BABI - Directory UMM

advertisement
I.
PENGARUH
RETURN
KINERJA
SAHAM
KEUANGAN
(STUDI
PADA
PERUSAHAAN
TERHADAP
PERUSAHAAN
TOBACCO
MANUFACTURES YANG LISTING DI BURSA EFEK JAKARTA)
II.
LATAR BELAKANG
Pasar modal di Indonesia telah menjadi salah satu alternatif pembiayaan
bagi perusahaan selain sektor perbankan. Hal ini terkait erat dengan dua fungsi
yang dijalankan, yaitu fungsi ekonomi sangat penting dalam menjembatani
hubungan antara penyedia, yang disebut dengan investor dan pengguna dana
yang disebut dengan emiten atau perusahaan go public. Fungsi keuangan pasar
modal ditunjukkan dengan keberadaannya yang memungkinkan pihak-pihak yang
memiliki kelebihan dana dapat menanamkan modal dengan harapan memperoleh
hasil (return) dan perusahaan dapat memanfaatkan dana tersebut untuk aktifitas
perusahaan tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasional perusahaan.
Instrumen yang diperdagangkan di pasar modal antara lain instrumen
ekuitas seperti saham dan instrumen hutang seperti obligasi. Hal yang perlu
diketahui adalah bahwa investasi pada saham merupakan investasi yang berisiko.
Harga saham dapat naik tetapi juga dapat turun. Investasi dalam saham
membutuhkan analisa yang cermat baik secara fundamental, tehnikal maupun
faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi seperti kebijakan ekonomi dan
politik pemerintah serta psikologi.
Terdapat dua macam analisis untuk menentukan nilai saham (baik
fundamental maupun intrinsik), yaitu analisa sekuritas fundamental (fundamental
1
security analysis) atau analisa perusahaan (company analysis) dan analisa teknis
(tehnical analysis) (Hartono, 1998: 61). Analisa fundamental menggunakan data
keuangan perusahaan seperti: laba, dividen yang dibayar, penjualan, dan lain-lain.
Sedangkan analisis teknis menggunakan data pasar saham yang meliputi harga
dan volume transaksi saham.
Motif investor menanamkan dananya pada sekuritas dari pasar modal
adalah untuk memperoleh return (tingkat pengembalian) yang optimal dengan
resiko tertentu atau memperoleh return pada resiko yang minimal. Return atas
pemilikan sekuritas khususnya saham, dapat diperoleh dalam dua bentuk yaitu
deviden dan capital gain (selisih harga jual saham diatas harga belinya).
Masyarakat pemodal atau investor selain ingin mendapatkan return yang
optimal juga berkepentingan terhadap perkembangan, kondisi serta kinerja
perusahaan. Atas dasar itulah para investor mengukur keberhasilan kinerja
perusahaan yang akan atau telah menjadi objek investasinya. Salah satu bentuk
ukuran kinerja perusahaan adalah kondisi keuangan perusahaan. Kondisi
keuangan perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan.
Pengukuran kinerja biasanya dilakukan dengan berdasarkan informasi
yang termuat dalam laporan keuangan. Akan tetapi informasi dalam laporan
keuangan tersebut tidak akan memberi manfaat yang optimal sebelum pengguna
melakukan analisis lebih lanjut, misalnya ke dalam bentuk rasio keuangan.
Beberapa rasio keuangan akan membantu investor dalam menilai kinerja
keuangan perusahaan dan membuat keputusan investasi. Penggunaan dengan
2
analisis rasio, dimungkinkan bagi investor untuk menentukan tingkat likuiditas,
solvabilitas dan profitabilitas perusahaan.
Nilai suatu saham berkaitan dengan perkiraan prestasi perusahaan di masa
depan .Varians harga saham selain dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan
yang bersangkutan juga dipengaruhi hukum permintaan dan penawaran. Seorang
investor tentunya akan menanamkan modalnya pada saham yang memiliki kinerja
yang baik. Kinerja perusahaan menentukan tinggi rendahnya harga saham di pasar
modal. Untuk itu diperlukan suatu analisa menyeluruh atas keadaan keuangan
perusahaan tersebut untuk memperoleh return yang maksimal.
Kinerja keuangan dapat diwakili oleh rasio keuangan sebagai hasil analisis
dari laporan keuangan. Hasil penelitian terdahulu diantaranya Resmi (2002) dan
Tausikal (2002) menunjukkan ada beberapa rasio yang perhitungannya berkaitan
langsung dengan saham dan memiliki pengaruh terhadap return saham. Rasiorasio tersebut antara lain ; Total Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity
(ROE), Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER). Oleh karena itu
investor yang rasional akan menggunakan rasio-rasio tersebut dalam membuat
keputusan atas investasinya.
Pengukuran kinerja secara konvensional lebih menekankan pada laba
akuntasi dan arus kas. Perusahaan yang memiliki nilai Return on Asset (ROA)
tinggi atau menghasilkan arus kas operasi (operting cash flow) yang besar
dianggap memiliki kinerja yang baik. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh
perusahaan (khususnya laporan laba rugi) tidak memasukkan komponen biaya
modal sendiri (ke). Informasi dalam laporan laba rugi tersebut menjadi elemen
3
paling utama dalam penghitungan kinerja keuangan suatu perusahaan, seperti
Return on Asset, Return on Equity, Earning Per Share, dan lain-lain. Hal ini
berbeda dengan biaya hutang yang telah mempertimbangkan biaya bunga hutang
yang telah tercantum dalam Laporan Laba Rugi sebagai bagian dari biaya
operasional atau biaya financial.
Joel M. Stern dan George Bennet Stewart III dari Stern Stewart & Co di
New York pada akhir tahun 80-an menciptakan alat ukur bantu untuk mengukur
kinerja perusahaan yang disebut Economic Value Added (EVA). Pada dasarnya
EVA menghitung economic profit dan bukan accounting profit. EVA mengukur
nilai tambah dalam suatu periode tertentu. Nilai tambah ini tercipta apabila
perusahaan memperoleh keuntungan (profit) di atas cost of capital perusahaan.
Secara matematis, EVA dihitung dari laba setelah pajak dikurangi dengan cost of
capital tahunan. Jika EVA positif, menunjukkan perusahaan telah menciptakan
kekayaan.
Koesno dalam Resmi (2002) menyebutkan bahwa peningkatan kinerja
keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor penting bagi investor. Investor
membeli sebagian kepemilikan perusahaan dalam bentuk saham dengan harapan
agar keuntungan perusahaan dapat ikut dimiliki. Disebutkan pula dalam Asyik
dan Soelistyo (2000) bahwa masyarakat luas mengukur kinerja perusahaan dari
keberhasilan manajemen.
Banyak studi yang telah dilakukan mengenai pengaruh kinerja keuangan
perusahaan terhadap return saham, tetapi beberapa penelitian menunjukkan hasil
yang berbeda. Peneliti bermaksud untuk melakukan studi lebih lanjut melalui
4
pengujian ulang (replication) atas penelitian terdahulu. Peneliti ingin mengetahui
apakah jika dilakukan penelitian ulang dengan menggunakan sampel dan data
yang berbeda serta periode pengamatan yang lebih akhir dapat diketahui hasil
yang konsisten. Apabila hasilnya konsisten, maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja keuangan memiliki pengaruh terhadap return saham perusahaan yang
menjadi sampel dalam penelitian ini.
Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu termasuk dalam
kelompok Tobacco Manufactures. Pemilihan sampel perusahaan Tobacco
Manufactures sebagai objek penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa
produk yang dihasilkan adalah rokok dimana perusahaan rokok dikatakan sebagai
perusahaan yang kebal krisis (Dyah Hasto Palupi, 1999:79). Hal ini disebabkan
kebiasaan merokok masyarakat Indonesia tergolong intens. Kendati kampanye
anti rokok terus digulirkan, menghilangkan kebiasaan merokok bukan pekerjaan
mudah karena tradisi merokok sudah berlangsung lama, seumur hidup manusia.
Loyalitas dan fanatisme perokok sangat tebal. Terlebih lagi potensi perokok baru
setiap tahunnya relatif besar.
Perusahaan Tobacco Manufactures yang terdiri dari empat perusahaan
yang listing di Bursa Efek Jakarta dan telah go public yaitu PT. BAT Indonesia
Tbk, PT. Bentoel International Investama Tbk, PT. Gudang Garam Tbk, dan PT.
HM Sampoerna Tbk maka pelayanan keuangannya bersifat terbuka yang berarti
laporan keuangannya telah dipublikasikan sehingga dapat dilihat dan dibaca oleh
masyarakat umum terutama pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan
keuangan tersebut. Dan perusahaan rokok dipilih karena selama pasca krisis
5
moneter ini perusahaan rokok menunjukkan kinerja yang cukup stabil yang
ditunjukkan oleh laba perusahaan yang tetap positif.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini akan difokuskan untuk
mengetahui pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan Earning per Share
(EPS), Return on Asset (ROA), dan Economic Value Added (EVA) terhadap return
saham pada perusahaan rokok yang terdaftar selama lima tahun berturut-turut
mulai 2002 sampai 2006. Oleh karena itu judul penelitian ini adalah “ Pengaruh
Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Return Saham ( Studi pada
Perusahaan Tobacco Manufactures yang Listing di Bursa Efek Jakarta )” .
III.
RUMUSAN dan BATASAN MASALAH
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya, maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.
Apakah ada pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan
rasio keuangan ROA (Return on Assests), EPS (Earning Per Share), dan
EVA (Economic Value Added) terhadap return saham perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta?
2.
Diantara ROA (Return on Assests), EPS (Earning Per Share), dan EVA
(Economic Value Added) manakah yang dominan berpengaruh terhadap
return saham?
2. Batasan Penelitian
Guna memperoleh pembahasan yang lebih fokus dan komprehensif maka
permasalahan tersebut dibatasi oleh hal-hal berikut:
6
1.
Penelitian dilakukan terhadap perusahaan rokok yang listing di Bursa Efek
Jakarta mulai 2002 sampai 2006 dan mempublikasikan laporan keuangan
dengan periode buku yang berakhir 31 Desember.
Pengelolaan data
bersifat kuantitatif. Hal yang bersifat kualitatif tidak diteliti, seperti faktor
manajemen perusahaan dan faktor eksternal (kondisi sosial, hukum, dan
sebagainya).
2.
Meneliti keterkaitan kinerja keuangan perusahaan dengan return saham
yang diukur dengan menggunakan ROA (Return on Assests), EPS
(Earning Per Share), dan EVA (Economic Value Added). Dan return yang
didapat dari capital gain / loss.
3.
Penghitungan biaya atas ekuitas sebagai komponen penting dari EVA
maka digunakan pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model).
IV.
TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan permasalahan maka penelitian ini dilakukan
dengan tujuan:
1.
Untuk mengetahui adanya pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan
ROA (Return on Assets), EPS (Earning per Share), dan EVA (Economic
Value Added) terhadap return saham perusahaan tobacco manufaktur yang
listing di Bursa Efek Jakarta.
2.
Untuk mengetahui manakah diantara variabel ROA (Return on Assets), EPS
(Earning per Share), dan EVA (Economic Value Added) yang dominan
berpengaruh terhadap return saham.
7
V.
MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi tambahan
dalam berinvestasi di pasar modal sehingga bisa meminimalisasi kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan investasi dan dapat
memperoleh imbalan hasil (return) yang memuaskan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dalam penelitian ini, peneliti dapat memperoleh tambahan wawasan dan
pengalaman untuk mengaplikasikan teori yang didapat selama ini yang
berhubungan dengan pasar modal, khusunya kinerja keuangan baik yang berupa
rasio maupaun yang berbasis nilai dan return saham.
VI.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Peneliti Terdahulu
Kusumawati dan Susilowati (2004) membuktikan bahwa variabel Debt to
Equity Ratio, Divident Payout Ratio, Earning per Share, Net Profit Margin
dan Return on Asset dengan hasil analisis regresi secara serentak (simultan)
menunjukkan variabel-variabel tersebut mempunyai pengaruh signifikan
terhadap return saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Dan dari
hasil analisis regresi secara parsial menunjukkan bahwa hanya Earning per
Share yang berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Mulyono (2000) dalam Kusumawati dan Susilowati meneliti pengaruh
Earning per Share dan tingkat bunga terhadap harga saham pada perusahaan
8
go public di BEJ periode 1992-1997, hasilnya menunjukkan adanya hubungan
yang positif dan signifikan antara EPS dan harga saham (artinya jika EPS
mengalami kenaikan maka harga saham juga akan mengalami kenaikan
demikian pula sebaliknya). Sedangkan hubungan antara tingkat suku bunga
dan harga saham signifikan dan hubungannya negatif.
Penelitian
Natarsyah
(2000)
dalam
Kusumawati
dan
Susilowati
memberikan bukti empiris bahwa faktor-faktor fundamental (Return on Asset,
Debt to Equity Ratio, Price Book Ratio) dan resiko sistematis mempunyai
pengaruh signifikan terhadap harga saham dengan periode pengamatan 19901997 pada Industri Barang Konsumsi yang go public.
Lehn dan Makhija (1996) melakukan penelitian atas hubungan Economic
Value Added (EVA) atau nilai ekonomisnya dan Market Value Added (MVA)
dengan stock return dari 241 perusahaan yang termasuk dalam peringkat
pencipta nilai yang setiap tahun diterbitkan oleh Stern Stewart & Co selama
kurun waktu 1987-1993. Mereka menggunakan 6 variabel sebagai pengukur
kinerja yaitu stock return, ROA, ROE, ROS serta EVA dan MVA. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas memiliki hubungan
yang positif dengan stock return dan EVA merupakan pengukur kinerja yang
memiliki hubungan lebih tinggi dibandingkan yang lain (walaupun
perbedaannya kecil).
Pradhono dan Yulius (2004) meneliti pengaruh Economic Value Added,
Residual Income, Earning dan Arus Kas Operasi terhadap return yang
diterima oleh pemegang saham dengan periode penelitian sejak 2000 sampai
9
dengan 2002. perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan
manufaktur
sub
kelompok
barang
konsumsi.
Mereka
menyimpulkan bahwa variabel economic value added dan residual income
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return yang diterima
pemegang saham. Sedangkan varaibel earning dan arus kas operasi
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return yang diterima oleh
pemegang saham. Dengan menggunakan uji t mereka menyimpulkan hanya
variabel arus kas operasi yang berpengaruh paling signifikan terhadap return
yang diterima oleh pemegang saham.
Chendrawati dan Hartono (1999) melakukan pengujian terhadap 45 saham
yang termasuk dalam kategori indeks LQ45 sejak pertengahan tahun 1994
hingga akhir tahun 1996. Mereka membandingkan Economic Value Added
(EVA) dan Return on Asset (ROA) untuk mengetahui variabel manakah yang
berkolerasi dan berpengaruh paling kuat terhadap stock return. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa ROA mempunyai korelasi yang lebih kuat
dengan stock return (70%) signifikan pada taraf uji two tailed (5%),
sedangkan korelasi dengan EVA dan stock return hanyalah 10% dan tidak
signifikan pada taraf uji two tailed 5%. Hasil regresi menunjukkan bahwa
ROA memiliki koefisien regresi sebesar +0,0035 dan signifikan pada 0,01
sedangkan EVA memiliki koefisien regresi yang sangat kecil (tidak
disebutkan) dan tidak signifikan.
Resmi (2002) meneliti 30 perusahaan yang sahamnya termasuk kategori
indeks LQ45 selama tahun 1997-1999 dengan menggunakan variabel stock
10
return, Eaning Per Share, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Return
on Equity, dan Economic Value Added. Secara keseluruhan ia menemukan
adanya hubungan yang lemah antara EPS, PER, DER, ROE, dan EVA dengan
return saham, tetapi secara parsial dari tahun ke tahun EPS mempunyai
hubungan yang lebih kuat dan signifikan terhadap return saham untuk tahun
1997 dan PER untuk tahun 1998 dan 1999.
2. Tinjauan Teori
1.1 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan informasi utama yang dijadikan
acuan bagi investor baik secara individual maupun institusional dan
analisis sekuritas (Kurniawan dan Indriantoro, 2000:207-224). Laporan
keuangan menjadi penting karena memberikan input (informasi) yang bisa
dipakai untuk mengambilan keputusan (Mamduh dan Halim: 69). Investor
juga
sangat
berkepentingan
terhadap
laporan
keuangan
untuk
mengestimasi arus kas di masa mendatang (Gentyowati, 2001:275-298).
Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun
sekali untuk memenuhi kebutuhan pemakainya.
1.1.1 Karakteristik Laporan Keuangan
Informasi yang bersifat keuangan maupun ekonomi adalah
bentuk informasi yang lebik banyak digunakan dalam menganalisis
saham (Kurniawan dan Indriantoro, 2000:207-224). Oleh karena itu
informasi dalam laporan keuangan haruslah bermanfaat bagi
pemakainya.
11
1.1.2 Permintaan atas Laporan Keuangan
Menurut Foster (1986: 9), kebutuhan akan informasi laporan
keuangan didorong oleh peranannya dalam proses pengambilan
keputusan. Laporan keuangan memiliki potensi untuk mengurangi
ketidakpastian akan situasi yang ada. Beberapa faktor yang membuat
informasi
dalam
laporan
keuangan
mempunyai
keuntungan
komparatif antara lain :
1. Informasi laporan keuangan secara langsung berhubungan
dengan variabel yang bersangkutan.
2. Informasi laporan keuangan merupakan sumber informasi yang
lebih dapat terpercaya.
3. Informasi laporan keuangan merupakan sumber informasi yang
berbiaya rendah.
4. Informasi laporan keuangan merupakan sumber informasi yang
lebih tepat waktu dalam publikasi atau penyampainnya.
Selain mengetahui keuntungan komparatif dari laporan
keuangan, pelaku pasar juga perlu mengetahui keterbatasanketerbatasan laporan keuangan. Dengan mengetahui manfaat dan
keterbatasan laporan keuangan, maka para pelaku pasar sebagai
pemakai laporan keuangan dapat lebih obyektif dan tepat dalam
menganalisa laporan keuangan. Investor akan dapat membuat
keputusan yang tepat dalam berinvestasi dengaan analisis yang tepat
dan lebih obyektif.
12
1.2 Investasi di Pasar Modal
Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal pada satu atau
lebih aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan
mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut
di masa yang akan datang. Penelitian ini lebih memfokuskan pada
investasi keuangan. Menurut Hartono (1998: 6) terdaapat 2 bentuk
investasi keuangan, yaitu :
1. Investasi langsunng, investasi ini silakukan dengan membeli aktiva
keuangan yang dapat diperjual-belikan di pasar uang (money market),
pasar modal (capital market), dan di pasar turunan (derivative market),
atau dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjualbelikan yang dapat diperoleh di bank komersial.
2. Investasi tidak langsung, investasi ini dilakukan dengan membeli
surat-surat berharga dari perusahaan investasi yaitu perusahaan yang
menyediakan jasa keuanngan dengan cara menjual sahamnya ke publik
dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam
suatu portofolio.
Menurut Tandelilin (2001: 6-8) terdapat beberapa hal yang
dijadikan dasar bagi seorang investor untuk pengambilan keputusan
investasi yaitu:
1. Return, yang menjadi alasan utama orang berinvestasi adalah
memperoleh keuntungan atau return. Return yang diharapkan oleh
investor ini adalah kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity
13
cost) dan resiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi.
Perbedaan antara return yang diharapkan dengan return yang diterima
merupakan suatu risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam
keputusan investasi.
2. Risiko, umumnya semakin besar risiko yang ditanggung oleh investor
dalam berinvestasi maka semakin besar pula tingkat return yang
diharapkan. Sikap investor terhadap risiko akan sangat tergantung
pada preferensi investor terhadap risiko. Investor yang memiliki
keberanian yang tinggi maka dia akan memilih keberanian yang tinggi
dengan harapan memperoleh tingkat return yang tinggi, dan demikian
juga sebaliknya.
1.3 Teori Efisiensi Pasar Modal
1.3.1 Definisi Efesiensi Pasar
Menurut Hartono (1998: 363-374) terdapat beberapa definisi
efisiensi pasar yaitu:
1. Efisiensi pasar berdasarkan intrinsik sekuritas.
Menurut konsep ini suatu pasar yanng efisien adalah:
Pasar yang nilai-nilai sekuritasnya tidak menyimpang dari
nilai-nilai intrinsiknya.
Tetapi untuk perkembangan selanjutnya konsep efisien pasar
tidak lagi berpedoman pada konsep nilai intrinsiknya
melainkan lebih berpedoman pada konsep nilai intrinsiknya
melainkan lebih berpedoman pada aspek akurasi dari return
14
yang
diharapkan
investor,
ketersediaan
informasi,
dan
kecepatan pasar menyerap informasi tersebut.
2. Efisiensi pasar berdasarkan akurasi dari ekspektasi harga.
Fama (1970) mendefinisikan pasar yang efisien adalah
sebagai berikut:
Suatu pasar sekuritas dikatakan efisien jika harga-harga
sekuritas ”mencerminkan secara penuh” informasi yang
tersedia (a security market is efficent if security prices
”fully reflect” the available information).
Pengertian dari ”fully reflect” yaitu harga-harga dari sekuritas
secara akurat merefleksikan informasi yang ada. Dan dengan
adanya informasi yang tersedia (available information),
investor dapat secara akurat mengekspektasi atau memprediksi
harga dari sekuritas yang bersangkutan.
Definisi
yang
dilontarkan
oleh
Fama
(1970)
ini
menimbulkan banyak perdebatan. Oleh karena itu Fama (1970)
memberikan suatu benchmark yang menunjukkan akurasi dari
ekspektasi harga semua investor. Fungsi dari harga-harga di
masa mendatang karena adanya informasi yang tersedia
menjadi benchmark untuk kemudian dibandingkan dengan
fungsi harga-harga di masa mendatang yang terjadi karena
pasar menggunakan informasi yang benar.
3. Efisiensi pasar berdasarkan distribusi informasi.
Menurut Beaver (1989) pasar yang efisien adalah
15
Pasar dikatakan efisien terhadap suatu sistem informasi,
jika dan hanya jika harga-harga sekuritas bertindak seakanakan setiap orang mengamati sistem informasi tersebut
(The market is efficient with respect to some specified
information system, if and only if security prices act as if
everyone observes the information system)
Definisi ini memiliki arti bahwa pasar yang efisien jika harga
yang terjadi setelah informasi dipublikasikan dan diterima oleh
pasar sama dengan harga yang terjadi jika setiap orang
memperoleh set informasi tersebut.
Sama halnya dengan yang definisi yang dilontarkan oleh
Fama (1970), definisi berdasarkan distribusi informasi ini juga
membutuhkan benchmark sebagai pembanding. Benchmark
yang digunakan adalah return normal yang seharusnya
diperoleh pelaku pasar yang kemudian dibandingkan dengan
return yang sesungguhnya diperoleh.
4. Efisiensi pasar didasarkan pada proses dinamik.
Berbeda dengan konsep-konsep sebelumnya yang bersifat
statis, konsep ini mempertimbangkan distribusi informasi yang
tidak simetris dan menjelaskan bagaimana harga-harga akan
menyesuaikan karena adanya informasi yang tidak simetris
tersebut.
Menurut Jones (1995) pasar yang efisien adalah :
Pasar yang harga-harga sekuritasnya secara cepat dan
penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia terhadap
aktiva tersebut (an efficient market is one in which the price of
all securities quickly and fully reflect all available information
about the assets)
16
Menurut Fama (1970) suatu pasar dikatakan efisien jika
tidak seorang investor pun dapat memperoleh abnormal return
setelah dilakukan penyesuaian terhadap risiko yang akan
diterima dengan menggunakan beberapa strategi perdagangan
dalam pasar modal.
Sedangkan menurut Jogiyanto suatu pasar dikatakan efisien
jika pasar bereaksi cepat dan akurat terhadap suatu informasi untuk
mencapai
harga
keseimbangan
baru
yang
sepenuhnya
mencerminkan harga yang tersedia. Beberapa hal yang harus
dipenuhi untuk pasar menjadi efisien yaitu:
1. Harga sekuritas harus bebas turun dan naik atau berfluktuasi,
tidak ada seorangpun yang mempengaruhi pergerakannya.
2. Tidak ada monopoli dalam pasar.
3. Harus adanya regulasi bahwa setiap perusahaan dalam bursa
mempublikasikan setiap informasi yang dimiliki kepada
publik.
4. Biaya untuk mendapatkan informasi tersebut minimum dan
informasi harus diperoleh tepat pada waktunya.
5. Informasi tersebut dalam bentuk random.
6. Investor bertindak cepat dan tepat terhadap informasi baru
yang diterima.
17
1.3.2 Bentuk-Bentuk Efisiensi Pasar
Menurut Hartono
efesiensi
pasar
yaitu
(1998 : 352-362) terdapat dua macam
efesiensi
pasar
secara
informasi
(informastionally efficient market) yang ditinjau dari segi
ketersediaan informasinya saja dan efesiensi pasar secara
keputusan (decisionally efficient market) yang selain ditinjau dari
ketersediaan informasi juga dilihat dari kecanggihan pelaku pasar
dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis informasi yang
tersedia.
1.3.2.1Efisiensi Pasar secara Informasi
Ada tiga bentuk pasar efisien secara informasi yaitu :
1. Hipotesa efisiensi pasar bentuk lemah (weak form),
pasar yang termasuk dalam bentuk ini adalah pasar
yang harga sahamnya mencerminkan secara penuh
(fully reflect) informasi masa lalu. Hipotesa efisiensi
pasar bentuk lemah berhubungan dengan teori langkah
acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa
data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai
sekarang. Investor tidak dapat menggunakan informasi
masa lalu untuk memperoleh abnormal return.
2. Hipotesa efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form), pasar yang termasuk dalam bentuk ini
adalah pasar yang harga sahamnya mencerminkan
18
secara penuh (fully reflect) semua informasi publik
yang relevan. Investor tidak dapat mengguanakan
informasi yang dipublikasikan ini untuk mendapatkan
abnormal return dalam waktu yang lama.
3. Hipotesa efisiensi pasar bentuk kuat (strong form),
pasar yang termasuk dalam bentuk ini adalah pasar
yang harga sahamnya mencerminkan secara penuh
(fully reflect) semua informasi yang relevan baik
informasi public maupun informasi pribadi (tertutup).
Tidak ada investor yang dapat memperoleh abnormal
return karena memiliki informasi privat.
1.3.2.2 Efisiensi Pasar secara Keputusan
Seperti yang telah dikatakan di atas efisiensi pasar
secara keputusan ditinjau dari dua hal yaitu ketersediaan
informasi dan kecanggihan para pelaku pasar dalam
pengambilan keputusan berdasarkan analisis informasi
yang tersedia. Tidak seluruh informasi yang dipublikasikan
di bursa langsung tercermin dalam harga sekuritas. Tetapi
ada informasi-informasi yang perlu diinterpretasikan dan
dianalisa lebih lanjut oleh pelaku pasar sebagai kabar baik
ataukah buruk. Untuk dapat menganalisa secara tepat,
pelaku pasar harus memiliki keahlian yang memadai. Jika
hanya sebagaian saja pelaku pasar yang canggih maka
19
hanya kelompok inilah yang dapat menikmati abnormal
return karena mereka dapat menganalisa dengan lebih tepat
dibandingkan pelaku pasar lainnya. Hal itu dikatakan pasar
tidak efisien walaupun informasi tersedia secara luas. Dan
jika seluruh pelaku pasar dapat menginterpretasikan secara
tepat informasi yang dipublikasikan maka pasar dapat
dikatakan efisien secara keputusan.
1.4 Kinerja Keuangan
Perusahaan sebagai suatu organisasi memiliki tujuan tertentu yang
harus dicapai. Salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu perusahaan
dalam menjalankan aktivitasnya telah sesuai dengan rencana yang
ditetapkan dan sesuai dengan tujuannya adalah melalui kinerja operasinya.
Penilaian
kinerja
ini
penting
untuk
mengidentifikasikan
adanya
pemborosan atau ketidakberesan sehingga dapat segera diatasi.
Kinerja perusahaan dapat diwujudkan dalam 2 aspek yaitu aspek
finansial dan non financial. Aspek finansial perusahaan dapat berupa rasio
keuangan serta harga dan return saham. Sedangkan aspek non financial
dapat berupa penyebaran pasar, indeks kepuasaan konsumen, perputaran
pekerja, penghematan waktu dalam siklus produksi, inovasi dan
sebagainya. Adapun tujuan penilaian kinerja menurut adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi.
20
2. untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun
kewajiban keuangan jangka panjang.
3. Untuk
mengetahui
tingkat
rentabilitas
(profitabilitas)
yaitu
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam periode
tertentu.
4. Untuk mengetahui stabilitas usaha yaitu
kemampuan perusahaan
untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang dinilai dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali
pokok hutangnya tepat waktu serta kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen secara teratur kepada pemegang saham tanpa
mengalami hambatan atau krisis keuangan.
1.4.1 Teknik Analisa Kinerja Keuangan
Sebagai sumber informasi utama bagi investor, laporan
keuangan diharapkan mampu membantu dalam proses pengambilan
keputusan ekonomi. Seperangkat laporan keuangan dalam bentuk
neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas belum dapat memberi
manfaat maksimal bagi pemakainya sebelum dilakukan analisa
terlebih dahulu. Adapun teknik analisa laporan keuangan menurut
Foster (1986: 58) adalah sebagai berikut :
21
1. Cross-sectional
techniques,
yaitu membandingkan
analisa
keuangan perusahaan yang satu dengan perusahaan sejenis pada
saat bersamaan, yang terdiri atas :
a) Common size statement, analisa untuk mangetahui prosentase
masing-masing aktiva terhadap total aktivanya serta untuk
mengetahui struktur permodalan dan komposisi pembiayaan
yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
b) Financial
ratio
analisys,
yaitu
analisa
dengan
cara
mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca
atau laporan laba rugi untuk menginterpretasikan posisi
keuangan suatu perusahaan.
2. Time
series
techniques,
yaitu
membandingkan
analisa
perusahaan dari periode ke periode untuk mengetahui kemajuan
atau kemunduran suatu perusahaan, yang terdiri atas:
a) trend
statement,
kecenderungan
yaitu
analisa
keadaan keuangan
untuk
mengetahui
perusahaan, apakah
membaik atau memburuk.
b) Financial
ratio
analisys,
yaitu
analisa
dengan
cara
mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca
atau laporan laba rugi untuk menginterpretasikan posisi
keuangan suatu perusahaan.
c) Variability measures, yaitu analisa dengan mengetahui
sebab-sebab perubahan laba dari satu periode ke periode
22
yang lain, atau perubahan laba suatu periode dengan laba
yang dianggarkan untuk periode tersebut.
Teknik analisa yang digunakan oleh investor tergantung dari
kebutuhannya serta data yang dimiliki dan yang akan diolah, bisa
berupa data silang waktu, atau berturut-turut.
1.5 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan alternatif untuk menguji apakah
informasi keuangan bermanfaat untuk memprediksi harga saham. Analisa
rasio keuangan didasarkan pada data historis yang tujuan utamanya adalah
memberikan indikasi kinerja perusahaan pada masa yang akan datang.
Macam-macam rasio keuangan ada lima macam, yaitu :
a. Rasio Likuiditas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, contoh : quik ratio,
current ratio, dan lain-lain.
b. Rasio Aktivitas yaitu rasio yang mengukur sejauh mana efektifitas
penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset, rata-rata umur
piutang, perputaran, persediaan, perputaran aktiva tetap, perputaran
total aktiva, dan lain-lain.
c. Rasio Solvabilitas yaitu rasio
yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang, contoh :
total hutang terhadap total aset, times interest earned.
23
d. Rasio Profitabilitas rasio yang melihat kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan atau laba, contoh : profit margin, return
on assets, return on equity.
e. Rasio Pasar yang melihat perkembangan nilai perusahaan relative
terhadap nilai buku perusahaan, contoh : prices earning ratio,
dividend yield, dividend payout ratio, earning per share, dan lainlain.
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu
jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Melalui rasio keuangan kita
bisa membuat perbandingan dalam dua hal :
1. Rasio keuangan suatu perusahaan bisa dibandingkan dari waktu ke
waktu untuk mengamati kecenderungan (trend) yang sedang terjadi.
2. Rasio keuangan bisa diperbandingkan antar perusahaan yang masih
bergerak pada industri yang relatif sama.
Dengan kedua cara ini kita bisa menilai keunggulan dan
kelemahan pengelolaan keuangan antara satu perusahaan dengan
perusahaan yang lain dalam industri tertentu, atau antara perusahaan
dengan rata-rata perusahaan dalam industri yang sama.
1.6 Rasio Yang Digunakan Investor
Investor akan menerapkan berbagai teknik untuk memprediksi
harga saham, agar dapat memperoleh keuntungan, baik itu berupa return,
maupun capital gain. Terdapat beberapa rasio yang sering digunakan
investor, yang berkaitan dengan kegiatan mereka di pasar modal. Seperti
24
rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan rasio yang berkaitan
dengan sekuritas, yaitu: Earning Per Share, Price Earning Ratio, Debt to
Equity Ratio, Return on Equity, dan Dividend Per Share.
1.6.1 ROA (Return on Asset)
Untuk menilai kinerja perusahaan, biasanya investor akan
melihat dan menganalisa laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan. Alat ukur financial yang lazim digunakan untuk
mengukur tingkat laba adalah ROA. Perusahaan yang memiliki ROA
yang tinggi dianggap menghasilkan kinerja yang baik.
ROA merupakan salah satu rasio yang menjadi ukuran
profitabilitas perusahaan, serta menunjukkan efisiensi manajemen
dalam menggunakan seluruh aset yang dimiliki perusahaan untuk
menghasilkan pendapatan. Perhitungan ROA diformulasikan sebagai
berikut:
ROA 
Laba bersih setelah pajak
Total Aktiva
Rasio ROA juga menjadi informasi yang penting bagi investor
yang akan melakukan transaksi. Karena rasio ini menggambarkan laba
bersih yang bisa didapat dari seluruh kekayaan yang dimiliki
perusahaan. Ini berarti jika semakin besar rasio ini menunjukkan laba
yang dapat dihasilkan dari seluruh kekayaan yang dimiliki juga besar.
Hal tersebut akan sangat menarik investor untuk berinvestasi sebab
profitabilitas akan mempengaruhi harga saham (Husnan, 1998:305),
25
sehingga rasio ini mempunyai hubungan yang positif dengan harga
saham atau return saham.
1.7 Economic Value Added
Istilah Economic Value Added (EVA) pertama kali dipopulerkan
oleh Stern Steward Management Services, sebuah perusahaan konsultan di
Amerika Serikat. Model EVA merupakan salah satu pengukur kinerja
yang mengukur nilai tambah (added value) yang dihasilkan perusahaan
kepada investor (shareholders).
Model EVA berangkat dari konsep biaya modal (cost of capital)
yakni risiko yang dihadapi perusahaan dalam melakukan investasinya.
Cara EVA mengukur kinerja perusahaan adalah dengan mengurangkan
laba dengan biaya modal. Cost of Capital sangat dipengaruhi oleh
hubungan antara risiko (risk) dan tingkat pengembalian (return), dimana
semakin besar risiko yang ditanggung oleh investor semakin tinggi pula
tingkat pengembalian yang dikehendaki.
Langkah-langkah untuk menghitung EVA adalah sebagai berikut:
1) Menghitung biaya utang (kd)
Kd = biaya bunga/total hutang
Untuk menghitung biaya hutang perlu untuk mempertimbangkan pajak
sehingga diperoleh :
Kd = (1-t)kd
T = tarif pajak yang berlaku
26
2) Menghitung biaya ekuitas (ke)
Ke = Rf + β (Rm - Rf)
Keterangan :
Rf : tingkat suku bunga
β
: beta saham
Rm : return market
3) Menentukan struktur modal di neraca

Menentukan proporsi utang terhadap total utang dan ekuitas
Wd = (total utang / jumlah utang dan ekuitas) x 100%

Proporsi ekuitas terhadap total utang dan ekuitas
We = (total ekuitas / jumlah utang dan ekuitas) x 100%
4) Menghitung biaya modal (c)
Menggunakan pendekatan Weighted Average Cost of Capital
(WACC)
c = WACC = {kd x Wd} + {ke x We}
5) Menghitung EVA
EVA = laba setelah kena pajak – ongkos modal
Atau
EVA = NOPAT – Biaya Kapital
Jika dua perusahaan memiliki utang yang berbeda, dan juga
perbedaan jumlah pembayaran bunga, perusahaan tersebut memiliki
kinerja operasi yang sama tetapi berbeda pada penghasilan bersih atau
net income, maka perusahaan dengan lebih banyak utang akan
27
memiliki net income yang lebih kecil. Tampak bahwa walaupun angka
net income merupakan indikator keuangan yang penting namun angka
tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan kinerja sesungguhnya dari
operasi perusahaan / efektifitas kerja manajer dan karyawannya. Untuk
dapat melakukan evaluasi kinerja manajer secara lebih baik maka
dimunculkan suatu formula yaitu laba operasi bersih setelah pajak atau
net operating profit after taxes (NOPAT) yang merupakan sejumlah
laba perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki aset
finansial (Agus Sartono, 2001:100).
1.8 Earning Per Share (EPS)
Komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisis
perusahaan adalah laba per lembar saham atau dikenal sebagai Earning
per Share (EPS). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya
laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham
perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi
laporan keuangan perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan tidak
mencantumkan besarnya EPS perusahaan bersangkutan dalam laporan
keuangannya, tetapi besarnya EPS suatu perusahaan bisa kita hitung
berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan.
Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai berikut
(Tandelilin, 2001: 241-242) :
EPS 
Laba bersih setelah bunga dan pajak
jumlah saham beredar
28
EPS ini akan sangat membantu investor karena informasi EPS ini
bisa menggambarkan prospek earning suatu perusahaan dimasa yang akan
datang. Karena EPS menunjukkan laba bersih perusahaan yang siap
dibagikan kepada semua pemegang saham perusahaan, maka semakin
besar EPS akan menarik investor untuk melakukan investasi diperusahaan
tersebut. Oleh karena itu, hal tersebut akan mengakibatkan permintaan
akan saham meningkat dan harga saham akan meningkat. Dengan adanya
kenaikan harga saham maka akan memungkinkan terjadinya peningkatan
return saham. Diharapkan hubungan antara EPS dan return saham adalah
positif (Kusumawati dan Susilowati, 2002).
1.9 Return
Dalam melakukan investasi di dalam pasar modal, tujuan utama
yang ingin dicapai oleh pelaku pasar adalah memaksimalkan return.
Return adalah total keuntungan atau kerugian yang diperoleh investor dari
nilai investasi sebelum periode tertentu. Sumber-sumber return dapat
diperoleh dari dua komponen utama yaitu :
a) Yield merupakan komponen return yang menggambarkan aliran kas
atau pendapatan yang diperoleh secara periodik karena adanya suatu
investasi.
b) Capital gain (loss) merupakan kenaikan atau penurunan harga suatu
surat berharga atau sekuritas yang dapat memberikan keuntungan atau
kerugian bagi investor.
29
Return saham dihitung dengan rumus :
Rit 
( pit  Pit 1 )
Pit 1
Keterangan :
Rit
= tingkat keuntungan saham i periode t
Pit
= harga saham penutupan i pada periode t
Pit-1 = harga saham penutupan i pada periode sebelumnya
3.
Hipotesis
Berdasarkan telaah teori di atas hipotesis yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 = Return on Assets, Operating Cash Flow, Economic Value Added
berpengaruh positif terhadap return saham.
H2 = Earning per Share yang paling dominan berpengaruh positif terhadap
return saham
30
1.4 Kerangka Pikir
Gambar 1
Pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap return saham pada
Bursa Efek Jakarta
Return on
Asset (ROA)
Earning Per
Share (EPS)
Kinerja Keuangan
Return
Economic
Value Added
(EVA)
VII.
Metodelogi Penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini maka diperlukan suatu metode
penelitian yang sesuai dengan tema bahasan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
metode penelitian yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif
kuantitatif, yaitu menjelaskan pengaruh suatu variabel terhadap variabel
lainnya yang menekankan pada data-data yang sudah ada dan diolah dengan
metode statistika.
31
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian terhadap
masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi yang
bertujuan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan current status dari subjek yang diteliti (Indriantoro dan
Supomo, 1999). Lingkup penelitian ini adalah penelitian statistik dengan
menggunakan teknik-teknik statistik untuk menguji hipotesis.
3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan tobacco manufactures
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada 2002 sampai dengan 2006. Sampel
dipilih dengan metode purposive sampling dimana penelitian ini mempunyai
tujuan atau target tertentu dalam memilih sampel. Penelitian ini menggunakan
metode judgment sampling yaitu tipe pemilihan secara tidak acak yang
informasinya
diperoleh
dengan
menggunakan
pertimbangan
tertentu,
umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro dan
Supomo, 1999: 131).
Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Sampel
yang
dipilih
adalah
saham-saham
perusahaan
tobacco
manufaktures yang telah terdaftar pada Bursa Efek Jakarta.
2. Periode penelitian adalah 2002 sampai dengan 2006 dengan pertimbangan
bahwa data yang diperoleh masih baru.
3. Perusahaan tobacco manufactures yang mempublikasikan laporan
keuangan tahunan (annual report) pada tahun 2002 sampai 2006.
32
4. Dilakukan dengan menggunakan data kinerja keuangan serta return saham
yang terbaru.
Maka jumlah sampel yang digunakan sebanyak 4 perusahaan Tobacco
Manufaktures yaitu PT. BAT Indonesia Tbk, PT. Bentoel International
Investama Tbk, PT. Gudang Garam Tbk, dan PT. HM Sampoerna Tbk yang
listing di Bursa Efek Jakarta mulai 2002 sampai 2006 .
5. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter,
yaitu jenis data penelitian yang antara lain berupa faktur, jurnal, surat-surat,
memo atau dalam bentuk laporan program (Indriantoro dan Supomo, 1999).
Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yaitu data penelitian
yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara atau yang
diperoleh dan dicatat oleh pihak lain yang telah disusun dan dipublikasikan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Berupa laporan keuangan dan data harga saham harian masing-masing
perusahaan publik yang tersedia di pojok BEJ Universitas Muhammadiyah
serta akses internet melalui www.jsx.co.id.
2. Data tentang laba sebelum beban bunga dan pajak, beban pajak
perusahaan, modal saham, jumlah hutang jangka panjang dan beban bunga
yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan selama periode
penelitian mulai 2002 sampai 2006.
33
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi,
dengan cara mempelajari atau menyalin catatan atau dokumen yang
berhubungan dengan data yang dikumpulkan.
7. Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada satu atau lebih
variabel yang menjelaskan
(Gujarati, 1995:7). Dalam penelitian ini
variabel terikatnya adalah return saham. Return saham dihitung dengan
rumus :
Rit 
( Pit  Pit 1 )
Pit 1
Keterangan :
Rit
= tingkat keuntungan saham i periode t
Pit
= harga saham keuntungan saham i periode t
Pit-1 = harga saham penutupan i pada periode sebelumnya
Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham
harian.
2. Variabel bebas (independent variable)
Variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan variabel terikat.
Berdasarkan judul yang penulis ajukan, termasuk di dalam variabel bebas
adalah rasio kinerja keuangan perusahaan yaitu, Return on Asset,Economic
Value Added dan Eerning Per Share.
34
a. Economic Value Added (EVA) menitikberatkan pada efektivitas
manajerial
pada tahun tertentu (Agus Sartono, 2003). Formula
EVA bisa dihitung sebagai berikut :
EVA = laba setelah kena pajak – ongkos modal
Atau
EVA = NOPAT – Biaya Kapital
= NOPAT – (WACC x Kapital)
Yang dimaksud dengan NOPAT (Net Operating Profit After
Taxes) yaitu laba bersih dikurangi pajak, sementara biaya capital
adalah biaya pinjaman dan biaya ekuitas yang digunakan untuk
menghasilkan NOPAT dan dihitung secara rata-rata tertimbang
atau Weighted Average Cost of Capital (WACC).
b. Return On Asset (ROA) atau sering diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia sebagai Rentabilitas Ekonomi mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu dengan
aktiva yang tersedia. Analisis ini kemudian bisa diproyeksikan ke
masa depan untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan
laba pada masa-masa mendatang (Mamduh dan Halim, 2003:159).
Formula ROA bisa dihitung sebagai berikut :
ROA 
Laba bersih setelah pajak
Total Aktiva
c. Earning per share (EPS) atau laba per lembar saham yaitu
kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan saham yang
35
dipunyai (Mamduh dan Halim, 2003:186). Formula EPS bisa
dihitung sebagai berikut :
EPS 
Laba bersih setelah bunga dan pajak
jumlah saham beredar
8. Metode Analisis Data
6.1 Statistik Deskriptif
Untuk memecahkan masalah maka penelitian ini menggunakan
Statistik deskriptif yang digunakan sebagai alat untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data sampel yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum (generalisasi).
6.2 Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum model regresi berganda digunakan dan memberikan
hasil yang representatif juga harus memenuhi asumsi klasik yaitu tidak
terjadi multikolinearitas, heteroskdastisitas dan autokorelasi. Asumsiasumsi tersebut antara lain :
1. Asumsi Normalitas
Uji normalitas dapat digunakan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah distribusi data normal atau mendekati normal (Santoso, 2002
: 212). Untuk menguji apakah sampel penelitian memiliki distribusi
36
normal maka digunakan penguji Kolmogorov-Smiirnov Goodness of
Fit Test terhadap masing-masing variabel.
Kreiteria pengambilan keputusan adalah :
o Jika Probabilitas > 0,05, maka H0 diterima.
o Jika Probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak.
2. Uji Autokorelasi
Salah satu syarat dapat digunakannya model analisis regresi linear
berganda adalah terpenuhinya asumsi non-autokorelasi. Uji ini
dilakukan untuk melihat apakahterdapat korelasi antara kesalahan
pengganngu pada periode t, dengan kesalahan pada periode
sebelumnya (t-1) (Santoso, 2004). Untuk mendeteksi adanya
autokorelasi maka dilakukan uji statistik Durbin Watson.
Patokan angka D-W (Durbin-Watson) untuk mendeteksi autokorelasi
secara umum adalah sebagai berikut:
a) Angka D-W di bawah -2 berarti ada korelasi positif.
b) Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada
autokorelasi.
c) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk menunjukkan adanya
hubungan linear antara variabel independen. Jika antar variabel
berkorelasi dengan sempurna maka model kuadrat terkecil tidak
dapat digunakan. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya
37
multikolinearitas adalah dengan menggunakan nilai Value Inflation
Faktor (VIF). Besarnya VIF dirumuskan sebagai berikut :
VIF 
1
2
(1  R XI
)
Kriteria pengambilan keputusan adalah jika nilai VIF (value
inflation factor) lebih besar dari 5, maka terjadi kolinearitas yang
cukup tinggi antar variabel independen (Santoso, 2000: 282).
4. Uji Heteroskedastisitas
Asumsi pokok dari model regresi linier klasik adalah bahwa
gangguan (disturbance) yang muncul dalam regresi adalah
heteroskedastisitas. Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan ke penngamatan yang lain.
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan melakukan uji
Park. Bila nilai thitung < ttabel maka akan terjadi homoskedastisitas
yaitu varian variabel independen adalah konstan untuk setiap nilai
tertentu variabel independen. Sebaliknya, apabila nilai thitung > ttabel,
berarti terjadi heteroskedastisitas.
6.3 Model analisis regresi linear berganda
Model analisis ini digunakan karena penelitian ini dilakukan untuk
melihat pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel
dependen. Model analisis ini sama seperti yang digunakan dalam
penelitian Resmi (2002). Model analisisnya yaitu :
Rit = α + β1 EVAit + β2 EPSit + β3 ROAit + εit
38
Keterangan :
Rit
=
return saham perusahaan i pada periode ke t
α
=
konstanta
EVAit
=
EVA perusahaan i pada periode ke t
EPSit
=
EPS perusahaan i pada periode ke t
ROAit
=
ROA perusahaan i pada periode ke t
εit
=
faktor pengganggu perubahan dalam return saham
6.4 Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan yaitu uji signifikansi untuk memeriksa
benar atau tidaknya H0 adalah :
1. Analisa regresi secara multivariate dengan melakukan uji F
dengan taraf signifikansi untuk mengetahui pengaruh seluruh
variabel
independent
secara
serentak
terhadap
variabel
dependent. Untuk tujuan pengujian ini, maka digunakan F
statistik sebagai berikut :
Fhitung 
R 2 (k  1)
(1  k 2 ) /( n  k )
Keterangan :
R2
: koefisien determinasi
n
: jumlah sampel
k
: jumlah variabel bebas
Nilai Fhitung dibandingkan dengan Ftabel. Apabila Fhitung < Ftabel
maka Ho diterima dan Ha ditolak, demikian pula jika Fhitung >
Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.
39
2. Analisa regresi secara univariate dengan penggunaan metode ttest dengan taraf signifikansi 5% untuk mengetahui pengaruh
masing-masing variabel independent secara parsial terhadap
variabel dependent. Untuk membuktikan koefisien suatu model
regresi itu secara statistic signifikan atau tidak dipakai nilai t
statistik.
Hasil thitung akan dibandingkan dengan ttabel. Apabila thitung
< ttabel maka H0 diterima dan Halternatif ditolak yang berarti
variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen. Sedangkan bila terjadi setidaknya thitung > ttabel, maka
H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel independent
berpengaruh terhadap variabel dependen.
VIII. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mempermudah pemahaman keseluruhan hasil penelitian ini, maka
penulis menyusun karya ilmiah ini secara sistematis yang secara garis besar
diuraikan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan diuraikan tentang latar belakang, rumusan
masalah dan batasan masalah, tujuan penalitian, dan manfaat penelitian,
serta sistematika pembahasan.
40
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini diuraikan tentang berbagai tinjauan pustaka yang
mendukung penelitian, tinjauan atas penelitian terdahulu dan perumusan
hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan tentang sifat penelitian, jenis data dan sumber
data, teknik pengumpulan data, penentuan populasi dan sampel, definisi
operasional variabel, dan teknik analisa data.
BAB IV: PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan
hasil penelitian dan interpretasinya.
BAB V: PENUTUP
Bab penutup berisi kesimpulan atas hasil penelitian dan saran-saran yang
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
41
DAFTAR PUSTAKA
Foster, George, 1986, Financial Statement Analysis, Second Edition, Singapore:
Prentice-hall.
Gantyowati, Evi, 2001, Hubungan antara Operating, Cash Flow dan Accrual dengan
Return Saham, (Kompak), no. 3. September: 275-298.
Gujarati, DN, 1995. Ekonometrika Dasar. Terjemahan. Mc. Graw Hill, Inc.
Massaachussetts.
Hanafi, M Mamduh dan Abdul Halim, 2003, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Revisi,
Yogyakarta: AMP-YKPN.
Hartono,Jogiyanto,1998.Teori
Portofolio
dan
Analisis
Investasi.
Edisi
pertama.Yogyakarta: BPFE-UGM.
Husnan, Suad, 1994. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Ke-2,
Cetakan Pertama. Penerbit AMPYKPN, Yogyakarta.
Indriantoro, Nur dan Bambang, Supomo.1999, Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen.Yogyakarta:BPFE-UGM.
Kusumawati, Rita dan Susilowati, Fitri, 2004, Analisis Pengaruh Faktor Fundamental
terhadap Return Saham.Jurnal Analisis Bisnis dan Akuntansi, UM Magelang.
Vol 2 no 1 April:69.
Manao, Hekinus dan Nur, Deswin, 1999. Asosiasi Rasio Keuangan dengan Return
Saham: Pertimbangan Ukuran Perusahaan serta Pengaruh Krisis Ekonomi di
Indonesia. Vol. 01, No. 009.
42
Pradhono dan Jogi Chritiawan, Yulius. 2004. Pengaruh Economic Value Added,
Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi Terhadap Return yang
Diterima oleh Pemegang Saham. Jurnal Analisis Bisnis dan Akuntansi, UM
Magelang. Vol 2 no 1 April:69.
Resmi, Siti, 2002. Keterkaitan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Return Saham.
Kompak, No. 6, September, 275-300.
Sartono, Agus, 2001, Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi, Edisi Empat,
Yogyakarta: BPFE
Sugiyono, 1999, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV ALFABETA.
Tandelilin, E. 2001, Analisa Investasi dan Manajemen Portofolio, Yogyakarta:BPFE.
Tuasikal, Askam, 2000. Manfaat Informasi Akuntansi dalam Memprediksi Return
Saham. Vol. 01 No 040.
43
44
Download