PENGATURAN PROSEDUR PEMBATALAN SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH YANG MERUPAKAN BARANG MILIK NEGARA. Oleh: Anak Agung Istri Diah Mahadewi Program Studi S2 Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Pemerintahan Astract This study discusses, "regulation of Procedure Cancellation of Certificate of Land which is the State Owned Assets", which aims to study theoretically on Cancellation of Certificate of Rights to the land including State owned Assets, ie, how the implementation Regulation of Cancellation of Certificate of Land to include of State. This research is a law that is derived from primary and secondary legal materials were then analyzed by using the approach of legislation and legal concepts and approaches using analytical tools and techniques argumetasi legal description. Discussion and research results can be summarized as follows: Regulation Procedure cancellation of Certificate of Land which is the State Owned Assets can not provide legal certainty for the National Land Agency officials in conducting cancellation, because to the state owned assets known as asset removal must be approved by Property Manager the Minister of Finance, while the state owned assets such as land has issued a certificate if the object of the dispute and has permanent legal force in terms of the form of action settlement with the cancellation of the certificate of land Rights. So in this case the absence of a definite regulation that can be used as guidelines for the Government Apparatus to take legal action in the form of cancellation of Certificate of Land Rights. Key words:Regulation, cancellation of certificate of land rights, state owned assets. Indonesia Tahun 1945 dan Pasal 2 I. PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 1.1 Latar Belakang tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, salah satunya adalah tanah. Tanah mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu sebagai perekat Negara Kesatuan Republik Indoensia yang harus dikuasai oleh negara sebagaimana amanat Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Agraria selanjutnya yang disingkat Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), sehingga atas dasar tersebutlah lairlah hak menguasai negra atas tanah. Hak menguasai negara atas tanah mempunyai makna bahwa negara memiliki kewenangan untuk mengatur penguasaan, peruntukkan, penggunaan dan pemanfaatan atas tanah, sehingga dengan Indonesia, yaitu sistem publikasi negatif adaya hak menguasai negara atas tanah, yang tidak murni, dalam artian bahwa lahirlah bermacam-macam hak atas tanah. data-data yang disajikan dalam sertipikat Adapun bermacam-macam hak atas tanah hak atas tanah kebenaran tidak dijamin yang terdapat di Indonesia diatur dalam oleh negara. dengan kata lain bahwa Pasal 16 UUPA yaitu: a. Hak Milik; b. apabila telah terbit sertipikat hak atas tanah Hak Guna-Usaha (HGU); c. Hak Guna- terhadap suatu bidang tanah tertentu, Bangunan (HGB); d. Hak Pakai; e. hak apabila sewa, dan hak-hak lainnya yang tidak keberatan atas terbitnya Sertipikat Atas termasuk dalam hak-hak tersebut. Tanah tersebut, maka dapat menggugat di terdapat pihak yang yang kepastian Pengadilan sepanjang dapat membuktikan hukum atas hak-hak tanah tersebut, maka sebaliknya. Adanya peluang bagi pihak diterbitkan Sertipikat Hak Atas tanah. lain untuk menuntut terbitnya Sertipikat Sertipikat Hak Atas tanah menyebabkan munculnya Dalam rangka memberikan merupakan tanda bukti kepemilikan hak atas tanah bagi pemegang sengketa-sengketa hak yang berkenaan jenis hak atas tanah, penyelesaian. Pemerintah dalam hal ini subyek hak dan obyek hak, sebagaimana adalah Badan Pertanahan Nasional yang yang diatur dalam Peraturan Pemerintah memeiliki kewenangan untuk mengurusi Nomor tentang bidang pertanahan telah berupaya untuk Pendaftaran tanah, yaitu diatur dalam Pasal menyelesaikan sengketa-sengketa tanah 1 angka 20. Jadi Sertipikat Hak Atas salah Tanah merupakan tanda bukti kepemilikan Pembatalan Sertipikat hak Atas Tanah atas tanah, namun dalam hal ini Sertipikat yang Hak Atas tanah bukan merupakan alat Kepala Badan Pertanahan Nasional RI bukti yang mutlak melainkan Sertipikat Nomor 3 Tahun 2011 tentang pengeloaan Hak Atas Tanah merupakan tanda bukti Pengkajian kepemilikan hak atas tanah yang kuat, Pertanahan. Terbitnya Peraturan Kepala dalam artian bahwa kebenaran data fisik Badan Pertanahan Nasional ini diharapkan dan data yuridis yang termuat dalam dapat memberikan suatu kepastian hukum Sertipikat hak Atas tanah harus diterima bagi sampai adanya pembuktian sebaliknya. terhadap kepemilikan hak atas tanah, Hal ini disebabkan karena sistem publikasi sehingga pendaftaran Kebijakan tersebut, maka aparatur Badan 24 Tahun tanah 1997 yang dianut di satunya selanjutnya dan pihak-pihak yang memerlukan dengan melakukan dibentuk Peraturan Penanganan yang diterbitkannya Kasus bersengketa Peraturan Pertanahan Nasional memiliki pedoman untuk menangani dan menyelesaikan kasus adanya suatu peraturan tentang prosedur pertanahan. dan terkait pelaksanaan Pembatalan Sertipikat penyelesaian sengketa tanah salah satunya Hak Milik Atas Tanah yang merupakan yaitu dengan mengambil tindakan hukum barang Milik negara apakah dihapus berupa Pembatalan Sertipikat Hak Atas terlebih dahulu karena merupakan Barang Tanah. Namun tidak semua sengketa tanah Milik Negara atau dilakukan Pembatalan yang Sertipikat Hak Milik Atas Tanah terlebih Bentuk berkaitan Sertipikat Hak dilaksanakan Pertanahan penanganan dengan Atas Pembatalan oleh aparatur Nasional, pelaksanaannya Tanah karena muncul dapat dahulu oleh Badan Pertanahan Nasional. Badan Oleh karena itu penulis melakukan kajian dalam terhadap Pengaturan Prosedur pembatalan berbagai persoalan, salah satunya yaitu pelaksanaan Sertipikat Hak Atas Tanah yang merupakan Barang Milik Negara (BMN). Pembatalan Sertipikat Atas Tanah yang termasuk Barang Milik Negara (BMN) khususnya apabila terdapat Putusan 1.2 Rumusan Masalah Pengadilan yang telah berkekuatan hukum Berdasarkan latar belakang diatas, adapun tetap. Hal ini disebabkan karena peraturan rumusana masalahnya yaitu: “bagaimana hukum yang tersedia baik dalam bentuk pengaturan peraturan perundang-undangan maupun Sertipikat Hak Milik Atas Tanah yang dalam bentuk Peraturan Kebijakan belum termasuk Barang Milik Negara?” pelaksnaan Pembatalan tersedia secara memadai dalam artian peraturan tersedia perundang-undangan baik mengenai yang 1.3 Tujuan Penulisan Pembatalan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah khusunya 1. Untuk mengkaji secara teoritis tentang tanah Barang Milik Negara dan tentang Pembatalan Sertipikat Hak tentang Atas tanah yang termasuk barang Penghapusan belum dapat memberikan kepastian bagi aparatur Badan Milik Negara; Pertanahan Nasional untuk melaksanakan 2. Untuk menemukan dan mengkaji pembatalan. Selain itu terhadap Barang Peraturan-Peraturan yang berkaitan Milik Negara dikenal dengan penghapusan dengan Pembatalan Sertipikat Hak Barang Milik Negara, sedangkan Badan Atas Tanah yang berkaitan dengan pertanahan Nasional memiliki wewenang Barang Milik Negara. untuk membatalkan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah. Sehingga dalam hal ini belum bermacam-macam hak atas tanah, adapun II. METODE PENELITIAN Penelitian merupakan satu cara dan sarana untuk melakukan suatu pencarian dalam rangka pengetahuan. mengembangkan Menurut Peter ilmu bermacam-macam hak atas tanah tersebut yaitu: 1. Hak Milik mahmud Hak Milik diatur dalam Pasal 20 Marzuki, “penelitian hukum adalah suatu Undang-Undang Nomor 5 Tahun proses untuk menemukan aturan hukum, 1960, yang pada dasarnya mengatur prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin- tentang pengertian Hak Milik yang doktrin hukum guna menjawab isu hukum merupakan hak yang terkuat dan 1 yang dihadapi. Dalam penelitian hukum terpenuh. Sifat hak milik demikian dikenal dengan penelitian hukum empiris tidak berarti bahwa hak milik dan normatif. Penelitian hukum tentang merupakan hak yang bersiat mutlak pengaturan prosedur pembatalan Sertipikat dan tidak terbatas, karena tanah Hak Atas tanah yang merupakan Barang merupakan fungsi sosial dan hukum Milik jenis tanah di Indonesia juga didasarkan penelitian normatif. Penelitian hukum atas hukum adat, sehingga hak milik normatif merupakan penelitian hukum memiliki sifat terkuat dan terpenuh kepustakaaan, yaitu penelitian peraturan dimaksudkan untuk membedakan perundang-undangan. dengan Negara menggunakan Hak Guna Bangunan (HGB), Hak Guna Usaha (HGU), III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum hak atas tanah Hak Pakai dan sebagainya. Berdasakan Pasal 21 UUPA, Hak Hak atas tanah merupakan suatu Milik Atas Tanah hanya dapat perwujudan dari hak menguasai negara diberikan kepada Warga Negara dalam bidang pertanahan yang diatur oleh Indonesia (WNI) dan Badan-badan Undang-Undang Pokok Agraria. Dengan Hukum hak pemerintah. dimana hak milik tidak menguasai negara atas tanah yang memberikan kewenangan kepada negara mempunyai dalam berlakunya hal mengatur penguasaan, ditetapkan jangka dan dapat oleh waktu dimiliki peruntukan pemilikan dan penggunaan atas secara turun temurun. Hak Milik tanah beserta hubungan hukum antara dapat seseorang atas tanah sehingga melahirkan musnah dan atau jatuh kepada 1 Peter Mahmud Marzuki, 2005, Peneitian Hukum, Cetakan ke-1, Kencana, Jakarta, h. 35. negara. hapus apabila tanahnya 2. Hak Guna Bangunan (HGB) Hak Guna Bangunan permohonan pemberian hak atas (HGB) merupakan salah satu jenis hak atas tanah negara. 3. Hak Guna Usaha (HGU) tanah di Indonesia yang tidak Hak Guna Usaha merupakan salah dikenal dalam perangkat hak-hak satu jenis hak yang memberikan atas tanah menurut hukum adat, kewenangan bagi pemegang hak dimana hak guna bangunan ini memakai diadakan dalam rangka memenuhi diusahakannya. Hak guna usaha kebutuhan masyarakat modern. Hak (HGU) guna bangunan merupakan hak mengusahakan untuk dilangsung dikuasai oleh negara mendirikan bangunan diatas bangunan- merupakan untuk hak untuk tanah yang bukan yang diberikan terhadap tanah yang miliknya dalam jangka waktu 30 luasnya paling sedikit 5 hektar tahun sedangkan dan bisa perpanjangan tanah tanah dimohonkan kemudian apabila tanahnya dalam mencapai 25 hektar atau lebih harus jangka waktu 20 tahun sebagaimana mengunakan investasi modal yang diatur dalam pasal 35 UUPA. Hak layak sebagaimana diatur dalam Guna Bangunan dapat diberikan pasal 28 Undang-Undang Pokok kepada warga negara Indonesia Agraria. Selain itu dalam pemberian (WNI) serta badan hukum yang Hak Guna Usaha, apabila tanah berkedudukan di Indonesia dan yang masih dilekatkan hak, maka dibentuk berdasarkan hukum harus dilepaskan terlebih dahulu Selanjutnya apabila menjadi Indonesia. tanah negara, dilihat dari tanah asalnya, Hak Guna selanjutnya Bangunan dapat berasal dari tanah diberikan Hak Guna Usaha. Jadi negara, serta tanah yang diberikan Hak Guna berasal dari tanah hak milik. Hak Usaha adalah tanah yang tidak Guna Bangunan yang diberikan atas dilekatkan hak diatasnya (Tanah tanah yang dikuasai langsung oleh Negara), sehingga apabila diatas negara, terjadi haknya didasarkan tanah yang dimohonkan Hak Guna atas penetapan pemerintah. Hal ini Usaha berarti bahwa Hak Guna Bangunan diatasnya, ini, harus ada pelepasan menjadi tanah hak haknya Pengelolaan terjadi melalui negara. setelah yang apabila maka dilepaskan terdapat tanah hak tersebut Selanjutnya ketentuan Pasal 29 dapat Undang-Undang waktu tertentu atau selama tanahnya menjelaskan Pokok Agraria jangka waktu diberikan dipergunakan selama dengan jangka perjanjian diberikannya Hak Guna Usaha yaitu untuk dalam jangka waktu 25 tahun dan sebagaimana yang diatur dalam untuk memerlukan Pasal 41 ayat (2) Undang-Undang waktu yang lebih panjang dapat Pokok Agraria. Pihak-pihak yang diberikan jangka waktu paling lama dapat diberikan hak pakai adalah 35 tahun, dan atas permohonan warga negara Indonesia (WNI), pemegang hak, maka jangka waktu warga negara asing (WNA) yang yang dimohon berkedudukan di Indonesia, badan perpanjangan dalam waktu paling hukum indonesia dan badan hukum lama 25 tahun. Pihak yang dapat asing mempunyai perwakilan usaha yang dimaksud dapat Hak Guna Usaha keperluan yang tertentu mempunyai di kantor Indonesia adalah Warga Negara Indonesia sebagaimana yang diatur dalam (WNI) dan Badan Hukum yang Pasal 42 Undang-Undang Pokok berkedudukan di Indonesia dan Agraria. didirikian menurut hukum Indenesia. Berdasarkan uraian jenis-jenis hak yang diatur 4. Hak pakai dalam Undang-Undang Pokok Agraria tersebut, maka jenis hak atas tanah Hak Pakai secara umum dapat yang pada umumnya diberikan kepada diartikan sebagi hak untuk memakai instansi pemerintah adalah Hak Pakai, bidang tanah tertentu yang dihaki karena seperti yang telah disebutkan baik terhadap tanah yang dikuasai diatas, bahwa hak Pakai tidak mempunyai langsung oleh negara maupun atas batasan waktu berlakunya dan dapat tanah yang berlaku sepanjang tanah yang diberikan diberikan atas dasar pemberian hak Hak Pakai tersebut digunakan sesuai oleh pemerintah sebagaimana yang dengan keperluan secara cuma-cuma. milik orang lain, dapat dilihat dalam Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria. 3.2 Tinjuan Umum tentang Barang Hak pakai tidak mempunyai batasan Milik Negara (BMN) yang jelas jangka waktu berlakunya a. Pengertian Barang Milik Negara seperti Hak Guna Bangunan dan (BMN) Hak Guna Usaha yaitu Hak Pakai Pengertian Barang Milik Negara 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun Tahun Pengelolaan 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dimana Barang Milik Negara 2006 tentang Barang Milik Negara atau Daerah; (BMN) merupakan semua barang yang 4. Peraturan Menteri Keuangan dibeli atau diperoleh berdasarkan beban Nomor 96 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tata (APBN) atau berasal dari peroleh lainnya Penggunaan, yang sah. Berarti yang termasuk Barang Penghapusan, Milik Negara merupakan semua jenis Pemindahtanganan BMN; barang baik barang bergerak maupun tidak Cara Pelaksanaan Pemanfaatan, & 5. Peraturan Menteri Keuangan bergerak misalnya tanah yang dibeli atau Nomor 138 Tahun 2010 diperoleh dari APBN. tentang Pengelolaan Barang Milik Negara yang bersal dari Milik Negara Berupa Rumah perolehan lainnya yang sah meliputi Negara; Barang barang : 1. hibah/sumbangan atau yg sejenis. b. Penghapusan Barang Milik Negara 2. pelaksanaan perjanjian/ kontrak; 3. berdasarkan ketentuan (BMN) undang- undang; (BMN) dapat dilakukan penghapusan yang 4. berdasarkan putusan yang telah Terhadap Barang Milik Negara pengadilan dilakukan oleh pejabat yang berwenang berkekuatan hukum sebagaimana yang diatur dalam Peraturan tetap; Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Peraturan Hukum yang menjadi Pengelolaan Barang Milik Negara atau landasan Barang Milik Negara (BMN) Daerah. berupa Negara pada dasarnya merupakan tindakan Peraturan Perundang-Undangan dan Peraturan Kebijakan, yaitu: 1. Undang-Undang Penghapusan mengahapus tindakan Milik Barang 17 Milik Negara dari Daftar Barang oleh Tahun 2003 tentang Keuangan Pengguna Barang dan atau Daftar Barang Negara; Milik Negara oleh Pengelola Barang yang 2. Undang-Undang Tahun Nomor catatan Barang Nomor 2004 Perbendaharaan Negara; 1 disertai dengan penerbitan Keputusan oleh tentang Pejabat yang berwenang. Penghapusan Barang Milik Negara bertujuan untuk membebaskan Kuasa Pengguna dan atau Penggelola Barang dari tanggungjawab yang dapat dilihat dalam Pasal 50 Undang- fisik dan administrasi terhadap barang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang yang berada dalam penguasaannya. Perbendaharaan Negara. Sehingga oleh Latar belakang dilakukan penghapusan karena terhadap Barang Milik Negara terhadap Barang Milik Negara yaitu: tersebut tidak dapat dilakukan penyitaan 1. Diserahkannya Barang Milik walaupun terdapat Putusan pengadilan Negara (BMN) kepada Pengelola yang berkekuatanhukum tetap (inkracht), Barang; maka dalam hal penghapusan Barang 2. Dailihkannya status Penggunaan ke Pengguna Barang lainnya; Milik Negara harus mendapat persetujuan dari Pengelola Barang dalam hal ini 3. Pemindahtanganan Barang Milik Menteri Keuangan. Negara kepada pihak lain; 4. Adanya Putusan Pengadilan yang 3.3 Pembatalan Sertipikat Hak Atas telah berkekuatan hukum tetap; Tanah yang merupakan Barang Milik 5. Pemusnahan; Negara 6. Sebab-sebab yang lain. Pembatalan Sertipikat Hak Atas Penghapusan Barang Milik Negara baik Tanah merupakan salah tindakan hukum berupa benda bergerak maupun tidak pemerintah bergerak atau Pertanahan Nasional sebagai lembaga dengan pemerintah yang memiliki kewenangan melakukan penerbitan Surat Keputusan dalam bidang pertanahan sebagaimana dari Pengguna Barang setelah mendapat yang diatur dalam Peraturan Presiden persetujuan dari Pengelola barang untuk Nomor 10 Tahun 2006 dalam rangka Barang menanganani dan menyelesaikan kasus termasuk bangunan tanah/dan ditindaklanjuti Milik Negara yaitu Menteri Keuangan. baik hal ini Badan pertanahan sehingga dapat memberikan Terhadap Barang Milik Negara (BMN) dalam berupa benda amaupun tidak bergerak suatu kepastian hukum bagi para pihak bergerak yang bersengketa dalam kaitannya dengan yaitu tanah penggunaan, pemilikan, penguasaan tanah dan/atau bangunan tidak dapat dilakukan di Indonesia. suatu penyitaan oleh pihak manapun, Tindakan hukum pemerintah walaupun Barang Milik Negara tersebut merupakan tindakan atau perbuatan yang berwujud tanah atau bangunan yang dilakukan terdapat putusan pengadilan yang telah administrasi negara dalam melaksanakan berkekuatan hukum tetap sebagaimana tugas oleh pemerintah pemerintahan yang atau dapat menimbulkan akibat hukum. Pelaksanaan 1. Adanya cacat hukum dalam sertipikat, baik Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah penerbitan diatur diatur dalam Peraturan Kepala didasarkan Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 3 dari pihak yang berkepentingan Tahun atau 2011 Pengkajian tentang dan Pengelolaan Penanganan Kasus adanya yang permohonan dirugikan maupun ditemukan sendiri oleh Kepala Pertanahan. Kantor Pertanahan yang bersangkutan. Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah merupakan salah satu tindakan 2. Adanya putusan Pengadilan yang hukum yang diambil oleh Pemerintah telah berkekuatanhukum tetap yang dalam hal ini adalah Badan Pertanahan harus dilaksanakan. Nasional dalam bidang pertanahan sebagai Jadi semua tanah yang termasuk tanah akibat dari adanya sengketa pertanahan, yang hal ini disebabkan karena Sertipikat Hak dimohonkan pembatalan apabila terdapat Atas Tanah bukan merupakan tanda bukti putusan Pengadilan yang telah berkekuatan kepemilikan hukum tetap maupun adanya cacat hukum bersifat yang kuat, mutlak, dalam melainkan artian bahwa telah administrasi. dilekatkan hak Terhadap dapat Pembatalan Sertipikat sebagai tanda bukti kepemilikan Sertipikat Hak Atas Tanah berdasarkan mengenai data fisik dan data yuridis yang putusan pengadilan yang telah berkekuatan termuat sepanjang hukum tetap walaupun amar putusannya sesuai dengan yang termuat dalam buku menyatakan suatu sertipikat hak atas tanah tanah dan surat ukur, sehingga apabila ada batal, batal demi hukum atau tidak sah, pihak yang berkeberatan atas terbitnya namun Sertipikat Hak Atas tanah tersebut Sertipikat Hak Atas Tanah tersbeut dapat tidak serta merta menjadi batal, melainkan mnegajukan harus dimohonkan pembatalan oleh pihak didalam Sertipikat keberatan kepada Badna Pertanahan Nasional untuk dibatalkan atau yang mengajukan gugatan di Pengadilan. pengadilan yang diperoleh tersebut, karena Pembatalan Sertipkat Hak Atas dikonkretkan dengan Atas membatalakan oleh putusan tindakan pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah merupakan tindakan administrasi Sertipikat Hak sebagai pejabat organ pemerintah sebagamana Keputusan Kepala Kantor Pertanahan yurisprudensi putusan Mahkamah Agung dilakukan dalam hal: Tanh dimenangkan Nomor 350K/Sip/1968, tanggal 3 Mei 1969. Begitu juga terhadap tanah yang telah diterbitkan Sertipikat Hak Atas tanah Sertipikat yang telah menjadi Barang Milik Negara penerbitan Surat Keputusan Pembatalan juga menjadi wewenang Badan Pertanahan baik Nasional untuk melakukan Pembatalan, pengadilan hal ini dapat dilihat dari Pasal 1 angka 6 administrasi terdapat beberapa tahapan Peraturan Pertanahan yang harus dilaksanakan yang dapat dilihat Nasional Republik Indonesia Nomor 3 dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Tahun tentang Nasional RI Nomor 3 Tahun 2011 yaitu definisi tanah aset yaitu tanah barang milik (1) penelitian data dari pihak pemohon; (2) negara daerah pemeriksaan lapangan; sebagaimana dimaksud dalam Undang- internal/gelar eksternal/delar Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang gelar istimewa apabila diperlukan; (4) Perbendaharaan Negara. diaturnya definisi penyruusan Risalah Pengolahan Data; (5) tanah aset dalam Peraturan Kepala Badan pengambilan keputusan. melihat prosedur Pertanahan Nasional RI Nomor 3 Tahun pembatalan Sertipikat Hak Atas tanah 2011 bermakna bahwa ruang lingkup tersebut, terlihat tidak adanya kejelasan wewenang untuk membatalkan tanah Aset terkait dengan Pembatalan Sertipikat hak yang termasuk Barang Milik Negara Atas tanah yang merupakan barang milik adalah negara, Kepala 2011 atau yang Badan mengatur barang wewenang milik Badan Pertanahan Hak Atas sebagai Tanah berupa pelaksanaan maupun sehingga putusan cacat hukum (3) dengan gelar mediasi/ demikian Nasional. Namun walaupun demikian, Pembatalan terhadap Sertipikat Hak Atas Badan Pertanahan Nasional tidak dapat tanah yang merupakan Barang Milik begitu pembatalan Negara belum bisa dilaksanakan, karena terhadap Sertipikat Hak Atas Tanah yang belum adanya kepastian tenatang prosedur merupakan Barang Milik Negara, karena pembatalan terhadap Sertipikat Hak Atas mengingat bahwa Barang MilikNegara tanah yang menjadi barang milik negara (BMN) tidak dapat dilakukan penyitaan (BMN). saja melakukan dan dalam Barang Milik Negara dikenal Apabila tanah yang berupa Barang adanya penghapusan yang harus melalui Milik Negara (BMN) yang menjadi obyek persetujuan dari Pengelola barang yaitu sengketa Menteri Keuangan. Selain itu terhadap berkekuatan hukum tetap khususnya ketika barang Milik Negara tunduk terhadap diperiksa, peraturan-peraturan tersendiri sebagaimana Pengadilan Tata Usaha Negara dapat yang telah disebutkan diatas. Sedangkan menyebabkan suatu ketidakpastian bagi prosedur dalam melakukan Pembatalan dipengadilan diadili dan yang diputus telah oleh pemerintah dalam hal ini Badan atau Pertanahan Nasional untuk mengambil tindakan hukum berupa pembatalan dikenakan sanksi administratif. - Selanjutnya apabila tetap tidak Sertipikat hak Atas Tanah yang merupakan dilaksanakan putusan Pengadilan barang Milik Negara. Hal ini disebabkan yang karena disatu sisi bahwa belum adanya tetap, maka akan diumumkan pada peraturan hukum yang menjadi landasan media massa cetak setempat oleh hukum yang kuat bagi Badan Pertanahan panitera; Nasionl untuk melakukan pembatalan - telah berkekuatanhukum Selain diumumkan pada media terhadap Sertipikat Hak Atas Tanah yang massa merupakan Barang Milik Negara, dimana pengadilan mengajukan hal ini terhadap Barang Milik Negara dikenal kepada Presiden sebagai pemegang dengan adanya pengahapusan, sedangkan kekuasaan terhadap tanah yang telah diterbitkan untuk Sertipikat tersebut dikenal dengan pembatalan cetak setempat, ketua pemerintah tertinggi memerintahkan pejabat melaksanakan putusan Sertipikat Hak Atas Tanah. Namun disisi pengadilan, dan kepada lembaga lain perwakilan adanya kewajiban untuk rakyat agar melaksanakan putusan pengadilan Tata menjalankan fungsi pengawasan. Usaha Negara sebagaimana yang diatur Dengan adanya ketidakjelasan dalam pasal 116 Undang-Undang Nomor 5 terkait dengan prosedur untuk melakukan tahun 1986 Jis. Undang-Undang Nomor 9 Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah tahun 2004 Jis. Undang-Undang Nomor 51 yang menjadi Barang Milik Negara, Tahun 2009 tentang peradilan Tata Usaha menyebabkan ketidakpastian bagi aparatur Negara. dalam Pasal tersebut mengatur Badan tentang pelaksanaan putusan pengadilan mengambil yang telah memeperoleh kekuatan hukum mneyelesaikan kasus pertanahan tersebut. teatp, yang pada intinya yaitu: Setiap - Apabila tindakan untuk hukum utnuk pemerintah harus didasarkan pada asas legalitas. Ruang pihak dalam perkara TUN tidak Lingkup legalitas tindak pemerintahan melaksanakan Putusan Pengadilan meliputi: wewenang. Prosedur, substansi.2 yang telah berkekuatan hukum Wewenang yang dimaksud adalah bahwa maka bersangkutan yang tindakan Nasional menjadi tetap, pejabat Pertanahan pejabat akan yang dikenakan pembayaran sejumlah uang paksa 2 Philipus M. Hadjon, et.al,2011, Hukum Administrasi dan Tindak Pidana Korupsi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta , h. 17 tindak pemerintah harus didasarkan pada landasan peraturan Perundang-Undangan, kewenangan yang sah, dimana sumber kepatutan, dan keadilan dalam setiap wewenang pemerintah diperoleh melalui kebijakan tiga sumber yaitu, atribusi, delegasi dan Profesor mandat. Prosedur yang dimaksud adalah bukunya, Hukum dalam Jagat Ketertiban, bahwa dalam hal pemerintah melakukan 2006: suatu tindakan hukm harus didasarkan Kepastian hukum dengan menggunakan pada prosedur, yang dapat memberikan perspektif sosiologis, yaitu: Substansial yang dimaksud yaitu bahwa dibatasi secara substansial yaitu harus didasari pada tujuan tertentu, sehingga tidak terjadi tindakan penyalahgunaan wewenang. Berdasarkan hal tersebut, walaupun Suatu pejabat pemerintah memiliki wewenang untuk menerbitkan namun prosedur suatu untuk Rahardjo membahas Negara”. (dalam masalah Setiap ranah kehidupan memiliki semacam ikon masing-masing. Untuk ekonomi ikon tersebut adalah efisiensi, untuk kedokteran: mengawal hidup manusia dan seterusnya. Ikon untuk hukum modern adalah kepastian hukum. Setiap orang akan melihat fungsi hukum modern sebagai menghasilkan kepastian hukum. Masyarakat terutama masyarakat modern, sangat membutuhkan adanya kepastian dalam berbagai interaksi antara para anggotanya dan tugas itu diletakkan di pundak hukum. Ilmu hukum pun disibukkan oleh masalah tersebut.3 Kepastian hukum adalah “Scherkeit berdaya guna bagi masayarakat. Dan pemerintah Satjipto 133-136) perlindungan, keterbukaan informasi, dan tindakan Penyelenggaraan Keputusan, menerbitkan Keputusan tersebut tidak jelas, sehingga belum dapat menghasilkan daya guna dan des Rechts selbst” (kepastian tentang hasil guna bagi masyarakat. hukum itu sendiri), terdapat empat hal Suatu tindakan pemerintah harus dapat memberikan suatu kepastian hukum. yang berhubungan dengan makna kepastian hukum yaitu: Asas Kepastian Hukum merupakan salah Pertama, bahwa hukum itu harus positif, artinya bahwa ia adalah perundang-undangan (Gesetzliches Recht). Kedua, bahwa hukum ini didasarkan pada fakta (Tatsachen), bukan suatu rumusan tentang penilain yang nanti akan dilakukan satu perwujudan dari asas legalitas dalam negara hukum. Menurut penjelasan atas Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, menentukan bahwa “ Asas Kepastian hukum merupakan Asas dalam negara hukum yang mengutamakan 3 Achmad Ali, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence), termasuk Interpretasi UndangUndang (Legisprudence)”, Edisi Pertama, cetakan ke-2, Kencana Prenada Media Group,Jakarta, h. 289-290. oleh hakim seperti “kemauan baik”, “kesopanan”. Ketiga, bahwa fakta itu harus dirumuskan dengan cara yang jelas sehingga menghindari kekeliruan dalam pemaknaan, disamping juga mudah dijalankan. Keempat, hukum positif itu tidak boleh sering diubah-ubah.4 Milik Negara, karena setiap Barang Milik Jadi suatu aturan hukum harus jelas peraturan hukum yang pasti yang dapat sehingga dapat memberikan Negara berupa tanah harus disertipikatkan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 49 Undang-Udnang Nomor 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan Negara. Dengan demikian oleh karena belum adanya suatu dijadikan payung hukum kepastian bagi tindakan pemerintah, yang sehingga dapat memberikan nantinya juga dapat memberikan kepastian kepastian hukum bagi aparatur Badan bagi Peratanahan Nasional untuk mengambil masyarakat. Begitu juga dalam yang suatu kaitannya dengan pelaksanaan pembatalan tindakan-tindakan Sertipikat yang pelaksanaan pembatalan Sertipikat Hak Negara. Atas Tanah, maka perlu adanya suatu Ketidakpastian peraturan tersebut terlihat aturan hukum yang dapat memberikan bahwa terhadap Barang Milik Negara kepastian hukum bagi aparatur Badan dikenal dengan adanya penghapusan Aset, Pertanahan Nasional untuk mengambil dimana penghapusan aset harus mendapat suatu persetujuan menyelesaikan kasus pertanahan. Hak merupakan Menteri putusan Atas Barang Tanah Milik Pengelola Barang yaitu tindakan hukum kuat hukum berupa untuk Keuangan meskipun terdapat pengadilan berkekuatanhukum yang tetap telah sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006. Dan untuk tanah IV. SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Pengaturan Prosedur pembatalan yang telah diterbitkan Sertipikat dalam hal Sertipikat terjadi sengketa dalam peyelesaiannya merupakan Barang Milik Negara belum berupa Pembatalan Sertipikat Hak Atas dapat memberikan kepastian hukum bagi Tanah sebagaimana yang diatur dalam aparatur Badan Pertanahan Nasional dalam Peraturan Pertanahan melakukan Pembatalan, karena terhadap Nasional RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang Barang Milik Negara dikenal dengan Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan penghapusan aset yang harus mendapat Kasus Pertanahan, termasuk juga Barang persetujuan dari Pengelola Barang yaitu Kepala Badan Hak Atas Tanah yang Menteri Keuangan, sedangkan terhadap 4 Ibid, h. 292-293. Barang Milik Negara berwujud tanah yang telah diterbitkan Sertipikat apabila menjadi obyek sengketa berkekuatanhukum dan tetap penyelesaiannya telah dalam dilakukan hal dengan tindakan berupa pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah tersebut. Sehingga dalam hal ini belum adanya suatu pengaturan yang 2. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 Jis. Undang-Undang Nomor 9 tahun 2004 Jis. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang peradilan Tata Usaha Negara. pasti yang dapat diajdikan pedoman bagi Aparatur Pemerintah untuk mengambil tindakan hukum berupa pembatalan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 4.2 Saran Perlu dibentuk peraturan hukum yang pasti yang berkaitan dengen Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah yang merupakan Barang Milik Negara, sehingga Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. dapat memberikan kepstian hukum bagi Aparatur pemerintah dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional untuk mengambil tindakan hukum. DAFTAR PUSTAKA 1. Buku Ali, Achmad, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence), termasuk Interpretasi UndangUndang (Legisprudence)”, Edisi Pertama, cetakan ke-2, Kencana Prenada Media Group,Jakarta. Hadjon, Philipus M, et.al,2011, Hukum Administrasi dan Tindak Pidana Korupsi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara atau Daerah.