PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI ANGGUR (Vitis vinifera) TERHADAP EKSPRESI TUMOR NEKROSIS FAKTOR ALFA (TNF-α) DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI JANTUNG PADA HEWAN MODEL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)YANG DIBERI PAPARAN ASAP ROKOK THE EFFECT OF Vitis vinifera EXTRACT THERAPY ON EXPRESSION OF TUMOR NECROSIS FACTOR ALPHA (TNF-α) AND HISTOPATHOLOGY OF HEART IN Rattus norvegicus EXPOSED TO CIGARETTE SMOKE Habyb Palyoga, Aulanni’am dan Dyah Kinasih Wuragil Program Studi Kedokteran Hewan, Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya [email protected], [email protected] ABSTRAK Rokok mengandung nikotin, tar, dan karbon monoksida (CO) yang mengganggu kestabilan oksidan dan antioksidan di dalam tubuh. Tubuh membutuhkan antioksidan eksogen untuk melawan radikal bebas, diantaranya antioksidan yang terdapat pada biji anggur (Vitis vinifera). Vitis vinifera mengandung polifenol yang terbukti bermanfaat untuk kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji anggur dalam menurunkan ekspresi TNF-α dan memperbaiki gambaran histopatologi jantung pada tikus (Rattus norvegicus) yang diberi paparan asap rokok. Tikus dibagi dalam 5 kelompok yaitu kelompok A (tikus kontrol), kelompok B (tikus yang terpapar asap rokok), kelompok C, D dan E dipapar asap rokok serta diterapi dengan dosis 0,9 mg/ekor/hari, 2,7 mg/ekor/hari dan 5,4 mg/ekor/hari. Ekspresi TNF-α dianalisis menggunakan One Way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Tukey (P<0,05) dan Hitopatologi jantung dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak biji anggur secara signifikan (P<0,05) menurunkan ekspresi TNF-α pada tikus yang terpapar asap rokok. Dosis ekstrak biji anggur terbaik untuk menurunkan ekspresi TNF-α adalah 5,4 mg/ekor/hari. Terapi ekstrak biji anggur terbukti memperbaiki kondisi histopatologi sel otot jantung. Kesimpulan dari penelitian, biji anggur Vitis vinifera mampu menurunkan ekspresi TNF-α dan dapat memperbaiki kondisi jantung pada tikus yang dipapar asap rokok. Kata kunci : Ekstrak biji anggur , Rokok, Jantung, TNF-α. ABSTRACT Cigarette contains of nicotine, tar, and carbon monoxide, which are free radicals that interfere oxidant and antioxidant stability. Body needs exogenous antioxidants which are available in fruits to fight free radicals. Vitis vinifera extract contains of polyphenol which has been proven useful for the health. This research aimed to determine the effect of Vitis vinifera extract to decrease the expression of TNF-α and improve histopathology of heart. Rats were divided into 5 groups were group A (control group), group B (cigarette exposured group), then C, D and E groups were exposured group and treated with Vitis vinifera extract therapy of 0.9 mg/rat/day, 2.7 mg/rat/day, and 5.4 mg/rat/day respectively. Data were analyzed using One Way ANOVA and followed by Tukey’s test (P<0.05). The result showed that the Vitis vinifera’s extract could decrease the expression of TNF–α significantly (P<0.05). The best result showed that the therapy of 5.4 mg/rat/day decrease TNF-α expression. The histopathological of heart showed a repairing in heart muscle cell. Conclusion of this study were Vitis vinifera extract decrease the expression of TNF-α and improve histopathological appearance of heart in rats (Rattus norvegicus) exposed to cigarette smoke. Keywords: Vitis vinifera extract, Cigarettes, Heart, TNF-α. 1 Radikal bebas dari asap rokok menyebabkan kerusakan pada otot–otot jantung yang mengakibatkan terganggunya kerja jantung sehingga dibutuhkan antioksidan untuk menetralisir radikal bebas. Tubuh memiliki antioksidan alami yang akan berikatan dengan elektron tidak berpasangan milik radikal bebas. Namun, kelebihan radikal bebas dalam jumlah tinggi akan menyebabkan terganggunya kestabilan sel dalam tubuh dan menimbulkan inflamasi bahkan kematian sel. Selain antioksidan alami, radikal bebas juga bisa dinetralisir dengan mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung antioksidan. Antioksidan eksogen banyak terdapat di buah–buahan, termasuk di biji anggur (Vitis vinifera) yaitu polifenol, bahan tersebut terbukti 20 % lebih baik dijadikan antioksidan dibanding vitamin E dan 50 % lebih baik dibanding vitamin C (Monangas et al., 2003). Senyawa polifenol dapat mencegah terjadinya stres oksidatif yang ditandai dengan inflamasi. Penurunan ekspresi sitokin proinflamasi seperti TNF-α dapat dijadikan sebagai salah satu indikator pertama untuk membuktikan manfaat ekstrak biji anggur pada hewan model yang terpapar asap rokok. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh pemberian ekstrak biji anggur (Vitis vinifera) terhadap ekspresi TNF-α dan histopatologi jantung pada hewan model tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberi paparan asap rokok. Pendahuluan Indonesia merupakan negara ketiga terbesar di dunia yang penduduknya gemar mengkonsumsi rokok, setelah China dan India (Anonimous, 2009). Asap rokok mengandung banyak partikel yang berbahaya bagi tubuh, terutama bagi perokok aktif maupun perokok pasif. Hewan peliharaan termasuk yang beresiko menjadi perokok pasif akibat paparan asap rokok dari pemiliknya. Setiap batang rokok yang dihisap melepaskan sekitar 5 x 109 partikel. Partikel–partikel yang dilepaskan antara lain berupa gas seperti karbon monoksida, karbon dioksida, amoniak, hidrokarbon, tar, nikotin, benzapyrene, fenol dan kadmium (Tandra, 2003). Menurut Oktavianis (2011), komponen asap rokok yang paling berbahaya ada tiga yaitu nikotin, tar dan karbon monoksida (CO). Nikotin akan merangsang hormon adrenalin sehingga menyebabkan naiknya kerja jantung. Tar menyebabkan peningkatan terjadinya resiko kanker, sedangkan karbon monoksida menyebabkan kurangnya supply oksigen bagi tubuh. Karbon monoksida (CO) merupakan sekelompok senyawa yang memiliki elektron yang tidak berpasangan atau disebut sebagai radikal bebas. Elektron yang tidak berpasangan akan mengganggu keseimbangan sel – sel dalam tubuh, karena dapat mengganggu proses oksidasi lemak, protein, serta asam nukleat (DNA) dalam tubuh (Sjamsul, 2008). Radikal bebas yang berlebihan akan menyebabkan terganggunya kestabilan metabolisme di dalam tubuh. Terganggunya kestabilan tubuh akan merangsang terjadinya aktivasi sistem pertahanan termasuk TNF-α sebagai sistem pertahanan umum. Tumor nekrosis faktor alfa (TNF-α) dalam jumlah sedikit akan menginduksi leukosit dan endotel untuk menginisiasi terjadinya inflamasi akut, namun pada jumlah yang tinggi (radikal bebas berlebihan), radikal bebas kronis akan menyebabkan terjadinya penyakit gagal jantung. Materi dan Metode Penelitian Perlakuan Hewan Coba Hewan model menggunakan tikus (Rattus norvegicus) jantan strain wistar (Sirois, 2005). Hewan coba dibagi kedalam lima kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol, kelompok terpapar asap rokok, kelompok terapi dosis 0,9 mg/ekor/hari, kelompok terapi dosis 2,7 mg/ekor/hari dan kelompok terapi dosis 5,4 mg/ekor/hari. 2 Hewan coba didapatkan dari Unit Pengembangan Hewan Percobaan (UPHP) UGM Yogyakarta dengan umur 12 minggu dan berat badan sekitar 175 – 200 gram. Penggunaan hewan coba dalam penelitian ini mendapatkan sertifikat laik etik dari Komisi Etik Penelitian Universitas Brawijaya, No 201-KEP-UB. cara membandingkan distribusi TNF-α pada sediaan histologi jantung kontrol dengan perlakuan pada perbesaran 400x dengan mikroskop cahaya BX51, kemudian dibandingkan perhitungan per luas bidang pandang pada 3 seri sayatan yang diambil secara acak untuk setiap kelompok perlakuan mengguanakan software Axio Vision. Sel – sel otot jantung diamati melalui pewarnaan HE. Pengamatan gambaran irisan jantung dilihat menggunakan mikroskop cahaya BX51 dengan perbesaran 400x. Tata Laksana Paparan Asap Rokok Rokok yang digunakan adalah rokok non filter dengan kadar tar 39 mg dan nikotin 2,3 mg. Kelompok tikus yang dipapar dimasukkan ke dalam smoking pump yang berukuran 50 x 40 x 20 cm. Rokok dinyalakan dan asap dimasukkan ke dalam smoking pump selama 15 menit. Pemaparan asap rokok dilakukan setiap pagi berturut turut selama 14 hari. Analisa Data Analisa data yang digunakan secara kualitatif untuk gambaran histopatologi jantung yang dianalisis serta disajikan secara deskriptif dan data kuantitatif dianalisis dengan one-way ANOVA kemudian apabila signifikan dilanjutkan uji Tukey (Beda Nyata Jujur) dengan α = 0,05. Persiapan Ekstrak Biji Anggur Hijau ( Vitis vinifera) Penentuan dosis ekstrak biji anggur hijau (Vitis vinifera) berdasarkan penelitian Gidey (2003), yaitu digunakan dosis 0,9 mg/ekor/hari, 2,7 mg/ekor/hari dan 5,4 mg/ekor/hari. Metode pembuatan ekstrak biji anggur hijau (Vitis vinifera) yaitu simplisia biji anggur hijau ditambahkan air kemudian ditangas dengan penangas pada temperatur 80°C selama 5 jam, setelah itu disaring menggunakan kertas saring sehingga didapatkan ekstrak biji anggur hijau dan didinginkan. Pemberian ekstrak biji anggur hijau diberikan secara per oral setiap pagi selama 14 hari. Pengamatan Ekspresi TNF-α Gambaran Histopatologi Jantung. Hasil dan Pembahasan Ekspresi Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-α) pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang dipapar asap rokok Tabel 1 menunjukkan perubahan ekspresi pada tikus yang terpapar asap rokok. Adanya pemberian asap rokok mempengaruhi ekspresi TNF-α yang tinggi pada kelompok terpapar asap rokok. Perubahan tersebut menunjukkan bahwa paparan asap rokok menimbulkan peradangan akibat stres oksidatif. Peningkatan ekspresi TNF-α meningkat sebesar 1201% dibandingkan tikus kontrol. Peningkatan ekspresi TNF-α pada kelompok terpapar disebabkan akibat paparan asap rokok yang menghasilkan radikal bebas yang diamati dengan adanya stres oksidatif pada membran sel, sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan oksidan dan antioksidan (Stres oksidatif). Stres oksidatif menyebabkan kerusakan dan Pengamatan Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-α) dalam jaringan otot jantung akan tampak dengan warna coklat. Warna coklat menunjukkan adanya reaksi inflamasi di sel otot jantung. Keberadaan TNF-α pada otot jantung diamati menggunakan metode imunohistokimia (IHK), dianalisis secara kualitatif dengan 3 Tabel 1. Ekspresi TNF-α dengan Pewarnaan Imunohistokimia Kelompok Perlakukan Kontrol Terpapar asap rokok Dosis terapi 0,9 mg/ekor/hari Dosis terapi 2,7 mg/ekor/hari Dosis terapi 5,4 mg/ekor/hari Rata – rata Ekspresi TNF-α 0,32 ± 0,08𝑎 4,19 ± 0,19𝑑 2,91 ± 0,48𝑐 2,03 ± 0,26𝑏 1,04 ± 0,12𝑎 Ekspresi TNF-α (%) Kenaikan Penurunan 1201 - 30 52 75 Keterangan : Angka dengan superscript (notasi) berbeda menunjukkan perbedaan p<0,05. Kontrol : tanpa perlakuan, terpapar : hanya dipapar asap rokok, Terapi 1 : 0,9 mg/ekor/hari, Terapi 2 : 2,7 mg/ekor/hari dan Terapi 3 : 5,4 mg/ekor/hari. Kenaikan dibandingkan dengan kontrol dan penurunan dibandingkan dengan kelompok terpapar. membran lipid bilayer, protein dan makromolekul lainnya. Radikal bebas yang meningkat pada paparan asap rokok mengikat lipid, protein dan DNA pada sel, sehingga menghasilkan ikatan dengan radikal bebas dan menyebabkan gangguan fungsi (Karnen, 2009). Kelompok terapi dosis 0,9 mg/ekor/hari, 2,7 mg/ekor/hari dan 5,4 mg/ekor/hari menunjukkan penurunan ketika dibandingkan dengan kelompok terpapar. Penurunan yang paling baik ditunjukkan oleh terapi 3 dengan penurunan sebesar 75%. Penurunan tersebut menghasilkan nilai yang bernotasi sama dengan kelompok kontrol. Perbaikan tersebut disebabkan oleh kandungan polifenol di dalam biji anggur hijau (Vitis vinifera). Radikal bebas dalam asap rokok berdifusi ke dalam pembuluh darah melalui alveoli. Radikal bebas yang telah berdifusi kemudian berikatan dengan hemoglobin (Hb) dan siap diangkut ke seluruh tubuh, salah satunya organ jantung melalui arteri koroner. Arteri koroner berperan sebagai penyuplai nutrisi bagi organ jantung. Namun, pada keadaan stres oksidatif, radikal bebas akan masuk bersama komponen darah ke dalam organ jantung dan berakumulasi di dalam jaringan jantung. Molekul–molekul yang paling rentan diikat oleh radikal bebas adalah lipid terutama pada membran sel. Rusaknya membran sel menyebabkan permeabilitas terganggu sehingga sel dapat mengalami dehidrasi hingga ruptur. Pelepasan TNF-α akibat fagositosis disebabkan adanya peroksidasi lipid, yaitu kerusakan oksidatif pada lipid yang mengandung ikatan karbon rangkap, sehingga sel otot jantung menjadi rusak. Tumor nekrosis faktor alfa (TNF-a) sebagai salah satu sitokin proinflamasi berfungsi untuk merangsang makrofag mensekresi kemokin agar sel imun non spesifik (makrofag) migrasi ke dalam jaringan untuk menyingkirkan patogen. Panas yang terjadi saat inflamasi juga disebabkan oleh TNF-α karena mampu merangsang hipotalamus untuk melepaskan pirogen. Jika kerusakan sel parah, maka TNF-α menginduksi nekrosis. Nekrosis sel disebabkan radikal bebas dalam asap rokok merusak membran sel (lipid). Membran sel yang rusak menyebabkan sitosol bekerja berlebihan. Sitosol yang bekerja berlebihan tersebut akan merangsang lisisnya bagian – bagian sel. Cidera atau kerusakan sel akibat lisis menyebabkan terjadinya nekrosis. 4 A C B E D Gambar 1 Ekspresi Tumor Nekrosis Faktor Alfa (TNF-α) pada Organ Jantung Tikus ( )yang Dipapari Asap Rokok dengan Pewarnaan Imunohistokimia (Perbesaran 400x). Keterangan : A : Kontrol, B : Terpapar Asap Rokok, C : Terapi 1 (0,9 mg/ekor/hari), D: Terapi 2 (2,7 mg/ekor/hari) dan E : Terapi 3 (5,4 mg/ekor/hari). Adanya ekspresi TNF-α diamati dengan teknik imunohistokimia (Gambar 1). Ekspresi TNF-α paling tinggi ditunjukkan oleh Gambar 1 (B) dimana spot kecoklatan terekspresi di seluruh gambaran, sedangkan efek terapi menunjukkan penurunan ekspresi TNF-α bagi organ jantung. TNF-α muncul akibat ketidakstabilan metabolisme jaringan sehingga memicu terjadinya inflamasi. Penurunan TNF-a disebabkan oleh polifenol yang mampu berikatan dengan radikal bebas sehingga molekul radikal bebas menjadi stabil. Hal tersebut menyebabkan radikal bebas tidak berikatan dengan lipid, protein maupun DNA. Pada kondisi ini tidak terjadi peroksidasi lipid sehingga sel otot jantung kembali stabil. Penurunan jumlah sel yang rusak akan menyebabkan tidak teraktivasinya makrofag sehingga sekresi kemokin dan sitokin proinflamasi (TNF-a) mengalami penurunan. Ekspresi TNF-a yang menurun menandakan inflamasi pada jaringan otot jantung juga menurun. Penurunan TNF-α disebabkan polifenol yang terdapat di biji anggur hijau (Hasil LCMS/MS). Polifenol merupakan antioksidan yang dapat bereaksi sebagai pereduksi dan penangkap radikal bebas (Birt et al., 2001). Polifenol juga berfungsi melindungi senyawa–senyawa yang mudah teroksidasi, antara lain lipid bilayer, DNA, RNA dan protein (Cadenas dan Packer, 2002), sehingga kerusakan sel dan jaringan akibat radikal bebas bisa diturunkan dan perbaikin sel (regenerasi) akan berjalan lebih baik. Selain berfungsi sebagai antioksidan untuk mencegah penyakit degeneratif dan kronis, polifenol juga memiliki kapasitas melindungi jaringan otot jantung (myocardial) dari iskemia sehingga memiliki potensi sebagai cardioprotective effect pada tikus putih (Ikizler et al., 2007). Polifenol dapat menghambat peroksidase lemak, agregasi platelet, permeabilitas kapiler, dan mempengaruhi sistem enzim 5 A B C B B B A A A A A A D B B A Gambar 2 Gambaran Histopatologi Perlakuan dengan Pewarnaan Hematoxilin Eosin (HE) (Perbesaran 400x) A A Keterangan : A : Kontrol, B : Terpapar Asap Rokok, C : Terapi 1 (0,9 mg/ekor), D : Terapi 2 (2,7 mg/ekor), dan E : Terapi 3 (5,4 mg/ekor) menurunkan ekspresi TNF-α pada tikus yang terpapar asap rokok termasuk fosfolipase, kolagenase, elastase, siklooksigenase dan lipooksigenase. Polifenol ekstrak biji anggur mencegah radikal bebas dan menghambat kerusakan jaringan oksidatif lebih baik daripada Polifenol berikatan dengan radikal bebas dan membantu dalam recovery sel dengan cara mendonorkan atom hidrogennya agar radikal bebas menjadi stabil. vitamin C, vitamin E dan beta karoten. Terapi 0,9 mg/ekor/hari terapi 2,7 mg/ekor/hari dan terapi 5,4 mg/ekor/hari memberikan hasil yang berbeda disebabkan variasi dosis ekstrak biji anggur yang diberikan. Variasi dari dosis akan berpengaruh langsung pada jumlah antioksidan yang akan diterima tubuh, semakin banyak antioksidan yang diterima tubuh maka akan lebih baik. Tiga variasi dosis yang diberikan, dosis terapi 3 menunjukkan hasil terbaik. Hal ini sesuai dengan Tabel 1, bahwa terapi 5,4 mg/ekor/hari memiliki rata – rata penurunan TNF-α mencapai 75%, dan jika dibandingkan antara kontrol dan terapi 5,5 mg/ekor/hari didapatkan hasil tidak berbeda nyata yang dibuktikan dengan notasi yang sama. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kandungan polifenol dari ekstrak biji anggur mampu Histopatologi Jantung dengan Pewarnaan Hematoxilin Eosin (HE) Histopatologi jantung merupakan salah satu parameter keberhasilan suatu terapi. Secara normal, sel otot jantung memiliki inti oval di tengah, sitoplasma bercabang (anastomose). Dalam keadaan inflamasi, sel otot jantung akan mengalami perubahan sel dan abnormalitas struktur akibat gangguan radikal bebas. Radikal bebas akan mengganggu kestabilan sel pada otot jantung dengan merusak membran lipid bilayer, protein maupun susunan basa DNA. Kerusakan – kerusakan pada otot jantung akan merubah bentuk sitoplasma akibat rupturnya membran lipid bilayer, dan terjadinya nekrosis akibat stimulasi dari TNF-α. Gambaran histopatologi jantung dengan pewarnaan HE (Gambar 2) pada kelompok tikus kontrol (Gambar 2 A) terlihat gambaran inti sel berwarna ungu gelap dan sitoplasma berwarna merah muda. Kerusakan sel terjadi pada tikus terpapar asap rokok (Gambar 2 B), pemaparan asap rokok akan menyebabkan 6 kestabilan metabolisme jaringan rusak dan memicu aktivasi makrofag. Jaringan otot jantung yang tidak stabil disebabkan oleh radikal bebas. Radikal bebas berikatan dengan lipid, protein dan DNA. Ikatan radikal bebas dengan lipid menyebabkan sel dehidrasi, sel kaku dan ruptur. Dehidrasi disebabkan radikal bebas berikatan dengan air yang ada di dalam sel. Ikatan radikal bebas dengan air menyebabkan sel dehidrasi dan membuat sel kaku. Selain itu, radikal bebas yang berikatan dengan membran sel membuat dinding sel rusak dan dapat terjadinya ruptur sel, seperti yang terjadi di Gambar 2 B. Pada Gambar 2 terlihat sitoplasma sel tidak berbentuk dan inti sel keluar dari sel (sitoplasma). Menurut Bratawidjaya (2010), aktivasi makrofag melepaskan bahan– bahan yang bersifat oksidan reaktif seperti Hidrogen Peroksida, Nitrit Oksida, dan enzim Protease. Nitrit Oksida yang terbentuk akan bereaksi dengan superoksida sehingga membentuk peroxynitrit yang merupakan molekul sitotoksik dan dapat menyebabkan kerusakan sel otot jantung. Gambaran histopatologi jantung tikus yang mendapatkan terapi ekstrak biji anggur dengan dosis 0,9 mg/ekor/hari (Gambar 2 C) menunjukkan bahwa terdapat penurunan kerusakan sel otot jantung. Penurunan ditunjukkan dengan bentuk sitoplasma otot jantung dengan susunan yang lebih baik terhadap kelompok terpapar asap rokok (Gambar 2 B). Pemberian terapi dengan menggunakan dosis 2,7 mg/ekor/hari (Gambar 2 D) pada tikus yang dipapar asap rokok menunjukkan perubahan yang lebih baik jika dibandingkan dengan kelompok dosis 0,9 mg/ekor/hari, dan tidak jauh berbeda dari kelompok kontrol. Perubahan 5,4 mg/ekor/hari (Gambar 2 E) jika dibandingkan dengan kelompok kontrol menyerupai sel otot jantung kelompok kontrol. Penurunan kerusakan diakibatkan kandungan polifenol dari biji anggur hijau Vitis vinifera mampu mendonasikan atom hidrogen dari gugus hidroksil (OH) kepada radikal bebas sehingga merubah radikal bebas menjadi lebih stabil (Rahmah, 2012). Radikal bebas yang stabil menyebabkan radikal bebas tidak akan berikatan dengan lipid, protein dan DNA pada sel otot jantung. Peroksidasi lemak sebagai salah satu dampak akumulasi radikal bebas pada sel otot jantung tidak akan terjadi. Sel otot jantung menjadi stabil dan kerusakan sel akibat radikal bebas menurun. Penurunan jumlah sel yang rusak akan menurunkan aktivasi kerja makrofag sehingga sekresi TNF-a menurun. Penurunan TNF-a menunjukkan inflamasi pada jaringan jantung menjadi menurun. Perbedaan efek yang ditimbulkan antara kelompok dosis 0,9 mg/ekor/hari, 2,7 mg/ekor/hari, dan 5,4 mg/ekor/hari disebabkan jumlah polifenol sebagai penyeimbang radikal bebas di dalam tubuh. Dosis polifenol yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap tubuh. Sebaliknya, dosis polifenol yang sedikit di dalam tubuh belum mampu mengikat radikal bebas atau menyeimbangkan radikal bebas. Pengaruh dosis terbukti pada kelompok 0,9 mg/ekor/hari yang belum mampu memperbaiki gambaran histopatologi, sedangkan pada dosis 2,7 mg/ekor/hari, dan dosis 5,4 mg/ekor/hari antioksidan sudah mampu menyeimbangkan radikal bebas. Gambaran histopatologi dengan pewarnaan HE membuktikan adanya pengaruh ekstrak biji anggur untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas dari asap rokok. Kesimpulan 1. Ekstrak biji anggur dapat menurunkan ekspresi TNF-α pada organ jantung tikus yang diberi paparan asap rokok. Dosis ekstrak biji anggur terapi 5,4 mg/ekor/hari memberikan efek terapi terbaik dalam menurunkan ekspresi TNF-α pada organ jantung tikus yang diberi paparan asap rokok. 2. Ekstrak biji anggur dapat memperbaiki gambaran histopatologi jantung pada tikus 7 yang dipapari asap rokok yang ditunjukkan dengan perubahan kondisi sel otot jantung. Tahitian NONI]: a comparative Study. The Lipid Research Laboratory. Technion Faculty. The Rappaport Family Institute for research in the medical science and Rambam medical Center. Haifa. Israel. Saran 1. Perlu dilakukan karakterisasi senyawa bioaktif pada anggur Vitis vinifera yang menyebabkan perubahan yang lebih signifikan. 2. Perlu diteliti lebih spesifik mengenai adaptasi sel yang terjadi pada kelompok terapi. Baratawidjaja, K.G.2004. Imunologi Dasar : Sitokin. Balai Penerbit FK-UI. Jakarta.128-131 Calnek, B.1997. Imunohistokimia.Ames : Jowa State University Press. Ucapan Terimakasih Terimakasih kepada staf Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Fisiologi Hewan Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya atas dukungan, bantuan, dan kerjasama yang luar biasa untuk penyelesaian penelitian ini. Daftar Pustaka Djohan, B.2004. Patofisiologi dan Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan. George. 2000. History, Strain and Models.The Laboratory Rat. Academic Press. Hidayat, S., S. Sugati dan R.J. Hutapea. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia 1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta. Anonimous. 2009. 10 Negara dengan Jumlah Perokok Terbesar. http://nusantaranews.wordpres s.com/2009/05/31/10-negarajumlah-perokok-terbesar-didunia/ [diakses pada tanggal 5 November 2013] Karnen, G dan R. Iris. 2009. Imunologi Dasar Edisi ke – 8. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. Arief, I. 2007. Rokok dan Kesehatan Jantung. National Cardiovascular Center Harapan Kita. Kiara, C. 2013. Alasan Tikus Dipilih sebagai Hewan Percobaan. http://www. ceritamu. com/ cerita/ Alasan-Tikus-DipilihSebagai-Hewan-Percobaan [ diakses pada 05 November 2013]. Armstrong, S. 1991. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan. Jakarta : Arcan Aviram, M. 2003. Polyphenolic Flavonoids Content and Antioxidant Activities Of PJ and various Fruit Juices [Pomegranate Juice(PJ), PJ/Blueberry, MOBETA, Orange-Carrot-Banana, OrangeCarrot, Mango, Apple-kiwi, and Khansari, N. S. Yadollah, dan M. Mahdi. 2008. Chronic Inflamation and Oxidative Stress as Major Cause of Age-Related Disease and Cancer. Department of 8 Immunology. Tehran University Science : Iran. Robinson, Kusriningrum. 2008. Dasar Perancangan Percobaan dan Rancangan Acak Lengkap.Fakultas Kedokteran Hewan. Airlangga University Press. Surabaya. J. 2001. Concise Wine Companion. Oxford University Press. Saputra, A.A.H. 2009. Uji Aktivitas Anti Lithiasis Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill) Pada Tikus Jantan. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan.Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mandagi, J. 1996. Masalah Narkotika dan Zat Adiktif Lainnya serta Penanggulangannnya. Bina Darma Pemuda Printing. Jakarta. Sigit, J. 2003.Sistem Kardiovaskular : Jantung. Fakultas Farmakologi. Farmasi Klinik Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung. Jawa Barat. Monice, M. 2012. Vitis vinifera (Grape) Ingredients as Used in Cosmetics. Cosmetics Ingredients Review ; Washington DC. Sirois. 2005. Laboratory Animal Medicine : Principles and Procedures.Elsevier. United States of America. Muntiha, M. 2001. Teknik Pembuatan Preparat Histopatologi dari Jaringan Hewan dengan Penggunaan Hematoksilin dan Eosin (H&E). Balai Penelitian Veteriner : Bogor. Singh, D., R. Kaur, V. Chander dan K. Chopra. 2006. Antioxidants in The Prevention of Renal Disease. Journal Medicine Food 9(4) : 443 – 450 Nita, N dan I. Sholihah. 2012. Pengaruh Cara Ekstraksi Terhadap Kadar Sari dan Kada Sylimarin Dalam Biji Silybum marianum (L.) Gaertn. Badan Litbang Kesehatan. Kementrian Kesehatan. Karanganyar. White. 2012. Heart Histology. International University of the Health Science Zabri, H., C.Kodjo, A. Benie, J.M. Bekro, and Y.A. Bekro. 2008. Phytochemical Screening and Determination of Flavonoids in Secamoneafzelii (Asclepiadaceae) Extracts. Journal of Pure and Applied Chemistry 2(8):80-82. Oktavianis. 2011. Efek Pemberian Asap Rokok Terhadap Kehamilan Tikus Putih (Rattus norvegicus). Program Studi Ilmu Biomedik Pasca Sarjana Universitas Andalas : Padang. Oral, H and K. Samir. 2000. Tumor Necrosis Factor – Alpha and the Failing Human Heart.Baylor College of Medicine, Houston. Rantam, F.A. 2003. Metode Imunologi. Airlangga University Press. Surabaya. 9