Budaya Organisasional T. Hani Handoko Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM 1 Budaya dan Kinerja (1) Banyak hasil penelitian dan pengkajian yang dilakukan oleh pakar di bidang perilaku organisasional menunjukkan bahwa budaya organisasional atau budaya korporat (corporate culture) mempunyai dampak signifikan terhadap kinerja (performance) dan keefektifan organisasi. Pembelajaran dari berbagai hasil penelitian tersebut mengungkap bahwa, banyak organisasi sukses mempunyai serangkaian karakteristik budaya yang kuat. Sebagai suatu sistem nilai organisasi, budaya memberikan berbagai prinsip pengoperasian dasar dan pedoman berperilaku kerja bagi para karyawan. Budaya yang kuat memberikan pemahaman yang jelas bagi karyawan tentang “the way things are done around here.” 2 Budaya dan Kinerja (2) Sebagai contoh, hasil penelitian Peters dan Waterman (1982), seperti dilaporkan dalam buku In Search of Excellence, mengungkapkan berbagai atribut atau ciri budaya yang ditemukan dalam berbagai organisasi excellent: Suatu bias terhadap kegiatan Kedekatan dengan pelanggan Otonomi dan kewirausahaan Produktivitas melalui orang Hands on value driven Sticking to their knitting Bentuk organisasi sederhana, staf ramping Simultaneous loose-tight properties 3 Mengapa Budaya Organisasional? (1) Budaya organisasional berfungsi sebagai pedoman berperilaku (guiding principles) dan acuan seluruh jajaran organisasi untuk beroperasi. Secara lebih rinci, budaya berfungsi sebagai: Mekanisme pengendali yang membentuk dan mengarahkan sikap dan perilaku semua anggota organisasi; Lem sosial yang menyatukan komunitas dan membantu untuk memelihara stabilitas sistem sosial melalui pengkomunikasian berbagai standar apa yang seharusnya dikatakan dan dilakukan; 4 Mengapa Budaya Organisasional? (2) Pengembangan sense of identity bagi para anggota organisasi; Pendefinisian “batas-batas” keperilakuan atau berbagai karakteristik organisasi, yang membedakannya dengan organisasi lain; Dasar pembuatan keputusan yang tidak terkompromikan; Fasilisator pengembangan komitmen terhadap organisasi (university first), melebihi kepentingan pribadi dan unit organisasional. 5 Pengaruh Budaya Bagaimana budaya mempengaruhi kehidupan organisasional? Kooperasi Pengambilan Keputusan Pengendalian Budaya mempengaruhi Komunikasi Komitmen Persepsi Justifikasi Perilaku 6 Manifestasi Budaya Organisasional • • • • • The way we do things around here Common way of life The DNA of an organization Collective mental programming A lot like breathing – You don’t think about it 7 Apa Itu Budaya Organisasional? Shared philosophy, belief, values, attitudes, history and tradition around which an organization operates ….. Budaya organisasional merupakan pola berbagai asumsi dasar dan nilai yang dipegang diyakini valid sebagai acuan dan cara yang “benar” untuk mempersepsikan, merasakan, memikirkan dan memecahkan berbagai masalah. Berbagai shared values tersebut ditemukan dan dikembangkan oleh suatu organisasi sejalan dengan proses pembelajaran dalam menghadapi masalah-masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal. 8 Shared Core Values • Nilai-nilai inti (core values) adalah the essential and enduring tenets of an organization. Sebagai sejumlah prinsip dasar yang menjadi pedoman berperilaku (guiding principles) dan tidak terbatas waktu, nilai-nilai inti tidak memerlukan justifikasi eksternal, dan mempunyai intrinsic value dan penting bagi orang-orang dalam organisasi. • Sebuah organisasi harus memutuskan bagi dirinya apa nilainilai inti yang akan ditanamkan, dan biasanya independen dari lingkungan dan persyaratan kompetitif sekarang, atau management fads. • Sebuah organisasi cenderung mempunyai sedikit nilai-nilai inti, antara tiga sampai lima. 9 Contoh Nilai-Nilai Inti McDonald • • • • Quality Service Cleanliness Value Merck • Corporate social responsibility • Unequivocal excellence in all aspects of the company • Science-based innovation • Honesty and integrity • Profit, but profit from work that benefits humanity Sony • • • Elevation of the Japanese culture and national status Being a pioneer – not allowing others doing the impossible Encouraging individual ability and creativity Walt Disney • • • • • No cynicism Nurturing and promulgation of wholesome American values” Creativity, dreams, and imagination Fanatical attention to consistency and detail Preservation and control of Disney magic 10 Fitur Budaya Organisasional (1) • Budaya dominan: Mencerminkan nilai-nilai inti yang shared oleh mayoritas anggota organisasi. • Subcultures: Minicultures dalam suatu organisasi, yang biasanya terbentuk karena perbedaan dapartemen atau unit dan sebaran geografis. • Budaya kuat: Nilai-nilai inti dipegang secara kuat dan shared secara luas. • Budaya lemah: Budaya organisasional sangat terfragmentasi dan tidak diikat dengan berbagai nilai dan keyakinan bersama. 11 Fitur Budaya Organisasional (2) •Budaya positif: Budaya organisasional adalah positif bila berkontribusi pada kinerja efektif dan produktivitas. •Budaya negatif: Budaya negatif adalah sumber penolakan dan kebalauan, dan dapat menghambat pemecahan masalah. 12 Organisasi Berbasis-Nilai Organisasi merupakan suatu refleksi berbagai pilihan atas competing values. Institusi bisnis terdiri atas orang, tidak hanya dalam pengertian dan kaitan legal/finansial, tetapi juga moral. Organisasi bisnis adalah ekspresi berbagai keyakinan, hak dan kewajiban para anggota. Pengembangan organisasi bertujuan untuk membantu semua stakeholders berkembang menjadi para anggota produktif sebuah komunitas pluralistik, yang mempunyai berbagai nilai berbeda. 13 Manajemen Berbasis-Nilai Manajemen didasarkan pada pilihan-pilihan nilai bagi organisasi. Manajemen berupaya untuk menyeimbangkan di antara pilihan-pilihan nilai yang tidak hanya berbeda tetapi sering bertentangan. Manajemen melakukan pilihan-pilihan tersebut berdasarkan value judgments atas berbagai tujuan dan kepentingan yang tidak kompatibel. Manajemen berupaya untuk mencapai kompatibilitas atau konsistensi antara berbagai nilai, keyakinan, tujuan, dan kepentingan ekonomik dan moral. 14 Manajemen Berbasis-Nilai (Lanjutan) Pilihan-pilihan nilai didasarkan pada berbagai prinsip etis. Pilihan-pilihan nilai selalu menghadapi berbagai dilema, dan bagaimana manajer memecahkan berbagai dilema tersebut menentukan nilai-nilai dan kinerja organisasi. Pilihan-pilihan nilai ini dilegitimasi ke dalam pernyataan nilai (a statement of values) formal, sebagai dokumen fundamental organisasi. Pilihan-pilihan nilai yang diartikulasikan menjadi pedoman dan ekspektasi stakeholders, sehingga, bila tidak dipenuhi, menurunkan kredibilitas organisasi. Sumber: Anderson (1997) 15 Contoh Prinsip-Prinsip Etis Kedermaan atau kontribusi pada masyarakat Keadilan, kejujuran, fairness, dan integritas Compassion Kehematan atau efisiensi ekonomik Kerendahan hati Martabat individual 16 Contoh Organisasi Berbasis-Nilai Ada banyak contoh organisasi sukses yang mengilustrasikan pilihan-pilihan nilai, yang diformalisasikan dalam berbagai pernyataan nilai, seperti Johnson & Johnson, Southwest Airlines, Cisco Systems, Liz Claiborne, Ben & Jerry, dan lain-lain. Berbagai perusahaan tersebut memecahkan value dilemmas berdasarkan pada pemilihan dan penerapan prinsip-prinsip etis. 17 Pandangan Konvensional Tentang Strategi Strategi Strategi Fungsional Faktor Sukses Kunci Organizational Alignment Peran Manajemen Senior • Apa bisnis perusahaan? • Bagaimana perusahaan bersaing? • Produksi dan operasi, pemasaran, keuangan, SDM, R&D • Apa tugas-tugas kritis yang harus dilakukan untuk mengeksekusi strategi? • Desain struktur, budaya, sistem, dan praktek organisasional (rekruitmen, seleksi, manajemen kinerja, pengembangan SDM, dll.) • Monitor alignment dan kesesuaian 18 Pandangan Berbasis Nilai Tentang Strategi Nilai dan Keyakinan Fundamental Praktik MSDM yang Merefleksikan dan Mewujudkan Nilai-nilai Tersebut Menggunakannya untuk Mengembangkan Kapabilitas Inti Alignment Strategi dengan Nilai-nilai dan Kapabilitas Inti Peran Manajemen Senior Sumber: O’Reilly III & Pfeffer (2000) • Apa prinsip-prinsip dasar perusahaan? • What do we believe in? • Apa berbagai kebijakan dan praktik yang konsisten dengan nilai-nilai tsb.? • Apa yang dapat dilakukan untuk melayani pelanggan lebih baik daripada pesaing? • Bagaimana bersaing untuk melayani pelanggan dengan kapabilitas yang tidak mudah ditiru para pesaing? • “Mengelola nilai-nilai dan budaya perusahaan.” 19 Budaya dan Struktur • Budaya organisasional yang kuat meningkatkan konsistenjsi keperilakuan dan dapat memberikan kontribusi substansial pada integrasi organisasional. Budaya dapat berfungsi sebagai substitut struktur organisasional. 20 Tingkatan Budaya Organisasional Berbagai asumsi dasar, nilai dan artifacts dan kreasi berada pada berbagai tingkat (levels) kesadaran dalam diri individu. Setiap tingkat mempengaruhi dan, sebaliknya dipengaruhi oleh tingkat sebelum dan sesudahnya. Artifact dan kreasi: Teknologi Seni Pola perilaku yang dapat dilihat dan diaudit Kelihatan, tetapi sering tidak dapat disebarkan Nilai-nilai: Tampak pada lingkungan fisik Dapat diujudkan hanya oleh konsensus sosial Tingkat kesadaran lebih besar Asumsi Dasar: Hubungan dengan lingkungan Sifat dasar realitas, waktu dan ruang Sifat dasar manusia Sifat dasar kegiatan manusia Sifat dasar hubungan antar manusia “Taken for Granted” Tidak kelihatan bawah sadar 21 Proses Pembentukan Budaya Budaya organisasional terbentu dan dikuatkan oleh serangkaian kebijakan, kegiatan dan praktik organisasional Filosofi dan keyakinan pendiri organisasi dan para penerus Sistem dan Kriteria Praktik dan Manajemen preaktik Sumberdaya seleksi Manusia personalia Perilaku dan kegiatan manajemen (puncak) Budaya organisasional Proses dan metode sosialisasi 22 Peran Manajemen Puncak (1) Perilaku dan kegiatan manajemen puncak (biasa disebut heroes) mempunyai dampak utama pada pembentukan budaya organisasional. Melalui gaya kepemimpinan, apa yang dikatakan, dan bagaimana berperilaku, para eksekutif puncak menetapkan berbagai nilai dan norma yang dipraktikan organisasi. Keefektifan penyebarluasan dan penanaman nilai-nilai inti budaya sangat tergantung pada komitmen jajaran manajemen puncak, terutama dalam memainkan peran sebagai panutan (model). Pemimpin dapat menanamkan dan menguatkan berbagai aspek budaya melalui lima mekanisme utama berikut: Fokus perhatian. Para manajer puncak mengkomunikasikan berbagai prioritas, nilai dan concerns mereka melalui pilihan-pilihan tentag apa yang mereka puji, kritik, nilai, tanya dan dukung Reaksi terhadap krisis. Bagaimana para manajer puncak menghadapi krisis adalah signifikan dalam penanaman nilai-nilai budaya, karena kondisi emosional yang terlibat meningkatkan potensi pembelajaran berbagai asumsi dan nilai. 23 Peran Manajemen Puncak (2) Pemodelan peran. Para manajer puncak dapat mengkomunikasikan berbagai nilai melalui kegiatan mereka sendiri, terutama kegiatan-kegiatan yang menunjukkan loyalitas, pengorbanan-diri, dan pelayanan yang melebihi penggilan tugas. Alokasi imbalan. Kriteria yang digunakan sebagai basis pengalokasian imbalan, seperti promosi atau pemberian penghargaan, serta cara penyampaiannya, mengkomunikasikan apa yang dinilai oleh organisasi dan pemimpin. Kriteria seleksi. Komitmen manajer puncak dalam mengeksekusi kegiatan rekrutmen dan seleksi sesuai dengan kriteria dan prosedur yang telah ditetapkan juga mengkomunikasikan nilai-nilai pemimpin. 24 Sosialisasi (1) Berbagai program sosialisasi budaya organisasional perlu dirancang dan dieksekusi untuk menanamkan nilai-nilai inti. Perancangan programprogram sosialisasi perlu didasarkan pada pemahaman bagaimana para karyawan belajar budaya organisasi. Simbol material: pakaian seragam, bentuk dan tata letak bangunan kantor pusat dan kantor cabang, tipe mobil, perabot kantor, logo organisasi, besar dan tata letak tempat kerja, tempat parkir, dan sebagainya. Kegiatan ritual: serangkaian kegiatan berulang yang mengekspresikan dan menguatkan berbagai nilai inti organisasi, tujuan-tujuan penting, dan perilaku yang diharapkan. 25 Sosialisasi (2) Cerita: suatu naratif berbagai peristiwa tentang para pendiri organisasi, pelanggaran aturan, pengurangan staf, relokasi karyawan, reaksi terhadap kesalahan, penghargaan terhadap sukses, dan sebagainya Bahasa: motto, kredo, akronim, jargon, dan istilahistilah unik untuk menggambarkan personalia, pelanggan, peralatan, mesin, pemasok atau produk. Program sosialisasi juga dapat dilakukan melalui kampanye berkesinambungan oleh para manajer dan pemasaran dengan menggunakan media internal, seperti buletin organisasi dan poster. 26 Budaya dan Fungsi MSDM (1) Berbagai sistem dan praktik MSDM berfungsi untuk menguatkan budaya organisasional. Proses rekruitmen dan seleksi, kriteria penilaian kinerja, praktik pemberian kompensasi atau penggajian, kegiatan pengembangan karir dan pelatihan, serta prosedur promosi mempunyai peran untuk menjamin bahwa karyawan yang ditarik dan diterima fit dengan budaya organisasional, mengkompensasi mereka yang mendukung dan menerapkannya, dan menghukum mereka yang melanggarnya. Melalui berbagai praktik dan kegiatan MSDM tersebut, karyawan belajar nilai-nilai budaya organisasional. Persyaratan Jabatan. Nilai-nilai inti budaya dituangkan sebagai berbagai karakteristik psikologis dan keperilakuan generik yang disyaratkan untuk seluruh jabatan. Nilai-nilai inti merupakan aspek kompetensi inti (core competencies) yang perlu dikembangkan pada seluruh jajaran organisasi. 27 Budaya dan Fungsi MSDM (2) Rekrutmen dan Seleksi. Proses rekrutmen dan seleksi mempunyai dua fungsi dalam pengembangan dan penguatan budaya organisasional. Pertama, proses memberikan informasi tentang budaya organisasi kepada para pelamar. Bila pelamar mempersepsikan bahwa nilai-nilai yang dipegangnya tidak sama dengan nilai-nilai organisasi, diharapkan terjadi proses seleksi diri. Kedua, proses mengidentifikasi dan menseleksi individu yang mempunyai karakteristik psikologis dan keperilakuan yang cocok dengan nilai-nilai inti budaya (hiring for the organization, not just for the job). Proses rekruitmen dan seleksi menjaga kesinambungan budaya organisasional melalui penyaringan individu yang masuk ke organisasi. 28 Hiring for the Organization, not the Job • Hiring a “whole” person yang akan fit dengan budaya organisasi diyakini akan lebih bisa meningkatkan motivasi diri dan komitmen karyawan, yang diperlukan untuk mencapai sukses dalam era persaingan baru. • Ada dua tipe fit dalam proses: 1. antara pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan individual dengan permintaan pekerjaan atau persyaratan kritis jabatan; dan 2. antara kepribadian individual menyeluruh (sebagai contoh, kebutuhan minat dan nilai) dan budaya organisasi. 29 Budaya dan Fungsi MSDM (3) Penilaian Kinerja. Nilai-nilai inti juga menjadi kriteria kinerja yang dievaluasi secara periodik. Penghayatan dan pengamalan budaya organisasional setiap karyawan individu dinilai sebagai bagian penting evaluasi kinerja. Kompensasi. Agar budaya organisasional berfungsi secara efektif, nilai-nilai harus align dengan kriteria yang digunakan sebagai basis alokasi pemberian kompensasi. Kegagalan untuk mengkaitkan kompensasi dengan kontribusi dan kinerja karyawan dapat mengkomunikasikan bahwa hal tersebut tidak bernilai. 30 Budaya dan Fungsi MSDM (4) Pelatihan dan Pengembangan. Budaya organisasional harus diajarkan dalam berbagai program pelatihan dan pengembangan secara berkesinambungan, yang mencakup baik program orientasi dan pendidikan dasar karyawan baru, program pelatihan manajerial, maupun program pelatihan teknis dan operasional 31 Rerangka Penyebaran Budaya Isi Budaya Manifestasi budaya (komunikasi, justifikasi dan perilaku kultural) Budaya Shared values Menginterpretasikan Obyek Shared things Bahasa Mendorong Penyimpulan Budaya Shared meanings Menerima Shared sayings Menanyakan Perilaku Shared doings Mengobservasi Emosi Shared feelings Membaca Merasakan 32 Penyebaran Budaya Manifestasi Budaya Interprestasi dan Penyimpulan budaya Pakaian lengan pendek (shared things) Banyak pertemuan (shared doing) Kantor terbuka (shared things) Hubungan personal dan komunikasi (shared doing) Kebutuhan pelanggan tidak dapat dipenuhi dengan sistem formal. “Sistem tidak akan jalan” (shared saying) Keyakinan untuk memahami pelanggan. “Bicara dengan pelanggan” (shared saying) Percepatan perilaku untuk mencapai pelayanan yang responsif (shared doing) Kita bangga bisa melayani lebih cepat dibanding pesaing (shared feeling) Keyakinan akan pengaruh hirarkis. “Manajemen puncak akan memberitahu kepada kita apa yang harus dilakukan” (shared saying) 1. Bekerja secara informal, tanpa sistem 2. Pelayanan pelanggan yang berkualitas 3. Keprimaan dan kecepatan pelayanan 4. Manajemen puncak memegang kembali 5. Organisasi adalah bagian keluarga Pengarahan dari atas yang jelas (shared doing) Kita tidak kuatir dalam menghadapi krisis (shared feeling) Tidak ada tempat parkir khusus (shared things) Organisasi baik terhadap karyawan (shared feelings) 33 Perubahan Budaya organisasional Kondisi-kondisi pengubah Berbagai kondisi yang memerlukan perubahan budaya dalam suatu organisasi: Penurunan kinerja organisasional Perubahan lingkungan sosial Perubahan teknologi Perubahan lingkungan persaingan dan kekuatan pasar Perubahan fundamental visi dan misi organisasi Pertumbuhan organisasional Deregulasi industri Merger dan akuisisi Ekspansi bisnis ke pasar luar negeri Perubahan status bisnis 34 Pemahaman Berbagai Faktor Situasional Sejumlah faktor situasional mempengaruhi proses pengubahan budaya organisasional . Perubahan budaya adalah sulit atau mudah tergantung pada berbagai faktor atau kondisi berikut: Krisis dramatis Pergantian pemimpin dan kepemimpinan Tahap siklus atau daur hidup Umur organisasi Besar (size) organisasi Kekuatan budaya organisasi sekarang keberadaan sub-budaya 35 Pengubahan Budaya (1) Bagaimana perubahan budaya dapat dipengaruhi? Dukungan manajemen puncak. Perubahan budaya harus dimulai dari hirarki paling atas, yaitu manajemen puncak. Model peran positif yang dimainkan manajemen puncak akan menentukan kerberhasilan proses perubahan. Sistem imbalan. Agar budaya berfungsi secara efektif, sistem imbalan harus align dengan nilai-nilai budaya. Perubahan budaya mensyaratkan perubahan sistem imbalan untuk mendorong penerimaan serangkaian nilai baru. Perancangan kembali proses sosialisasi. Nilai-nilai baru perlu ditanamkan melalui berbagai program sosialisasi. Berbagai cerita, simbol dan ritual baru diciptakan untuk menggantikan yang sekarang. 36 Pengubahan Budaya (2) Pelibatan seluruh jajaran. Para karyawan dan kelompok dalam organisasi dapat dimobilisasi untuk mempengaruhi perubahan budaya. Melalui penggunaan partisipasi karyawan dan penciptaan iklim saling percaya, nilai-nilai baru lebih mudah ditanamkan. Pengaturan kembali personalia. Rotasi jabatan dapat digunakan untuk melemahkan sub-budaya. Seleksi dan promosi para karyawan yang mempunyai karakteristik pribadi sesuai dengan nilai-nilai baru. Formalisasi nilai-nilai baru. Penggantian berbagai norma tidak tertulis dengan berbagai aturan dan regulasi formal yang dijalankan secara “keras”. 37 Langkah-Langkah Pengubahan Budaya Langkah-langkah pengubahan budaya: Diagnosis dan pengangkatan ke permukaan budaya organisasi sekarang Artikulasi berbagai arah strategik baru Penetapan berbagai nilai dan norma baru Identifikasi kesenjangan budaya (culture gaps) Pemecahan masalah kesenjangan budaya Perubahan budaya merupakan proses jangka panjang, memakan waktu bertahun-tahun, bukan suatu proses quick fix. 38