STUDI KOMPATIBILITAS GRAFTING BIBIT KAKI TIGA DARI BERBAGAI KLON KARET (Hevea brasiliensis Muell.Arg) Putri Irene Kanny, M. Umar Harun dan Erizal Sodikin Abstrak Penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan kombinasi klon yang memiliki kompatibilitas tinggi dari bibit karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg) grafting dilaksanakan di rumah bayang jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya pada bulan Maret 2012 sampai Oktober 2012. Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok (Randomized Completely Block Design) dengan 3 bibit karet yang diuji terdiri dari 3 kombinasi klon dari 5 klon karet yang dipakai yaitu BPM24, PB260, GT1, IRR39, dan PR255. Ada 75 kombinasi klon yang dibuat bibit dengan 3 ulangan terdiri dari dua bibit grafting sehingga total jumlah bibit grafting yang digunakan dalam penelitian ini adalah 450 polibeg. Peubah yang diamati adalah kompatibilitas, tinggi tanaman, lilit batang, klorofil daun, jumlah akar sekunder, volume akar, dan luas daun. Uji lanjut menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan karakteristik anatomi tautan antara batang grafting bibit karet yang kompatibel dengan bibit karet grafting yang inkompatibel dengan ditunjukan adanya rongga pada daerah pertautan sehingga kalus yang ada tidak menyatu dengan utuh untuk grafting yang Inkompatibel. Kompatibilitas tinggi terjadi pada bibit karet grafting kombinasi klon BPM24 PR255 PR255, PB260 GT1 GT1, GT1 BPM24 PB260, IRR39 GT1 IRR39, dan PR255 PB260 PB260. Key Words : Kompatibilitas, grafting, karet kaki tiga I. PENDAHULUAN Karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Data BPS tahun 2009 menunjukkan luas areal tanaman karet di Indonesia mencapai 3,43 juta hektar (ha) dan menempati areal perkebunan terluas ketiga setelah kelapa sawit 8,24 juta ha dan kelapa (3,79 juta ha). Setelah karet, kakao adalah tanaman perkebunan yang menempati posisi keempat dengan areal penanaman seluas 1,58 juta ha dan kopi seluas 1,26 juta ha. Bibit yang populer pada masyarakat sampai saat ini adalah bibit okulasi sebagai pengganti bibit asal biji (seedling). Saat ini beredar juga bibit kaki tiga yang sering disebut “three in one” yang merupakan bibit yang berasal dari penyatuan (grafting) dua atau tiga karet muda asal biji batang bawah. Grafting adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif penyambungan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga tercapai persenyawaan, dan kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru. Grafting bibit kaki tiga adalah disatukannya batang tiga klon dua batang atas dipotong dan hanya satu batang atas yang disisakan. Batang yang tumbuh tersebut selanjutnya dijadikan batang atas (scion) dari tiga klon sebagai tiga akar utama. Menurut Setyamidjaja (1993) Bibit karet asal 1 okulasi berbeda dengan grafting merupakan penyatuan dari batang bawah (stock) dengan batang atas (scion) yang ditempelkan kepadanya, sehingga hanya mempunyai satu akar utama. Pada sistem okulasi yang melibatkan dua individu yang berbeda menyebabkan timbulnya interaksi antara batang bawah dan batang atas, interaksi ini menimbulkan reaksi negatif disebut ketidaksesuaian atau inkompatibilitas. Load et al,. (1985) menemukan batang atas dan batang bawah tanaman apel menunjukan adanya perbedaan dalam pertumbuhan, konsentrasi mineral di daun, hasil dan kualitas. Menurut Boerhendhy (1989) tingkat kompatibilitas pada okulasi tanaman karet berperan sangat penting dalam proses translokasi senyawa anorganik dari batang bawah melalui jaringan ikatan pembuluh kayu dan translokasi senyawa organik dari batang atas melalui jaringan ikat pembulu kulit kayu. Proses biosintesis senyawa organik dan pengangkutan unsur hara pada okulasi karet yang kompatibel akan berjalan lancar. Menurut Sagay dan Omakhafe (1997) keberhasilan okulasi akibat kesesuaian batang bawah dan atas bervariasi dari 55 sampai 90 persen. Ketidaksesuaian ini akhirnya berpengaruh pada produksi lateksnya saat tanaman mulai memasuki fase produksi. Penurunan daya produktivitas akibat ketidaksesuaian antar batang bawah dapat mencapai 40% (Dijkman, 1951). Inkompatibilitas pada okulasi tanaman karet diketahui setelah tanaman menghasilkan (TM). Hal ini menimbulkan kerugian yang cukup besar karena adanya biaya yang dikeluarkan untuk pertanaman, pemeliharaan tanaman dan areal pertanaman. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas diperlukanya suatu teknik yang mampu mendeteksi kesesuaian batang bawah–batang atas pada sistem okulasi tanaman karet pada fase dini (Moore & Collins, 1983) dan okulasi tanaman karet yang tidak kompatibel dapat berakibat terhadap penyempitan kulit kayu dengan ketebalan kulit batang bawah yang lebih besar, serta meningkatkan jumlah parenkim dan sel batu pada daerah pertautan sampai kebagian kulit kayu lunak. Untuk mengetahui kompatibilitas batang tanaman karet dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pada saat fase pembibitan dan dapat juga setelah tanam menghasilkan (Cardinal et al., 2007). Terbatasnya informasi yang ada mengenai bibit karet kaki tiga yang kompatibilitas maka perlu dilakukan penelitian ini yang dirancang untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai kompatibilitas grafting bibit karet kaki tiga. Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan peran masing-masing klon karet terhadap kompatibilitas batang, sehingga menjadi rujukan dalam memilih klon karet sebagai bibit karet grafting dan terhindar dari penggunaan bibit karet inkompatibilitas oleh petani. II. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan mulai bulan Maret sampai bulan Oktober 2012 di Rumah Bayang Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya sedangkan 2 pelaksanaan kegiatan analisis jaringan tanamaan dan lainya dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (Randomized Completely Block Design) dengan 3 ulangan, bibit terdiri dari 3 kombinasi klon dari 5 klon karet yang dipakai yaitu BPM24, PB260, GT1, IRR39, dan PR255. Jumlah kombinasi klon dari bibit karet yaitu 75 kombinasi klon dengan 3 ulangan didapatkan 225 bibit grafting. Setiap unit penelitian terdiri dari dua bibit grafting dan total jumlah bibit grafting yang digunakan dalam penelitian ini adalah 450 polibeg. Tahapan penelitian meliputi pengecambahan benih, penanaman bibit pada polibeg, grafting bibit dan pemeliharaan bibit grafting. Pengambilan bahan tanam dari kebun koleksi karet Pusat Penelitian Karet Sembawa, Kab. Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Penyemaian benih karet di lakukan di dalam bak perkecambahan ukuran 40x30 cm yang berisi pasir, masing-masing bak ditanam 100 benih karet sampai fase jarum (14 hari). Penanaman bibit karet dalam polibeg ukuran 18x30 cm, dan setiap polibeg ditanam tiga bibit fase jarum yang terdiri dari satu, dua dan tiga klon (Lampiran 1). Grafting tanaman dilakukan pada umur 5 bulan, selanjutnya dipelihara selama 11 minggu, setelah itu dilakukan pembukaan plastik grafting dan pemotongan batang atas dipelihara selama 3 minggu. Pupuk diberikan pada umur satu bulan setelah penaman dengan dosis Urea 5 gram, SP-36 3 gram, KCL 1 gram dan umur tiga bulan setelah penanaman di polibeg dengan dosis Urea 5 gram, SP-36 4 gram dan KCL 2 gram. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan mencabut gulma sampai ke akar dan penyiraman dilakukan pagi pukul 07.00 WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB. Pada akhir penelitian atau bibit karet grafting umur 14 minggu dilakukan pengamatan terhadap kompatibilitas bibit karet yang diamati dibawah mikroskop perbesaran 40x preparat yang diamati berupa irisan transversal batang, volume akar diukur dengan memasukan semua akar yang menjadi batang bawah perpolibeg dibersihkan dan dimasukkan ke dalam gelas ukur, luas daun diukur dengan menggunakan alat Portable Laser Leaf Area Meter, jumlah akar sekunder dihitung jika minimal panjang akar 3 cm. Pengamatan yang dilakukan pada 0 hari grafting sampai 14 minggu grafting meliputi tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai dengan meristem batang paling atas, diameter batang diukur pada bagian atas pertautan batang dengan ukuran 5-10 cm dari permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong, dan klorofil daun diukur pada daun ketiga dari pucuk sebanyak 3 kali kemudian diambil rata-ratanya. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 3 Berdasarkan daya kecambah benih dari kelima klon yang digunakan ternyata klon BPM24 mempunyai daya kecambah 80%, PB260 (100%), GT1 (100%), IRR39 (100%) dan PR255 (90%). Saat bibit dipindahkan ke polibeg ternyata daya tumbuh tanaman 100% untuk semua kombinasi klon, dan setelah grafting ada beberapa sampel yang gagal (mati) sebanyak 2 polibeg yaitu kombinasi klon PR255 GT1 PR255 dan PR255 BPM24 GT1. Hasil analisis keragaman terhadap parameter yang diamati menunjukan bahwa kombinasi kelompok batang atas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, lilit batang, dan klorofil daun. Hasil analisis keragaman terhadap semua perameter tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis keragaman terhadap semua peubah yang diamati No Peubah 1 Tinggi tanaman (cm) 2 3 F-Hitung 9.32** 9.47 Lilit Batang (mm) 20.58** 4.25 Kandungan Klorofil Daun 39.41** 4.46 F-Tabel 0.05 F-Tabel 0.01 Keterangan KK (%) : ** = berpengaruh sangat nyata 1.38 1.58 KK = Koefisien Keragaman 1. Kompatibilitas Hasil pengamatan terhadap peubah kompatibilitas batang tanaman dapat dilihat pada Lampiran 6. Berdasarkan 75 kombinasi klon yang diuji ternyata bibit karet grafting yang mempunyai kompatibilitas tinggi ada sebanyak 22 kombinasi klon. Kompatibilitas bibit karet grafting kaki tiga diamati dibawah mikroskop berupa irisan transversal meliputi batang tanaman. Berdasarkan pengamatan mikroskopis ternyata ada perbedaan antara anatomis batang tanaman yang menyatu utuh (kompatibilitas) dan inkompatibilitas (Gambar 1 dan 2). a. GT1 BPM24 PB260 b. IRR39 GT1 PR255 Gambar 1. Gambar anatomis hasil sambungan 3 klon karet yang kompatibel .diambil dengan menggunakan mikroskop cahaya binokuler dengan .perbesaran 40x 4 a. PB260 GT1 IRR39 b. PR255 BPM24 GT1 Gambar 2. Gambar anatomis hasil sambungan 3 klon karet yang inkompatibel diambil dengan menggunakan mikroskop cahaya binokuler dengan .perbesaran 40x 2. Tinggi Tanaman (cm) Berdasarkan analisis sidik ragam bahwa perbedaan kombinasi klon berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi bibit karet. Berdasarkan pengelompokan klon batang atas ternyata tinggi Rerata Tinggi Tanaman (cm) bibit dari klon PB260 lebih tinggi dari klon PR55, IRR39, BPM24 dan GT1 (Gambar 3). 70.00 60.00 55.60 57.83 64.75 56.82 55.52 50.00 35.51 40.00 59.05 56.63 60.42 37.42 30.00 20.00 10.00 0.00 BPM24 PR255 PR255 PB260 GT1 GT1 GT1 PB260 BPM24 IRR39 GT1 IRR39 PR255 PB260 PB260 Kombinasi klon Rerata Kombinasi Klon Kelompok Kombinasi Klon Terbaik Gambar 3. Rata-rata tinggi bibit karet (cm) berbagai kombinasi klon Berdasarkan uji lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukan bahwa kombinasi klon PB260 berbeda sangat nyata terhadap kombinasi BPM24, GT1, dan IRR39 (Tabel 2). Tabel 2. Pengaruh perbedaan kombinasi klon terhadap tinggi tanaman Kombinasi BPM24 PR255 PR255 PB260 GT1 GT1 GT1 BPM24 PB260 IRR39 GT1 IRR39 PR255 PB260 PB260 uji BNT 0.05 = 6.66 Tinggi tanaman 57.83 b 64.75 c 37.42 a 59.05 b 60.42 bc 3. Lilit Batang (mm) Berdasarkan analisis sidik ragam bahwa perbedaan kombinasi klon berpengaruh sangat nyata terhadap diameter batang bibit. Berdasarkan pengelompokan klon batang atas ternyata tebal bibit BPM24 lebih tebal dari klon PR255, PB260, IRR39, dan GT1 (Gambar 4). 5 2.71 Lilit Batang (mm) 3.00 2.50 2.39 2.20 2.39 2.03 2.25 2.15 2.29 2.49 2.12 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 BPM24 PR255 PR255 PB260 GT1 GT1 GT1 BP24 PB260 IRR39 GT1 IRR39 PR255 PB260 PB260 Kombinasi Klon Rerata Kombinasi Klon Kelompok Kombinasi Klon Terbaik Gambar 4 Rata-rata lebar lilit batang (mm) berbagai kombinasi klon Berdasarkan uji lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukan bahwa kombinasi klon BPM24 berbeda sangat nyata terhadap kombinasi klon GT1, IRR39, dan PB260 (Tabel 3). Tabel 3. Pengaruh perbedaan kombinasi klon terhadap lilit batang Kombinasi BPM24 PR255 PR255 PB260 GT1 GT1 GT1 BPM24 PB260 IRR39 GT1 IRR39 PR255 PB260 PB260 uji BNT 0.05 = 0.125 Lilit Batang 2.71 d 2.39 bc 2.25 a 2.29 ab 2.49 cd 4. Klorofil Daun Berdasarkan analisis sidik ragam bahwa perbedaan kombinasi klon bibit garfting berpengaruh sangat nyata terhadap klorofil daun tanaman. Berdasarkan pengelompokan klon batang atas ternyata klorofil daun klon IRR39 lebih tinggi dari klon PB260, PR255, GT1, dan BPM24 (Gambar 5). Rerata Klorofil Daun 58.00 56.00 54.00 52.00 56.53 55.53 52.43 50.19 54.91 54.64 51.39 50.69 49.92 50.00 51.68 48.00 46.00 BPM24 PR255 PR255 PB260 PB260 IRR39 GT1 GT1 IRR39 Kombinasi Klon Rerata Kombinasi Klon Kelompok IRR39 BPM24 IRR39 PR255 PB260 PB260 Kombinasi Klon Terbaik Gambar 5. Rata-rata klorofil daun berbagai kombinasi klon 6 Berdasarkan uji lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukan bahwa kombinasi klon IRR39 tidak berbeda sangat nyata terhadap kombinasi klon PB260 tapi berbeda sangat nyata terhadap kombinasi klon BPM24, GT1, dan BPM24 (Tabel 4). Tabel 4. Pengaruh perbedaan kombinasi klon terhadap klorofil daun Kombinasi BPM24 PR255 PR255 PB260 PB260 IRR39 GT1 GT1 IRR39 IRR39 BPM24 IRR39 PR255 PB260 PB260 uji BNT 0.05 = 3.06 Klorofil daun 52.43 a 55.53 b 54.64 a 56.53 b 54.91 a 5. Jumlah Akar Sekunder Hasil tabulasi menunjukan bahwa berdasarkan pengelompokan klon batang atas ternyata klon karet yang berasal dari klon BPM24 lebih tebal dari klon PB260, GT1, IRR39 dan yang Rerata Akar Sekunder terendah pada klon PR255 (Gambar 6). 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 78 64.0 54.6 41 BPM24 PR255 PR255 57 42.2 55 36 51 33.2 PB260 GT1 GT1 GT1 IRR39 PR255 GT1 GT1 PB260 IRR39 GT1 PB260 Kombinasi Klon Rerata Kombinasi Klon Kelompok Kombinasi Klon Terbaik Gambar 6. Rata-rata akar sekunder tanaman berbagai kombinasi klon 6. Volume Akar (cm3) Hasil tabulasi menunjukan bahwa berdasarkan pengelompokan batang atas ternyata volume yang berasal dari klon BPM24 lebih tinggi dari klon PB260, GT1, IRR39 dan yang terendah PR255 (Gambar 7). 7 Rerata Volume Akar (cm3) 35 30 30 25 25 25 25 20 15 15 14 BPM24 PR255 PR255 PB260 GT1 GT1 12 12 15 11 10 5 0 GT1 IRR39 PR255 GT1 GT1 PB260 IRR39 GT1 PB260 Kombinasi Klon Rerata Kombinasi Klon Kelompok Kombinasi Klon Terbaik Gambar 7. Rata-rata volume akar tanaman (cm3) berbagai kombinasi klon 7. Luas Daun (cm2) Hasil tabulasi menunjukan bahwa berdasarkan pengelompokan batang atas ternyata luas daun yang berasal dari klon PR255 lebih tinggi dari klon BPM24, IRR39, GT1, dan yang terendah Rerata Luas Daun pada PB260 (Gambar 8). 700.00 589.9 600.00 442.41 500.00 410.75 385.37 391.74 384.04 365.23 400.00 288.42 302.22 284.02 300.00 200.00 100.00 0.00 BPM24 PB260 GT1 IRR39 PR255 IRR39 GT1 PB260 GT1 GT1 IRR39 GT1 PB260 IRR39 GT1 Kombinasi Klon Rerata Kombinasi Klon Kelompok Kombinasi Klon Terbaik Gambar 8. Rata-rata luas daun tanaman berbagai kombinasi klon B. Pembahasan Pengamatan mikroskopis penampang melintang hasil sambungan batang karet terlihat ada perbedaan antara anatomis batang tanaman yang kompatibel dan batang yang inkompatibel. Batang karet yang kompatibel menunjukan adanya sel-sel yang berukuran kecil, dengan sitoplasma sel yang penuh dalam jumlah cukup banyak, sel-sel tersebut membentuk kalus yang tumbuh aktif. Menurut Hartmann et al., (1997) kalus adalah sekelompok sel parenkima yang berkembang di sekitar jaringan yang terluka akibat penyambungan baik terhadap batang bawah ataupun batang atas. Sel-sel parenkima mampu membelah dan mempertahankan diri sampai menjadi sel dewasa. Perkembangan sel dan anatomi planlet akan berubah sejalan dengan perubahan waktu. Fungsi 8 jaringan/sel antara satu dengan lainnya berbeda-beda, jaringan yang belum terdiferensiasi berbeda fungsinya dengan jaringan yang sedang dan sudah terdiferensiasi. Kalus tersebut berdiferensiasi menjadi sel dewasa atau jaringan selanjutnya akan menjadi jaringan gabungan antara batang atas dan batang bawah baik berupa jaringan xilem gabungan, jaringan floem gabungan dan jaringan kambium gabungan. Batang karet yang Inkompatibel menunjukan adanya rongga pada daerah pertautan sehingga kalus yang ada tidak menyatu dengan utuh. Kegagalan membentuk pertautan yang sempurna dapat terjadi di semua tahapan. Dalam proses perbanyakan vegetatif, baik teknik sambung maupun okulasi selalu melalui proses pelukaan. Pelukaan ini direspon oleh jaringan tanaman berupa akumulasi fenol dan peningkatan aktifitas peroksidase (Errea et al., 1998). Pada kombinasi jaringan yang inkompatibel akumulasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi yang kompatibel (Errea et al., 1994). Inkompatibilitas pada berbagai kombinasi klon dikarenakan penempelan yang tidak berhasil yang diperoleh dari monokotil meskipun tidak ditemukan aktivitas kambium. Salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan adalah ketidak-cocokan genetis yang mengakibatkan interaksi antagonistik (Estiti, 1995). Tinggi tanaman menunjukan pengaruh sangat nyata. Tinggi tanaman adalah salah satu syarat pemilihan bahan okulasi, kesalahan dalam penggunaan batang bawah dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi karet (Departemen Pertanian, 2010). Menurut Sakhibun dan Husin (1990) selain itu keseragaman dalam penggunaan batang bawah juga mempengaruhi keseragaman waktu produksi. Penggunaan biji karet yang bermutu baik yang berasal dari klon anjuran dapat meningkatkan produksi batang atas sampai 20%. Lilit batang tanaman berpengaruh sangat nyata. Menurut Woelan et al., (2007) beberapa metabolit sekunder yang diinduksi dari inkompatibilitas jaringan dapat memperngaruhi perkembangan sekunder scion. gangguan perkembangan sekunder ini mengurangi lilit batang, ketebalan kulit dan jumlah lingkaran pembuluh lateks. Padahal ketiga faktor tersebut merupakan faktor utama pendukung produksi lateks. Klorofil daun dan luas daun tanaman berpengaruh pada proses fotosintesis tanaman, kandungan klorofil yang tinggi didukung kondisi lingkungan yang menguntungkan menyebabkan proses fotosintesis berjalan baik. Menurut Lakitan (1993), tingginya nilai ILD sering dijumpai pada tanaman dewasa, tergantung dari spesies dan kerapatan penanamannya serta susunan daun. Indeks luas daun memungkinkan fotosintesis pada tumbuhan terjadi secara optimum. Jika indeks luas daun terlalu rendah, maka cahaya yang diserap tidak diperoleh secara cukup/optimum (Salisbury and Ross, 1995). Akar sekunder pada bibit karet kaki tiga, pada kombinasi kelompok klon menujukan pengaruh berbeda sangat nyata. Perakaran pada bibit karet kaki tiga akan ditanam secara utuh tanpa 9 ada pemotongan pada perakaran primer sehingga fungsi dari perakaran ini dapat bekerja secara optimal. Thaler and Pages (1996) menginformasikan bahwa pertautan anatomis antar jaringan pembuluh dari dua klon karet yang berbeda dapat dilihat dari semakin meningkatnya laju pertumbuhan akar dan tajuk bibit karet. Volume akar pada perakaran bibit karet kaki tiga memberikan dampak positif terhadap perakaran tanaman, produksi lateks yang tinggi berkaitan dengan perakaran tanaman. Pada bibit karet okulasi yang berasal dari dua klon terdapat satu akar primer, sedangkan bibit karet three in one karena penyatuan tiga batang akan mempunyai tiga akar primer menurut Harun dan Sodikin (2012) bahwa tiga akar yang dipunyai dari bibit three in one akan sangat membantu pertumbuhan bibit karet di lapangan terutama untuk mengurangi stres air pada musim kemarau, dan untuk meningkatkan wilayah jelajah akar sehingga efisiensi absorpsi hara dapat meningkat. Secara umum hasil dari penelitian ini telah menunjukan pengaruh sangat nyata terhadap peubah tinggi tanaman, lilit batang dan klorofil daun, pada peubah yang disajikan secara tabulasi yaitu luas daun, jumlah akar sekunder dan volume akar menunjukan adanya perbedaan yang signifikan terhadap kombinasi klon. DAFTAR PUSTAKA Boerhendhy, I. 1989. Efek Okulasi Tajuk terhadap Beberapa Sifat Anatomi dan Fisiologi Tanaman Karet. Bull. Perkebunan Rakyat 2 : 3-20. Cardinal, A.B.B., P.S Goncalves., and L.M. Martins. 2007. Stock-Scion Interaction on Growth and Rubber Yield of Hevea brasiliensis. Crop Science 64(3). Danimiharja. 1986. Telaah Kolerasi antara Beberapa Ciri untuk Memperpendek Dasar Pemuliaan Karet (Hevea brasiliensis). (Disertasi). Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Deptan. 2009. Basis Data Statistik Pertanian (http://www.database.deptan.go.id/, diakses tanggal 06 April 2012). Errea, P. 1998. Implications of Phenolic Compound in Graft Incompatibility in Fruit Tree Species. Scientia Horticulturae, 74:195-205. Errea, P., A. Felipe., D. Treuter and W. Freucht. 1994. Flavanol Accumulation in Apricot Graft as a Response to Incompatibility Strees. Acta Hortic, 381:498-501. Hanafiah. 2003. Rancangan Percobaan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hartmann. H.T., D.E. Kester and F.T.Davies. 1997. Plant Propoagation, Principles and Prastice. Sixth Edition. New Jersey, Practice Hall International Inc.770p. Harun, M.U. 2010. Studi Morfo Anatomis & Kompatabilitas pada Bibit Tanaman Karet Hasil Grafting Tiga Klonal. Laporan Penelitian. Fakulatas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Palembang. Lakitan B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Load, WJ., D.W Greene., R..A. Damon, Jr., Baker. 1985. Effect of Stem Piece and Root Stock Combination on Growth, Leaf Mineral Concentration, Yield and Fruit Quality of “Empire” Apple Trees. J.Am.Soc.Hoit.Scie. 110:422-425. Miller, S.S. and T. Tworkoski. 2003. Regulating Vegetative growth in Deciduous Fruit Trees. PGRSA Quartely, 31 (1) : 8-46. 10 Moore G.A., C.B. Cpllins. 1983. New challenges confronting plant breeder. in S.D Tanskley & T.J. Orton (eds) Isozymes in plant genetics and breeding. Part. A.p. 25-28. Amsterdam-Elsevier. Ough C.S., L.A. Lider and J. A. Cook. 1968. Rootstock-Scion Interactions Concerning Wine Making. I. Juice Composition Changes and Effects on Fermentation Rate With St. George and 99-Rootstock at two Nitrogen Level. Am. J. Enol. Vitic, 19 (4) : 213-227. Rahardjo, P.C dan Wahyu Wiryanto (2003). Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka. Jakarta. Robiarti, L. 2002. Budidaya dan Pengelolahan Hasil Tanaman Perkebunan. Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya. Palembang. Sagay, G.A, and K.O. Omakhafe. 1997. Evaluation of rootstock and Scion Compatibility in Hevea brasiliensis. Symposium on Agronomy Aspect of the cultivation of Natural Rubber (Hevea brasiliensis). IRRDB: 15-19. Sakhibun dan M. Husin, 1990. Hevea Seed: Its Characteristics, Collection and Germination. Planterse Bulletin. 202. P.38 Salisbury FB and CW Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Diah R Lukman, Ira Sumaryono, penerjemah. Bandung : ITB Press. Terjemahan dari: Plant Physiology. Setyamidjaja, D. 1993. Budidaya Karet. Kanisius. Yogyakarta. Suratman. 2010. Mengenal ciri-ciri Klon Tanaman Karet. Perpustakaan Balai Penyuluhan Kecamatan Bungur. Rantau (tidak dipublikasikan) Thaler, P and L. Pages. 1996. Competition Withing the Roots System of Rubber Seedings (Hevea brasiliensis) Studied by Root Pruning and Blockage. Journal of Experimental Botany. 48 (312) : 1451-1459. Toruan-Marthius, N., S.A. Adimiharja & I. Boerhendhry. 1999. Rootstock-Scion Interaction ini Hevea. Bark Protein Patterns and Anatomy in Correlaration with Genetic Similarities. J. Penelitian Bioteknologi Perkebunan 67 (1) : 1-12. Woelan, S., R. Tismana dan Aidi Daslin. 2007. Determinasi Keragaman Genetik Hasil Persilangan antra Populasi Berdasarkan Karakteristik Morfologi dan Teknik RAPD. Jurnal Penelitian Karet 25(1): 13-26. 11 Lampiran 1. Kombinasi klon bibit grafting karet kaki tiga No. Batang Bawah Batang No. Batang Bawah Atas Batang Atas 1. BPM24 BPM24 BPM24 BPM24 27. BPM24 GT1 PR255 GT1 2 BPM24 BPM24 PB260 BPM24 28. BPM24 GT1 PR255 PR255 3. BPM24 BPM24 PB260 PB260 29. BPM24 IRR3939 IRR39 BPM24 4. BPM24 BPM24 GT1 BPM24 30. BPM24 IRR39 IRR39 IRR39 5. BPM24 BPM24 GT1 GT1 31. BPM24 IRR39 PR255 BPM24 6. BPM24 BPM24 IRR39 BPM24 32. BPM24 IRR39 PR255 IRR39 7. BPM24 BPM24 IRR39 IRR39 33. BPM24 IRR39 PR255 PR255 8. BPM24 BPM24 PR255 BPM24 34. BPM24 PR255 PR255 BPM24 9. BPM24 BPM24 PR255 PR255 35. BPM24 PR255 PR255 PR255 10. BPM24 PB260 PB260 BPM24 36. PB260 PB260 PB260 PB260 11. BPM24 PB260 PB260 PB260 37. PB260 PB260 GT1 PB260 12. BPM24 PB260 GT1 BPM24 38. PB260 PB260 GT1 GT1 13. BPM24 PB260 GT1 PB260 39. PB260 PB260 IRR39 PB260 14. BPM24 PB260 GT1 GT1 40. PB260 PB260 IRR39 IRR39 15. BPM24 PB260 IRR39 BPM24 41. PB260 PB260 PR255 PB260 16. BPM24 PB260 IRR39 PB260 42. PB260 PB260 PR255 PR255 17. BPM24 PB260 IRR39 IRR39 43. `PB260 GT1 GT1 PB260 18. BPM24 PB260 PR255 BPM24 44. PB260 GT1 GT1 GT1 19. BPM24 PB260 PR255 PB260 45. PB260 GT1 IRR39 PB260 20. BPM24 PB260 PR255 PR255 46. PB260 GT1 IRR39 GT1 21. BPM24 GT1 GT1 BPM24 47. PB260 GT1 IRR39 IRR39 22. BPM24 GT1 GT1 GT1 48. PB260 GT1 PR255 PB260 23 BPM24 GT1 IRR39 BPM24 49. PB260 GT1 PR255 GT1 24. BPM24 GT1 IRR39 GT1 50. PB260 GT1 PR255 PR255 25. BPM24 GT1 IRR39 IRR39 51. PB260 IRR39 IRR39 PB260 26. BPM24 GT1 PR255 BPM24 52. PB260 IRR39 IRR39 IRR39 12 53. PB260 IRR39 PR255 PB260 54. PB260 IRR39 PR255 IRR39 55. PB260 IRR39 PR255 PR255 56. PB260 PR255 PR255 PB260 57. PB260 PR255 PR255 PR255 58. GT1 GT1 GT1 GT1 59. GT1 GT1 IRR39 GT1 60. GT1 GT1 IRR39 IRR39 61. GT1 GT1 PR255 GT1 62. GT1 GT1 PR255 PR255 63. GT1 IRR39 IRR39 GT1 64. GT1 IRR39 IRR39 IRR39 65. GT1 IRR39 PR255 GT1 66. GT1 IRR39 PR255 IRR39 67. GT1 IRR39 PR255 PR255 68. GT1 PR255 PR255 GT1 69. GT1 PR255 PR255 PR255 70. IRR39 IRR39 IRR39 IRR39 71. IRR39 IRR39 PR255 IRR39 72. IRR39 IRR39 PR255 PR255 73. IRR39 PR255 PR255 IRR39 74. IRR39 PR255 PR255 PR255 75. PR255 PR255 PR255 PR255 Keterangan: BPM24 = Balai Penelitian Medan 24 PB260 = Prang Besar 260 GT1 = Gondang Tapen 1 IRR39 = Indonesian Rubber Research 39 PR255 = Proefstation voor Rubber 255 13 Lampiran 3. Persentase Keragaman Kompatibilitas dan Inkompatibilitas Kombinasi Klon Kombinasi Klon Kompatibilitas Inkompatibilitas Kompatibilitas Inkompatibilitas BPM24 BPM24 BPM24 BPM24 BPM24 PB260 IRR39 IRR39 IRR39 BPM24 BPM24 IRR39 BPM24 IRR39 IRR39 BPM24 PB260 PB260 BPM24 IRR39 IRR39 PB260 PB260 IRR39 BPM24 BPM24 PR255 BPM24 GT1 PR255 GT1 GT1 IRR39 PB260 GT1 IRR39 BPM24 PR255 PR255 BPM24 BPM24 IRR39 GT1 IRR39 IRR39 BPM24 IRR39 PR255 BPM24 PB260 IRR39 BPM24 PB260 IRR39 PB260 IRR39 IRR39 BPM24 IRR39 PR255 GT1 IRR39 PR255 BPM24 GT1 IRR39 BPM24 BPM24 GT14 PB260 IRR39 PR255 BPM24 PB260 GT1 IRR39 IRR39 PR255 BPM24 GT1 GT1 IRR39 PR255 PR255 BPM24 PB260 PR255 PR255 PR255 PR255 BPM24 PR255 PR255 BPM24 GT1 IRR39 BPM24 BPM24 PR255 GT1 IRR39 PR255 PB260 PB260 IRR39 PB260 PB260 GT1 PB260 PR255 PR255 BPM24 PB260 PR255 PB260 GT1 GT1 PB260 IRR39 IRR39 GT1 GT1 PR255 IRR39 PR255 PR255 PB260 GT1 PR255 PB260 PB260 PR255 PB260 GT1 PR255 GT1 PR255 PR255 PB260 BPM24 IRR39 PB260 PB260 PR255 IRR39 IRR39 PR255 BPM24 PB260 GT1 BPM24 IRR39 PR255 BPM24 PB260 BPM24 PB260 IRR39 PR255 BPM24 PB260 PR255 BPM24 GT1 PR255 PB260 IRR39 PR255 BPM24 PB260 PB260 PB260 GT1 IRR39 PB260 PR255 PR255 PB260 PB260 PB260 GT1 GT1 IRR39 BPM24 GT1 GT1 BPM24 GT1 PB260 PB260 GT1 GT1 PB260 GT1 PB260 GT1 GT1 PR255 BPM24 GT1 PR255 GT1 IRR39 PR255 GT1 GT1 GT1 BPM24 GT1 BPM24 BPM24 GT1 IRR39 PB260 GT1 PR255 sGT1 IRR39 IRR39 GT1 PR255 PR255 PB260 GT1 IRR39 Keterangan : Huruf yang dicetak tebal menujukan akan ditumbuhkan menjadi batang atas …sedangkan kedua lainya menjadi batang bawah. 14