BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu negara tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri. Negaranegara kemudian berinteraksi satu sama lain dan menjalin kerjasama untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Hubungan kerjasama dilakukan berdasarkan kepentingan dan tujuan nasional yang ingin dicapai negara. Hubungan kerjasama dilakukan dalam berbagai tingkatan mulai dari bilateral, regional, hingga multinasional. Dalam hubungan tersebut, negara berupaya untuk mencapai kepentingan nasionalnya yang pada dasarnya bertujuan untuk kesejahteran rakyat dan kedaulatan negara. Kerjasama dilakukan dalam berbagai bidang mulai dari ekonomi, politik, militer, dan sosial budaya. Kerjasama ekonomi diperlukan, misalnya melalui perdagangan internasional guna memenuhi kebutuhan dalam negeri, baik itu kebutuhan akan pangan, energi, bahan mentah, dan sebagainya. Sedangkan kerjasama dalam bidang politik, diperlukan terutama untuk memperoleh dukungan atau kemitraan, ini akan berguna ketika memerlukan dukungan dalam forum internasional. Selanjutnya dalam bidang militer, juga penting untuk menjalin hubungan baik, guna menjaga perdamaian, bukan hanya di dalam negeri tetapi juga partisipasi dalam penyelesaian konflik yang terjadi antar negara lain. Hubungan antar negara di dunia terus mengalami perkembangan secara berkesinambungan seiring dengan perubahan dunia internasional serta kemajuan teknologi dan informasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi dengan segala 1 dampaknya turut andil memunculkan isu-isu baru yang bersifat global. Hal tersebut pada akhirnya menjadi isu politik antar negara sebagai bagian dari interaksi dalam forum bilateral, regional, dan multilateral. Isu global ini cenderung pula berkembang menjadi isu politik.1 Dalam hubungan internasional, melalui diplomasi negara yang memiliki kemampuan politik, ekonomi, dan militer melakukan penekanan terhadap negara yang lemah. Negara yang kemampuan diplomasinya lemah akan terdesak dan mengikuti keingianan negara yang lebih kuat. Hal demikian akan sangat merugikan negara karena dengan mudah dapat dikontrol oleh negara lain. Secara tidak langsung negara lemah tidak memiliki kebebasan dalam menentukan arah kebijakan politiknya yang pada akhirnya berdampak pada pencapaian kepentingan dan tujuan nasional. Setiap negara pastinya memiliki kepentingan dalam dunia internasional guna memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Untuk memastikan kebutuhan tersebut terwakili dan terpenuhi dalam komunitas global dan regional, maka negara perlu merumuskan kebijakan luar negeri. Kebijakan tersebut selanjutnya dijadikan pedoman bagi negara dalam menjalin hubungan dengan negara lain. Dalam memperjuangkan kepentingan nasional, peran diplomasi sangat penting karena dapat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan negara. Dalam era globalisasi ini, ploblematika yang dihadapi negara semakin kompleks, lebih menantang, dan dengan tingkat persaingan yang semakin tinggi pula. Perubahan dunia menuntut negara untuk semakin kreatif dalam berkompetisi 1 Abdul Irsan, 2010, Peluang dan Tantangan Diplomasi Indonesia, Jakarta: Himmah Media, hal.52. 2 di taraf internasional dan regional. Persaingan semakain ketat, utamanya dalam kancah perpolitikan internasional mulai dari lembaga hingga organisasai regional dan internasional. Kawasan yang selama ini terabaikan pun mulai menampakkan diri dan menunjukkan pertumbuhan perekonomian yang melaju pesat. Dengan demikian, negara yang tidak memiliki daya saing mungkin saja tidak akan mampu bertahan terhadap tuntutan dunia.2 Oleh karenanya, dalam menjalin hubungan dengan negara lain suatu negara memerlukan kekuatan atau power agar dapat mencapai kepentingannya. Power negara sangat penting dan diperlukan dalam berbagai forum guna memperoleh dukungan dari negara lain ataupun dalam kerjasama, baik bilateral, regional, maupun multilateral. Kepemilikan power dapat menjadikan suatu negara mampu mempengaruhi bahkan mengontrol negara lain untuk bertindak atau mengambil kebijakan yang akan memberikan keuntungan bagi negara pemilik power. Meski demikian, power tidak muncul begitu saja melainkan dengan beberapa kekuatan dasar yang mesti dimiliki mulai dari segi ekonomi, sosial, politik, dan militer. Suatu negara dengan power lebih dibanding negara lainnya akan lebih mudah untuk meraih kepentingan nasionalnya. Sedangkan bagi negara yang kekuatannya kurang, akan memiliki posisi yang lemah dalam proses tawarmenawar kepentingan tersebut. Untuk memperoleh power tersebut, seluruh negara akan melakukan berbagai upaya termasuk dengan memberdayakan segala potensi yang dimilikinya. 2 Faisal Basri, 2010, “Asa dan Upaya pada Tahun 201”, Kompas, 27 Desember 2010, hal. 3. 3 Negara kemudian menggunakan kekuatan nasional (national power) guna meraih kepentingan nasionalnya. Elemen-elemen national power ini menurut Hans J. Morgenthau (1948) terdiri atas sembilan unsur, yakni; geografi, sumber daya alam, kemampuan industri, kesiagaan militer, penduduk, karakter nasional, moral nasional, kualitas diplomasi, dan kualitas pemerintah.3 Namun demikian dalam konteks kekinian, kesembilan elemen tersebut dapat diformulasi secara garis besar menjadi: geografis dan segenap isinya, man power atau tenaga ahli, kemampuan industri dan teknologi, ilmu pengetahuan dan informasi, serta keterampilan diplomasi. Kedudukan atau posisi suatu negara yang didukung oleh keunggulan geografis, sumber daya alam dan sumber daya manusianya turut menentukan kekuatannya terutama dalam menjalin kerjasama dengan negara lain. National power yang dimiliki kemudian dijadikan sarana kekuatan dalam menjalin hubungan internasional. Dengan kepemilikan power yang besar, dapat membawa suatu negara untuk secara leluasa memperjuangkan kepentingannya. Hal ini dapat terlihat atau terjelma dalam percaturan serta dinamika hubungan antarnegara, baik dalam konteks dunia internasional maupun di kawasan. Di mana masing-masing negara akan berjuang mengejar kepentingan nasionalnya dengan mengandalkan national power-nya. Selain menyokong upaya pencapaian tujuan negara, national power juga turut menentukan kualitas diplomasi negara tersebut. Pelaksanaan diplomasi serta partisipasi Indonesia dalam mengikuti proses perkembangan politik dunia seringkali harus menghadapi kondisi dan situasi 3 Hans. J. Morgenthau dan Kenneth W. Thompson, 2010, Politik Antar Bangsa, terj. S. Maimoen, at al, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, hal.135-173. 4 dunia yang tidak selalu kondusif dengan kepentingan nasionalnya. 4 Bantarto Bandoro (2005) menyatakan bahwa politik luar negeri Indonesia di era globalisasi dewasa ini menghadapi tantangan yang begitu rumit ditambah pula dengan perubahan-perubahan internasional yang begitu cepat dan sulit diantisipasi. Oleh karena itu, menurutnya sangat mendesak bagi Indonesia untuk memobilisir seluruh sumber daya yang ada dalam masyarakat, untuk membantu mendukung diplomasi internasional dalam mengatasi tantangan global.5 Sebagai salah satu pelaku hubungan internasonal, Indonesia perlu membangun national power-nya. Negara yang dapat memberdayakan kekuatan nasionalnya secara maksimal akan memegang peranan dominan yang tentunya akan berpengaruh pada pengambilan kebijakan dalam penyelesaian masalah ataupun isu-isu global. Sebagai salah satu negara anggota ASEAN, Indonesia perlu untuk memperkuat national power-nya guna mendukung diplomasinya dalam taraf regional. Di mana kita ketahui bahwa secara umum kekuatan nasional Indonesia masih dikategorikan sebagai negara middle power. Indonesia berusaha untuk meningkatkan kekuatan nasionalnya sesuai dengan program pengembangan atau pembangunan nasional yang dilakukan oleh pemerintah, baik pembangunan yang bersifat jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. Salah satu kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah Indonesia adalah menjalin kerjasama dalam berbagai bidang dengan negaranegara di ASEAN. Hal ini juga dalam rangka mendukung diplomasi Indonesia di ASEAN. Keketuaan Indonesia di ASEAN pada tahun 2011 memberikan 4 5 Abdul Irsan, Op. Cit, hal. 94. Bantarto Bandoro, ed., 2005, Mencari Desain Baru Politik Luar Negeri Indonesia, Jakarta: CSIS, hal. 4. 5 kesempatan untuk dapat berkontribusi positif dalam pengembangan kawasan serta menunjukkan kepemimpinan Indonesia. Selain itu memberikan kesempatan untuk menunjukkan diplomasi Indonesia utamanya dalam menghadapi permasalahanpermasalahan di kawasan. Pada dasarnya Indonesia telah memiliki kemampuan dan kekuatan nasional. Kekuatan nasional Indonesia dapat dilihat utamanya dari aspek geografi (wilayah), sumber kekayaan alam, serta kuantitas penduduknya. Indonesia memiliki wilayah yang luas, alam yang kaya, serta sejarah bangsa dan keanekaragaman etnik yang tersebar di seluruh wilayah. Hal ini merupakan kekuatan yang sangat penting bagi Indonesia dalam meraih tujuan nasionalnya. 6 Salah satu fondasi kekuatan nasional yang dimiliki Indonesia dan sudah dikenal dunia sejak dulu ialah posisi geografisnya yang berada pada posisi silang dunia, yakni antara dua benua dan dua samudera, kekayaan negara yang terdiri atas barang tambang maupun flora dan fauna, demokratisasi dimana Indonesia tergolong sebagai negara dunia ketiga yang sukses menyelenggarakan pemilu langsung presiden dan parlemen secara damai. Di samping itu Indonesia memiliki penduduk muslim terbesar di dunia dan tergolong Islam moderat. Semua komponen tersebut dapat menjadi elemen national power Indonesia. Indonesia dikaruniai dengan potensi alam melimpah baik di darat maupun di laut. Namun, kenyataannya hingga sekarang masih banyak penduduk Indonesia yang belum dapat menikmati kemakmuran tersebut. Oleh karena itu, penting bagi 6 Ermaya Suradinata, 2005, Hukum Dasar Geopolitik dan Geostrategi dalam Kerangka Keutuhan NKRI, Jakarta: Suara Bebas, hal. 71. 6 pemerintah untuk lebih memperhatikan pengelolaan kekayaan negara agar potensi yang dimiliki dapat memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat.7 Wilayah Indonesia yang luas serta posisi yang strategis memerlukan pengelolaan dan pemanfaatan secara optimal dan bijak dari seluruh komponen masyarakat. Sejak dulu Indonesia telah menjadi jalur perdagangan antar bangsa. Wilayah Indonesia pun baik di darat, laut, maupun udara menyimpan potensi besar dalam menunjang perekonomian Indonesia. Melalui pemanfaatan wilayah daratan sebagai lahan pangan. Lautan selain memberikan hasil laut yang melimpah juga merupakan jalur transportasi bagi perdagangan. Selain itu, ruang angkasa dapat dimanfaatkan untuk komunikasi modern dan teknologi.8 Indonesia memiliki posisi strategis yang memungkinkannya memegang peran penting dalam dunia internasional. Meski demikian Indonesia masih harus menghadapi banyak tantangan dan permasalahan, mulai dari masalah ekonomi, politik, sosial, dan keamanan. Kenyataannya, luas wilayah Indonesia tidak diimbangi dengan kemerataan penduduknya sehingga beberapa daerah utamanya perkotaan sangat padat. Di lain pihak posisi strategis Indonesia menjadikannya rawan karena dapat dimasuki dari berbagai penjuru. Wilayah lautnya yang kaya baik hasil laut berupa perikanan maupun tambang menjadikannya rawan terhadap konflik dengan negara tetangga.9 Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah akan tetapi belum diimbangi dengan kualitas sumber daya manusianya. Ditambah dengan pola konsumsi minyak yang berlebihan dan tidak seimbang dengan persediaan energi. 7 Abdul irsan, Op. Cit, hal. 7. Ermaya Suradinata, Op. Cit. hal. 71-73. 9 Ibid, hal. 35. 8 7 Hal ini pada akhirnya akan membawa Indonesia pada kelangkaan energi karena belum mampu memberdayakan Sumber Daya Alam dengan efesien dan efektif. Bahkan hutan Indonesia yang merupakan energi terbarukan pun terancam rusak dan areal hutan semakin berkurang. Pembalakan liar dan kebakaran terjadi sebagai akibat dari kelalaian dalam melestarikan dan menjaganya. Greenpeace mencatat bahwa tingkat kerusakan hutan Indonesia mencapai 3.8 juta hektar per tahun.10 Jika hal tersebut terus berlanjut, maka akan terjadi bencana alam seperti banjir dan longsor yang parah, terjadi pencemaran udara yang dapat mempengaruhi negara lain utamanya negara tetangga. Ini akan menimbulkan kritikan terhadap Indonesia karena tidak dapat menjaga areal hutannya yang merupakan paru-paru dunia. Dengan demikian akan semakin menjadikan Indonesia terpuruk dan menempati posisi yang lemah dalam forum internasional dan khususnya di negara-negara ASEAN. Persoalan tersebut juga dapat menjadi hambatan terhadap kesuksesan diplomasi Indonesia di ASEAN. Dari segi kependudukan, Indonesia menempati urutan keempat di dunia setelah RRC, India, dan AS. Indonesia memiliki kuantitas penduduk yang sangat besar yakni sekitar 241.973.879 jiwa berdasarkan sensus tahun 2005. 11 Meski demikian potensi ini belum mampu menunjang pembangunan nasional Indonesia. Indonesia dihadapkan pada keterbatasan kualitas Sumber Daya Manusia serta minimnya moral masyarakat. Korupsi terjadi di berbagai sendi kehidupan Ahmad Syafii Ma’arif, 2011, “Indonesia 2050 Seperti Apa?”, Kompas, 17 Oktober 2011, dalam http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/10/17/02125333/Indonesia.2050.seperti.Apa., diakses tanggal 13 Februari 2013. 11 Sri Hayati dan Ahmad Yani, 2007, Geografi Politik, Bandung: Refika Aditama, hal.82. 10 8 masyarakat. Hasil survei Political and Economic Risk Consultancy sejak 19982005 menempatkan Indonesia pada posisi buruk dalam korupsi.12 Dalam lingkup regional terutama dengan disepakatinya perjanjian perdagangan bebas atau AFTA tahun 2003, maka Indonesia harus bersiap akan dampak yang mungkin timbul. Sejak tahun 1998 hingga kini Indonesia masih mengalami keterpurukan ekonomi, sosial, politik, dan pertahanan keamanan, serta kecenderungan terjadi konflik etnis. Indonesia juga besar kemungkinan terkena dampak lingkungan dari perkembangan dunia yang makin maju. Potensi masyarakat Indonesia pun belum diberdayakan secara maksimal. Di lain pihak, krisis multidimendial yang melanda Indonesia belum terpulihkan ditambah dengan kondisi ketahanan nasional yang lemah. Sehingga proses pembangunan nasional tidak berjalan lancar dan stabilitas nasional terganggu.13 Hal ini tentunya dapat menghambat pengembangan kemampuan dan kekuatan nasional Indonesia. Meski demikian, dunia menilai bahwa Indonesia merupakan negara yang kompeten dan dapat meminimalisir dampak dari krisis global. Melihat bahwa dalam krisis perekonomian tahun 2008-2009, Indonesia tidak terlalu terkena dampak dari krisis tersebut dan perekonomiannya terbilang cukup stabil.14 Indonesia semakin dipertimbangkan dan dianggap sebagai bagian dari organisasi dunia. Ini dilihat dari pencapaian Indonesia dengam masuknya ke G-20. Indonesia sudah mulai dilibatkan dalam memikirkan, membahas, dan merumuskan sesuatu terkait dengan permasalahan dunia internasional. Indonesia dapat mengandalkan 12 Riant Nuggroho D. & Tri Hanurita S., 2005, Tantangan Indonesia: Solusi Pembangunan Negara Berkembang, Jakarta: PT. Elex Media Kumputindo, hal. 109-111 13 Ermaya Suradinata, Op. Cit. Hal. 82. 14 Susilo Bambang Yudhoyono, 2010, “Soft Power Memperkuat Formula Diplomasi”, Tabloid Diplomasi, No. 28 Tahun III, 15 Februari-14 Mare 2010, Hal. 4. 9 kekayaan budaya, ide, nilai-nilai serta material lainnya yang dapat menjadi selling point Indonesia dalam diplomasi pada tingkat global maupun regional.15 Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa hingga kini Indonesia masih bergelut dengan krisis multidimensial yang melanda negara. Berbagai pergolakan terjadi dalam negeri, ditambah konflik yang terjadi dengan beberapa negara tetangga. Indonesia pun harus tanggap dalam menghadapi pengaruh perkembangan dunia yang terus berubah dari waktu ke waktu. Selain itu di tingkat regional pun sumber daya manusia Indonesia masih terbilang rendah dibanding beberapa negara ASEAN lainnya. Pengelolaan wilayah serta sumber daya alam yang belum optimal. Di lain pihak, kepemilikan hasil alam serta kondisi dan letak geografis Indonesia yang strategis akan menjadi perhatian bangsa-bangsa lain. Sehingga besar kemungkinan bagi negara lain untuk berupaya memanfaatkan potensi dan sumber daya yang dimiliki Indonesia bagi kepentingan negaranya. 16 Dalam pelaksanaan diplomasinya, Indonesia masih harus menghadapi banyak tantangan. Perkembangan politik dunia turut mempengaruhi diplomasi Indonesia. Selain harus menghadapi kebijakan politik dan diplomasi negaranegara besar, Indonesia juga dihadapkan pada beragam permasalahan dengan negara-negara tetangga di kawasan. Meski demikian, kebijakan politik luar negeri bebas aktif tetap menjadi acuan negara dalam setiap interaksinya.17 Dalam hal politik keamanan, Indonesia merupakan negara yang cukup dipandang dan dihormati di kawasan Asia Tenggara. Karena itu, masalah Susilo Bambang Yudhoyono, 2010, “Indonesia Semakin Diperhitungkan”, Tabloid Diplomasi, No. 28 Tahun III, 15 Februari-14 Maret, 2010, Hal. 5. 16 Abdul Irsan, Op. Cit, hal. 9. 17 Ibid. 15 10 perbatasan Indonesia dengan negara lain perlu segera diselesaikan agar tidak mempengaruhi stabilitas kawasan. Di lain pihak, Indonesia pun berkepentingan untuk membentuk kerjasama ASEAN yang lebih kokoh guna membina stabilitas kawasan Asia Tenggara. Namun, Indonesia masih harus menghadapi permasalahan bilateral dengan sesama anggota ASEAN yang hingga sekarang belum terselesaikan. Persoalan-persoalan bilateral seperti sengketa perbatasan, illegal logging, kasus TKI, dan sebagainya, dapat mengganggu hubungan antar negara bila tidak ditangani dengan bijak. Selain mengancam keharmonisan hubungan bilateral, juga dapat mempengaruhi pertumbuhan ASEAN sendiri dan dapat mengganggu solidaritas sesama anggota, bahkan stabilitas kawasan.18 Oleh karena itu, sangat penting bagi Indonesia untuk memperkuat kekuatan nasionalnya karena akan menjadi bargaining Indonesia dan berperan penting dalam mendukung diplomasinya. Dengan demikian Indonesia dapat mencapai kepentingan nasionalnya. Keberhasilan dalam diplomasi ini tentunya akan berdampak positif terhadap pencapaian tujuan nasional Indonesia di ASEAN. Hal inilah yang menjadi dasar bagi penulis memilih judul “Strategi Penguatan National Power dalam Mendukung Diplomasi Indonesia di ASEAN”. B. Batasan dan Rumusan Masalah Penelitian ini akan membahas mengenai bagaimana penguatan national power dalam mendukung diplomasi Indonesia di ASEAN. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di ungkapkan sebelumnya maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dibatasi hanya pada diplomasi Indonesia di 18 Ibid, hal. 20. 11 ASEAN. Di mana lingkup bahasan difokuskan pada analisis strategi penguatan national power Indonesia khususnya dalam pemanfaatan potensi sumber daya alam dan kondisi geografis serta pemberdayaan sumber daya manusianya. Berdasarkan batasan tersebut, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain: 1. Bagaimana potensi kekuatan nasional Indonesia dari segi geografis, sumber daya alam, dan jumlah penduduknya dalam mendukung diplomasi Indonesia di ASEAN? 2. Bagaimana strategi penguatan national power Indonesia guna mendukung diplomasinya di ASEAN? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui dan menggambarkan potensi kekuatan nasional (national power) yang dimiliki Indonesia Indonesia dari segi geografis, sumber daya alam, dan jumlah penduduknya dalam mendukung diplomasi Indonesia di ASEAN. 2. Untuk mengetahui strategi yang dibutuhkan dalam menguatkan national power Indonesia guna mendukung diplomasinya di ASEAN. Adapun kegunaan dari penelitian ialah sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pemerintah sebagai salah satu alternatif kebijakan dalam rangka menguatkan national power Indonesia dalam mendukung diplomasi 12 Indonesia di ASEAN serta sebagai rujukan untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan potensi yang dimiliki Indonesia. 2. Dapat menjadi referensi ilmiah bagi peneliti lain khususnya penstudi ilmu hubungan internasional yang tertarik membahas lebih lanjut mengenai objek dalam penelitian ini. D. Kerangka Konseptual Setiap negara di dunia memiliki tujuan nasional masing-masing dan akan saling berinteraksi dalam percaturan dunia yang mempertemukan beragam kepentingan negara. Untuk meraih kepentingan dan tujuan nasional tersebut, tiap negara membuat rencana atau menyusun strategi. Strategi merupakan perencanaan umun atau paket rencana yang mengantar pada pencapaian tujuan, terutama yang bersifat jangka panjang. Juga didefinisikan sebagai suatu seni merencanakan jalan terbaik untuk memperoleh keuntungan atau kesuksesan. Berdasarkan Greenwood Encyclopedia of International Relations, strategi ialah suatu rencana umum yang dirancang untuk pencapaian tujuan militer atau politik, melalui cara apapun baik politik, ekonomi, militer, atau diplomasi.19 Kekuatan nasional dan diplomasi merupakan alat bagi negara dalam mewujudkan kepentingan nasionalnya. Kepentingan nasional menurut Frankel yang dikutip oleh R. Soeprapto yaitu “keseluruhan nilai yang hendak ditegakkan oleh suatu bangsa. Kepentingan nasional dapat melukiskan aspirasi negara dan 19 Cathal J. Nolan, 2002, The Greenwood Encyclopedia of International Relations, Vol.IV S-Z, London, Greenwood Press, Hal. 11602. 13 dapat dipakai secara operasional yang aplikasinya dapat dilihat pada kebijakan negara.”20 Konsep kepentingan nasional merupakan dasar untuk menjelaskan perilaku luar negeri suatu negara dan sangat penting untuk menjelaskan serta memahami perilaku internasional. Kepentingan nasional juga dapat dijelaskan sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya. Kepentingan nasional suatu negara secara khas merupakan unsur-unsur yang membentuk kebutuhan negara yang paling vital, seperti pertahanan, keamanan, militer, dan kesejahteraan ekonomi.21 Meski demikian, tidak semua negara dapat meraih tujuan nasionalnya sesuai yang diinginkan. Untuk memastikan bahwa tujuan tersebut dapat tercapai maka dirumuskan suatu kebijakan luar negeri. Kebijakan luar negeri ini sendiri merupakan perpanjangan dari politik dalam negeri. Adapun Politik Luar Negeri sendiri merupakan refleksi dari politik dalam negeri suatu negara yang dipengaruhi oleh situasi global maupun regional. Kebijakan luar negeri dijadikan pedoman dalam hubungan dengan negara lain. Akan tetapi kebijakan luar negeri ini tergantung pada kepentingan dan kekuatan suatu negara. 22 Dalam pengertian luas, politik luar negeri merupakan pola perilaku yang diwujudkan oleh suatu negara sewaktu memperjuangkan kepentingannya dalam hubungannya dengan negara lain. Arti penting dari politik luar negeri adalah 20 J. Frankel dalam R. Suprapto, 1997, Hubungan Internasional: Sistem, Interaksi, dan Perilaku, Jakarta: RajaGrafindo Persada, hal. 144. 21 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, 2005, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal.35. 22 R. Suprapto, Op. Cit, hal. 187-188. 14 prinsip-prinsip mempertahankan keutuhan negara, mempromosikan kepentingan ekonomi, memelihara keamanan negara, dan membangun kekuatan yang mampu melakukan perang jika diperlukan. Carlton Clymer Rodee dkk menyatakan politik luar negeri sebagai pola perilaku yang diwujudkan oleh negara sewaktu memperjuangkan kepentingannya dalam hubungannya dengan negara lain mulai dari cara menentukan tujuan, menyusun prioritas, menggerakkan mesin pengambilan keputusan pemerintah, mengelola sumber daya manusia dan alam untuk bersaing dengan negara lain dalam dunia internasional.23 Dalam upaya pencapaian tujuan nasional, negara melakukan diplomasi dalam hubungannya dengan negara lain. Diplomasi merupakan seluruh kegiatan untuk melaksanakan politik luar negeri suatu negara dalam hubungannya dengan bangsa dan negara lain. Diplomasi dapat bersifat bilateral maupun multilateral. Harol Nicholson sebagai diplomat dan pengkaji serta praktisi hubungan Internasional, mendefinisikan diplomasi sebagai manajemen hubungan internasional melalui negosiasi di mana hubungan tersebut diselaraskan dan diatur oleh Duta Besar dan para wakilnya. Diplomasi merupakan seni dan praktik bernegosiasi oleh seseorang yang disebut diplomat yang biasanya mewakili sebuah negara atau organisasi.24 Meski demikian, tidak semua negara dapat meraih kepentingan nasionalnya sesuai yang diharapkan. Tercapai atau tidaknya kepentingan suatu negara sangat bergantung pada kekuatan negara dalam mempengaruhi negara lain. Beberapa negara memiliki posisi yang kuat dan ada yang lemah. Negara yang 23 24 Carlton Clymer Rodee dkk., 2002, Pengantar Ilmu Politik, Jakarta:Rajawali Press, Hal. 499. R. Suprapto, Op. Cit, hal.209-210. 15 memiliki kekuatan nasional dan dapat memanfaatkannya akan memiliki kekuatan (power) baik dalam hubungan bilateral, regional, dan secara global. Kekuatan nasional (national power) ialah kapasitas atau kemampuan negara suatu negara yang dipergunakan agar keinginannya dipatuhi oleh bangsa lain. Ini melibatkan kapasitas untuk menggunakan kekerasan atau ancaman penggunaan kekuatan atas bangsa-bangsa lain. Dengan menggunakan kekuatan nasional, suatu bangsa mampu mengendalikan perilaku negara-negara lain sesuai dengan kehendaknya. Menurut Hartman, National Power menunjukkan kemampuan suatu negara untuk memenuhi tujuan nasional. Ini memberitahu kita berapa kuat atau lemah suatu bangsa tertentu dalam mengamankan tujuan nasional. Menurut Padelford dan Lincon, kekuatan nasional adalah kombinasi dari kekuatan dan kapasitas negara yang digunakan untuk memenuhi kepentingan dan tujuan nasional. Coulumbis dan Wolfe membagi unsur-unsur kekuatan nasional dalam dua kategori, yakni Tangible Elements dan Intangible Elements. Unsur-unsur kekuatan nasional meliputi populasi, luas wilayah, sumber daya alam dan kapasitas industri, kekuatan dan mobilitas militer, kepemimpinan nasional, organisasi-organisasi birokrasi, tipe dan gaya pemerintahan, keterpaduan mayarakat, diplomasi, dukungan luar negeri, serta peristiwa-peristiwa tertentu.25 Kekuatan nasional merupakan seluruh potensi yang dimiliki negara yang dapat dipergunakan untuk meraih kepentingan nasionalnya. Kekuatan nasional (national power) menurut Morgenthau dalam bukunya Politik Antar Bangsa terdiri atas sembilan unsur yakni kemampuan geografi, sumber daya alam, 25 Coulombis dan Wolfe dalam Nuraini Wiliadewi, 2008, Skripsi Makna dan dan Tujuan Kebijakan Politik Luar Negeri Republik Indonesia dalam Tatanan Concentic Circle, Hal. 28 16 kemampuan industri, kekuatan militer, penduduk, karakter nasional, moral nasional, kualitas diplomasi, dan kualitas pemerintah.26 Menurut Carlson, bahwa adanya kekuatan di setiap negara disebabkan oleh berbedanya potensi atau unsur kekuatan tiap negara. Dasar pembentukan kekuatan negara yang paling utama ialah penduduk, sumber daya alam, dan industri.27 Namun demikian, Indonesia sebagai negara berkembang masih menempati posisi yang terbilang lemah dibandingkan dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat, China, Jepang dan bahkan tertinggal jauh oleh India, Singapura, dan Malaysia yang merupakan tetangga Indonesia dan berada dalam satu kawasan. Ini menunjukkan kekuatan nasional Indonesia masih sangat lemah dan tertinggal dibanding negara-negara di kawasan Asia lainnya. Karenanya perlu penguatan national power agar dapat bersaing dan menjadi bargaining power Indonesia dalam menjalankan diplomasinya utamanya di ASEAN. E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan metode penelitian deskriptif. Melalui metode ini akan digambarkan mengenai diplomasi Indonesia di ASEAN dan strategi seperti apa yang diperlukan dalam rangka penguatan national power Indonesia untuk mendukung diplomasi tersebut. Dengan menggunakan metode ini, pembahasan dimulai dengan menggambarkan kekuatan 26 27 Hans J. Motgenthau dan Kenneth W. Thompson, Loc Cit. Carlson dalam Sri Hayati dan Ahmad Yani, Op Cit, Hal.64. 17 nasional Indonesia serta gambaran mengenai perkembangan diplomasi Indonesia di ASEAN hingga pada strategi penguatan kekuatan nasional tersebut. 2. Teknik Pengumpulan Data Guna memahami serta menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti melakukan pengumpulan data dari berbagai sumber. Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan berupa telaah pustaka (library research). Data diperoleh dari literatur-literatur mulai dari jurnal, buku, artikel majalah, surat kabar, dan bahan tertulis lainnya. Pengumpulan data juga dilakukan melalui wawancara dengan pihak-pihak yang berkecimpung di bidang yang akan dibahas oleh peneliti. Selain itu data-data dari berbagai media elektronik baik radio, TV, dan internet yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dan dapat menunjang dalam menganalisa permasalahan dalam penelitian ini. Adapun sumber literatur yang diperlukan untuk mengumpulkan data tersebut akan diperoleh melalui tempat-tempat sebagai berikut: 1. Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin di Makassar. 2. Perpustakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar. 3. Perpustakaan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia di Jakarta. 4. Perpustakaan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional Republik Indonesia di Jakarta. 5. Perpustakaan Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia . 6. Center of Strategic and International Studies di Jakarta 18 Selain itu dilakukan wawancara dengan berbagai pihak antara lain : 1. Peneliti pada Pusat Penelitian Politik Lembanga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P LIPI). 2. Staff Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Republik Indonesia. 3. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data sekunder. Data teoritis yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas, berasal dari berbagai literatur dan sumber-sumber lain yang terkait. Data yang diperoleh akan dianalisa guna menjawab permasalahan dalam penelitian ini. 4. Teknik Analisa Data Teknik analisa yang akan peneliti pergunakan yakni analisa data kualitatif. Dimana peneliti akan menganalisis permasalahan dalam penelitian ini berdasarkan data kualitatif tersebut. Peneliti bertujuan membuat penjelasan secara sistematis, faktual, akurat mengenai permasalahan yang diteliti melalui library research. 5. Metode Penulisan Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan metode deduktif. Pembahasan dalam penelitian lebih dahulu menggambarkan permasalahan secara umum. Kemudian permasalahan dalam penelitian ini selanjutnya akan dianalisa untuk memperoleh hasil yang lebih khusus. 19 BAB II TELAAH PUSTAKA A. Konsep Kepentingan Nasional Dalam merumuskan suatu kebijakan, kepentingan nasional merupakan hal fundamental yang perlu diperhatikan, khususnya dalam kerangka politik luar negeri. Berarti bahwa keputusan dan tindakan politik luar negeri didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan atas dasar kepentingan negara. Kepentingan nasional umumnya selalu berkaitan dengan keamanan, kesejahteraan, dan kekuasaan.28 Kepentingan nasional mengandung nilai-nilai yang merupakan dasar dalam mencapai tujuan, untuk itu perlu disusun suatu strategi kebijakan. Kebijakan yang dibuat bukan hanya terkait kepentingan dan urusan dalam negeri melainkan juga hubungan bilateral, regional, dan multinasional. Konsep kepentingan nasional sangat penting dalam menjelaskan dan memahami perilaku internasional dan merupakan dasar untuk menjelaskan perilaku luar negeri suatu negara. Realis menyamakan kepentingan nasional ini sebagai upaya negara untuk mengejar power (kekuasaan). Dengan demikian negara dapat mengembangkan dan memelihara kontrol terhadap negara lain.29 Kekuatan nasional dan kepentingan nasional saling berkaitan. Seperti yang dikatakan oleh Morgenthau bahwa kepentingan nasional sebagai suatu konsep harus diartikan sebagai power, berarti bahwa posisi power yang harus dimiliki negara merupakan pertimbangan utama yang memberikan bentuk pada 28 Budiono Kusumohamidjojo, 1987, Hubungan Internasional: Kerangka Studi Analisis, Jakarta: Bina Cipta, hal 35. 29 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Op. Cit, hal. 35. 20 kepentingan nasional.30 Oleh karena itu, kekuasan dan kepentingan nasional dianggap sebagai sarana sekaligus tujuan negara utuk survival dalam ranah politik internasional. Jadi, kepentingan, power (kekuasaan) dan kekuatan nasional akan selalu beriringan dalam setiap tindakan dan interaksi negara dengan negara lain. Kepentingan nasional didefinisikan sebagai penggunaan kekuasaan secara bijaksana untuk menjaga berbagai kepentingan yang dianggap paling vital bagi kelestarian negara bangsa. Dalam arti minimum, kepentingan nasional berarti kelangsungan hidup (survival). Kemampuan minimun negara adalah melindungi identitas fisik, politik, dan kulturnya dari gangguan negara-negara lain.31 Kepentingan nasional dapat dijelaskan sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya. Kepentingan nasional secara khas merupakan unsur-unsur yang membentuk kebutuhan negara yang paling vital, seperti pertahanan, keamanan, militer, dan kesejahteraan ekonomi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tulisan R. Soeprapto dalam bukunya, di mana ia menyatakan bahwa “kepentingan nasional diakui sebagai konsep kunci dalam politik luar negeri.”32 Konsep kepentingan nasional tersebut dipertegas oleh pernyataan J. Frankel yang mengatakan bahwa kepentingan nasional pada hakikatnya merupakan keseluruhan nilai yang hendak ditegakkan bangsa. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa kepentingan nasional dapat melukiskan aspirasi negara dan dapat dipakai 30 R. Soeprapto, Op. Cit, hal. 143. Morgentahau dalam Mohtar Mas’oed, 1990, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Jakarta: LP3ES, hal. 18 dan 141. 32 Jack C. Plano dan Roy Olton dalam Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Op. Cit, hal. 35; R. Soeprapto, Op. Cit, hal. 149. 31 21 secara operasional melalui aplikasinya pada kebijakan-kebijakan aktual serta rencana-rencana negara yang hendak dituju.33 Dengan demikian secara operasional, kepentingan nasional menyangkut segala kebijakan negara serta rencana-rencana yang hendak dicapai. Namun, kepentingan nasional pun dapat menjadi polemik antar pengambil kebijakan, di mana kepentingan nasional ini digunakan sebagai justifikasi terhadap tindakan suatu negara. Hal demikian terkadang menimbulkan konflik baik dalam negeri maupun antarnegara, yang pada ujungnya dapat menimbulkan pertikaian bahkan perang. Ini dikarenakan adanya perbedaan kepentingan dan pertentangan terhadap kebijakan negara sebagai wujud dari kepentingan tersebut. Perselisihanperselisihan internasional yang terjadi merupakan salah satu konsekuensi dari kepentingan-kepentingan nasional yang bertentangan. R. Soeprapto mengatakan bahwa: Setiap bangsa tidak bisa menghindar dari konsep kepentingan nasional karena konsep tersebut berkaitan erat dengan tujuantujuan nasional. Agar bisa lebih mendekati ketepatan dalam menentukan bagaimana cara kepentingan nasional dicapai oleh suatu pemerintah atau negara, dan kepentingan-kepentingan apa saja yang sudah dicapai, kita perlu menghubungkan formulaformula kepentingan dengan variabel-variabel seperti kualitas, kepribadian maupun cita-cita para pembuat keputusan, filosofi, struktur dan proses pemerintahan, kultur masyarakat, lokasi geopolitik serta kapabilitas negara, jenis-jenis tantangan dan tekanan yang dihadapi dari negara tetangganya, negara-negara besar dan organisasi internasional.34 33 34 J. Frankel dalam R. Soeprapto, Op. Cit, hal. 144. Ibid, hal 147. 22 Kepentingan nasional menyangkut berbagai aspek dalam negeri yang ditujukan terhadap negara lain. Sebagaimana pernyataan Dr. Budiono yang dikutip oleh R. Soeprapto yang mengatakan bahwa: berbagai sasaran politik luar negeri dapat mencakup lebih dari satu kategori dan dapat mempunyai lebih dari satu sifat sekaligus. Kepentingan nasional jarang dapat dibaca secara sederhana, aspeknya sering tidak dapat ditafsirkan secara eksklusif. Kepentingan nasional selalu berkaitan erat dengan keamanan, kesejahteraan dan power.35 Sufri Yusuf dalam bukunya menyatakan bahwa: Kepentingan nasional termasuk dalam visiun dan diperjuangkan oleh suatu bangsa atau negara untuk dipergunakan dalam rangka ketertiban nasional. Konsep ini adalah buatan manusia dan dirumuskan oleh pemimpin-pemimpin negara dan para ahli teori politik dan dipatuhi oleh masyarakat, karena disangkutkan pada situasi sosial dan kebudayaan bangsa. Ini adalah fenomena sosial dan mencerminkan adanya nilai-nilai, ide-ide, kepentingan golongan dan juga kepentingan para perumusnya. Kepentingan nasional bukanlah suatu teori yang terinci, akan tetapi lebih banyak dipergunakan pada waktu-waktu pemilihan apa saja dalam bentuk simbol atau slogan. Kepentingan nasional dibentangkan kepada rakyat sebagai doktrin-doktrin dan dalam satu negara, kepentingan nasional itu dapat berubah-ubah sesuai waktu, situasi dan kondisi.36 Pertentangan mengenai konsep kepentingan nasional ini seringkali terjadi dikarenakan sulitnya memahami inti dari pengertian kepentingan nasional yang sebenarnya. Kebijakan atau tindakan pemerintah bahkan seringkali bertentangan dengan aspirasi rakyat meski kebijakan yang diambil dengan alasan kepentingan nasional. Negara mesti bertindak secara realistis dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Morgenthau menyatakan bahwa “the action of state are determinated not by moral principles and legal commitments but by consideratin of interest and 35 36 Budiono dalam R. Soeprapto, Op Cit. hal 151. Suffri Yusuf, 1989, Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri: Sebuah Analisis Teoritis dan Uraian Tentang Pelaksanaannya, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hal. 77. 23 power”.37 Setiap keputusan nasional harus selalu berdasar pada keuntungan nasional yang konkret dan bisa ditunjukkan dalam batas-batas prudensi bukan berdasarkan moralistik-legalistik.38 Dalam hal ini Coulombis dan Wolfe mencoba menyusun kriteria yang dapat dipakai untuk mendefinisikan kepentingan nasional, yang diharapkan dapat memudahkkan dalam menyusun serta mengimplementasikan kebijakan-kebijakan, kriteria tersebut antara lain; kriteria filosofi–operasional, kriteria ideologis, kriteria hukum dan moral, kriteria pragmatis, kriteria kemajuan profesi, kriteria partisipan atau pengikut, kriteria kepentingan birokrasi, kriteria etnik atau rasial, kriteria kelas dan status, dan kriteria ketergantungan luar negeri.39 B. Kebijakan Politik Luar Negeri Kesejahteraan dan kedaulatan merupakan hal yang akan selalu menjadi dasar perjuangan suatu negara. Setiap negara yang berdaulat memiliki kebijakan yang mengatur hubungannya dengan negara lain baik dalam kerangka bilateral dan multilateral maupun dalam organisasi secara regional dan internasional. Kebijakan tersebut merupakan bagian dari politik luar negeri dan merupakan pencerminan dari kepentingan nasional negara. Kepentingan nasional ini merupakan tujuan nasional negara, yang mana untuk mencapainya dilakukan melalui politik luar negeri. Kepentingan nasional merupakan kunci dalam politik luar negeri yang selalu diperjuangkan dan dipertahankan oleh negara. Menurut Coulombis dan 37 Morgenthau dalam Scott Burchil, at al, 2005, Theories of International Relation, Third Edition, New York: Palgrave Macmilan, hal. 48. 38 R. Soeprapto, Op. Cit, hal. 152. 39 Coulombis dan Wolfe dalam R. Soeprapto, Op. Cit, hal.153-154. 24 Wolfe bahwa, “politik luar negeri merupakan sintetis dari tujuan atau kepentingan nasional dengan power dan kapabilitas.” Tujuan dari politk luar negeri ini ialah untuk mewujudkan kepentingan nasional di mana dalam pelaksanaannya didahului dengan penetapan kebijakan dan keputusan dengan memperhatikan faktor internal (nasional) dan eksternal (internasional).40 Politik luar negeri merupakan refleksi dari politik dalam negeri yang dipengaruhi oleh perkembangan situasi regional maupun internasional.41 Pada dasarnya politik luar negeri bertujuan untuk mencapai kepentingan atau tujuan nasional suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain. Sesuai definisi yang dikemukakan oleh Carlton Clymer Rodee dkk yang menyatakan bahwa: politik luar negeri ialah sebagai pola perilaku yang diwujudkan oleh suatu negara sewaktu memperjuangkan kepentingannya dalam hubungannya dengan negara lain yakni mulai dari cara menentukan tujuan, menyusun prioritas, menggerakkan mesin pengambilan keputusan pemerintah, dan mengelola sumber daya manusia dan alam untuk bersaing dengan negara lain dalam lapangan internasional.42 Pada dasarnya politik luar negeri merupakan ‘action theory’ atau kebijaksanaan suatu negara yang ditujukan pada negara lain untuk mencapai kepentingan tertentu. Secara umum, politik luar negeri merupakan perangkat nilai, sikap, arah serta sasaran untuk mempertahankan, mengamankan, dan memajukan kepentingan nasional dalam percaturan internasional. Yang mana merupakan strategi dasar untuk mencapai tujuan dalam dan luar negeri sekaligus menentukan keterlibatan negara dalam isu-isu internasional maupun lingkungan sekitarnya 40 R. Soeprapto, Op. Ci , hal 187-188. Ganewati Wuryandari, Ed., 2008, Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Pusaran Politik Domestik, Pustaka Pelajar : Yogyakarta, hal. 45 42 Carlton Clymer Rodee dkk., Op. Cit, hal. 499. 41 25 (kawasan). Dengan kata lain politik luar negeri ialah pedoman dalam memilih tindakan yang ditujukan keluar wilayah suatu negara. 43 Negara merupakan aktor utama yang melakukan politik luar negeri. Interaksi negara yang dilakukan melalui politik luar negerinya dalam rangka memperoleh tujuan nasional. Hubungan antarnegara ini memungkinkan adanya kerjasama dalam berbagai bidang. Dengan demikian, negara dapat memenuhi kebutuhan dalam negerinya yang tidak dapat dipenuhi sendiri. Meski demikian, interaksi antar negara tidak selalu berjalan mulus. Politik luar negeri suatu negara merupakan perpaduan antara kepentingan nasional, tujuan nasional bangsa, kedudukan atau konfigurasi geopolitik dan sejarah nasionalnya, serta dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Dengan kata lain, politik luar negeri merupakan suatu upaya untuk mempertemukan kepentingan nasional, khususnya rencana pembangunan nasional dengan perkembangan dan perubahan lingkungan internasional. Selain itu, dengan berkiprah dalam kancah internasional, negara diharapkan dapat mengartikulasikan kepentingan dan kebutuhan dalam negeri sehingga persoalan dalam negeri dapat terselesaikan. Politik luar negeri ini diarahkan pada upaya untuk mengkaitkan strategi dan kebijakan pembangunan serta tindakan yang diambil dalam berinteraksi dengan negara lain. Dalam forum regional maupun internasional seringkali terjadi benturan kepentingan antarnegara. Karenanya, dalam rangka mencapai tujuan nasional dan menghindari atau meminimalisir kemungkinan terjadinya perselisihan maka 43 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Op. Cit, hal 47- 48. 26 diperlukan pedoman atau kebijakan yang dapat menjadi patokan dalam pelaksanaan politik luar negeri. Maka, negara kemudian merumuskan kebijakan luar negerinya dengan mempertimbangkan kondisi eksternal negara yang dalam pelaksanannya dilakukan melalui diplomasi. Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dirumuskan oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional.44 Rossenau mengatakan bahwa: pengertian kebijakan luar negeri yakni upaya suatu negara melalui keseluruhan sikap dan aktivitasnya untuk mengatasi dan memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternalnya, kebijakan luar negeri ditujukan untuk memelihara dan mempertahankan kelangsungan hidup suatu negara.45 Selanjutnya menurut K.J. Holsti yakni: kebijakan luar negeri meliputi semua tindakan serta aktivitas negara terhadap lingkungan eksternalnya dalam upaya memperoleh keuntungan dari lingkungan tersebut, serta peduli akan berbagai kondisi internal yang menopang formulasi tindakan.46 Politik luar negeri disesuaikan dengan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai. Menurut K.J. Holsti tujuan dari politik luar negeri suatu negara dapat dibedakan dalam tiga ktiteria. Pertama ialah nilai atau value yang menjadi tujuan pembuat keputusan. Kedua ialah jangka waktu yang dibutuhkan, terbagi atas jangka panjang, menegah maupun jangka pendek. Ketiga yakni tipe tuntutan yang 44 Jack C.Plano dan Roy Olton dalam Anak Agung Banyu Perwita & Yanyan Mochamad Yani, Op. Cit, hal. 49. 45 Rossenau dalam Anak Agung Banyu Perwita &Yanyan Mochamad Yani, Op. Cit. hal 50 46 KJ. Holsti dalam Anak Agung Banyu Perwita &Yanyan Mochamad Yani, Op. Cit. hal 50. 27 diajukan suatu negara terhadap negara lain.47 Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, maka disusun strategi baik berupa strategi jangka panjang, menengah, atau jangka pendek, yang pencapaiannya dilakukan melalui diplomasi dalam jangka waktu tertentu pula. Pencapaian tujuan nasional ini disesuaikan dengan faktor-faktor politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan negara. Dalam menentukan politik luar negeri terdapat banyak faktor yang berperan, baik yang sifatnya internal maupun eksternal. Faktor yang mempengaruhi perumusan kebijakan luar negeri diantaranya ialah ukuran wilayah negara dan jumlah penduduk, lokasi geografis serta teknologi.48 Faktor lain berupa struktur politik dan ekonomi serta kepribadian suatu bangsa, kebudayaan, ideologi, sejarah maupun lokasi geografis negara juga turut berperan. Selain itu, tantangan dari luar pun turut berpengaruh dalam penentuan atau penyusunan politik luar negeri.49 Menurut Morgenthau, unsur-unsur kekuatan nasional pun turut berperan dalam menentukan politik luar negeri.50 Adapun sikap serta garis besar politik luar negeri Indonesia diatur dalam UU RI No. 37 tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri. Pada pasal 1 ayat (2) yang menyatakan bahwa: Politik Luar Negeri adalah kebijakan, sikap, dan langkah Pemerintah Republik Indonesia yang diambil dalam melakukan hubungan dengan negara lain, organisasi internasional, dan subyek hukum internasional lainnya dalam rangka menghadapi masalah internasional guna mencapai tujuan nasional.51 47 Ibid, hal. 52. Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Op. Cit, hal. 57-58. 49 Suffri Yusuf, Op. Cit, hal 110. 50 Ibid, hal 85. 51 Republik Indonesia, UU No. 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri, dalam http://www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/44/406.bpkp, diakses tanggal 20 Februari 2013. 48 28 C. Konsep Diplomasi Diplomasi berkaitan dengan seluruh proses dalam hubungan luar negeri, termasuk perumusan kebijakan dan pelaksanaannya. Selain itu juga mencakup teknik operasional di mana suatu negara mencari kepentingannya di luar wilayah yurisdiksinya.52 Diplomasi yang dilakukan disesuaikan dengan kebijakan yang dikeluarkan dengan mempertimbangkan berbagai aspek baik geografis, ekonomi dan sumber daya, kekuatan militer maupun sosial budaya suatu negara. Kegiatan diplomasi merupakan pelaksanaan dari kebijakan politik luar negeri yang memperjuangkan kepentingan nasional serta bagian dari strategi untuk mencapai sasaran nasional dalam hubungan internasional. Politik luar negeri, diplomasi, dan hubungan internasional merupakan rangkaian yang membentuk satu kebijakan yang akan diambil pemerintah. Diplomasi berfungsi untuk mengatur cara-cara yang digunakan untuk melaksanakan politik luar negeri ataupun untuk menentukan taktik guna mencapai sasaran. Jadi, pada hakikatnya diplomasi ialah sarana agar pelaksanaan kebijakan di bidang luar negeri dapat dilakukasn secara efektif. Meski demikian, diplomasi bukan suatu kebijakan melainkan cara dan teknik yang dilakukan oleh negara dalam melaksanakan tujuan dari kebijakan luar negeri.53 Sir Victor Wellesley dalam bukunya menyatakan bahwa : “Diplomasi bukanlah merupakan kebijakan, tetapi merupakan suatu upaya untuk memberikan pengaruh terhadap kebijakan tersebut. Namun, diplomasi dan kebijakan keduanya saling melengkapi karena sesuatu tidak akan dapat bertindak tanpa kerjasama satu sama lain. Diplomasi tidak dapat dipisahkan dari kebijakan atau politik luar 52 Jack C. Plano dan Roy Olton, dalam Sumaryo Suryokusumo, 2004, Praktek Diplomasi, Jakarta: STIH IBLAM, hal. 53. 53 Sumaryo Suryokusumo, Op. Cit, hal.57. 29 negeri, tetapi keduanya bersama-sama merupakan kebijakan eksekutif, yaitu kebijakan untuk menetapkan strategi, diplomasi, dan taktik”54 Jelas bahwa politik atau kebijakan luar negeri berkaitan dengan substansi dan isi dari hubungan luar negeri sedangkan diplomasi berhubungan dengan metodologi untuk melaksanakan politik luar negeri tersebut.55 Diplomasi dan kebijakan ini saling melengkapi dalam melaksanakan politik luar negeri. Karenanya, politik luar negeri, kebijakan luar negeri, dan diplomasi mempunyai hubungan erat dalam membentuk dan menciptakan peran suatu negara dalam politik internasional. JR. Childs, mengatakan bahwa “politik luar negeri suatu negara merupakan substansi hubungan luar negeri, sedangkan diplomasi merupakan proses pelaksanaan kebijakan.”56 Berarti bahwa setiap kebijakan dalam politik luar negeri kemudian akan ditindaklanjuti melalui diplomasi. Pelaksanaan kebijakan luar negeri suatu negara mengandalkan diplomasi guna mencapai kepentingan atau tujuannya. Kualitas diplomasi suatu negara akan menentukan tercapai atau tidaknya tujuan negara utamanya dalam berinteraksi dengan negara lain. Kegiatan diplomasi merupakan pelaksanaan dari kebijakan politik luar negeri yang memperjuangkan kepentingan nasional secara utuh untuk kepentingan bangsa dan negara. Dalam kegiatan diplomasi ini terdapat dua hal penting yang saling berhubungan, yakni penyusunan strategi politik luar negeri dan pelaksanaan kebijakan luar negeri. Diplomasi merupakan bagian dari strategi untuk mencapai sasaran nasional utamanya dalam memperjuangkan kepentingan yang berlawanan 54 Sir Victor Wellesley dalam Sumaryo Suryokusumo, Op. Cit, hal.7. Sumaryo Suryokusumo, Op. Cit, hal 53-54. 56 JR. Child dalam S.L. Roy dalam R. Soeprapto, Op. Cit, hal. 213.. 55 30 dengan negara lain. Karena dalam mengejar tujuan tersebut, terkadang terjadi benturan kepentingan antar negara yang memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Di sinilah peran penting diplomasi, bukan hanya untuk kepentingan nasional, tetapi juga dalam menangani permasalahan yang timbul. Diplomasi sebagai unsur penting dalam hubungan antar negara selalu memiliki keterkaitan dengan kebijakan pemerintah baik sifatnya global, regional, maupun dalam konteks kepentingan bilateral. Berdasarkan sejarah, praktik diplomasi menjadi senjata ampuh dalam menyelesaikan permasalahan antar negara sehingga mencegah terjadinya perang dan menjaga perdamaian. Karenanya, diplomasi dapat menjadi andalan pemerintah dalam menangani permasalahan antar negara maupun untuk memperoleh tujuan nasional. Pelaksanaan serta pemahaman akan diplomasi ini terus berkembang dari waktu ke waktu. Diplomasi berasal dari bahasa Yunani, “Diploun” yang berarti melipat, hal ini dikarenakan pada saat itu interaksi antar negara terutama dalam menyampaikan pesan dilakukan melalui surat. Pengertian diplomasi terus berkembang namun pada umumnya sering dikaitkan sebagai kegiatan politis yang dilakukan oleh seseorang yang mewakili negaranya pada negara lain. Diplomasi juga sering digunakan dalam berbagai bidang baik dalam kegiatan ekonomi, militer, maupun sosial budaya.57 Dalam kehidupan sehari-hari diplomasi memiliki arti yang beragam. Para ahli memberikan defenisi yang berbeda-beda terhadap diplomasi. Banyak penulis dan ahli yang memberikan batasan dan arti diplomasi sendiri dan belum ada 57 R. Soeprapto, Op. Cit, hal.209. 31 keseragaman terkait pengertian diplomasi ini, sehingga mempunyai arti yang berbeda sesuai penggunaannya. Meski para pakar hubungan internasional dan diplomasi telah memberikan definisi mengenai diplomasi ini yang mencakup berbagai aspek, namun belum dianggap cukup komprehensif. Pengertian atau definisi diplomasi ini cenderung berkembang sesuai muatan makna yang terkandung di dalam diplomasi tersebut. Sir Ernest Satow dalam bukunya A Guide to Diplomatic Practice, memberikan definisi bahwa : Diplomacy is the application of intelligence and tact to the conduct of official relation between the government of independent states, extending sometimes also to their relation with vassal states, or more briefly still, the conduct if bussiness between states by peacefull means.58 Bedasarkan definisi tersebut, diplomasi merupakan penerapan kemampuan dan pengetahuan serta kecerdasan dan kelincahan pemerintah dalam menjalin hubungan dengan pemerintah negara lain. Meski demikiaan interaksi antarnegara di sini masih dalam sudut pandang tradisional yakni berupa hubungan dilakukan oleh pemerintah. Pelaksanan hubungan luar negeri yang dilakukan secara nyata tanpa menimbulkan permusuhann atau perselisihan. Di mana dalam interaksi antar negara tersebut diplomasi digunakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuannya dan memperoleh dukungan dari negara lain atas prinsip dan keputusan yang diambilnya. Diplomasi dianggap sebagai suatu kemampuan bagi pemerintah untuk membendung dan mengurangi terjadinya konflik internasional. 58 Sumaryo Suryokusumo, Op. Cit, hal 9. 32 Praktek diplomasi diibaratkan sebagai bisnis internasional atau seni yang dilakukan oleh para diplomat. Ini karena diplomasi merupakan usaha yang dilakukan untuk membuat orang lain menerima jalan pikiran kita. Dalam salah satu pernyataan Harold Nicholson mengatakan bahwa “diplomasi adalah manajemen hubungan internasional melalui negosiasi di mana hubungan negara diselaraskan dan diatur oleh Duta Besar dan wakil negara, merupakan bisnis atau seni para diplomat.”59 Lain lagi menurut Sumaryo Suryokusumo, ia mengatakan bahwa “diplomasi merupakan suatu cara komunikasi yang dilakukan antar berbagai pihak termasuk negosiasi antara wakil-wakil yang sudah diakui. Praktik diplomasi ini sudah melembaga sejak dulu dan telah menjelma sebagai aturan-aturan hukum internasional.”60 Dalam hal ini, diplomasi menjadi salah satu proses politik dalam menjalankan kebijakan luar negeri serta ditujukan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah negara lain. Diplomasi menjadi alat dalam berunding dalam menyelesaikan permasalahan antarnegara maupun secara internasional. K.M. Panikar dalam bukunya The Principal and Practice of Diplomacy memberikan definisi bahwa “diplomasi dalam kaitannya dengan politik internasional adalah seni mengedepangkan kepentingan suatu negara dalam hubungnnya dengan negara lain.” Ivo D. Duchacek berpendapat bahwa diplomasi biasanya didefinisikan sebagai “praktek pelaksanaan politik luar negeri suatu negara dengan cara negosiasi dengan negara lain.”61 Jelas bahwa diplomasi merupakan perpanjangan dari politik luar negeri. Dengan kata lain diplomasi 59 Harold Nicholson dalam R. Soeprapto, Op. Cit, hal. 210. Sumaryo Suryokusumo, Op. Cit, hal.10. 61 Ivo D. Duchacek dalam R. Soeprapto, Op. Cit, hal. 210. 60 33 merupakan pelaksanaan dari kebijakan politik luar negeri itu sendiri. Diplomasi dilakukan dalam upaya mencapai tutjuan dan kepentingan negara. Pendapat yang sama juga dikemukakan Harold Nicholson dalam bukunya Diplomacy, beliau memberikan lima macam definisi tentang diplomasi namun yang sering digunakan dalam hubungan internasional yakni bahwa “diplomasi ialah perundingan yang disertai dengan proses dan mekanisme yang ada di dalamnya.”62 Berarti bahwa dalam setiap kegiatan diplomasi tidak terlepas dari perundingan-perundingan dengan melibatkan wakil-wakil negara. Dalam setiap perundingan atau negosiasi diperlukan kemampuan dari pelaku diplomasi tersebut baik dalam berunding maupun memperoleh informasi. Karena, kelengkapan informasi terkait objek pembicaraan diperlukan sebagai sumber referensi dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Diplomasi menurut Ian Brownlie dalam bukunya Principle of Public International Law yang kemudian dikutip oleh Sumaryo Suryokusumo dalam bukunya Praktik Diplomasi, menyatakan bahwa “diplomasi merupakan setiap cara yang diambil untuk mengadakan dan membina hubungan dan berkomunikasi satu sama lain, atau melaksanakan transaksi politik maupun hukum yang dalam setiap hal dilakukan melalui wakil-wakilnya yang mendapat ototisasi.”63 Pada hakikatnya, diplomasi merupakan proses negosiasi serta hubungan antar negara yang dilakukan oleh pemerintah, dan untuk melakukannya perlu kecerdasan dan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Kemampuan untuk berunding harus dilakukan secara maksimal untuk memperoleh hasil sesuai yang diharapkan. 62 63 Harold Nicholson dalam Suffri Yusuf, Op. Cit, hal. 118. Sumaryo Suryokusumo, Op. Cit, hal. 11. 34 Di lain pihak RP. Barston dalam bukunya Modern Diplomacy yang dikutip oleh Sumaryo Suryokusumo, menyatakan bahwa: diplomasi menyangkut pengelolaan dari hubungan antar negara termasuk hubungan negara-negara dengan pelaku-pelaku lainnya. Diplomasi juga menyangkut pemberian saran, penentuan serta pelaksanaan politik luar negeri. Dengan demikian, diplomasi juga merupakan cara negara berhubungan dan berunding dengan negara lain melalui wakil-wakil yang diutusnya untuk membicarakan, mengkoordinasikan, dan menjamin pencapaian kepentingan yang dilakukan dalam berbagai cara bahkan dengan ancaman.64 Menurutnya, diplomasi juga sering dianggap sebagai sesuatu yang dikaitkan dengan kegiatan yang dilakukan secara damai meskipun hal tersebut terjadi pada masa perang atau konflik, misalnya diplomasi untuk mencari izin penerbangan agar dapat melakukan serangan udara. Jadi, diplomasi dilakukan dalam rangka mencari penyelesaian ataupun membuat keputusan terkait suatu persoalan yang mana hal ini dilakukan dalam berbagai kondisi. Namun, pada hakikatnya diplomasi merupakan cara dalam melakukan hubungan antar negara melalui wakil resminya dengan melibatkan seluruh proses hubungan luar negeri mulai dari perumusan kebijakan hingga pelaksanaannya. Diplomasi sekarang ini telah diakui sebagai senjata ampuh yang bersifat multidimensial yang digunakan dalam menghadapi berbagai persoalan maupun perbedaan kepentingan negara serta situasi dan lingkungan yang berbeda-beda dalam hubungan antar negara. Dalam berdiplomasi, harus melihat kecocokan kepentingan negara sendiri dan negara lain sehingga dapat dicari atau ditentukan jalan keluar dalam merujukkan kepentingan-kepentingan bertentangan. Perlu juga diketahui tujuan dan kekuatan yang dimiliki serta informasi mengenai negara 64 Ibid. 35 yang dihadapi atau yang menjadi tujuan diplomasi. Hal ini untuk mengantisipasi resiko yang mungkin terjadi utamanya bila timbul salah paham antar negara atau kesalahan dalam menilai tujuan dan kekuatan negara lain. Jadi, diplomasi dijalankan untuk memupuk, mempertahankan persahabatan, saling pengertian, serta kerjasama dan menangani masalah-masalah yang belum disetujui bersama hingga tercapainya kesesuaian paham. Dalam hubungan internasional, diplomasi yang dilakukan oleh negara berbeda-beda tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi. Indonesia sendiri, meski politik luar negerinya tetap sama, namun diplomasi yang dilakukannya terus berganti disesuaikan dengan persoalan yang sedang dihadapinya. Diplomasi dapat dilakukan dalam berbagai dimensi baik bilateral, regional, maupun multinasional. Dalam menghadapi permasalahan internasional, maka diplomasi multilateral memainkan peranan penting khususnya yang dilakukan melalui organisasiorganisasi internasional seperti PBB. Sedangkan dimensi regional lebih menyangkut pada kepentingan bersama dalam suatu kawasan guna menciptakan stabilitas dan kerjasama di berbagai aspek seperti yang dilakukan oleh negaranegara ASEAN. Diplomasi menjadi instrumen penting bagi negara dalam berinteraksi dengan negara lain baik secara bilateral, regional, maupun multinasional. Dengan kata lain diplomasi sebagai alat dalam mencapai tujuan dan kepentingan negara. Sesuai yang disebutkan oleh Dr. Budiono yang dikutip oleh R. Suprapto, bahwa sebagai suatu instrumen, diplomasi berfungsi meniadakan suatu keadaan yang 36 merugikan kepentingan nasional, mempertahankan keadaan yang menguntungkan kepentingan nasional, serta menegakkan keadaan yang diperlukan demi kepentingan nasional. Berarti keberhasilan dalam menjalankan politik luar negeri, tidak terlepas dari kegiatan diplomasi yang dilakukan.65 Meski demikian diplomasi dapat dianggap berhasil bila pihak yang diajak berunding dapat diyakinkan untuk menerima atau mengakui posisi kita hingga tercapai suatu kompromi yang memuaskan kedua pihak. Kesuksesan dalam diplomasi ini dipengaruhi oleh keterampilan para pelaku diplomasi untuk mengetahui lingkungan wilayah kerjanya, mulai dari sifat, cita-cita, situasi politik, ekonomi, sosial budaya, keamanan, struktur, maupun kekuatan dan kelemahan negara yang dihadapi. Disamping itu, perlu diperhatikan bahwa keberhasilan diplomasi juga tidak terlepas dari kemampuan pelaku diplomasi atau diplomat dalam memahami kondisi, kelemahan dan kekuatan negara sendiri yakni berupa kekuatan nasional atau national power yang dimiliki. Kekuatan atau power adalah salah satu yang menyebabkan berhasilnya perundingan antar negara. D. Konsep Kekuatan Nasional (National Power) Konsep tentang kekuatan nasional atau national power tidak dapat dipisahkan dari konsep kekuatan atau power. Setiap negara memiliki kekuatan, namun kekuatan tersebut berbeda-beda di setiap negara. Perbedaan kekuatan ini disebabkan oleh perbedaan sumber daya, potensi atau unsur kekuatan yang ada pada negara tersebut. Potensi inilah yang kemudian dikembangkan dan menjadi 65 Dr. Budiono dalam R. Soeprapto, Op. Cit, hal.212. 37 kekuatan nasional tiap negara. Dengan kata lain kekuatan negara saling bergantung antar unsur kekuatan yang dimiliki. Kekuatan atau power dapat pula dimaknai sebagai kemampuan untuk menggerakkan orang lain dengan ancaman. Sesuai yang dikatakan oleh Sprout yang melihat power dalam konotasinya dengan militer di mana power mengandung unsur paksaan atau ancaman. Sedangkan menurut Frankel, power berarti “kapasitas untuk menghasilkan efek-efek atas pikiran dan tindakan orang lain. Power suatu negara merupakan kapabilitas untuk mengontrol perilaku negara lain.”66 Dengan kata lain power adalah kemampuan untuk memperoleh apa yang diinginkan untuk mencapai tujuan politik luar negeri melalui kontrol terhadap lingkungan eksternal yang berubah. Minix & Hawley (1998) dalam bukunya Global Politics, menyebutkan bahwa power ialah totalitas kemampuan suatu negara yang bersumber dari alam, buatan, psikologis, dan sosial.67 Power menjadi sangat penting karena menjadi alat mencapai tujuan negara, juga berperan dalam kontrol sumber daya baik sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam lingkup global dan regional, keberadaan power suatu negara dapat menjadikannya mampu mempengaruhi perilaku atau kebijakan negara lain. Hans J. Morgenthau mendefinisikan power sebagai suatu hubungan antara dua aktor politik, di mana aktor A memiliki kemampuan untuk mengontrol dan mengendalikan pemikiran dan tindakan aktor B. Menurut Couloumbis & Wolfe, 66 67 R. Soeprapto, Op. Cit, hal.125-127. Minix & Hawley dikutip oleh Kirana Wira, 2012, dalam http://kirana-wirafisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-61352-Umum-NATIONAL%20POWER.html, diakses tanggal 13 Februari 2013. 38 power sebagai payung konsep memiliki tiga unsur, yakni kekuatan atau ancaman, pengaruh, dan otoritas.68 Power dalam ilmu hubungan internasional sesuai yang dikatakan oleh Arnold Schwarzenberger yang dikutip oleh Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, ialah perpaduan antara pengaruh persuasif dan kekuatan koersif, juga dapat diartikan sebagai fungsi dari jumlah penduduk, teritorial, kapabilitas ekonomi, kekuatan militer, stabilitas politik, dan kepiawaian diplomatis internasional. Oleh karenanya, national power suatu negara bukan saja menyangkut kekuatan militer melainkan juga termasuk teknologi, sumber daya alam, bentuk pemerintahan, dan kepemimpinan politik, serta ideologi negara.69 National Power adalah kombinasi dari kekuatan dan kapasitas negara yang digunakan untuk mencapai kepentingan dan tujuan nasional. Berdasarkan definisi dari Frederich Hartman (1978) dalam bukunya The Relation of Nations, menyatakan bahwa “national power as the strength or capacity that a sovereign nation-state can use to achieve its national interest.” Dalam hal ini, national power merupakan keseluruhan elemen power yanng dimiliki suatu negera, di mana satu elemen power saja tidak dapat menentukan kekuatan suatu negara. Berarti bahwa kekuatan nasional merupakan kemampuan negara dalam memberdayakan elemen-elemen kekuatan atau sumber daya yang dimiliki untuk meraih tujuan nasionalnya. Hal ini juga dapat menunjukkan sejauh mana kekuatan dan kelemahan negara dalam hubungannya dengan negara lain.70 68 R. Soeprapto, Op. Cit, hal.121-123. Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Op. Cit, hal. 13. 70 Frederich Hartman dalam Olayiwola Abegunrin, 2003, Nigerian Foreign Policy Under Military Rule 1966-1999,Westport:Praeger Publisher, hal.69; David Jablonsky dalam J. Boone Bartholomees, Jr., ed, 2004, U.S. Army War College Guide to National Security Policy and Strategy, 1st Edition, Pennsylvania:Strategic Studies Institute, hal. 103-102. 69 39 National power merupakan kemampuan dari situasi dunia dalam setiap masa. Jadi, national power adalah hal yang dinamis yang terus berubah seiring dengan perkembangan dunia. Khususnya sekarang, kekuatan banyak diwakili oleh industri. Sejalan dengan perubahan dunia, maka power dalam hubungan internasional pun turut berganti. Dari yang awalnya penekanan pada kekuatan militer, kini beralih ke faktor-faktor lain seperti teknologi, ekonomi, dan budaya.71 Meski demikian, kekuatan (power) tidak muncul dengan sendirinya melainkan dipengaruhi berbagai unsur. Minix dan Hawley mengatakan bahwa “sumber atau unsur power terdiri atas sumber alami yang meliputi geografis, sumber daya alam, populasi, sumber sosial-psikologis meliputi sumber daya manusia termasuk stabilitas nasional, dan terakhir sumber sintetis berupa industri dan militer.” Di samping itu, Carlson berpendapat bahwa “dasar pembentukan kekuatan negara yang paling utama adalah penduduk, sumber daya alam, dan industri.” David Jablonsky menggolongkan national power ini ke dalam dua kategori yakni sumber kekuatan nasional alami yakni geografi, sumber daya alam, dan penduduk dan sumber kekuatan sosial berupa ekonomi, politik, militer, psikologis, serta informasi. 72 Lebih jelasnya Hans J. Morgenthau dalam buku Politics Among Nations, menyebutkan bahwa power atau kekuatan negara yang juga dikenal sebagai national power mempunyai sembilan unsur, yakni:73 71 David Jablonsky dalam J. Boone Bartholomees, Jr., ed, Op. Cit, hal.102; Sri Hayati dan Ahmad Yani, Op. Cit, hal. 64. 72 Minix & Hawley, Loc Cit.; Sri Hayati dan Ahmad Yani, Op. Cit, hal. 64. 73 Hans. J. Morgenthau dan Kenneth W. Thompson, Op. Cit, hal. 135-173. 40 1. Geografi. Faktor geografi memainkan peranan penting dalam menentukan power negara atau aktor. Meskipun hal ini masih menjadi perdebatan, namun sangat relevan dalam menentukan potensi kekuatan negara. Faktor geografi ini merupakan faktor paling stabil yang menjadi andalan kekuatan negara dan berhubungan dengan lingkungan hidup di mana kehidupan negara tersebut berlangsung. Faktor geografi mulai dari letak geografis, luas, bentuk, iklim, topografi, perbatasan, arus laut, jenis tanah, faktor geologis, dan unsur geografis lainnya, berpengaruh terhadap pandangan dan kapasitas suatu negara. Faktor letak/lokasi geografis negara sangat berpengaruh terhadap kekuatan negara baik di dalam maupun di luar negeri. Letak geografis ini dapat turut menentukan arah politik suatu negara serta politik luar negerinya. Di lain pihak lokasi pun sangat berkaitan dengan iklim, yang mana ini akan berpengaruh terhadap kekuatan nasional suatu negara. Namun demikian, unsur geografis pada dasarnya adalah faktor alam yang harus dapat dikelola dan dimanfaatkan agar dapat menjadi kekuatan bagi negara. 2. Sumber Daya Alam. Faktor relatif stabil lainnya yang mempunyai pengaruh penting terhadap kekuatan suatu negara dalam hubungannya dengan negara-negara lain yakni sumber daya alam. Sumber daya alam merupakan potensi dasar bagi perekonomian negara. Sumber daya alam yang terkandung dalam bumi adalah asset untuk membangun kekuatan negara. Negara yang memiliki 41 kuantitas sumber daya alam yang banyak berada pada posisi potensial dibanding negara lain yang kuantitas sumber daya alamnya lebih sedikit. Faktor sumber daya alam ini melingkupi ketersediaan pangan, potensi minyak bumi, bahan mentah, dan sebagainya. Dalam kasus ketersediaan pangan, negara yang berswasembada pangan dapat menjamin penduduknya tidak akan mengalami kelaparan. Bahan mentah pada zaman perang hingga zaman industri modern menjadi bahan utama pengolahan industri. Negara dengan bahan mentah yang berlimpah dan memiliki akses mudah menguasainya di luar teritori negara, sangat berimplikasi pada kekuatan nasional negara tersebut. Sejak Perang Dunia I, minyak sebagai sumber energi sangat penting dalam kebutuhan industri dan perang. Karenanya, negara pemilik minyak bumi memperoleh kekuatan yang signifikan dalam urusan internasional. Setiap negara di dunia baik yang wilayahnya luas maupun kecil, memiliki sumber daya meski belum termanfaatkan secara maksimal. Jenisnya pun ada yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui, bisa berupa pangan, bahan mineral, sumber energi, sumber daya air, sumber daya tanah, maupun lingkungan seperti hutan dengan banyak pepohonan. Sumber daya alam ini sangat berarti demi keberlangsungan pembangunan negara. Dengan sumber daya alam yang melimpah, akan mempermudah dalam membangun perekonomian negara, sebaliknya bila negara hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak mempunyai sumber daya alam, kemungkinan 42 rentan terhadap stabilitas ekonomi, politik maupun, keamanan. Oleh karenanya, negara yang kurang sumber daya alamnya akan mencoba memenuhi kebutuhan dalam negerinya dengan menjalin hubungan dengan negara lain dalam kerjasama ekspor-impor, bahkan sampai terjadi eksplositasi terhadap negara yang kaya akan sumber daya alam ini. Karena itu, negara harus dapat mengelola dan memanfaatkan secara bijak sumber daya alamnya karena meskipun kaya akan sumber daya alam, namun tidak akan berguna bila tidak dapat dikelola dengan baik. 3. Populasi atau penduduk. Potensi penduduk merupakan faktor esensial bagi suatu negara di samping faktor wilayah, karena sering dijadikan tolak ukur untuk mengetahui peranan dan kekuatan negara. Negara yang memiliki penduduk banyak akan menjadi kekuatan besar bila diiringi dengan kemajuan teknologi dan industrinya. Elemen kekuatan nasional berupa penduduk ini bukan hanya dilihat dari segi jumlah penduduknya melainkan juga penyebaran penduduk tersebut dalam suatu wilayah. Selain itu pertimbangan atas kemampuan dan pendidikan dengan kata lain keunggulan sumber daya manusia yang berada dalam suatu negara akan dapat menopang perkembangan dan kemajuan negara tersebut. 4. Kemampuan Industri. Kemampuan industri adalah kemampuan suatu negara untuk memproduksi barang-barang yang berguna. Kemampuan industri berhubungan erat dengan sumber daya alam sebagai elemen pokok kekuatan negara. 43 Kemampuan industri suatu negara juga dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, ketersediaan bahan baku, dan sebagainya. Semakin tinggi teknologi yang dimiliki serta banyaknya bahan baku yang tersedia, maka semakin banyak produksi barang di negara tersebut. Kapabilitas industri banyak berkontribusi terhadap kekuatan ekonomi negara utamanya pada masa damai. Kekuatan industri secara tidak langsung berkontribusi terhadap standar hidup masyarakat. Bila masyarakat suatu negara menerima perkembangan industri, maka dapat mempengaruhi keputusan penduduk negara tersebut untuk menerima kebijakan-kebijakan pemerintah. Meski demikian jika negara tidak memiliki teknologi, industri, serta dasar untuk memproses dan menjual atau mengelola sumber daya alamnya secara tepat maka akan dianggap sebagai negara dengan kapabilitas industri yang lemah. Secara otomatis hanya akan menjadi pengekpor bahan mentah dan lemah dalam ekspor produk jadi. Negara-negara industri identik dengan kekuatan besar dalam politik dunia. Negara dengan cadangan bahan mentah yang besar tapi tidak didukung kemampuan industri yang memadai maka tidak dapat menjadikannya sebagai kekuatan politik dalam hubungan internasional negara tersebut. Karena itu, negara perlu memperhatikan perkembangan industri dalam negeri guna mendukung perekonomian dan pembangunan nasional. 44 5. Kesiagaan Militer. Kekuatan militer seringkali menjadi kekuatan yang paling ditonjolkan oleh suatu negara. Namun, kesiagaan militer ini harus ditunjang oleh geografi, sumber daya alam dan kemampuan industri suatu negara. Kesiagaan militer memerlukan pranata militer yang mampu mendukung politik luar negeri yang ditempuh negara. Kesiagaan militer ini dapat diperoleh dengan dukungan teknologi militer, kepemimpinan serta kuantitas maupun kualitas angkatan bersenjata. Ketergantungan kekuatan nasional atas kesiapan militer sangat jelas dan memerlukan pranata militer yang ampuh mendukung politik luar negeri yang ditempuh oleh negara. Untuk mengetahui keefektifan kekuatan militer ini maka dilihat dari keterampilan dan pendidikan pasukan serta kualitas kepemimpinannya, motivasi, moral, kesetiaan, pertempuaran yang dialami, sistem logistik, bahkan doktrin militer serta strategi dan taktik yang ditempuh. Namun negara dengan pemimpin yang tangkas akan menjadi negara yang lemah apabila tidak memiliki jumlah pasukan yang besar dan berkualitas. 6. Karakter Nasional. Karakter merupakan sifat kejiwaan, ahlak dan budi pekerti manusia, serta watak yang dimiliki. Karakter nasional di sini dapat diartikan sebagai karakter dari keseluruhan warga negara. Karakter nasional lebih kepada pembentukan cara pandang dari perkembangan nasional. Karakter nasional ini dapat berubah dari waktu ke waktu. Bila karakter nasionalnya bagus 45 maka imej negara di mata dunia pun turut bagus, begitupun sebaliknya. Setiap negara memiliki karakter nasional yang berbeda tergantung pada kondisi wilayahnya. Karakter nasional akan mempengaruhi kekuatan nasional negara di mana negara yang karakter nasionalnya kuat akan memiliki kekuatan lebih dibanding negara lainnya, misalnya dalam sebuah perundingan atau bahkan dalam perang. 7. Moral Nasional. Moral nasional ialah tingkat kebulatan tekad suatu bangsa untuk mendukung politik luar negeri pemerintahnya baik dalam waktu damai maupun perang. Moral nasional menyebar dalam segenap kegiatan dan komponen negara. Ini berarti pula, moral yang dimiliki keseluruhan warga negara berpengaruh terhadap pandangan negara lain terhadap negara tersebut. 8. Kualitas Diplomasi. Diplomasi dalam hubungan internasional merupakan penyelenggaraan hubungan antara dua negara atau lebih dan berfifat resmi. Diplomasi dianggap berhasil dan berkualitas bila dicapai kesepakatan yang menguntungkan bagi negara atau negara tidak mengalami kerugian dari kesepakatan yang dicapai maupun ketika dalam proses diplomasi. National power sangat ditentukan oleh kualitas diplomasi yang dilakukan negara. Unsur kekuatan nasional ini menggabungkan elemen-elemen kekuatan nasional lainnya menjadi suatu kesatuan yang terpadu, memberikan arah dan bobot serta meningkatkan kemampuan dan kekuatan yang dimiliki negara dalam berhadapan dengan negara lain. Diplomasi yang berjalan 46 lancar dapat memberikan efek maksimun terhadap elemen power yang lainnya dalam situasi internasional di mana kepentingan negara sedang diperjuangkan. Diplomasi harus bisa memanfaatkan dengan baik unsur-unsur kekuatan lainnya yang tersedia dan dapat dipergunakan, sehingga dapat menutupi kekurangan-kekurangan di bidang lain. Dengan memberdayakan unsur kekuatan negara lainnya dengan sebaik-baiknya, maka diplomasi dapat meningkatkan kekuatan nasional. Diplomasi yang bermutu tinggi akan membawa keserasian antara tujuan dan sarana diplomasi luar negeri dengan sumber kekuatan nasional yang tersedia. 9. Kualitas Pemerintah. Pemerintah sebagai pihak yang mengurus atau mengendalikan negara merupakan faktor yang tak kalah penting dalam menentukan power. Peranan seorang pemimpin sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan atau kebijakan. Karena melalui keputusan yang diambilnya dapat menentukan atau membatasi eksploitasi kekuatan dari pihak atau negara lain. misalnya saja dalam hal sumber daya alam hasus dapat mengambil kebijakan yang tepat agar mampu meningkatkan potensi kekuatan nasional secara maksimal. Pemerintah yang baik harus mampu memilih tujuan dan metode politik luar negerinya dengan mengingat kekuatan yang tersedia untuk membantunya mencapai hasil maksimum. Pemeritah harus bisa melakukan perimbangan antara politik luar negerinya dengan kekuatan yang tersedia, dan melihat 47 perimbangan antar unsur-unsur kekuatan yang berbeda. Dengan kata lain kuantitas dan kualitas yang cukup dalam gabungan yang tepat sumbersumber kekuatan yang memungkinkan negara mencapai hasil maksimal. Selain itu pemerintah harus memperoleh dukungan rakyat atas politik luar negeri yang ditempuhnya. Dalam konteks kehidupan politik negara Indonesia, dikenal istilah Ketahanan Nasional yang memiiliki pengertian hampir sama dengan power, yakni kondisi dinamis suatu bangsa berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan yang datang baik dari dalam maupun luar secara langsung maupun tidak, yang dapat membahayakan integritas, identitas dan kelangsungan hidup bangsa dan negara serta tujuan nasional. Pemerintah Orde Baru telah menetapkan unsur-unsur yang menjadi kekuatan nasional Indonesia yang meliputi letak geografis dan bentuk negara, kekayaan alam, jumlah penduduk, ideologi, dan kondisi ekonomi, politik, sosial, budaya, dan keamanan.74 74 Sri Hayati dan Ahmad Yani, Op. Cit, hal.64; Ganewati Wuryandari, Op. Cit,, hal.50-52. 48 BAB III KEKUATAN NASIONAL INDONESIA DAN PERKEMBANGAN DIPLOMASI INDONESIA DI ASEAN A. Kekuatan Nasional Indonesia Kekuatan nasional (national power) merupakan gabungan dari seluruh elemen kekuatan negara. Dalam hal ini, para ahli hubungan internasional memberikan penggolongan yang bervariasi terhadap unsur kekuatan yang dimiliki negara. Secara umum unsur kekuatan negara dapat kita lihat pada penggolongan menurut Morgenthau yang dapat mewakili pendapat-pendapat dari ahli lainnya dalam mengelompokkan elemen-elemen kekuatan negara. Meski demikian, tiap negara memiliki ketetapan tersendiri mengenai unsurunsur kekuatan yang dimilikinya. Hal tersebut dilihat dari situasi dan kondisi dalam negeri, kemampuan masyarakatnya, dan disesuaikan dengan perubahan global. Jadi, antara negara yang satu dan yang lainnya akan mempunyai kekuatan nasional yang berbeda satu sama lain. Ini juga akan menentukan seberapa kuat negara tersebut dibanding negara lain. Indonesia mempunyai ketetapan tersendiri mengenai unsur-unsur kekuatan nasionalnya. Kekuatan nasional tersebut merupakan penjabaran dari Ketahanan Nasional terkait dengan politik luar negeri. Adapun unsur kekuatan nasional yang dimaksud meliputi; letak geografis dan bentuk negara, kekayaan alam, jumlah penduduk, ideologi, dan kondisi ekonomi, politik, sosial, budaya, dan keamanan. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menjadi kekuatan negara Indonesia, dapat dilihat dalam pembahasan mengenai elemen kekuatan negara berikut: 49 1. Geografi Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) yang memiliki keanekaragaman bentuk muka bumi baik di daratan dan di lautan. Konsep negara kepulauan ini secara resmi ditetapkan dalam Konvensi Perserikatan BangsaBangsa mengenai Hukum Laut atau United Nations Convention on Law of the Sea 1982 (UNCLOS ’82). Pengakuan dunia ini merupakan hasil dari perjuangangan politik pemerintah Indonesia. Pernyataan sebagai negara kepulauan ini pertama kali disampaikan oleh PM Djuanda pada 13 Desember 1957. Selanjutnya Indonesia secara resmi diakui sebagai negara kepulauan sejak diratifikasinya UNCLOS ’82 ke dalam hukum nasional melalui penerbitan UU No. 17 Tahun 1985 yang berlaku sebagai hukum positif sejak 16 November 1994.75 Ditinjau dari bentuk wilayahnya, Indonesia adalah negara dengan bentuk divided atau separated, karena daratannya terpisah-pisah oleh perairan laut. Struktur fisik negara Republik Indonesia terdiri atas pulau-pulau besar dan kecil yang menyebar di seluruh wilayah nusantara. Di bagian barat terdiri dari pulaupulau besar sedangkan di bagian timur merupakan kumpulan pulau kecil kecuali Irian Jaya. Menurut perhitungan terakhir, secara keseluruhan jumlah pulau di Indonesia ialah 17.504 buah pulau yang terdiri dari lima pulau besar yakni Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, dan Irian Jaya, empat kepualauan yakni Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Nusa Tenggara, dan Kepulauan Maluku, serta ribuan pulau-pulau kecil.76 Tedjo Edhy Purdjianto, 2009, “Peran TNI Angkatan Laut dalam Penegakan Kedaulatan Negara dan Keamanan di Laut”, Jurnal Diplomasi, Vol. 1, no. 2, September Tahun 2009, Jakarta: Pusdiklat Deplu RI, hal. 27. 76 Badan Pusat Statistik, 2012, Statistik Indonesia 2012, Jakarta: BPS, hal.9. 75 50 Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang sebagian besar wilayahnya berupa lautan yakni meliputi duapertiga dari total luas wilayah Indonesia. Luas wilayah laut yakni 5,8 juta km2, yang terdiri dari 2,8 juta km2 perairan Laut Nusantara atau landas kontinen, 0,3 km2 Laut Teritorial, dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dengan luas 2,7 juta km2. Sedangkan luas wilayah daratan ialah 1.910.931,32 km2. Secara lebih detail, luas daerah dan jumlah pulau di Indonesia menurut provinsi tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut: 77 Tabel 3.1. Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut Provinsi Tahun 2012 Provinsi Luas (km²) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Kepulauan Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia Jumlah Pulau 57.956,00 72.981,23 42.012,89 87.023,66 8.201,72 50.058,16 91.592,43 16.424,06 19.919,33 34.623,80 664, 01 35.377,76 9.662,92 32.800,69 3.133,15 47.799,75 5.780,06 18.572,32 48.718,10 147.307,00 153.564,50 38.744,23 204.534,34 13.851,64 11.257,07 61.841,29 46.717,48 16.787,18 38.067,70 46.914,03 31.982,50 319.036,05 97.024,27 663 419 391 139 2.408 19 53 950 47 188 218 131 131 296 23 287 85 864 1.192 339 32 320 370 668 136 750 295 651 1.422 1.472 598 1.945 1.910.931,32 17.504 Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia 77 Direktorat Kelautan dan Perikanan, Bappenas, 2011, “Strategi Pengembangan Infrastruktur Perikanan dalam Mendukung Peningkatan Daya Saing”, Info Kajian Bappenas, vol. 81, no. 21, Desember 2011, Jakarta: Bappenas, hal. 11; Badan Pusat Statistik, Op. Cit, hal.9. 51 Secara geografis, Kepulauan Indonesia terletak di antara dua benua yakni Benua Asia dan Benua Australia serta dua samudra yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Hal ini menempatkan Indonesia pada posisi silang strategis sebagai jalur lalu lintas dalam hubungan internasional. Letak tersebut memberikan keunggulan komparatif karena berada dekat dengan pasar dunia seperti China, Jepang, Amerika, dan Uni Eropa, serta beberapa negara industri baru di Asia seperti India, Singapura, dan Korea Selatan. 78 Sebagai negara maritim, Indonesia termasuk dalam kelompok multi-sea and insular location karena memiliki banyak perbatasan laut dengan negara tetangga. Salah satu keuntungan dari lokasi maritim ialah lebih banyak memiliki sumber daya alam baik di darat maupun laut. Selain itu juga berpengaruh terhadap pengembangan kekuatan dan ketahanan negara. Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia memiliki wilayah maritim dengan garis pantai yang paling panjang. Oleh karena itu, Indonesia memiliki hak mengelola sekitar separuh dari kawasan ekonomi ekslusif keseluruhan anggota ASEAN.79 Dilihat dari lokasi vicinal-nya, Indonesia termasuk negara yang memiliki banyak perbatasan dengan negara tetangga. Tercatat sekitar 10 negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia. Negara-negara tersebut antara lain Papua Nugini, Australia, India, Malaysia, Singapura, Vietnam, Philipina, Thailand, Republik Palau, dan Timor Leste, serta Brunei Darussalam. Indonesia terletak cukup jauh dari negara adidaya di bidang kekuatan militer, tetapi cukup dekat 78 79 Badan Pusat Statistik, Op. Cit, hal.5; Direktorat Kelautan dan Perikanan, Bappenas, Loc. Cit. KusnantoAnggoro, “Strategi Pertahanan Kepulauan, Diplomasi Kelautan dan Kekuatan Matra Laut Indonesia”, Jurnal Diplomasi, Op.Cit, hal. 63 52 dengan negara adidaya di bidang ekonomi dengan segala dampak positif dan negatifnya terhadap pembangunan.80 Ditinjau dari segi astonomis, Indonesia terletak antara 94˚ 58̍ 21̎ dan 141˚ 00̍ 00̎ Bujur Timur serta 6˚ 04̍ 30̎ Lintang Utara dan 11˚ 00̍ 36̎ Lintang Selatan. Dengan demikian, jarak dari barat (Sabang) ke timur (Merauke) ialah 5.110 km dan jarak dari utara (Pulau Sangir) ke selatan (Pulau Roti) ialah 1.888 km. Posisi ini merupakan wilayah yang di lalui oleh garis khatulistiwa pada garis lintang 0˚ sehingga pergantian siang dan malam diterima secara seimbang.81 Kedudukan astronomis tersebut menjadikan Indonesia beriklim tropis dengan temperatur tinggi dan tetap, juga tekanan udara yang rendah, lembab, serta memiliki curah hujan tinggi. Keadaan iklim dipengaruhi oleh angin muson yang bertiup dua kali setahun dengan arah yang tetap. Dari bulan April hingga September bertiup Angin muson Tenggara yang merupakan angin yang kering dan tak banyak mendatangkan hujan sehingga sebagian wilayah Indonesia diliputi musim kemarau. Kemudian dari September hingga April bertiup angin muson barat yang banyak mendatangkan hujan. Hampir di seluruh wilayah Indonesia mempunyai curah hujan cukup tinggi sehingga memiliki hutan yang relatif lebat.82 Iklim tropis ini sangat menguntungkan karena perubahan cuaca dari hari ke hari ditandai oleh keadaan yang teratur. Tidak terdapat suhu yang teramat tinggi 80 Achmad Chaldun, 2004, Atlas Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS): Indonesia wawasan Nusantara dan Dunia, Surabaya: PT. Karya Pembina Swajaya, hal. 66-67; Chappy Hakim, 2011, Pertahanan Indonesia: Angkatan Perang Negara Kepulauan, Jakarta: Red & White Publishing, hal. 33-34; Ermaya Suradinata, Op. Cit. hal. 37. 81 Badan Pusat Statistik, Op. Cit, hal, 9; The State Ministry of Environment, 2008, State of The Environment Report in Indonesia 2007, Jakarta: The State Ministry of Environment, hal.7. 82 The State Ministry of Environment, 2007, State of The Environment Report in Indonesia 2006, Jakarta: The State Ministry of Environment, hal. 14; Atlas Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS): Indonesia wawasan Nusantara dan Dunia, Op. Cit, hal.56. 53 atau terlalu rendah dan tidak sering terjadi gangguan-gangguan cuaca yang terlalu ekstrem. Letak negara yang dilalui garis khatulistiwa memungkinkannya terhindar dari serangan badai tropis yang sangat merugikan. Selain itu sebagian besar wilayah hanya mengalami dua musim yang berganti tiap setengah tahun. Wilayah Indonesia juga terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi. Dataran rendah terletak di sepanjang dan sekitar pantai, sedangkan dataran tinggi terletak agak ke dalam dan jauh dari pantai yang terkadang dibelah oleh sungai yang menjadi sumber kehidupan bagi daerah sekitarnya. Keadaan topografi Indonesia memiliki keuntungan tersendiri karena terbuka peluang pemanfaatan sumber daya energi yang berasal dari panas bumi secara optimal. Selain itu perbedaan arus pasang surut serta energi air terjun yang berpotensi besar sebagai pembangkit listrik. Pulau-pulau besar seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya merupakan tanah bergunung, sedangkan sebagian pulau lainnya ialah dataran rendah yang luas. Pulau-pulau tersebut berada di sebelah luar, sehingga dapat melindungi pulau-pulau kecil terhadap cuaca buruk. Pada pulau-pulau ini terdapat danau dan sungai yang dapat dilayari, sehingga selain sebagai pemisah juga menjadi penyambung wilayah antarpulau di Indonesia. Sungai-sungai besar seperti Sungai Musi, Batanghari, Bengawan Solo, Brantas, Mahakam, Kapuas, dan Barito merupakan jalan lalu lintas penting yang menghubungkan daerah pedalaman dan pantai.83 83 Mahendro Sumardjo, 2007, “Meningkatkan Pemahaman Geopolitik Indonesia dalam Pemanfaatan Kondisi dan Konstelasi Geografi Guna Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat di Daerah dalam Rangka Stabilitas Nasional”, Taskap Lemhannas, Jakarta: Lemhannas RI, hal. 28. 54 Indonesia memiliki 8 selat strategis yakni Selat Malaka, Selat Singapura, Selat Sunda, Selat Lombok, Selat Ombai/Wetar, Selat Karimata, dan Selat Halmahera. Selat tersebut membentuk tiga corong laut strategis yang dikenal dengan corong barat yakni lintasan melalui Selat Sunda dan Selat Karimata, corong tengah yang melintasi Selat Lombok dan Selat Malaka, dan corong timur yang melintasi Selat Wetar dan Laut Banda.84 Keberadaan selat ini kemudian menjadikan wilayah perairan Indonesia sebagai jalur perdagangan dunia. Dengan konfigurasi geografi wilayah berbentuk kepulauan, maka perbatasan negara pun bervariasi terdiri dari batas wilayah daratan dan batas wilayah perairan. Di darat Indonesia berbatasan dengan Papua Nugini di sebelah timur, sebelah utara berbatasan dengan wilayah Serawak dan Sabah Malaysia, di selatan berbatasan dengan Timor Leste. Kawasan perbatasan darat ini terletak di tiga pulau, empat provinsi, dan 15 kabupaten dengan karakteristik kawasan perbatasan berbeda-beda dalam bidang sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan. Di wilayah maritim, Indonesia berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di sebelah barat, di sebelah utara berbatasan dengan India, Selat Malaka, Selat Singapura, Laut Cina Selatan, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, dan sebelah timur berbatasan dengan Samudera Pasifik dan Papua Nugini, sebelah selatan berbatasan langsung dengan Laut Arafuru, Samudera Hindia, Australia, dan Timor Leste. Kawasan perbatasan maritim umumnya pulau-pulau terluar Indonesia. Menurut hasil survei dan pemetaan Dinas Hidro-Oseanografi TNI 84 Awang Faroek Ishak, 2003, Membangun Wilayah Perbatasan Kalimantan dalam Rangka Memelihara dan Mempertahankan Integritas Nasional, Jakarta:Indomedia, hal. 2. 55 Angkatan Laut, terdapat 92 pulau terluar yang tersebar di wilayah Indonesia dan 12 dintaranya adalah pulau-pulau strategis.85 Batas wilayah perairan Indonesia secara lebih rinci berdasarkan perbatasan ZEE dan landas kontinen, ialah sebagai berikut:86 1. Perbatasan ZEE dan landas kontinen dengan Australia, di perairan sebelah selatan NTT, Maluku, dan Irian Jaya. 2. Berbatasan dengan ZEE dan landas kontinen dengan Timor Leste di sebelah tenggara (di sebelah timur NTT). 3. Perbatasan ZEE dan landas kontinen dengan Filipina di sebelah utara Kepulauan Sangir Talaud dan Kalimantan. 4. Perbatasan ZEE dan landas kontinen dengan Malaysia, di sebelah timur laut Sumatera dan di sebelah barat dan utara Pulau Kalimantan. 5. Perbatasan ZEE dan landas kontinen dengan Vietnam di sebelah utara Kepulauan Natuna. 6. Perbatasan ZEE dengan Rep.Palau di sebelah utara Maluku dan Papua. 7. Perbatasan landas kontinen dengan India di sebelah barat Aceh. 8. Perbatasan landas kontinen dengan Thailand di sebelah utara Aceh. 9. Perbatasan laut teritorial dengan Singapura di sebelah Pulau Batam. 10. Perbatasan maritim dengan Papua Nugini yang merupakan kepanjangan garis batas keduan negara di daratan. Perairan merupakan fitur geografis yang mendominasi wilayah Indonesia maupun kawasan Asia Tenggara. Sebagai negara yang berbentuk ‘circum 85 86 Chappy Hakim, Op. Cit, hal. 34, 35, dan 38. Atlas Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS): Indonesia wawasan Nusantara dan Dunia, Op. Cit, hal. 11. 56 marine’, transportasi lautan berperan penting dalam sirkulasi nasional. Posisi Indonesia yang berada pada jalur transportasi dunia, merupakan potensi ekonomi sangat besar dan strategis seiring dengan perkembangan dan pergeseran pusat ekonomi dunia dari Atlantik ke Asia Pasifik. Dimana hampir 70 persen total perdagangan dunia berlangsung di antara negara-negara Asia Pasifik. Lebih dari 75 persen barang-barang yang diperdagangkan ditransportasikan melalui laut, dan 45 persennya melalui Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang melewati Selat Malaka, Selat Lombok, Selat Makassar, dan laut-laut Indonesia lainnya. 87 Alur pelayaran yang berada di perairan Indonesia merupakan Garis Perhubungan Laut (GPL) atau Sea Lanes of Communication (SLOC) dan Sea Lanes of Oil Trade (SLOT ) bagi masyarakat internasional. Jalur laut tersebut membentang dari Teluk Parsi ke arah barat menuju Eropa Barat dan ke arah timur menuju Jepang dan AS. Jalur lalu lintas laut ini secara politis maupun ekonomis sangat strategis karena menyangkut kelangsungan hidup berbagai negara. Sekitar 80 persen pasokan minyak dan gas untuk tiga raksasa ekonomi Asia Timur yakni Jepang, China dan Korea Selatan, diangkut melalui perairan Indonesia. 88 Karakteristik geografis Indonesia, mulai dari luas wilayah, bentuk, lokasi, iklim, topografi, serta perbatasannya, masing-masing memiliki dampak positif dan negatif. Negara-negara pengguna jalur laut, memiliki kepentingan besar pada terjaminnya kelancaran distribusi barang dan energi bagi pembangunan ekonomi negaranya. Dengan demikian, kawasan perairan Indonesia maupun perairan Asia Ermaya Suradinata, Op. Cit, hal. 36; Pria Siswadi Ismail, 2009, “Pemanfaatan Keunggulan Geografi Indonesia Guna Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dalam Rangka Mendukung Ketahanan Nasional”, Taskap Lemhannas, Jakarta: Lembaga Ketahanan Nasional RI, hal.79. 88 Tedjo Edhy Purdjianto, Op. Cit, hal. 29; Pria Siswadi Ismail, Op. Cit, hal. 64. 87 57 Tenggara memiliki arti yang sangat vital dan strategis bagi perdagangan internasional. Luas wilayah yang mendominasi kawasan turut menempatkan Indonesia sebagai kekuatan utama dan kunci stabilisator keamanan kawasan. Meski demikian, letak geografis tersebut juga menjadikan Indonesia rawan karena terbuka dari segala penjuru, selain itu luas wilayah perairan dengan kekayaan laut yang melimpah juga menimbulkan banyaknya terjadi illegal fishing karena pengawasan wilayah yang tidak intensif. Di samping itu banyaknya pulaupulau terluar Indonesia yang tidak berpenghuni dan belun dikelola sehingga kemungkinan besar diklaim oleh negara lain. 2. Sumber Daya Alam Indonesia sebagai negara kepulauan dengan wilayah yang luas terdiri atas darat, laut, dan udara dengan karakteristik yang dimiliki masing-masing pulaunya memiliki potensi kandungan kekayaan sumber daya alam yang besar yang bahkan mungkin tidak dimiliki oleh negara lain. Sebagai salah satu negara tropis yang dikenal dengan ‘zamrud khatulistiwa’, Indonesia kaya akan sumber daya alam baik berupa flora, fauna, hutan, sumber daya tambang dan sebagainya. Secara geografis, terdapat empat provinsi Indonesia yang memiliki sumber kekayaan alam terkaya di Indonesia yakni Aceh, Riau, Kalimantan Timur dan Papua.89 Indonesia kaya akan sumber daya alam baik hayati dan non hayati serta terbarukan maupun yang tidak terbarukan. Indonesia pun memiliki sumber daya yang dapat diberdayakan untuk industri pariwisata. Baik berupa pantai, flora dan faunanya yang langka maupun kondisi alamnya. Jumlah dan kualitas sumber daya 89 Ganewati Wuryandari, Ed., Op. Cit, hal. 51; Pria Siswadi Ismail, 2009, “Pemanfaatan Keunggulan Geografi Indonesia Guna Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dalam Rangka Mendukung Ketahanan Nasional”, Taskap Lemhannas, Jakarta: Lemhannas RI. hal. 65. 58 alam sangat banyak dan tersebar di berbagai daerah. Kualitasnya pun sangat bagus sehingga dapat diekspor ke berbagai negara, dengan demikian dapat memenuhi devisa negara. Jenis sumber daya alam yang diekspor seperti minyak bumi, gas alam dan bahan tambang lainnya serta hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, pariwisata, dan hasil industri. Dari segi topografinya, wilayah daratan Indonesia terdiri dari rangkaian pegunungan, dataran rendah, danau, rawa-rawa, serta ribuan alur sungai besar dan kecil. Terdapat dua rangkaian pegunungan yakni pegunungan Sirkum Pasifik di Irian Jaya dan rangkaian pegunungan Mediteran di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan berbelok melalui Maluku, serta di atas Sulawesi hingga Sangir Talaud.90 Pengunungan-pengunungan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya curah hujan di beberapa wilayah. Keadaan ini menguntungkan bagi pengelolaan sumber daya alam seperti pertanian yang mendukung pembangunan nasional. Di samping itu, di deretan pulau-pulau Indonesia terdapat rangkaian pegunungan yang ditebari oleh gunung berapi yang masih aktif. Letusan lahar gunung berapi ini memungkinkan penyuburan tanah di daerah sekitarnya. Tingkat biodiversitas yang dimiliki merupakan tertinggi kedua di dunia setelah Brazil. Indonesia memiliki sekitar 10% dari tanaman berbunga yang dikenal di dunia, terdapat sekitar 6 ribu jenis anggrek mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil serta anggrek yang langka, 12% dari spesies mamalia, 16% atau 781 jenis hewan reptil, 17% dari jenis burung, 18% dari jenis terumbu karang, dan 25% dari hewan laut serta hutan bakau terbesar di dunia. Saat ini 90 State of The Environment Report in Indonesia 2006, Op. Cit, hal. 16. 59 Indonesia memiliki jenis mamalia terbesar di dunia yakni sekitar 515 spesies dan 30 persen diantaranya hanya terdapat di Indonesia. Tingginya tingkat keanekaragaman hayati yang dimiliki negara, dapat menjadi tulang punggung perkembangan ekonomi berkelanjutan bagi negara tersebut.91 Di bidang agrikultur, Indonesia terkenal atas kekayaan tanaman perkebunannya, seperti biji coklat, karet, kelapa sawit, cengkeh, tembakau, kapas, kopi, tebu, dan kayu. Banyak diantara hasil perkebunan ini menempati urutan atas dari segi produksinya di dunia. Indonesia menempati peringkat pertama dalam produk cengkeh dan pala, peringkat kedua penghasil karet alam dan minyak sawit mentah, dan pengekspor terbesar kayu lapis yakni sekitar 80 persen.92 Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduknya mempunyai pencaharian di bidang pertanian atau bercocok tanam. Data statistik tahun 2001 menunjukkan bahwa 45 persen penduduk Indonesia bekerja di bidang agrikultur. Tahun 2008, Indonesia memiliki lahan seluas 19.037.097 Ha yang digunakan untuk tanaman pangan berupa padi, kedelai, jagung, kacang tanah, kacang hijau dan ubi kayu. Pertanian di Indonesia juga menghasilkan berbagai macam tumbuhan komoditi ekspor. Adapun luas areal perkebunan tahun 2010 berdasarkan jenis komoditinya antara lain; kelapa sawit 854.800 ha, kelapa 3.739.300 ha, karet 3.445.400 ha, kopi 1.210.400 ha, kakao 1.650.600 ha, tebu 436.600 ha, teh 122.800 ha, dan tembakau seluas 122.800 ha.93 91 State of The Environment Report in Indonesia 2006, Op. Cit, hal. 7; State of The Environment Report in Indonesia 2007, Op. Cit, hal. 4. 92 Sohibi, 2010, “10 Rekor Kekayaan Alam Indonesia”, dalam http://unikapik.blogdetik.com/2010/07/16/10-rekor-kekayaan-alam-indonesia/, diakses tanggal 10 Januari 2013. 93 Badan Pusat Statistik, Op. Cit, hal. 193, 238-239. 60 Meski demikian terjadi penyusutan luas panen lahan padi nasional. Tahun 2010 terjadi penyusutan seluas 12,63 ribu hektar atau 0,1 persen dari total luas lahan. Secara keseluruhan, lahan pertanian berkurang 27 ribu hektar pertahun. Penurunan luas panen tidak hanya terjadi pada padi, tetapi juga pada komoditas lainnya. Meski demikian, produksi gabah masih mampu mengalami kenaikan. Badan Ketahanan Pangan Nasional menyampaikan bahwa sepanjang tahun 2009 telah terjadi alih fungsi lahan pertanian hingga mencapai 110 ribu hektar. Sedangkan kemampuan Pemerintah mencetak lahan pertanian baru per tahunnya hanya sampai 50 ribu hektar sebagaimana disampaikan Kementerian Pertanian.94 Perkembangan luas lahan tanaman pangan serta produksi pangan Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:95 Tabel 3.2. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan Indonesia Tahun 2008-2012 Komoditi Padi Luas Panen (000 Ha) Produksi (000 Ton) Jagung Luas Panen (000 Ha) Produksi (000 Ton) Kedelai Luas Panen (000 Ha) Produksi (000 Ton) Kacang Tanah Luas Panen (000 Ha) Produksi (000 Ton) Ubi Kayu Luas Panen (000 Ha) Produksi (000 Ton) Ubi Jalar Luas Panen (000 Ha) Produksi (000 Ton) 2008 2009 2010 2011 2012 12.327,4 60.325,9 12.883,6 64.398,9 13.253,5 66.469,4 13.203,6 65.756,9 13.440,9 68.594,1 4.001,7 16.317,3 4.160,7 17.629,7 4.131,7 18.327,6 3.864,7 17.643,3 3.997,3 18.941,1 591,0 775,7 722,8 974,5 660,8 907,0 622,3 851,3 566,7 779,7 633,9 770,1 622,6 777,9 620,6 779,2 539,5 691,3 575,8 743,8 1.204,9 21.757,0 1.175,7 22.039,1 1.183,0 23.918,0 1.184,7 24.044,0 1.178,1 23.712,0 174,6 1.881,8 183,9 1.057,9 181,1 2.051,0 178,1 2.196,0 179,3 2.291,8 Sumber : Badan Pusat statistik Chairil, 2010, “Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai”, dalam http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=4617&Itemid=29, diakses tanggal 20 Februari 2013. 95 Badan Pusat Statistik, Op. Cit, hal. 193 94 61 Areal hutan Indonesia merupakan yang terbesar ke-3 di dunia. hal ini memberikan keunggulan bagi Indonesia karena luas hutannya sehingga dikenal sebagai paru-paru dunia. Indonesia memiliki wilayah untuk hutan lindung seluas 32.006.000 ha, hutan suaka alam dan pelestarian alam seluas 24.391.000 ha, hutan produksi terbatas 22.787.000 ha, hutan produksi tetap 33.948.000 ha, hutan buru 167.000 ha, dan hutan produksi yang dapat dikonservasi 20.977.000 ha. Total seluruh areal hutan Indonesia yakni sekitar 134.276.000 ha. Sumber daya hutan ini meliputi hutan kayu, rotan, damar, dan getah.96 Namun, sumber daya ini belum dikelola dengan baik. Tiap tahunnya hutan Indonesia mengalami penyempitan sebagai akibat dari pembalakaan liar, kebakaran, dan sebagainya. Kerusakan hutan terjadi setiap saat dengan laju kerusakan yang lebih cepat dibandingkan pemulihannya. Berdasarkan pemaparan Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2011, disebutkan bahwa kerusakan hutan sekitar 1,1 hektare per tahun, sedangkan pemulihan hutan yang rusak tersebut hanya sekitar 0,5 hektare per tahun. Akibatnya, kondisi kerusakan lingkungan yang terjadi hampir di seluruh pelosok Indonesia dan menimbulkan berbagai bencana alam. Kebakaran hutan yang membinasakan berjuta-juta hektar hutan di Sumatera dan Kalimantan mengakibatkan terjadinya selimut asap yang tebal dan membahayakan kesehatan manusia, keamanan perjalanan udara, serta kerugian ekonomi yang sangat besar. Hal ini juga mengganggu sejumlah negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam yang berbatasan langsung dengan Indonesia. 97 96 97 Badan Pusat Statistik, Op. Cit, hal. 242. Gloria Samantha, 2012, “Penguasaan SDA Indonesia Tidak Merata”, dalam http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/05/penguasaan-sda-indonesia-tidak-merata, diakses tanggal 10 Januari 2013; Sri Hayati dan Ahmad Yani, Op. Cit, hal. 99. 62 Letak Indonesia yang diapit oleh Samudera Hindia, Samudera Pasifik dan Laut Cina Selatan berpengaruh besar terhadap kekayaan dan keanekaragaman hayati sumber daya perikanan. Indonesia memiliki 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yaitu di WPP I di Selat Malaka dan Laut Andaman, WPP II Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut Cina Selatan, WPP III di Laut Jawa, WPP IV di Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali, WPP V di Teluk Solo dan Laut Banda, WPP VI di Laut Aru, Laut Arafura, dan Laut Timor Timur, WPP VII di Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram, dan Teluk Berau, WPP VIII di Laut Sulawesi & Utara Pulau Halmahera, WPP IX di Teluk Cenderawasih & Samudera Pasifik, WPP X di Samudera Hindia di sisi Barat Sumatera dan Selat Sunda, WPP XI di Samudera Hindia di selatan Jawa sampai Laut Timor Barat.98 Dari sumber kekayaan alam laut yang dimiliki terdapat sekitar 26.000 jenis ikan dari 28.400 jenis ikan di dunia. Total potensi produksi lestari (Maximum Sustainable Yield atau MSY) sumber daya perikanan laut Indonesia adalah 6,4 juta ton pertahun dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (Total Allowable Catch) adalah 80-90 persen dari MSY yaitu sekitar 5,12 – 5,76 juta ton pertahun, ini berdasarkan oleh FAO’s Code of Conduct For Responsible Fisheries. Produksi perikanan budidaya Indonesia pada tahun 2010 sekitar 5,37 juta ton dan perikanan tangkap sebesar 5,38 juta ton. Indonesia juga dikenal sebagai negara pengekspor tuna terbesar khususnya ke Jepang.99 Indonesia merupakan negara yang berpotensi besar sebagai penghasil komoditas perikanan dunia. Berdasarkan FAO Food Outlook 2008, Indonesia 98 99 Direktorat Kelautan dan Perikanan, Bappenas, Op. Cit. hal 11. Ibid. 63 menepati peringkat ke-4 produsen perikanan dunia setetah China, Peru, dan AS. Namun, nilai ekspor perikanannya hanya menempati peringkat ke-9 di bawah Vietnam dan Thailand yang berada dalam satu kawasan.100 Ini menunjukkan bahwa potensi kekayaan laut Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal. Selain kekayaan alam hayati, juga terdapat sumber daya mineral berupa mineral strategis seperti minyak bumi, gas bumi, panas bumi, timah, nikel, bauksit dan cadangan bijih berkadar tinggi, serta mineral biasa yaitu aspal, belerang, perak, fosfat, mangan, dan pasir besi. Timah banyak terdapat di Sumatera dan Sulawesi dengan perkiraan potensi sekitar 7,8 persen dari cadangan dunia. Nikel terdapat di Sulawesi, Irian Jaya, dan Maluku Utara. Tembaga di Irian Jaya, bauksit di Kalimantan dan Kep. Riau, batu bara di Sumatera Selatan, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Irian Jaya dengan potensi diperkirakan 28 milyar ton. Selain itu gas alam banyak terdapat di Sumatera. Minyak bumi di Sumatera, kalimantan, Jawa, dan Papua. Besi dan bijih mangan terdapat di Jawa, aluminium dan aspal di Sulawesi, kemudian emas dan perak terdapat di Sumatera, Jawa dan Sulawesi.101 Indonsia memiliki cadangan minyak sebesar 9,7 milyar barrel, dengan cadangan minyak terbukti sekitar 4,7 milyar barel pada tahun 2002. Produksi minyak tahun 2002 sekitar 1,25 juta bph, dan 1,01 di tahun 2003, tahun 2004 menurun hingga 1,001 juta bph. Tahun 2010, produksi minyak sekitar 1,03 juta bph dengan jumlah ekspor 404,100 bph. Saat ini Indonesia memiliki cadangan Moeldoko, 2012, “Memperkuat Bargaining Power Indonesia Guna Menjaga Keamanan Kawasan ASEAN”, Jurnal On Line Lemhannas, dalam http://lemhannasjurnal.com/pdf/MEMPERKUAT%20%E2%80%9CBARGAINING%20POWE R%E2%80%9D%20INDONESIA%20%20GUNA%20MENJAGA%20KEAMANAN%20KAW ASAN%20ASEAN%20%20.pdf., diakses tanggal 18 Agustus 2012. 101 Atlas Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS): Indonesia wawasan Nusantara dan Dunia, Op. Cit, hal.59; Bambang Surdjanto, Op.cit, hal. 23-24. 100 64 minyak terbukti sekitar 4 milyar barel per 1 Januari 2013. Untuk gas, Indonesia merupakan produsen terbesar ke-6 dengan cadangan potensial dan cadangan terbukti sebesar 170-180 trilliun kaki kubik (TCF). Adapun cadangan gas terbukti yang dimiliki hingga tahun 2012 sebesar 3,994 trilyun meter kubik. Produksi gas alam Indonesia sebagian besar dikelola menjadi LNG dan LPG.102 Indonesia adalah produsen timah terbesar kedua di dunia, berada pada posisi ke-5 di dunia untuk produsen nikel, produsen tembaga terbesar, dan produsen terbesar ke-7 untuk emas dan batu bara. Indonesia penghasil gas alam cair (LNG) terbesar yakni mencapai 20 persen dari suplai seluruh dunia. Meski menguasai 22,9 persen pangsa pasar dunia, namun kedudukan Indonesia semakin terancam dengan munculnya pesaing-pesaing seperti Rusia, Iran, Qatar, Turkmenistan, Saudi Arabia, AS, Uni Emitar Arab, Nigeria, Algeria yang juga memiliki cadangan gas alam yang besar.103 Meski pendapatan dari sektor tambang ini sangat besar, namun jumlah sumber daya alam ini sangat terbatas oleh karenanya harus digunakan secara efisien. Tambang Grasberg di Tembagapura memiliki cadangan 2.500 metrik ton, yang mengandung 1,13 persen tembaga, 1,05 gram/ton emas, dan 3,8 gram/ton perak. Namun, mayoritas saham pertambangan ini dikuasai oleh PT. Freeport sehingga produksi yang dihasilkan hanya menguntungkan segelintir orang dan pihak asing. Bukan hanya itu, tambang batu hijau di pulau Sumbawa yang juga Sri Hartati Samhadi, 2005, “Kealpaan Negara Amankan Masa Depan Bangsa” Kompas, 16 Agustus 2005; CIA World Factbook, 2013, “Indonesia”, dalam https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/id.html, diakses tanggal 29 Februari 2013. 103 Inas, 2012 “Perusahaan Asing Ramai-ramai Kuras Kekayaan Alam Indonesia”, dalam http://www.dakta.com/berita/nasional/26149/perusahaan-asing-ramai-ramai-kuras-kekayaanalam-indonesia.html/ diakses 10 Januari 2013; Sohibi, Loc. Cit.; Sri Hartati Samhadi, Loc. Cit. 102 65 dikuasai oleh PT. Newmont. Di mana masa tambang batu hijau diperkirakan sampai 25 tahun dan produksi per tahun mencapai 245.000 ton tembaga dan 18 ton emas. Daerah tambang ini memilki cadangan 1.000 metrik ton terdiri dari tembaga 0,52 persen dan emas 0,4 gram/ton.104 Berikut data hasil produksi beberapa jenis bahan tambang Indonesia mulai dari tahun 2007 hingga 2011:105 Tabel 3.3. Hasil Produksi Bahan Tambang Indonesia Tahun 2007-2011 Jenis Bahan Tambang Satuan 2007 2008 Minyak Bumi Gas Alam Timah Batu Bara Bauksit Nikel Emas Perak Temabaga 000 barel MMSCF ton 000 ton 000 m. ton 000 m. Ton Kg Kg m. ton 348.348 2.805.999 66.137 216.946 11.663 7.113 117.854 268.967 2.814.952 357.500 1.891.929 53.228 240.249 16.791 6.527 64.035 224.163 2.397.899 2009 246.313 3.060.467 46.078 256.181 14.720 5.802 127.716 326.773 3.484.124 2010 2011 344.888 3.407.592 43.256 275.164 27.410 5.975 206.315 258.717 3.466.771 329.195 2.584.367 40.195 240.000 40.643 5.825 69.112 227.171 2.700.826 Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia mempunyai kekayaan alam melimpah dengan ukuran wilayah yang luas. Namun, keunggulan tersebut belum diiringi dengan kemampuan teknologi yang cukup khususnya teknolgi industri. Dibandingkan dengan negaranegara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang, dan sekarang muncul Korea, China, dan India, maka Indonesia tertinggal jauh, bahkan oleh negara ASEAN seperti Singapura dan Malaysia.106 Ini menandakan Indonesia belum merupakan negara dengan tingkat industrialisasi tinggi dibandingkan Singapura, Malaysia, 104 Inas, Loc. Cit. Badan Pusat Statistik, Op. Cit, hal. 275. 106 Sri Hayati dan Ahmad Yani, Op. Cit, hal.71. 105 66 dan Thailand serta belum memanfaatkan sumber daya alamnya sebagai nilai ekspor dalam bentuk barang jadi dan kebanyakan hanya berupa bahan mentah. Meski demikian berdasarkan data Kementerian Perindustrian, menunjukkan peningkatan hasil industri Indonesia. Dari pemantauan ekspor 31 kelompok hasil industri dari tahun 2007 hingga 2011 menunjukkan adanya peningkatan nilai ekspor dari US$ 76.460.827.880 pada 2007 menjadi US$ 122.188.727.150 di tahun 2011. Meski pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi US$ 73.435.840.877, namun tahun 2010 kembali mengalami peningkatan hingga mencapai US$ 98.015.076.416.107 Berikut data perkembangan industri Indonesia menurut industri pengolahan non migas dari tahun 2007 hingga 2012: Tabel 3. Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas Tahun 2007Triwulan Pertama Tahun 2012 (%) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Lapangan Usaha Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki Brg. kayu & Hasil hutan lainnya Kertas dan Barang cetakan Pupuk, Kimia & Barang dari karet Semen & Brg. Galian bukan logam Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas Pertumbuhan PDB 2010 2011 2012 (s.d. TW I) 2,7805 9,1884 8,1857 0,5999 1,7667 7,5181 1,4145 3,4501 -1,3808 -3,4670 0,3497 -0,8573 2007 2008 5,0508 2,3401 11,2193 -3,6796 -3,6440 -1,7425 2009 5,7935 -1,4841 6,3398 1,6695 1,4958 0,4987 5,6856 1,6444 4,7009 3,9508 9,1917 3,3962 -1,4945 -0,5115 2,1793 7,1883 6,1073 1,6900 -2,0528 -4,2599 2,3838 13,0567 5,5737 9,7317 10,3802 6,9999 6,2255 4,4594 9,7925 -2,8746 -2,8215 -0,9564 3,1941 3,0026 1,8244 4,2099 5,1501 4,0468 2,5614 5,1165 6,8270 6,1265 6,3450 6,0137 4,6289 6,1954 6,4570 6,3077 Sumber : Kementerian Perindustrian RI Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2012, “Pemantauan Ekspor 31 Kelompok Hasil Industri”, dalam http://www.kemenperin.go.id/statistik/kelompok.php?ekspor=1, diakses tanggal 18 Januari 2013. 107 67 3. Penduduk Indonesia termasuk salah satu negara dengan penduduk terpadat di dunia setelah China, India, dan Amerika serikat. Berdasarkan hasil survei BPS tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.556.363 juta orang dengan usia produktif yang terbesar. Populasi Indonesia hingga Juli 2012 seperti yang tercantum dalam CIA World Fatcbook berjumlah 248.216.193 jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk 1,04 persen. Selain total penduduknya yang besar, Indonesia pun memilki bonus demografi karena jumlah penduduk yang berusia produktif lebih dominan dibandingkan dengan jumlah penduduk berusia tidak produktif. Berdasarkan struktur usia sekitar 27,3 persen dari penduduk berusia 014 tahun, dan usia 15-64 tahun mencapai 66 persen dari jumlah penduduk, selebihnya 6,1 persen penduduk berusia 65 tahun ke atas.108 Bukan hanya jumlah penduduknya yang besar, Indonesia juga memiliki keanekaragaman etnis. Di setiap pulau di Indonesia berdiam penduduk dengan berbagai variasi etnis, bahasa, seni budaya, agama kepercayaan, adat-istiadat dan kebiasaan. Terdapat lebih dari 740 etnis dan menggunakan 583 bahasa dan dialek dari 67 bahasa induk yang digunakan berbagai etnis di Indonesia. Beberapa suku bangsa utama seperti Jawa 40,6 persen, Sunda 15 persen, Madura 3,3 persen, Minagkabau 2,7 persen, Betawi 2,4 persen, Bugis-Makassar 2,4 persen, dan sukusuku lainnya seperti di Papua Ambon, dan Sumatera. 109 Keanekaragaman etnis dengan kebudayaannya masing-masing memberikan keunggulan bagi Indonesia dari segi pariwisata karena merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan. 108 109 Badan Pusat Statistik, Op. Cit, hal.2; CIA World Fatcbook, Loc Cit.; Sohibi, Loc. Cit.; Cia World Factbook, Loc. Cit 68 Indonesia dulunya pernah dipuji sebagai salah satu negara yang berhasil menaikkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) . Namun, sejak tahun 1975 pencapaian Indonesia berada jauh dibawah ratarata. Berdasarkan hasil pengukuran oleh UNDP, Indonesia masih termasuk kategori negara yang tingkat HDI-nya relatif rendah yakni 0,6 dan menempati peringkat ke-108 di dunia dari 168 negara yang diukur. Dalam laporan UNDP tahun 2004, Indonesia berada di peringkat 111 dari 175 negara. Indeks ini menempatkan Indonesia pada kategori negara-negara yang masih Medium Human Development. Dibandingkan negara-negara ASEAN, Indonesia menempati urutan ke-7 di bawah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Sri Lanka, Thailand dan Filipina. Pada tahun 2002 dan 2003 posisi Indonesia berada dibawah Vietnam.110 Penduduk merupakan salah satu modal dasar dan sumber daya manusia yang produktif bagi pembangunan nasional di segala bidang. Upaya peningkatan kualitas penduduk telah dilakukan pemerintah sejak tahun 1967.111 Namun sampai sekarang Indonesia masih tetap bergelut dengan permasalahan kualitas penduduk, serta penyebaran penduduk yang tidak merata dan hanya terkonsentrasi di daerah tertentu seperti di Pulau Jawa dan di daerah perkotaan. Pertumbuhan penduduk Indonesia meningkat setiap tahunnya. Pada dekade 1980-an Indonesia berhasil menekan laju pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana. Namun, ternyata tidak diiringi dengan kondisi sosial ekonomi yang signifikan, baik dari sisi kesejahteraan, kesehatan maupun P. Bambang Wisudo, 2005, “Involusi Menuju Bangsa Terjajah”, Kompas, 16 Agustus 2005; Sri Hayati dan Ahmad Yani, Op. Cit, hal.71-72. 111 Chappy Hakim, Op. Cit, hal. 42. 110 69 pendidikan.112 Peningkatan jumlah penduduk yang tidak terkendali dengan tingkat pendidikan yang rendah berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia. Angka pengangguran yang cukup tinggi merupakan masalah serius yang perlu diatasi pemerintah. Tahun 2003 tingkat pengangguran sekitar 9,7 persen dan meningkat di tahun 2004 menjadi 9,9 persen, dan mencapai sekitar 11,2 persen tahun 2005. Tingkat pengangguran mengalami penurunan sejak tahun 2006 dari 10,3% menurun hingga 7,1%, tahun 2010 dan terus menurun menjadi 6,3% dari jumlah penduduk tahun 2012.113 Meski Indonesia memiliki banyak sumber daya alam, kenyataannya Indonesia salah satu negara yang banyak penduduk miskinnya. Berdasarkan data Biro Statistik tahun 2005 jumlah penduduk miskin mencapai 51,5 juta jiwa. Pada bulan September 2012, jumlah penduduk miskin di Indonesia 28,59 juta orang, jumlah ini berkurang sebesar 0,30 persen dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2012 yang sebesar 29,13 juta orang. 114 Meskipun demikian, Indonesia termasuk sebagai negara yang pertumbuhan ekonominya stabil bahkan cenderung meningkat. Meskipun sempat mengalami kemunduran pada akhir tahun 1990-an akibat krisis ekonomi yang melanda sebagian besar Asia. Pertumbuhan PDB tahun 2004 dan 2005 melebihi 5 persen dan terus berlanjut. Sektor jasa menjadi penyumbang terbesar PDB yakni mencapai 45,3 persen tahun 2005, sektor industri menyumbang 40,7 persen, dan sektor pertanian 14,0 persen. Sekarang ini PDB Indonesia mencapai 1 trilliun 112 Ganewati Wuryandari, ed., Op. Cit, hal. 51. Badan Pusat statistik, Op. Cit, hal. 2. 114 Badan Pusat Statistik, 2013, Berita Resmi Statistik, No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013, hal.1, dalam http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan_02jan13.pdf, diakses tanggal 15 Februari 2013. 113 70 dollar AS. Meski demikian, pertumbuhan tersebut belum cukup besar dalam mempengaruhi tingkat pengangguran. Peraturan usaha yang berbelit-belit, pasar tenaga kerja yang terbatas, dan rendahnya investasi jangka panjang di sektor pertanian yang merupakan sektor pendukung bagi 60 persen masyarakat miskin di Indonesia turut berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri.115 B. Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Indonesia menjalankan politik luar negerinya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan dalam negerinya. Prinsip bebas aktif dipegang sebagai pedoman pelaksanaan Politik Luar Negeri Indonesia. Landasan konstitusional pelaksananan Politik Luar Negeri Indonesia ialah Undang Undang Dasar 1945 yang di dalamnnya memuat kepentingan nasional Indonesia. Kebijakan politik luar negeri yang bebas aktif ini dipertegas dalam Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara tahun 1966. Prinsip bebas aktif ini kemudian menjadi landasan pendirian sikap dan langkah yang diambil dalam menghadapi permasalahan dunia maupun di kawasan Asia Tenggara.116 Sejak berdirinya, negara Indonesia memiliki politik luar negeri yang tidak berubah. Meski demikian, dalam setiap periode pemerintahan Indonesia terjadi pemaknaan yang bervariasi terhadap prinsip-prinsip yang menjadi landasan dalam pelaksanaan politik luar negerinya. Perbedaan interpretasi tersebut memungkinkan bagi pemerintah dalam membuat dan mengambil kebijakan luar negerinya berdasarkan situasi dan kondisi di dalam maupun luar negeri tanpa terikat. Susilo Bambang Yudhoyono, 2012, “Presiden RI: Indonesia Bukan Lagi Negara Dunia Ketiga”, dalam www.presidenri.go.id, diakses tanggal 30 Januari 2013 116 Sumaryo Suryokusumo, Op. Cit, hal.125-126. 115 71 Kebijakan yang diambil disesuaikan dengan kebutuhan negara saat ini tanpa mengesampingkan kepentingan Indonesia kedepannya. Dalam setiap periode kepemimpinan mulai dari Presiden Soekarno hingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, memiliki perbedaan dalam menjalankan politik luar negerinya. Hal ini dikarenakan perbedaan situasi dan kondisi yang dihadapi pada masa pemerintahan tersebut yang kemudian juga mempengaruhi kebijakan luar negeri yang diambil. Meski prinsip politik luar negerinya tetap sama, namun landasan operasionalnya berbeda. Pelaksanaan politik luar negeri senantiasa berubah sesuai deangan kepentingan nasional yang juga menghasilkan kebijakan yang berbeda. Baik dalam pengambilan kebijakan terkait dengan permasalahan dalam negeri maupun dalam hubungannya dengan negara lain khususnya negara-negara tetangga Indonesia dalam hal ini anggota ASEAN. Regionalisme memperoleh perhatian khusus dalam pelaksanaan politik luar negeri Indonesia. Indonesia merasa perlu adanya kerjasama regional di Asia Tenggara khususnya dalam bidang ekonomi dan pembangunan. Inilah yang kemudian melandasi pembentukan pembentukan Perhimpuanan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau Assosiation of South East Asia Nation (ASEAN). Dalam pendirian ASEAN ini, diplomasi Indonesia melakukan peranan yang tidak kecil. Indonesia merupakan salah satu negara yang aktif dalam upaya pendirian organisasi regional tersebut dan turut mempromosikan kerjasama ekonomi dan politik di kawasan Asia Tenggara.117 117 Ganewati Wuryandari, Op. Cit, hal. 120. 72 ASEAN dibentuk berdasarkan prakarsa Menteri Luar Negeri Indonesia. Selanjutnya, kerjasama negara-negara Asia Tenggara dalam wadah ASEAN dimulai dengan ditandatanganinya Deklarasi Bangkok pada 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Muangthai (Laos). Kelima negara ini kemudian dikenal sebagai negara pendiri dan anggota awal ASEAN yang disebut sebagai The original five. Salah satu tujuan pendirian ASEAN ini ialah guna menggalang kekuatan untuk menanggulangi penyebaran komunisme di wilayah Asia Tenggara serta berbagai agenda kerja lainnya.118 Kepentingan nasional Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 diantaranya ialah untuk menjaga ketertiban dunia. Realitasnya baik di kawasan maupun secara internasional negara senantiasa dihadapkan pada krisiskrisis ataupun konflik serta ancaman baik yang nyata maupun tidak langsung. Karenanya selain menjalin hubungan dan kerjasama bilateral, dalam upaya menjaga perdamaian dunia juga penting untuk melakukan pendekatan pada organisasi kawasan. Dalam hal ini penting bagi Indonesia untuk mempererat kerjasama serta mengintensifkan interaksi dengan ASEAN dan secara berkala mengadakan dialog antar anggota . ASEAN sebagai satu-satunya organisasi kawasan di Asia Tenggara yang beraggotakan 10 negara termasuk Indonesia menjadi sasaran utama politk luar negeri Indonesia. Selain karena faktor regional dan termasuk dalam lingkaran konsentrik (concentic cyrcle) terdekat, bagi Indonesia kawasan Asia-Pasifik khususnya Asia Tenggara tetap menjadi teater utama bagi politik luar negeri A. Irawan J.H, 1999, “Regionalisme Ekonomi Negara–negara Asia Tenggara (AFTA/ ASEAN Free Trade Area): Figur dan Prospek”, dalam Andre H. Pereira, Ed., Perubahan Global dan Perkembangan Studi Hubungan Intrnasional, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hal. 244. 118 73 Indonesia dan ASEAN merupakan wadah untuk mencapai kepentingan Indonesia. Dalam hal ini kepentingan Indonesia di ASEAN dapat di lihat dalam berbagai kebijakan pemerintah dari masa ke masa. Indonesia memiliki beragam kepentingan di ASEAN, kepentingan dan kebijakan ini terus berubah seiring dengan pergantian pemerintahan di Indonesia. Secara umum, kepentingan Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yakni melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.119 Kepentingan inilah yang menjadi tujuan negara yang dalam pencapaiannya dilakukan melalui politik luar negeri. Indonesia memiliki tujuan nasional yang hendak dicapai dalam berbagai bidang dan tingkatan. Dalam konteks regional, ASEAN menjadi sasaran utama kepentingan Indonesia. Kepentingan Indonesia di ASEAN dapat di tinjau sejak kemerdekaannya hingga sekarang. Hingga tahun 1990an, bagi Indonesia ASEAN mempuyai enam fungsi utama. Pertama, memberikan kredibilitas yang baik bagi Indonesia di mata Internasional. Kedua, meyakinkan dunia internasional atas kontribusi Indonesia terhadap pembagunan harmonis di tingkat regional. Ketiga, ASEAN berfungsi sebagai penyanggah terhadap subversi dan serangan eksternal. Keempat, ASEAN dapat mendorong negara-negara anggotannya menjadi lebih mandiri dan otonom. Kelima, Indonesia dapat memanfaatkan ASEAN untuk Republik Indonesia, “Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”, dalam Ermaya Suradinata, Op. Cit, hal.157. 119 74 meningkatkan posisi tawar secara internasional. Keenam, melalui ASEAN Indonesia dapat meyakinkan anggota lainnya akan posisi Indonesia. Selain harus menghadapi krisis multidimensial, Indonesia dihadapkan pada arus perkembangan negara-negara disekitarnya dan permasalahan transnational crime. Oleh karenanya, negara harus mampu mengatisipasi laju perkembangan negara-negara tetangga serta mengambil berbagai inisiatif untuk menempatkan Indonesia sebagai pusat hubungan-hubungan kerjasama di Asia Tenggara. Dengan kepemimpinan Indonesia di Tahun 2011 diharapkan mampu membentuk komunitas ASEAN sebagai kekuatan pemersatu menciptakan stabilitas politik dan ekonomi di Asia Tanggara. Indonesia sangat berkepentingan terhadap stabilitas politik dan keamanan, mengingat kepentingan pembanguan nasional yang sangat ditentukan oleh hubungan Indonesia dengan negara-negara di kawasan. Di lain pihak, Indonesia tetap ingin mempertahankan perannya sebagai negara yang disegani dan menjadi leader di ASEAN. Kepentingan Indonesia di ASEAN cukup kompleks namun pada intinya lebih kepada aspek politik dan keamanan serta pemulihan citra Indonesia. Utamanya bila ASEAN dapat menjadi stabilisator kawasan Asia Tenggara. Dengan adanya jaminan keamanan dan stabilitas kawasan, maka kegiatan perekonomian ASEAN pun dapat terjamin kelangsungannya. Secara tidak langsung ini akan berdampak positif bagi Indonesia. Berbagai kebijakan diambil pemerintah terkait dengan kepentingan Indonesia ini di ASEAN. Diantaranya dalam Ketetapan MPR tanggal 22 Maret 1973 yang memungkinkan pemerintah mengambil langkah-langkah untuk 75 memantapkan stabilitas wilayah Asia Tenggara sehingga memungkinkan negaranegara di kawasan ini mampu mengurus masa depannya sendiri melalui pembangunan ketahanan nasional masing-masing, serta memperkuat wadah dan kerjasama antara negara anggota ASEAN. Kemudian sesuai Petunjuk Presiden 11 April 1973, dijabarkan berbagai upaya-upaya yang perlu dilakukan antara lain untuk memperkuat dan mempercepat kerjasama antar negara-negara dalam lingkungan ASEAN, memperkuat persahabatan dan memberi isi yang lebih nyata terhadap hubungan bertetangga baik dengan tetangga-tetangga Indonesia, serta mengembangkan setiap unsur dan kesempatan untuk memperkokoh perdamaian dan stabilitas di wilayah Asia Tenggara. 120 Pada masa orde baru, politik luar negeri Indonesia lebih difokuskan pada upaya pembangunan di bidang ekonomi dan peningkatan kerjasama internasional. Dalam pidato Presiden Soeharto di depan MPRS tahun 1996, ditekankan untuk menjaga stabilitas keamanan dan pembangunan ekonomi. Pemikiran bahwa stabilitas keamanan dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi, menjadi pedoman pengambilan kebijakan politik luar negeri untuk membangun hubungan yang baik dengan pihak-pihak barat dan bertetangga yang baik (good neighborhood) melalui ASEAN. 121 Pasca orde baru, tujuan utama Indonesia tetap sama dan kepentingan nasional tetap konsisten namun dengan arah kebijakan lebih terfokus pada kerangka 120 121 mewujudkan nasionalisme pembangunan guna mewujudkan Ganewati Wuryandari, ed., Op. Cit, hal. 31-32. Ibid. hal. 33 dan 115. 76 kesejahteraan bangsa agar dapat sejajar dengan bangsa-bangsa lain.122 Pada masa Presiden Habibie, kepentingan nasional dalam dunia diplomasi lebih merujuk pada upaya pemulihan ekonomi. Sedangkan di masa Presiden Abdurrahman Wahid, selain mencari dukungan guna pemulihan ekonomi juga dalam mengatasi konflik domestik dan mempertahankan integritas teritorial Indonesia. Hal ini berlanjut hingga kepemimpinan Presiden megawati dengan ditambah kepentingan dalam mengatasi masalah terorisme. Berbagai kepentingan dan persoalan yang dihadapi pemimpin sebelumnya kemudian berlanjut hingga kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sekarang.123 Pelaksanaan politik luar negeri pada masa kabinet gotong-royong tahun 2001-2004, ditetapkan sasaran-sasaran yang perlu dicapai antara lain memperbaiki performa diplomat Indonesia dalam rangka suksesnya pelaksanaan diplomasi proaktif di semua bidang, meningkatkan kualitas diplomasi dalam rangka mencapai pemulihan ekonomi melalui intensifikasi kerjasama regional dan internasional, dan memperluas perjanjian ekstradisi serta mengintensifkan kerjasama dengan negara-negara tetangga dalam kerangka ASEAN dengan tujuan memelihara stabilitas dan kemakmuran di wilayah Asia Tenggara.124 Pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, agenda utama politik luar negerinya terletak pada tiga program utama yang termuat dalam RPJM 2004-2009, yakni pemuliahan ekonomi dan mengawal demokrasi serta menjaga keutuhan integritas nasional. Dalam hal ini diambil kebijakan untuk meningkatkan kerjasama internasional yang bertujuan memanfaatkan secara optimal berbagai 122 Ibid. Ibid, hal. 179-180. 124 Ibid, hal. 35. 123 77 peluang dalam diplomasi dan kerjasama internasional. Peningkatan kerjasama utamanya kerjasama ASEAN, yang memiliki kepentingan yang sejalan dengan Indonesia. Langkah mementingkan kerjasama ASEAN dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri merupakan aktualisasi dari pendekatan ASEAN sebagai concentric circle utama politik luar negeri Indonesia.125 Fokus kebijakan dan diplomasi pemerintah ialah untuk memulihkan kembali citra internasional Indonesia. Politik luar negeri diharapkan mampu memainkan fungsinya untuk membantu pemulihan ekonomi khususnya pasca krisis 19971998, serta membantu menjaga keutuhan negara dan bangsa. Dengan membaiknya reputasi Indonesia dan kredibilitas sebagai negara demokrasi, menjadi modal untuk merevitalisasi pengaruh starategis Indonesia di tingkat regional dan global.126 C. Perkembangan Diplomasi Indonesia di ASEAN Politik luar negeri dan diplomasi Indonesia merupakan hasil kerjasama seluruh elemen bangsa yang menjadikan Indonesia memiliki peran dan pengaruh yang lebih besar di kawasan ASEAN. Sehingga dapat pula memberikan kontribusi melalui diplomasi di forum global. Diplomasi senantiasa memainkan peranan penting dalam perjuangan rakyat untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Diplomasi digunakan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional guna mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. 125 126 Ibid, hal. 40. Ibid. hal 9-10. 78 Sejak kemerdekaannya, Indonesia telah menjalankan beragam diplomasi sesuai perjalanan sejarah dan perkembangan yang terjadi. Perhatian dalam diplomasi Indonesia dicurahkan pada berbagai bidang mulai dari politik, ekonomi, sosial, kemanusiaan, hukum internasional, keamanan serta ketertiban dunia.127 Diplomasi di kawasan merupakan salah satu pilar penting dari diplomasi Indonesia. Dalam upaya mengembangkan kerjasama kawasan, Indonesia melakukan diplomasi yang senantiasa mengedepankan pengembangan arsitektur kawasan yang memungkinkan kerjasama dalam menghadapi tantangan-tantangan keamanan bersama baik yang bersifat tradisional maupun non-tradisional.128 Meski demikian kemampuan, efektivitas, serta pamor diplomasi Indonesia dewasa ini dalam beberapa kesempatan menunjukkan banyak penurunan dibanding dulu. Pada masa kepemimpinan dua presiden Indonesia sebelumnya, Soekarno dan Soeharto, kemampuan dan kepiawaian Indonesia dalam berdiplomasi terbilang amat disegani. Akan tetapi pasca reformasi pamor Indonesia baik di mata internasional maupun sesama anggota kawasan (ASEAN) menjadi semakin surut. Peran Indonesia dinilai semakin melemah utamanya pasca reformasi dan krisis tahun 1998. Pergolakan politik dan kekacauan di Timor Timur pasca jajak pendapat membuat citra Indonesia terpuruk.129 Pada masa Orde Lama, kekuatan diplomasi Indonesia terletak pada rasa nasionalisme dan kekuatan argumennya. Soekarno sebagai pemimpin saat itu, 127 Suffri Yusuf, Op. Cit., hal. 136. Marty Natalegawa, 2012, “Pernyataan Pers Tahunan Menlu: Diplomasi Indonesia Konsisten Mengelola Perubahan”, Tabloid Diplomasi, No.51 Tahun V, 15 Januari- Februari 2012, hal. 5. 129 Aditya Revianur, 2013, “Diplomasi Indonesia Fokus Jaga Perdamaian Dunia”, dalam http://internasional.kompas.com/read/2013/01/04/15334438/Diplomasi.Indonesia.Fokus.Jaga.P erdamaian.Dunia, diakses tanggal 10 Januari 2013. 128 79 berusaha menjadi tokoh yang mengemuka dengan memperkenalkan Indonesia sebagai salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam politik dunia melalui keikutsertaan Indonesia dalam sejumlah organisasi internasional. Sifat diplomasi Indonesia di masa Soekarno dikenal dengan haluan politik luar negeri yang revolusioner dan anti-imperialisme serta bersifat sangat konfrontatif. Memasuki rezim Orde Baru, sifat politik luar negeri Indonesia berganti ke arah politik yang bersifat kooperatif. Orientasi politik luar negeri berupa pembangunan ekonomi dalam negeri melalui kerja sama dengan negara-negara lain. Diplomasi yang dilakukan di masa Orde Baru disebut juga sebagai Diplomasi Pembangunan (Diplomacy For Development). Diplomasi pembangunan Indonesia tersebut dapat dikatakan berhasil dalam memperoleh bantuan luar negeri.130 Pada masa reformasi, Indonesia lebih memiliki kedudukan setara dalam menjalin hubungan diplomatis dengan negara-negara barat yang lebih maju. Kesetaraan dalam hubungan diplomatiknya terlihat dari berbagai pembicaraan dan perundingan dengan negara maju dalam kerangka bahasan yang sama misalnya terkait isu nuklir Iran, Indonesia pun turut dalam melaksanakan demokrasi, dan penghormatan nilai-nilai HAM, dan lebih mudah berinteraksi dengan negara lain. Kondisi tersebut membuat kepercayaan tinggi bagi bangsa Indonesia untuk lebih aktif untuk merintis kerjasama antarnegara. Meski diplomasi Indonesia saat ini cenderung lemah dalam berhadapan dengan negara-negara ASEAN di tingkat bilateral, namun pemerintah tetap optimis dengan kemampuan diplomasi Indonesia. Sebagaimana dikatakan oleh 130 Bambang Cipto, 2007, Hubungan Internasional di Asia Tenggara: Teropong Terhadap Dinamika, Realitas, dan Masa Depan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 13 dan 15. 80 Menlu Marty Natalegawa yang menyatakan bahwa hingga kini posisi Indonesia di ASEAN masih menjadi penentu. Indonesia justru berperan penting sebagai faktor pemersatu sekaligus penyeimbang baik di dunia Internasional maupun di kawasan Asia Tenggara sendiri. Dalam konteks ASEAN, Indonesia menjadi faktor perekat hubungan antar negara anggota dan dalam konteks yang lebih luas diharapkan dapat berperan sebagai penentu keseimbangan yang dinamis (dynamic equilibrium). Dengan kemampuan diplomasinya, Indonesia bisa bergerak dengan lincah dan menciptakan keseimbangan di kawasan.131 Dalam pelaksanaan diplomasinya, Indonesia ditunjang oleh faktor-faktor dalam negeri berupa kebudayaan, adat-istiadat, nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan pandangan hidup serta sejarah bangsa. Pendirian Departemen Luar Negeri pada 19 Agustus 1945 serta sejarah diplomasi Indonesia membuktikan bahwa setelah proklamasi, Republik Indonesia dengan cepat dapat menunjukkan kapasitasnya dalam menjalin hubungan dengan negara lain.132 Meski situasi politik saat itu memberikan banyak tantangan bagi diplomasi, bukan hanya dari dalam negeri tetapi juga konstelasi politik saat itu yang dilanda Perang Dingin. Dari orde lama hingga dimulainya orde baru tahun 1966 yang berlangsung hingga tahun 1997, diplomasi Indonesia telah banyak mengalami perubahanperubahan dalam kebijakan politik luar negerinya. Dalam kurun waktu tersebut Indonesia telah menghadapi banyak persoalan baik dalam maupun luar negeri khususnya dengan negara tetangga di kawasan Asia Tenggara. Sebagai Menteri Luar Negeri pada saat itu, Adam Malik menyatakan bahwa Indonesia harus 131 132 Ibid. Suffri Yusuf , Op. Cit, hal. 133-134. 81 berusaha mengembalikan kewibawaannya di dunia internasional. Dari sini lahirlah diplomasi Indonesia yang disebut diplomasi bebas aktif. Prinsip politik luar negeri ini kemudian menjadi landasan dalam sikap dan langkah yang diambil pemerintah dalam menghadapi masalah dunia dan terkhusus masalah-masalah di kawasan Asia Tenggara.133 Terbentuknya organisasi ASEAN merupakan buah dari hasil diplomasi Indonesia di Asia Tenggara dalam upayanya mencapai kepentingan nasional dalam menjaga stabilitas regional guna menjamin rencana pembangunan Indonesia.134 Dengan memprakarsai terbentuknya ASEAN, Indonesia juga telah berhasil memberikan bobot terhadap kerjasama di kawasan. Melalui fora ASEAN ini pula Indonesia telah memulai langkah secara high profile ketika Menteri luar Negeri Mochtar Kusumaatmadja mengawal cocktail party di akhir tahun 1970an untuk menyelesaikan konflik Kamboja.135 Selain itu diplomasi Indonesia turut pula dalam mencari jalan penyelesaian Perang Vietnam dan seusai perang tersebut juga sibuk dalam penanggulangan masalah pengungsi Vietnam.136 Citra Indonesia masa orde baru dikenal sebagai negara anti-komunis di mana hal tersebut sangat mendominasi kebijakan-kebijakan politik dan keamanan dalam negeri.137 Hal ini turut berpengaruh terhadap kebijakan luar negeri Indonesia dan hubungannya dengan negara-negara ASEAN. Meski demikian, peran aktif serta kemampuan diplomasi pemerintah Indonesia menjadikannya sebagai negara yang disegani diantara anggota ASEAN. Peran pemerintah ini 133 Sumaryo Suryokusumo, Op. Cit, hal.125. Ganewati Wuryandari, ed., Loc. Cit. 135 Sumaryo Suryokusumo, Op. Cit, hal. 126. 136 Suffri Yusuf, Op. Cit, hal. 136 137 Ganewati Wuryandari, ed., Op. Cit, hal. 132. 134 82 sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan diplomasi dan peran aktif Indonesia dalam pembahasan masalah-masalah regional dan internasional. Sejak terbentuknya ASEAN, Indonesia banyak berperan dalam memprakarsai pertemuan-pertemuan di tingkat ASEAN. Selain itu juga aktif menjadi penengah dalam berbagai konfrontasi antarnegara anggota ASEAN.138 Pada tahun 1976, ketika Indonesia menjadi ketua KTT ASEAN di Bali, melalui perundingan antar kepala negara tersebut kemudian berhasil disepakati landasan yang penting bagi kerjasama ekonomi dan keamanan melalui Declaration of ASEAN Concord (Bali Concord) dan Treaty of Amity and Cooperation . Dokumen yang dihasilkan ini menjadi pondasi yang kuat bagi hubungan persahabatan di antara negara-negara ASEAN dan melalui Treaty of Amity and Cooperation untuk pertama kalinya ASEAN dapat membentuk suatu mekanisme regional untuk menyelesaikan pertikaian di antara anggota-anggotanya secara damai .139 Pada tahun 1996, keadaan politik dalam negeri Indonesia mulai mengalami perubahan. Indonesia mulai ditempa krisis moneter. Stabilitas dalam negeri tidak mampu lagi dipertahankan dan kerusuhan serta demonstrasi besar-besaran terjadi di berbagai wilayah yang berujuang pada berakhirnya masa orde baru. Secara umum kondisi domestik pasca orde baru penuh gejolak politik di samping kebangkrutan ekonomi yang berpengaruh negatif terhadap rasa percaya diri Indonesia dalam wacana politik global. 140 Reformasi yang terjadi disertai dengan krisis moneter yang melanda berbagai negara Asia turut berpengaruh terhadap diplomasi Indonesia di kawasan. 138 Ganewati Wuryandari, ed., Op. Cit, hal. 122. Sumaryo Suryokusumo, Op. Cit, hal.128 140 Ganewati Wuryandari, ed., Op. Cit, hal. 139 dan 237. 139 83 Kinerja diplomasi Indonesia mengalami kemunduran sejak runtuhnya orde baru dan politik luar negeri Indonesia menjadi semakin sensitif, khususnya terkait reaksi internasional atas persoalan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia. Sejak tahun 1998 Indonesia mengalami keterpurukan dalam berbagai dimensi yang juga menyebabkan keterpurukan dalam konstelasi politik Internasional.141 Sejak berakhirnya masa orde baru dan krisis berkepanjangan sejak 1997 menjadikan Indonesia terlihat sebagai negara yang tak berdaya di tengah beberapa negara anggota ASEAN.142 Diplomasi Indonesia terhadap Sipadang-Ligitan yang tidak berhasil serta berkurangnya wibawa Indonesia di mata negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Australia. Hal ini menunjukkan semakin melemahnya kemampuan diplomasi Indonesia.143 Semakin lemahnya kekuatan diplomasi Indonesia di ASEAN diperparah dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia di masa Presiden Abdurrahman Wahid. Gagasan pembentukan forum atau poros baru yang sangat jelas bertetangan dengan semangat dan kerjasaman ASEAN bukan hanya menunjukkan kegagalan Indonesia dalam berdiplomasi tetapi berpengaruh pula terhadap tanggapan negara-negara ASEAN terhadap konsistensi Indonesia.144 Kemudian di era Megawati, terjadi banyak aksi separatisme seperti di Aceh dan Papua serta serangkaian teror bom mulai dari peledakan di Atrium Senen, bom Bali I dan II, 141 Ganewati Wuryandari, ed., Op. Cit, Hal.123 Aris Heru Utomo, 2009, “Peran Indonesia di ASEAN”, dalam http://politik.kompasiana.com/2009/09/15/peran-indonesia-di-asean-2/, diakses 15 Juli 2012. 143 Ganewati Wuryandari, ed., Op. Cit, Hal. 175. 144 Sumaryo Suryokusumo, Op. Cit, hal. 135. 142 84 serta teror bom di hotel JW. Marriot dan sebagainya. Ini kemudian menjadi sorotan negara-negara lain terkait dengan keamanan dalam negeri Indonesia.145 Diplomasi Indonesia mengalami keterpurukan sebagai akibat dari instabilitas dalam negeri. Realitas politik dan ekonomi yang terpuruk menyebabkan kualitas diplomasi Indonesia tidak mampu bersaing melawan negara tetangganya Malaysia dalam peradilan internasional. Kekalahan Indonesia diperadilan internasional dalam memenangkan Kasus Sipadang-Ligitan memperlihatkan diplomasi Indonesia yang lemah dan no profile.146 Meski demikian, secara perlahan Indonesia mulai bangkit dan menunjukkan kemampuannya melalui berbagai pencapaian yang diraih baik secara global maupun regional. Memasuki masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, transisi politik yang sempat bergejolak sejak dimulainya demokratisasi tahun 1998 mulai stabil. Hal ini kemudian mendorong Indonesia untuk kembali aktif terlibat dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan regional dan internasional. Indonesia aktif dalam menyodorkan platform baru bagi kerjasama ASEAN melalui gagasan Masyarakat Keamanan ASEAN.147 Di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam politik luar negerinya, berpijak pada diplomasi yang disebut sebagai ‘mengarungi samudera yang penuh tantangan’. Namun, realisasainya tetap didasarkan pada prinsip bebas aktif, tidak mengijinkan adanya pangkalan militer di Indonesia, mengutamakan kebebasan berpikir dan kemandirian bertindak secara konstruktif, identitas internasional, konektivitas, dan pentinganya bebas aktif berdasarkan pada corak 145 Ganewati Wuryandari, Op. Cit, hal.190. Ibid, hal.183. 147 Ibid, hal.191. 146 85 nasional Indonesia.148 Melalui diplomasi presiden yang intens disertai inisitifinisiatif yang segar dalam menghadapi permasalahan regional maupun global memberikan citra yang cukup positif bagi Indonesia.149 Dalam bidang politik dan keamanan pasca reformasi, Indonesia menjadi negara terdepan dalam menerapkan demokrasi dalam kehidupan bernegara. Selanjutnya Indonesia berupaya mengajak negara-negara ASEAN untuk turut menerapkan demokrasi. Di bidang HAM, Indonesia adalah negara pertama di ASEAN yang memiliki komisi HAM. Indonesia juga mulai memperlihatkan kestabilan dalam pertumbuhan ekonomi. Terlihat dari kemampuan Indonesia untuk bertahan dari krisis ekonomi 2008 yang melanda hampir seluruh dunia. Pengakuan terhadap Indonesia dapat dilihat dengan diikutkannya sebagai salah satu anggota G-20. Ini dapat memberikan poin bagi Indonesia di mata negaranegara ASEAN yang secara tidak langsung dapat mempermudah perjuangan dalam mewujudkan kepentingan nasional Indonesia. Di ASEAN, Indonesia ialah penggagas ide mengenai Komunitas ASEAN (ASEAN Community).150 Usulan mengenai komunitas ASEAN yang bukan hanya menyandarkan pada kerjasama ekonomi seperti diusulkan Singapura, melainkan mencakup aspek lain seperti kerjasama politik dan keamanan serta kerjasama sosial-budaya.151 Komunitas ASEAN 2015 awalnya disetujui untuk dibentuk pada KTT ASEAN di Bali tahun 2003. Pembentukan Komunitas ASEAN dengan tiga pilar utamanya yakni ASEAN Security Community (ASC), ASEAN Economic 148 Inayati dalam Ganewati Wuryandari, ed., Op. Cit, hal. 214-215. Atiqah Nur Alami dalam Ganewati Wuryandari, ed., Op. Cit, hal. 53. 150 Ibid. 151 Aris Heru Utomo, Loc. Cit. 149 86 Community (AEC), dan ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC) merupakan salah satu wujud capaian dari diplomasi Indonesia di ASEAN. Keberhasilan penandatanganan Piagam ASEAN pada 15 Desember 2008 menjadi dasar kuat bagi terbentuknya Komunitas ASEAN. Di sinilah peran dan daya tawar diplomasi Indonesia dapat dilihat utamanya dalam menerjemahkan konsep-konsep besar ke dalam ketentuan-ketentuan yang harus disepakati bersama dalam Piagam ASEAN ini. Indonesia juga yang memperjuangkan dimasukkannya elemen demokratisasai serta penghormatan dan penegakan HAM, dalam kerjasama politik dan keamanan yang kemudian dituangkan dalam Piagam ASEAN dan cetak biru kerjasama politik dan keamanan.152 Sebagai salah satu pendiri ASEAN, segala perubahan yang terjadi di ASEAN merupakan tantangan bagi Indonesia untuk lebih memperlihatkan kepemimpinannya dan guna menyambut terbentuknya ASEAN Community 2015. Di tahun 2011, sebagai ketua ASEAN Indonesia berupaya memimpin ASEAN menuju komunitas kawasan yang harmonis, aman, tenteram, dan damai dengan kerjasama yang lebih erat dan saling menguntungkan.153 Berbagai usulan pemerintah Indonesia juga dimuat dalam Bali Concord I dan Bali Concord II. Kepiawaian diplomasi Indonesia dewasa ini dapat dilihat dalam KTT ASEAN di Bali tahun 2011, di mana dalam pembahasan mengenai konflik Kamboja dan Thailand, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia, Djoko Suyanto menegaskan bahwa penyelesaian konflik di dalam 152 Aris Heru Utomo, Loc. Cit. Luhur Hertanto, 2011, “KTT ASEAN 2011 Hasilkan Bali Concord III”, dalam http://news.detik.com/read/2011/11/17/165144/1769604/10/ktt-asean-2011-hasilkan-baliconcord-iii, diakses 15 Juli 2012. 153 87 ASEAN menjadi urusan internal ASEAN. Hal penting lain ialah mengenai cara penanganan masalah pertahanan dan keamanan di wilayah masing-masing yang bisa mempengaruhi kawasan. Dalam hal ini, dibahas bahwa kerja sama pertahanan ASEAN bukan mengarah pada pembentukan pakta pertahanan regional. Melalui KTT ASEAN ini, dihasilkan Bali Concord III yang memuat kesepakatan untuk memastikan partisipasi dan kontribusi aktif ASEAN dalam mengatasi berbagai permasalahan fundamental global dewasa ini..154 Diplomasi Indonesia dalam hubungan multilateral cukup berhasil. Namun, diplomasi secara bilateral dangan negara-negara anggota ASEAN, terlihat bahwa diplomasi Indonesia masih lemah. Di taraf bilataral, banyak perundingan yang dilakukan dengan negara ASEAN yang belum berhasil.155 Dalam hubungnnya dengan Singapura maupun Malaysia di mana diplomasi Indonesia selalu saja mengalami kendala. Ini terlihat dalam beberapa kasus mulai dari sengketa Sipadang-Ligitan, kasus TKI, perjanjian ekstradisi dengan Singapura, kasus pencurian pasir Indonesia, illegal Logging, klaim budaya, dan sebagainya. Indonesia juga masih lemah dalam hal diplomasi ekonomi dibanding beberapa negara ASEAN lainnya. Indonesia masih banyak terfokus pada diplomasi terkait dengan politik dan keamanan. Kelemahan lainnya yakni dalam hal sosial-budaya di mana banyak terjadi klaim terhadap budaya Indonesia oleh negara tetangga. Pada akhirnya menimbulkan sentimen antar masyarakat kedua belah pihak. Dari segi ekonomi, Indonesia masih kalah dari Singapura, Malaysia, Anri Syaiful, 2011, “PBB Akui Cara ASEAN Kelola Konflik”, dalam http://news.liputan6.com/read/363036/pbb-akui-cara-asean-kelola-konflik, diakses tanggal 7 Februari 2013. 155 Wawancara dengan Adriana Elisabeth, Jakarta, 26 Juni 2012. 154 88 dan Thailand bahkan hampir dilampaui oleh Vietnam. Ini dikarenakan kurangnya diplomasi pemerintah serta kondisi dalam negeri yang diliputi krisis multidimensial dan kecenderungan konflik antar daerah perbatasan.156 Dalam hubungan dengan Singapura, Indonesia senantiasa berada pada posisi dirugikan. Ekspor pasir ke Singapura menyebabkan adanya pulau-pulau Indonesia yang rusak dan hilang. Ditambah dengan kalkulasi perbatasan laut terkait pelebaran wilayah Singapura yang bila ditelusuri justru sangat merugikan Indonesia. Selain itu, kesepakatan Ekstradisi Indonesia-Singapura tahun 2007 yang dikaitkan dengan Defence Cooperation Agreement (DCA) justru lebih banyak menguntungkan Singapura.157 Di lain pihak pengelolaan sumber daya alam yang belum signifikan dan terkoordinasi serta kurangnya pengawasan terhadap wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar Indonesia. Sehingga banyak hasil alam Indonesia yang diselundupkan dan dikuasai serta dimanfaatkan oleh negara lain. Jadi, dapat dikatakan bahwa diplomasi Indonesia terhadap tetangga sesama anggota ASEAN belum berhasil atau masih lemah. Meski demikian, secara regional Indonesia masih dianggap sebagai pemimpin di ASEAN dan sangat diharapkan utamanya dalam hal pertahanan dan keamanan ASEAN. Terbukti dengan diplomasi Indonesia yang realisasinya dapat dilihat secara lebih lanjut pada KTT ASEAN 2011 melalui kesepakatan bahwa 156 157 Ibid. Ganewati Wuryandari, Op. Cit, hal. 181. 89 ASEAN bukan pakta pertahanan. Dengan demikian kemungkinan perang dapat dihindari serta stabilitas keamanan di kawasan dapat lebih terjaga.158 Dalam konteks ASEAN, negara–negara ASEAN menyadari bahwa Indonesia memiliki cakupan geografi sangat luas dengan jumlah penduduk terbanyak di antara negara anggota ASEAN. Jika stabilitas keamanan dalam negeri terganggu maka dapat mempengaruh stabilitas kawasan. Seringnya terjadi ancaman dan aksi terorisme yang melibatkan pelaku asal negara tetangga seperti Malaysia. Ditambah dengan maraknya transnational crime yang melibatkan beberapa negara ASEAN seperti Filipina dan Thailand cukup meresahkan bagi pemerintah dalam negeri juga menjadi perhatian negara ASEAN. Karenanya pemerintah merasa perlu kerjasama yang lebih aktif dengan negara-negara ASEAN sehubungan dengan masalah keamanan antar negara di kawasan. Karena itu perlu ada kerjasama dengan aparat-aparat keamanan di tiap negara.159 Penanganan isu-isu illegal logging perlu lebih diperhatikan agar tidak berdampak negatif terhadap hubungan antarnegara di ASEAN. Dalam hal ini, diplomasi Indonesia sangat penting guna melindungi hak-haknya atas kekayaan alam yang dimilikinya agar tidak diselundupkan ke negara tetangga. Diplomasi Indonesia dalam menangani kasus illegal logging ini tampak dari kesepakatannya dengan Malaysia dan Filipina dalam Agreement on Information Exchange and Establihsment of Communication Producedures pada 7 Mei 2002. Inti kesepakatan tersebut ialah berupa kerjasama trilateral dalam pertahanan, perbatasan dan keamanan bersama mencakup data intelejen untuk memberantas 158 159 Wawancara dengan Adriana Elisabeth, Jakarta, 26 Juni 2012. Ganewati Wuryandari, Op. Cit, hal.223 dan 227-228 90 terorisme, penyelundupan, bajak laut, pembajakan, pendatang ilegal, drug trafficking, pencurian sumber daya laut, polusi laut, dan penyelundupan senjata. Kesepakatan ini selanjutnya diikuti Thailand, Kamboja, dan Brunei darussalam.160 Capaian lain diplomasi Indonesia di ASEAN antara lain tercapainya pembentukan Komisi HAM ASEAN (AICHR), Institut Perdamaian dan Rekonsiliasi ASEAN (AIPR) dan berlangsungnya kembali dialog Traktat Kawasan Bebas Nuklir di Asia Tenggara (SEANWFZ).161 Selama Indonesia menjadi ketua ASEAN, beberapa konflik berhasil dirundingkan melalui mekanisme dialog diantaranya isu Thailand-Kamboja, isu Laut Cina Selatan, kemajuan signifikan dalam SEANWFZ, dan tentang isu maritim dalam ASEAN Maritime Forum (AMF). Secara umum, diplomasi Indonesia telah menciptakan dan memelihara stabilitas keamanan dan perdamaian di tingkat kawasan maupun global. Indonesia telah mengintensifkan perundingan perbatasan dengan negara tetangga. Selama tahun 2012, telah dilaksanakan 32 kali perundingan perbatasan dengan 7 negara, yang meliputi 15 kali dilakukan perundingan batas maritim dan 17 kali perundingan batas darat. Perundingan-perundingan batas maritim mengalami kemajuan signifikan di tingkat teknis dan telah mendapat dorongan pada tingkat tinggi agar dicapai kemajuan lebih lanjut. Upaya pencegahan dan deteksi dini serta perlindungan terhadap WNI di luar negeri pun membuahkan hasil terbukti dengan berkurangnya pelaporan kasus yang dihadapi warga negara Indonesia. 160 Ganewati wuryandari, Op. Cit, hal. 230. A. Dody R., 2012, “Menlu RI Marty Natalegawa Paparkan Capaian Diplomasi Indonesia kepada Awak Media Asing”, dalam http://nrmnews.com/2012/12/11/menlu-ri-marty-natalegawapaparkan-capaian-diplomasi-indonesia-kepada-awak-media-asing, diakses 10 Januari 2013. 161 91 Selain itu telah dilakukan konsolidasi demokrasi dan nilai-nilai HAM di kawasan dan global melalui kerangka ASEAN maupun Bali Democracy Forum.162 Ketika timbul keraguan mengenai kesamaan pandangan ASEAN mengenai Laut China Selatan, Indonesia bergerak melalui shuttle diplomacy selama 36 jam untuk mengkonsolidasikan posisi ASEAN sesuai six-point principles. Selanjutnya, diplomasi Indonesia mendorong momentum pelaksanaan secara menyeluruh Declaration of Conduct termasuk regional code of conduct melalui disepakatinya elemen-elemen dasar CoC. Menteri Luar Negeri Indonesia menegaskan bahwa ketika sengketa Laut China Selatan mencuat, Indonesia dengan tanggap mendorong terjalinnya komunikasi diplomatik yang mengedepankan pilihan diplomasi bagi penyelesaian sengketa tersebut.163 Selanjutnya, diplomasi Indonesia di ASEAN pada tahun 2013 diarahkan pada upaya peningkatan momentum pelaksanaan secara menyeluruh DoC Laut China Selatan. Indonesia juga akan secara konsisten mengingatkan pentingnya seluruh negara mengikatkan diri pada “Bali Principles” yang disepakati dalam KTT Asia Timur di Bali tahun 2011. Di samping itu juga langkah-langkah konkret guna memperkuat ketiga pilar Komunitas ASEAN dan memastikan kemajuan yang seimbang di antara ketiga pilar tersebut. Serta Keberlanjutan komitmen untuk menjadikan ASEAN sebagai forum kerja sama yang peopleoriented, people-centred, and people-driven. Mitra Tarigan, 2013, “9 Refleksi Kementerian Luar Negeri”, Tempo, 4 Januari 2013, dalam http://www.tempo.co/read/news/2013/01/04/078452173/9-Refleksi-Kementerian-MenteriLuar-Negeri, diakses tanggal 20 Februari 2013. 163 Hindra Liu , 2012, “AS Belum Putuskan Pangkalan Militer di Pulau Cocos”, dalam http://internasional.kompas.com/read/2012/03/30/06502872/AS.Belum.Putuskan.Pangkalan.Mi liter.di.Pulau.Cocos, diakses tanggal 20 Februari 2013. 162 92 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat ditarik sebagai berikut: 1. Indonesia memiliki potensi kekuatan nasional statis dari segi geografis, sumber daya alam dan jumlah penduduknya. Meski demikian, dalam hal ini kekuatan nasional belum dioptimalkan secara signifikan untuk mendukung diplomasi Indonesia, karena kemampuan diplomasi selama ini bergantung pada sumber daya dan kemampuan diplomat sendiri atau wakil negara dalam suatu negosiasi. 2. Untuk mencapai tujuan nasional, maka Indonesia terus berupaya mengoptimalkan national power-nya melalui berbagai strategi yang dilakukan pemerintah baik yang bersifat jangka pendek, menengah maupun jangka panjang, agar dapat mendukung kegiatan diplomasi Indonesia di ASEAN. Strategi yang dilakukan pemerintah diantaranya dengan memperkuat pertahanan dan kemanan negara, promosi dan proteksi terhadap kekayaan alam Indonesia, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai tenaga kerja profesional dengan keterampilan dan keahlian masing-masing. Potensi kekuatan nasional Indonesia dapat menjadi nilai tawar (bargaining) dalam pelaksanaan diplomasi Indonesia. Dengan demikian akan mempermudah pencapaian kepentingan nasional Indonesia. 93 B. Saran 1. Indonesia harus mampu mesinergiskan potensi kekuatan nasional yang dimilikinya sehingga mampu menjadi penyokong dalam diplomasi yang dilakukan terhadap negara-negara ASEAN. Sebab pada dasarnya kemampuan diplomasi merupakan suatu kesatuan kekuatan nasional negara yang saling berkaitan dengan elemen kekuatan negara lainnya. 2. Pengoptimalan kekuatan negara diperlukan untuk pembangunan nasional Indonesia dalam rangka mendukung diplomasi Indonesia di ASEAN. Di bidang politik dan militer negara dapat mengandalkan potensi atau kondisi geografisnya. Kemudian di bidang ekonomi, kekuatan sumber daya alam Indonesia dapat menjamin kestabilan dan kesejahteraan ekonomi. Selanjutnya kekuatan dari segi jumlah penduduk bila sumber daya manusianya mampu ditingkatkan kualitasnya, maka akan dapat menciptakan kekuatan dalam hal ekonomi dan sosial budaya. Dengan keberhasilan pencapaian pembangunan di segala bidang, maka negara lain akan memandang Indonesia sebagai negara yang kuat dan sukses dalam mengelola potensi nasionalnya. Dalam hubungan antarnegara di ASEAN pun akan mempermudah diplomasi Indonesia karena adanya kepercayaan terhadap kemampuan Indonesia yang terbukti dari cara dan kemampuannya mengatasi persoalan multidimensial dalam negeri. 94