889 KARAKTERISTIK STOMATA DAUN ANGSANA

advertisement
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
KARAKTERISTIK STOMATA DAUN ANGSANA (Pteracorpus indicus Will)
BERDASARKAN TEMPAT YANG BERBEDA”
Stomata Characteristics of Pterocarpus indicus Will Leaves Based of Different Places
Nindya Ayu Ingeswari 1), Dr. Rr. Eko Susetyorini, M.Si 2), Dra. Roimil Latifa. MM,
M.Si 3)
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Malang, Jl. Raya Tlogomas No.246 A Malang, HP/Telp 082233830889;
Email: [email protected]
Abstrak
Stomata merupakan celah dalam epidermis yang dibatasi oleh dua sel epidermis
yang khusus yakni sel penutup. Sel penutup terdiri dari sepasang sel yang kelihatannya
simetris, umumnya berbentuk ginjal, pada dinding sel atas dan bawah tampak adanya alat
yang berbentuk birai (ledges), kadang-karang birai tersebut hanya terdapat pada dinding sel
bagian atas. Stomata biasanya ditemukan pada bagian tumbuhan yang berhubungan dengan
udara. Jumlah stomata beragam pada daun tumbuhan yang sama dan juga pada daerah
daun yang sama. Pada umumnya stomata tumbuhan darat lebih banyak terdapat pada
epidermis daun bagian bawah.
Angsana merupakan pohon, dengan tinggi pohon dapat mencapai 10-40 m, diameter
batang 2 m, panjang ranting 1-2 cm. Ciri morfologi angsana diantaranya daun berseling
anak daun 55 -13, Daun majemuk menyirip gasal, panjang 12 - 30 cm. Anak daun 5 - 13,
berseling pada poros daun, bundar telur hingga agak jorong, 6 - 10 × 4 - 5 cm, dengan
pangkal bundar dan ujung meruncing, hijau terang, gundul, dan tipis. Untuk mengamati
karakteristik stomata daun angsana (pteracorpus indicus Will) dengan menggunakan SEM
(Scanning Electron Microscope).
Hasil penelitian menujukkan bahwa karakteristik stomata yang pada tanaman angsana
(pteracorpus indicus Will) berdasarkan ketinggian tempat yang berbeda memiliki
perbedaan dari setiap kawasan yang digunakan sebagai pengambilan sampel. Semakin
tinggi ketinggian tempat maka ukuran stomata semakin mengecil namun tidak
mempengaruhi keadaan bentuk stomata dan bentuk sel penutup.Ukuran dan jumlah yang
berbeda dipengaruhi oleh lingkungan yang berbeda.
Kata Kunci : Stomata, angsana (pteracorpus indicus Will)
Abstract
Stomata is a loophole which is bounded by two specialized epidermal cells and they are
called as cells cover in the epidermis. Cover cell consists of a pair of cells that looks
symmetrical, it generally have a kidney-shaped, the upper and lower cell wall appears the
instrument is shaped ledge (ledges), sometimes the ledge is only found on the top of the
cell wall. Stomata are usually found on plant which is associated with the air. The number
of stomata on the leaves have the same variety of plants and the same leaf area. Stomata
plants generally found on the bottom of the leaf epidermis.
Pterocarpusindicus Will is a tree which has height approximately 10-40 m, 2m diameter of
trunk and 1-2 cm long twigs. Pterocarpusindicus Will morphological features including 55
-13 leaves alternate the leaflets, odd pinnate compound leaves which has the length of 1230 cm. 5 to 13 Leaflets alternate on the shaft leaves, 6-10 × 4-5 cm round egg until
slightly ellipse with a rounded base and a pointed tip, bright green, bald and thin. To
observe the characteristics of Pterocarpusindicus Will leaf stomata, it can be conducted by
using SEM (Scanning Electron Microscope).
889
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
The results showed that the characteristics of stomata in Pteracorpusindicus Will based on
different altitude have the differences of each region which is used as a sampling. The
higher of the altitude influenced the size of the stomata which was getting smaller, but it
did not affect the condition of the shape of stomata and the form of cell cover. The size and
different amount was influenced by different environments.
Key words: Stomata, Pteracorpusindicus Will.
PENDAHULUAN
Angsana (Pteracorpus Indicus Will) merupakan jenis tanaman penghasil kayu
berkualitas tinggi dari familli Fabaceae, kayunya tergolong keras dan berat, tinggi
mencapai 30-40 m. Diameter batang 2m, biasanya bentuk pohon pendek, terpuntir, beralur
dalam, dan berbanir. Kayu mengeluarkan eksudat merah gelap yang disebut ‗kino‘ atau
darah naga. Daun majemuk dengan 5-11 anak daun, berbulu, duduk bergantian. Bunga
malalai panjang 6-13 cm di ujung atau ketiak daun. Bunga berkelamin ganda, kuning cerah
dan harum (Juanda, 2002). Merupakan pohon peneduh jalan yang banyak dijumpai di
pinggir jalan-jalan . Pohon Angsana merupakan pohon jenis pionir yang tumbuh baik di
daerah terbuka. Tumbuhan pada berbagai macam tipe tanah, dari tanah subur ke tanah
berbatu. Biasanya ditemukan sampai ketinggian 600 m dpl, namun masih bertahan hidup
sampai 1.300 m dpl ( Delfy, 2009).
Adanya perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan lamanya pencahayaan
yang diterima oleh tumbuhan. Stomata pada tumbuhan yang hidup ditempat kurang
cahaya, memiliki jumlah stomata yang lebih banyak dan berukuran kecil. Selain sistem
perakarannya lebih lebat dibandingkan dengan sistem perakaran tumbuhan yang kurang
mendapat cahaya (Oman, 2008). Perbedaan tempat tumbuh tanaman mempengaruhi
keadaan udara lingkungan. lingkungan udara yang tercemar oleh
menyebabkan
terjadinya penurunan ukuran sel penutup dan jumlah stomata pada berbagai tanaman,
dibandingkan lingkungan yang tidak tercemar (Mishra, 1982).
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berdiri pada tahun 1964, berlokasi di
Malang, Jawa Timur. Malang merupakan daerah pegunungan yang dikelilingi empat
gunung yaitu Panderman, Arjuno, Kawi, dan Semeru. Wilayah dengan ketinggian 500
mdpl ini mempunyai hawa dingin-sejuk dengan suhu rata-rata berkisar 23º – 30ºC. Kebun
Raya Purwodi yang juga dikenal dengan nama Holtus Iklim Kering Purwodadi didirikan
pada tahun 1941. Kebun Raya Purwodadi terletak pada ketinggian 300 m dpl dengan
topografi datar sampai bergelombang, dengan suhu rata-rata berkisar 22º- 32 ºC. Banyak
sekali jenis tanaman yang ditanam dikawasan UMM dan Kebun Raya Purwodadi, salah
satunya adalah Angsana (Pteracorpus Indicus Will).
Berdasarkan masalah-masalah diatas maka peneliti merumuskan masalah,
Bagaimana karakteristik stomata daun angsana (Pteracorpus Indicus Will) berdasarkan
tempat yang berbeda. Tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah adalah
mengetahui karakteristik stomata daun angsana (Pteracorpus Indicus Will) berdasarkan
tempat yang berbeda. Manfaat Penelitian Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa untuk
mengetahui karakteristik stomata daun angsana (Pteracorpus Indicus Will) berdasarkan
tempat yang berbeda
890
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
KAJIAN PUSTAKA
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berdiri pada tahun 1964, Kota
Malang, Jawa Timur. Wilayah dengan ketinggian 500 mdpl ini mempunyai hawa dinginsejuk dengan suhu rata-rata berkisar 23º – 30ºC. Kawasan Kebun Raya PurwodadiTerletak
di Desa Purwodadi, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Kebun
Raya Purwodadi yang juga dikenal dengan nama Hortus Ilkim Kering Purwodadi didirikan
pada tanggal 30 Januari 1941 oleh Dr. L.G.M. Baas Becking. Kebun ini merupakan salah
satu dari 3 cabang Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor) yang memiliki tugas dan
fungsi mengkoleksi tumbuhan yang hidup di dataran rendah kering. Kebun Raya
Purwodadi merupakan Unit Pelaksana Teknis yang bernaung dibawah dan bertanggung
jawab kepada Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Kedeputian Bidang Ilmu
Pengetahuan Hayati-LIPI (Lembaga IImu Pengetahuan Indonesia). Kebun Raya Purwodadi
terletak pada ketinggian 300 m dpl dengan topografi datar sampai bergelombang, dengan
suhu rata-rata berkisar 22º- 32 ºC .
Angsana (Pteracorpus Indicus Will) termasuk kedalam famili Fabaceae
(Papilionoideae). Sistematika Angsana (Pteracorpus Indicus Will) adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae/tumbuhan
Divisi
: Magnoliophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledone
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Pterocarpus
Spesies
: Pteracorpus Indicus Will
(Direktorat perbenihan tanaman kehutanan, 2002)
Morfologi Tanaman Angsana (Pteracorpus Indicus Will)
Menurut Stennis dkk (1992), Angsana merupakan pohon, dengan tinggi pohon
dapat mencapai 10-40 m, diameter batang 2 m, panjang ranting 1-2 cm. Ciri morfologi
angsana diantaranya daun berseling anak daun 55 -13, bentuk bulat telur, memanjang,
meruncing, tumpul, mengkilat. Pohon, yang kadang-kadang menjadi raksasa rimba, tinggi
hingga 40m dan gemang mencapai 350 cm. Batang sering beralur atau berbonggol;
biasanya dengan akar papan (banir). Tajuk lebat serupa kubah, dengan cabang-cabang
yang merunduk hingga dekat tanah. Pepagan (kulit kayu) abu-abu kecoklatan, memecah
atau serupa sisik halus, mengeluarkan getah bening kemerahan apabila dilukai.
Daun majemuk menyirip gasal, panjang 12 - 30 cm. Anak daun 5 - 13, berseling
pada poros daun, bundar telur hingga agak jorong, 6 - 10 × 4 - 5 cm, dengan pangkal
bundar dan ujung meruncing, hijau terang, gundul, dan tipis. bunga malai, panjang 6-13 cm
diujung atau ketiak daun Bunga pohon angsana berkelamin ganda, berwarna kuning cerah
dan berbau harum semerbak. Kelopak serupa lonceng berdiameter 6mm, dua taju teratas
lebih besar dan kadang-kadang menyatu. Mahkota lepas-lepas, berbuku, bendera bundar
telur terbalik atau seperti sudin. Benang sari 10 helai, yang terataas lepas atau bersatu.
891
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Stomata
Karakteristik stomata merupakan ciri stomata meliputi bentuk, ukuran panjang dan
lebar stomata, jumlah, tipe, kerapatan, bentuk sel penutup stomata daun angsana
(Pteracorpus Indicus Will) (Abrar, 2015).
Stomata berasal dari bahasa yunani yaitu stomata yang berarti lubang atau porus, jadi
stomata adalah lubang-lubang kecil berbentuk lonjong yang dikelilingi oleh dua sel
epidermis khusus yang disebut sel penutup (Guard Cell) dimana sel penutup tersebut
adalah sel-sel epidermis yang telah mengalami kejadian atau perubahan bentuk dan fungsi
yang dapat mengatur besarnya lubang-lubang yang ada diantaranya, dengan mengubah
bentuknya, sel penutup mengatur pelebaran dan penyempitan celah. Sel yang mengelilingi
stomata dapat berbentuk sama atau berbeda dengan sel epidermis lainnya. Sel yang
berbeda bentuk sama atau berbeda dengan sel epidermis lainnya. Sel yang berbeda bentuk
itu dinamakan sel tetangga. Yang kadang-kadang berbeda juga isinya. Sel tetangga
berperan dalam perubahan osmoti yang menyebabkan gerakan sel penutup yang mengatur
lebar celah (Dwijoseputro, 1978).
Adanya perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan lamanya pencahayaan
yang diterima oleh tumbuhan. Stomata pada tumbuhan yang hidup ditempat kurang
cahaya, memiliki jumlah stomata yang lebih banyak dan berukuran kecil. Selain sistem
perakarannya lebih lebat dibandingkan dengan sistem perakaran tumbuhan yang kurang
mendapat cahaya (Oman, 2008). Perbedaan tempat tumbuh tanaman mempengaruhi
menyebabkan
keadaan udara lingkungan. lingkungan udara yang tercemar oleh
terjadinya penurunan ukuran sel penutup dan jumlah stomata pada berbagai tanaman,
dibandingkan lingkungan yang tidak tercemar (Mishra, 1982). Hal tersebut dilakukan
sebagai bentuk adaptasi tanaman untuk membatasi masuknya polusi gas
ke dalam
jaringan mesofil tanaman.
PEMBAHASAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik stomata
daun angsana (Pteracorpus indicus Will) berdasarkan tempat yang berbeda. Kegiatan
penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah Malang
beralamat Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang 65144 Kabupaten Malang dalam kurun lima
hari. karakteristik dari stomata yang meliputi panjang, lebar, jumlah,tipe, bentuk, bentuk
sel penutup dan jenis stomata angsana (Pteracorpus Indicus Will). Semuanya dilihat dan
diukur dengan menggunakan teknik Scanning Electron Mikroscope (SEM).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanaman daun Angsana
(Pteracorpus Indicus Will) dengan urutan daun yang pertama (pucuk) dalam keadaan daun
sehat tanpa cacat yang berada dikawasan kampus 3 UMM dan Kebun Raya Purwodadi.
Karaktersistik stomata pada daun angsana (Pteracorpus Indicus Will) berdasarkan tempat
yang berbeda disajikan dengan hasil penelitian sebagai berikut :
892
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Tabel Karakteristik bentuk stomata daun angsana (Pteracorpus indicus Will) berdasarkan
tempat yang berbeda
Tempat
Pengamatan
Karakteristik Stomata
Pengambil
Bentu Bentuk
Ukuran
Tipe
Jumlah
an Sampel
k
sel
Panjan Lebar
stoma penutu
g
ta
p
Kawasan
1
Oval
Ginjal 12,2µm 1,66 µm Parasitic
264
UMM
2
Oval
Ginjal 12,7 µm 1,33 µm Parasitic
253
dengan
3
Oval
Ginjal 12,3µm 1,81 µm Parasitic
304
ketinggian
4
Oval
Ginjal 16,9 µm 1,61 µm Parasitic
291
500 mdpl
5
Oval
Ginjal 12,1 µm 2,01 µm Parasitic
288
6
Oval
Ginjal 16,2 µm 1,81 µm Parasitic
325
7
Oval
Ginjal 17,9 µm 2,07 µm Parasitic
319
8
Oval
Ginjal 15,6 µm 2,05 µm Parasitic
296
Kawasan
1
Oval
Ginjal 15,5 µm 3,20 µm Parasitic
526
Kebun Raya
2
Oval
Ginjal 17,6 µm 2,61 µm Parasitic
482
Purwodadi
3
Oval
Ginjal 17,2 µm 2,93 µm Parasitic
511
dengan
4
Oval
Ginjal 19,3 µm 3,03 µm Parasitic
605
ketinggian
5
Oval
Ginjal 19,8 µm 2,16 µm Parasitic
580
300 mdpl
6
Oval
Ginjal 19,4 µm 2,57 µm Parasitic
597
7
Oval
Ginjal 18,6 µm 2,85 µm Parasitic
560
8
Oval
Ginjal 17,7 µm 2,39 µm Parasitic
474
Karakteristik Bentuk Dan Bentuk Sel Penutup Stomata Daun Angsana (Pteracorpus
Indicus Will)
Berdasarkan hasil penelitian bentuk stomata dan bentuk sel penutup stomata daun
angsana (Pteracorpus Indicus Will) berdasarkan tempat yang berbeda mendapatkan hasil
yang sama atau dapat dikatakan tidak memiliki perbedaan. Pada kawasan UMM memiliki
bentuk stomata oval dan sel penutup yang berbentuk ginjal. Pada kawasan Kebun Raya
Purwodadi memiliki bentuk stomata oval dan sel penutup yang berbentuk ginjal. Sel-sel
penutup tanaman dikotil umumnya berbentuk ginjal, sedangkan monokotil mempunyai
bentuk seragam dan strukturnya spesifik yang jika dilihat dari permukaan sel terlihat
sempit dibagian tengah dan membesar pada ujungnya. Pengamatan dilihat dengan
mikroskop elektron, protoplas dari kedua sel penutup saling berhubungan melalui pori
dinding yang membesar tersebut. Karena adanya sinambung ini, sel-sel penutup dianggap
sebagai satu unit secara fisiologi dimana terjadi keseimbangan perubahan turgor. Orientasi
radial dari mikrofibril selulosa pada dinding sel penutup dapat dilihat juga dengan
mikroskop polarisasi (Fahn, 1991)
893
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Karakteristik Ukuran Stomata Daun Angsana (Pteracorpus Indicus Will)
berdasarkan tempat yang berbeda
Berdasarkan hasil penelitian ukuran stomata pada daun angsana (Pteracorpus
Indicus Will) berdasarkan tempat yang berbeda mendapatkan hasil yang berbeda. Pada
kawasan UMM memiliki ukuran stomata yang lebih kecil dari pada kawasan Kebun Raya
Purwodadi. Pada UMM pengamatan pertama memiliki panjang stomata 12,2µm dan lebar
stomata 1,66 µm. pengamatan kedua panjang stomata 12,7 µm dan lebar 1,33 µm.
Pengamatan ketiga panjang stomata 12,3µm dan lebar 1,81 µm. Pengamatan keempat
panjang stomata 16,9 µm dan lebar 1,61 µm. Pengamatan kelima memiliki panjang
stomata 12,1 µm dan lebae 2,01. Pengamatan keenam memiliki panjang stomata 16,2 µm
dan lebar 1,81 µm. Pengamatan ketujuh memiliki panjang stomata 17,9 µm dan lebar 2,07
µm. Pengamatan kedelapan 15,6 µm dan lebar 2,05. Pada kawasan Kebun Raya
Purwodadi memiliki ukuran lebih besar dari pada ukuran stomata yang berada dikawasan
UMM. Pada pengamatan pertama panjang stomata 20,8 µm dan lebar stomata 2,50 µm.
Pengamatan kedua panjang stomata 19,5 µm dan lebar stomata 3,60 µm. Pengamatan
ketiga panjang stomata 18,4 µm dan lebar stomata 4,03 µm. Pengamatan keempat panjang
stomata 19,3 µm dan lebar stomata 3,03 µm. Pengamatan kelima memliki panjang stomata
19,8 µm dan lebar 2,16 µm. Pengamatan keenam memiliki panjang stomata 19,4 µm dan
lebar 2,57 µm . pengamatan ketujuh memiliki panjang stomata 18,6 µm dan lebar 2,85 µm
. pengamatan kedelapan memiliki panjang stomata 17,7 µm dan lebar 2,39.
Keadaan cahaya dan suhu yang berbeda sangat mempengaruhi adanya variasi
angka pada ukuran panjang dan lebar stomata daun angsana. Semakin jauh jarak tanaman
angsana dengan tempat ramai kendaraan semakin meningkat pula ukuran stomata. Menurut
Connel dan Miller (1995), sulfur dapat bereaksi dengan air di dalam sel bentuk asam
sulfite. Asam sulfite yang dihasilkan dapat mengubah klorofil menjadi phaeofitin, yakni
suatu pigmen yang tidak aktif dalam fotosintesis. Menurut laju difusi yang tinggi akan
meningkatkan keasaman sehingga menghambat proses fotosintesis. Proses fotosintesis
yang menghambat dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman, sehingga
dapat mempengaruhi produktivitas tanaman dikotil umumnya berbentuk seperti ginjal.
Keunikan dari sel penjaga ini adalah adanya serat halus selulosa (cellulose microfibril)
pada dinding selnya tersusun melingkar sel penjaga, pola susunan yang demikian disebut
sebagai radial (Radial Micellation). Serat selulosa ini relatif tidak elastis, maka sel penjaga
menyerap air dan sel ini tidak dapat membesar diameternya, tetapi dapat memanjang.
Sepanjang sel penjaga yang melekat satu sama lain pada kedua ujungany, maka jika
keduanya memanjang (akibat menyerap air) maka keduanya akan melengkung kearah luar.
Kejadian ini akan menyebabkan stomata terbuka (Lakitan, 2007)
Membesar atau membukanya ukuran stomata terjadi untuk mengatur masuknya
kadar air dalam daun agar tidak terjadi adanya air dalam daun. Sebaliknya semakin dekat
jarak tanaman angsana dari keramaian kendaraan sehingga ukuran stomata mengecil.
Mengecil atau menutupnya ukuran stomata terjadi untuk mengatur keluar masuknya kadar
air dalam daun agar tidak terjadi kekurangan kadar air yang menyebabkan kekeringan dan
layu pada tanaman. Fahn (1992), menyatakan bahwa sel-sel penutup yang mengelilingi
stomata mengendalikan pembukaan dan menutupnya stomata. Penutupan stomata penting
untuk mencegah kehilangan air pada waktu persediaan air terbatas sekaligus membatasi
894
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
pengambilan CO2 untuk fotosintesis. Stomata membuka pada waktu siang hari dan
menutup pada malam hari. Proses membuka dan menutup stomata dipengaruhi oleh
tekanan turgor pada sel penutup. Bertambah dan berkurangnya ukuran aperature sel
penjaga adalah akibat dari perubahan tekanan turgor pada sel penjaga.
Karakteristik Tipe Stomata Daun Angsana (Pteracorpus Indicus Will)
Berdasarkan hasil penelitian tipe stomata daun angsana (Pteracorpus Indicus Will)
di kawasan UMM dan Kebun Raya Purwodadi mendapatkan hasil yang sama atau dapat
dikatakan tidak memiliki perbedaan. Daun angsana (Pteracorpus Indicus Will) di kawasan
UMM dan Kebun Raya Purwodadi memiliki tipe stomata parasitic yaitu setiap sel penutup
diiringi sebuah sel tetangga atau lebih dengan sumbu panjang sel tetangga itu sejajar
sumbu sel penutup serta celah.
PENUTUP
Kesimpulan
Karakteristik stomata pada daun angsana (Pteracorpus indicus Will) berdasarkan
ketinggian tempat yang berbeda memiliki perbedaan dari setiap kawasan yang digunakan
sebagai pengambilan sampel. Semakin tinggi ketinggian tempat maka ukuran stomata
semakin mengecil namun tidak mempengaruhi keadaan bentuk stomata dan bentuk sel
penutup.
Saran
Penelitian selanjutnya mengenai jumlah dan ukuran stomata dapat dibandingakn
berdasarkan jaringan epidermisnya. Penelitian selanjutnya mengenai jumlah dan ukuran
stomata dapat dibandingkan berdasarkan umur daun dan letak daun
DAFTAR PUSTAKA
Adityas, 2013. Pengembangan Petunjuk Praktikum Kontekstual Dengan Pemanfaatan
Kondisi Lingkungan Lokal Dalam Pemanfaatan Kondisi Lingkungan Lokal
Dalam Pembelajaran Materi Pencemaran di SMAN 2 Rembang. Semarang
Darmojo, Hendro dan Jenny R.E. Kaligis. 1992. Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud
Delfy, 2009. Pengaruh Pematahan Dormansi Terhadap Kemampuan Perkecambahan
Benih Angsana (Pterocarpus indicus Will). Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor.
Dwijoseputro,D. 1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT Gramedia
Estiti, 1995. Anatomi tumbuhan berbiji. IPB. Bogor.
Fahn. A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Hidayat, E. B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. ITB Press. Bandung.
Juanda, 2002. Informasi Singkat Benih Angsana (Pterocarpus Indicus Willd). Direktorat
Perbenihan Tanaman Hutan. Bandung.
Kartasaputra, A.G. 1998. Pengantar Anatomi Tumbuhan –Tumbuhan, Tentang Sel dan
Jaringan. Bina Aksar. Jakarta.
Kusuma, Udya, 2012. Perbandingan Struktur Anatomi Tumbuhan Halofit, Xerofit, dan
Hidrofit Sebagai Sumber Belajar Biologi SMA Untuk Penyusunan Prototype
895
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Modul Pengayaan Materi Struktur Jaringan Tumbuhan. Skripsi Jurusan
Pendidikan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta
Kristanto, P. 2002. Ekologi industri. Pengaruh Pencemaran Udara Terhadap Luas Daun
dan Jumlah Stomata Daun Rhoeo Discolor. Yogyakarta
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta. Kanisius
Pandey, S.N & B.K.Sinha 1993. Fisiologi Tumbuhan : Terjemah : Agustino N. 3 ed
Yogyakarta
Tambaru, E., 2013. Peranan Morfologi dan Tipe Stomata Daun Dalam Mengabsorpsi
Karbon Dioksida Pada Pohon Hutan Kota UNHAS Makasar. Universitas
Hasanudin Makasar. Makasar
896
Download