1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyusui merupakan suatu aktivitas yang bisa mendatangkan
kebahagiaan tersendiri bagi ibu, yang memang menjadi kodratnya. Untuk
mendukung keberhasilan menyusui, perlu mengetahui teknik menyusui yang
baik dan benar. Salah satu penyebab kegagalan menyusui adalah disebabkan
karena kesalahan ibu dalam memosisikan dan meletakkan bayi saat
menyusui. Posisi menyusui dapat dilakukan dengan beberapa posisi. Cara
menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau
berbaring. menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan
puting payudara lecet. Salah satu faktor yang sering dilakukan saat menyusui
adalah posisi menyusui yang belum tepat sehingga mengganggu produksi dan
transfer ASI ke bayi (Khasanah, 2011).
Menurut WHO (2009) terdapat 35,6% ibu gagal menyusui bayinya
dan 20% diantaranya adalah ibu –ibu di Negara berkembang, sementara itu
berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010
dijelaskan bahwa 67,5% ibu yang gagal memberikan ASI ekslusif kepada
bayinya adalah kurangnya pemahaman ibu tentang teknik menyusui yang
benar, sehingga sering menderita puting lecet dan retak.
Hasil dari susenas tahun 2007 yang menunjukkan bahwa secara
nasional terdapat sebesar 94,57% bayi mendapat ASI. Presentase balita yang
pernah mendapat ASI pada tahun 2007 cenderung mengalami penurunan jika
1
2
dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Penurunan presentase pada
tahun 2006 dibandingkan dengan tahun 2005 relatif rendah yaitu 96,02%
menjadi 95,24%.
Kegagalan dalam proses menyusui sering di sebabkan karena
timbulnya beberapa masalah pada ibu dan bayi. Pada sebagian ibu yang tidak
paham bagaimana teknik menyusui yang benar dapat menjadi masalah dalam
menyusui. Adapun masalah dalam menyusui adalah puting susu lecet,
payudara bengkak, abses payudara (mastitis). (Sulystyawati, 2009)
Menyusui setiap dua-tiga jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi.
Untuk wanita pada umumnya, menyusui atau memerah ASI delapan kali
dalam 24 jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi pada masa-masa awal
menyusui, khususnya empat bulan pertama. Bukanlah hal yang aneh apabila
bayi yang baru lahir menyusui lebih sering dari itu, karena rata-ratanya adalah
10-12 kali menyusui tiap 24 jam, atau bahkan 18 kali. (Gartner, 2005)
Bayi yang mendapat ASI eksklusif 6 bulan frekuensi terkena diare
sangat kecil, bahkan mulai minggu ke 4 sampai bulan ke 6 bayi jarang
defekasi dan sering menjadi keluhan ibu yang datang ke klinik karena
bayinya tidak defekasi lebih dari 3 hari. Pada kelompok bayi yang mendapat
susu tambahan lebih sering mengalami diare. Dengan demikian kesehatan
bayi yang mendapat ASI eksklusif akan lebih baik bila dibandingkan
kelompok bayi yang diberi susu formula (Sri Purwati H, 2004).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi teknik menyusui diantaranya
adalah pengetahuan dan sikap ibu. Pengetahuan adalah hasil „tahu‟, dan ini
3
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena
dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang didasari oleh
informasi (Notoatmodjo, 2007).
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan seharihari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka
tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap
merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek. Kesehatan ibu memegang peranan dalam
produksi air susu ibu. Bila ibu tidak sehat, asupan makanannya kurang atau
kekurangan darah untuk membawa nutrien yang akan diolah oleh sel-sel acini
payudara. Hal ini menyebabkan produksi ASI menurun. Menurut Nilas dan
Michael Newton dalam Briefs Footnotes on Maternity Care, keberhasilan
menyusui sangat bergantung pada emosi dan sikap ibu. (Notoatmodjo, 2007).
Sebaiknya pada masa kehamilan dan masa nifas, ibu hamil telah
mendapatkan informasi tentang teknik menyusui dari bidan. Bidan sebagai
4
pelaksana pelayanan kebidanan berkewajiban untuk itu, karena bila ibu hamil
kurang mengetahui tentang teknik menyusui, akan berdampak payudara tidak
terawat sehingga akan bermasalah pada awal masa laktasi seperti puting susu
lecet, payudara bengkak, air susu tersumbat. Sebagaimana dilaporkan 57%
dari ibu menyusui di Indonesia pernah menderita kelecetan pada putingnya
(Soetjiningsih, 2002).
Menurut Sirkosi dan Barker (2005), selain hormon prolaktin dan
oksitosin keadaan yang mempengaruhi produksi ASI pada ibu adalah
penggunaan obat- obatan saat dilakukan operasi sectio caesarea. Obat-obatan
yang dipakai saat operasi digunakan untuk mengurangi rasa nyeri. Nyeri yang
ditimbulkan akibat operasi sectio caesarea mempengaruhi ibu dalam
memberikan perawatan pada bayi, sehingga dapat menyebabkan ibu menunda
untuk menyusui dan terjadilah ketidaklancaran dalam produksi ASI
Teknik lain yang dapat mempengaruhi produksi ASI adalah perawatan
yang dilakukan terhadap payudara atau breast care, bertujuan untuk
melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran produksi
ASI sehingga memperlancar pengeluaran ASI. Penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Afianti (2012) tentang pemijatan payudara dengan senam
payudara terhadap kelancaran pengeluaran ASI pada ibu menyusui
menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda antara senam payudara dan
pemijatan payudara terhadap pengeluaran kelancaran ASI pada ibu menyusui
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh
tahun 2012 dari jumlah bayi sebanyak 4604 bayi, dengan jumlah bayi yang
5
diberikan ASI eksklusif sebanyak 546 bayi (11,9%) (Dinkes Provinsi Aceh,
2012). Sedangkan jumlah bayi 0-6 bulan di Kabupaten Aceh Besar Tahun
2012 adalah 5.108 bayi dan yang mendapat ASI Eksklusif berjumlah 1.627
orang. Berdasarkan data dari Puskesmas Blang Bintang jumlah bayi 0-6 bulan
yaitu 203 orang dan yang mendapatkan ASI Eksklusif berjumlah 40 orang.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di Wilayah Kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar jumlah ibu menyusui pada bulan
Januari sampai dengan Mei 2013 berjumlah 159 orang. Berdasarkan dari hasil
wawancara dengan 12 orang responden yang ada di Wilayah Kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar 8 diantaranya menyatakan bahwa tidak
lancar ASI dan 4 di antaranya menyatakan lancarnya ASI hal ini dikarenakan
mereka mengkonsumsi obat atau jamu untuk memperlancar ASI.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengambil judul
tentang “Hubungan Tehnik Menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu
Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, peneliti membuat
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “ Hubungan Tehnik Menyusui
dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas
Blang Bintang Aceh Besar”
6
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan umum
Mengetahui hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran ASI
pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh
Besar.
2.
Tujuan khusus
a.
Untuk mengetahui teknik menyusui pada ibu menyusui di Wilayah
Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar
b.
Untuk mengetahui kelancaran ASI ibu menyusui di Wilayah Kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar
c.
Untuk mengetahui hubungan teknik menyusui dengan kelancaran
ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang
Aceh Besar
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi peneliti
Menambah pengetahuan
dan wawasan
pengetahuan
mengetahui
hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di
Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
2.
Bagi ibu menyusui
Dapat mengetahui bagaimana tehnik menyusui dengan kelancaran ASI
pada ibu menyusui.
3.
Bagi lembaga pendidikan
Dapat menambah referensi tentang hubungan tehnik menyusui dengan
kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang
Bintang Aceh Besar.
7
E. Keaslian Penelitian
Berbagai penelitian tentang hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran
ASI pada ibu menyusui sudah banyak dilakukan, salah satunya adalah yang pernah
dilakukan oleh:
1.
Salmani (2011) dengan judul
Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu
Menyusui Tentang Teknik Menyusui Yang Benar di Wilayah Kerja
Puskesmas Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Variabel yang diteliti oleh
Salmani adalah pengetahuan dan sikap.
2.
Nurhikmati (2011) dengan judul Pengetahuan ibu tentang teknik menyusui
yang benar di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang.
Variabel yang
diteliti oleh Nurhikmati adalah pendidikan, dukungan keluarga, dan
informasi.
3.
Indana Zulfa Zakiah (2011) dengan judul Hubungan Inisiasi Menyusu Dini
Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Pasca Persalinan Di Rsud Dr.
Moewardi Surakarta Dan Rsud Banjasari Surakarta. Variable yang diteliti
oleh Indana Zulfa Zakiah adalah inisiasi menyusu dini dan kelancaran
produksi ASI.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Menyusui
Menyusui merupakan suatu proses ilmiah, namun sering ibu-ibu tidak
berhasil atau menghentikan menyusui lebih dini dari semestinya (Depkes RI,
2003). Ibu menyusui adalah ibu yang memberikan air susu kepada bayi dari
buah dada (Kamus Besar Bahasa Indonesia). ASI adalah cairan putih yang
dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. ASI
diproduksi dalam kelenjar-kelenjar susu tersebut, kemudian ASI masuk ke
dalam saluran penampungan ASI dekat puting melalui saluran-saluran air
susu (ductus), dan akan disimpan sementara dalam penampungan sampai tiba
saatnya bayi mengisapnya melalui puting payudara (Nur Khasanah, 2011).
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui
duktus ke sinus lactiferous. Hisapan merangsang produksi oksitosi oleh
kelenjar hypofisis posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan
kontraksi sel-sel khusus (sel-sel myoepithel) yang mengelilingi alveolus
mamae dan duktus lactiferous. Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI
keluar dari alveoli melalui duktus lactiferous menuju sinus lactiferous, tempat
ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus tertekan
keluar, ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down reflect
atau “pelepasan”. Pada akhirnya, let down dapat tanpa rangsangan hisapan.
8
9
Pelepasan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekadar
memikirkan tentang banyinya (Sulystyawati, 2009).
Kurangnya asupan ASI pada minggu pertama akan berdampak ikterik
pada bayi. Kebanyakan ikterik adalah keadaan fisiologis yang merupakan
tindakan penyesuaian protektif terhadap lingkungan di luar uterus. Ikterik
fisiologis biasanya terjadi pada 2 -3 hari setelah kelahiran, biasanya hilang
dalam 7-10 hari, meskipun kadar bilirubin tetap meningkat untuk beberapa
minggu. Biasanya mencapai puncak 3-5hari setelah kelahiran.
B. Teknik Menyusui
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada
bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.
1.
Persiapan menyusui
Persiapan
memberikan
ASI
dilakukan
bersamaan
dengan
kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air,
lemak serta berkembanganya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan
tegang dan sakit.
Bersamaan dengan membesarnya kehamilan,
perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak.
Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah
makin tampak, dan aerola mamae makin menghitam (Sulystyawati,
2009).
Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan
jalan :
10
a.
Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel
yang lepas tidak menumpuk.
b.
Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk
memudahkan isapan bayi.
c.
Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau
dengan jalan operasi (Sulystyawati, 2009).
Dalam menyusui yang lebih penting daripada menyiapkan
payudara adalah menyiapkan kepala anda. Masudnya, pelajari sebanyak
mungkin hal tentang menyusui. Carilah dokter ahli anak yang sangat
setuju pemberian ASI. Carilah juga ibu lau yang mampu memberi
dukungang dan menjawab pertanyaan anda (Bonny Danuatmadja, 2003).
Kampanyekan niat memberikan ASI eksklusif pada pasangan dan
keluarga karena merekalah yang akan berada di sekeliling anda saat bayi
larir (kehadiran mereka bisa menguatkan atau melemahkan keputusan
anda). Kalau perlu bekali mereka dengan informasi yang cukup.
Tidak ada perawatan khusus untuk puting atau payudara sebelum
menyusui. Puting sudah dirancang untuk menyusui. Dalam banyak kasus,
mereka akan menjalankan fungsinya dengan sukses tanpa persiapan.
Perawatan puting malah dapat berbahaya misalnya pengolesan
puting dengan minyak, alcohol, atau mencucinya dengan sabun akan
membuat puting kering sehingga lebih mudah pecah. Menggosok puting
dengan sikat bisa mengiritasi jaringan. Memijat payudara atau puting saat
11
anda masih hamil pun tidak dianjutkan karena bisa memulai terjadinyan
kontraksi.
Jika anda bersikeras ingin melakukan persiapan, periksakan
payudara anda pada dokter kandung untuk mengetahui apakah ada
kelainan anatomi, seperti puting terbalik atau kelenjar yang kurang
berkembang dengan baik (Bonny Danuatmadja, 2003).
2.
Teknik Dasar Menyusui
a.
Sebelum menyusui, keluargan ASI sedikit, oleskan pada puting dan
areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga
kelembaban puting.
b.
Letakkan bayi menghadap payudara ibu. Pagang belakang bahu bayi
dengan satu lengan. Kepada bayi terletak di lengkung siku ibu.
Tahan bokong bayi dengan telapak tangan. Usahakan perut bayi
menempel pada badan ibu dengan kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanya membelokkan kepala bayi).
c.
Untuk memasukkan payudara ke mulut bayi, pegang payudara
dengan ibu jari atas jari yang lain menopang di bawahnya. Jangan
menekan puting susu atau areola-nya saja.
d.
Beri bayi rangsangan membuka mulut (rooting reflek) dengan cara
menyentuh pipi atau sisi mulut bayi dengan puting. Setelah bayi
buka mulut, segera dekatkan puting ke mulut bayi. Jangan
menjejalkan puting ke mulutnya. Biarkan bayi mengambil inisiatif.
12
e.
Pastikan bayi tidak hanya mengisap puting, tetapi seluruh areola
masuk ke dalam mulutnya. Jika bayi hanya mengisap bagian puting,
kelenjar-kelenjar susu tidak akan mengalami tekananan sehingga
ASI tidak keluar maksimal. Selain itu, jika bagian puting saja yang
diisap bisa menyebabkan puting nyeri dan lecet.
f.
Gunakan jari untuk menekan payudara dan menjauhkan hidung bayi
agar pernapasannya tidak terganggu.
g.
Jika bayi berhenti menyusu, tetapi masih bertahan di payudara,
jangan menariknya dengan kuat karena dapat menimbulkan luka.
Pertama-tama, hentikan isapan dengan menekan payudara atau
meletakkan jari anda pada ujung mulut bayi agar ada udara yang
masuk
h.
Selama menyusui, tataplah bayi penuh kasih sayang.
i.
Jangan khawatir jika bayi belum terampil mengisap dengan baik
maupun bayi masih belajar. Dibutuhkan ketenangan, kesabaran, dan
latihan agar proses menyusui menjadi lancar (Bonny Danuatmadja,
2003).
3.
Posisi dan perlekatan menyusui
Menurut Djamaludin, dkk (2010) mengatakan bahwa satu hal
yang penting diingat, Sebaiknya, ibu mencuci tangan dulu hingga bersih
sebelum mulai menyusui. Berikut ini, beberapa cara menyusui:
a.
Posisi sambil duduk.
1) Ambil posis duduk yang nyaman. Pangku bayi dengan
menempelkan perutnya pada perut ibu. Lalu, sanggah kepalanya
13
tepat pada siku lengan bagian atas. Sementara, bagian lengan
dan telapak tangan ibu menahan punggung dan bokongnya.
2) Agar lebih merangsang antusias bayi untuk menyusu, pijat
bagian sekitar aerola (daerah sekita puting) ibu hingga
mengeluarkan sedikit ASI. Oleskan ASI yang keluar itu pada
puting ibu hingga jadi agak basah. Biasanya, bayi akan langsung
mengisap ketika mulut menyentuh tetesan ASI di sekitar puting.
3) Tempelkan mulut bayi pada puting ibu.
4) Saat bayi mulai mengisap tataplah matanya dan sentuhla ia
sambil mengajaknya bicara. Hal ini merangsang pencaindra dan
organ-organ tubuhnya.
5) Biarkan bayi ibu mengisap sepuas-puasnya. Jangan dulu
berganti ke sisi payudara yang sedang diisap benar-benar terasa
kosong.
b. Posisi Sambil Berbaring.
Menyusui dengan posisi berbaring, pada dasarnya hamper
sama dengan sambil duduk. Para ibu yang melahirkan dengan
metode Caesar, akan lebih nyaman bila mengambil posisi berbaring
miring saat pertama kali menyusui. Untuk aktivitas menyusui di
rumah pun, posisi berbaring dapat dijadikan alternative bagi ibu.
1) Ibu berbaring miring menghadap bayi yang posisi tidurnya juga
dimiringkan
menghadap
ibu.
Sejajarkan dan tempelkan
mulutnya dengan puting ibu. Lekatkan tubuhnya pada tubuh ibu.
14
Kemudian, tahan bagian punggung dan bokongnya dengan
tangan ibu;. Ketika ia mulai mengisap, lakukan komunikasi dan
sentuhan-sentuhan lembut padanya.
2) Seiring bertambah usia bayi dan perkembangan gerakan-gerakan
tubuhnya, bias any bayi akan mengekplorasi variada-variasi
menyusui yang dirasakan nyaman bagi dirinya.
c. Posisi sambil berdiri
Penjelasan tentang posisi menyusui sambil duduk, dapat
diterapkan untuk posisi berdiri. Namun, bagi para pemulam
menyusui dengan posisi berdiri harus dilakukan ekstra hati-hati. Jika
tidak, akan membahayakan bagi bayi. Misalnya, bayi lepas dari
pengkuan. Menyusui sambil berdiri juga mensyaratkan enegrgi ibu
yang cukup besar untuk mengendongnya cukup lama.
Seiring pengalaman melalui rutinitas menyusui, kelak ibu
pun mampu mengombinasikan posisi-posisi menyusui. Nanti pun,
ibu mampu menyusui sambil tiduran diselingi sambil duduk. Lalu,
sambil berdiri. Dapat juga dikombinasikan dengan melakukan
aktivitas ringan lain, seperti mengangkat telepon, menutup pintu,
menyapu lantau, dan sebagainya.
Harus diingat, menyusui sambal beraktivitas lain, secara tidak
langsung merupakan wahana rangsangan bagi bayi mengenal
lingkungannya. Sebab, ketika ibu menyusui sambil mengangkat
telpon, bayi pun belajar tentang adanya objek (benda) yang dapat
15
digenggam. Benda itu dapat berbunyi. Pemahaman yang diperoleh
bayi dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasa itulah yang akan turut
menentukan perkembangan lebih jauh potensi kecerdasannya.
Perlekatan menyusu (Latch on) adalah menempelnya mulut
bayi di payudara
ibu.
Untuk itu diperlukan posisi yang
memperhatikan letak tubuh bayi secara keseluruhan terhadap tubuh
ibu. Hal ini akan sangat membantu bayi menelan ASI dengan mudah
dan jumlah yang cukup, dan pada akhirnya akan meningkatkan
produksi ASI sesuai kebutuhan bayi. Perlekatan yang benar juga
menghindari luka pada puting, karena pada perlekatan yang benar,
puting tidak akan bergesekan dengan langit-langit bayi yang keras,
melainkan jatuh di tengah rongga tenggorokan bayi, sehingga tidak
akan tergesek dan tidak akan luka. Oleh karena itu perlekatan
menyusu dapat dikatakan adalah jantungnya proses menyusui.
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui
yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau
berbaring (Sulytiawati, 2009).
16
Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar
Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar
17
Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar
Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti
ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakkan di samping kepala ibu dengan
posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti
memegang bola bila disusui bersamaan, di payudara kiri dan kanan. Pada
ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu,
tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak
tersedak (Sulystyawati, 2009).
Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal
18
Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang
perawatan
Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah
Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh
19
Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan
4.
Langkah-langkah menyusui yang benar
Menurut Soetjiningsih, (2006) menyatakab bahwa langkah-langkah
menyusui yang benar sebagai berikut.
a. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada
puting dan di sekitar kalang payudara. Cara ini menmpunyai manfaat
sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
1) Ibu duduk atau barbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan
kursi
yang
rendah
(agar
kaki
ibu
tidak
menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
2) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan,
kepalabayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak
menengadah, dan bokng bayi ditahan dengan telapak).
3) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu
di depan.
4) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi)
20
5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
6) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain
menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau kalang
payudara saja.
d. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rootingreflex) dengan
cara:
1) Menyentuh pipi dengan puting susu atau,
2) Menyentuh sisi mulut bayi.
e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dan puting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut
bayi:
1) Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut
bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-lagit dan lidah
bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI
yang terletak di bawah kalang payudara. Posisi yang salah, yaitu
apabila bayi hanya mengisap pada puting susu saja, akan
mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu
lecet.
2) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau
disangga lagi.
Sedangkan menurut Sulystyawati, (2009) sebagai berikut:
a.
Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASi dan
oleskan disekitar puting, duduk dan berbaring dengan santai.
21
Gambar 9. Cara meletakkan bayi
Gambar 10. Cara memegang payudara
b.
Bayi diletakkan menghadapi ke ibu dengan posisi sanggah seluruh
tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh
bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidup bayi
berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu,
menyentuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai
mulut bayi terbuka lebar.
22
Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi
c.
Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir
bawah bayi terletak di bawah puting susu.
Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel
pada payudara ibu, mulut bayi terbuka dan bibir bawah bayi
membuka lebar.
Gambar 12. Perlekatan benar
23
Gambar 13. Perlekatan salah
5.
Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Langkah-langkah menyusui yang benar adalah : (a) Sebelum
menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu
dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan
dan menjaga kelembaban puting susu. (b) Bayi diletakkan menghadap
perut ibu atau payudara. (c) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas
dan jari yang lain menopang di bawah. Jangan menekan puting susu saja
atau areolanya saja. (d) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut
dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi
mulut bayi. (e) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke
mulut bayi. (f) Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam
mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah
bayi akan menekan ASI ke luar dari tempat penampungan ASI yang
terletak di bawah areola. (g) Setelah bayi mulai menghisap, payudara
tidak perlu disanggah lagi (Perinasia, 2003)
24
Menurut Sulystyawati (2009) menyusui dengan teknik yang tidak
benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar
optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi
enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan
memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
a.
Bayi tampak tenang
b.
Badan bayi menempel pada perut ibu
c.
Mulut bayi terbuka lebar
d.
Dagu bayi menempel pada payudara ibu
e.
Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih
banyak yang masuk
f.
Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
g.
Puting susu tidak terasa nyeri.
h.
Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
i.
Kepala bayi agak menengadah.
Gambar 14. Teknik menyusui yang benar
25
j.
Melepas isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong,
sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas
isapan bayi (Soetjiningsih, 2006):
1) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut
mulut atau,
2) Dagu bayi ditekan ke bawah.
k.
Setelah selesai menyusui, ASI keluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada puting susu dan di sekitar kalang payudara; biarkan kering
dengan sendirinya.
l.
Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari
lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh – Jawa) setelah
menyusui. Cara menyendawakan bayi:
1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu,
kemudian punggunnya ditepuk perlahan-lahan,
2) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudaia punggungnya
ditepuk perlahan-lahan (Soetjiningsih, 2006).
6.
Lama dan frekuensi menyusui
Bayi memiliki jadwal menyusu yang harus diketahui oleh ibu,
biasanya bila bayi merasa lapar, ia akan menangis minta disusui. Bayi
sebaiknya diberi selang waktu dua jam dari minumnya yang terakhir. Jika
bayi menangis terus menerus berilah dot dan sebotol air hangat.
26
Selanjutnya gendong dan usap-usaplah punggungnya hingga tertidur
pulas (Riyanti, 2007).
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga
tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan,
karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui
bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing,
kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa
perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat menyosongkan satu
payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong
dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur
menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu
kemudian, (Hanyow, 2008).
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena
isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI
selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan
mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan
agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada
malam hari akan memicu produksi ASI (Sulystyawati, 2009).
Menjaga keseimbangan besarnya kedua peyudara maka sebaiknya
setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu
agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong. Agar produksi
ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara
yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu
27
menggunaka kutang (BH) yang dapat menyanggan payudara, tetapi tidak
terlalu ketat (Sulystyawati, 2009).
Gambar 15. Kutang (BH) yang baik untuk ibu menyusui.
Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand), karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi
menangis bukan karena sebab lain (kencing, dsb). atau ibu sudah merasa perlu
menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 57 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada
awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tak teratur, dan akan mempunyai
pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian (Soetjiningsih, 2006).
Menyusui yang dijadwalkan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa
dijadwal, sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin
timbul. Menyusui pada malam hari sangat berguna bagi ibu yang bekerja, karena
dengan sering disusukan pada malam hari akan memacu produksi ASI, dan juga
28
dapat
mendukungh
keberhasilan
menunda
kehamilan.
Untuk
menjaga
keseimbangan besarnya kedua payudara, maka sebaiknya setiap kali menyusui
harus digunakan kedua payudara dan diusahakan sampai payudara terasa kosong,
agar produksi ASI tetap baik. Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang
terakhir disusukan. Selama masa menyusui, sebaiknya ibu menggunakan kutang
(BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat (Soetjiningsih,
2006).
C. Air Susu Ibu (ASI)
1.
Definisi ASI
ASI adalah air susu yang keluar dari seorang ibu pasca
melahirkan bukan sekedar sebagai makanan, tetapi juga sebagai suatu
cairan yang terdiri dari sel-sel yang hidup seperti sel darah putih,
antibodi, hormon, faktor-faktor pertumbuhan, enzim, serta zat yang dapat
membunuh bakteri dan virus. ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI
saja tanpa makanan dan minuman lain, baik berupa susu formula, jeruk,
madu, air teh, air putih, maupun makanan padat seperti pisang, pepaya,
bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Roesli, 2005).
Air Susu Ibu merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama
pada bulan-bulan pertama, karena mengandung zat gizi yang diperlukan
bayi untuk membangun dan menyediakan energi (Pudjiadi, 2000). ASI
bukan minuman, namun ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal
paling sempurna bagi bayi hingga usia 6 bulan. ASI cukup mengandung
seluruh zat gizi yang dibutuhkan bayi. Selain itu, secara alamiah ASI
29
dibekali enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan bayi mudah
mencerna dan menyerap gizi ASI. Sistem pencernaan bayi usia dini
belum diberikan pada bayi ASI saja hingga usia 6 bulan, tanpa tambahan
minuman atau makanan apapun (Arief, 2009).
2.
Komposisi ASI
Berdasarkan stadium laktasi komposisi ASI dibagi menjadi 3
bagian yaitu kolostrum, ASI transisi/ peralihan, dan ASI matur.
Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti
infeksi dan berprotein tinggi yaitu 10-17 kali lebih dibanding ASI matur,
serta kadar karbohidrat
dan lemak yang rendah, volume tersebut
mendekati kapasitas lambung bayi yang baru berusia 1-2 hari dan
kolostrum harus diberikan pada bayi (Roesli, 2000). ASI transisi atau
peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sebelum menjadi
ASI matang, kadar protein semakin rendah sedangkan karbohidrat dan
lemak semakin tinggi dan volume makin meningkat. ASI matur
merupakan ASI yang keluar sekitar hari ke-14 sampai seterusnya, dengan
komposisi yang relatif konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI
yang cukup, ASI merupakan satu-satunya makanan yang paling baik dan
cukup untuk bayi sampai 6 bulan (Roesli, 2000).
3.
Volume Produksi ASI
Pada bulan terakhir kehamilan kelenjar-kelenjar pembuat air susu
mulai menghasilkan ASI. Dalam kondisi normal, pada hari pertama dan
kedua sejak lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 50-100 ml sehari.
Jumlahnyapun meningkat hingga 500 ml pada minggu kedua. Dan
30
produksi ASI semakin efektif dan terus menerus meningkat pada hari 10
–14 hari setelah melahirkan. Bayi yang sehat mengkonsumsi 700 -800 ml
ASI setiap hari. Setelah memasuki masa 6 bulan volume pengeluaran
ASI mulai menurun (Prasetyono, 2009).
4.
Struktur Payudara
Payudara wanita dirancang untuk memproduksi ASI. Pada setiap
payudara terdapat 20 lobus dan setiap lobus memiliki sistem saluran
(duct sistem). Saluran utama bercabang menjadi saluran-saluran kecil
yang berakhir pada sekelompok sel-sel yang memproduksi susu, yang
dinamakan alveoli. Saluran melebar menjadi tempat penyimpanan susu,
yang bermuara pada puting payudara. Adapun sel-sel otot mengelilingi
alveoli (Prasetyono, 2009).
5.
Produksi ASI
Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh
hormon prolaktin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior
yang ada yang berada di dasar otak. Bila bayi mengisap ASI maka ASI
akan dikeluarkan dari gudang ASI yang disebut sinus laktiferus. Proses
pengisapan akan merangsang ujung saraf disekitar payudara untuk
membawa pesan ke kelenjar hifofise anterior untuk memproduksi
hormone prolaktin. Prolaktin kemudian akan dialirkan ke kelenjar
payudara untuk merangsang pembuatan ASI. Hal ini disebut dengan
refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin (Novak & Broom, 2001).
Setelah melahirkan, laktasi dikontrol oleh dua macam reflek.
Pertama, reflek produksi air susu (milk production refleks). Bila bayi
31
menghisap puting payudara, maka akan diproduksi suatu hormon yang
disebut prolaktin (prolactin), yang mengatur sel-sel dalam alveoli agar
memproduksi air susu. Air susu tersebut dikumpulkan dalam saluransaluran air susu. Kedua, refleks mengeluarkan (let down reflex). Isapan
bayi juga merangsang produksi hormon lain yang dinamakan oksitosin
(oxytocin), yang membuat sel-sel otot di sekitar alveoli berkontraksi,
sehingga air susu didorong menuju puting payudara. Jadi, semakin bayi
menghisap semakin banyak air susu yang dihasilkan (Prasetyono, 2009).
Reflex let down adalah rangsangan dari isapan bayi dilanjutkan ke
neurohipofise (hipofisis posterior) yang mengeluarkan oksitosin. Hormon
oksitosin diangkut ke uterus melalui aliran darah yang menimbulkan
kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut.
Oksitosin sampai ke alveoli mempengaruhi sel miopitelium. Kontraksi
dari sel akan memeras susu keluar dari alveoli masuk ke ductus yang
akan mengalir melalui ductus lactiferus masuk ke mulut bayi. Faktorfaktor yang meningkatkan reflex let down adalah melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium dan memikirkan bayi, sedangkan
yang menghambat adalah keadaan bingung atau pikiran kacau, takut,
merasa sakit, atau malu ketika menyusui dan cemas (Kristiyanasari,
2009).
Bayi mempunyai suatu refleks pengisapan (suckling reflex).
Dengan adanya refleks ini, air susu akan diperas dari ampula menuju
32
mulut bayi. Pengisapan puting menunjukan gerakan yang berbeda, jika
dibandingkan dengan pengisapan dot (Prasetyono, 2009).
6.
Manfaat ASI
Besarnya manfaat ASI telah dikampanyekan oleh UNICEF
(United Nations Children’s Fund) melalui pekan menyusui sedunia atau
World
Breastfeeding Week yang diselenggarakan setiap tanggal 17
Agustus. Kampanye itu antara lain mengajak masyarakat diseluruh dunia,
terutama kaum ibu untuk memberikan manfaat ASI kepada bayi serta
mengenal manfaat pemberian ASI bagi dirinya sendiri (Novianti, 2009).
Manfaat ASI untuk ibu yang menyusui adalah sebagai berikut :
a.
Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan
kontraksi rahim, yang berarti mengurangi resiko perdarahan.
b.
Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim ke
ukuran sebelum hamil.
c.
Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga mempercepat penurunan
berat badan.
d.
Menyusui mengurangi resiko terkena kanker rahim dan kanker
payudara.
e.
ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan keluar rumah tanpa
harus membawa perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula dan
air panas.
f.
ASI tidak basi karena selalu diproduksi oleh payudara.
Manfaat ASI untuk bayi adalah sebagai berikut :
33
a.
ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi dengan
komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi.
b.
ASI mudah dicerna oleh bayi.
c.
ASI kaya akan antibodi yang membantu melawan infeksi dan
penyakit lainnya.
d.
ASI
menurunkan resiko diare,
infeksi saluran kemih dan
menurunkan resiko kematian bayi mendadak.
Manfaat ASI untuk keluarga adalah sebagai berikut :
a.
Menghemat pengeluaran karena tidak harus membeli susu formula
b.
Bayi sehat, sehingga keluarga bisa berhemat untuk biaya perawatan
kesehatan.
c.
Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi alamiah dari
menyusui.(Novianti, 2009).
D. Kelancaran Produksi ASI
Pada Hari pertama, bayi cukup disusukan selama 10-15 menit, untuk
merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu diisap oleh bayi.
Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI, beberapa kriteria yang dipakai
sebagai patokan untuk mengetahui jumahASI lancar atau tidak adalah :
1.
ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting.
2.
Sebelum disusukan payudara terasa tegang
3.
Berat badan bayi naik dengan memuaskan sesuai umur :
a.
1-3 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 700 gr/bulan)
34
4.
b.
4-6 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 600 gr/bulan)
c.
7-9 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 400 gr/bulan)
d.
10-12 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 300 gr/bulan)
Jika ASI cukup, setelah menyusu bayi akan tertidur /tenang selama 3-4
jam.
5.
Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari.
Bayi yang mendapatkan ASI memadai umumnya lebih tenang, tidak
rewel dan dapat tidur pulas. Tanda pasti bahwa ASI memadai dapat terlihat
pada penambahan berat badan bayi yang baik. Dalam keadaan normal usia 05 hari biasanya berat badan bayi akan menurun. Setelah usia 10 hari berat
badan bayi akan kembali seperti lahir. Secara alamiah ASI diproduksi dalam
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan bayi.
Ibu yang melahirkan dengan cara operasi caesar seringkali sulit
menyusui banyinya segera setelah lahir, terutama jika ibu diberikan anastesi
umum, ibu relatif tidak sadar untuk dapat mengurus bayi di jam pertama
setelah bayi lahir, meskipun ibu mendapat efidural yang membuatnya tetap
sadar, kondisi luka operasi di bagian perut relatif membuat proes menyusui
sedikit terhambat. Sementara itu bayi mungkin mengantuk dan tidak responsif
untuk menyusu terutama jika ibu mendapat obat-obatan penghilang rasa sakit
sebelum operasi. Beberapa jenis anastesi mengurangi refleks bayi mencari
payudara ibu dan menyusu pada ibunya, juga meningkatkan temperatur tubuh
bayi dan tangisan bayi (Ranjo-Arvidson et.al,2001).
35
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan visualisasi dari arah pemikiran yang
akan dilakukan. Arah pemikiran merupakan hubungan antara variabel atau
faktor-faktor yang diteliti. Untuk menggambarkan kerangka konsep
diperlukan teori-teori yang diteliti dan selanjutnya didefinisi dari setiap
variabel (Notoatmodjo,2005).
Variabel Independen
Teknik Menyusui
- Pelekatan
- Posisi penyusui
- Jadwal menyusui
Variabel Dependen
Kelancaran ASI
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
F. Hipotesa
Ada hubungan tehnik menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu
Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross
sectional yaitu untuk mengetahui hubungan teknik menyusui dengan
kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang
Bintang Aceh Besar.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam dalam penelitian ini adalah seluruh
ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar berjumlah 159 orang
1. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel dilakukan
secara purposive sampling. selama 8 hari pada bulan Agustus 2013.
Sampel dalam penelitian menggunakan kriteria sebagai berikut:
a.
Ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan
b.
Ibu yang bersedia menjadi responden.
c.
Ibu yang menyusui
36
37
C. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang
Bintang Aceh Besar.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 12-20 Agustus 2013.
D. Cara Pengukuran Data
1.
Teknik pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer
dan sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh
peneliti dengan menyebarkan kuesioner pada ibu-ibu. Sedangkan data
sekunder adalah data yang berasal dari Puskesmas Blang Bintang untuk
mengetahui jumlah ibu-ibu yang menyusui.
2.
Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi dan menggunakan lembar check list mengenai teknik
menyusui, 4 pertanyaan tentang kelancaran ASI.
38
E. Definisi Operasional
Variabel
Defenisi
operasional
2
1
Variabel dependen
Kelancaran
Banyaknya ASI
ASI
yang keluar, serta
Kelancaran ASI.
Dinilai melalui
indikator ibu dan
bayi.
Variabel independen
Teknik
Cara memberikan
menyusui
ASI kepada bayi
dengan perlekatan,
posisi ibu dan
jadwal menyusui
bayi dengan benar
Cara ukur
Alat ukur
4
3
Skala
Ukur
6
Observasi, check Kuesioner
list dengan
kriteria:
- Kurang lancar,
bila tidak
menjawab salah
satu pertanyaan
- Lancar, bila
menjawab
semua
pertanyaan yang
ada
Ordinal - Kurang
lancar
- Lancar
Observasi, check
list dengan
kriteria:
- Kurang baik,
bila x  17,5
- Baik, bila
x  17.5
Ordinal - Kurang
baik
- Baik
Kuesioner
F. Pengolahan dan Analisa Data
1.
Cara pengolahan data
Metode pengolahan data dilakukan melalui suatu proses dengan
tahapan seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006) sebagai berikut :
a.
Editing data (memeriksa), yaitu dilakukan setelah semua data
terkumpul melalui
pengecekan daftar isian. Tahap ini bertujuan
untuk memeriksa kelengkapan isian data.
b.
Hasil
ukur
5
Coding data (memberikan kode), yaitu memberi tanda kode terhadap
kuesioner yang telah diisi dengan tujuan untuk mempermudah proses
pengolahan data selanjutnya.
39
c.
Transfering (mentransfer data), yaitu tahap untuk memindahkan data
ke dalam tabel pengolahan data
d.
Tabulating (data bentuk tabel) data adalah melakukan klarifikasi
data,
yaitu
mengelompokkan
data
variabel
masing-masing
berdasarkan kuisioner untuk dimasukkan ke dalam tabel.
Pada observasi tentang teknik menyusui penilaian yang diberikan
setiap 1 pertanyaan diberi nilai 1 yang berjumlah 21 pertanyaan.
Adapun tentang pengolahan data teknik menyusui adalah:
a.
Kurang baik, bila x < 17,5
b.
Baik, bila x ≥ 17,5
Data kelancaran ASI adalah:
a.
Kurang lancar, jika responden menjawab tidak pada salah satu
pertanyaan
b.
2.
Lancar, jika responden menjawab semua pertanyaan yang ada
Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan cara:
a.
Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui frekuensi dari masingmasing variabel yang telah diteliti dengan menggunakan tabel
distribusi frekuensi.
Teknik menyusui dikategorikan berdasarkan 2 kategori yaitu baik
bila x  x dan kurang baik bila x < x dengan menentukan
persamaan :
40
x
x
n
Dimana : x
Untuk
: Rata-rata ukur
x
: Jumlah rata-rata ukur
n
: Jumlah sampel
perhitungan
persentase
dari
masing-masing
variabel
digunakan rumus (Machfoedz, 2009) :
p
f1 x 100
n
Keterangan:
P = persentase
f1 = frekuensi
n = sampel
100% = bilangan tetap
b.
Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel independen
yang diduga mempunyai hubungan denganvariabel dependen. Untuk
menguji hipotesis dilakukan analisa statistik dengan uji chi-square
dengan menggunakan program sistem komputer yaitu program SPSS
(Statistical Program For Social Science) versi 16.0 pada tingkat
kepercayaan  = 0,05.
1) Ha di tolak : Jika p value > 0,05, artinya tidak ada hubungan
variabel independen dengan variabel dependen.
2) Ha di terima : Jika p Value < 0,05 artinya ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Wilayah kerja puskesmas Blang Bintang terletak di Kecamatan Blang
Bintang Kabupate Aceh Besar, terdiri dari 26 Desa dengan luas Wilayah 70,51
Km2, dengan batas wilayah Puskesmas Darul Imarah adalah sebagai berikut :
1. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Ingin Jaya
2. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kuta Baro
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Mesjid Raya
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Montasik
Berdasarkan jumlah penduduk tahun 2012 yaitu 11.369 jiwa terdiri dari
2.289 rumah tangga. Jumlah ibu hamil tahun 2012 yaitu 259 orang sedangkan ibu
menyusui berjumlah 382 orang. Jumlah bayi yang menyusui yaitu 382 orang.
Sedangkan jumlah bidan yang terdapat di Puskesmas Blang Bintang 40 orang,
Bidan yang pernah mengikuti pelatihan konseling menyusui berjumlah 27 orang.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 12-20 Agustus
2013 terhadap 45 orang responden. Adapun hasil penelitian ini dari seluruh yang
diteliti maka didapat hasil seperti pada tabel di bawah ini :
41
42
1.
Karakteristik Responden
a.
Umur
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu di Wilayah Kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013
No
Umur
Frekuensi
%
1 19 – 25 tahun
18
40,0
2 26 – 35 tahun
24
53,3
3 ≥ 36 tahun
4
6,7
Total
45
100
Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 45 orang
responden terdapat 24 orang (53,3%) berada pada kelompok umur 26 –
35 tahun dan 4 orang (6,7%) berada pada kelompok umur ≥ 36 tahun di
Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
b. Pendidikan
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013
No
Pendidikan
Frekuensi
1 Dasar
13
2 Menengah
26
3 Tinggi
6
Total
45
Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)
%
28,9
57,8
13,3
100
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 45 orang
responden terdapat 26 orang (57,8%) yang berpendidikan menengah dan
6 orang (13,3%) yang berpendidikan tinggi di Wilayah Kerja Puskesmas
Blang Bintang Aceh Besar.
43
c.
Paritas
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Paritas di Wilayah Kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013
No
Paritas
Frekuensi
1 Primipara
13
2 Multipara
28
3 Grande Multipara
4
Total
45
Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)
%
28,9
62,2
8,9
100
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 45 orang
responden terdapat 28 orang (62,2%) yang responden multipara dan 4
orang (8,9%) yang responden grande multipara di Wilayah Kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
d. Pekerjaan
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013
No
1
2
3
4
Pekerjaan
Frekuensi
IRT
33
Pedagang
5
Wiraswasta
2
PNS
5
Total
45
Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)
%
73,3
11,1
4,4
11,1
100
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 45 orang
responden terdapat 33 orang (73,3%) yang bekerja sebagai IRT dan 2
44
orang (4,4%) yang bekerja sebagai wiraswasta di Wilayah Kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
2.
Analisa Univariat
a. Teknik menyusui
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Tekni Menyusui Di Wilayah kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar
No
Teknik Menyusui
Frekuensi
%
1
Kurang baik
19
42,2
2
Baik
26
57,8
Jumlah
45
100
Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden
terdapat 26 orang (57,8%) yang melakukan teknik menyusui dengan baik
dan 19 orang (42,2%) yang melakukan teknik menyusui kurang baik di
Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
b. Kelancaran ASI
Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Kelancaran ASI Di Wilayah kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar
No
Kelancaran ASI
Frekuensi
%
1
Kurang lancar
16
35,6
2
Lancar
29
64,4
Jumlah
45
100
Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)
45
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden
terdapat 29 orang (64,4%) yang lancarnya ASI ibu dan 16 orang (35,6%)
yang kurang lancar lancarnya ASI ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Blang
Bintang Aceh Besar.
3.
Analisa Bivariat
a.
Hubungan Teknik menyusui dengan Kelancaran ASI
Tabel 4.7
Hubungan Teknik menyusui dengan Kelancaran ASI di Wilayah Kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013
Kelancaran ASI
Teknik
Menyusui
Jumlah
1
Kurang Baik
Kurang
Lancar
f
%
11
57,9
2
Baik
5
19,2
21
80,8
26
100
16
35,6
29
64,4
45
100
No
Total
Lancar
f
8
%
42,1
f
19
%
100
p
Value
0,018
Sumber : Data primer (di olah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa responden yang teknik
menyusuinya kurang baik terdapat 11 orang responden (57,9%) yang ASInya
kurang lancar, dan responden yang teknik menyusuinya baik terdapat 21 orang
responden (80,8%) yang lancarnya ASI. Selanjutnya berdasarkan uji chi square
pada  = 0,018 didapatkan p < 0,05 dengan demikian dapat dilihat bahwa ada
hubungan yang bermakna antara teknik menyusui dengan kelancaran ASI di
Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar
46
C. Pembahasan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang teknik
menyusuinya kurang baik terdapat 11 orang responden (57,9%) yang ASInya
kurang lancar, dan responden yang teknik menyusuinya baik terdapat 21 orang
responden (80,8%) yang lancarnya ASI. Selanjutnya berdasarkan uji chi square
pada  = 0,018 didapatkan p < 0,05 dengan demikian dapat dilihat bahwa ada
hubungan yang bermakna antara teknik menyusui dengan kelancaran ASI di
Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
Perlekatan menyusu (Latch on) adalah menempelnya mulut bayi di
payudara ibu. Untuk itu diperlukan posisi yang memperhatikan letak tubuh bayi
secara keseluruhan terhadap tubuh ibu. Hal ini akan sangat membantu bayi
menelan ASI dengan mudah dan jumlah yang cukup, dan pada akhirnya akan
meningkatkan produksi ASI sesuai kebutuhan bayi. Perlekatan yang benar juga
menghindari luka pada puting, karena pada perlekatan yang benar, puting tidak
akan bergesekan dengan langit-langit bayi yang keras, melainkan jatuh di tengah
rongga tenggorokan bayi, sehingga tidak akan tergesek dan tidak akan luka. Oleh
karena itu perlekatan menyusu dapat dikatakan adalah jantungnya proses
menyusui (Sulytiawati, 2009).
Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh hormon
prolaktin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior yang ada yang
berada di dasar otak. Bila bayi mengisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dari
gudang ASI yang disebut sinus laktiferus. Proses pengisapan akan merangsang
ujung saraf disekitar payudara untuk membawa pesan ke kelenjar hifofise anterior
untuk memproduksi hormone prolaktin. Prolaktin kemudian akan dialirkan ke
kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASI. Hal ini disebut dengan
47
refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin. Bagi ibu yang menyusui bayi,
kelancaran asi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan bayi. ASI eksklusif
tanpa pendamping ASI disarankan diberikan sampai dengan usia bayi menginjak
usia enam bulan. Tetapi tidak sedikit ibu yang kecewa karena ternyata ASI yang
keluar tidak selancar seperti yang diharapkan (Novak & Broom, 2001).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Zakiah (2011) dengan judul
Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu
Pasca Persalinan Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta Dan Rsud Banjasari Surakarta.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan IMD dengan kelancaran produksi ASI,
pada hari pertama ada hubungan signifikan (p = 0,036; OR = 12,000), pada hari
kedua tidak ada hubungan yang signifikan (p = 0,142; OR = 6,667), pada hari
ketiga tidak ada hubungan yang signifikan (p = 0,790; OR = -), dan dilihat dari
faktor ibu ada hubungan yang signifikan (p = 0,049; OR = 10,667).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Michram (2013) dengan judul
hubungan emosi dan frekuensi menyusui terhadap kelancaran ASI pada ibu
menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara emosi dengan kelancaran
ASI (p = 0,019) dan ada hubungan antara frekuensi menyusui dengan kelancaran
ASI (p = 0,000).
Menurut asumsi peneliti ada hubungan antara teknik menyusui dengan
kelancaran asi, hal ini dikarenakan bahwa posisi dan pelekatan bayi pada saat
menyusui sangat menentukan kelancaran ASI, apabila posisis dan pelekatan tidak
baik maka proses pengeluaran ASI tidak lancar, sedangkan menyusui yang
dijadwal dapat mempengaruhi proses kelancaran ASI.
48
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari 45 orang responden terdapat 26 orang (57,8%) yang melakukan
teknik menyusui dengan baik di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang
Aceh Besar.
2. Dari 45 orang responden terdapat 29 orang (64,4%) yang lancarnya ASI
ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
3. Ada hubungan antara teknik menyusui dengan kelancaran ASI di Wilayah
Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar (p value = 0,018).
B. Saran
1.
Bagi ibu menyusui
Diharapkan untuk lebih mengetahui bagaimana tehnik menyusui yang
benar dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui.
2.
Bagi Petugas Puskesmas
Diharapkan untuk lebih meningkatkan penyuluhan konseling menyusui
kepada ibu-ibu yang melahirkan tentang teknik menyusui yang benar
untuk meningkatkan kelancaran produksi ASI.
48
49
DAFTAR PUSTAKA
Arief, 2009. Panduan Ibu Cerdas (ASI dan Tumbuh Kembang Bayi). Yogyakarta:
Medis Pressindo.
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Barker, 2003. Cultural Studies. Teori & Praktik. Penerjemah: Nurhadi.
Yogyakarta: Kreasi Wacana
Bonny Danuatmadja, 2003. 40 Hari Pasca Persalinan. Jakarta: Puspa Swara.
Depkes RI, 2003. Penatalaksanaan ASI Eksklusif Pada Ibu Post Partum,
Departeman Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Djamaludin, dkk, 2010. Panduan Pintar Merawat Bayi dan Balita. Wahyu Media.
Jakarta
Gartner L.M., Eidelman A.I. 2005. Breastfeeding and the use of human milk.
Pediatrics,
Hanyow, 2008. ASI Eksklusif Terjemahan, New Jersey.
Khasanah, 2011. ASI atau Susu Formula Ya? Flash Book
Kristiyanasari, 2009. ASI:Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika
Machfoedz, 2009. Pendidikan Kesehatan Bagiandari Promosi Kesehatan.
Yogyakarta: Penerbit Fitramaya.
Notoatmodjo,2005 Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo,2003 Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Novianti, 2009. Menuyusui Itu Indah. Yogyakarta : Octopus
Novak & Broom, 2001. Maternal and Child Health Nursing. Missiouri: Mosby,
Inc.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.
50
Perinasia, 2003. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta : Program
Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia.
Pudjiadi, 2000. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit
FK UI. Hal. 197.
Prasetyono, 2009. ASI Eksklusif Pengenalan,Praktik
kemanfaatannya. Yogyakarta: Diva Press.
dan
Kemanfaatan
Ransjo-Arvidson (2001). Agar ASI Lancar Dimasa Menyusui. 01 Juni 20013
asi.blogsome.com
Riyanti, 2007. Seri diktat kuliah psikologi umum 2. Depok: Universitas
Gunadarma
Roesli, 2005. ASI Eksklusif, Tarsito, Bandung
Roesli, 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Argriwidya
Soetjiningsih, 2002. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta Penerbit
Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Soetjiningsih, 2006. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. EGC
Sulystyawati, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Yogyakarta: CV. Andi
Offset.
Sri purwanti, H. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif: Buku saku untuk bidan,
Jakarta: EGC
Singarimbun, 2008. Metode Penelitian Survei. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES
Indonesia
Winkjosastro, 2002. Ilmu Kandungan, Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirorahardjo
51
HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA
IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BLANG BINTANG ACEH BESAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Menyelesaikan
Pendidikan Program Diploma IV Kebidanan U‟Budiyah
Banda Aceh
Oleh
MONA LISMAYSARAH
NIM: 121010210073
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’ BUDIYAH
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
BANDA ACEH
2013
52
Lampiran 1
LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Saudara/Saudari
Responden Penelitian
DiTempat
Dengan Hormat,
Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswi Program D-IV Akademi
Kebidanan U‟Budiyah Banda Aceh, saya akan melakukan penelitian dengan judul
” Hubungan Tehnik Menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui di
Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar”
Untuk maksud tersebut diatas saya melakukan pengumpulan data atau
informasi yang akurat melalui pengisisan kuesioner yang akan saya lampirkan
pada surat ini. Saudara berhak berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini namun
penelitian ini sangat berdampak positif terhadap kemajuan dalam bidang
kebidanan apa bila semua pihak ikut berpartisipasi. Bila saudara setuju dalam
penelitian ini, mohon mendatangani Lembaran Persetujuan Menjadi Responden
yang telah disediakan dan mohon menjawab Kuesioner dengan sejujurnya.
Kesediaan dan partisipasi ibu sangat saya harapkan. Atas persetujuan dan
bantuan saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
Mona Lismaysarah
NIM. 121010210073
53
Lampiran 2
LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya bersedia
untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Akademi
Kebidanan U‟Budiyah Banda Aceh atas nama:
Nama : Mona Lismaysarah
Nim
: 121010210073
Judul : Hubungan Tehnik Menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui
di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar
Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat
bermanfaat bagi pengembangan ilmu kebidanan.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya perbuat semoga dapat
dipergunakan seperlunya
Banda Aceh, Agustus 2013
(Responden)
54
OBSERVASI
HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA
IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BLANG BINTANG ACEH BESAR
D. Karakteristi Responden
Umur
:
Pendidikan terakhir
:
Paritas
:
Pekerjaan
:
E. Teknik Menyusui
TANDA MENYUSUI BERJALAN BAIK
UMUM IBU
Ibu tampak sehat
Ibu tampak rileks dan nyaman
Terlihat tanda bonding ibu-bayi
UMUM BAYI
Bayi tampak sehat
Bayi tampak tenang dan rileks
Bayi mencari payudara (rooting) bila lapar
PAYUDARA
Payudara tampak sehat
Puting keluar dan lentur
Terasa nyaman, tak nyeri
Payudara ditopang dengan baik oleh jari-jari
yang jauh dari puting
POSISI BAYI
Kepala dan badan bayi dalam garis lurus
Bayi dipeluk dekat badan ibu
Seluruh badan bayi ditopang
Bayi mendekat ke payudara, hidung dengan
berhadapan dengan puting
55
PELEKATAN BAYI
Tampak lebih banyak areola diatas bibir
Mulut bayi terbuka lebar
Bibir bawah terputar keluar
Dagu bayi menempel pada payudara
MENGHISAP
Hisapan lambat, dalam dengan istirahat
Pipi membuat waktu menghisap
Bayi melepaskan payudara waktu selesai
F. Kelancaran ASI
No
Pernyataan
1
ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui
putting
2
Sebelum disusukan payudara terasa tegang
3
Jika ASI cukup, setelah menyusu bayi akan tertidur
/tenang selama 3-4 jam.
4
Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari.
Ya
Tidak
56
ABSTRAK
HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA
IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BLANG BINTANG ACEH BESAR
Mona Lismaysarah1, Silvia Wagustina2
ix + 48 halaman + 8 Tabel + 16 Gambar + 8 Lampiran
Latar Belakang: Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di Wilayah Kerja Puskesmas
Blang Bintang Aceh Besar jumlah ibu menyusui pada bulan Januari sampai dengan Mei 2013
berjumlah 159 orang. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan 12 orang responden yang ada di
Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar 8 diantaranya menyatakan bahwa tidak
lancar ASI dan 4 di antaranya menyatakan lancarnya ASI hal ini dikarenakan mereka
mengkonsumsi obat atau jamu untuk memperlancar ASI.
Tujuan Penelitian: untuk mengetahui hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran ASI pada
ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
Metode Penelitian: bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional dengan populasi adalah
seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-6 bulan yaitu 159 orang. Penelitian telah
dilaksanakan pada tanggal 12 -20 Agustus 2013 terhadap 45 responden. Sampel dalam penelitian
ini menggunakan teknik proposif sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan observasi
selanjutnya dianalisa secara univariat dan bivariat.
Hasil Penelitian: menunjukkan bahwa ada hubungan antara teknik menyusui dengan kelancaran
ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
Kesimpulan dan Saran: Dari 45 responden 35,6% yang kurang lancar ASInya dan 64,4% yang
lancar ASInya. Diharapkan bagi ibu menyusui untuk lebih mengetahui bagaimana tehnik
menyusui yang benar dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui dan bagi petugas puskesmas
untuk lebih meningkatkan penyuluhan kepada ibu-ibu yang melahirkan tentang teknik menyusui
yang benar untuk meningkatkan kelancaran produksi ASI.
Kata Kunci
: Teknik menyusui, kelancaran ASI
Daftar Bacaan : 30 buah (2000-2011)
1
2
Mahasiswa Prodi D-IV Kebidanan STIKes U‟Budiyah
Dosen Pembimbing Prodi D-IV Kebidanan STIKes U‟Budiyah
ii
57
ABSTRACT
BREASTFEEDING RELATIONSHIP WITH ENGINEERING IN
NURSING MOTHERS SMOOTHNESS ASI IN WORK AREA
HEALTH CENTER BLANG BINTANG
ACEH BESAR
Mona Lismaysarah1, Silvia Wagustina2
ix + 48 pages + table + 8 + 16 8 Appendix Figure
Background : Based on the initial survey conducted by researchers at the Work Area Health
Center Blang Bintang Besar number of mothers breastfeeding in January to May 2013 totaled 159
people . Based on the results of interviews with 12 respondents in the Work Area Health Center
Blang Bintang Besar 8 of them state that is not smooth milk and 4 of which states this is due to the
smooth milk they consume drugs or herbs to facilitate breastfeeding .
Objective: to determine the relationship of breastfeeding technique with smooth milk in nursing
mothers in the Work Area Health Center Blang Bintang Besar .
Methods: an analytical approach with a cross-sectional population is all breastfeeding mothers
with infants aged 0-6 months is 159 people. Research has been conducted on 12 -20 August 2013
to 45 respondents. The samples in this study using sampling techniques proposif. Data was
collected using observations were analyzed using univariate and bivariate.
Results : showed that there is a relationship between breast feeding techniques with fluency in
working areas of Aceh Besar Blang Bintang Health Center .
Conclusions and Recommendations : Of the 45 respondents 35.6 % were substandard her milk
and 64.4 % smooth her milk . Expected for nursing mothers to better know how to correct
breastfeeding technique with smooth milk in nursing mothers and for clinic staff to further
improve the counseling to mothers who give birth on proper breastfeeding techniques to increase
lactation .
Keywords: breastfeeding technique, smooth milk
Reading List: 30 pieces (2000-2011)
1
2
Students Prodi D-IV Midwifery STIKes U'Budiyah
Lecturer Midwifery Prodi D-IV STIKes U'Budiyah
ii
58
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma
IV Kebidanan Stikes U‟Budiyah Banda Aceh
Banda Aceh, Agustus 2013
Pembimbing
(Silvia Wagustina, SST. M.Kes)
MENGETAHUI :
KETUA PRODI DIPLOMA IV KEBIDANAN
STIKES U‟BUDIYAH BANDA ACEH
(CUT ROSMAWAR , SST)
iii
59
PERNYATAAN PERSETUJUAN
JUDUL
: HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN
KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLANG
BINTANG ACEH BESAR
NAMA MAHASISWA : MONA LISMAYSARAH
NIM
: 121010210073
Menyetujui:
Pembimbing
SILVIA WAGUSTINA, SST. M.Kes
PENGUJI I
PENGUJI II
ARIPIN AHMAD, S. Si.T.M.Kes
AGUSSALIM, M.Kes
Menyetujui,
Mengetahui,
KETUA STIKES
KETUA PRODI D-IV KEBIDANAN
MARNIATI SE,M.Kes
CUT ROSMAWAR , SST
Tanggal lulus
2013
iv
60
KATA PENGANTAR
v
Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, serta
salawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW karena
dengan berkat dan karunaia-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul “Hubungan Tehnik Menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu
Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar ”
Penelitian Skripsi ini merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan
sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sain Terapan
di
Akademi Kebidanan Yayasan U‟Budiyah Banda Aceh
Dalam penyelesaian Skripsi ini peneliti telah banyak menerima bimbingan
dari ibu Silvia Wagustina, SST. M.Kes sebagai pembimbing dan bantuan serta
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kata pengantar ini peneliti
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Ibu Marniati, SE,M.Kes selaku ketua STIKes U‟Budiyah Banda Aceh.
2.
Ibu Nurlaila Ramadhan, SST, selaku Ketua Program Studi D-IV Kebidanan
STIKes U‟Budiyah Banda Aceh
3.
Bapak dan Ibu dosen serta staf Akademik pada Akademi Kebidanan STIKes
U‟Budiyah Banda Aceh.
4.
Keluarga tercinta serta saudara-saudara peneliti yang telah memberi dorongan
dan doa demi kesuksesan.
5.
Teman-teman
seangkatan
yang
telah
terselesainya penelitian ini.
v
banyak
membantu
sehingga
61
Peneliti menyadari penelitian Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang peneliti miliki. Untuk itu peneliti
sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang. Harapan peneliti semoga
Skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan pendidikan ke arah yang lebih baik.
Amin ya rabbal a‟lamin.............
Banda Aceh, Agustus 2013
Peneliti
vi
62
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK...................................................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................ iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian .................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Menyusui ..................................................................... 8
B. Teknik Menyusui ...................................................................... 9
C. Air Susu Ibu (ASI) .................................................................... 21
D. Kelancaran Produk ASI ............................................................. 27
E. Karakteristik Ibu Menyusui ....................................................... 28
F. Kerangka Konsep ..................................................................... 33
G. Hipotesa .................................................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian....................................................................... 35
B. Populasi dan Sampel ................................................................. 35
C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 36
D. Cara Pengukuran Data ............................................................... 37
E. Definisi Operasional .................................................................. 37
F. Pengolahan Data dan Analisa Data ............................................ 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ......................................................................... 42
B. Pembahasan .............................................................................. 46
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 49
B. Saran ......................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
63
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ...................................................................... 38
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu di Wilayah Kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013 ........................ 42
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013 ........................ 43
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Paritas di Wilayah Kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013 ........................ 43
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013 ........................ 44
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tekni Menyusui
Di Wilayah kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar ............... 44
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kelancaran ASI
Di Wilayah kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar ............... 45
Tabel 4.7 Hubungan Teknik menyusui dengan Kelancaran ASI
di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintan Aceh Besar
Tahun 2013 ................................................................................... 45
viii
64
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Posisi menyusui sambil berdiri yang benar .................................. 16
Gambar 2.
Posisi menyusui sambil duduk yang benar ................................... 16
Gambar 3.
Posisi menyusui sambil rebahan yang benar ................................ 17
Gambar 4.
Posisi menyusui balita pada kondisi normal ................................. 17
Gambar 5.
Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan ... 18
Gambar 6.
Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah ................... 18
Gambar 7.
Posisi menyusui bayi bila ASI penuh ........................................... 18
Gambar 8.
Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan ........................... 19
Gambar 9.
Cara meletakkan bayi .................................................................. 21
Gambar 10. Cara memegang payudara ............................................................ 21
Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi ....................................................... 22
Gambar 12. Perlekatan benar .......................................................................... 22
Gambar 13. Perlekatan salah ........................................................................... 23
Gambar 14. Teknik menyusui yang benar ....................................................... 24
Gambar 15. Kutang (BH) yang baik untuk ibu menyusui. ............................... 27
Gambar 2.1 Kerangka konsep Penelitian ......................................................... 35
ix
65
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembaran Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 : Lembaran Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Observasi
Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian Dari Akademi
Lampiran 5 : Surat Selesai Penelitian
Lampiran 6 : Master Tabel
Lampiran 7 : SPSS
Lampiran 8 : Biodata
x
66
Frequency Table
Frequency
Valid
Valid Percent
19 - 25 tahun
26 - 35 tahun
> 36 tahun
18
24
3
40,0
53,3
6,7
40,0
53,3
6,7
Total
45
100,0
100,0
Frequency
Valid
umur_gtp
Percent
Pendidikan
Percent
Valid Percent
Dasar
Menengah
Tinggi
13
26
6
28,9
57,8
13,3
28,9
57,8
13,3
Total
45
100,0
100,0
Paritas
Frequency
Percent
Valid
Cumulative
Percent
28,9
86,7
100,0
Valid Percent
Primigravida
Multigravida
Grande Multigravida
13
28
4
28,9
62,2
8,9
28,9
62,2
8,9
Total
45
100,0
100,0
Frequency
Valid
Cumulative
Percent
40,0
93,3
100,0
Pekerjaa
Percent
Valid Percent
IRT
Pedagang
Wiraswasta
PNS
33
5
2
5
73,3
11,1
4,4
11,1
73,3
11,1
4,4
11,1
Total
45
100,0
100,0
Teknik_Menyusui
Frequency
Percent
Valid Percent
Valid
Kurang Baik
Baik
19
26
42,2
57,8
42,2
57,8
Total
45
100,0
100,0
Kelancara_ASI
Frequency
Percent
Valid
Valid Percent
Kurang Lancar
Lancar
16
29
35,6
64,4
35,6
64,4
Total
45
100,0
100,0
Cumulative
Percent
28,9
91,1
100,0
Cumulative
Percent
73,3
84,4
88,9
100,0
Cumulative
Percent
42,2
100,0
Cumulative
Percent
35,6
100,0
67
Crosstabs
Teknik_Menyusui * Kelancara_ASI Crosstabulation
Kelancara_ASI
Kurang Lancar
Count
Total
Lancar
11
8
19
57,9%
42,1%
100,0%
5
21
26
19,2%
80,8%
100,0%
16
29
45
35,6%
64,4%
100,0%
Kurang Baik
% within Teknik_Menyusui
Teknik_Menyusui
Count
Baik
% within Teknik_Menyusui
Count
Total
% within Teknik_Menyusui
Chi-Square Tests
df
Asymp. Sig. (2sided)
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
7,162
5,574
a
1
1
,007
,018
7,253
1
,007
Exact Sig. (2sided)
,012
7,003
1
,008
45
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,76.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower
Upper
Odds Ratio for
Teknik_Menyusui (Baik /
Tidak Baik)
For cohort Kelancara_ASI =
Lancar
For cohort Kelancara_ASI =
Kurang Lancar
N of Valid Cases
5,775
1,521
21,932
1,918
1,096
3,357
,332
,138
,798
45
Exact Sig. (1sided)
,009
68
PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi ini Telah di Pertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma IV Kebidanan
STIKES U‟Budiyah Banda Aceh
Banda Aceh, Oktober 2013
Tanda Tangan
PEMBIMBING : SILVIA WAGUSTINA, SST. M.Kes (
)
PENGUJI I
: ARIPIN AHMAD, S. Si.T.M.Kes
(
)
PENGUJI II
: AGUSSALIM, M.Kes
(
)
Menyetujui,
KETUA STIKES
Mengetahui,
KETUA PRODI D-IV KEBIDANAN
(MARNIATI SE,M.Kes)
(CUT ROSMAWAR , SST)
iv
Download