1 PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI ANGGUR (Vitis vinifera

advertisement
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI ANGGUR (Vitis vinifera) TERHADAP
EKSPRESI TUMOR NEKROSIS FAKTOR ALFA (TNF-α) DAN GAMBARAN
HISTOPATOLOGI JANTUNG PADA HEWAN MODEL TIKUS PUTIH (Rattus
norvegicus)YANG DIBERI PAPARAN ASAP ROKOK
THE EFFECT OF Vitis vinifera EXTRACT THERAPY ON EXPRESSION OF
TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA (TNF-α) AND HISTOPATHOLOGY OF
HEART IN Rattus norvegicus EXPOSED TO CIGARETTE SMOKE
Habyb Palyoga, Aulanni’am dan Dyah Kinasih Wuragil
Program Studi Kedokteran Hewan, Program Kedokteran Hewan,
Universitas Brawijaya
[email protected], [email protected]
ABSTRAK
Rokok mengandung nikotin, tar, dan karbon monoksida (CO) yang mengganggu kestabilan
oksidan dan antioksidan di dalam tubuh. Tubuh membutuhkan antioksidan eksogen untuk melawan
radikal bebas, diantaranya antioksidan yang terdapat pada biji anggur (Vitis vinifera). Vitis vinifera
mengandung polifenol yang terbukti bermanfaat untuk kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji anggur dalam menurunkan ekspresi TNF-α dan
memperbaiki gambaran histopatologi jantung pada tikus (Rattus norvegicus) yang diberi paparan asap
rokok. Tikus dibagi dalam 5 kelompok yaitu kelompok A (tikus kontrol), kelompok B (tikus yang
terpapar asap rokok), kelompok C, D dan E dipapar asap rokok serta diterapi dengan dosis 0,9
mg/ekor/hari, 2,7 mg/ekor/hari dan 5,4 mg/ekor/hari. Ekspresi TNF-α dianalisis menggunakan One Way
ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Tukey (P<0,05) dan Hitopatologi jantung dianalisis secara
deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak biji anggur secara signifikan (P<0,05) menurunkan
ekspresi TNF-α pada tikus yang terpapar asap rokok. Dosis ekstrak biji anggur terbaik untuk
menurunkan ekspresi TNF-α adalah 5,4 mg/ekor/hari. Terapi ekstrak biji anggur terbukti memperbaiki
kondisi histopatologi sel otot jantung. Kesimpulan dari penelitian, biji anggur Vitis vinifera mampu
menurunkan ekspresi TNF-α dan dapat memperbaiki kondisi jantung pada tikus yang dipapar asap
rokok.
Kata kunci : Ekstrak biji anggur , Rokok, Jantung, TNF-α.
ABSTRACT
Cigarette contains of nicotine, tar, and carbon monoxide, which are free radicals that interfere
oxidant and antioxidant stability. Body needs exogenous antioxidants which are available in fruits to
fight free radicals. Vitis vinifera extract contains of polyphenol which has been proven useful for the
health. This research aimed to determine the effect of Vitis vinifera extract to decrease the expression
of TNF-α and improve histopathology of heart. Rats were divided into 5 groups were group A (control
group), group B (cigarette exposured group), then C, D and E groups were exposured group and treated
with Vitis vinifera extract therapy of 0.9 mg/rat/day, 2.7 mg/rat/day, and 5.4 mg/rat/day respectively.
Data were analyzed using One Way ANOVA and followed by Tukey’s test (P<0.05). The result showed
that the Vitis vinifera’s extract could decrease the expression of TNF–α significantly (P<0.05). The best
result showed that the therapy of 5.4 mg/rat/day decrease TNF-α expression. The histopathological of
heart showed a repairing in heart muscle cell. Conclusion of this study were Vitis vinifera extract
decrease the expression of TNF-α and improve histopathological appearance of heart in rats (Rattus
norvegicus) exposed to cigarette smoke.
Keywords: Vitis vinifera extract, Cigarettes, Heart, TNF-α.
1
Radikal bebas dari asap rokok
menyebabkan kerusakan pada otot–otot
jantung yang mengakibatkan terganggunya
kerja jantung sehingga dibutuhkan
antioksidan untuk menetralisir radikal
bebas. Tubuh memiliki antioksidan alami
yang akan berikatan dengan elektron tidak
berpasangan milik radikal bebas. Namun,
kelebihan radikal bebas dalam jumlah
tinggi akan menyebabkan terganggunya
kestabilan sel
dalam
tubuh
dan
menimbulkan inflamasi bahkan kematian
sel. Selain antioksidan alami, radikal bebas
juga
bisa
dinetralisir
dengan
mengkonsumsi bahan makanan yang
mengandung antioksidan. Antioksidan
eksogen banyak terdapat di buah–buahan,
termasuk di biji anggur (Vitis vinifera) yaitu
polifenol, bahan tersebut terbukti 20 %
lebih baik dijadikan antioksidan dibanding
vitamin E dan 50 % lebih baik dibanding
vitamin C (Monangas et al., 2003).
Senyawa polifenol dapat mencegah
terjadinya stres oksidatif yang ditandai
dengan inflamasi. Penurunan ekspresi
sitokin proinflamasi seperti TNF-α dapat
dijadikan sebagai salah satu indikator
pertama untuk membuktikan manfaat
ekstrak biji anggur pada hewan model yang
terpapar asap rokok.
Berdasarkan latar belakang di atas,
penelitian ini dilakukan untuk mempelajari
pengaruh pemberian ekstrak biji anggur
(Vitis vinifera) terhadap ekspresi TNF-α
dan histopatologi jantung pada hewan
model tikus putih (Rattus norvegicus) yang
diberi paparan asap rokok.
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara ketiga
terbesar di dunia yang penduduknya gemar
mengkonsumsi rokok, setelah China dan
India (Anonimous, 2009). Asap rokok
mengandung banyak partikel yang
berbahaya bagi tubuh, terutama bagi
perokok aktif maupun perokok pasif.
Hewan peliharaan termasuk yang beresiko
menjadi perokok pasif akibat paparan asap
rokok dari pemiliknya. Setiap batang rokok
yang dihisap melepaskan sekitar 5 x 109
partikel. Partikel–partikel yang dilepaskan
antara lain berupa gas seperti karbon
monoksida, karbon dioksida, amoniak,
hidrokarbon, tar, nikotin, benzapyrene,
fenol dan kadmium (Tandra, 2003).
Menurut
Oktavianis
(2011),
komponen asap rokok yang paling
berbahaya ada tiga yaitu nikotin, tar dan
karbon monoksida (CO). Nikotin akan
merangsang hormon adrenalin sehingga
menyebabkan naiknya kerja jantung. Tar
menyebabkan peningkatan terjadinya
resiko
kanker,
sedangkan
karbon
monoksida
menyebabkan
kurangnya
supply oksigen bagi tubuh. Karbon
monoksida (CO) merupakan sekelompok
senyawa yang memiliki elektron yang tidak
berpasangan atau disebut sebagai radikal
bebas. Elektron yang tidak berpasangan
akan mengganggu keseimbangan sel – sel
dalam tubuh, karena dapat mengganggu
proses oksidasi lemak, protein, serta asam
nukleat (DNA) dalam tubuh (Sjamsul,
2008). Radikal bebas yang berlebihan akan
menyebabkan terganggunya kestabilan
metabolisme
di
dalam
tubuh.
Terganggunya kestabilan tubuh akan
merangsang terjadinya aktivasi sistem
pertahanan termasuk TNF-α sebagai sistem
pertahanan umum. Tumor nekrosis faktor
alfa (TNF-α) dalam jumlah sedikit akan
menginduksi leukosit dan endotel untuk
menginisiasi terjadinya inflamasi akut,
namun pada jumlah yang tinggi (radikal
bebas berlebihan), radikal bebas kronis
akan menyebabkan terjadinya penyakit
gagal jantung.
Materi dan Metode Penelitian
Perlakuan Hewan Coba
Hewan model menggunakan tikus
(Rattus norvegicus) jantan strain wistar
(Sirois, 2005). Hewan coba dibagi kedalam
lima kelompok perlakuan yaitu kelompok
kontrol, kelompok terpapar asap rokok,
kelompok terapi dosis 0,9 mg/ekor/hari,
kelompok terapi dosis 2,7 mg/ekor/hari dan
kelompok terapi dosis 5,4 mg/ekor/hari.
2
Hewan coba didapatkan dari Unit
Pengembangan Hewan Percobaan (UPHP)
UGM Yogyakarta dengan umur 12 minggu
dan berat badan sekitar 175 – 200 gram.
Penggunaan hewan coba dalam penelitian
ini mendapatkan sertifikat laik etik dari
Komisi Etik Penelitian Universitas
Brawijaya, No 201-KEP-UB.
cara membandingkan distribusi TNF-α
pada sediaan histologi jantung kontrol
dengan perlakuan pada perbesaran 400x
dengan mikroskop cahaya BX51, kemudian
dibandingkan perhitungan per luas bidang
pandang pada 3 seri sayatan yang diambil
secara acak untuk setiap kelompok
perlakuan mengguanakan software Axio
Vision.
Sel – sel otot jantung diamati
melalui pewarnaan HE. Pengamatan
gambaran
irisan
jantung
dilihat
menggunakan mikroskop cahaya BX51
dengan perbesaran 400x.
Tata Laksana Paparan Asap Rokok
Rokok yang digunakan adalah
rokok non filter dengan kadar tar 39 mg dan
nikotin 2,3 mg. Kelompok tikus yang
dipapar dimasukkan ke dalam smoking
pump yang berukuran 50 x 40 x 20 cm.
Rokok dinyalakan dan asap dimasukkan ke
dalam smoking pump selama 15 menit.
Pemaparan asap rokok dilakukan setiap
pagi berturut turut selama 14 hari.
Analisa Data
Analisa data yang digunakan secara
kualitatif untuk gambaran histopatologi
jantung yang dianalisis serta disajikan
secara deskriptif dan
data kuantitatif
dianalisis dengan one-way ANOVA
kemudian apabila signifikan dilanjutkan uji
Tukey (Beda Nyata Jujur) dengan α = 0,05.
Persiapan Ekstrak Biji Anggur Hijau ( Vitis
vinifera)
Penentuan dosis ekstrak biji anggur
hijau (Vitis vinifera) berdasarkan penelitian
Gidey (2003), yaitu digunakan dosis 0,9
mg/ekor/hari, 2,7 mg/ekor/hari dan 5,4
mg/ekor/hari. Metode pembuatan ekstrak
biji anggur hijau (Vitis vinifera) yaitu
simplisia biji anggur hijau ditambahkan air
kemudian ditangas dengan penangas pada
temperatur 80°C selama 5 jam, setelah itu
disaring menggunakan kertas saring
sehingga didapatkan ekstrak biji anggur
hijau dan didinginkan. Pemberian ekstrak
biji anggur hijau diberikan secara per oral
setiap pagi selama 14 hari.
Pengamatan
Ekspresi
TNF-α
Gambaran Histopatologi Jantung.
Hasil dan Pembahasan
Ekspresi Tumor Necrosis Factor Alpha
(TNF-α) pada tikus putih (Rattus
norvegicus) yang dipapar asap rokok
Tabel 1 menunjukkan perubahan
ekspresi pada tikus yang terpapar asap
rokok. Adanya pemberian asap rokok
mempengaruhi ekspresi TNF-α yang tinggi
pada kelompok terpapar asap rokok.
Perubahan tersebut menunjukkan bahwa
paparan
asap
rokok
menimbulkan
peradangan
akibat
stres
oksidatif.
Peningkatan ekspresi TNF-α meningkat
sebesar 1201% dibandingkan tikus kontrol.
Peningkatan ekspresi TNF-α pada
kelompok terpapar disebabkan akibat
paparan asap rokok yang menghasilkan
radikal bebas yang diamati dengan adanya
stres oksidatif pada membran sel, sehingga
menimbulkan gangguan keseimbangan
oksidan dan antioksidan (Stres oksidatif).
Stres oksidatif menyebabkan kerusakan
dan
Pengamatan
Tumor
Necrosis
Factor Alpha (TNF-α) dalam jaringan otot
jantung akan tampak dengan warna coklat.
Warna coklat menunjukkan adanya reaksi
inflamasi di sel otot jantung. Keberadaan
TNF-α pada otot jantung diamati
menggunakan metode imunohistokimia
(IHK), dianalisis secara kualitatif dengan
3
Tabel 1. Ekspresi TNF-α dengan Pewarnaan Imunohistokimia
Kelompok Perlakukan
Kontrol
Terpapar asap rokok
Dosis terapi 0,9 mg/ekor/hari
Dosis terapi 2,7 mg/ekor/hari
Dosis terapi 5,4 mg/ekor/hari
Rata – rata
Ekspresi
TNF-α
0,32 ± 0,08𝑎
4,19 ± 0,19𝑑
2,91 ± 0,48𝑐
2,03 ± 0,26𝑏
1,04 ± 0,12𝑎
Ekspresi TNF-α (%)
Kenaikan
Penurunan
1201
-
30
52
75
Keterangan : Angka dengan superscript (notasi) berbeda menunjukkan perbedaan p<0,05. Kontrol :
tanpa perlakuan, terpapar : hanya dipapar asap rokok, Terapi 1 : 0,9 mg/ekor/hari, Terapi
2 : 2,7 mg/ekor/hari dan Terapi 3 : 5,4 mg/ekor/hari. Kenaikan dibandingkan dengan
kontrol dan penurunan dibandingkan dengan kelompok terpapar.
membran lipid bilayer, protein dan
makromolekul lainnya.
Radikal bebas yang
meningkat pada
paparan asap rokok mengikat lipid, protein
dan DNA pada sel, sehingga menghasilkan
ikatan dengan radikal bebas dan
menyebabkan gangguan fungsi (Karnen,
2009).
Kelompok
terapi
dosis
0,9
mg/ekor/hari, 2,7 mg/ekor/hari dan 5,4
mg/ekor/hari menunjukkan penurunan
ketika dibandingkan dengan kelompok
terpapar. Penurunan yang paling baik
ditunjukkan oleh terapi 3 dengan penurunan
sebesar
75%.
Penurunan
tersebut
menghasilkan nilai yang bernotasi sama
dengan kelompok kontrol.
Perbaikan
tersebut disebabkan oleh kandungan
polifenol di dalam biji anggur hijau (Vitis
vinifera).
Radikal bebas dalam asap rokok
berdifusi ke dalam pembuluh darah melalui
alveoli. Radikal bebas yang telah berdifusi
kemudian berikatan dengan hemoglobin
(Hb) dan siap diangkut ke seluruh tubuh,
salah satunya organ jantung melalui arteri
koroner. Arteri koroner berperan sebagai
penyuplai nutrisi bagi organ jantung.
Namun, pada keadaan stres oksidatif,
radikal bebas akan masuk bersama
komponen darah ke dalam organ jantung
dan berakumulasi di dalam jaringan
jantung.
Molekul–molekul yang paling rentan
diikat oleh radikal bebas adalah lipid
terutama pada membran sel. Rusaknya
membran sel menyebabkan permeabilitas
terganggu sehingga sel dapat mengalami
dehidrasi hingga ruptur.
Pelepasan TNF-α akibat fagositosis
disebabkan adanya peroksidasi lipid, yaitu
kerusakan oksidatif pada lipid yang
mengandung ikatan karbon rangkap,
sehingga sel otot jantung menjadi rusak.
Tumor nekrosis faktor alfa (TNF-a) sebagai
salah satu sitokin proinflamasi berfungsi
untuk merangsang makrofag mensekresi
kemokin agar sel imun non spesifik
(makrofag) migrasi ke dalam jaringan
untuk menyingkirkan patogen. Panas yang
terjadi saat inflamasi juga disebabkan oleh
TNF-α karena mampu merangsang
hipotalamus untuk melepaskan pirogen.
Jika kerusakan sel parah, maka TNF-α
menginduksi nekrosis. Nekrosis sel
disebabkan radikal bebas dalam asap rokok
merusak membran sel (lipid). Membran sel
yang rusak menyebabkan sitosol bekerja
berlebihan. Sitosol yang bekerja berlebihan
tersebut akan merangsang lisisnya bagian –
bagian sel. Cidera atau kerusakan sel akibat
lisis menyebabkan terjadinya nekrosis.
4
A
C
B
E
D
Gambar 1 Ekspresi Tumor Nekrosis Faktor Alfa (TNF-α) pada Organ Jantung Tikus ( )yang
Dipapari Asap Rokok dengan Pewarnaan Imunohistokimia (Perbesaran 400x).
Keterangan : A : Kontrol, B : Terpapar Asap Rokok, C : Terapi 1 (0,9 mg/ekor/hari), D: Terapi 2 (2,7
mg/ekor/hari) dan E : Terapi 3 (5,4 mg/ekor/hari).
Adanya ekspresi TNF-α diamati
dengan teknik imunohistokimia (Gambar
1). Ekspresi TNF-α paling tinggi
ditunjukkan oleh Gambar 1 (B) dimana spot
kecoklatan terekspresi di seluruh gambaran,
sedangkan efek terapi menunjukkan
penurunan ekspresi TNF-α bagi organ
jantung.
TNF-α
muncul
akibat
ketidakstabilan metabolisme jaringan
sehingga memicu terjadinya inflamasi.
Penurunan TNF-a disebabkan oleh
polifenol yang mampu berikatan dengan
radikal bebas sehingga molekul radikal
bebas menjadi stabil. Hal tersebut
menyebabkan radikal bebas tidak berikatan
dengan lipid, protein maupun DNA. Pada
kondisi ini tidak terjadi peroksidasi lipid
sehingga sel otot jantung kembali stabil.
Penurunan jumlah sel yang rusak akan
menyebabkan
tidak
teraktivasinya
makrofag sehingga sekresi kemokin dan
sitokin proinflamasi (TNF-a) mengalami
penurunan. Ekspresi TNF-a yang menurun
menandakan inflamasi pada jaringan otot
jantung juga menurun. Penurunan TNF-α
disebabkan polifenol yang terdapat di biji
anggur hijau (Hasil LCMS/MS).
Polifenol merupakan antioksidan
yang dapat bereaksi sebagai pereduksi dan
penangkap radikal bebas (Birt et al., 2001).
Polifenol juga berfungsi melindungi
senyawa–senyawa yang mudah teroksidasi,
antara lain lipid bilayer, DNA, RNA dan
protein (Cadenas dan Packer, 2002),
sehingga kerusakan sel dan jaringan akibat
radikal bebas bisa diturunkan dan perbaikin
sel (regenerasi) akan berjalan lebih baik.
Selain berfungsi sebagai antioksidan untuk
mencegah penyakit degeneratif dan kronis,
polifenol
juga
memiliki
kapasitas
melindungi
jaringan
otot
jantung
(myocardial) dari iskemia sehingga
memiliki potensi sebagai cardioprotective
effect pada tikus putih (Ikizler et al., 2007).
Polifenol dapat menghambat peroksidase
lemak, agregasi platelet, permeabilitas
kapiler, dan mempengaruhi sistem enzim
5
A
B
C
B
B
B
A
A
A
A
A
A
D
B
B
A
Gambar 2 Gambaran Histopatologi Perlakuan dengan Pewarnaan Hematoxilin Eosin
(HE) (Perbesaran 400x)
A
A
Keterangan : A : Kontrol, B : Terpapar Asap Rokok, C : Terapi 1 (0,9 mg/ekor), D : Terapi 2 (2,7
mg/ekor), dan E : Terapi 3 (5,4 mg/ekor)
menurunkan ekspresi TNF-α pada tikus
yang terpapar asap rokok
termasuk fosfolipase, kolagenase, elastase,
siklooksigenase
dan
lipooksigenase.
Polifenol ekstrak biji anggur mencegah
radikal bebas dan menghambat kerusakan
jaringan oksidatif lebih baik daripada
Polifenol berikatan dengan radikal bebas
dan membantu dalam recovery sel dengan
cara mendonorkan atom hidrogennya agar
radikal bebas menjadi stabil. vitamin C,
vitamin E dan beta karoten. Terapi 0,9
mg/ekor/hari terapi 2,7 mg/ekor/hari dan
terapi 5,4 mg/ekor/hari memberikan hasil
yang berbeda disebabkan variasi dosis
ekstrak biji anggur yang diberikan. Variasi
dari dosis akan berpengaruh langsung pada
jumlah antioksidan yang akan diterima
tubuh, semakin banyak antioksidan yang
diterima tubuh maka akan lebih baik. Tiga
variasi dosis yang diberikan, dosis terapi 3
menunjukkan hasil terbaik. Hal ini sesuai
dengan Tabel 1, bahwa terapi 5,4
mg/ekor/hari memiliki rata – rata
penurunan TNF-α mencapai 75%, dan jika
dibandingkan antara kontrol dan terapi 5,5
mg/ekor/hari didapatkan hasil tidak
berbeda nyata yang dibuktikan dengan
notasi yang sama. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa kandungan polifenol
dari ekstrak biji anggur mampu
Histopatologi
Jantung
dengan
Pewarnaan Hematoxilin Eosin (HE)
Histopatologi jantung merupakan
salah satu parameter keberhasilan suatu
terapi. Secara normal, sel otot jantung
memiliki inti oval di tengah, sitoplasma
bercabang (anastomose). Dalam keadaan
inflamasi, sel otot jantung akan mengalami
perubahan sel dan abnormalitas struktur
akibat gangguan radikal bebas. Radikal
bebas akan mengganggu kestabilan sel pada
otot jantung dengan merusak membran
lipid bilayer, protein maupun susunan basa
DNA. Kerusakan – kerusakan pada otot
jantung akan merubah bentuk sitoplasma
akibat rupturnya membran lipid bilayer,
dan terjadinya nekrosis akibat stimulasi dari
TNF-α.
Gambaran histopatologi jantung
dengan pewarnaan HE (Gambar 2) pada
kelompok tikus kontrol (Gambar 2 A)
terlihat gambaran inti sel berwarna ungu
gelap dan sitoplasma berwarna merah
muda. Kerusakan sel terjadi pada tikus
terpapar asap rokok (Gambar 2 B),
pemaparan asap rokok akan menyebabkan
6
kestabilan metabolisme jaringan rusak dan
memicu aktivasi makrofag. Jaringan otot
jantung yang tidak stabil disebabkan oleh
radikal bebas. Radikal bebas berikatan
dengan lipid, protein dan DNA. Ikatan
radikal bebas dengan lipid menyebabkan
sel dehidrasi, sel kaku dan ruptur. Dehidrasi
disebabkan radikal bebas berikatan dengan
air yang ada di dalam sel. Ikatan radikal
bebas dengan air menyebabkan sel
dehidrasi dan membuat sel kaku. Selain itu,
radikal bebas yang berikatan dengan
membran sel membuat dinding sel rusak
dan dapat terjadinya ruptur sel, seperti yang
terjadi di Gambar 2 B. Pada Gambar 2
terlihat sitoplasma sel tidak berbentuk dan
inti sel keluar dari sel (sitoplasma).
Menurut Bratawidjaya (2010),
aktivasi makrofag melepaskan bahan–
bahan yang bersifat oksidan reaktif seperti
Hidrogen Peroksida, Nitrit Oksida, dan
enzim Protease. Nitrit Oksida yang
terbentuk
akan
bereaksi
dengan
superoksida
sehingga
membentuk
peroxynitrit yang merupakan molekul
sitotoksik dan dapat menyebabkan
kerusakan sel otot jantung. Gambaran
histopatologi
jantung
tikus
yang
mendapatkan terapi ekstrak biji anggur
dengan dosis 0,9 mg/ekor/hari (Gambar 2
C) menunjukkan bahwa terdapat penurunan
kerusakan sel otot jantung. Penurunan
ditunjukkan dengan bentuk sitoplasma otot
jantung dengan susunan yang lebih baik
terhadap kelompok terpapar asap rokok
(Gambar 2 B). Pemberian terapi dengan
menggunakan dosis 2,7 mg/ekor/hari
(Gambar 2 D) pada tikus yang dipapar asap
rokok menunjukkan perubahan yang lebih
baik jika dibandingkan dengan kelompok
dosis 0,9 mg/ekor/hari, dan tidak jauh
berbeda dari kelompok kontrol. Perubahan
5,4 mg/ekor/hari (Gambar 2 E) jika
dibandingkan dengan kelompok kontrol
menyerupai sel otot jantung kelompok
kontrol. Penurunan kerusakan diakibatkan
kandungan polifenol dari biji anggur hijau
Vitis vinifera mampu mendonasikan atom
hidrogen dari gugus hidroksil (OH) kepada
radikal bebas sehingga merubah radikal
bebas menjadi lebih stabil (Rahmah, 2012).
Radikal bebas yang stabil menyebabkan
radikal bebas tidak akan berikatan dengan
lipid, protein dan DNA pada sel otot
jantung. Peroksidasi lemak sebagai salah
satu dampak akumulasi radikal bebas pada
sel otot jantung tidak akan terjadi. Sel otot
jantung menjadi stabil dan kerusakan sel
akibat radikal bebas menurun. Penurunan
jumlah sel yang rusak akan menurunkan
aktivasi kerja makrofag sehingga sekresi
TNF-a menurun. Penurunan TNF-a
menunjukkan inflamasi pada jaringan
jantung menjadi menurun.
Perbedaan efek yang ditimbulkan
antara kelompok dosis 0,9 mg/ekor/hari,
2,7 mg/ekor/hari, dan 5,4 mg/ekor/hari
disebabkan jumlah polifenol sebagai
penyeimbang radikal bebas di dalam tubuh.
Dosis polifenol yang semakin tinggi akan
memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap tubuh. Sebaliknya, dosis polifenol
yang sedikit di dalam tubuh belum mampu
mengikat
radikal
bebas
atau
menyeimbangkan radikal bebas. Pengaruh
dosis terbukti pada kelompok 0,9
mg/ekor/hari
yang
belum
mampu
memperbaiki gambaran histopatologi,
sedangkan pada dosis 2,7 mg/ekor/hari, dan
dosis 5,4 mg/ekor/hari antioksidan sudah
mampu menyeimbangkan radikal bebas.
Gambaran histopatologi dengan pewarnaan
HE membuktikan adanya pengaruh ekstrak
biji anggur untuk memperbaiki kerusakan
yang disebabkan oleh radikal bebas dari
asap rokok.
Kesimpulan
1. Ekstrak
biji
anggur
dapat
menurunkan ekspresi TNF-α pada
organ jantung tikus yang diberi
paparan asap rokok. Dosis ekstrak
biji anggur terapi 5,4 mg/ekor/hari
memberikan efek terapi terbaik
dalam menurunkan ekspresi TNF-α
pada organ jantung tikus yang diberi
paparan asap rokok.
2. Ekstrak
biji
anggur
dapat
memperbaiki
gambaran
histopatologi jantung pada tikus
7
yang dipapari asap rokok yang
ditunjukkan dengan perubahan
kondisi sel otot jantung.
Tahitian NONI]: a comparative
Study. The Lipid Research
Laboratory. Technion Faculty.
The Rappaport Family Institute
for research in the medical
science and Rambam medical
Center. Haifa. Israel.
Saran
1. Perlu
dilakukan
karakterisasi
senyawa bioaktif pada anggur Vitis
vinifera
yang
menyebabkan
perubahan yang lebih signifikan.
2. Perlu diteliti
lebih spesifik
mengenai adaptasi sel yang terjadi
pada kelompok terapi.
Baratawidjaja, K.G.2004. Imunologi Dasar
: Sitokin. Balai Penerbit FK-UI.
Jakarta.128-131
Calnek, B.1997. Imunohistokimia.Ames :
Jowa State University Press.
Ucapan Terimakasih
Terimakasih
kepada
staf
Laboratorium Biokimia dan Laboratorium
Fisiologi
Hewan
Fakultas
MIPA,
Universitas Brawijaya atas dukungan,
bantuan, dan kerjasama yang luar biasa
untuk penyelesaian penelitian ini.
Daftar Pustaka
Djohan,
B.2004. Patofisiologi dan
Penatalaksanaan
Penyakit
Jantung
Koroner.
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Sumatera Utara. Medan.
George.
2000. History, Strain and
Models.The Laboratory Rat.
Academic Press.
Hidayat, S., S. Sugati dan R.J. Hutapea.
2001. Inventaris Tanaman Obat
Indonesia
1.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia,
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan.
Jakarta.
Anonimous. 2009. 10 Negara dengan
Jumlah Perokok Terbesar.
http://nusantaranews.wordpres
s.com/2009/05/31/10-negarajumlah-perokok-terbesar-didunia/ [diakses pada tanggal 5
November 2013]
Karnen, G dan R. Iris. 2009. Imunologi
Dasar Edisi ke – 8. Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia : Jakarta.
Arief, I. 2007. Rokok dan Kesehatan
Jantung.
National
Cardiovascular Center Harapan
Kita.
Kiara, C. 2013. Alasan Tikus Dipilih
sebagai Hewan Percobaan.
http://www. ceritamu. com/
cerita/ Alasan-Tikus-DipilihSebagai-Hewan-Percobaan [
diakses pada 05 November
2013].
Armstrong, S. 1991. Pengaruh Rokok
Terhadap Kesehatan. Jakarta :
Arcan
Aviram, M. 2003. Polyphenolic Flavonoids
Content
and
Antioxidant
Activities Of PJ and various Fruit
Juices [Pomegranate Juice(PJ),
PJ/Blueberry,
MOBETA,
Orange-Carrot-Banana, OrangeCarrot, Mango, Apple-kiwi, and
Khansari, N. S. Yadollah, dan M. Mahdi.
2008. Chronic Inflamation and
Oxidative Stress as Major
Cause of Age-Related Disease
and Cancer. Department of
8
Immunology.
Tehran
University Science : Iran.
Robinson,
Kusriningrum. 2008. Dasar Perancangan
Percobaan dan Rancangan
Acak
Lengkap.Fakultas
Kedokteran Hewan. Airlangga
University Press. Surabaya.
J. 2001. Concise Wine
Companion. Oxford University
Press.
Saputra, A.A.H. 2009. Uji Aktivitas Anti
Lithiasis Ekstrak Etanol Daun
Alpukat (Persea americana
Mill) Pada Tikus Jantan.
[Skripsi]. Fakultas Kedokteran
Hewan.Institut
Pertanian
Bogor. Bogor.
Mandagi, J. 1996. Masalah Narkotika dan
Zat Adiktif Lainnya serta
Penanggulangannnya.
Bina
Darma
Pemuda
Printing.
Jakarta.
Sigit, J. 2003.Sistem Kardiovaskular :
Jantung. Fakultas Farmakologi.
Farmasi
Klinik
Sekolah
Farmasi Institut Teknologi
Bandung. Jawa Barat.
Monice, M. 2012. Vitis vinifera (Grape)
Ingredients as Used in
Cosmetics.
Cosmetics
Ingredients
Review
;
Washington DC.
Sirois. 2005. Laboratory Animal Medicine
:
Principles
and
Procedures.Elsevier.
United
States of America.
Muntiha, M. 2001. Teknik Pembuatan
Preparat Histopatologi dari
Jaringan
Hewan
dengan
Penggunaan Hematoksilin dan
Eosin (H&E). Balai Penelitian
Veteriner : Bogor.
Singh, D., R. Kaur, V. Chander dan K.
Chopra. 2006. Antioxidants in
The Prevention of Renal
Disease. Journal Medicine
Food 9(4) : 443 – 450
Nita, N dan I. Sholihah. 2012. Pengaruh
Cara Ekstraksi Terhadap Kadar
Sari dan Kada Sylimarin Dalam
Biji Silybum marianum (L.)
Gaertn.
Badan
Litbang
Kesehatan.
Kementrian
Kesehatan. Karanganyar.
White. 2012. Heart Histology. International
University of the Health
Science
Zabri, H., C.Kodjo, A. Benie, J.M. Bekro,
and
Y.A.
Bekro.
2008.
Phytochemical Screening and
Determination of Flavonoids in
Secamoneafzelii (Asclepiadaceae)
Extracts. Journal of Pure and
Applied Chemistry 2(8):80-82.
Oktavianis. 2011. Efek Pemberian Asap
Rokok Terhadap Kehamilan
Tikus
Putih
(Rattus
norvegicus). Program Studi
Ilmu Biomedik Pasca Sarjana
Universitas Andalas : Padang.
Oral, H and K. Samir. 2000. Tumor
Necrosis Factor – Alpha and the
Failing Human Heart.Baylor
College of Medicine, Houston.
Rantam, F.A. 2003. Metode Imunologi.
Airlangga University Press.
Surabaya.
9
Download