I. PENGARUH RETURN KINERJA SAHAM KEUANGAN (STUDI PADA PERUSAHAAN TERHADAP PERUSAHAAN TOBACCO MANUFACTURES YANG LISTING DI BURSA EFEK JAKARTA) II. LATAR BELAKANG Pasar modal di Indonesia telah menjadi salah satu alternatif pembiayaan bagi perusahaan selain sektor perbankan. Hal ini terkait erat dengan dua fungsi yang dijalankan, yaitu fungsi ekonomi sangat penting dalam menjembatani hubungan antara penyedia, yang disebut dengan investor dan pengguna dana yang disebut dengan emiten atau perusahaan go public. Fungsi keuangan pasar modal ditunjukkan dengan keberadaannya yang memungkinkan pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menanamkan modal dengan harapan memperoleh hasil (return) dan perusahaan dapat memanfaatkan dana tersebut untuk aktifitas perusahaan tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasional perusahaan. Instrumen yang diperdagangkan di pasar modal antara lain instrumen ekuitas seperti saham dan instrumen hutang seperti obligasi. Hal yang perlu diketahui adalah bahwa investasi pada saham merupakan investasi yang berisiko. Harga saham dapat naik tetapi juga dapat turun. Investasi dalam saham membutuhkan analisa yang cermat baik secara fundamental, tehnikal maupun faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi seperti kebijakan ekonomi dan politik pemerintah serta psikologi. Terdapat dua macam analisis untuk menentukan nilai saham (baik fundamental maupun intrinsik), yaitu analisa sekuritas fundamental (fundamental 1 security analysis) atau analisa perusahaan (company analysis) dan analisa teknis (tehnical analysis) (Hartono, 1998: 61). Analisa fundamental menggunakan data keuangan perusahaan seperti: laba, dividen yang dibayar, penjualan, dan lain-lain. Sedangkan analisis teknis menggunakan data pasar saham yang meliputi harga dan volume transaksi saham. Motif investor menanamkan dananya pada sekuritas dari pasar modal adalah untuk memperoleh return (tingkat pengembalian) yang optimal dengan resiko tertentu atau memperoleh return pada resiko yang minimal. Return atas pemilikan sekuritas khususnya saham, dapat diperoleh dalam dua bentuk yaitu deviden dan capital gain (selisih harga jual saham diatas harga belinya). Masyarakat pemodal atau investor selain ingin mendapatkan return yang optimal juga berkepentingan terhadap perkembangan, kondisi serta kinerja perusahaan. Atas dasar itulah para investor mengukur keberhasilan kinerja perusahaan yang akan atau telah menjadi objek investasinya. Salah satu bentuk ukuran kinerja perusahaan adalah kondisi keuangan perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Pengukuran kinerja biasanya dilakukan dengan berdasarkan informasi yang termuat dalam laporan keuangan. Akan tetapi informasi dalam laporan keuangan tersebut tidak akan memberi manfaat yang optimal sebelum pengguna melakukan analisis lebih lanjut, misalnya ke dalam bentuk rasio keuangan. Beberapa rasio keuangan akan membantu investor dalam menilai kinerja keuangan perusahaan dan membuat keputusan investasi. Penggunaan dengan 2 analisis rasio, dimungkinkan bagi investor untuk menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas perusahaan. Nilai suatu saham berkaitan dengan perkiraan prestasi perusahaan di masa depan .Varians harga saham selain dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan juga dipengaruhi hukum permintaan dan penawaran. Seorang investor tentunya akan menanamkan modalnya pada saham yang memiliki kinerja yang baik. Kinerja perusahaan menentukan tinggi rendahnya harga saham di pasar modal. Untuk itu diperlukan suatu analisa menyeluruh atas keadaan keuangan perusahaan tersebut untuk memperoleh return yang maksimal. Kinerja keuangan dapat diwakili oleh rasio keuangan sebagai hasil analisis dari laporan keuangan. Hasil penelitian terdahulu diantaranya Resmi (2002) dan Tausikal (2002) menunjukkan ada beberapa rasio yang perhitungannya berkaitan langsung dengan saham dan memiliki pengaruh terhadap return saham. Rasiorasio tersebut antara lain ; Total Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER). Oleh karena itu investor yang rasional akan menggunakan rasio-rasio tersebut dalam membuat keputusan atas investasinya. Pengukuran kinerja secara konvensional lebih menekankan pada laba akuntasi dan arus kas. Perusahaan yang memiliki nilai Return on Asset (ROA) tinggi atau menghasilkan arus kas operasi (operting cash flow) yang besar dianggap memiliki kinerja yang baik. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan (khususnya laporan laba rugi) tidak memasukkan komponen biaya modal sendiri (ke). Informasi dalam laporan laba rugi tersebut menjadi elemen 3 paling utama dalam penghitungan kinerja keuangan suatu perusahaan, seperti Return on Asset, Return on Equity, Earning Per Share, dan lain-lain. Hal ini berbeda dengan biaya hutang yang telah mempertimbangkan biaya bunga hutang yang telah tercantum dalam Laporan Laba Rugi sebagai bagian dari biaya operasional atau biaya financial. Joel M. Stern dan George Bennet Stewart III dari Stern Stewart & Co di New York pada akhir tahun 80-an menciptakan alat ukur bantu untuk mengukur kinerja perusahaan yang disebut Economic Value Added (EVA). Pada dasarnya EVA menghitung economic profit dan bukan accounting profit. EVA mengukur nilai tambah dalam suatu periode tertentu. Nilai tambah ini tercipta apabila perusahaan memperoleh keuntungan (profit) di atas cost of capital perusahaan. Secara matematis, EVA dihitung dari laba setelah pajak dikurangi dengan cost of capital tahunan. Jika EVA positif, menunjukkan perusahaan telah menciptakan kekayaan. Koesno dalam Resmi (2002) menyebutkan bahwa peningkatan kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor penting bagi investor. Investor membeli sebagian kepemilikan perusahaan dalam bentuk saham dengan harapan agar keuntungan perusahaan dapat ikut dimiliki. Disebutkan pula dalam Asyik dan Soelistyo (2000) bahwa masyarakat luas mengukur kinerja perusahaan dari keberhasilan manajemen. Banyak studi yang telah dilakukan mengenai pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap return saham, tetapi beberapa penelitian menunjukkan hasil yang berbeda. Peneliti bermaksud untuk melakukan studi lebih lanjut melalui 4 pengujian ulang (replication) atas penelitian terdahulu. Peneliti ingin mengetahui apakah jika dilakukan penelitian ulang dengan menggunakan sampel dan data yang berbeda serta periode pengamatan yang lebih akhir dapat diketahui hasil yang konsisten. Apabila hasilnya konsisten, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan memiliki pengaruh terhadap return saham perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu termasuk dalam kelompok Tobacco Manufactures. Pemilihan sampel perusahaan Tobacco Manufactures sebagai objek penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa produk yang dihasilkan adalah rokok dimana perusahaan rokok dikatakan sebagai perusahaan yang kebal krisis (Dyah Hasto Palupi, 1999:79). Hal ini disebabkan kebiasaan merokok masyarakat Indonesia tergolong intens. Kendati kampanye anti rokok terus digulirkan, menghilangkan kebiasaan merokok bukan pekerjaan mudah karena tradisi merokok sudah berlangsung lama, seumur hidup manusia. Loyalitas dan fanatisme perokok sangat tebal. Terlebih lagi potensi perokok baru setiap tahunnya relatif besar. Perusahaan Tobacco Manufactures yang terdiri dari empat perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta dan telah go public yaitu PT. BAT Indonesia Tbk, PT. Bentoel International Investama Tbk, PT. Gudang Garam Tbk, dan PT. HM Sampoerna Tbk maka pelayanan keuangannya bersifat terbuka yang berarti laporan keuangannya telah dipublikasikan sehingga dapat dilihat dan dibaca oleh masyarakat umum terutama pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan tersebut. Dan perusahaan rokok dipilih karena selama pasca krisis 5 moneter ini perusahaan rokok menunjukkan kinerja yang cukup stabil yang ditunjukkan oleh laba perusahaan yang tetap positif. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini akan difokuskan untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan Earning per Share (EPS), Return on Asset (ROA), dan Economic Value Added (EVA) terhadap return saham pada perusahaan rokok yang terdaftar selama lima tahun berturut-turut mulai 2002 sampai 2006. Oleh karena itu judul penelitian ini adalah “ Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Return Saham ( Studi pada Perusahaan Tobacco Manufactures yang Listing di Bursa Efek Jakarta )” . III. RUMUSAN dan BATASAN MASALAH 1. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan rasio keuangan ROA (Return on Assests), EPS (Earning Per Share), dan EVA (Economic Value Added) terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta? 2. Diantara ROA (Return on Assests), EPS (Earning Per Share), dan EVA (Economic Value Added) manakah yang dominan berpengaruh terhadap return saham? 2. Batasan Penelitian Guna memperoleh pembahasan yang lebih fokus dan komprehensif maka permasalahan tersebut dibatasi oleh hal-hal berikut: 6 1. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan rokok yang listing di Bursa Efek Jakarta mulai 2002 sampai 2006 dan mempublikasikan laporan keuangan dengan periode buku yang berakhir 31 Desember. Pengelolaan data bersifat kuantitatif. Hal yang bersifat kualitatif tidak diteliti, seperti faktor manajemen perusahaan dan faktor eksternal (kondisi sosial, hukum, dan sebagainya). 2. Meneliti keterkaitan kinerja keuangan perusahaan dengan return saham yang diukur dengan menggunakan ROA (Return on Assests), EPS (Earning Per Share), dan EVA (Economic Value Added). Dan return yang didapat dari capital gain / loss. 3. Penghitungan biaya atas ekuitas sebagai komponen penting dari EVA maka digunakan pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model). IV. TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan rumusan permasalahan maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1. Untuk mengetahui adanya pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan ROA (Return on Assets), EPS (Earning per Share), dan EVA (Economic Value Added) terhadap return saham perusahaan tobacco manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta. 2. Untuk mengetahui manakah diantara variabel ROA (Return on Assets), EPS (Earning per Share), dan EVA (Economic Value Added) yang dominan berpengaruh terhadap return saham. 7 V. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi tambahan dalam berinvestasi di pasar modal sehingga bisa meminimalisasi kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan investasi dan dapat memperoleh imbalan hasil (return) yang memuaskan. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Dalam penelitian ini, peneliti dapat memperoleh tambahan wawasan dan pengalaman untuk mengaplikasikan teori yang didapat selama ini yang berhubungan dengan pasar modal, khusunya kinerja keuangan baik yang berupa rasio maupaun yang berbasis nilai dan return saham. VI. TINJAUAN PUSTAKA 1. Peneliti Terdahulu Kusumawati dan Susilowati (2004) membuktikan bahwa variabel Debt to Equity Ratio, Divident Payout Ratio, Earning per Share, Net Profit Margin dan Return on Asset dengan hasil analisis regresi secara serentak (simultan) menunjukkan variabel-variabel tersebut mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Dan dari hasil analisis regresi secara parsial menunjukkan bahwa hanya Earning per Share yang berpengaruh signifikan terhadap return saham. Mulyono (2000) dalam Kusumawati dan Susilowati meneliti pengaruh Earning per Share dan tingkat bunga terhadap harga saham pada perusahaan 8 go public di BEJ periode 1992-1997, hasilnya menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara EPS dan harga saham (artinya jika EPS mengalami kenaikan maka harga saham juga akan mengalami kenaikan demikian pula sebaliknya). Sedangkan hubungan antara tingkat suku bunga dan harga saham signifikan dan hubungannya negatif. Penelitian Natarsyah (2000) dalam Kusumawati dan Susilowati memberikan bukti empiris bahwa faktor-faktor fundamental (Return on Asset, Debt to Equity Ratio, Price Book Ratio) dan resiko sistematis mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham dengan periode pengamatan 19901997 pada Industri Barang Konsumsi yang go public. Lehn dan Makhija (1996) melakukan penelitian atas hubungan Economic Value Added (EVA) atau nilai ekonomisnya dan Market Value Added (MVA) dengan stock return dari 241 perusahaan yang termasuk dalam peringkat pencipta nilai yang setiap tahun diterbitkan oleh Stern Stewart & Co selama kurun waktu 1987-1993. Mereka menggunakan 6 variabel sebagai pengukur kinerja yaitu stock return, ROA, ROE, ROS serta EVA dan MVA. Hasil pengujian menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas memiliki hubungan yang positif dengan stock return dan EVA merupakan pengukur kinerja yang memiliki hubungan lebih tinggi dibandingkan yang lain (walaupun perbedaannya kecil). Pradhono dan Yulius (2004) meneliti pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earning dan Arus Kas Operasi terhadap return yang diterima oleh pemegang saham dengan periode penelitian sejak 2000 sampai 9 dengan 2002. perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sub kelompok barang konsumsi. Mereka menyimpulkan bahwa variabel economic value added dan residual income tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return yang diterima pemegang saham. Sedangkan varaibel earning dan arus kas operasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham. Dengan menggunakan uji t mereka menyimpulkan hanya variabel arus kas operasi yang berpengaruh paling signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham. Chendrawati dan Hartono (1999) melakukan pengujian terhadap 45 saham yang termasuk dalam kategori indeks LQ45 sejak pertengahan tahun 1994 hingga akhir tahun 1996. Mereka membandingkan Economic Value Added (EVA) dan Return on Asset (ROA) untuk mengetahui variabel manakah yang berkolerasi dan berpengaruh paling kuat terhadap stock return. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ROA mempunyai korelasi yang lebih kuat dengan stock return (70%) signifikan pada taraf uji two tailed (5%), sedangkan korelasi dengan EVA dan stock return hanyalah 10% dan tidak signifikan pada taraf uji two tailed 5%. Hasil regresi menunjukkan bahwa ROA memiliki koefisien regresi sebesar +0,0035 dan signifikan pada 0,01 sedangkan EVA memiliki koefisien regresi yang sangat kecil (tidak disebutkan) dan tidak signifikan. Resmi (2002) meneliti 30 perusahaan yang sahamnya termasuk kategori indeks LQ45 selama tahun 1997-1999 dengan menggunakan variabel stock 10 return, Eaning Per Share, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, dan Economic Value Added. Secara keseluruhan ia menemukan adanya hubungan yang lemah antara EPS, PER, DER, ROE, dan EVA dengan return saham, tetapi secara parsial dari tahun ke tahun EPS mempunyai hubungan yang lebih kuat dan signifikan terhadap return saham untuk tahun 1997 dan PER untuk tahun 1998 dan 1999. 2. Tinjauan Teori 1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan informasi utama yang dijadikan acuan bagi investor baik secara individual maupun institusional dan analisis sekuritas (Kurniawan dan Indriantoro, 2000:207-224). Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input (informasi) yang bisa dipakai untuk mengambilan keputusan (Mamduh dan Halim: 69). Investor juga sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk mengestimasi arus kas di masa mendatang (Gentyowati, 2001:275-298). Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan pemakainya. 1.1.1 Karakteristik Laporan Keuangan Informasi yang bersifat keuangan maupun ekonomi adalah bentuk informasi yang lebik banyak digunakan dalam menganalisis saham (Kurniawan dan Indriantoro, 2000:207-224). Oleh karena itu informasi dalam laporan keuangan haruslah bermanfaat bagi pemakainya. 11 1.1.2 Permintaan atas Laporan Keuangan Menurut Foster (1986: 9), kebutuhan akan informasi laporan keuangan didorong oleh peranannya dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan memiliki potensi untuk mengurangi ketidakpastian akan situasi yang ada. Beberapa faktor yang membuat informasi dalam laporan keuangan mempunyai keuntungan komparatif antara lain : 1. Informasi laporan keuangan secara langsung berhubungan dengan variabel yang bersangkutan. 2. Informasi laporan keuangan merupakan sumber informasi yang lebih dapat terpercaya. 3. Informasi laporan keuangan merupakan sumber informasi yang berbiaya rendah. 4. Informasi laporan keuangan merupakan sumber informasi yang lebih tepat waktu dalam publikasi atau penyampainnya. Selain mengetahui keuntungan komparatif dari laporan keuangan, pelaku pasar juga perlu mengetahui keterbatasanketerbatasan laporan keuangan. Dengan mengetahui manfaat dan keterbatasan laporan keuangan, maka para pelaku pasar sebagai pemakai laporan keuangan dapat lebih obyektif dan tepat dalam menganalisa laporan keuangan. Investor akan dapat membuat keputusan yang tepat dalam berinvestasi dengaan analisis yang tepat dan lebih obyektif. 12 1.2 Investasi di Pasar Modal Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal pada satu atau lebih aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut di masa yang akan datang. Penelitian ini lebih memfokuskan pada investasi keuangan. Menurut Hartono (1998: 6) terdaapat 2 bentuk investasi keuangan, yaitu : 1. Investasi langsunng, investasi ini silakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market), dan di pasar turunan (derivative market), atau dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjualbelikan yang dapat diperoleh di bank komersial. 2. Investasi tidak langsung, investasi ini dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi yaitu perusahaan yang menyediakan jasa keuanngan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam suatu portofolio. Menurut Tandelilin (2001: 6-8) terdapat beberapa hal yang dijadikan dasar bagi seorang investor untuk pengambilan keputusan investasi yaitu: 1. Return, yang menjadi alasan utama orang berinvestasi adalah memperoleh keuntungan atau return. Return yang diharapkan oleh investor ini adalah kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity 13 cost) dan resiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi. Perbedaan antara return yang diharapkan dengan return yang diterima merupakan suatu risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam keputusan investasi. 2. Risiko, umumnya semakin besar risiko yang ditanggung oleh investor dalam berinvestasi maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Sikap investor terhadap risiko akan sangat tergantung pada preferensi investor terhadap risiko. Investor yang memiliki keberanian yang tinggi maka dia akan memilih keberanian yang tinggi dengan harapan memperoleh tingkat return yang tinggi, dan demikian juga sebaliknya. 1.3 Teori Efisiensi Pasar Modal 1.3.1 Definisi Efesiensi Pasar Menurut Hartono (1998: 363-374) terdapat beberapa definisi efisiensi pasar yaitu: 1. Efisiensi pasar berdasarkan intrinsik sekuritas. Menurut konsep ini suatu pasar yanng efisien adalah: Pasar yang nilai-nilai sekuritasnya tidak menyimpang dari nilai-nilai intrinsiknya. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya konsep efisien pasar tidak lagi berpedoman pada konsep nilai intrinsiknya melainkan lebih berpedoman pada konsep nilai intrinsiknya melainkan lebih berpedoman pada aspek akurasi dari return 14 yang diharapkan investor, ketersediaan informasi, dan kecepatan pasar menyerap informasi tersebut. 2. Efisiensi pasar berdasarkan akurasi dari ekspektasi harga. Fama (1970) mendefinisikan pasar yang efisien adalah sebagai berikut: Suatu pasar sekuritas dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas ”mencerminkan secara penuh” informasi yang tersedia (a security market is efficent if security prices ”fully reflect” the available information). Pengertian dari ”fully reflect” yaitu harga-harga dari sekuritas secara akurat merefleksikan informasi yang ada. Dan dengan adanya informasi yang tersedia (available information), investor dapat secara akurat mengekspektasi atau memprediksi harga dari sekuritas yang bersangkutan. Definisi yang dilontarkan oleh Fama (1970) ini menimbulkan banyak perdebatan. Oleh karena itu Fama (1970) memberikan suatu benchmark yang menunjukkan akurasi dari ekspektasi harga semua investor. Fungsi dari harga-harga di masa mendatang karena adanya informasi yang tersedia menjadi benchmark untuk kemudian dibandingkan dengan fungsi harga-harga di masa mendatang yang terjadi karena pasar menggunakan informasi yang benar. 3. Efisiensi pasar berdasarkan distribusi informasi. Menurut Beaver (1989) pasar yang efisien adalah 15 Pasar dikatakan efisien terhadap suatu sistem informasi, jika dan hanya jika harga-harga sekuritas bertindak seakanakan setiap orang mengamati sistem informasi tersebut (The market is efficient with respect to some specified information system, if and only if security prices act as if everyone observes the information system) Definisi ini memiliki arti bahwa pasar yang efisien jika harga yang terjadi setelah informasi dipublikasikan dan diterima oleh pasar sama dengan harga yang terjadi jika setiap orang memperoleh set informasi tersebut. Sama halnya dengan yang definisi yang dilontarkan oleh Fama (1970), definisi berdasarkan distribusi informasi ini juga membutuhkan benchmark sebagai pembanding. Benchmark yang digunakan adalah return normal yang seharusnya diperoleh pelaku pasar yang kemudian dibandingkan dengan return yang sesungguhnya diperoleh. 4. Efisiensi pasar didasarkan pada proses dinamik. Berbeda dengan konsep-konsep sebelumnya yang bersifat statis, konsep ini mempertimbangkan distribusi informasi yang tidak simetris dan menjelaskan bagaimana harga-harga akan menyesuaikan karena adanya informasi yang tidak simetris tersebut. Menurut Jones (1995) pasar yang efisien adalah : Pasar yang harga-harga sekuritasnya secara cepat dan penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia terhadap aktiva tersebut (an efficient market is one in which the price of all securities quickly and fully reflect all available information about the assets) 16 Menurut Fama (1970) suatu pasar dikatakan efisien jika tidak seorang investor pun dapat memperoleh abnormal return setelah dilakukan penyesuaian terhadap risiko yang akan diterima dengan menggunakan beberapa strategi perdagangan dalam pasar modal. Sedangkan menurut Jogiyanto suatu pasar dikatakan efisien jika pasar bereaksi cepat dan akurat terhadap suatu informasi untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan harga yang tersedia. Beberapa hal yang harus dipenuhi untuk pasar menjadi efisien yaitu: 1. Harga sekuritas harus bebas turun dan naik atau berfluktuasi, tidak ada seorangpun yang mempengaruhi pergerakannya. 2. Tidak ada monopoli dalam pasar. 3. Harus adanya regulasi bahwa setiap perusahaan dalam bursa mempublikasikan setiap informasi yang dimiliki kepada publik. 4. Biaya untuk mendapatkan informasi tersebut minimum dan informasi harus diperoleh tepat pada waktunya. 5. Informasi tersebut dalam bentuk random. 6. Investor bertindak cepat dan tepat terhadap informasi baru yang diterima. 17 1.3.2 Bentuk-Bentuk Efisiensi Pasar Menurut Hartono efesiensi pasar yaitu (1998 : 352-362) terdapat dua macam efesiensi pasar secara informasi (informastionally efficient market) yang ditinjau dari segi ketersediaan informasinya saja dan efesiensi pasar secara keputusan (decisionally efficient market) yang selain ditinjau dari ketersediaan informasi juga dilihat dari kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis informasi yang tersedia. 1.3.2.1Efisiensi Pasar secara Informasi Ada tiga bentuk pasar efisien secara informasi yaitu : 1. Hipotesa efisiensi pasar bentuk lemah (weak form), pasar yang termasuk dalam bentuk ini adalah pasar yang harga sahamnya mencerminkan secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Hipotesa efisiensi pasar bentuk lemah berhubungan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk memperoleh abnormal return. 2. Hipotesa efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form), pasar yang termasuk dalam bentuk ini adalah pasar yang harga sahamnya mencerminkan 18 secara penuh (fully reflect) semua informasi publik yang relevan. Investor tidak dapat mengguanakan informasi yang dipublikasikan ini untuk mendapatkan abnormal return dalam waktu yang lama. 3. Hipotesa efisiensi pasar bentuk kuat (strong form), pasar yang termasuk dalam bentuk ini adalah pasar yang harga sahamnya mencerminkan secara penuh (fully reflect) semua informasi yang relevan baik informasi public maupun informasi pribadi (tertutup). Tidak ada investor yang dapat memperoleh abnormal return karena memiliki informasi privat. 1.3.2.2 Efisiensi Pasar secara Keputusan Seperti yang telah dikatakan di atas efisiensi pasar secara keputusan ditinjau dari dua hal yaitu ketersediaan informasi dan kecanggihan para pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis informasi yang tersedia. Tidak seluruh informasi yang dipublikasikan di bursa langsung tercermin dalam harga sekuritas. Tetapi ada informasi-informasi yang perlu diinterpretasikan dan dianalisa lebih lanjut oleh pelaku pasar sebagai kabar baik ataukah buruk. Untuk dapat menganalisa secara tepat, pelaku pasar harus memiliki keahlian yang memadai. Jika hanya sebagaian saja pelaku pasar yang canggih maka 19 hanya kelompok inilah yang dapat menikmati abnormal return karena mereka dapat menganalisa dengan lebih tepat dibandingkan pelaku pasar lainnya. Hal itu dikatakan pasar tidak efisien walaupun informasi tersedia secara luas. Dan jika seluruh pelaku pasar dapat menginterpretasikan secara tepat informasi yang dipublikasikan maka pasar dapat dikatakan efisien secara keputusan. 1.4 Kinerja Keuangan Perusahaan sebagai suatu organisasi memiliki tujuan tertentu yang harus dicapai. Salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya telah sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuannya adalah melalui kinerja operasinya. Penilaian kinerja ini penting untuk mengidentifikasikan adanya pemborosan atau ketidakberesan sehingga dapat segera diatasi. Kinerja perusahaan dapat diwujudkan dalam 2 aspek yaitu aspek finansial dan non financial. Aspek finansial perusahaan dapat berupa rasio keuangan serta harga dan return saham. Sedangkan aspek non financial dapat berupa penyebaran pasar, indeks kepuasaan konsumen, perputaran pekerja, penghematan waktu dalam siklus produksi, inovasi dan sebagainya. Adapun tujuan penilaian kinerja menurut adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi. 20 2. untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun kewajiban keuangan jangka panjang. 3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas (profitabilitas) yaitu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam periode tertentu. 4. Untuk mengetahui stabilitas usaha yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang dinilai dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali pokok hutangnya tepat waktu serta kemampuan perusahaan untuk membayar dividen secara teratur kepada pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan. 1.4.1 Teknik Analisa Kinerja Keuangan Sebagai sumber informasi utama bagi investor, laporan keuangan diharapkan mampu membantu dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Seperangkat laporan keuangan dalam bentuk neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas belum dapat memberi manfaat maksimal bagi pemakainya sebelum dilakukan analisa terlebih dahulu. Adapun teknik analisa laporan keuangan menurut Foster (1986: 58) adalah sebagai berikut : 21 1. Cross-sectional techniques, yaitu membandingkan analisa keuangan perusahaan yang satu dengan perusahaan sejenis pada saat bersamaan, yang terdiri atas : a) Common size statement, analisa untuk mangetahui prosentase masing-masing aktiva terhadap total aktivanya serta untuk mengetahui struktur permodalan dan komposisi pembiayaan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. b) Financial ratio analisys, yaitu analisa dengan cara mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi untuk menginterpretasikan posisi keuangan suatu perusahaan. 2. Time series techniques, yaitu membandingkan analisa perusahaan dari periode ke periode untuk mengetahui kemajuan atau kemunduran suatu perusahaan, yang terdiri atas: a) trend statement, kecenderungan yaitu analisa keadaan keuangan untuk mengetahui perusahaan, apakah membaik atau memburuk. b) Financial ratio analisys, yaitu analisa dengan cara mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi untuk menginterpretasikan posisi keuangan suatu perusahaan. c) Variability measures, yaitu analisa dengan mengetahui sebab-sebab perubahan laba dari satu periode ke periode 22 yang lain, atau perubahan laba suatu periode dengan laba yang dianggarkan untuk periode tersebut. Teknik analisa yang digunakan oleh investor tergantung dari kebutuhannya serta data yang dimiliki dan yang akan diolah, bisa berupa data silang waktu, atau berturut-turut. 1.5 Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan alternatif untuk menguji apakah informasi keuangan bermanfaat untuk memprediksi harga saham. Analisa rasio keuangan didasarkan pada data historis yang tujuan utamanya adalah memberikan indikasi kinerja perusahaan pada masa yang akan datang. Macam-macam rasio keuangan ada lima macam, yaitu : a. Rasio Likuiditas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, contoh : quik ratio, current ratio, dan lain-lain. b. Rasio Aktivitas yaitu rasio yang mengukur sejauh mana efektifitas penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset, rata-rata umur piutang, perputaran, persediaan, perputaran aktiva tetap, perputaran total aktiva, dan lain-lain. c. Rasio Solvabilitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang, contoh : total hutang terhadap total aset, times interest earned. 23 d. Rasio Profitabilitas rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba, contoh : profit margin, return on assets, return on equity. e. Rasio Pasar yang melihat perkembangan nilai perusahaan relative terhadap nilai buku perusahaan, contoh : prices earning ratio, dividend yield, dividend payout ratio, earning per share, dan lainlain. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Melalui rasio keuangan kita bisa membuat perbandingan dalam dua hal : 1. Rasio keuangan suatu perusahaan bisa dibandingkan dari waktu ke waktu untuk mengamati kecenderungan (trend) yang sedang terjadi. 2. Rasio keuangan bisa diperbandingkan antar perusahaan yang masih bergerak pada industri yang relatif sama. Dengan kedua cara ini kita bisa menilai keunggulan dan kelemahan pengelolaan keuangan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain dalam industri tertentu, atau antara perusahaan dengan rata-rata perusahaan dalam industri yang sama. 1.6 Rasio Yang Digunakan Investor Investor akan menerapkan berbagai teknik untuk memprediksi harga saham, agar dapat memperoleh keuntungan, baik itu berupa return, maupun capital gain. Terdapat beberapa rasio yang sering digunakan investor, yang berkaitan dengan kegiatan mereka di pasar modal. Seperti 24 rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan rasio yang berkaitan dengan sekuritas, yaitu: Earning Per Share, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, dan Dividend Per Share. 1.6.1 ROA (Return on Asset) Untuk menilai kinerja perusahaan, biasanya investor akan melihat dan menganalisa laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Alat ukur financial yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat laba adalah ROA. Perusahaan yang memiliki ROA yang tinggi dianggap menghasilkan kinerja yang baik. ROA merupakan salah satu rasio yang menjadi ukuran profitabilitas perusahaan, serta menunjukkan efisiensi manajemen dalam menggunakan seluruh aset yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Perhitungan ROA diformulasikan sebagai berikut: ROA Laba bersih setelah pajak Total Aktiva Rasio ROA juga menjadi informasi yang penting bagi investor yang akan melakukan transaksi. Karena rasio ini menggambarkan laba bersih yang bisa didapat dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Ini berarti jika semakin besar rasio ini menunjukkan laba yang dapat dihasilkan dari seluruh kekayaan yang dimiliki juga besar. Hal tersebut akan sangat menarik investor untuk berinvestasi sebab profitabilitas akan mempengaruhi harga saham (Husnan, 1998:305), 25 sehingga rasio ini mempunyai hubungan yang positif dengan harga saham atau return saham. 1.7 Economic Value Added Istilah Economic Value Added (EVA) pertama kali dipopulerkan oleh Stern Steward Management Services, sebuah perusahaan konsultan di Amerika Serikat. Model EVA merupakan salah satu pengukur kinerja yang mengukur nilai tambah (added value) yang dihasilkan perusahaan kepada investor (shareholders). Model EVA berangkat dari konsep biaya modal (cost of capital) yakni risiko yang dihadapi perusahaan dalam melakukan investasinya. Cara EVA mengukur kinerja perusahaan adalah dengan mengurangkan laba dengan biaya modal. Cost of Capital sangat dipengaruhi oleh hubungan antara risiko (risk) dan tingkat pengembalian (return), dimana semakin besar risiko yang ditanggung oleh investor semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang dikehendaki. Langkah-langkah untuk menghitung EVA adalah sebagai berikut: 1) Menghitung biaya utang (kd) Kd = biaya bunga/total hutang Untuk menghitung biaya hutang perlu untuk mempertimbangkan pajak sehingga diperoleh : Kd = (1-t)kd T = tarif pajak yang berlaku 26 2) Menghitung biaya ekuitas (ke) Ke = Rf + β (Rm - Rf) Keterangan : Rf : tingkat suku bunga β : beta saham Rm : return market 3) Menentukan struktur modal di neraca Menentukan proporsi utang terhadap total utang dan ekuitas Wd = (total utang / jumlah utang dan ekuitas) x 100% Proporsi ekuitas terhadap total utang dan ekuitas We = (total ekuitas / jumlah utang dan ekuitas) x 100% 4) Menghitung biaya modal (c) Menggunakan pendekatan Weighted Average Cost of Capital (WACC) c = WACC = {kd x Wd} + {ke x We} 5) Menghitung EVA EVA = laba setelah kena pajak – ongkos modal Atau EVA = NOPAT – Biaya Kapital Jika dua perusahaan memiliki utang yang berbeda, dan juga perbedaan jumlah pembayaran bunga, perusahaan tersebut memiliki kinerja operasi yang sama tetapi berbeda pada penghasilan bersih atau net income, maka perusahaan dengan lebih banyak utang akan 27 memiliki net income yang lebih kecil. Tampak bahwa walaupun angka net income merupakan indikator keuangan yang penting namun angka tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan kinerja sesungguhnya dari operasi perusahaan / efektifitas kerja manajer dan karyawannya. Untuk dapat melakukan evaluasi kinerja manajer secara lebih baik maka dimunculkan suatu formula yaitu laba operasi bersih setelah pajak atau net operating profit after taxes (NOPAT) yang merupakan sejumlah laba perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki aset finansial (Agus Sartono, 2001:100). 1.8 Earning Per Share (EPS) Komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah laba per lembar saham atau dikenal sebagai Earning per Share (EPS). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya EPS perusahaan bersangkutan dalam laporan keuangannya, tetapi besarnya EPS suatu perusahaan bisa kita hitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan. Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai berikut (Tandelilin, 2001: 241-242) : EPS Laba bersih setelah bunga dan pajak jumlah saham beredar 28 EPS ini akan sangat membantu investor karena informasi EPS ini bisa menggambarkan prospek earning suatu perusahaan dimasa yang akan datang. Karena EPS menunjukkan laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham perusahaan, maka semakin besar EPS akan menarik investor untuk melakukan investasi diperusahaan tersebut. Oleh karena itu, hal tersebut akan mengakibatkan permintaan akan saham meningkat dan harga saham akan meningkat. Dengan adanya kenaikan harga saham maka akan memungkinkan terjadinya peningkatan return saham. Diharapkan hubungan antara EPS dan return saham adalah positif (Kusumawati dan Susilowati, 2002). 1.9 Return Dalam melakukan investasi di dalam pasar modal, tujuan utama yang ingin dicapai oleh pelaku pasar adalah memaksimalkan return. Return adalah total keuntungan atau kerugian yang diperoleh investor dari nilai investasi sebelum periode tertentu. Sumber-sumber return dapat diperoleh dari dua komponen utama yaitu : a) Yield merupakan komponen return yang menggambarkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik karena adanya suatu investasi. b) Capital gain (loss) merupakan kenaikan atau penurunan harga suatu surat berharga atau sekuritas yang dapat memberikan keuntungan atau kerugian bagi investor. 29 Return saham dihitung dengan rumus : Rit ( pit Pit 1 ) Pit 1 Keterangan : Rit = tingkat keuntungan saham i periode t Pit = harga saham penutupan i pada periode t Pit-1 = harga saham penutupan i pada periode sebelumnya 3. Hipotesis Berdasarkan telaah teori di atas hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 = Return on Assets, Operating Cash Flow, Economic Value Added berpengaruh positif terhadap return saham. H2 = Earning per Share yang paling dominan berpengaruh positif terhadap return saham 30 1.4 Kerangka Pikir Gambar 1 Pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap return saham pada Bursa Efek Jakarta Return on Asset (ROA) Earning Per Share (EPS) Kinerja Keuangan Return Economic Value Added (EVA) VII. Metodelogi Penelitian Dalam penulisan karya ilmiah ini maka diperlukan suatu metode penelitian yang sesuai dengan tema bahasan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka metode penelitian yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kuantitatif, yaitu menjelaskan pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya yang menekankan pada data-data yang sudah ada dan diolah dengan metode statistika. 31 2. Sifat Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi yang bertujuan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan current status dari subjek yang diteliti (Indriantoro dan Supomo, 1999). Lingkup penelitian ini adalah penelitian statistik dengan menggunakan teknik-teknik statistik untuk menguji hipotesis. 3. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan tobacco manufactures yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada 2002 sampai dengan 2006. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling dimana penelitian ini mempunyai tujuan atau target tertentu dalam memilih sampel. Penelitian ini menggunakan metode judgment sampling yaitu tipe pemilihan secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu, umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro dan Supomo, 1999: 131). Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Sampel yang dipilih adalah saham-saham perusahaan tobacco manufaktures yang telah terdaftar pada Bursa Efek Jakarta. 2. Periode penelitian adalah 2002 sampai dengan 2006 dengan pertimbangan bahwa data yang diperoleh masih baru. 3. Perusahaan tobacco manufactures yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan (annual report) pada tahun 2002 sampai 2006. 32 4. Dilakukan dengan menggunakan data kinerja keuangan serta return saham yang terbaru. Maka jumlah sampel yang digunakan sebanyak 4 perusahaan Tobacco Manufaktures yaitu PT. BAT Indonesia Tbk, PT. Bentoel International Investama Tbk, PT. Gudang Garam Tbk, dan PT. HM Sampoerna Tbk yang listing di Bursa Efek Jakarta mulai 2002 sampai 2006 . 5. Jenis Data dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter, yaitu jenis data penelitian yang antara lain berupa faktur, jurnal, surat-surat, memo atau dalam bentuk laporan program (Indriantoro dan Supomo, 1999). Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yaitu data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara atau yang diperoleh dan dicatat oleh pihak lain yang telah disusun dan dipublikasikan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Berupa laporan keuangan dan data harga saham harian masing-masing perusahaan publik yang tersedia di pojok BEJ Universitas Muhammadiyah serta akses internet melalui www.jsx.co.id. 2. Data tentang laba sebelum beban bunga dan pajak, beban pajak perusahaan, modal saham, jumlah hutang jangka panjang dan beban bunga yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan selama periode penelitian mulai 2002 sampai 2006. 33 6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, dengan cara mempelajari atau menyalin catatan atau dokumen yang berhubungan dengan data yang dikumpulkan. 7. Definisi Operasional Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel terikat (dependent variable) Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada satu atau lebih variabel yang menjelaskan (Gujarati, 1995:7). Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah return saham. Return saham dihitung dengan rumus : Rit ( Pit Pit 1 ) Pit 1 Keterangan : Rit = tingkat keuntungan saham i periode t Pit = harga saham keuntungan saham i periode t Pit-1 = harga saham penutupan i pada periode sebelumnya Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham harian. 2. Variabel bebas (independent variable) Variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan variabel terikat. Berdasarkan judul yang penulis ajukan, termasuk di dalam variabel bebas adalah rasio kinerja keuangan perusahaan yaitu, Return on Asset,Economic Value Added dan Eerning Per Share. 34 a. Economic Value Added (EVA) menitikberatkan pada efektivitas manajerial pada tahun tertentu (Agus Sartono, 2003). Formula EVA bisa dihitung sebagai berikut : EVA = laba setelah kena pajak – ongkos modal Atau EVA = NOPAT – Biaya Kapital = NOPAT – (WACC x Kapital) Yang dimaksud dengan NOPAT (Net Operating Profit After Taxes) yaitu laba bersih dikurangi pajak, sementara biaya capital adalah biaya pinjaman dan biaya ekuitas yang digunakan untuk menghasilkan NOPAT dan dihitung secara rata-rata tertimbang atau Weighted Average Cost of Capital (WACC). b. Return On Asset (ROA) atau sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai Rentabilitas Ekonomi mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu dengan aktiva yang tersedia. Analisis ini kemudian bisa diproyeksikan ke masa depan untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa mendatang (Mamduh dan Halim, 2003:159). Formula ROA bisa dihitung sebagai berikut : ROA Laba bersih setelah pajak Total Aktiva c. Earning per share (EPS) atau laba per lembar saham yaitu kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan saham yang 35 dipunyai (Mamduh dan Halim, 2003:186). Formula EPS bisa dihitung sebagai berikut : EPS Laba bersih setelah bunga dan pajak jumlah saham beredar 8. Metode Analisis Data 6.1 Statistik Deskriptif Untuk memecahkan masalah maka penelitian ini menggunakan Statistik deskriptif yang digunakan sebagai alat untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (generalisasi). 6.2 Pengujian Asumsi Klasik Sebelum model regresi berganda digunakan dan memberikan hasil yang representatif juga harus memenuhi asumsi klasik yaitu tidak terjadi multikolinearitas, heteroskdastisitas dan autokorelasi. Asumsiasumsi tersebut antara lain : 1. Asumsi Normalitas Uji normalitas dapat digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal (Santoso, 2002 : 212). Untuk menguji apakah sampel penelitian memiliki distribusi 36 normal maka digunakan penguji Kolmogorov-Smiirnov Goodness of Fit Test terhadap masing-masing variabel. Kreiteria pengambilan keputusan adalah : o Jika Probabilitas > 0,05, maka H0 diterima. o Jika Probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak. 2. Uji Autokorelasi Salah satu syarat dapat digunakannya model analisis regresi linear berganda adalah terpenuhinya asumsi non-autokorelasi. Uji ini dilakukan untuk melihat apakahterdapat korelasi antara kesalahan pengganngu pada periode t, dengan kesalahan pada periode sebelumnya (t-1) (Santoso, 2004). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi maka dilakukan uji statistik Durbin Watson. Patokan angka D-W (Durbin-Watson) untuk mendeteksi autokorelasi secara umum adalah sebagai berikut: a) Angka D-W di bawah -2 berarti ada korelasi positif. b) Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. c) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. 3. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan untuk menunjukkan adanya hubungan linear antara variabel independen. Jika antar variabel berkorelasi dengan sempurna maka model kuadrat terkecil tidak dapat digunakan. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya 37 multikolinearitas adalah dengan menggunakan nilai Value Inflation Faktor (VIF). Besarnya VIF dirumuskan sebagai berikut : VIF 1 2 (1 R XI ) Kriteria pengambilan keputusan adalah jika nilai VIF (value inflation factor) lebih besar dari 5, maka terjadi kolinearitas yang cukup tinggi antar variabel independen (Santoso, 2000: 282). 4. Uji Heteroskedastisitas Asumsi pokok dari model regresi linier klasik adalah bahwa gangguan (disturbance) yang muncul dalam regresi adalah heteroskedastisitas. Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke penngamatan yang lain. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan melakukan uji Park. Bila nilai thitung < ttabel maka akan terjadi homoskedastisitas yaitu varian variabel independen adalah konstan untuk setiap nilai tertentu variabel independen. Sebaliknya, apabila nilai thitung > ttabel, berarti terjadi heteroskedastisitas. 6.3 Model analisis regresi linear berganda Model analisis ini digunakan karena penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. Model analisis ini sama seperti yang digunakan dalam penelitian Resmi (2002). Model analisisnya yaitu : Rit = α + β1 EVAit + β2 EPSit + β3 ROAit + εit 38 Keterangan : Rit = return saham perusahaan i pada periode ke t α = konstanta EVAit = EVA perusahaan i pada periode ke t EPSit = EPS perusahaan i pada periode ke t ROAit = ROA perusahaan i pada periode ke t εit = faktor pengganggu perubahan dalam return saham 6.4 Uji Hipotesis Uji hipotesis yang digunakan yaitu uji signifikansi untuk memeriksa benar atau tidaknya H0 adalah : 1. Analisa regresi secara multivariate dengan melakukan uji F dengan taraf signifikansi untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel independent secara serentak terhadap variabel dependent. Untuk tujuan pengujian ini, maka digunakan F statistik sebagai berikut : Fhitung R 2 (k 1) (1 k 2 ) /( n k ) Keterangan : R2 : koefisien determinasi n : jumlah sampel k : jumlah variabel bebas Nilai Fhitung dibandingkan dengan Ftabel. Apabila Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, demikian pula jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. 39 2. Analisa regresi secara univariate dengan penggunaan metode ttest dengan taraf signifikansi 5% untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independent secara parsial terhadap variabel dependent. Untuk membuktikan koefisien suatu model regresi itu secara statistic signifikan atau tidak dipakai nilai t statistik. Hasil thitung akan dibandingkan dengan ttabel. Apabila thitung < ttabel maka H0 diterima dan Halternatif ditolak yang berarti variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan bila terjadi setidaknya thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel independent berpengaruh terhadap variabel dependen. VIII. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk mempermudah pemahaman keseluruhan hasil penelitian ini, maka penulis menyusun karya ilmiah ini secara sistematis yang secara garis besar diuraikan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah dan batasan masalah, tujuan penalitian, dan manfaat penelitian, serta sistematika pembahasan. 40 BAB II : KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan tentang berbagai tinjauan pustaka yang mendukung penelitian, tinjauan atas penelitian terdahulu dan perumusan hipotesis. BAB III : METODE PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan tentang sifat penelitian, jenis data dan sumber data, teknik pengumpulan data, penentuan populasi dan sampel, definisi operasional variabel, dan teknik analisa data. BAB IV: PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dan interpretasinya. BAB V: PENUTUP Bab penutup berisi kesimpulan atas hasil penelitian dan saran-saran yang diperlukan. DAFTAR PUSTAKA 41 DAFTAR PUSTAKA Foster, George, 1986, Financial Statement Analysis, Second Edition, Singapore: Prentice-hall. Gantyowati, Evi, 2001, Hubungan antara Operating, Cash Flow dan Accrual dengan Return Saham, (Kompak), no. 3. September: 275-298. Gujarati, DN, 1995. Ekonometrika Dasar. Terjemahan. Mc. Graw Hill, Inc. Massaachussetts. Hanafi, M Mamduh dan Abdul Halim, 2003, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Revisi, Yogyakarta: AMP-YKPN. Hartono,Jogiyanto,1998.Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi pertama.Yogyakarta: BPFE-UGM. Husnan, Suad, 1994. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Ke-2, Cetakan Pertama. Penerbit AMPYKPN, Yogyakarta. Indriantoro, Nur dan Bambang, Supomo.1999, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen.Yogyakarta:BPFE-UGM. Kusumawati, Rita dan Susilowati, Fitri, 2004, Analisis Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Return Saham.Jurnal Analisis Bisnis dan Akuntansi, UM Magelang. Vol 2 no 1 April:69. Manao, Hekinus dan Nur, Deswin, 1999. Asosiasi Rasio Keuangan dengan Return Saham: Pertimbangan Ukuran Perusahaan serta Pengaruh Krisis Ekonomi di Indonesia. Vol. 01, No. 009. 42 Pradhono dan Jogi Chritiawan, Yulius. 2004. Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi Terhadap Return yang Diterima oleh Pemegang Saham. Jurnal Analisis Bisnis dan Akuntansi, UM Magelang. Vol 2 no 1 April:69. Resmi, Siti, 2002. Keterkaitan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Return Saham. Kompak, No. 6, September, 275-300. Sartono, Agus, 2001, Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi, Edisi Empat, Yogyakarta: BPFE Sugiyono, 1999, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV ALFABETA. Tandelilin, E. 2001, Analisa Investasi dan Manajemen Portofolio, Yogyakarta:BPFE. Tuasikal, Askam, 2000. Manfaat Informasi Akuntansi dalam Memprediksi Return Saham. Vol. 01 No 040. 43 44