPLIN PROFESI DOKTER-DOKTER GIGI PEMDA BPJS MEA Kemenkes Dinkes Kemenristekdikti AIPKI AFDOKGI MKEK/MKEKG Meningkatkan kualitas dan integritas dokter dan dokter gigi Menjaga Harkat, Martabat Profesi Dokter dan Dokter Gigi Perlindungan Masyarakat Taat Hukum Kolegium PERSI ARSPI MASYARAKAT TERIMA KASIH INDONESIA MEDICAL COUNCIL PERAN KKI DALAM PENGAWALAN Penyelenggaraan Praktik Kedokteran yang Baik; Integritas, Profesionalisme, Disiplin Profesi Dr. dr.Meliana Zailani, Sp.Ak.,MARS Ketua Divisi Pembinaan Konsil Kedokteran 1 INDONESIA MEDICAL COUNCIL • Konsil Kedokteran Indonesia, (KKI ) adalah suatu badan otonom, mandiri, nonstruktural, dan bersifat independen, yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi • Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, (MKDKI )adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi dan menetapkan sanksi 2 KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA MELINDUNGI MASYARAKAT KEPASTIAN HUKUM PENEGAKAN DISIPLIN PROFESI REGISTRASI STD PENDIDIKAN PEMBINAAN JAGA MUTU INDONESIA MEDICAL COUNCIL PEMBINAAN ENTRY BEST PRACTICE SUSPEND/PENCABUTAN STR Education & Training Risk management Clinical audit Clinical Governance Accountability Research & development Clinical Effectiveness management and organisational framework untuk peningkatan mutu Model Patient Centered Care (Interdisciplinary Team Model – Interprofessional Collaboration) DPJP Perawat • Clinical/Team Leader • Review Asuhan • Secara kolaboratif melakukan sintesa & integrasi asuhan pasien Fisio terapis Apoteker Pasien, Keluarga Radio grafer Ahli Gizi Analis Lainnya 1. Patient Centered Care (PCC) Pasien adalah pusat pelayanan, Pasien adalah bagian dari tim 2. Profesional Pemberi Asuhan (PPA) diposisikan di sekitar pasien, dgn kompetensi yg memadai, sama pentingnya pada kontribusi profesinya, tugas mandiri, delegatif, kolaboratif, merupakan model Tim Interdisiplin 3. Peran & fungsi DPJP : sebagai Clinical Leader, melakukan Review, Sintesa , Integrasi asuhan pasien, Koordinasi (dapat oleh PPA lain) 4. PCC merupakan pendekatan modern, inovatif, sudah menjadi trend global dalam KARS Dr.Nico Lumenta pelayanan RS Kewenangan Praktik dokter/dokter gigi di RS Sertifikat Kompetensi STR SIP Surat Penugasan Klinis (RKK) Kewenangan Praktik dokter/dokter gigi di layanan primer Sertifikat Kompetensi STR SIP ??? Doing the thing right Doing the right thing Disiplin Profesional Dokter dan Dokter Gigi Perkonsil no 4 tahun 2011 • adalah ketaatan terhadap aturan- aturan dan/atau ketentuan penerapan keilmuan dalam pelaksanaan praktik kedokteran. Pelanggaran Disiplin Profesional Dokter dan Dokter Gigi sebagaimana dimaksud pada Perkonsil 4 tahun 2011 pasal 3 ayat (1) terdiri dari 28 bentuk: Tidak/kurang Kompeten Pelanggaran disiplin Kelalaian profesiona l Perilaku tercela Dapat dikelompokan dalam 3 katagori kompetensi a. melakukan Praktik Kedokteran dengan tidak kompeten; b. tidak merujuk pasien kepada Dokter atau Dokter Gigi lain yang memiliki kompetensi yang sesuai; c. mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu yang tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut; d. menyediakan Dokter atau Dokter gigi pengganti sementara yang tidak memiliki kompetensi dan kewenangan yang sesuai atau tidak melakukan pemberitahuan perihal penggantian tersebut; e. menjalankan Praktik Kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun mental sedemikian rupa sehingga tidak kompeten dan dapat membahayakan pasien; Kelalaian profesional f. tidak melakukan tindakan/asuhan medis yang memadai pada situasi tertentu yang dapat membahayakan pasien; g. melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasien; h. tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis, dan memadai (adequate information) kepada pasien atau keluarganya dalam Praktik Kedokteran; i. melakukan tindakan/asuhan medis tanpa memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga dekat, wali, atau pengampunya; J. tidak membuat atau tidak menyimpan rekam medis dengan sengaja; k. melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan kehamilan yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Kelalaian profesional l. melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien atas permintaan sendiri atau keluarganya; m. menjalankan Praktik Kedokteran dengan menerapkan pengetahuan, keterampilan, atau teknologi yang belum diterima atau di luar tata cara Praktik Kedokteran yang layak; n. melakukan penelitian dalam Praktik Kedokteran dengan menggunakan manusia sebagai subjek penelitian tanpa memperoleh persetujuan etik (ethical clearance) dari lembaga yang diakui pemerintah; o. tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, padahal tidak membahayakan dirinya, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; Kelalaian profesional p. menolak atau menghentikantindakan/asuhan medis atau tindakan pengobatan terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah sesuai dengan ketentuan etika profesi atau peraturan perundang-undangan yang berlaku; q. membuka rahasia kedokteran; r. membuat keterangan medis yang tidak didasarkan kepada hasil pemeriksaan yang diketahuinya secara benar dan patut; s. turut serta dalam perbuatan yang termasuk tindakan penyiksaan (torture) atau eksekusi hukuman mati; Perilaku tercela t. meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya yang tidak sesuai dengan ketentuan etika profesi atau peraturan perundangundangan yang berlaku; u. melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi, atau tindakan kekerasan terhadap pasien dalam penyelenggaraan Praktik Kedokteran; v. menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan haknya; w. menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk, meminta pemeriksaan, atau memberikan resep obat/alat kesehatan; Perilaku tercela x. mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuanl pelayanan yang dimiliki baik lisan ataupun tulisan yang tidak benar atau menyesatkan;y. adiksi pada narkotika, psikotropika, alkohol, dan zat adiktif lainnya; z. berpraktik dengan menggunakan surat tanda registrasi, surat izin praktik, dan/atau sertifikat kompetensi yang tidak sah atau berpraktik tanpa memiliki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; aa. tidak jujur dalam menentukan jasa medis; bb tidak memberikan informasi, dokumen, dan alat bukti lainnya yang diperlukan MKDKI I MKDKI-P untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran Disiplin Profesional Dokter dan Dokter Gigi; disiplin etik hukum PRAKTIK KEDOKTERAN ETIKA DOK DISIPLIN DOK HUKUM DOK KODE ETIK . KEDOKTERAN ATURAN DISIPLIN UU, PP, PERMEN, KEPPRES DLL 1. BENTUK: 1. PENYUSUN ORGANISASI PROFESI NEGARA DAN KKI NEGARA (DPR + PEMERINTAH) 3. SANKSI MORAL/HATI NURANI NASEHAT/TEGURAN PENGUCILAN TEGURAN REEDUKASI CABUT STR /SIP MKEK/ MKEKG (ANGGOTA ; PROFESI) MKDKI: (ANGGOTA ; - DOKTER - DOKTER GIGI - SARJANA HUKUM) PIDANA: DENDA/PENJARA PERDATA: GANTI RUGI ADMINISTRASI: PENCABUTAN KEPUTUSAN PENGADILAN: -NEGERI -TUN (ANGGOTA: HAKIM , SARJANA HUKUM) 4. PEMERIKSA MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN PROFESI MKDKI PERKONSIL 32 Pengaduan 2015 Diterima Ditolak disidangkan Tidak melanggar disiplin melanggar disiplin rekomendasi : peringatan tertulis pencabutan STR sementara atau tetap Keputusan KKI Membuat keputusan : Pemberian Peringatan tertulis Pencabutan STR sementara Bila lebih 3 bulan atau harus mengikuti pelatihan/magang di RS yang ditunjuk Kolegium/Perhimpunan profesi Salinan STR dapat diberikan untuk keperluan magang/pelatihan Pencabutan STR tetap Pembinaan disiplin profesi bukan hukuman KKI OP DINKES PEMBINAAN Profesi dokter PENGAWALAN PROFESI MELINDUNGI MASYARAKAT KOODINASI PEMBINAAN OP RS/FASYANKES DOKTER SEBAGAI SUBJEK DINKES/PEMERINTAH KKI Komunikasi Efektif Dalam Praktik Kedokteran Dipersiapkan oleh Dr. Leila Mona Ganiem, S.Pd, M.Si Bermanfaat Dunia - Akhirat http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSZCJ0fZ5ggRzxnFLAO--W-C1aZXu2x-hV4aULdUxMTWmlA128K2A http://www.job-geek.com/wp-content/uploads/2008/11/out-fallview-surgeon.jpg http://www.rspondokindah.co.id/images/gigi.jpg http://www.obathipertensi.com/image/anakjenius/mencari-dokter-anak.jpg http://4.bp.blogspot.com/_PXsU6gxsJFw/TE2s6EBkI8I/AAAAAAAAAPI/_uE9qwzT0dU/s1600/Doctor.jpg DOKTER/DOKTER GIGI ADALAH PAHLAWAN KESEHATAN… http://www.drrodriguez.org/images/side_buttons/physician_image.jpg http://3.bp.blogspot.com/_OLk_oOmotBU/Sx205u0NByI/AAAAAAAABWA/4mWLHzly01M/s1600/Mengapa+Dokter+Bedah+Menggunakan+Baju+Warna+Hijau.jpg http://media.vivanews.com/images/2010/01/25/84102_wanita_diperiksa_dokter.jpg http://www.themoringa.com/images/Physician_2.jpg http://www.obathipertensi.com/image/anakjenius/mencari-dokter-anak.jpg http://trihatmaningsih.files.wordpress.com/2009/06/bersahabat-dengan-dokter-foto-by-habiburrohman.jpg Bagaimana Praktik Kedokteran yang Baik? ALTRUISM ACCOUNTABILITY HUMANISME EXCELLENCE PROFESIONALISM ETHICAL & LEGAL UNDERSTANDING COMMUNICATION SKILL CLINICAL COMPETENCE SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF Standar SKP II … Rumah Sakit kembangkan peningkatan efektifitas komunikasi antar para pemberi pelayanan SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dibacakan secara lengkap oleh penerima perintah. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten. BERSAMA KITA MENJAGANYA Pemerintah Pusat dan Pemda FAKULTAS KEDOKTERAN RS PENDIDIKAN Mengapa Komunikasi Dokter-Pasien Penting Komunikasi menimbulkan kepercayaan’ http://i2.pcimg.org/news/u/2011/09/doctor-talking-with-patient-2.jpg Sakit ... ketidakpastian tinggi. Ketidakpastian menimbulkan stress Komunikasi mengurangi ketidakpastian http://newsimg.bbc.co.uk/media/images/45426000/jpg/_45426289_m540095-hospital_doctor_talking_to_patient_at_his_bedside-spl.jpg http://gamat.org/wp-content/uploads/2009/04/hipokrates.jpg Komunikasi efektif dokter menimbulkan kemungkinan lebih besar pasien untuk sembuh (Hipokrates, 400 th sm) MANFAAT KOMUNIKASI EFEKTIF Lebih akurat, komprehensif dalam mendiagnosa Dapat mengumpulkan informasi masalah pasien dg komprehensif, relevan, akurat Mendeteksi emosi pasien dan merespon dg tepat Pasien lebih puas dan kurang cemas atas masalahnya Membuat pasien setuju dan mengikuti saran dokter http://www.welldyne.com/images/USSpecialtyCareImage.jpg Dokter yang cakap seharusnya juga komunikator yang cakap, memahami ketidakpastian pasien & keluarga. Dokter yang cakap, namun abai komunikasi… dianggap arogan dan membahayakan kehidupan pasien dan kariernya sendiri (Babrow & Dinn, 2005) Kepedulian dokter mengurangi kecemasan, rasa sakit dan tekanan darah dan meningkatkan kesehatan secara umum Komunikasi dokter – pasien vital karena untuk memastikan dukungan terbaik dan pelayanan pada pasien Menyadari Peran Dokter Juga Diharapkan sebagai Edukator Motivator Konselor http://fotosa.ru/stock_photo/Corbis_RF/p_2539560.jpg DOKTER TANGANI TUBUH PASIEN. TANPA KOMUNIKASI, DOKTER MENGALAMI HAMBATAN DALAM TUGASNYA PERGESERAN PARADIGMA Pendekatan Berfokus pada Dokter Menjadi Pendekatan Berfokus pada Pasien Menghindari dan Meminimalisir dampak Profesional Misconduct http://www.nottingham.ac.uk/News/pressreleases/2010/April/774large440x124.jpg HASIL RISET Dokter yang di training skill komunikasi lebih bagus dalam melakukan diagnosa daripada yang tidak dilatih PENGALAMAN MAHASISWA KEDOKTERAN SEBELUM TRAINING KOMUNIKASI Mereka tidak memperoleh semua informasi yang diperlukan dari pasien Lupa bertanya tentang pengaruh penyakit pasien pada dirinya dan keluarganya Gagal memperhatikan dan merespon sinyal verbal dan nonverbal dari pasien Pasien kelihatan bosan ketika diinterview REALITASNYA Komunikasi Dokter-Pasien kurang diterapkan dengan baik PENGADUAN MKDKI Lebih dari 350 Pengaduan hingga November 2015 Lebih dari 50% terkait masalah komunikasi. TUNTUTAN PASIEN Masalah komunikasi: Pasien merasa ditinggalkan bila terjadi sesuatu hal yang salah Pandangan pasien terdevaluasi Kurang informasi Perspektif pasien tidak dimengerti ISU KOMPLAIN TERBESAR Dokter tidak mendengarkan Dokter tidak memberi informasi Dokter kurang memperlihatkan kepedulian atau kurang respek pada pasien http://www.spartanburgregional.com/RegionalHospice/PublishingImages/hospice%20doctor-patient.jpg MENYAMPAIKAN BERITA BURUK Dokter kerap gagal, karena… Tidak pernah diajarkan Tidak punya persiapan Tidak punya pengalaman Percaya bahwa berita buruk bisa berdampak dirinya dimusuhi Khawatir pasien kehilangan harapan http://www.aolcdn.com/aol-body/doctor-patient-talking186wy100907.jpg Kenyataannya Pasien khawatir dan tertekan Pasien lebih puas pada dokter yang menyatakan kebenaran TANTANGAN… 600.000 masyarakat Indonesia berobat ke luar negeri setiap tahunnya (kebanyakan ke Malaysia dan Singapura). TETANGGA KITA, PESAING KITA…. PERSEPSI RESPONDEN TERKAIT DOKTER ( ALASAN BEROBAT KE LUAR NEGERI) Faktor % Keyakinan kemampuan dokter menangani masalah/penyakit yang diderita 34,50% Kemudahan menemui dokter yang diinginkan 29,50% Transparansi hasil diagnosa (penjelasan tentang penyakit yang diderita) 19,00% Keramahtamahan dokter 23,50% ALASAN PASIEN PINDAH DOKTER Dokter tidak menyediakan waktu yang cukup untuk pasien Dokter tidak ramah Dokter tidak menjawab pertanyaan dengan jujur dan lengkap Dokter kurang berpengetahuan dan kurang kompeten Dokter tidak memperlakukan pasien dengan hormat Dokter tidak selalu ada ditempat bila diperlukan 51% 42% 40% 37% 27% 27% (Nazario, 1992,B1) (Human Communication 2 Steward Tubs & Moss, terj 2000, h. 10) PENTINGNYA PEMBELAJARAN BERKESINAMBUNGAN Ketika Pendidikan sudah diajarkan, Mengapa harus diingatkan kembali? MANUSIA PENGHAYAT NILAI Secara profesional dokter dan dokter gigi perlu menghayati peran profesionalnya https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSatX26xmrbCMFovyOR6n6nNy5JEL2Wt1auZ9xIJeqVC-dVhaP8 Kita akan membahas KOMUNIKASI DOKTER - PASIEN http://siantarblogger.files.wordpress.com/2010/07/ilustrasi3.jpg PERAN KOMUNIKASI Meyakinkan Membangun dan mempertahankan hubungan Menyampaikan perasaan Membujuk Membuat keputusan Memberikan informasi Mengurangi stress Menyelesaikan masalah KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM KOMUNIKASI TERDAPAT Dimensi Isi… Dimensi Hubungan KEBUTUHAN DASAR MANUSIA Praktikal… menjadi sembuh Personal … disayang, dihargai, diminta persetujuannya, didengarkan dan dianggap keluhannya, diperhatikan, ditingkatkan harga dirinya, dihormati rahasianya….. PRINSIPNYA Komunikasi sama makna http://sjfruitsonline.com.sg/image/cache/data/jambu1-700x700.jpg DOKTER MENDENGARKAN Perlu berkonsentrasi dan memperhatikan pernyataan pasien. Memastikan apa yang dimaksud oleh pasien, Sesekali membuat pertanyaan atau pernyataan klarifikasi. PERLUNYA PERAN AKTIF DOKTER Ada Kesenjangan informasi dan pengetahuan yang ada antara dokter dan pasien, Dokter proaktif pastikan apakah pasien benarbenar memahami pesan yang telah disampaikannya. Check – Recheck (Pastikan Konfirmasi) CONTOH: INFORMED CONSENT Dokter berasumsi pasien/keluarga paham Hal Terkait Komunikasi Yang Perlu Ditingkatkan Dokter-Dokter Gigi Proses Interaksi http://blstb.msn.com/i/DB/88876BDC84B0302A8D26A34AA5F6BE.jpg Sambut Perjelas Masalah Pasien - Dengarkan Periksa - Diskusi Sampaikan Info - Penuhi Kebutuhan Tutup dengan Nyaman Interaksi dokter-pasien MEMAHAMI KOMUNIKAN KETIKA MENGINTERVIEW Hangat dan simpatik Mudah diajak bicara Memperkenalkan diri Tampak percaya diri Mendengarkan pasien dan memberi respon ucapan pasien Bertanya yang mudah dimengerti http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQEs-hlwzNrnTOefk8Q-j3xaHG5nF17c6qXpeftQYEbQn7GCF8c 23% … pasien punya kesempatan menuntaskan penjelasannya 69% … kunjungan pasien, dokter melakukan interupsi, mengarahkan pasien pada penyakit tertentu. Rata-rata dokter memotong pembicaraan, setelah pasien mereka berbicara hanya 18 detik (Taylor, 1999) di Indonesia mungkin lebih besar karena paternalistik 75 % orang tidak Efektif dalam Mendengarkan KETIKA BERBICARA MENGUASAI KEMAMPUAN MENYAMPAIKAN BERITA BURUK Dokter kerap gagal Tidak pernah diajarkan Tidak punya persiapan Tidak punya pengalaman Percaya bahwa berita buruk bisa berdampak dirinya dimusuhi Khawatir pasien kehilangan harapan http://www.executivehm.com/media/media-news/news-thumb/100609/patient-communication.jpg KENYATAANNYA Jika tidak disampaikan, pasien khawatir dan tertekan Lebih puas pada dokter yang menyatakan kebenaran http://www.assistnews.net/images10/mi%20Physician-Patient%20Healing%20Relationship_320x213.jpg SENSITIF PADA NONVERBAL & BUDAYA Menggelengkan atau menganggukkan kepala tidak selalu berarti ya atau tidak. “Njeh…” beramakna beragam http://prabata.blogdetik.com/files/2009/09/suc50237-300x225.jpg http://getbetterhealth.com/wp-content/uploads/2010/09/doctor-with-hand-on-hand-of-female-alcoholic-going-through-detox.jpg Kebutuhan pasien akan sentuhan tidak dipenuhi oleh profesional medis (Kreps dan Thornton, 1992) Pijatan dan sentuhan oleh dokter dan perawat menghasilkan efek positif pada pasien yang dirawat di rumah sakit (Knapp dan Hall, 2002) http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRy_ilDmRDGtWnAuZ4X2iFfcLOUOBF4hhl-lp0mC63HaO9WnJ61 Apakah meja membatasi dokter dan pasien ketika konsultasi? Meja ditiadakan, 55,4% pasien duduk santai Meja tersedia, 10,8% pasien duduk santai (Rich, 1974) http://www.infoviagra.net/wp-content/uploads/2008/08/doctor-patient.jpg Cara Bicara (suara) http://i.dailymail.co.uk/i/pix/2006/09/doctorpatient270906_228x324.jpg Beberapa Profesional Misconduct http://www.nottingham.ac.uk/News/pressreleases/2010/April/774large440x124.jpg BEBERAPA PERILAKU PERSONAL PENYEBAB TERJADINYA PROFESSIONAL MISCONDUCT 1. 2. 3. Rasa malas, kurang berhati-hati Gagal meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Arogan, merusak profesionalisme dengan cara: - Mengurangi kemampuan berfikir objektif - Sulit berempati - Over Confidence Keserakahan pada kekayaan - Motivasi utama adalah uang - Manifestasi: - pemeriksaan/pengobatan berlebihan - self referral - Terima komisi dari industri farmasi, askes, dokter rujukan Diambil dari Presentasi: dr. Merdias Almatsier, Sp. S(K) LANJUTAN 4. 5. 6. 7. 8. 9. Membuka rahasia medis Tidak jujur: curang, penipuan Diskriminasi pasien Penyalahgunaan kewenangan profesional (professional abuse) Gangguan fisik-mental Keterampilan komunikasi yang buruk Diambil dari Presentasi: dr. Merdias Almatsier, Sp. S(K) EKSPEKTASI PASIEN TERHADAP DOKTER Primer: kompetensi klinis Sekunder: perilaku Baik hati Respectful (hormat) Sopan Bersungguh-sungguh Perhatian Mampu berkomunikasi efektif Diambil dari Presentasi: dr. Merdias Almatsier, Sp. S(K) DATA HASIL PENELITIAN (USA) 1. 2. Terdapat eskalasi peningkatan tuntutan malpraktik Terdapat peningkatan biaya pertanggung jawaban (liability cost) praktik kedokteran Diambil dari Presentasi: dr. Merdias Almatsier, Sp. S(K) RESPON DOKTER YANG SERING TERJADI SETELAH SUATU ERROR Dokter tidak memberi tahu pasien, atau Dokter memberi informasi minimal tentang error Dokter menghindari pasien Diambil dari Presentasi: dr. Merdias Almatsier, Sp. S(K) RESPON DOKTER SEHARUSNYA SETELAH TERJADI MEDICAL ERROR 1. 2. Menjelaskan (disclose) kepada pasien Minta maaf (apologize) Permintaan maaf: - mengakui adanya error + konsekwensi nya - mengambil tanggung jawab - menyampaikan penyesalan telah menyebabkan cedera - berjanji tidak mengulanginya Diambil dari Presentasi: dr. Merdias Almatsier, Sp. S(K) MENGAPA DOKTER TIDAK MENGHADAPI PASCA MEDICAL ERROR Khawatir dituntut malpraktik Khawatir rusaknya reputasi dokter budaya http://peltzwalker.com/wp-content/uploads/2015/01/shutterstock_69634615-300x201.jpg DAMPAK PENGUNGKAPAN ERROR DAN PERMINTAAN MAAF Hasil penelitian 1. 2. 3. 4. 5. Menurunkan tindakan “menyalahkan (blame) dan marah Meningkatkan “trust” pada dokter Meningkatkan “relationship” Menurunkan potensi risiko tuntutan malpraktik Memudahkan penyelesaian klaim pasien KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN 70-80% tuntutan malpraktik berkaitan dengan kegagalan komunikasi Masalah komunikasi: Pasien merasa ditinggalkan bila terjadi sesuatu hal yang salah Pandangan pasien terdevaluasi Kurang informasi Perspektif pasien tidak dimengerti KOMUNIKASI BURUK Faktor utama: Terjadinya tuntutan malpraktik Menurunnya penghargaan pada dokter http://www.go4healthylife.com/content_images/dokter%20pasien(2)_thumbmedium.jpg Kesimpulan PRAKTIK KEDOKTERAN Melibatkan etik dan moral yang tinggi. Membutuhkan keahlian yang terus menerus harus ditingkatkan mutunya Kemampuan komunikasi adalah bagian besar yang perlu ditingkatkan senantiasa oleh dokter dan dokter gigi Komunikasi efektif dapat cegah medical error Pengungkapan (disclosure) setelah terjadinya medical error dapat cegah tuntutan malpraktik http://thepresidentpostindonesia.com/wp-content/uploads/2012/10/Dokter-Pasien.jpg Wahai Dokter – Dokter Gigi Indonesia, Berkomunikasilah MARI KITA BERSAMA MENDUKUNGNYA Pemerintah Pusat dan Pemda FAKULTAS KEDOKTERAN RS PENDIDIKAN Hubungan Kemitraan Antara Pasien dan Dokter Indah Suksmaningsih Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) Pelayanan Kesehatan Memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau merupakan hak dasar warganegara Banyak unsur yang terlibat: manajemen rumah sakit, tenaga kesehatan, tenaga administrasi, unit penunjang lainnya Pelayanan kesehatan perlu perlakuan khusus: ketelitian, ketepatan, etika Sistem pembiayaan kesehatan masih belum memberi jaminan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan Kesenjangan pengetahuan (penyakit, pengobatan, obat) antara dokter dan pasien masih sangat lebar Kesenjangan, ketidaktahuan, minimnya komunikasi ketidakpuasan pasien Perangkat Hukum UU Dasar 1945 dan perubahannya UU Perlindungan Konsumen (UU No. 8/1999) UU Praktik Kedokteran (UU No. 29/2004) UU Kesehatan (UU No. 36 tahun 2009) UU Rumah Sakit (UU No. 44 tahun 2009) UU Pelayanan Publik (UU No. 25 tahun 2009) Peraturan Pemerintah dan Peraturan/Keputusan Menteri lainnya UU Perlindungan Konsumen Hak atas kenyamanan, keamanan, keselamatan Memperoleh tindakan medis yang tepat (waktu dan jenis penanganan) sesuai kebutuhan medis Memperoleh pelayanan serta diperlakukan tidak menyalahi adat, budaya, serta agama yang dianutnya Sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur Kondisi kesehatan Diagnosa Rencana tindakan termasuk manfaat dan risiko Potensi kejadian yang tidak diharapkan Alternatif tindakan termasuk risiko Biaya dan waktu UU Perlindungan Konsumen Hak untuk memilih setelah informasi diperoleh dengan lengkap Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya Sarana/tenaga kesehatan, tindakan Second opinion Partisipasi dalam pengambilan keputusan Pemberian persetujuan tindakan Hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan upaya preventif dan paradigma sehat Hak untuk diperlakukan dan dilayani dengan benar dan terbebas dari perlakuan diskriminatif Hak untuk dihargai, dijaga privasi dan kerahasiaan Hak untuk mendapatkan kompensasi dan ganti rugi UU Kesehatan Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien Standar profesi merupakan pedoman Harus menghormati hak pasien Hak atas informasi, Hak memberikan persetujuan, Hak atas rahasia kedokteran, Hak atas pendapat kedua Hak atas ganti rugi karena kesalahan atau kealpaan tenaga medis SE Ditjen Pelayanan Medik: Hak mendapatkan informasi yang lengkap atas pelayanan; Hak mendapatkan pelayanan rumah sakit yang bermutu dan manusiawi UU Praktik Kedokteran Hak untuk mendapatkan penjelasan secara lengkap Hak untuk meminta pendapat kedua Hak untuk mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan medis Hak untuk menolak tindakan medis Hak untuk mendapatkan isi rekam medis Hak mendapat penjelasan sebelum persetujuan tindakan medis: Diagnosa dan rencana tindakan Tujuan tindakan medis Risiko tindakan medis yang mungkin terjadi Alternatif tindakan medis dan risikonya UU Rumah Sakit Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di RS Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di RS Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai SIP baik di dalam maupun di luar RS Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit termasuk data-data medisnya Mendapat informasi yang meliputi diagnosa dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis tehadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan UU Rumah Sakit Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama tidak mengganggu pasien lain Memperoleh keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan RS terhadap dirinya Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaannya Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan Menggugat dan atau menuntut RS apabila RS diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik perdata ataupun pidana Mengeluhkan pelayanan RS yagn tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 1 2 5 Bebas memilih dokter dan petugas kesehatan Bebas memilih unit layanan kesehatan yang ditawarkan HAK PASIEN Bebas dari perlakuan diskriminatif Memperoleh informasi dan pendidikan kesehatan sebagai bagian dari Memahami isi hak atas informasipersetujuan ijin pasien (informed consent) 3 6 7 8 Dihargai, dilindungi dan dijaga hak pribadinya, mendapat perlakuan yang baik 9 Hak untuk 10 Hak untuk 4 mendapatkan ganti rugi mengadu atas kerugian Tanggung Jawab Pasien Memahami hak-haknya Memahami tujuan dan biaya pemeriksaan serta perlakuan yang akan diberikan Memberikan informasi yang lengkap, akurat dan jujur, termasuk bila sedang dalam perawatan dokter lain Mengikuti proses pengobatan dan anjuran yang diberikan Bekerja sama dengan dokter selama proses pengobatan Menepati perjanjian pertemuan dengan dokter Etika tidak saja bicara mengenai tata aturan atau tata krama, tetapi mengenai pengambilan keputusan yang baik Sumpah Dokter dan Tenaga Kesehatan lain Berbagai kepentingan : Sebagai ‘pegawai’ rumah sakit Sebagai pelayan publik Sebagai warga negara yang membutuhkan pendidikan dan keamanan secara sosial/ekonomi Pasien Tujuan utama pelayanan kesehatan 1 Pemerataan pelayanan kesehatan secara adil bagi seluruh warga negara Konsumen 2 Kebebasan klinis dan ekonomis bagi penyedia pelayanan kesehatan Penyedia Jasa Kesehatan 3 Pengawasan anggaran dan biaya pada seluruh pengeluaran pelayanan kesehatan Pemerintah 4 Kategori Permasalahan Konsumen penyedia jasa : 1. Product knowledge 2. Business Process 3. Infrastructure 4. Human Resource 14 Product Knowledge Treatment operasi kanker : 1. Disinar X Ray 2. Dikemo 3. Disinar dan di X Ray 15 Business Process CONTOH KASUS 1 Kasus pesanan gambar rontgen antara dokter dan radipografer tidak sesuai. Yang rugi konsumen karena harus rontgen lagi dan dikenakan biaya 16 CONTOH KASUS 2 Hasil foto tidak standar. Konsumen tidak tahu ketika dokter menerima gambar foto yang tidak standar 17 CONTOH KASUS 3 Dalam proses rontgen harus ada perlakuan yang dilakukan oleh penata rongten yang namanya “Contrast”. Ternyata alergi pada pasien. Pasien harus mengeluarkan biaya tambahan untuk alergi 18 Peran Lembaga Konsumen Mengkritisi kebijakan atau perlakuan yang mengabaikan hak-hak konsumen Menyuarakan kepentingan konsumen Menggalang kekuatan konsumen Proses pemberdayaan konsumen tahu sadar bertindak berkelompok Lembaga Penyelesaian Sengketa UU Perlindungan Konsumen Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) Didorong untuk dibentuk sebagai inisiatif masyarakat Sekitar 150 LPKSM di seluruh Indonesia Fokus kegiatan bervariasi tergantung kemampuan dan SDM organisasi Tugas LPKSM Menyebarkan informasi meningkatkan kesadaran masyarakat Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya menerima pengaduan Melakukan pengawasan pelaksanaan perlindungan konsumen Lembaga Penyelesaian Sengketa UU Praktik Kedokteran: apabila merasa dirugikan akibat tindakan praktik kedokteran dapat melaporkan ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Pengaduan dapat dilakukan secara tertulis ataupun secara langsung Keputusan MKDKI mengikat dokter tidak bersalah atau dikenai sanksi disiplin Tidak menghilangkan hak untuk melaporkan atau menggugat Apabila ada dugaan pelanggaran etik dapat melaporkan ke Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Organisasi Profesi Lembaga Penyelesaian Sengketa UU Perlindungan Konsumen Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Diamanatkan dibentuk pemerintah di level pemerintahan kota/kabupaten Terdiri dari unsur pemerintah, konsumen, dan pelaku usaha Sampai saat ini baru sekitar 40 BPSK yang terbentuk Tujuan: penyelesaian sengketa di luar pengadilan Tugas: Penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen mediasi, arbitrasi atau konsiliasi Memutuskan dan menetapkan ada tidaknya kerugian konsumen Menjatuhkan sanksi terhadap pelanggar Putusan bersifat final dan mengikat Lembaga Penyelesaian Sengketa UU Perlindungan Konsumen Badan Perlindungan Konsumen Nasional Ada di tingkat nasional dan bertanggung jawab pada Presiden Fungsi: memberi saran masukan dan pertimbangan terkait upaya perlindungan konsumen Tugas: Memberi rekomendasi kebijakan Melakukan penelitian Menerima pengaduan Menyebarkan informasi Mendorong berkembangnya LPKSM Lembaga Penyelesaian Sengketa Selain karena kesalahan dan kelalaian tenaga medis, sengketa dokter-pasien dapat terjadi karena kurangnya komunikasi antara dokter dan pasien Salah satu kewajiban dokter adalah memberikan informasi yang jelas terkait kondisi, penyakit, rencana tindakan serta kemungkinan kejadian yang tidak diinginkan, termasuk memastikan apakah pasien memahami seluruh penjelasan dokter Belum ada institusi yang secara khusus menangani keluhan dan ketidakpuasan pasien Belum ada tempat penyelesaian sengketa khusus pelayanan medis Ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan dokter dapat disampaikan dan diselesaikan dalam beberapa cara Permasalahan Konsumen Layanan Medik No Permasalahan 1 Pelayanan Rumah Sakit mengecewakan 2 Tidak ada informasi mengenai penggunaan obat selama dalam perawatan 3 Akibat/efek samping dari tindakan medis yang dilakukan oleh pihak dokter di RS 4 Kelalaian petugas RS 5 Informasi yang diberikan oleh dokter tidak benar 6 Penggunaan obat oleh dokter yang tidak sesuai dengan aturan pemakaian dari pabrik Sumber : Bidang Pengaduan YLKI Survei Pelayanan Dokter 2009 Keluhan terkait pelayanan dokter Ketidakjelasan jam praktik dokter di rumah sakit Waktu konsultasi yang terlalu singkat Dokter tidak memberi penjelasan yang cukup Dokter minta pasien melakukan pemeriksaan yang berlebihan Dokter enggan memberikan obat generik Keluhan terkait pelayanan sarana kesehatan Perilaku diskriminatif pada pasien miskin Ketidakjelasan cakupan pelayanan asuransi Hak dan kewajiban pasien ditempelkan di ruang tunggu Penutup Dalam menindaklanjuti ketidakpuasan dan keluhan pasien, seharusnya tidak dengan cara defensif, tetapi menunjukkan upaya memperbaiki pelayanan Kepuasan pasien terhadap respon yang diberikan sarana dan tenaga kesehatan akan sangat menentukan persepsi pasien terhadap rumah sakit dan dokter Perlu ada regulasi yang mewajibkan setiap sarana pelayanan kesehatan mempunyai tempat penyelesaian pengaduan yang independen, sekurang-kurangnya memuat: Ada bagian dan personel yang bertanggung jawab Mekanisme penerimaan dan penanganan termasuk jangka waktu penyelesaian Memberikan laporan penanganan dan hasil penanganan Memberikan laporan periodik pada Departemen Kesehatan Asosiasi sarana kesehatan atau institusi pemerintah terkait dapat membentuk institusi penyelesaian sengketa alternatif tempat penyelesaian sengketa di luar pengadilan TERIMA KASIH