Perkembangan drama dan teater

advertisement
1. PENGERTIAN DRAMA
•
Drama  “perbuatan”, “tindakan”. Berasal dari kata Yunani draomai (berbuat,
berlaku, bertindak)
•
Drama (Aristoteles)  tiruan (imitasi) dari suatu tindak-tanduk manusia
•
Drama (Moulton)  kehidupan yang dilukiskan dengan gerak
•
Drama (Balthazar Verhagen)  kesenian melukisakan sifat dan sikap manusia
dengan gerak
•
Drama (Dietrich)  cerita konflik manusia dalam bentuk dialog, yang
diproyeksikan dengan menggunakan percakapan dan lakuan pentas dihadapan
penonton.
• Dalam bahasa Belanda, drama sama maknanya dengan tonil atau
dalam bahasa Indonesia sandiwara. Tonil berasal dari bahasa
Belanda toneel, yang artinya pertunjukan.
• Sandiwara (Mangkunegara VII)  bahasa Jawa sandhi (rahasia), dan
warah (pengajaran).
• Ki Hahar Dewantara, sandiwara diartikan sebagai pengajaran yang
dilakukan dengan perlambang (secara tidak langsung)
• Drama dalam arti luas  bentuk karya sastra yang bertujuan
menggambarkan kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan
emosi melalui lakuan dan dialog yang tidak jauh berbeda dengan
kehidupan sehari-hari.
• Unsur-unsur drama : bahasa, gerak, posisi, isyarat, ekspresi wajah,
intonasi, tempo kalimat, pelafalan, volume suara, tekanan, serta aspek
kebahasan lain agar dapat menyampaikan pesan secara sempurna.
2. PENGERTIAN TEATER
•
Berasal dari kata theatron (Yunani)  arti sebenarnya adalah dengan
“takjub memandang” , “melihat”.
•
Pengertian dari teater adalah : (1) gedung pertunjukkan, (2) suatu
bentuk pengucapan seni yang penyampaiannya dilakukan dengan
dipertunjukkan di depan umum.
•
Dalam arti luas teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di
depan orang banyak.
•
Dalam arti sempit, teater adalah drama.
3. PERBEDAAN DRAMA DENGAN TEATER
 Teater berkaitan langsung dengan pertunjukkan.
 Drama berkaitan dengan lakon atau naskah cerita yang
akan dipentaskan.
 Teater adalah visualisasi dari drama atau drama yang
dipentaskan di atas panggung dan disaksikan oleh
penonton.
Hubungan Drama dengan Teater
Drama
Teater
• Teater baru dikenal setelah zaman kemerdekaan.
• Keterkaitan teater dengan drama sangat kuat. Teater tidak
mungkin dipentaskan tanpa lakon (drama).
• Oleh karena itu, muncul istilah dramaturgi (Inggris :
dramaturgy) yang berarti seni atau teknik penulisan drama dan
penyajiannya dalam bentuk teater.
• Dramaturgi membahas proses penciptaan teater ,ulai dari
penulisan naskah hingga pementasannya.
PERKEMBANGAN DRAMA
• Cikal bakal seni drama ditemukan pada dinding piramida
Mesir, 3500 SM. Di situ terlukis seorang pendeta berdiri di
antara para jemaah. Wajahnya bertopeng, sementara
tubuhnya berayun seperti tengah menceritakan sesuatu.
Rupanya pendeta Mesir Kuno itu sedang melukiskan
keagungan Sang Pencipta Langit dan Bumi. Ia memanfaatkan
seni peran dalam menyampaikan ajarannya.
• Pertunjukkan drama yang lengkap ditemukan
pertama kali di Yunani tahun 534 SM. Sebagai
penghormatan pada Dewa Dionisius, bangsa Yunani
membuat upacara keagamaan berupa seni
pertunjukkan. Pemerannya hanya seorang. Sang aktor
berakting dan memerankan beberapa karakter
sekaligus. Ia didampingi paduan suara sekitar 50
orang. Sesekali, sang aktor melakukan dialog dengan
mereka. Seni drama Yunani berkembang pesat, salah
satnya adalah “Odipus”
CIRI-CIRI KHUSUS PERTUNJUKKAN TEATER
PADA MASA YUNANI KUNO
•
Pertunjukkan dilakukan di amfiteater, yakni sebuah bangunan
tanpa atap dalam bentuk setengah lingkaran dengan tempat duduk
penonton melengkung dan berundak-undak.
•
Sudah menggunakan naskah lakon.
•
Seluruh pemain pria bahkan peran wanitanya dimainkan pria dan
memakai topeng. Setiap pemain memainkan lebih dari satu tokoh.
•
Cerita berbentuk tragedi, yang membuat penonton tegang, takut,
dan kasihan. Ceritanya lucu, kasar, dan sering mengkritik tokoh
terkenal pada waktu itu.
•
Selain pemeran utama, juga ada pemain khusus untuk kelompok
koor, penari, dan narator.
DRAMAWAN YUNANI KLASIK
• Aeschylus (525 SM)  dialah yang pertama kali
mengenalkan tokoh protagonis adan antagonis sehingga
mampu menghidupkan peran. Karyanya yang terkenal adalah
Trilogi Oresteia yang terdiri dari “Agamennon”, “The
Libatian Beavers”, dan “The Furies”
• Shopocles (496 – 406 SM) dengan karya yang terkenal
adalah “Oedipus Sang Raja”, “Oedipus di Kolonus”,
“Antigone”
• Euripides (484 – 406 SM) dengan karya-karyanya antara
lain “Medea”, “Hyppolitus”, “The Troyan Woman”, “Cyclops”.
• Aristophanes (448-380 SM) penulis naskah drama komedi.
Dengan karyanya yang terkenal adalah “Lysistrata”, “The
Wasps”, “The Clouds”, “The Forgs”, “The Birds”.
• Manander (349-291 SM). Manander menghilangkan koor
dan menggantinya dengan berbagai watak. Misalnya watak
orang tua yang baik, budak yang licik, anak yang jujur, dsb.
Karya Manander yang berpengaruh kuat pada zaman
Romawi Klasik dan drama komedi zaman Renaisans dan
zaman Ratu Elizabeth.
ZAMAN ROMAWI
 Cerita yang populer adalah cerita komedi
 Biasanya diperankan di hari libur atau hari besar
 Aktor dan aktrisnya adalah budak-budak
 Tak hanya berakting, mereka juga bernyanyi dan
menari, menceritakan cerita komedi.
CIRI-CIRI DRAMA ROMAWI
• Koor tidak lagi berfungsi mengisi setiap adegan
• Musik menjadi pelengkap seluruh adegan; tidak hanya menjadi tema
cerita, tetapi juga menjadi ilustrasi cerita
• Tema berkisar pada masalah hidup dan kesenjangan golongan menengah
• Karakteristik tokoh bergantung kelas, yaitu orang tua yang bermasalah
dengan anak-anaknya atau kekayaan, anak muda yang melawan
kekuasaan orang tua.
PERKEMBANGAN DRAMA ABAD PERTENGAHAN
(1400 – 1500AN)
 Berkembang di berbagai kota di Eropa.
 Pementasan drama lebih banyak berkaitan dengan perayaan hari-hari
besar umat Kristen.
 Tema drama yang dibuat berdasarkan cerita-cerita Alkitab dan
dipertunjukkan di atas kereta yang disebut pageant, dan ditarik keliling
kota,
 Para pemain drama pageant menggunakan tempat di bawah kereta
untuk menyembunyikan peralatan yang digunakan untuk efek tipuan.
• Aktor-aktor pageant sering kali adalah para perajin setempat yang
memainkan adegan yang menujukkan keahlian mereka.
• Drama ini populer di Eropa karena pemainnya berbicara dalam bahasa
sehari-hari, bukan bahasa Latin yang merupakan bahasa resmi Gereja
Kristen.
CIRI-CIRI ZAMAN TEATER PERTENGAHAN
 Drama dimainkan oleh aktor-aktor yang belajar di universitas sehingga
dikaitkan dengan masalah filsafat dan agama.
 Aktor bermain di panggung di atas kereta yang bisa dibawa berkeliling
menyusuri jalanan
 Drama banyak disisipi cerita kepahlawanan yang dibumbui cerita
percintaan
 Drama dimainkan di tempat umum dengan memungut bayaran
 Drama tidak memiliki nama pengarang
ZAMAN RENAISANS
 Berasal dari kata renaitre yang artinya kelahiran kembali
manusia untuk mendapatkan semangat hidup baru.
 Gerakan yang membangun semangat ini disebut gerakan
humanisme
 Pusat aktivitas teater di Italia (istana-istana dan akademi)
 Drama yang dipentaskan meiru drama klasik
 Para aktor kebanyakan pegawai-pegawai istana dan
pertunjukkan diselenggarakan dalam pesta-pesta istana.
JENIS-JENIS DRAMA ZAMAN RENAISANS
 Drama tragedi
 Drama komedi
 Drama pastoral atau drama yang membawakan kisah-kisah percintaan
antara dewa-dewa dengan para gembala di daerah pedesaan.
Ketiga jenis drama tersebut masih memilikinilai seni yang rendah,
karena dilangsungkan dengan mengikuti struktur yang ada.
CIRI-CIRI TEATER ZAMAN RENAISANS
 Naskah lakon yang dipertunjukkan meniru teater zaman Yunani
Klasik
 Cerita bertema mitologi atau kehidupan sehari-hari
 Tata busana dan latar yang dipergunakan sangat inivatif
 Pelaksanaan diatur oleh kerajaan maupun universitas
 Menggunakan panggung prosenium, yaitu bentuk bangunan yang
menggunakan pemisah antara area panggung dengan penonton
 Pada zaman ini juga melahirkan satu drama commedia dell’arte,
yakni bentuk drama rakyat Italia yang berkembang di luar
lingkungan istana dan akademisi.
CIRI KHAS COMMEDIA DELL’ARTE
 Para pemain dibebaskan berimprovisasi mengikuti jalannya
cerita dan dituntut memiliki pengetahuan luas yang dapat
mendukung permainan improvisasinya
 Menggunakan naskah lakon yang berisi garis besar cerita. Cerita
yang dimainkan bersumber cerita turun temurun.
 Terdiri dari 3 babak didahului prolog panjang. Plot cerita
berlangsung dalam adegan suasana lucu.
 Peristiwa cerita berlangsung dan berpindah secara cepat.
 Terdapat tiga tokoh yang selalu muncul, yaitu tokoh
penguasa, tokoh penggoda, dan tokoh pembantu.
 Tempat pertunjukkan di lapangan
panggung-panggung sederhana
kota,
dan
 Latar panggung sederhana, yaitu rumah, jalan, dan
lapangan.
 Pada masa ini muncul drama yang disebut balet
(gabungan drama tanpa dialog dengan tari dan musik
dalam pementasan sebuah cerita.
 Lahir di abad ke-17  sebagai hiburan bangsawan
Eropa
 Raja Perancis, Louis XIV adalah bangsawan
penggemar balet  balet berkembang sangat pesat.
 Karya balet yang terkenal adalah “Le Bourgeois
Gentilhomme” karya Moliere
DRAMA MODEL ROMANTIK
 Berkembang antara tahun 1800 – 1850
 Dipengaruhi oleh peristiwa Revolusi Perancis
 Sebelumnya, sekitar tahun 1776, aktor dan penulis
drama Perancis, Pierre de Beaumarchais, menulis “Le
Mariage de Figaro” (Perkawinan Figaro)  drama
komedi yang berisi kritik-kritik yang tajam (mengulas
bagaimana kekejaman para bangsawan terhadap
rakyatnya).
 Raja Perancis, Louis XVI menentang drama-drama
tersebut lalu muncul Revolusi Perancis (1789-1799)
JEPANG
 Seni drama tradisional dikenal dengan Noh dan Kabuki
 Noh berkembang pada abad ke-14
 Awalnya Noh dikhususkan untuk tontotan para pejuang atau
samurai.
 Penataan panggung sederhana.
 Pemain mengenakan topeng dan kostum gaya kuno
 Pemain bergerak dengan lambat sambil mengalunkan lagu.
Kabuki berkembang abad ke-17
Bahasa yang dipakai adalah bahasa Jepang Kuno
Kabuki kaya akan adegan yang dramatis, dengan
banyak gerakan
Pemain Kabuki semuanya adalah laki-laki.
pertunjukkannKabuki berlangsung 4-5 jam.
Terdapat jeda
beristirahat.
waktu
bagi
penonton
untuk
CINA
 Muncul sekitar 200 tahun yang lalu  opera Beijing
 Gabungan antara akrobat dan nyanyian
 Cerita berupa sejarah ataupun legenda. Misalnya, Legenda Si Ular Putih
 Riasan wajah pemain mencerminkan ciri kepribadian
 Kuning dan putih  kecerdikan dan kelicikan
 Merah  kejujuran dan kesetiaan
 Hitam  berani dan kebijaksanaan
 Biru dan hijau  semangat
 Emas dan perak  kekuatan magis
INDONESIA
 Dimulai sejak zaman Hindu
 Munculnya teater tradisional di setiap daerah
berbeda-beda, tergantung dari kondisi dan sikap
budaya masyarakat, sumber, tata cara di mana
teater tradisional lahir.
1. ARJA
 Drama tradisional dari Bali, sifatnya merakyat.
 Menekankan tarian dan nyanyian.
 Menyerupai gending yang terdapat di daerah Jawa
Barat, dengan porsi lebih banyak pada nyanyian
(tembang)
 Bersumber dari gambuh yang unsur-unsur tarinya
mengalami penyederhanaan
 Menekankan pada tembang berbahasa Jawa Tengahan
dan Bahasa Bali yang disusun dalam tembang macapat.
2. BADAWANG
 Kesenian yang berhubungan dengan agama asli Indonesia
mistis
 Badawang berasal dari Jawa Barat  berbentuk memeniran,
menyerupai ondel-ondel dari Jakarta. Ada pula yang
menyerupai wujud tokoh pewayangan, seperti Semar, Gareng.
 Musik pengiring  gong, bedug, terompet, dog-dog, golempang,
dan terkadang kliningan dan dangdut.
3. Gambuh
4. Ketoprak
5. Lenong
6. Longser
7. Ludruk
8. Mak Yong
9. Mamanda
10. Randai
11. Ubrug
12. Wayang Kullit
13. Wayang Golek
14. Wayang Orang
DRAMA MODERN

Perkenalan masyarkat Indonesia dengan drama nontradisi dimulai sejak Agust
Mahieu mendirikan Komedie Stamboel di Surabaya, 1891

Teknik pementasan mengikuti budaya dan teater Barat (Eropa)  naskah/lakon

Lakon pertama yang ditulis orang Belanda (F. Wiggers)  “Raden Beij Soerio
Retno” (1901)

Disusul oleh Lauw Giok Lan “Karina Adinda”, “Lelakon Komedia Hindia Timoer”
(1913) dll yang menggunakan bahasa melayu rendah.

Naskah drama yang pertama kali menggunakan bahasa Indonesia dan disusun
menggunakan model dialog antartokoh dan berbentuk sajak adalah “Bebasari”
karya Rustam Efendi (1926) perjuangan tokoh utama Bujangga yang
membebaskan puteri Bebasari dari niat jahat Rahwana.
Sanusi Pane
 “Kertajaya” (1932), “Sandyakalaning Majapahit” (1933)
Muhammad Yamin
 “Ken Arok dan Ken Dedes” (1934)
Lakon-lakon tersebut ditulis berdasarkan tema kebangsaan, persoalan,
dan harapan serta misi mewujudkan Indonesia sebagai negara merdeka. Bahkan
Presiden Soekarno pada tahun 1927 menulis dan menyutradarai teater di Bengkulu
(saat di pengasingan). Beberapa lakon yang ditulisnya antara lain “Rainbow”,
“Krukut Bikutbi”, dan “Dr. Setan”.
 Pada zaman Jepang, semua unsur kesenian dan kebudayaan dikonsentrasikan
untuk mendukung pemerintahan Jepang.
 Ketika itu, Anjar Asmara dan Kamajaya berpikir untuk mendirikan Pusat
Kesenian Indonesia  tujuannya adalah menciptakan pembaruan kesenian yang
selaras dengan perkembangan zaman sebagai upaya untuk melahirkan kreasikreasi baru dalam wujud nasional Indonesia.
 Untuk itu, pada tanggal 6 Oktober 1942, di rumah Bung Karno dibentuklah
Badan Pusat Kesenian Indonesia dengan pengurus Sanusi Pane (ketua) dan Mr.
Sumanang (sekretaris)
 Pada masa pendudukan Jepang, kelompok sandiwara yang mula-mula
berkembang adalah rombongan sandiwara profesional. Dalam kurun waktu ini,
semua bentuk seni hiburan bernuansa Barat (Belanda) lenyap karena pemerintah
penjajah Jepang sangat anti budaya Barat.
 Rombongan sandiwara keliling komersial kembali berkembang
mementaskan cerita dalam bahasa Indonesia, Jawa, maupun Sunda.
dengan

Menjelang akhir pendudukan Jepang, muncul rombongan sandiwara
yang melahirkan karya sastra serius, seperti rombongan Penggemar
Maya (1944) pimpinan Umar Ismail, dan D.Djajakusuma dengan
dukungan Suryo Sumanto, Rosihan Anwar, dan Abu Hanifah dengan
para anggota cendekiawan muda, nasionalis dan para profesional
(dokter, apoteker, dll).

Kelompok ini berprinsip menegakkan nasionalisme, humanisme, dan
agama.

Pada saat inilah pengembangan ke arah pencapaian teater nasional
dilakukan.

Teater tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga ekspresi kebudayaan
berdasarkan kesadaran nasional dengan cita-cita menuju humanisme
dan religiositas dan memandang teater sebagai seni serius dan ilmu
pengetahuan.
 Setelah perang kemerdekaan, peluang terbuka bagi seniman untuk
mengembangkan kreasinya dalam bentuk karya termasuk dalam
drama.
 Tema yang dikembangkan lebih variatif.
 Contoh, tema tentang peristiwa perang dalam lakon “Fajar Sidik” (Emil
Sanossa, 1955), “Kapten Syaf” (Aoh Kartahadimaja, 1951), “Pertahanan
Akhir” (Sitor Situmorang, 1954), “Titik-titik Hitam” (Nasyah Jamin, 1956),
“Sekelumit Nyanyian Sunda (Nasyah Jamin, 1959).
 Ada pula yang bertema tentang politik, korupsi, kemiskinan,
keagamaan.
 Utuy Tatang Sontani dipandang sebagai tonggak penting yang
menandai awal dan maraknya drama realis di Indonesia. Contohnya,
drama “Awal dan Mira” (1952).
DRAMAWAN INDONESIA
 Rustam Efendi
 Muhammad Yamin
 Sanusi Pane
 Usmar Ismail dan Asrul Sani
 Utuy Tatang Sontani
 Ws. Rendra (Bengkel teater) yang merintis percobaan teater di Indonesia
 Teater Populer Teguh Karya di Jakarta dan Studiklub Teater Bandung Suyatna
Anirun dan Jim Adilimas makin memeriahkan kehidupan drama Indonesia.
Umumnya kelompok-kelompok tersebut mementaskan naskah-naskah
terjemahan dari dramawan asing.
JENIS-JENIS DRAMA
1. Penyajian lakon
2. Sarana
3. Ketersediaan naskah
1. PENYAJIAN LAKON
1. Drama tragedi
 Tragedi (drama duka) yaitu drama yang menampilkan tokoh yang
sedih/muram yang terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu yang
tidak menguntungkan. Tokoh menjadi putus asa.
2. Drama komedi
 Drama ringan yang bersifat menghibur walaupun selorohan di dalamnya
bersifat menyindir. Drama ini menimbulkan tawa penonton.
3. Drama tragikomedi
 Disebut juga drama dukaria, yaitu drama yang sebenarnya menggunakan
alur dukacita,tetapi berakhir dengan kebahagiaan. Isi lakonnya penuh
kesedian tetapi menggandung hal yang menggelikan hati.
4. Opera
 Drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi musik. Lagu yang
dinyanyikan pemain berbeda, dan mengutamakan nyanyian dan musik.
Opera pendek disebut operet.
5. Melodrama
 Drama yang dialognya diucapkan dengan iringan musik/melodi. Cara
pengucapannya disesuaikan dengan musik pengiringnya. Kadang pemain
tidak bicara apa-apa, dan hanya berekspresi.
6. Farce (dagelan)
 Sering disebut drama banyolan. Dagelan adalah drama yang kocak dan
ringan. Alurnya tersusun berdasarkan arus situasi dan tidak
berdasarkan arus situasi (tidak berdasarkan pengembangan struktur
dramatik dan perkembangan cerita tokoh). Biasanya vulgar dan kasar.
7. Tablo
 Jenis drama yang mengutamakan gerak. Pemain tidak mengucapkan
dialog, tetapi hanya gerakan saja. Bunyi-bunyi pengiring (bukan musik)
digunakan untuk memperkuat gerakan. Hal yang ditonjolkan adalah
akting.
8. Sendratari
 Gabungan antara seni drama dan tari. Pemain adalah penari berbakat.
Tidak ada dialog, rangkaian peristiwa diwujudkan ke dalam tarian.
9. Satire
 Lakon yang mengemas kebodohan, perlakuan kejam,. Tujuannya tidak
hanya humor semata, tetapi lebih kepada kritik terhadap seseorang.
Lakonnya hampir sama dengan komedi, tetapi ejekan dan sindiran dalam
satire lebih agresif dan terselubung.
2. SARANA YANG DIGUNAKAN
Berdasarkan sarana yang digunakan, drama dibedakan menjadi:
a. Drama Panggung
 Dimainkan oleh para aktor di panggung pertunjukkan. Penonton berada
di sekitar panggung dan dapat melihat langsung perbuatan para aktor.
b. Drama Radio
 Drama radio hanya dapat didengarkan oleh penikmat. Drama radio
disiarkan langsung dan dapat pula direkam dulu lalu disiarkan pada
waktu yang diinginkan.
c. Drama film
 Hampir sama dengan drama televisi. Bedanya drama film menggunakan
layar lebar dan biasanya dipertunjukkan di bioskop. Drama film dapat
ditayangkan dari studio tv juga.
d. Drama wayang
 Tontonan drama dengan tokoh yang digambarkan dengan wayang dan
dimainkan oleh dalang.
e. Drama boneka
 Hampir sama dengan wayang. Bedanya tokoh digambarkan dengan
boneka yang dimainkan oleh beberapa orang.
3. KETERSEDIAAN NASKAH
Berdasarkan ada tidaknya naskah yang digunakan, drama ini dibedakan
menjadi:
a. Drama Tradisional
 Tidak menggunakan naskah. Sekalipun ada hanya berupa kerangka
cerita, selanjutnya akan dikembangkan oleh pemain. Risiko kegagalan
besar, kecuali pemain sudah berpengalaman. Contoh ketoprak, ludruk.
b. Drama Modern
 Menggunakan naskah.
 Naskah berisi dialog dan perbuatan pemain.
 Pemain harus melakukan dialog dan gerak-gerik sesuai naskah.
UNSUR-UNSUR DRAMA
1. Tokoh dan Penokohan
Tokoh harus memiliki ciri atau sifat dimensional, yaitu:
a. Dimensi fisiologis (usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri muka)
b. Dimensi sosiologis (ststus sosial, pekerjaan, pendidikan, kehidupan pribadi,
pandangan hidup seperti agama dan ideologi yang dianut, aktivitas sosial
tau organisasi, hobi, kegemaran, bangsa yang terdiri dari suku atau
keturunan.)
c. Dimensi psikologis meliputi mentalitas dan moralitas, tempramen, dan
intelegensi (tingkat kecerdasan, kecakapan, keahlian khusus dalam bidang
tertentu)
TOKOH BERDASARKAN PERANNYA
A. Tokoh Utama
Tokoh utamasetidaknya ditandai dalam empat hal, yakni:
• Paling sering muncul di setiap adegan
• Menjadi sentral atau pusat perhatian tokoh lain
• Kejadian-kejadian yang melibatkan tokoh lain selalu dapat dihubungkan
dengan peran utama
• Dialog-dialog yang dilibatkan tokoh-tokoh lain selalu berkaitan dengan
peran tokoh utama.
B. Tokoh dilihat dari segi perwatakan
•
Tokoh berkembang  tokoh yang mengalami perkembangan selama
pertunjukkan. Misalnya tokoh yang awalnya baik, namun menjadi tokoh
yang jahat
•
Tokoh pembantu  tokoh yang diperbantukan untuk menjelaskan tokoh
lain.
•
Tokoh statis  tokoh yang tidak mengalami perubahan dari awal hingga
akhir suatu drama.
•
Tokoh serbabisa  tokoh yang dapat berperan sebagai tokoh lain.
Misalnya tokoh yang berperan jadi raja, namun ia berperan sebagai
pengemis untuk mengetahui kehidupan rakyatnya.
BERDASARKAN PERANNYA DI DALAM RANGKAIAN CERITA, DIKENAL PEMBAGIAN
TOKOH DRAMA

Tokoh gagal/tokoh badut  tokoh yang mempunyai pendirian yang
bertentangan dengan tokoh lain. Kehadiran tokoh ini berfungsi
menegaskan tokoh lain itu.

Tokoh idaman  berperan sebagai pahlawan dengan karakternya yang
gagah, berkeadilan, atau terpuji.

Tokoh statis  tokoh ini memiliki peran yang sama, tanpa perubahan,
mulai dari awal hingga akhir cerita.

Tokoh yang berkembang  tokoh mengalami perkembangan selama awal
cerita itu berlangsung.
TOKOH BERDASARKAN WATAK
 Protagonis  tokoh yang menampilkan kebaikan
 Antagonis  tokoh jahat atau penentang kebaikan
 Tritagonis  tokoh mendukung protagonis untuk
memperjuangkan nilai kebaikan.
Watak seorang tokog drama dapat diketahui melalui petunjuk
berikut.
• Penjelasan langsung dari pengarang
• Perkataan tokoh itu sendiri
• Pembicaraan tokoh lain.
2. Alur
•
Maju
•
Mundur
•
Campuran
3. Tema
4. Diksi
5. Pesan/Amanat
Download