bab i pendahuluan - Repository | UNHAS

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perbankan merupakan salah satu sektor keuangan yang menentukan
stabilnya perekonomian di suatu negara. Peran perbankan sebagai lembaga
intermediasi dengan menjalankan dua fungsi utamanya, yaitu menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkan kredit sebagai salah satu penggunaan dana
bank. Sektor perbankan dalam memberikan kredit memerlukan adanya
ketersediaan sumber dana, semakin banyak dana yang dimiliki oleh bank maka
akan semakin besar pula dana yang dapat dipergunakan oleh perbankan untuk
menjalankan fungsinya. Sehingga sektor perbankan berlomba-lomba melakukan
penghimpunan dana, khususnya dana dari masyarakat untuk dapat menyalurkan
kredit sebesar-besarnya.
Menurut UU RI No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, dapat disimpulkan
bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana,
menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun
dana dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan
memberikan
jasa
bank
lainnya
hanya
kegiatan
pendukung.
Kegiatan
menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan giro, deposito dan tabungan.
Sebagaimana
umumnya
negara
berkembang,
sumber
utama
pembiayaan investasi di Indonesia masih di dominasi oleh penyaluran kredit
1
perbankan. Dengan demikian wajar apabila melambatnya penyaluran kredit
perbankan di Indonesia setelah krisis 1997 dituding sebagai salah satu
penyebab lambatnya pemulihan ekonomi Indonesia dibandingkan negara Asia
lainnya yang terkena krisis misalnya Korea Selatan dan Thailand (Hermanta dan
Ekananda, 2003).
Bank dalam menyalurkan kredit pada masyarakat tentunya bertujuan
untuk membayar bunga simpanan masyarakat yang menanamkan dananya
pada bank tersebut, disamping juga untuk mendapatkan keuntungan. Selain itu
juga terkait dengan regulasi perbankan yang menyatakan bahwa bank adalah
sebagai lembaga yang bertugas untuk menghimpun dana dari masyarakat, dan
menyalurkannya kembali pada masyarakat (Kasmir, 2004).
Penyaluran kredit memungkinkan masyarakat untuk melakukan investasi,
distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan
investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang.
Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah
kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat. Melalui fungsi ini bank
berperan sebagai Agent of Development (Susilo, Triandaru, dan Santoso, 2006).
Pada dasarnya kredit hanya satu macam saja bila dilihat dari pengertian
yang terkandung didalamnya, Akan tetapi, untuk membedakan kredit menurut
faktor-faktor dan unsur-unsur
yang ada dalam pengertian kredit, maka
diadakanlah pembedaan-pembedaan kredit. Kredit yang diberikan baik oleh
bank umum maupun bank perkreditan rakyat terdiri dari berbagai jenis.
2
Secara umum jenis-jenis kredit adalah kredit dilihat dari segi kegunaan,
atas dasar tujuan penggunaan dananya oleh debitur, kredit dapat dibedakan
menjadi kredit modal kerja (KMK), kredit investasi, dan kredit konsumsi. Kredit
dilihat dari segi sudut jangka waktu yaitu, kredit jangka pendek (Short Term
Loan), kredit jangka menengah (Medium Term Loan), kredit jangka panjang
(Long Term Loan). Kredit dilihat dari segi sektor usaha yaitu, kredit pertanian,
kredit peternakan, kredit industri, kredit pertambangan, kredit pendidikan, kredit
profesi, dan kredit perumahan serta sektor-sektor lainnya. Kredit dilihat dari segi
jaminan yaitu, kredit dengan jaminan dan kredit tanpa jaminan. Kredit dilihat dari
segi tujuan yaitu, kredit produktif, kredit konsumtif, dan kredit perdagangan
(Kasmir, 2004).
Suku bunga adalah harga yang harus dibayar bank atau peminjam
lainnya untuk memanfaatkan uang selama jangka waktu tertentu. Berdasarkan
definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa suku bunga itu merupakan
balas jasa yang akan diterima kemudian atas pengorbanan yang dilakukan atau
dengan kata lain suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau sebagai
sewa penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu (Samuelson, 1990).
Besarnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besarnya bunga
simpanan. Semakin besar atau semakin mahal bunga simpanan, maka semakin
besar pula bunga pinjaman dan demikian pula sebaliknya. Disamping bunga
simpanan, pengaruh besar kecilnya bunga pinjaman juga dipengaruhi oleh
keuntungan yang diambil, biaya operasi yang dikeluarkan, cadangan resiko
kredit macet, pajak serta pengaruh lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
3
kegiatan menghimpun dana (funding)
dan menyalurkan dana (lending)
ini
merupakan kegiatan umum perbankan.
Hampir semua ahli ekonomi menekankan arti penting pembentukan
modal (capital formation) sebagai salah satu penentu utama pertumbuhan
ekonomi. Penanaman modal merupakan salah satu bentuk investasi. Investasi
dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam
modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapanperlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barangbarang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 2002).
Dalam perekonomian suatu negara atau daerah, pembentukan modal
merupakan faktor yang sangat menentukan dalam mendukung laju pertumbuhan
ekonomi. Pembangunan ekonomi yang termasuk didalamnya pertumbuhan
ekonomi, memerlukan dana yang cukup besar. Sebab dengan tersedianya dana
atau modal (utamanya modal dalam negeri) dalam jumlah yang cukup untuk
realisasi pembangunan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Hal
penting
dari
pertumbuhan
ekonomi adalah
bersumber dari
peningkatan investasi. Investasi akan mendorong permintaan barang modal dan
penyerapan tenaga kerja baru untuk mengaktifkan peningkatan kapasitas
pendapatan dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan, sehingga pada
akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Adapun salah satu indikator yang juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur
untuk menghitung tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah dalam jangka
waktu tertentu yaitu dengan melihat perkembangan
PDRB daerah tersebut.
4
PDRB ini juga dapat menggambarkan secara lengkap dan menyeluruh dari
kegiatan ekonomi yang terjadi disuatu daerah, baik tentang struktur ekonomi
maupun hubungan antara komponen-komponennya. Dengan PDRB ini, tingkat
pertumbuhan pendapatan perkapita suatu daerah dapat diketahui. Dimana ketika
jumlah PDRB suatu daerah akan meningkat, maka pendapatan masyarakat yang
diperoleh dari keikutsertaannya dalam proses produksi juga akan terdorong
meningkat.
Investasi merupakan salah satu komponen penting dalam perekonomian.
dipandang
penting karena komponen ini dalam kondisi tertentu dapat
menentukan kemajuan ekonomi dan suatu wilayah. Investasi sendiri merupakan
upaya untuk mengakumulasi modal dalam membiayai pembangunan. Investasi
erat kaitannya dengan naik turunnya kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, para
ahli ekonomi memberikan porsi yang besar dalam pembahasan ekonomi makro.
Makin rendah tingkat bunga maka pengusaha pelaku bisnis akan lebih
terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin
kecil. Tingkat bunga dalam keadaan keseimbangan akan tercapai apabila
keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk
melakukan investasi.
Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat
bunga keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil. Alasannya,
seorang pengusaha termasuk pelaku bisnis akan menambah pengeluaran
investasinya apabila keuntungan yang diharapakan dari investasi lebih besar
dari pada tingkat bunga yang harus dia bayar yang merupakan ongkos atas
5
dana uang digunakan (cost of capital). Semakin rendah tingkat bunga, maka
investor akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya
penggunaan dana juga semakin kecil (Nopirin, 1992).
Pengarahan dana-dana tabungan masyarakat dilakukan melalui lembaga
keuangan terutama melalui perbankan. Perkembangan investasi dipengaruhi
oleh kenaikan tingkat suku bunga. Bila suku bunga naik, maka permintaan dana
investasi akan menurun, demikian pula sebaliknya. Dengan kata lain, suku
bunga dan permintaan dana investasi memiliki hubungan terbalik didalam
mekanisme pasar uang (Nopirin 2000).
Dari uraian yang telah ditunjukkan di atas, untuk membahas hubungan
dan pengaruh suku bunga kredit dan pendapatan perkapita terhadap investasi.
Maka penulis tertarik mengambil judul “ Pengaruh Suku Bunga Kredit dan
Pendapatan Perkapita Terhadap Investasi Di Kota Makassar Tahun 20002009 ”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis mengemukakan
permasalah pokok sebagai berikut :
“ Seberapa besar pengaruh suku bunga kredit dan pendapatan perkapita
terhadap investasi di Kota Makassar ”
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulisan ini bertujuan :
“ Untuk melihat pengaruh suku bunga kredit dan pendapatan perkapita
terhadap investasi di Kota Makassar ”
6
1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yaitu :
Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat tentang pentingnya dana
yang disimpan dalam mendukung fungsi intermediasi perbankan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teoritis
Salah satu faktor penting yang menentukan bagi pertumbuhan ekonomi
adalah besarnya investasi yang ada dalam perekonomian. Hal ini karena watak
ganda yang dimiliki oleh investasi, yakni selain dapat menambah kapasitas
produksi, pengeluaran investasi juga dapat meningkatkan permintaan efektif
seluruh masyarakat.
Bank sebagai dinamisator perekonomian maksudnya bahwa bank
merupakan
pembayaran,
pusat
perekonomian,
memproduktifkan
sumber
tabungan
dana,
pelaksana
dan
pendorong
lalu
lintas
kemajuan
perdagangan nasional dan internasional. Tanpa peranan perbankan, tidak
mungkin dilakukan globalisasi perekonomian.
Menurut UU RI No 10 Tahun 1998, pengertian bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu “Credere” yang berarti
kepercayaan (truth atau faith) sehingga dasar dari kredit adalah kepercayaan
seseorang atau badan yang memberi kredit (kreditur) percaya bahwa penerima
kredit (debitur) di masa yang akan datang sanggup memenuhi segala sesuatu
yang dijanjikan yang berupa uang, barang atau jasa-jasa (Suyatno, dkk:1993).
8
Menurut UU No.10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan
pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan.
Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit yaitu mencari keuntungan,
membantu usaha nasabah, dan membantu pemerintah. Keuntungan bagi
pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit adalah peningkatan pajak
dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank, membuka kesempatan kerja,
meningkatkan jumlah barang dan jasa, menghemat devisa negara terutama
untuk produk-produk yang sebelumnya di impor dan apabila sudah dapat
diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat
menghemat devisa negara, dan meningkatkan devisi negara apabila dari kredit
yang dibiayai untuk keperluan ekspor.
2.1.1
Pengertian dan Teori Suku Bunga
Menurut Samuelson (1990), suku bunga adalah harga yang harus
dibayar bank atau peminjam lainnya untuk memanfaatkan uang selama jangka
waktu tertentu. Suku bunga merupakan salah satu sasaran kebijaksanaan
moneter yang sangat besar pengaruhnya karena suku bunga memegang
peranan penting di dalam kegiatan perekonomian.
9
Suku bunga adalah harga yang harus dibayar bank atau peminjam
lainnya untuk memanfaatkan uang selama jangka waktu tertentu. Berdasarkan
definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa suku bunga itu merupakan
balas jasa yang akan diterima kemudian atas pengorbanan yang dilakukan atau
kata lain suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau sebagai sewa
penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu (Samuelson, 1990). Pada
prinsipnya suku bunga adalah harga atas penggunaan uang atau sebagai sewa
atas penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu, biasanya dalam persen
(Jamli, 2001).
Setiap masyarakat yang melakukan interaksi dengan bank, baik interaksi
dalam bentuk simpanan, maupun pinjaman (kredit), akan selalu terkait dan
dikenakan dengan yang namanya bunga (Kasmir, 2004). Bagi masyarakat yang
menanamkan dananya pada bank, baik itu simpanan tabungan, deposito dan
giro akan diberikan suku bunga simpanan (dalam bentuk %). Suku bunga ini
merupakan rangsangan dari bank agar masyarakat mau menanamkan dananya
pada bank. Semakin tinggi suku bunga simpanan , maka masyarakat akan
semakin giat untuk menanamkan dananya pada bank, dikarenakan harapan
mereka untuk memperoleh keuntungan. Dan begitu sebaliknya, semakin rendah
suku bunga simpanan, maka minat masyarakat dalam menabung akan
berkurang sebab masyarakat berpandangan tingkat keuntungan yang akan
mereka peroleh dimasa yang akan datang dari bunga adalah kecil.
10
Teori Suku Bunga Klasik
Menurut kaum Klasik, suku bunga menentukan besarnya tabungan
maupun investasi yang dilakukan dalam perekonomian yang menyebabkan
tabungan yang tercipta pada penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama
yang dilakukan oleh pengusaha.
Menurut pengertian kaum Klasik, bunga adalah “harga” dari penggunaan
leonable funds. Terjemahan langsung dari istilah tersebut adalah “dana yang
tersedia untuk dipinjamkan”. Dalam teori Fisher mengenai Leonable Funds
Theory, bahwa tingkat suku bunga umum ditentukan oleh interaksi kompleks dari
dua faktor, yaitu :
1.
Total permintaan dana oleh perusahaan-perusahaan pemerintah dan
rumah tangga atau individu-individu. Untuk melakukan berbagai
macam aktivitas ekonomi dengan dana tersebut. Permintaan ini
berhubungan negatif dengan suku bunga (kecuali dengan permintaan
pemerintah yang sering tidak terpengaruh pada tingkat suku bunga).
2.
Yang mempengaruhi tingkat suku bunga adalah total penawaran
dana dari perusahaan-perusahaan pemerintah dan individu-individu.
Penawaran berhubungan positif dengan tingkat suku bunga, jika
semua faktor ekonomi yang lain konstan.
Tingkat suku bunga dalam keseimbangan (artinya tidak adanya dorongan
untuk naik atau turun) akan tetapi apabila keinginan menabung masyarakat
sama dengan keinginan pengusaha melakukan investasi. Dengan demikian,
11
tingkat suku bunga menurut kaum Klasik ditentukan oleh kekuatan tabungan dan
investasi yang hubungannya dapat dinyatakan sebagai berikut :
I=f(r)
S=(r)
I=S
Dimana :
I = Investasi
S = Tabungan
r = Tingkat suku bunga
Teori Suku Bunga Keynes
Menurut Keynes bahwa tingkat suku bunga hanya merupakan fenomena
moneter yang mana pembentukannya terjadi dipasar uang. Dengan demikian,
tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung dari tinggi
rendahnya tingkat suku bunga terutama tergantung dari besar kecilnya
pendapatan rumah tangga itu. Dalam arti bahwa
makin besar jumlah
pendapatan maka makin besar uang yang bisa ditabungkan.
Apabila jumlah pendapatan rumah tangga itu mengalami kenaikan atau
penurunan, perubahan yang cukup besar dalam tingkat suku bunga tidak akan
menimbulkan pengaruh yang berarti atas jumlah tabungan yang akan dilakukan
oleh rumah tangga.
Perbedaan dengan teori klasik adalah Keynes mengasumsikan bahwa
perekonomian belum mencapai tingkat
full employment . Oleh karena itu,
produksi dapat ditingkatkan tanpa mengubah tingkat upah maupun tingkat harga.
Dengan menurunkan tingkat suku bunga, investasi dapat dirangsang untuk
meningkatkan produksi nasional.
12
Demikian halnya dengan investasi, Keynes berkeyakinan bahwa tingkat
bunga bukanlah faktor utama yang menentukan tingkat investasi, walaupun
diakui bahwa salah satu pertimbangan untuk melakukan investasi adalah tingkat
bunga. Tingkat investasi menurutnya lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
lainnya selain tingkat bunga (Rimoky, 2002).
Teori Suku Bunga Sir John Hicks
Menurut Hicks, bahwa suku bunga berada dalam keadaan keseimbangan
pada suatu perekonomian bila tingkat suku bunga itu memenuhi keseimbangan
sektor moneter dan sektor riil. Pandangan ini merupakan gabungan dari
pendapat Klasik dan Keynes, dimana kaum Klasik mengatakan bahwa bunga
timbul karena uang adalah produktif, artinya bila seseorang memiliki dana maka
mereka dapat menambah alat produksinya agar keuntungan yang diperoleh
meningkat. Sedangkan menurut Keynes bahwa uang produktif dengan spekulasi
dengan kemungkinan memperoleh keuntungan.
2.1.2
Konsep Produk Regional Domestik Bruto (PDRB)
Untuk memperoleh pengertian tentang pendapatan, maka harus dilihat
dari
mana
pendapatan
tersebut
dibentuk
dan
bagaimana
proses
pembentukannya. Karena pendapatan itu sendiri merupakan jumlah penerimaan
yang diperoleh individu, masyarakat, produsen, perusahaan daerah, negara, dan
sebagainya. Sebagai hasil usaha atau kompensasi yang diterima dalam
kegiatan-kegiatan ekonomi melalui proses produksi barang-barang atau jasajasa yang dihasilkan.
13
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator
pertumbuhan ekonomi suatu negara/ wilayah/ daerah. Pertumbuhan ekonomi
adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk
menyediakan semakin banyak jenis barang-barang kepada penduduknya.
Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat
bertambah
(Sukirno,
2000).
Pertumbuhan
ekonomi
adalah
perubahan jangka panjang secara perlahan yang terjadi melalui kenaikan
tabungan
dan
produksi.
Perkembangan
pertumbuhan
ekonomi
dapat
dipergunakan untuk menggambarkan faktor-faktor penentu yang mendasari
pertumbuhan ekonomi, seperti perubahan dalam teknik produksi, masyarakat
dalam lembaga-lembaga, perubahan tersebut menghasilkan pertumbuhan
ekonomi.
Pendapatan merupakan suatu gambaran tingkat kemampuan seseorang
dalam memenuhi kebutuhan materinya dalam satuan waktu tertentu yang umum
digunakan biasanya satu bulan. Tingkat pendapatan ini sering dihubungkan
dengan suatu standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan.
Pendapatan perkapita merupakan bagian dari pendapatan nasional dan
merupakan salah satu indikator pembangunan, pendapatan perkapita selain bisa
memberi gambaran tentang laju pertumbuhan kesejahteraan masyarakat disuatu
daerah dalam jangka waktu tertentu juga dapat menggambarkan perubahan
14
corak perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat yang terjadi diberbagai
daerah.
Pendapatan perkapita diperoleh
dari membagi jumlah pendapatan
nasioanal bruto/pendapatan domestik bruto pada satu tahun tertentu dengan
jumlah penduduk pada tahun tersebut. Angka pendapatan perkapita dapat
dinyatakan dalam harga berlaku maupun dalam harga konstan tergantung
kebutuhan (Taringan, 2005).
PDRB merupakan salah satu indikator yang biasa dipakai untuk
mengukur tingkat kemakmuran penduduk di suatu daerah dalam jangka waktu
tertentu. PDRB adalah nilai dari seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam
satu wilayah biasanya dalam jangka waktu satu tahun tanpa membedakan
kepemilikan faktor-faktor produksi. Nilai PDRB dapat dihitung melalui tiga
pendekatan, yaitu dari segi produksi, dari segi pendapatan, dan dari segi
pengeluaran.
Ditinjau dari segi produksi disebut regional produk, merupakan jumlah
netto oleh atas suatu barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi
dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).
Ditinjau dari segi pendapatan disebut regional income, merupakan jumlah
pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta
dalam proses produksi dalam suatu wilayah dan biasanya dalam jangka waktu
tertentu (satu tahun).
Ditinjau dari segi pengeluaran disebut regional expenditure, merupakan
jumlah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, private non profit
15
institution maupun pemerintah, pembentukan modal, serta ekspor netto (ekspor
dikurangi impor) suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).
PDRB dibedakan atas dua, yaitu PDRB atas dasar harga konstan (riil)
dan PDRB atas dasar harga berlaku (nominal). PDRB atas dasar harga konstan
(riil) adalah PDRB yang dihitung atas harga konstan (dasar), yang biasanya
harga yang ditetapkan merupakan harga pada tahun pertama. Sedangkan PDRB
menurut harga berlaku adalah PDRB yang dihitung menurut harga yang berlaku
pada tahun berjalan.
Nilai PDRB atas dasar harga berlaku (konstan) digunakan untuk melihat
besarnya perekonomian suatu daerah, berdasarkan atas harga yang berlaku
pada saat itu. Rumus untuk menghitung PDRB nominal adalah PDRB nominal =
P x Q, dimana P adalah harga yang berlaku saat itu dan Q adalah total output
yang dihasilkan.
Sedangkan nilai PDRB atas dasar harga konstan (riil) digunakan untuk
mengukur pertumbuhan ekonomi karena nilai PDRB tidak dipengaruhi oleh
perubahan harga. Harga konstan ini dapat ditentukan dengan menggunakan
satu tahun dasar yang mana harganya dijadikan acuan. Rumus untuk
menghitung PDRB riil adalah PDRB riil = PDRB nominal / inflasi x 100 persen.
PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat
pergeseran struktur ekonomi, sedangkan harga konstan dapat digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Dengan demikian,
PDRB merupakan indikator untuk mengatur sampai sejauh mana keberhasilan
16
pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya yang ada, dan dapat digunakan
sebagai perencanaan dan pengambilan keputusan.
Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefenisikan sebagai penjelasan
mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan kenaikan output perkapita
dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor
tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan.
Teori Klasik
Ahli ekonomi klasik yakin dengan adanya perekonomian persaingan yang
sempurna maka seluruh sumber ekonomi dapat dimanfaatkan dengan maksimal
atau full employment. Para ahli ekonomi klasik menyatakan bahwa full
employment itu hanya bisa dapat dicapai apabila perekonomian bebas dari
campur tangan pemerintah dan sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme
pasar. Semua kaum klasik memandang bahwa penumpukan modal sebagai
kunci kemajuan. Karena itu mereka menekankan betapa pentingnya tabungan
dalam jumlah besar, selain itu mereka juga berpendapat bahwa keuntungan
merangsang investasi. Semakin besar keuntungan merangsang investasi dan
akan semakin besar pula akumulasi modal investasi.
Teori Ricardian
David Ricardo mengungkapkan pandangannya mengenai pembangunan
ekonomi dalam bukunya The Principles Of Political Ekonomy And Taxation.
David mengungkapkan bahwa faktor yang penting dalam pertumbuhan ekonomi
adalah buruh, pemupukan modal, perdagangan luar negeri. Seperti ahli ekonomi
modern, teori Ricardo menekankan pentingnnya tabungan untuk pembentukan
17
modal. Dibanding pajak David Ricardo lebih menyetujui pemupukan modal
melalui tabungan.Tabungan dapat diperoleh dengan penghematan pengeluaran,
memproduksi lebih banyak, dan dengan meningkatkan tingkat keuntungan serta
mengurangi harga barang.
Teori Harodd Domar
Model pertumbuhan Harodd Domar dibangun berdasarkan pengalaman
negara maju. Harodd Domar memberikan peranan kunci kepada investasi
didalam proses pertumbuhan ekonomi, mengenai watak ganda yang dimiliki oleh
investasi. Pertama ia menciptakan pendapatan kedua ia memperbesar kapasitas
produksi pertanian dengan cara menaikkan stok modal. Karena itu selama
investasi netto tetap berjalan , pendapatan nyata dan output akan senantiasa
tambah besar.
Harodd Domar, mengembangkan analisa Keynes yang menekankan
perlunya penanaman modal dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi . Setiap
usaha harus menyelamatkan proporsi tertentu dari pendapatan nasional yaitu
untuk menambah stok modal yang akan digunakan dalam investasi yang baru.
2.1.3
Pengertian dan Teori Investasi
Investasi yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau
pembentukan modal atau apabila digunakan istilah dalam penghitungan
pendapatan nasional dinamakan pembentukan modal dalam negeri (domestik)
bruto, terjadi dari tabungan dari sektor perusahaan yang digunakan oleh para
pengusaha untuk membeli barang-barang modal.
18
Ada beberapa pengertian lain dari investasi yaitu, menurut Winardi
(1988),
investasi adalah
pengeluaran
untuk barang-barang
yang
tidak
dikonsumsikan sekarang, melainkan menambahkan jumlah barang-barang atau
alat-alat produksi. Menurut Boediono (1998), investasi adalah pengeluaran oleh
sektor-sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang-barang atau jasa
dengan tujuan merubah stok gudang atau perluasan pabrik. Menurut Sukirno
(1995), investasi dapat didefenisikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan
penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan
perlengkapan-perlengkapan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan
menambah barang-barang modal yang akan digunakan untuk memproduksi
barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian dimasa depan,
sedangkan fungsi dari investasi yaitu peningkatan produksi, penyempurnaan
struktur produksi, pemerataan pendapatan, pemanfaatan sumber daya manusia
dan sumber daya alam serta mendorong ekspor.
Keyakinan ahli-ahli ekonomi Klasik tentang perubahan-perubahan dapat
dengan mudah berlaku terhadap tingkat bunga akan menjamin terciptanya
keseimbangan antara jumlah tabungan dari sektor rumah tangga dan jumlah
investasi yang dilakukan pengusaha karena tingkat bunga menentukan besarnya
tabungan maupun investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian.
Perubahan-perubahan dalam tingkat bunga akan terus berlangsung hingga
mencapai keseimbangan antara jumlah tabungan dengan jumlah investasi. Pada
investasi, semakin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan
investasi juga makin kecil (Nopirin, 1992).
19
Yang digolongkan investasi meliputi pengeluaran/pembelanjaan terbagi
dalam dua golongan yaitu, (1) Investasi financial, merupakan hal pembelian atau
pengalihan
milik
mengenai
surat-surat
berharga
(saham,obligasi,
surat
perbendaharaan negara, surat berharga komersial) dalam dunia usaha atau
peningkatan nilai surat-surat berharga tersebut. (2) Investasi fisik/rill, merupakan
hal membuat peralatan barang modal baru atau tambahan pada barang modal,
meliputi, (a) Investasi tetap (fixed investment), dalam hal pembelian
asset fisik
berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya
untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan serta pembelanjaan
untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik
dan bangunan-bangunan lainnya, dan (b) Investasi persediaan (inventory
investment), yaitu pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual,
bahan mentah, bahan baku, suku cadang, bahan penolong dikonversikan dalam
proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional, selama
semakin besar jumlah yang diperlukan untuk investasi penggantian guna
mempertahankan persediaan modal yang ada dalam perekonomian dimana
persediaan
ini
cenderung
berubah
sejalan
dengan
perubahan
tingkat
pendapatan nasional, selama semakin besar jumlah yang diperlukan untuk
investasi penggantian guna mempertahankan persediaan modal yang ada dalam
perekonomian yang pendapatan nasional dan outputnya meningkat dan
sebaliknya.
Dalam melakukan pembangunan ekonomi dibutuhkan biaya yang cukup
besar yang salah satunya diperoleh dari investasi swasta baik berupa
20
penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing
(PMA).
Penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebagai sumber domestik
merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi nasioanal (Jhingan, 1994).
Disatu pihak, mencerminkan permintaan efektif dan dipihak lain menciptakan
efisiensi produktif bagi produksi dimasa depan. Proses penanaman modal ini
menghasilkan kenaikan output nasional dalam berbagai cara.
Penanaman
modal diperlukan untuk memenuhi permintaan penduduk yang meningkat
dinegara tersebut. Investasi dibidang barang modal tidak hanya meningkatkan
produksi tetapi kesempatan kerja. Pembentukan atau penanaman modal dalam
negeri ini pula
yang akan membawa kearah kemajuan teknologi, kemajuan
teknologi pada gilirannya membawa kearah spesialisasi dan penghematan
produksi skala luas, penanaman modal membantu usaha penyediaan mesin, alat
dan perlengkapan bagi tenaga buruh yang semakin meningkat.
Penanaman modal asing (PMA) sebagai salah satu jenis penanaman
modal memiliki peran yang sangat besar dalam pembangunan. Modal asing
dapat memasuki suatu negara dalam bentuk modal swasta dan modal negara.
Modal asing swasta dapat mengambil bentuk investasi langsung dan investasi
tidk langsung (Jhingan, 1994).
Pengertian penanaman modal asing adalah alat pembayaran luar negeri
yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan
persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.
21
Jadi penanaman modal asing diperlukan untuk mempercepat pembangunan
ekonomi.
Modal asing membantu dalam industrialisasi, dalam membangun dan
menciptakan lapangan kerja yang lebih luas. Penanaman modal asing yang
dilakukan di Indonesia tidak hanya dalam bentuk uang yang ditanamkan tetapi
juga dalam bentuk mesin-mesin juga dalam bentuk ketrampilan teknik
Setiap keputusan investasi melibatkan lima unsur pokok yang dapat yang
dapat disebut determinan investasi (Determinant Of Investment). Dalam setiap
proses pengambilan keputusan investasi, unsur-unsur tersebut akan muncul,
apakah secara eksplisit atau implisit, disadari atau tidak, diolah secara sistematis
atau tidak. Kelima unsur tersebut adalah :
1. Kondisi Investor
2. Motif Investor
3. Media Investor
4. Teknik dan modal analisis termasuk jenis informasi dan cara
pengolahannya
5. Strategi Investasi
Keyakinan ahli-ahli ekonomi Klasik tentang perubahan-perubahan dapat
dengan mudah berlaku terhadap tingkat bunga akan menjamin terciptanya
keseimbangan antara jumlah tabungan dari sektor rumah tangga dan jumlah
investasi yang dilakukan pengusaha karena tingkat bunga menentukan besarnya
tabungan maupun investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian.
Perubahan-perubahan dalam tingkat bunga akan terus berlangsung hingga
22
mencapai keseimbangan antara jumlah tabungan dengan jumlah investasi. Pada
investasi, semakin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan
investasi juga makin kecil (Nopirin, 1992).
Keuntungan dari investasi-investasi ini baru terasa bila mana timbul
pertambahan permintaan dalam masyarakat. Bertambahnya permintaan efektif
yang juga akan menaikkan pendapatan akan memberikan keuntungan pada
Public Investment. Public Investment ini sering juga disebut sebagai investasi
yang otonom, yaitu investasi yang timbul bukan karena adanya pertambahan
pendapatan. Hal-hal yang menyebabkan public investment bersifat otonom
diantaranya karena adanya biaya yang tidak kecil sehingga pihak swasta tidak
mampu memikulnya, mempunyai produktivitas dan keuntungan yang tidak
langsung. Bendungan dan saluran irigasi tidak memberikan keuntungan yang
langsung, tetapi rehabilitasi dan penyempurnaan irigasi itu merupakan prasarana
penting untuk menaikkan produksi pertanian. Dalam analisis makroekonomi,
istilah investasi khususnya dihubungkan dengan investasi fisik menciptakan aset
baru yang akan meningkatkan kapasitas
memproduksi suatu perekonomian
(Pass, 1998).
Masalah investasi adalah suatu masalah yang langsung berhubungan
dengan besarnya pengharapan akan pendapatan yang akan diperoleh dari
barang dan modal dimasa depan. Pengharapan akan pendapatan merupakan
faktor yang sangat penting untuk menentukan besarnya investasi. Berikut ini di
bahas beberapa aliran teori mengenai investasi.
23
Teori Investasi Klasik
Dalam teori Klasik, investasi yang dilakukan dimaksudkan untuk
meningkatkan
kemampuan
masyarakat
dalam
berproduksi.
Dengan
meningkatkann produksi, akumulasi modal terbentuk yang nantinya akan
meningkatkan investasi. Sedangkan dalam teori Keynes, besarnya investasi
yang dilakukan tidak tergantung pada tinggi rendahnya tingkat bunga, tetapi
tergantung pada besar kecilnya pendapatan yang diterima rumah tangga. Makin
tinggi pendapatan yang diterima oleh rumah tangga, makin besar pula investasi
yang dilakukan.
Teori Investasi Keynes
Menurut Keynes, investasi hanya bergantung pada dua faktor, yaitu
perkiraan tingkat keuntungan yang tinggi yang diharapkan dari sebuah investasi
dan tingkat bunga. Keynes mendasari teori tentang investasi berdasarkan
konsep
Marginal Efficiency Of
Capital (MEC) bahwa
jumlah
maupun
kesepakatan untuk melakukan investasi didasarkan atas konsep keuntungan
yang akan diharapkan dari investasi atau biasa disebut Marginal Efficiency Of
Investment (MEI), maksudnya investasi akan dilakukan apabila MEI lebih besar
dari tingkat bunga. Apabila tingkat bunga tinggi jumlah usaha yang tingkat
pengembalian modalnya melebihi tingkat tersebut adalah sedikit, maka investasi
tidak terjadi (Mannulang,1981). Secara grafik dapat digambarkan sebagai
berikut:
24
i
MEI
0
Investasi
Gambar 2.1.3 Kurva Marginal Efficiency Of Investment
Selain kedua faktor di atas menurut keynes terdapat beberapa faktor
penting lainnya, seperti keadaan ekonomi pada masa kini, ramalan mengenai
keadaan dimasa yang akan datang, perubahan dan perkembangan teknologi
yang terjadi (Sukirno, 1981).
Volume investasi ditentukan oleh efisiensi marjinal investasi modal yang
bergantung
pada ekspektasi pihak usahawan investor tentang imbalan jasa
(laba) yang akan diperoleh dimasa yang akan datang dimana harus melebihi
bunga harus diperhitungkan dalam penggunaan modal. Dalam suasana tertentu,
investor kurang berminat melakukan investasi walaupun tingkat bunga rendah
akibatnya ekspektasinya kurang cerah dimasa depan, sebaliknya dalam
keadaan ini bisa juga terjadi bahwa pihak investor meningkat permintaannya
akan dana modal dan bersedia membayar dengan harga (tingkat bunga) yang
terjadi.
Menurut Keynes investasi bisnis hanya bergantung dua faktor : perkiraan
pengembilan investasi dan tingkat suku bunga. Perkiraan pengambilan investasi
25
merupakan keuntungan dari penanaman investasi pabrik dan perlengkapan baru
dan faktor yang kedua merupakan biaya dan perolehan dana untuk membiayai
pabrik dan perlengkapan. Jika perkiraan tingkat pengembalian investasi melebihi
tingkat suku bunga, perusahaan bisnis akan mengembangkan dan membayar
pabrik baru. Tetapi apabila tingkat suku bunga melebihi perkiraan tingkat
pengembalian investasi, maka investasi tidak akan terjadi (Pressman, 2000).
Keynes tidak setuju bahwa jumlah investasi sepenuhmya ditentukan oleh
tingkat bunga, memang tingkat bunga memegang peranan yang cukup
menentukan dalam perkembangan pengusaha melakukan investasi. Suku bunga
tergantung kuantitas sehingga investasi dapat dinaikkan melalui peningkatan
efisiensi marjinal modal atau penurunan suku bunga (Jhingan 1999).
Menurut pendapat Keynes, pada umumnya investasi dilakukan oleh para
pengusaha adalah lebih kecil dari jumlah tabungan yang dilakukan rumah tangga
pada waktu dicapai penggunaan tenaga kerja penuh (full employment), oleh
karenanya permintaan agregat dalam perekonomian adalah lebih rendah dari
pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Kekurangan dalam permintaan
agregat ini akan menimbulkan pengurangan penggunaan tenaga kerja dalam
perekonomian (Sukirno, 2008).
Teori Investasi Neo-Klasik
Menurut Neo-Klasik intinya berdasarkan teori produktifitas marjinal dari
faktor produksi modal, artinya modal yang akan diinvestasikan dalam proses
produksi ditentukan oleh produktifitas marjinal dibandingkan dengan tingkat
harga. Suatu barang investasi akan dijalankan apabila pendapatan investasi
26
lebih besar dari tingkat bunga dan investasi dalam suatu barang modal adalah
menguntungkan jika biaya sewa ditambah bunga lebih kecil dari pada hasil
pendapatan yang diharapkan dari investasi tersebut. Ada tiga hal yang perlu
diperhatikan dalam menentukan investasi menurut teori ini, yaitu :
1. Tingkat biaya barang modal,
2. Tingkat bunga, dan
3. Tingginya pendapatan yang akan diterima.
Teori Harrod Domard
Harrod Domard berpendapat bahwa pembentukan modal dipandang
sebagai pengeluaran yang akan menambah kesanggupan suatu perekonomian
untuk menghasilkan sekaligus juga sebagai pengeluaran yang akan menambah
permintaan efektif seluruh masyarakat.
Penanaman modal yang dilakukan masyarakat dalam suatu waktu
tertentu akan digunakan untuk dua tujuan, yaitu ; (1) Mengganti alat-alat modal
yang tidak dapat dipergunakan lagi. (2) Untuk memperbanyak jumlah alat modal
masyarakat. Akibatnya adalah apabila dibandingkan jumlah pertumbuhan
produksi dengan penanaman modal yang dilakukan akan di dapat rasio modal
produksi (capital output ratio), yaitu suatu ratio yang menunjukkan pertambahan
efektif kapasitas berproduksi sebagai akibat adanya penanaman modal baru
pada suatu tahun tertentu.
2.1.4
Hubungan Suku Bunga dan Investasi
Pengaruh dari suku bunga kredit terhadap investasi juga dijelaskan oleh
pemikiran ahli ekonomi Klasik yang menyatakan bahwa investasi adalah fungsi
27
dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan
investasi juga makin kecil, dengan alasan seorang pengusaha akan menambah
pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan lebih besar dari
tingkat bunga yang harus dibayar sebagai ongkos penggunaan dana (cost of
capital). Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan terdorong untuk
melakukan investasi sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil (Nopirin,
2000).
Tingkat keuntungan yang diharapkan menurut teori makro Keynes
disebut dengan Marginal Efficiency Of Capital.(MEC), sedangkan perilaku
investor dalam mengambil keputusan dijelaskan dalam bentuk fungsi investasi.
Fungsi investasi menunjukkan hubungan antara tingkat yang berlaku dengan
tingkat pengeluaran investasi yang diinginkan. Keynes mengatakan, bahwa
masalah investasi baik ditinjau dari segi penentuan jumlahnya maupun
kesempatan untuk mengadakan investasi itu sendiri didasarkan konsep Marginal
Efficiency Of Capital (MEC), investasi akan dilakukan oleh investor, bila MEC
yang diharapkan masih lebih besar atau tinggi dari tingkat bunga yang berlaku.
Jadi jelas pertimbangan Keynes untuk terlaksananya investasi adalah factor
efficiency marginal dari investasi itu sendiri. Efficiency marginal dari investasi
sangat tergantung pada perkiraan-perkiraan investor pada perkembangan situasi
ekonomi di masa yang akan datang.
Hubungan investasi dengan tingkat bunga dapat digambarkan suatu
kurva MEC. Kurva MEC ialah kurva yang menghubungkan titik-titik besarnya
investasi pada berbagai tingkat bunga. Kurva yang menghubungkan investasi
28
yang diinginkan pada berbagai tingkat bunga dimana harga investasi berubah
apabila terjadi perubahan
tingkat bunga disebut kurva (MEI = Marginal
Efficiency Of Investment).
i(%)
i
i
MEI
Investasi
MEC
(Juta)
Gambar. 2.1.4 Kurva MEI dan Kurva MEC
Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin rendah tingkat bunga
yang harus dibayar, maka semakin banyak usaha yang dapat dilakukan
pengusaha dengan menguntungkan. Sebagai akibatnya semakin rendah tingkat
bunga semakin banyak investasi yang mereka lakukan.
Terdapat beberapa faktor penentu dilakukannya investasi, yaitu investasi
memberikan revenue tambahan kepada perusahaan
melalui penjualan
produknya secara lebih besar, suku bunga merupakan harga atau biaya yang
harus dibayar dalam meminjam uang untuk suatu periode tertentu dan ekspetasi
keuntungan. Dengan demikian para investor melakukan investasi untuk
mendapatkan keuntungan atas investasi yang dilakukan.
2.2
Tinjauan Empiris
Nurinayah (2004), melakukan suatu penelitian tentang pengaruh tingkat
suku bunga dan produk domestik bruto terhadap investasi Di Indonesia tahun
29
1983-2000. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan negatif
antara suku bunga terhadap investasi.
Andi Mahyuddin (2009), membahas tentang analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi investasi Di Sulawesi Selatan periode 1997-2007. Dan hasil studi
empirisnya menunjukkan bahwa inflasi, suku bunga memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap investasi Di Sulawesi Selatan
Badriah Sappewali (2001), membahas tentang pengaruh tingkat bunga
terhadap kredit perbankan di Sulawesi Selatan. Hasil penelitiannya menyatakan
bahwa tingkat bunga tidak terlalu menjadi hambatan bagi para investor selama
variasi naik turunnya berada dalam batas kewajaran. Justru yang paling
mempengaruhi adalah dari segi perbankan, cadangan wajib minimum yang kecil
memungkinkan dana-dana yang ada disalurkan untuk menghindari “idle fund”.
2.3
Kerangka Pikir
Masalah pertumbuhan ekonomi merupakan masalah yang dihadapi oleh
semua daerah. Peningkatan pertumbuhan ekonomi sangat dibutuhkan dan
merupakan sumber utama peningkatan standar hidup. Pembangunan adalah
merupakan
salah
satu
upaya
untuk
menciptakan
kemakmuran
dan
kesejahteraan rakyat. Pembangunan ekonomi dimaksudkan sebagai aktivitas
perekonomian yang menghasilkan kenaikan jumlah output atau produk barang
dan jasa serta adanya perbaikan atau perubahan yang positif terhadap
kehidupan sosial ekonomi masyarakat baik dilingkup daerah maupun lingkup
nasional.
30
Dalam perencanaan pembangunan untuk pertumbuhan ditingkat daerah,
ketersediaan investasi tergantung pada kecakupan sumber-sumber pembiayaan
yang ada.
Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai fungsi atau peranan
sebagai penyalur dana kepada masyarakat dalam bentuk fasilitas kredit.
Pemberian kredit oleh bank merupakan tulang punggung kegiatan bank. Kredit
yang diberikan oleh pihak bank sangat penting terutama dalam hal investasi ke
dunia usaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi.
Dana yang dioperasikan bank secara aktif tidak lain adalah dana berasal
dari masyarakat yang dihimpun melalui giro, tabungan, dan deposito. Besar
kecilnya kredit yang disalurkan kepada debitur banyak dipengaruhi oleh dana
dari pihak ketiga.
Suku bunga yang tinggi akan menarik masyarakat untuk meyimpan
kelebihan pendapatannya untuk menabung dibank-bank dari pada menambah
konsumsinya. Sehingga ketergantungan akan modal asing dapat dkurangi.
Namun dalam investasi mengisyarakatkan tingkat suku bunga harus rendah
dimana tingkat pengembalian modal investasi harus lebih tinggi dari pada tingkat
bunga yang berlaku agar investasi tersebut menguntungkan.ingin meminjam
uang untuk kebutuhan mereka.
Semakin tinggi suku bunga kredit semakin berkurang permintaan kredit
dan sebaliknya semakin rendah tingkat suku bunga kredit maka keinginan
mendapatkan kredit semakin besar. Dengan pemberian kredit kepada beberapa
31
sektor perekonomian, bank melancarkan arus barang dan jasa dari produsen
kepada konsumen.
KERANGKA PIKIR
SUKU BUNGA
KREDIT
(X1)
PENDAPATAN
PERKAPITA
(X2)
INVESTASI
(Y)
Gambar 2.3 Kerangka Pikir
2.4
Hipotesis
1. Diduga bahwa suku bunga kredit berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap investasi di Kota Makassar .
2. Diduga bahwa pendapatan perkapita berpengaruh positif dan signifikan
terhadap investasi di Kota Makassar.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yakni kegiatan penelitian
dalam usaha pencapaian kesimpulan atas hipotesis yang diajukan dengan
melakukan analisis data-data kuantitatif. Data kuantitaif adalah data-data yang
disajikan dalam bentuk angka-angka.
3.2
Jenis dan Sumber Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang
diperoleh dari berbagai instansi terkait. Adapun instansi yang dimaksud adalah
Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Sulawesi Selatan, Kantor Dinas
Perindustrian Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Makassar dan Bank
Indonesia Kota Makassar.
Data yang dipakai dalam penelitian ini meliputi :
1. Suku Bunga Kredit Kota Makassar Tahun 2000-2009
2. Pendapatan Perkapita Kota Makassar Tahun 2000-2009
3. Data Total Investasi (PMA dan PMDN) Kota Makassar Tahun 20002009
3.3
Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan
data
yang
dilakukan
yaitu,
studi
kepustakaan
dengan
pengumpulan data dari berbagai literatur guna memperoleh peralatan dasar
33
teori-teori seperti buku-buku ekonomi, majalah serta bacaan lain yang relevan
dengan masalah yang diteliti.
3.4
Model Analisis
Model analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah model regresi
berganda (Multiple Regression). Model ini memperlihatkan hubungan dan
pengaruh antara variabel bebas (Suku bunga kredit X1 dan pendapatan perkapita
X1) variabel terikat (Investasi Y), bentuk persamaannya sebagai berikut :
Y = f (X1,X2)
Dengan demikian dapat dikemukakan model analisisnya sebagai berikut :
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + µ
............................
(1)
Dimana :
Y
= Investasi (Miliar Rp)
X1
= Suku Bunga Kredit (%)
X2
= Pendapatan Perkapita (Juta Rp)
β0
= Konstanta
β1 β2 = Parameter yang akan ditaksir untuk memperoleh gambaran
tentang hubungan setiap variabel bebas terhadap variabel
terikat
µ
= Error term
Atau secara eksplisit dapat dinyatakan dalam fungsi Cobb-Douglas, yaitu:
Y = β0 X1 β1 X2 β2 eµ
............................
(2)
Berdasarkan fungsi persamaan di atas maka dikembangkan ke dalam
bentuk
regresi
berganda
dan
linier
(ordinary
least
square)
dengan
34
mentransferkan persamaan (2) dalam bentuk Ln, sehingga diperoleh persamaan
estimasi sebagai berikut :
Ln Y = β0 + β1X1 + β2 Ln X2 + µ ............................
3.5
(3)
Definisi Operasional
Untuk mempersamakan pengertian istilah-istilah dan memudahkan dalam
pengumpulan dan analisis data, maka variabel-variabel yang didefinisikan atau
diukur dan dapat dijadikan sebagai acuan selama penelitian adalah :
1. Suku Bunga Kredit adalah harga dari penggunaan dana yang tersedia
untuk dipinjamkan dalam jangka waktu tertentu, tingkat bunga yang
digunakan adalah tingkat suku bunga kredit.
2. Pendapatan Perkapita adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
konstan yang dibagi dengan jumlah penduduk masyarakat Kota Makassar
tahun 2000-2009
3. Investasi adalah perkembangan total investasi (PMA dan PMDN) Tahun
2000-2009 yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian,Perdagangan dan
Penanaman Modal Kota Makassar.
35
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan di Kota Makassar Tahun
2000-2009
Tingkat suku bunga kredit merupakan salah satu variabel yang
mempengaruhi pengambilan kredit di Makassar. Hal ini menjadikan suku bunga
menjadi acuan lembaga pemberi kredit dalam menganalisis untuk memberikan
jumlah kredit kepada masyarakat.
Tabel 4.1
Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan di Kota Makassar
Tahun 2000-2009.
Tahun
Suku Bunga Perbankan
Pertumbuhan (%)
2000
18,53
-
2001
17,56
-5,23
2002
17,51
-0,28
2003
15,92
-9,08
2004
14,34
-9,92
2005
15,30
6,69
2006
15,20
-0,65
2007
15,72
3,42
2008
13,60
-13,48
2009
11,76
-13,52
Sumber : Bank Indonesia Makassar, berbagai seri
36
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa perkembangan tingkat suku
bunga kredit mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi penetapan tingkat suku bunga kredit. Salah satunya
adalah tingkat bunga perbankan dimana tingkat bunga perbankan yang
ditetapkan oleh Bank Sentral banyak dipengaruhi oleh kebijakan atau keputusan
yang diambil oleh pejabat negara yang melihat faktor-faktor perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi baik itu secara makro maupun mikro salah satunya
adalah mengatur jumlah uang beredar dimasyarakat dengan meningkatkan
tingkat suku bunga simpanan akan menarik masyarakat untuk menabung
sehingga mengurangi tingkat konsumsi masyarakat dan menurunkan tingkat
bunga kredit untuk memudahkan masyarakat dalam memperoleh kredit usaha
yang ditujukan untuk membuka lapangan kerja dan mengurangi pengangguran.
Berdasarkan tabel 4.1 tersebut, posisi suku bunga kredit perbankan
antara tahun 2000-2009 terus menunjukkan penurunan. Tahun 2000 suku bunga
kredit perbankan sebesar 18,53 persen, sementara tahun 2001 adalah 17,56
persen atau mengalami penurunan sebesar 5,23 persen. Selanjutnya pada
tahun 2002 tingkat suku bunga kredit 17,51 persen atau mengalami penurunan
sebesar 0,28 persen dibandingkan tahun 2001.
Begitu pula pada tahun 2003 tingkat suku bunga kredit sebesar 15,92
persen atau menurun sebesar 9,08 persen dari tahun 2002. Kemudian tahun
2004 suku bunga kredit menjadi 14,34 persen atau penurunan 9,92 persen dari
tahun 2003.
37
Namun pada tahun 2005 terjadi peningkatan sebesar 15,30 persen atau
mengalami kenaikan sebesar 6,69 persen dari tahun 2004. Hal ini diakibatkan
adanya kenaikan harga BBM sehingga menyebabkan terjadinya inflasi sehingga
mendorong naiknya SBI yang mendorong pihak perbankan untuk meningkatkan
suku bunga kredit. Ditahun 2006 tingkat bunga menjadi 15,20 persen atau
kembali mengalami penurunan sebesar 0,65 persen dari tahun 2005. Kemudian
tahun 2007 tingkat bunga menjadi 15,72 persen atau mengalami kenaikan 3,42
persen dibanding tahun 2006. Di tahun 2008 tingkat bunga 13,60 persen atau
terjadi penurunan sebesar 13,48 persen. Dan pada akhir periode tingkat bunga
masih mengalami penurunan dibanding tahun 2008 yaitu 11,76 persen atau
masih terjadi penurunan 13,52 persen.
4.2
Perkembangan Pendapatan Perkapita di Kota Makassar Tahun 2000-2009
Salah satu indikator pengukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara
adalah dengan melihat indikator perkembangan Produk Domestik Brutonya
(PDB), dimana PDB adalah nilai total uang dari seluruh barang dan jasa yang
diproduksi dalam satu disuatu negara. Dimana perkembangan PDB dapat dilihat
dari pertumbuhan ekonomi di tiap daerahnya dalam hal ini perkembangan
Produk Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto merupakan
total uang dari seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam satu tahun di
wilayah tertentu tanpa membedakan kepemilikan faktor-faktor produksi yang
digunakan dalam proses produksi barang.
Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan data dasar
dan utama dalam menyusun kerangka perencanaan pembangunan daerah,
38
disamping
sebagai
sumber
informasi
tentang
bagaimana
kondisi
dan
perekonomian secara makro regional. Oleh karena itu, data series PDRB pada
dasarnya tidak hanya bermanfaat bagi kepentingan teknis perencanaan
pembangunan saja,tetapi juga dapat menjadi bahan untuk menentukan
kebijakan baik bagi para pelaku pembangunan seperti pemerintah maupun
segenap pelaku bisnis.
Tabel 4.2
Perkembangan Pendapatan Perkapita Makassar Atas Harga Konstan Tahun
2000-2009 (Juta Rupiah)
Tahun
PDRB (Harga
Konstan)
Pendapatan
Perkapita
Pertumbuhan Pedapatan
Perkapita (%)
7.114.360,00
Jumlah
Penduduk
1.112.688
2000
6.393.849,85
-
2001
7.633.905,00
1.130.384
6.753.371,19
5,62
2002
8.178.880,13
1.148.312
7.122.524,31
5,46
2003
8.882.254,69
1.160.011
7.657.043,50
7,50
2004
9.785.333,89
1.179.023
8.299.527,57
8,39
2005
10.492.540,67 1.193.434
11.341.848,21 1.223.540
8.791.890,18
5,93
9.2696.99,57
5,43
9.926.450,61
7,08
2008
12.261.538,92 1.235.239
13.561.827,18 1.253.656
10.817.821,78
8,97
2009
14.798.187,68 1.272.349
11.630.604,24
7,51
2006
2007
Sumber : BPS Makassar, Makassar Dalam Angka 2009
Pendapatan perkapita sendiri adalah nilai yang diambil dari Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) dibagi dengan jumlah penduduk pada suatu
wilayah tertentu dalam kurun waktu satu tahun. Pendapatan perkapita adalah
data yang dipergunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat kesejahteraan
39
masyarakat pada suatu daerah tertentu serta seberapa besar perkembangan
ekonomi yang timbul di wilayah tersebut.
Dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta mengukur
tingkat kesejahteraan di Kota Makassar dimana kondisi perekonomian daerah
tersebut sangat tergantung pada potensi dan sumber daya yang dimiliki,
berbagai kebijakan serta upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah khususnya
pemerintah
Kota
Makassar.
Untuk
mengetahui
ekonomi
dan
tingkat
kesejahteraan masyarakat maka perlu dicermati seberapa besar pendapatan
perkapita di Kota Makassar.
Pertumbuhan pendapatan perkapita setiap tahunnya mengalami fluktuasi
dengan tingkat pertumbuhan yang mengalami peningkatan. Dimana pada awal
periode tahun 2000 jumlah pendapatan perkapita Kota Makassar sekitar Rp.
6.393.849,85 juta. Selanjutnya tahun 2001 pendapatan perkapita mengalami
peningkatan sebesar 5,62 persen menjadi Rp. 6.753.371,19 juta. Pada tahun
2002 pendapatan perkapita meningkat lag menjadi Rp. 7.122.524,31 juta atau
5,46 persen. Pada tahun 2003 pendapatan perkapita meningkat yakni Rp.
7.657.043,50 juta atau sebesar 7,50 persen. Hal ini dikarenakan peningkatan
yang dicapai oleh sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan yang mampu
mencapai 18,95 persen, kemudian disusul oleh sektor transportasi dan
komunikasi yag mencapai pertumbuhan rata-rata sebesar 12,04 persen. Sektor
yang merupakan andalan daerah yaitu sektor industri pengolahan, perdagangan
dan jasa masing-masing.
40
Pendapatan perkapita Kota Makassar mengalaimi peningkatan pada
tahun 2004 yakni sebesar 8,39 persen menjadi Rp. 8.229.527,57 juta,
selanjutnya tahun 2005 pendapatan perkapita sebesar 5,93 persen menjadi
Rp.8.791.890,18 juta, tahun
2006 sebesar 5,46 persen menjadi Rp.
9.271.980,55 juta dan kemudian pada tahun 2007 sebesar 7,06 persen menjadi
Rp. 9.926.450,61 juta, selanjutnya tahun 2008 pendapatan perkapita meningkat
sebesar 8,98 persen menjadi Rp. 10.817.821,78 juta. Dan pada akhir periode
yakni pada tahun 2009 pendapatan perkapita Kota Makassar meningkat sebesar
Rp. 11.630.604,24 atau 7,51 persen.
Pendapatan perkapita Kota Makassar relatif stabil, hal ini dikarenakan
kondisi pembangunan sera pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.
4.3
Perkembangan Investasi di Kota Makassar Tahun 2000-2009
Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan. Besarnya
PMA dan PMDN menunjukkan partisipasi swasta dalam pembangunan karena
merupakan investasi yang mereka lakukan.
Pembentukan modal atau investasi adalah mutlak diperlukan dalam
usaha mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, karena sangat dibutuhkan
untuk membiayai pembangunan dan agar produksi (output) nasional dapat
ditingkatkan maupun untuk perluasan tenaga kerja. Investasi merupakan dana
yang digunakan untuk tujuan-tujuan produktif dan diharapkan akan memberikan
hasil berupa balas jasa dan modal di masa yang akan datang.
41
Tabel 4.3
Perkembangan Investasi di Kota Makassar Tahun 2000-2009
Tahun
PMA (Rp)
PMDN (Rp)
Total
2000
26.876.213.832
37.015.578.848
63.891.792.680
2001
38.286.933.850
41.330.192.155
79.617.126.005
2002
56.213.826.000
32.703.300.005
88.917.126.005
2003
56.267.701.500
54.152.500.000
110.420.201.500
2004
71.121.453.000
25.632.300.000
96.753.753.000
2005
2006
2007
1.117.781.096.000 110.534.890.000 1.228.315.986.000
299.605.614.000
33.061.400.000
332.667.014.000
2.146.617.895.469 439.184.079.129 2.585.801.974.598
2008
203.988.316.500
928.375.120.000 1.132.363.436.500
2009
130.455.531.200
195.424.523.000
325.880.054.200
Sumber : Dinas Perindustrian,Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Makassar,
berbagai seri (data diolah kembali)
Dari data d atas dapat dilihat perkembangan investasi selama kurun
waktu
tahun 2000-2009 menunjukkan bahwa investasi di Kota Makassar
berfluktuasi dari tahun ketahun. Pada tahun 2000 investasi sebesar Rp.
63.891.792.680, tahun 2001 investasi naik sebesar Rp. 79.617.126.005 atau
24,61 persen, tahun 2002 investasi naik sebesar Rp. 88.917.126.005 atau 11,68
persen lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2003 investasi
meningkat sebesar Rp. 110.420.201.500 atau 24,18 persen dari tahun
sebelumnya, tahun 2004 investasi menurun sejumlah Rp. 96.753.753.000 atau
12,38 persen.
42
Pada tahun 2005 investasi meningkat sebesar Rp. 1.228.315.986.000
atau 1.169,53 peresn, namun pada tahun 2006 investasi menurun sejumlah Rp.
332.667.014.000 atau 72,92 persen, dan tahun 2007 investasi meningkat
kembali sebesar Rp. 2.585.801.974.598 atau 677,29 persen. Pada tahun 2008
investasi sebesar Rp. 1.132.363.436.500 atau 56,21 persen, namun di akhir
periode tahun 2009 investasi menurun sebesar Rp. 325.880.054.200 atau 71,22
persen.
Untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, maka investasi
PMA dan PMDN perlu diupayakan lebih banyak lagi. Untuk meningkatkan PMA
dan PMDN diperlukan upaya serius dalam mengambil langkah-langkah yang
dapat mendorong investor untuk berinvestasi lebih banyak lagi. Antara lain
dengan memberikan kemudahan untuk berinvestasi dan jaminan kepastian
hukum. Dengan demikian PMA dan PMDN dapat memberikan kontribusi yang
lebih besar dalam meningkatkan investasi di Kota Makassar dimasa mendatang
yang tentunya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi sehingga akhirnya
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
4.4
Uji Statistik
Setelah memberikan gambaran umum mengenai perkembangan masingmasing variabel yang dimaksudkan dalam penulisan ini, maka pada bagian ini
akan dibahas hasil yang diperoleh dalam pengujian dengan menggunakan SPSS
16.0, keretan hubungan antara variabel dependent dan variabel independent
serta untuk mengetahui signifikansi antara variabel-variabel tersebut baik secara
parsial maupun simultan.
43
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode regresi
berganda, yang menjadi variabel terikat (dependent) adalah investasi (Y)
sedangkan untuk variabel bebasnya (independent) adalah suku bunga kredit
(X1) dan pendapatan perkapita (X2). Setelah melakukan pengolahan data regresi,
maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.4 Uji Statistik
Variabel
Constanta
Suku Bunga
Kredit (X1)
Pendapatan
Perkapita (X2)
Coeficient
-12.455
Std.Error
9.362
t-Statistik
-1.330
Sig
0.225
0.796
0.258
3.086
0.018
12.321
R = 0.904
Uji F = 15.568
2.598
4.743
R2 =0.816
Sig =0.003
0.002
Sumber : Hasil pengujian dengan menggunakan SPSS 16.0 (diolah dari lampiran 3)
a. Uji R2
Kelayakan modal dapat diketahui dengan melihat nilai koefisien
determinasi (R2). Nilai yang ditemukan adalah 0.816 berarti 81,6 persen. Hal ini
berarti bahwa variasi seluruh variabel bebas/independent (Suku Bunga Kredit
dan Pendapatan Perkapita) dapat menjelaskan variasi-variasi terikat/dependent
(Investasi), sebesar 81,6 persen. Sisanya sebesar 18,4 persen ditentukan oleh
variabel atau faktor lainnya diluar model.
Jika dilihat dari nilai koefisien korelasi (R) model ini yaitu 0.904 berarti
90,4 persen. Hal ini dapat berarti bahwa derajat keeratan hubungan antara
variabel independent (Suku Bunga Kredit dan Pendapatan Perkapita) dengan
variabel dependent (Investasi) adalah cukup kuat.
44
b. Uji-t
Uji-t digunakan untuk menguji tingkat signifikansi model secara parsial
atau menguji keberartian pengaruh variabel independent (Suku Bunga Kredit
dan Pendapatan Perkapita) terhadap variabel dependent (Investasi) . Maka
dilakukan uji-t dengan membandingkan thitung dengan ttabel, dengan df=7 dan pada
taraf nyata 0,05 (5%). Maka diperoleh ttabel 1.895 untuk thitung suku bunga kredit
3.086 sedangkan thitung pendapatan perkapita 4.743.
c. Uji F
Untuk mengetahui tingkat signifikansi variabel independent (Suku Bunga
Kredit dan Pendapatan Perkapita) terhadap variabel dependent (Investasi) maka
digunakan uji-f. Hasil pengujian secara simultan dengan df=7 untuk penyebut
dan df=2 untuk pembilang pada taraf nyata yang digunakan adalah 0,05 (5%).
Sehingga Fhitung 15.568 . Ftabel 4.74 H0 diterima H1 ditolak. Hal ini berarti bahwa
secara simultan variabel-variabel independent (Suku Bunga Kredit dan
Pendapatan Perkapita) memiliki pengaruh yang berarti terhadap variabel
dependent (Investasi).
4.5
Pengaruh Suku Bunga Kredit Terhadap Investasi di Kota Makassar Tahun
2000-2009
Hasil pengujian statistik variabel suku bunga kredit menunjukkan bahwa
pengaruh suku bunga kredit terhadap investasi adalah positif dan signifikan,
dengan tingkat signifikansinya 0.018, dengan asumsi variabel lain tetap.
Pengaruh signifikan ini menunjukkan bahwa kenyataan yang ada disampel sama
dengan kenyataan dipopulasi.
45
Suku bunga kredit memiliki pengaruh yang positif. Hal ini berarti tidak
sesuai dengan teori yang menyatakan suku bunga memiliki pengaruh yang
negatif terhadap investasi. Dan dari hasil penelitian sebelumnya (Nurinayah
2004) yang melakukan suatu penelitian tentang pengaruh suku bunga dan PDB
terhadap investasi Tahun 1983-2000. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
ada hubungan yang negatif antara suku bunga terhadap investasi. Hubungan
antara suku bunga kredit dan investasi dapat dilihat pada gambar 4.5
Gambar 4.5
Perbandingan Trend Suku Bunga Kredit Terhadap Investasi di Kota
Makassar Tahun 2000-2009
Gambar 4.5 di atas menunjukkan hubungan antara suku bunga kredit
dan investasi. Suku bunga kredit tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap
investasi. Hal ini dapat dilihat ketika suku bunga kredit pada tahun 2000 sebesar
18,53 persen dan pada tahun 2001 menjadi 17,56 persen namun investasi tetap
meningkat walaupun tidak terlalu besar.
46
Ahli-ahli ekonomi Klasik tentang perubahan-perubahan dapat dengan
mudah
berlaku
terhadap
tingkat
bunga
akan
menjamin
terciptanya
keseimbangan antara jumlah tabungan dari sektor rumah tangga dan jumlah
investasi yang dilakukan pengusaha karena tingkat bunga menentukan besarnya
tabungan maupun investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian. Pada
investasi, semakin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan
investasi juga makin kecil (Nopirin, 1992).
Pada tahun 2002 terjadi penurunan
suku bunga kredit,
investasi
meningkat. Suku bunga kredit mengalami fluktuasi pada tahun 2001 hingga
tahun 2009. Pada tahun 2003 ketika suku bunga kredit menurun menjadi 15,92
persen investasi meningkat. Pada tahun 2004 suku bunga kredit terjadi
penurunan menjadi 14,34 persen, dan pada tahun 2009 suku bunga kredit juga
terjadi penurun menjadi 11,76 persen namun investasi malah menurun. Hal ini
di dukung oleh pandangan Keynes tingkat bunga bukanlah faktor utama yang
menentukan tingkat investasi, walaupun diakui bahwa salah satu pertimbangan
untuk melakukan investasi adalah tingkat bunga.
4.6
Pengaruh Pendapatan Perkapita Terhadap Investasi di Kota Makassar
Tahun 2000-2009
Pendapatan perkapita memilki pengaruh yang besar terhadap investasi.
Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian statistik. Dimana pendapatan perkapita
memiliki hubungan yang positif dan signifikan, dengan tingkat signifikansinya
0.002 dengan asumsi variabel lain tetap. Pengaruh yang sangat signifikan ini
47
menunjukkan bahwa kenyataan yang ada di sampel sama dengan kenyataan di
populasi.
Hal ini berarti sesuai dengan teori dimana pendapatan perkapita memiliki
pengaruh positif terhadap investasi. Semakin meningkatnya pendapatan
perkapita maka investasi meningkat.
Gambar 4.6
Perbandingan Trend Pendapatan Perkapita Terhadap Investasi di Kota
Makassar Tahun 2000-2009
35
30
25
Investasi
20
15
Pendapatan Per
Kapita
10
5
0
2000200120022003200420052006200720082009
Pada gambar 4.6 dapat dilihat hubungan antara pendapatan perkapita
dan investasi. Pada tahun 2000 hingga tahun 2003 menunjukkan peningkatan
pendapatan perkapita diikuti juga dengan peningkatan investasi.
PDRB mencakup gabungan dari seluruh sektor perekonomian satu
daerah,
sehingga
dapat
dilihat
peranan
masing-masing
sektor
dalam
memberikan penghidupan kepada penduduk. Di dalam sistem perekonomian,
kegiatan ekonomi dapat dikelompokkan kedalam beberapa kegiatan seperti
48
memproduksi barang dan jasa, konsumsi barang dan jasa serta kegiatan
investasi.
Pada tahun 2004 hingga tahun 2009 terjadi peningkatan pendapatan
perkapita namun investasi nilainya berfluktuasi.. Pada tahun 2006 ketika
pendapatan perkapita mencapai Rp.9.269,699,57
juta, investasi
justru
menurun. Pada tahun 2007 dimana pendapatan perkapita meningkat menjadi
Rp. 9.926.450,61 juta, investasi meningkat.
Pendapatan perkapita Kota Makassar relatif stabil, hai ini dikarenakan
kondisi pembangunan serta pertumbuhan ekonominya mengalamai peningkatan
dari tahun ke tahun sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat.
Dengan demikian besar kecilnya tingkat PDRB suatu daerah sangat
menentukan besar kecilnya tabungan yang dihimpun oleh daerah tersebut, yang
kemudian dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah
tersebut. Dimana ketika jumlah PDRB suatu daerah akan meningkat, jumlah
pendapatan perkapita daerah juga akan meningkat.
Harrod Domard mengembangkan analisis Keynes yang menekankan
perlunya penanaman modal dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Setiap
usaha harus menyelamatkan proporsi tertentu dari pendapatan nasional yaitu
untuk menambah stok modal yang akan digunakan dalam investasi yang baru.
49
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Suku Bunga Kredit menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
investasi. Peningkatan suku bunga kredit akan memberikan dampak terjadinya
peningkatan investasi di Kota Makassar selama periode pengamatan. Hal ini
didukung oleh pandangan teoritis dari kaum Klasik bahwa suku bunga
menentukan besarnya tabungan maupun investasi yang dilakukan dalam
perekonomian.
2. PDRB Perkapita menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
investasi. PDRB perkapita akan berdampak pada peningkatan nilai investasi di
Kota Makassar selama periode pengamatan. Hal ini terutama didukung oleh
terciptamya iklim investasi yang bagus dan baik, berarti pendapatan yang
meningkat cenderung mendorong masyarakat untuk meningkatkan konsumsinya
walaupun itu dicapai melalui penggunaan kredit.
5.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang dapat
dipertimbangkan :
1. Peran aktif pemerintah dan perbankan dalam memotivasi masyarakat akan
pentingnya tabungan dan mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan
investasi.
50
2. Pemerintah Kota Makassar diharapkan dapat meningkatkan PDRB, dimana
PDRB merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Peningkatan PDRB tersebut dapat mendorong meningkatnya pendapatan
perkaptita Kota Makassar. Hal ini dapat mendorong meningkatnya aktivitas
perekonomian yang berujung pada peningkatan pembangunan ekonomi.
3. Untuk studi berikutnya, diharapkan perlu untuk mengkaji faktor atau variabel
bebas yang lain terhadap investasi, misalnya inflasi.
51
DAFTAR PUSTAKA
Boediono. 1998. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2 Ekonomi Makro. PT
BPFE. Yogyakarta
Hermanta dan Ekananda. 2003. Disintermediasi Fungsi Perbankan di Indonesia
Pasca Krisis 1997 : Faktor Permintaan atau Penawaran Kredit dengan
Model Equilibrium. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol.8 No.1
Juni 1410-8046
Jamli. 2001. Keuangan Internasioanal. PT.BPFE. Yogyakarta
Jhingan. 1999. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT.Rajawali Pers.
Jakarta
Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan (Edisi Kelima). PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Mahyuddin, Andi. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Di
Sulawesi Selatan Periode 1997-2007. Skripsi Fakultas Ekonomi Unhas.
Makassar
Manullang. M. 1993. Ekonomi Moneter. Ghalia Indonesia. Jakarta
Nurinayah. 2004. Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan PDB Terhadap Investasi Di
Indonesia Tahun 1983-2000. Skripsi Fakultas Ekonomi Unhas. Makassar
Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter (Edisi Ketiga). PT. BPFE. Yogyakarta
------------2000. Ekonomi Moneter II. PT. BPFE. Yogyakarta
Pass, Christopher, dkk. 1998. Kamus Lengkap Ekonomi (Edisi Kedua). Erlangga.
Jakarta
52
Pressman, Steven. 2000. Lima Puluh Pemikiran Ekonomi Dunia. PT. Raja Grafindo.
Jakarta
Rimoky, K Judisseno. 2002. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sappewali, Badriah. 2001. Pengaruh Perubahan Tingkat Bunga Terhadap Kredit
Perbankan Di Sulawesi Selatan. Skripsi Fakultas Ekonomi Unhas.
Makassar
Samuelson, A. 1990. Makro Ekonomi (Edisis Ketiga). Erlangga. Jakarta
Sukirno, Sadono. 1981. Ekonomi Pembangunan. Borta Gorat. Medan
--------------------------2008. Pengantar Teori Makro Ekonomi (Edisi Ketiga). PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta
Susilo, Y.Sri Triandaru, dan A. Toto Budi Santoso. 2006. Bank dan Lembaga
Keuangan Lain. Salemba Empat. Jakarta
Suyatno, Thomas, dkk. 1993. Dasar-Dasar Perkreditan (Edisi Keempat). PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Edisis Revisi. PT Bumi Aksara. Jakarta
Winardi. 1988. Pengantar Ilmu Ekonomi. Tarsito. Bandung
53
54
LAMPIRAN 1
DATA TIME SERIES
Tahun
Investasi
Suku Bunga
Kredit
Pendapatan
Perkapita
2000
63,891,792,680
18.53
6.39384560
2001
79,617,126,005
17.56
6.75337330
2002
88,917,126,005
17.51
7.12252431
2003
110,420,201,500
15.92
7.65704350
2004
96,753,753,000
14.34
8.29952757
2005
1,228,315,986,000
15.3
8.79189018
2006
332,667,014,000
15.2
9.27198055
2007
2,585,801,974,598
15.72
9.92645061
2008
1,132,363,436,500
13.6
10.81782178
2009
325,880,054,200
11.76
11.63060424
Tahun
Ln Investasi
Suku Bunga
Kredit
Ln Pendapatan
Perkapita
2000
24.88
18.53
1.86
2001
25.10
17.56
1.91
2002
25.21
17.51
1.96
2003
25.43
15.92
2.04
2004
25.30
14.34
2.12
2005
27.84
15.3
2.17
2006
26.53
15.2
2.23
2007
28.58
15.72
2.30
2008
27.76
13.6
2.38
2009
26.51
11.76
2.45
55
LAMPIRAN 2
HASIL PENGOLAHAN DATA MENGGUNAKAN SPSS 16.0
Model Summary
Model
R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
a
1
Adjusted R
.904
.816
.764
.65172
a. Predictors: (Constant), Pendapatan Pekapita, Suku Bunga Kredit
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
13.225
2
6.612
2.973
7
.425
16.198
9
F
15.568
Sig.
a
.003
a. Predictors: (Constant), Pendapatan Pekapita, Suku Bunga Kredit
b. Dependent Variable: Investasi
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Suku Bunga Kredit
Pendapatan Pekapita
Std. Error
-12.455
9.362
.796
.258
12.321
2.598
Coefficients
Beta
t
Sig.
-1.330
.225
1.199
3.086
.018
1.843
4.743
.002
a. Dependent Variable: Investasi
56
Download