Tuberculosis Tuberculosis (sering dikenal sebagai “TB”) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Umumnya menginfeksi paru-paru, walaupun dapat pula menginfeksi organ tubuh lainnya. Ketika seseorang yang mengidap TB batuk atau bersin, udara yang disemburkan mengandung titik air yang tercemar bakteri tersebut. Biasanya orang tertular TB karena menghirup udara yang mengandung titik air terinfeksi ini. Sebagai salah satu penyakit yang ditakuti pada abad ke-19, TB adalah penyebab nomor 8 kematian anak usia 1 hingga 4 tahun pada tahun ’20-an. Dengan meningkatnya standar kehidupan dan pelayanan kesehatan di Amerika Serikat, tingkat kejadian TB menurun. Pada tahun ’60-an penyakit ini bahkan tidak termasuk di antara 10 penyebab kematian utama pada anak dalam usia berapa pun. Namun TB menyerang kembali di Amerika Serikat akhir-akhir ini – terutama di antara para gelandangan, narapidana, dan mereka yang rentan akibat terinfeksi HIV. Selain itu, muculnya kasus TBC yang resisten terhadap kombinasi obat juga semakin meningkat. Tanda dan Gejala Uji rutin untuk TB menggunakan tes tuberkulin pada kulit (digunakan untuk menentukan apakah seseorang sudah terinfeksi bakteri TBC) kini hanya dianjurkan untuk anak yang berisiko tinggi terpapar penyakit ini. Faktor risiko termasuk tertular orang dewasa, melakukan kontak dengan mantan narapidana, gelandangan, dan melakukan perjalanan ke negara yang memiliki tingkat penularan TBC yang tinggi, seperti Meksiko, India, Vietnam, Cina, Filipina, dan kebanyakan negara di Amerika Latin, Asia, Timur Tengah, dan Afrika. Anak adopsi dari daerah berisiko tinggi juga perlu diuji, termasuk Rumania dan Rusia. Pada kebanyakan kasus, hanya jika hasil tes tuberkulin pada kulit positif, maka anak tersebut telah terinfeksi. Anak yang hasil tes tuberkulinnya positif, walaupun tidak menunjukkan gejala penyakit, umumnya perlu memperoleh pengobatan. Namun untuk anak yang berisiko tinggi, hasil tes yang negatif perlu dilanjutkan dengan foto rontgen dan pengobatan. Hasil uji yang demikian perlu diulang tiga bulan kemudian. Uji TBC, yang biasa disebut sebagai tes Mantoux, merupakan tes tuberkulin pada kulit dengan menggunakan 5 unit derifatif protein termurnikan (purified protein derivative, PPD). Uji TBC dalam bentuk lain tidak dianjurkan. Setelah dilakukan pada lengan si anak, tes tuberkulin pada kulit dibaca 48 – 72 jam kemudian oleh orang yang berpengalaman. Interpretasi tergantung tidak saja dari tipe reaksi setelah tes, namun juga pada tingkat risiko anak terkena TBC. Anak yang berusia di atas 4 tahun dan tanpa faktor risiko mungkin mengalami sedikit reaksi (pembengkakan sebesar 5 – 14 mm) dan tidak terinfeksi TBC. Sedangkan anak yang memiliki kontak yang dekat dengan penderita TBC akan dianggap terinfeksi walaupun mengalami reaksi yang sangat kecil (lebih besar atau sama dengan pembengkakan 5 mm). Anak yang telah menerima imunisasi BCG juga dapat diuji Mantoux. Bahkan pada anak yang memiliki masalah pada sistem kekebalan tubuhnya akan memperoleh hasil negatif uji tuberkulin pada kulitnya, padahal kemungkinan terinfeksi TBC. Pada anak yang usianya lebih dewasa, TBC paru primer (infeksi pertama dengan bakteri TBC) biasanya tidak menimbulkan tanda atau gejala, dan hasil foto rontgen dada tidak terlihat adanya tanda infeksi. Sangat jarang terjadi pembengkakan kelenjar limfe dan kemungkinan sedikit batuk. Infeksi primer ini biasanya sembuh dengan sendirinya karena anak telah membentuk kekebalan tubuh selama periode waktu 6 hingga 10 minggu. Namun pada beberapa kasus, jika tidak ditangani dengan benar (biasanya antara 6 bulan hingga 2 tahun), infeksi ini dapat berkembang menjadi penyakit dan menyebar ke seluruh paru-paru (disebut TBC progresif) atau ke organ tubuh lainnya. Hal ini ditandai dengan demam, kehilangan berat badan, kelelahan, kehilangan selera makan, kesulitan bernafas, dan batuk. Tipe infeksi lainnya disebut TBC reaktivasi. Dalam hal ini infeksi primer sudah teratasi, namun bakteri TBC masih dalam keadaan tidur atau hibernasi. Ketika kondisi memungkinkan (misalnya kekebalan tubuh menurun), bakteri menjadi aktif. TBC pada anak yang lebih tua dan orang dewasa mungkin saja termasuk tipe ini. Gejala yang paling jelas adalah demam terus-menerus, diiringi dengan keringat pada malam hari. Kelelahan dan kehilangan berat badan juga mungkin terjadi. Jika penyakit bertambah parah dan terbentuk lubang-lubang pada paru-paru, penderita TBC akan mengalami batuk dan mungkin terdapat darah pada produksi air liur, dahak, atau phlegm. Kebanyakan anak yang menderita TBC tidak menunjukkan gejala apapun. Mereka dikatakan mengalami infeksi TBC jika memiliki hasil PPD yang positif, walaupun hasil foto rontgennya normal dan tidak memiliki tanda atau gejala TBC. Sebagai tambahan dari tes tuberkulin pada kulit, anak yang mengidap TBC juga harus menjalani tes tambahan dengan mengkultur bakteri TBC. Dengan demikian kita bisa menentukan bakteri yang dikultur sensitif terhadap jenis obat apa. Karena TBC adalah bakteri yang lambat pertumbuhannya, kultur ini bisa mencapai 10 minggu untuk memperoleh hasilnya. Untuk melakukan kultur, kita perlu memperoleh hasil dari pernapasan gastric di pagi hari jika anak tidak dapat menghasilkan batuk untuk sampel sputum. Anak yang mengidap TBC juga perlu dites HIV. TBC pada paru-paru menyebabkan pembentukan luka, pembengkakan pleural dan pembesaran kelenjar limfe. Hal-hal ini biasanya dapat terlihat pada hasil foto rontgen. Selain gejala pada paru yang disebutkan di atas, penyakit TBC juga dapat menyebabkan meningitis dan infeksi pada telinga, ginjal, tulang, dan persendian. Pencegahan Pencegahan TB tergantung pada: Menghindari kontak dengan penderita aktif TBC Menggunakan obat-obatan sebagai langkah pencegahan pada kasus berisiko tinggi Menjaga standar hidup yang baik Kasus baru dan pasien yang berpotensi tertular diidentifikasi melalui penggunaan dan interpretasi tes kulit tuberkulin yang tepat. Imunisasi BCG (Bacille Calmette – Guérin) dipandang kontroversial karena tidak terlalu efektif diberikan di negara yang tingkat kejadian TBC rendah. Untuk alasan inilah BCG umumnya tidak diberikan di Amerika Serikat. Namun sebaiknya diberikan ke anak yang berpindah ke negara dimana TBC banyak terjadi. Penularan TBC memang menular ketika bakterinya berada di udara dan dihirup oleh orang lain. Secara umum, penyakit ini tidak dianggap menular pada anak-anak, yang biasanya terinfeksi dari pasien orang dewasa. Masa inkubasi (waktu yang diperlukan untuk seseorang menjadi terinfeksi setelah tertular) bervariasi antara mingguan hingga tahunan, tergantung dari orang itu sendiri dan jenis infeksinya, apakah primer, progresif, atau reaktivasi. Pengobatan Dokter biasanya menganjurkan rawat inap untuk evaluasi awal dan pengobatan TBC, terutama jika: Penderita adalah anak kecil Adanya reaksi obat yang parah Adanya penyakit lain selain TB Walaupun demikian, kebanyakan anak kecil yang menderita TBC dapat melakukan rawat jalan dan pengobatan di rumah. Pengobatan TBC biasanya berupa pengobatan oral. Pada beberapa kasus, ada tiga atau empat jenis obat yang diresepkan. Sangat penting diingat bahwa rangkaian pengobatan harus dijalani dengan lengkap agar TBC dapat disembuhkan, meskipun membutuhkan waktu beberapa bulan. Obat yang digunakan merupakan kombinasi antibiotik, tergantung dari resistensi bakteri terhadap obat uang umum digunakan. Pengobatan ini harus dikoordinasikan dengan departemen kesehatan setempat dan/atau ahli penyakit menular pada anak. Orang yang memiliki hasil PPD positif sebaiknya membutuhkan pengobatan, biasanya berupa isoniazid (INH) selama 9 bulan. Jika infeksi TBC yang diderita ternyata resisten terhadap isoniazid, maka dibutuhkan rifampin selama 6 bulan. Obat lain yang biasa digunakan adalah pyrazinamide. Etambutol atau streptomycin dapat digunakan untuk bakteri TBC yang resisten pada beberapa obat. Pengobatan untuk penyakit TBC kompleks (baik meningitis maupun infeksi pada tulang atau persendian) biasanya berlangsung selama 9 – 12 bulan dengan menggunakan 3 hingga 4 jenis obat. Kebanyakan penderita TBC harus mengitu Terapi Observasi Langsung (directly observed therapy, DOT), dimana pengobatan diawasi oleh pekerja kesehatan, baik secara langsung maupun menggunakan video. Orang dewasa penderita TBC sangatlah menular setidaknya selama beberapa minggu setelah memulai pengobatan yang benar. Anak-anak penderita TBC tidak terlalu menular karena mereka umumnya memiliki lesi yang keciil pada paru-paru dan jarang batuk. Semua kasus infeksi dan penyakit TBC harus dilaporkan ke departemen kesehatan lokal di sekeliling Anda. Durasi TBC adalah penyakit kronis yang dapat berlangsung bertahun-tahun jika tidak diobati. Kapan Menghubungi DSA Anda Hubungi dokter jika anak Anda: Berhubungan langsung dengan orang yang sedang (atau dicurigai) mengidap TBC Mengalami demam terus-menerus Berkeringat di malam hari Mengalami batuk terus-menerus yang tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan batuk yang standar Sumber: Tuberculosis, http://www.keepkidshealthy.com/welcome/infectionsguide/tuberculosis.html Tuberculosis, http://www.kidshealth.org/parent/infections/lung/tuberculosis.html [LR]