II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pencemaran Udara Umumnya bahan

advertisement
II.
A.
TINJAUAN PUSTAKA
Pencemaran Udara
Umumnya bahan pencemar udara adalah berupa gas-gas beracun (hampir
90 %) dan partikel-partikel zat padat.
Gas-gas beracun ini berasal dari
pembakaran bahan bakar kendaraan, dari industri dan dari rumah tangga. Selain
gas-gas
beracun
di
atas,
pembakaran
bahan
bakar
kendaraan
juga
menghasilkan partikel-partikel karbon dan timah hitam yang berterbangan
mencemari udara.
Bentuk-bentuk zat pencemar yang sering terdapat dalam
atmosfer antara lain yaitu :
1.
Asap : Padatan dalam gas yang berasal dari pembakaran tidak sempurna
2.
Gas : Keadaan gas dari cairan atau bahan padatan.
3.
Embun : Tetesan cairan yang sangat halus yang tersuspensi di udara.
4.
Uap : Keadaan gas dari zat padat tempat volatil atau cairan.
5.
Awan : Uap yang dibentuk pada tempat yang tinggi.
6.
Kabut : Awan yang terdapat di ketinggian yang rendah.
7.
Debu : Padatan yang tersuspensi dalam udara yang dihasilkan dari
pemecahan bahan.
8.
Haze : Partikel-partikel debu atau gas yang tersuspensi dalam tetes air.
Gas-gas beracun hasil dari pembakaran bahan bakar ini biasanya berupa
oksida-oksida
karbon (karbon dioksida, karbon monokisida) dan nitrogen
(nitrogen monoksida, nitrogen dioksida, dinitrogen oksida) dan senyawa-senyawa
hidrokarbon. Pencemaran udara diperkirakan semakin meningkat dan meluas
seiring dengan semakin cepatnya proses industralisasi dan makin banyaknya
kendaraan bermotor. Pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor merupakan
lebih dari separuh penyebab pencemaran udara di perkotaan (Lutfi, 2009).
5
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6
Komponen pencemar udara yang bersumber dari kegiatan transportasi di
Indonesia yang paling banyak berpengaruh sebagai pencemar udara adalah CO,
NOx, SOx HC dan partikulat (Tabel 1).
Tabel 1.Komponen Pencemar Udara yang Bersumber dari Kegiatan Transportasi
Persentase
Komponen
Karbon Monoksida (CO)
Nitrogen Oksida (NOx)
Sulfur Oksida (SO x)
Hidrokarbon (HC)
Partikel
70,50
8,89
0,88
18,34
1,33
Sumber : Lutfi (2009)
B.
Indikator Toleransi Tanaman terhadap Pencemaran Udara
1.
APTI (Air Pollution Tolerance Index)
Toleransi tanaman terhadap polusi udara dinyatakan dengan suatu angka
indeks yang disebut sebagai APTI (Air Pollution Tolerance Index). APTI adalah
suatu angka yang menunjukkan tingkat toleransi tanaman terhadap polusi udara
(Dwivedi and Tripathi, 2007). APTI disusun dari empat parameter yaitu asam
askorbat daun, klorofil total daun, pH daun dan kadar air daun.
Beberapa penelitian menunjukkan dampak bahan pencemar udara
terhadap masing-masing parameter secara terpisah. Parameter yang terpisah ini
tidak dapat menunjukkan hasil konsisten;
tanaman
terhadap
pencemaran
udara
Oleh karena itu indeks toleransi
yang
didasarkan
pada
keempat
parameter, dijadikan indikator toleransi tanaman terhadap pencemaran udara
(Agbaire, 2009).
Pengukuran parameter tersebut diketahui bahwa tingkat
toleransi terhadap pencemaran udara berbeda antar spesies tanaman. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai APTI yang berbeda pula antar spesies tanaman.
APTI (Air Pollution Tolerance Index) dipergunakan oleh para ahli lanskap
sebagai salah satu kriteria seleksi tanaman yang tahan terhadap polusi udara.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
7
Nilai APTI juga dipergunakan sebagai dasar penetapan tanaman bioindikator
terhadap polusi udara (Gaikwad, et al., 2006 dan Nugrahani, 2008).
Menurut Thambavani and Maheswari (2012), tanaman Mangga (Mangifera
Indica) memiliki skor APTI tertinggi yaitu lebih dari 60 dan merupakan tanaman
jenis pohon toleran terhadap pencemaran udara.
Tanaman Mangga ini baik
untuk ditanam di daerah lalu lintas yang menghasilkan banyak polusi khususnya
di daerah perkebunan kawasan industri Virudhunagar, India.
Dalam penelitian Agbaire (2009), ditemukan respon berbeda dari sepuluh
spesies tanaman di sekitar stasiun eksplorasi minyak Erhoike-Kokori negara
Delta dengan empat parameter fisiologis dan biokimia yaitu kadar air relatif
(RWC) kandungan asam askorbat (AA), jumlah klorofil daun (TCH) dan ekstrak
daun pH yang digunakan untuk menghitung nilai-nilai APTI.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa menggabungkan berbagai parameter ini memberikan hasil
yang lebih dapat diandalkan daripada parameter individual. Tanaman Psidium
guajava merupakan tanaman yang paling toleran, diikuti oleh Elaesis guineensis,
Musa paradisiaca, Bambosa bambosa, Anacadium occidentale, Terminalia
catappa, Manihot exculenta, Imperata silindrica, Chromolaena odorata dan
Mangifera indica.
Nugrahani dan Prasetyawati (2011) menyebutkan dari hasil penelitiannya
bahwa diantara ketiga tanaman yang diteliti yaitu tanaman Nusa Indah, Ubi Hias
dan Ruelia, semua tergolong dalam kriteria tanaman sensitif terhadap polutan
udara khususnya SO , berdasarkan nilai APTI (< 16). Selain memiliki nilai APTI
2
terendah, tanaman Nusa Indah (Mussaenda, sp.) secara visual menunjukkan
gajala kerusakan pada daun dan bunga pada perlakuan paparan SO dengan
2
konsentrasi 10 ppm (K3); Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tanaman
Nusa Indah dapat menjadi fitoindikator terhadap pencemaran udara SO .
2
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
8
Tanaman dikatakan toleran apabila memiliki nilai APTI lebih dari 24 untuk
jenis pohon, lebih dari 20 untuk jenis perdu dan lebih dari 18 untuk jenis semak
serta penutup tanah. Hasil penelitian Nurfaida, Dariati dan Yanti (2011), tingkat
toleransi tanaman dikatakan cukup apabila memiliki nilai APTI yaitu 20 - 24 untuk
jenis pohon, 17 - 20 untuk jenis perdu dan 15 - 18 untuk jenis semak serta
penutup tanah. Tingkat toleransi tanaman dikatakan sedang apabila memiliki
nilai APTI 15 - 19 untuk jenis pohon, 13 - 16 untuk jenis perdu dan 11 - 14 untuk
jenis semak serta penutup tanah. Tanaman dikatakan sensitif apabila memiliki
nilai APTI kurang dari 15 untuk jenis pohon, kurang dari 13 untuk jenis perdu dan
11 untuk jenis semak serta penutup tanah. Semakin besar nilai APTI maka
tanaman semakin toleran. Tanaman dari jenis pohon merupakan tanaman yang
memiliki nilai APTI paling tinggi dibandingkan dengan tanaman dari jenis perdu,
semak maupun tanaman penutup tanah.
Esfahani, Amin, Samadi, Kar, Hoodaji, Shirvani and Porsakhi (2013)
mengevaluasi tentang tingkat toleransi yang tanaman di Esfahan, Iran dengan
menggunakan formula APTI.
Ekstrak daun dari sembilan spesies tanaman
menunjukkan peningkatan kadar pH, asam askorbat, klorofil dan kadar air relatif.
Nilai APTI tertinggi dtunjukkan oleh tanaman Morus alba sedangkan tanaman
dengan nilai APTI terendah yaitu tanaman Cercis siliquastrum.
Penelitia serupa dilakukan oleh Randhi dan Reddy (2013) tentang tingkat
toleransi polusi udara spesies tanaman industri di area Hyderabad (A.P), India
yang menunjukkan bahwa dari 16 spesies tanaman dianalisis dua jenis pohon
seperti Delonix regia Hook memiliki nilai APTI lebih tinggi. Clerodendrum
paniculatum L., Samania saman Jacq. dan Azardirachta indica A. Juss.
menunjukkan kapasitas toleransi yang sedang dan tanaman spesies lainnya
seperti Syzygium jinten Li, Terminalia catappa L., Millingtonia hortensis Lf,
Terminalia arjuna Roxb., Pongamia pinnata L., Polyalthia longifonia Sonn.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
Emblica officinalis Gaertner., Swietenia mahagoni L. dan Saraca indica L.
Spesies tanaman yang tersisa seperti Peltophorum pterocarpum DC., Alestonia
scholaris L., Ficus religiosa L., dijadikan sebagai bio-indikator karena merupakan
tanaman yang sensitif terhadap polusi udara.
Enete, Ifeanyi and Ogbonna (2012) mengatakan bahwa nilai APTI tanaman
jenis semak hias seperti tanaman Bush dan Ixora Merah memiliki nilai APTI
rendah sehingga merupakan tanaman yang sensitif terhadap pencemaran udara.
Beberapa peneliti melengkapi nilai APTI dengan menambahkan kriteria
lain. Sulistijorini (2009) menambahkan parameter laju pertumbuhan relatif (CGR)
ke dalam nilai APTI untuk menggambarkan kondisi pertumbuhan tanaman dan
menambahkan karakter biologi yang meliputi : ukuran tanaman, bentuk kanopi,
tipe pertumbuhan dan struktur helai daun, serta nilai ekonomis tanaman ke
dalam nilai APTI agar lebih tepat untuk menyeleksi tanaman sebagai elemen
jalur hijau.
Bhattacharya, Kriplani and Chakraborty (2013) menambahkan perlakuan
musim untuk menentukan nilai APTI tanaman Polyalthia longifolia, Azadirachta
indica, dan tanaman Mangifera indica di kota Barado. Berdasarkan formul APTI
tanpa menggunakan perlakuan musim,
tanaman ditemukan memiliki tingkat
toleransi sebagai berikut: Agar Polyalthia longifolia lebih besar dari Azadirachta
indica lebih besar dari Ficus bengalensis lebih besar dari Acacia Arabica lebih
besar dari Peltophorum pterocarpum lebih besar dari Mangifera indica; Tetapi
jika nilai APTI dan rata-rata semua musim ini dipertimbangkan maka hasilnya
adalah sebagai berikut: Azadirachta indica lebih besar dari Polyalthia longifolia
lebih besar dari Mangifera indica lebih besar dari Ficus bengalensis lebih besar
dari Acacia arabika lebih besar dari Peltophorum pterocarpum. Semua spesies
menunjukkan variasi musiman yang tidak signifikan kecuali Acacia arabika.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10
Miria and Basheer (2013) mengidentifikasi Mangifera Indica yang
merupakan tanaman toleran terhadap polusi udara yang tinggi dan memiliki
tingkat pertumbuhan yang cepat dengan penyimpanan karbon yang baik dan
dianjurkan untuk ditanam sebagai tanaman tepi jalan dan pohon hias di daerah
perkotaan.
Singh, et al., (1991) menyebutkan bahwa parameter biokimia tanaman
antara lain kadar asam askorbat tanaman, klorofil total, pH daun dan kadar air
daun dihitung berdasarkan formula APTI (Air Pollution Tolerance Index) :
APTI =
A T+P + R
10
Data hasil pengukuran nilai APTI digunakan sebagai dasar penentuan
kriteria toleransi tanaman jenis pohon, perdu, semak dan penutup tanah terhadap
polusi udara seperti yang terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria Toleransi Tanaman terhadap Polusi Udara (Singh, et al., 1991)
Nilai APTI
Kriteria
Sensitif
Sedang
Cukup toleran
Toleran
2.
Pohon
Perdu
Semak / Penutup Tanah
< 15
15 – 19
20 – 24
> 24
< 13
13 – 16
17 – 20
> 20
<11
11 – 14
15 – 18
> 18
Variabel Penyusun Nilai APTI (Air Pollution Tolerance Index)
Toleransi tanaman terhadap bahan pencemar dapat dilihat dari beberapa
variabel penyusun nilai APTI (Air Pollution Tolerance Index) yaitu asam askorbat,
klorofil total, pH ekstrak daun dan kadar air daun (Singh, et al., 1991).
a.
Asam Askorbat
L-asam askorbat (vitamin C) merupakan vitamin penting dalam diet
manusia dan tersedia melimpah dalam jaringan tanaman (Loewus & Loewus,
1987; Smirnoff, 1996; Smirnoff & Wheeler, 2000; Noctor & Foyer, 2005). Daundaun hijau mengandung askorbat sama banyaknya dengan klorofil.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Askorbat
11
berperan penting dalam beberapa proses fisiologis tanaman diantaranya adalah
pertumbuhan, diferensiasi, dan metabolisme. Selain itu askorbat juga berfungsi
sebagai pereduktor untuk beberapa radikal bebas sehingga dapat meminimalkan
kerusakan yang disebabkan oleh oxidative stress.
Askorbat dapat ditemukan dalam kloroplas, sitosol, vakuola, dan ruang
ekstra seluler sel. Sekitar 20-40 % askorbat di dalam mesofil berada dalam
kloroplas. Kloroplas mengandung banyak enzim yang dapat mereduksi askorbat
dari bentuk teroksidasi (McKersie and Leshem, 1994).
Gambar 1. Sintesis dan degradasi L-asam askorbat dalam jaringan tanaman
(McKersie and Leshem, 1994)
Askorbat disintesis dari D-glukosa; Sebagai anti oksidan askorbat akan
bereaksi dengan superoksida, hidrogen peroksida atau radikel tocoperoksil
membentuk asam monodehidroaskorbat dan atau asam dehidroaskorbat.
Bentuk tereduksi ini akan kembali membentuk askorbat dengan bantuan
monodehidroaskorbat
reduktase
dan
dehidroaskorbat
reduktase.
Dehidroaskorbat tidak stabil pada pH lebih besar dari 6 dan akan terurai menjadi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
tartrat dan oksalat; Guna mencegah hal ini, dehidroaskorbat tereduksi secara
cepat oleh dehidroaskorbat reduktase menggunakan ekuivalen pereduksi dari
glutathione (GSH) (Gambar 1).
b.
Klorofil
Klorofil atau zat hijau daun adalah pigmen yang dimiliki oleh berbagai
organisme dan menjadi salah satu molekul berperan utama dalam fotosintesis.
Klorofil memberi warna hijau pada daun tumbuhan hijau dan alga hijau, tetapi
juga dimiliki oleh berbagai alga lain, dan beberapa kelompok bakteri fotosintetik.
Molekul klorofil menyerap cahaya merah, biru, dan ungu, serta memantulkan
cahaya hijau dan sedikit kuning, sehingga mata manusia menerima warna ini;
Pada tumbuhan darat dan alga hijau, klorofil dihasilkan dan terisolasi pada
plastida yang disebut kloroplas.
Klorofil memiliki beberapa bentuk. Klorofil-a terdapat pada semua
organisme autotrof. Klorofil-b dimiliki alga hijau dan tumbuhan darat. Klorofil-c
dimiliki alga pirang, alga keemasan, serta diatom (Bacillariophyta).
Klorofil-d
dimiliki oleh alga merah (Rhodophyta). Selain berbeda rumus kimia, jenis-jenis
klorofil ini juga berbeda pada panjang gelombang cahaya yang diserapnya.
Klorofil yang bervariasi memiliki struktur kimia yang berkemiripan, yaitu
terdiri dari porfirin tertutup (siklik), suatu tetrapirol, dengan ion magnesium di
pusatnya dan "ekor" terpena.
Kedua gugus ini adalah kromofor ("pembawa
warna") dan berkemampuan mengeksitasi elektron apabila terkena cahaya pada
panjang gelombang tertentu.
c.
pH
pH
atau
derajat
keasaman
digunakan
untuk
menyatakan
tingkat
keasaaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH yang
akan dibahas dalam penelitian ini yaitu pH daun. pH normal memiliki nilai 7
sementara bila nilai pH lebih besar dari 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
basa sedangkan nilai pH lebih kecil dari 7 menunjukkan keasaman. pH 0
menunjukkan derajat keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat
kebasaan tertinggi. Indikator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang
bekerja berdasarkan prinsip elektrolit/konduktivitas suatu larutan.
Istilah pH
berasal dari "p", lambang matematika dari negative logaritma, dan "H", lambang
kimia untuk unsur Hidrogen. Defenisi yang formal tentang pH adalah negative
logaritma dari aktivitas ion Hydrogen.
pH adalah singkatan dari power of
Hydrogen.
d.
Kadar Air Daun
Kadar air daun adalah perbedaan antara berat daun sebelum dan sesudah
dilakukan pengeringan yang bertujuan untuk mengetahui kadar air pada organ
tanaman. Berat sebelum dilakukan pemanasan atau biasa disebut dengan berat
basah merupakan berat mula-mula.
Berat kering merupakan berat bahan
setelah dilakukan pengeringan. Pengeringan ini dapat dilakukan dengan cara
mengoven bahan sehingga seluruh airnya menguap.
otomatis berat bahan akan berkurang.
Saat air menguap,
Jumlah pengurangan ini dianggap
sebagai selisih antar berat basah dan berat kering.
Perbandingan dari
pengurangan berat dan berat awal inilah yang kemudian diubah menjadi persen
dan kadar air ditemukan; Pada organ tumbuhan, kadar air sangat bervariasi,
tergantung dari jenis tumbuhan, struktur tumbuhan dan usia dari jaringan organ
(Ronny, 2011).
Air yang digunakan untuk transpirasi tanaman sebanyak 99%, dan yang di
gunakan untuk hidrasi 1%, termasuk untuk memelihara dan menyebabkan
pertumbuhan yang lebih baik. Bahan yang mempunyai kadar air yang tinggi
akan mempercepat pembusukan karena bakteri lebih menyukai tempat-tempat
yang lembab, sehingga bakteri dengan mudah dan cepatnya mengembang
(Fardiaz, Srikandi, Winarno dan Fardiaz, 1980).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
C.
Tanaman Lanskap
Tanaman lanskap adalah
tanaman yang dibudidayakan di suatu
tapak/lahan yang secara fungsional berdayaguna dan secara estetis memiliki
seni/nilai keindahan sehingga antara satu dan lainnya dapat melahirkan suatu
kesatuan yang harmonis.
Tanaman lanskap merupakan salah satu unsur
dengan berbagai ragam potensi dalam lanskap dan memiliki fungsi yang tidak
terhingga.
Tanaman lanskap mempunyai berbagai bentuk, ukuran, warna,
tekstur dan karakter yang beragam (Nurfaida, Dariati dan Yanti, 2011).
Tanaman dalam elemen lanskap meliputi pohon, perdu, semak dan
penutup tanah.
Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang memiliki
keunggulan karena keunikan atau keindahan daun-daunnya sedangkan tanaman
semak adalah tanaman yang pertumbuhannya rendah.
Fungsi penggunaan
tanaman merupakan suatu pendekatan baru dalam memecahkan permasalahan
lanskap. Sampel tanaman yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1.
Tanaman Angsana (Pterocarpus indica Willd)
Kingdom
Divisi
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae
: Magnoliophyta
: Fabales
: Fabaceae
: Pterocarpus
: P. indicus
Angsana (Gambar 2) merupakan pohon meranggas dan jenis tanaman
pohon tinggi, tingginya dapat mencapai 10-40 meter. Diameter batang 2 meter.
Pohon yang kadang-kadang menjadi raksasa rimba, tinggi hingga 40 m dan
gemang mencapai 350 cm. Batang sering beralur atau berbonggol, biasanya
dengan akar papan (banir). Tajuk lebat serupa kubah, dengan cabang-cabang
yang merunduk hingga dekat tanah. Pepagan (kulit kayu) abu-abu kecoklatan,
memecah atau serupa sisik halus, mengeluarkan getah bening kemerahan
apabila dilukai. Daun majemuk menyirip gasal, panjang 12-30 cm. Anak daun 5-
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
13, berseling pada poros daun, bundar telur hingga agak jorong, 6-10 × 4-5 cm,
dengan pangkal bundar dan ujung meruncing, hijau terang, gundul, dan tipis
(Joker, 2012).
2.
Tanaman Bakung (Crinum asiaticum)
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Species
: Plantae
: Magnoliophyta
: Liliopsida
: Liliales
: Amaryllidaceae
: Lilium
: Crynum asiaticum L
Tanaman Bakung (Gambar 2) memiliki tinggi lebih kurang 1 meter. Batang
semu, tegak, lunak, dan warna putih kehijauan. Daun tunggal, bentuk lanset,
ujung meruncing, pangkal tumpul. Perbungaan bentuk payung, pangkal mahkota
berdekatan membentuk corong, warna putih, putik panjang, warna ungu, kepala
sari warna jingga.
Tumbuhan bakung mengandung likorina, krinidina,
hemantamina dan krinamina.
(a)
(b)
Gambar 2. ( a ) Tanaman Angsana dan ( b ) Tanaman Bakung
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
3.
Tanaman Bungur (Lagerstroemia loudoni)
Kingdom : Plantae
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo
: Myrtales
Famili
: Lythraceae
Genus
: Lagerstroemia Linnaeus
Spesies
: Lagerstroemia loudoni
Bungur (Gambar 3) adalah tanaman berbentuk pohon yang tingginya
mencapai 5-25 m.
percabangan-nya.
Batangnya umumnya bengkok, demikian juga dengan
Daunnya berbentuk jorong dengan panjang 24 cm dan
lebarnya 12 cm. Bunganya berbentuk malai yang panjangnya mencapai 40 cm,
berwarna ungu. Umumnya, tanaman ini banyak dijumpai sebagai peneduh jalan.
4.
Tanaman Drasena Tricolor (Dracaena marginata Tricolor)
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae
: Magnoliophyta
: Liliopsida
: Liliales
: Liliaceae
: Dracaena
: Dracaena marginata
Tanaman Drasena Tricolor (Gambar 3) merupakan tanaman yang memiliki
tinggi mencapai ketinggian hingga 10 kaki, daun berbentuk kecil, panjang.
Spesies dasar memiliki daun warna hijau dengan tepi merah. Varietas Tricolor
mempunyai 3 warna yaitu kuning, hijau dan merah sehingga menghasilkan efek
hijau keemasan.
Menurut penelitian Nabihaty (2012), tanaman drasena ini
berfungsi menyerap polusi udara seperti gas NO pencemaran udara di ubah
menjadi NO2 (nitrogen dioksida), gas CO2 (karbondioksida), gas CO
(karbonmonoksida).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
(a)
(b)
Gambar 3. ( a ) Tanaman Bungur dan ( b ) Tanaman Drasena Tricolor
5.
Tanaman Kasia Emas (Cassia surattensis)
Kingdom
Divisi
Ordo
Famili
Spesies
: Plantae
: Spermatophyta
: Resales
: Leguminosae
: Cassia surattensis
Tanaman Kasia Emas (Gambar 4) memiliki tinggi 8-10 m. Tegak, berkayu,
halus, percabangan simpodial, putih keabu-abuan.
Daun majemuk, tangkai
bulat, panjang ± 7 cm, putih kehijauan, lonjong, tepirata, pangkal dan ujung
tumpul, tipis, halus, pertulangan menyirip, panjang 4-5 cm, lebar 2-3 cm,
berwarna hijau.
Kulit batang dan akar tanaman Kasia Emas mengandung
alkaloida dan polifenol.
6.
Tanaman Keben (Barringtonia asiatica)
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
: Lecythidales
: Lecythidaceae
: Barringtonia
: Barringtonia asiatica Kurz.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
Keben (Gambar 4) merupakan tanaman yang berbentuk pohon dan berkayu
lunak memiliki diameter sekitar 50 cm dengan ketinggian 4-16 meter. Keben
mempunyai sistem perakaran yang banyak dan sebagian tergenang di air laut
ketika sedang pasang.
Banyak percabangan yang terletak di bagian bawah
batang mendekati tanah.
Bentuk daunnya cukup besar, mengkilap dan
berdaging. Daun mudanya berwarna merah muda dan akan berubah menjadi
kekuningan setelah tua (Sogolagro, 2011).
(a)
(b)
Gambar 4. ( a ) Tanaman Kasia Emas dan ( b ) Tanaman Keben
7.
Tanaman Lantana (Lantana camara)
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Familia
Genus
Species
: Plantae
: Spermathophyta
: Dicotyledonae
: Tubiflorae
: Verbenaceae (jati-jatian)
: Lantana
: Lantana camara
Bentuk tanaman Lantana (Gambar 5) yang merambat sehingga sering kali
ditanam dalam bak-bak taman.
Bunganya bergerombol dengan warna yang
sangat beragam. Ada yang merah, merah muda, kuning, dan putih. Bahkan ada
beberapa warna yang terdapat dalam satu kelopak bunga.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Bunga muda
19
berwarna agak pucat dan lama kelamaan berubah makin tua. Bunganya adalah
bunga majemuk, tersusun dalam sebuah bulir pendek, dan muncul dari ketiak
daun. Tanaman ini hampir sepanjang tahun selalu berbunga (Murniyati, 2009).
Gambar 5. Tanaman Lantana
8.
Tanaman Nusa Indah (Mussaenda pubescens)
Kingdom
Divisi
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Nusa Indah
: Plantae
: Angiosperms
: Gentianales
: Rubiaceae
: mussaenda
: Mussaenda pubescens
(Gambar 6) adalah perdu yang berasal dari familia
Rubiaceae atau kopi-kopian yang tumbuh liar di lereng bukit, semak-belukar, dan
biasanya dipelihara sebagai tanaman hias.
Gambar 6. Tanaman Nusa Indah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
9.
Tanaman Pisang Hias (Musa paradisiaca)
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Species
: Plantae
: Spermatophyta
: Monocotyledonae
: Zingiberales
: Musaceae
: Musa
: Musa paradisiaca
Daun Pisang Hias (Gambar 7) berbentuk elips, permukaan daunnya licin,
berwarna hijau hingga keungu-unguan. Ujung daun runcing; sementara tepian
daun ada yang rata, ada sobek-sobek, ada pula yang robek berpilin. Panjang
daun antara 30 - 120 cm, sedangkan lebarnya 15 - 25 cm. Jumlah daun pada
setiap batang 5 - 12 helai.
Daun memiliki pelepah yang saling bertumpuk
membentuk batang semu. Braktea merupakan modifikasi daun yang tumbuh di
bawah tangkai bunga pada tanaman, seringkali tidak nampak, namun kadangkadang sangat menarik seperti petal.
10. Tanaman Pule (Rauvolfia serpentine)
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Spesies
: Plantae
: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Gentianales
: Apocynaceae
: Rauvolfia serpentine
Pule (Gambar 7) yang termasuk perdu tegak ini tumbuh mencapai 1 m,
batangnya silindris
dengan percabangan berarna
coklat abu-abu
yang
mengeluarkan cairan jernih bila dipatahkan. Tanaman ini kadang ditemukan di
pekarangan rumah sebagai tanaman hias, tetapi lebih sering tumbuh liar di
ladang, hutan jati atau tempat-tempat lain sampai ketinggian 1.000 m di atas
permukaan laut.
Bunganya bunga majemuk, dengan mahkota bunga putih
atau dadu berkumpul
berbentuk payung keluar
dari
ketiak daun atau
percabangan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ujung
21
(a)
(b)
Gambar 7. ( a ) Tanaman Pisang Hias dan ( b ) Tanaman Pule
11. Tanaman Ruelia (Ruellia tuberosa L.)
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae
: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Scrophulariales
: Acanthaceae
: Ruellia
: Ruellia tuberosa L.
Habitus tanaman Ruellia (Gambar 8) merupakan tanaman semusim, tinggi
0,4-0,9 m. Batangnya tegak, pangkal sedikit berbaring, bersegi, hijau. Daunya
Tunggal, bersilang berhadapan, bentuk solet, ujung membulat, pangkal runcing,
tepi bergigi, panjang 6-18 cm, lebar 3-9 cm, licin, pertulangan menyirip, hijau.
Bunganya Majemuk, bentuk payung, diketiak daun, terdiri 1-15 bunga, kelopak 23 cm, benang sari melekat pada tabung mahkota berjumlan 4, dasar mahkota
membentuk tabung, ujung berlekuk 5, panjang 3,5-5 cm, ungu. Menurut
beberapa sumber, tanaman dengan genus Ruellia ini memiliki khasiat sebagai
antioksidan, antidiabetes, antihipertensi, antipiuretik dan biasa ditambahkan
dalam minuman kesehatan (Novi, 2012).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
Gambar 8. Tanaman Ruelia
12. Tanaman Spider Lili (Hymenocalis speciosa)
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae
: Magnoliophyta
: Liliopsida
: Liliales
: Liliaceae
: Hymenocallis salisb
: Hymenocalis speciosa
Tanaman Spider Lili (Gambar 9) memiliki satu tangkai yang terdiri atas 6-7
kuntum bunga.
Daunnya kekal berwarna hijau walaupun selepas bunganya
gugur. Bunganya cantik berwarna putih dengan lima kelopak, tidak ubah seperti
laba-laba putih hinggap di celah dahan pepohon. Memiliki bagian tengah bunga
berwana kuning (Bagus, 2012).
Gambar 9. Tanaman Spider Lili
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
Suatu tanaman memiliki beberapa fungsi dari penggunaan tanaman dalam
lanskap meliputi :
1.
Fungsi Estetika Tanaman
Fungsi estetika tanaman digunakan untuk memberikan keindahan dan
kenyamanan.
Estetika tanaman dapat memberikan seni hidup untuk
meningkatkan kualitas visual lingkungan dengan penampilan warna dan bentuk
arsitektur taman. Tanaman dapat menciptakan daya tarik dari bayangan ranting
dan daun-daun apabila ditempatkan sebagai dinding atau pagar.
Tanaman
dapat digunakan sebagai latar tanaman lainnya dan dapat diatur untuk visual
obyektif dan struktural.
2.
Fungsi Arsitektur Tanaman
Tanaman dapat digunakan untuk membentuk dinding, lantai dari perbedaan
pertumbuhan dan karakteristik daun-daunnya. Semak-semak dapat menciptakan
dinding, menyaring atau menghalang pandangan yang dapat memberikan
perlindungan
Tanaman penutup tanah dengan daun-daun dan karakteristik
teksturnya yang seragam memberikan nuansa seperti lantai arsitektural.
3.
Fungsi Tanaman Secara Teknis
Fungsi tanaman secara teknis yaitu dapat menghalau serta melembutkan
cahaya matahari di permukaan dan di dalam air serta dapat menghalau cahaya
kendaraan dan jalan. Tanaman yang banyak ranting dan daun dapat menyerap
dan mengurangi kebisingan.
Menurut Nazaruddin (1996), tanaman semak
merupakan jenis tanaman yang agak kecil dan rendah, serta pertumbuhannya
cenderung merambat atau melebar. Contoh jenis tanaman semak hias adalah
lidah mertua (Sanseviera trifasciata), tricolor (Dracaena marginata, nusa indah
(Mussaenda philippica). Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 7 Tahun 2002
menjelaskan, bahwa semak hias adalah tanaman yang pertumbuhan optimal
batangnya mempunyai garis tengah maksimal 5 cm dengan ketinggian 2 meter.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
4.
Tanaman Sebagai Penyerap Polutan
Tanaman yang ditanam pada jalur hijau jalan di perkotaan digunakan untuk
memenuhi beberapa fungsi antara lain, fungsi untuk memperbaiki iklim mikro,
yaitu menurunkan suhu, meningkatkan kelembapan udara dan menurunkan
intensitas sinar matahari; Sedangkan fungsi secara teknis adalah untuk
mengurangi dan menurunkan tingkat pencemaran udara dengan cara menyerap
polutan (Nugrahani, 2005).
Fungsi tanaman sebagai pengendali iklim menjadi sangat penting karena
berkaitan dengan kenyamanan berbagai aktivitas dan kegiatan manusia. Iklim
yang dapat dikendalikan oleh tanaman tidak hanya yang berkaitan dengan cuaca
(suhu, kelembaban, radiasi matahari dan angin), melainkan juga berkaitan
dengan aroma, dan suara.
Secara umum, fungsi pengendalian iklim yang
dilakukan tanaman terhadap elemen lanskap dan komponen yang lainnya adalah
sebagai berikut :
a.
Filtrasi dan meningkatkan kualitas udara
Tanaman yang berklorofil dapat menyerap karbondioksidan (CO2) dalam
melaksanakan proses fotosintesis dan menghasilkan oksigen (O2) sehingga
udara yang berada di sekitar pertanaman menjadi lebih segar. Gas CO2 yang
merupakan sumber utama penyebab pemanasan global dapat direduksi
sehingga lingkungan menjadi lebih segar. Selain meningkatkan kualitas udara
dengan meningkatkan kandungan O2 di lingkungan, tanaman juga dapat menjadi
penyaring udara. Tanaman pohon atau perdu dengan tajuk yang rapat, secara
fisik dapat menahan debu dan abu yang beterbangan.
Debu dan abu yang
beterbangan akan tertahan pada tajuk-tajuk tanaman dan pada akhirnya dapat
tercuci pada saat hujan dan atau saat tanaman melakukan gutasi pada malam
hari.
Kombinasi filter secara fisik oleh tajuk tanaman dan adanya O 2 yang
dihasilkan dapat meminimalisir atau bahkan menghilangkan polusi bau.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
Beberapa tanaman yang berfungsi sebagai filter adalah Angsana
(Pitherocarpus indicus), Akasia Daun Lebar (Accasia magium), Oleander (Nerium
oleander), Bogenvil (Bougenvillea sp) dan Teh-Tehan Pangkas (Acalypha sp).
b.
Peneduh dan pengendali suhu
Tanaman dapat menyerap radiasi matahari dan memantulkannya sehingga
radiasi yang sampai di permukaan tanah menjadi berkurang.
Berkurangnya
radiasi matahari di permukaan tanah membuat energi yang dihasilkan juga lebih
lemah sehingga panas yang ada juga berkurang. Energi panas yang lebih kecil
juga menjadikan suhu yang ada lebih rendah. Berkurangnya CO2 karena diserap
tanaman membuat panas yang diterima permukaan bumi juga dapat leluasa
dipantulkan kembali ke atmosfer sehingga menghilangkan suasana panas dan
menimbulkan suasana sejuk.
Intensitas cahaya yang sampai ke permukaan
tanah juga berkurang karena adanya tajuk yang menghalangi radiasi.
Berkurangya intensitas cahaya menjadikan lingkungan di bawah tanaman
menjadi teduh. Beberapa tanaman yang bisa dijadikan peneduh adalah Kiara
Payung (Fillicium decipiens), Tanjung (Mimusops elengi), dan Angsana
(Pitherocarphus indicus).
c.
Pengendali Suara
Beberapa jenis tanaman dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi
gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tanaman (pohon, perdu,
semak atau penutup tanah) yang paling efektif untuk meredam suara adalah
yang mempunyai tajuk yang tebal dan bermassa daun padat.
Jenis-jenis
tanaman tersebut diperlukan pada tempat-tempat yang berada di pinggir jalan
yang membutuhkan ketenangan dan kenyamanan antara lain yaitu tempat
fasilitas umum (tempat ibadah, pendidikan, kesehatan, perkantoran dan lainya).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
Contoh tanaman yang bertajuk tebal dan massa daun padat antara lain
Tanjung, Kiara Payung, Teh-Tehan Pangkas, Puring, Pucuk Merah, Kembang
Sepatu, Bougenville dan Oleander.
d.
Pengendali angin
Tanaman tidak hanya berfungsi mengurangi kecapatan angin karena sifat
fisik yang dimiliki, tetapi juga dapat menyerap, mengalirkan dan mengubah angin.
Pengendalian angin yang dilakukan tanaman dapat menciptakan iklim mikro
yang nyaman untuk aktivitas manusia.
Secara umum, tanaman mampu
menurunkan kecepatan angin hingga 75 – 85 %.
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan jenis tanaman untuk pengendali angin adalah tinggi
pohon, bentuk tajuk, kerapatan tajuk dan lebar tajuk (Hidayat, 2013).
Beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai pengendali angin adalah
Cemara (Cassuarina equisetifolia), Angsana (Pitherocarphus indicus), Tanjung
(Mimusops elengi), Kiara Payung (Filicium decipiens) dan Kembang Sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
III. METODE PENELITIAN
A.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 hingga bulan Desember
2014. Pengambilan sampel spesies tanaman kontrol dilakukan di Kebun Bibit
Wonorejo Surabaya dan sampel spesies tanaman yang terkena polusi dilakukan
di Taman Pelangi Ahmad Yani Surabaya. Analisis kadar asam askorbat, klorofil
total, pH ekstrak daun dan kadar air dilakukan di Laboratorium Bioteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
B.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan tanaman dan
bahan kimia. Bahan tanaman berupa daun segar dari spesies tanaman hias
jenis pohon (yaitu Tanaman Bungur, Keben dan Angsana), jenis perdu (yaitu
Tanaman Pule, Nusa Indah dan Kasia Emas), jenis semak (yaitu Tanaman
Bakung, Heliconia dan Drasena Tricolor) serta tanaman hias jenis penutup tanah
(yaitu Tanaman Spider Lily, Ruelia dan Lantana) yang disajikan dalam Tabel 3.
Bahan kimia yang dipergunakan untuk penelitian ini yaitu Aceton 80%,
Asam Oksalat 4%, larutan 2,4-Dischlorophenol indophenol (DCPIP) 0,1%
(Merck®) dan aquadestilata.
Peralatan yang digunakan adalah gunting pangkas, spectrophotometer
(Cole Pomer® 1100 RS), sentrifuge (Hettich® EBA 8), pH meter, timbangan digital
(Sentra® EL 4105), oven, blender, peralatan gelas, mikro pipet 10 µL, kertas
saring Whatman 41, Optical Dencity (OD) dan peralatan tulis (ATK).
C.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non treatment yang menggunakan
metode survey.
Sampel tanaman yang digunakan yaitu spesies tanaman
lanskap berdasarkan kadar asam askorbat tanaman (Sulistijorini, 2009) yang
27
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
diperoleh
dari
data
hasil
penelitian
sebelumnya.
Penelitian
tersebut
menggunakan 50 spesies tanaman lanskap yang diambil di Kebun Bibit
Wonorejo Surabaya dan dianalisa kadar asam askorbat sehingga diperoleh data
asam askorbat tinggi, sedang dan rendah dari masing-masing jenis tanaman.
Kadar asam askorbat tersebut digunakan sebagai acuan dalam menentukan
tanaman sampel di Taman Pelangi Surabaya pada penelitian ini.
D.
Sampel Penelitian
Banyaknya sampel yang diperlukan dalam penelitian ini berjumlah 36
spesies tanaman yaitu masing-masing 3 spesies dari tanaman jenis pohon,
perdu, semak dan penutup tanah dengan pengulangan yang dilakukan sebanyak
3 kali. Tanaman sampel tersebut disajikan pada Tabel 3 yang juga dilengkapi
dengan kadar asam askorbat yang diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya
(Nugrahani, 2012).
Tabel 3. Penentuan Tanaman Sampel berdasarkan Kadar Asam Askorbat
No
Nama Tanaman
Nama Latin
AA (mg/g)*
1
2
3
4
Angsana
Bakung
Bungur
Drasena Tricolor
Pterocarpus indica Willd
Crinum asiaticum
Lagerstroemia loudoni
Dracaena marginata Tricolor
4.870
1.299
1.883
4.221
5
6
7
8
9
10
11
Kasia Emas
Keben
Lantana
Nusa Indah
Pisang Hias
Pule
Ruelia
Cassia surattensis
Barringtonia asiatica
Lantana camara
Mussaenda pubescens
Musa paradisiaca
Rauvolfia serpentina
Ruellia tuberosa L.
4.221
2.381
2.992
2.381
1.840
1.515
2.165
12
Spider Lili
Hymenocalis Speciosa
Sumber : (*) Nugrahani (2012)
Keterangan : AA adalah Kadar Asam Askorbat
1.299
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
29
E.
Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data penelitian berupa data yang mendukung dalam
penentuan nilai APTI tanaman antara lain kadar asam askorbat, kadar klorofil
total, pH daun dan kadar air daun.
1.
Asam Askorbat
Asam askorbat daun dianalisa dengan metode titrasi berdasarkan prosedur
yang dilakukan oleh Anjali, et al., (2012) sebagai berikut :
a.
Menimbang 1 gram daun sampel segar
b.
Diekstrak dengan 10 ml Asam Oxalat 4%
c.
Ekstrak daun diencerkan dengan asam oxalat hingga 100 ml labu ukur
d.
Mengambil 5 ml ekstrak daun dan ditambahkan 10 ml Asam Oxalat 4%
e.
Ekstrak daun dititrasi dengan larutan 2,4-Dischlorophenol indophenol
(DCPIP)
f.
Menghitung ml DCPIP yang dibutuhkan hingga ekstak daun berubah warna
menjadi merah muda
g.
Menghitung nilai Asam Askorbat daun dengan rumus sebagai berikut :
AA =
0.5 V2
100
x x
V1 5 berat sampel
Keterangan :
V1, adalah volume DCPIP vitamin C standart = 3.85
V2, adalah volume DCPIP titrasi sampel
2.
Klorofil Total
Klorofil total daun diukur dengan menggunakan spectrophotometer
berdasarkan prosedur yang dilakukan oleh Henry dan Grime (1993) sebagai
berikut :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
30
a.
Menimbang daun segar sebanyak 0,5 g.
b.
Merajang daun kecil-kecil dan mengekstrak dengan aseton 80% sebanyak
50 ml dengan cara menggerus dalam mortal.
Penggerusan dilakukan
sampai seluruh klorofil larut dalam aseton 80% dengan ampas telah
menjadi putih.
c.
Menyaring ekstrak dengan kertas saring Whatman 41 dan memasukkan ke
dalam gelas ukur 50 ml.
d.
Disentrifius larutan selama 15 menit dengan kecepatan 2500 rpm.
e.
Mengukur panjang gelombang 645 nm dan 663 nm dengan Optical Dencity
(OD).
f.
Menghitung kandungan klorofil total daun (dalam mg / g berat daun)
dengan membandingkan OD pada panjang gelombang 645 nm dan 663
nm menurut persamaan :
Klorofil total = [ 20,2 (D645) + 8,02 (D663) ]
3.
pH Ekstrak Daun
Derajat keasaman (pH) ekstrak daun diukur dengan pH meter (Apriyantono
et al.,1989) sebagai berikut :
a.
Membuat ekstrak daun dengan cara menimbang 4 g daun segar dan
menghancurkan dalam 40 ml aquadest dengan menggunakan blender.
b.
Menyaring daun dan disentrifius pada kecepatan 2.000 rpm selama 2
menit.
c.
Mengukur pH ekstrak daun dengan pH meter yang telah dikalibrasi dengan
buffer pH 7
d.
pH diukur sebanyak 3 kali untuk tiap sampel daun agar mendapatkan data
yang lebih akurat.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
31
4.
Kadar Air Daun
Kadar air daun diukur berdasarkan metode gravimetri (Balittanah, 2005)
dengan persamaan :
Kadar Air (%) =
bb - bk
bb
x 100
Keterangan :
bb, adalah berat basah sampel daun
bk, adalah berat kering sampel daun
Sampel daun dikeringkan dalam oven pada suhu 105 0 C selama 4 jam
untuk menghilangkan air. Kadar air dari sampel diketahui dari perbedaan berat
sampel sebelum dan setelah dikeringkan.
F.
Metode Analisis Data
Data hasil analisis kandungan asam askorbat tanaman, klorofil total, pH
daun dan kadar air daun dihitung berdasarkan formula APTI (Air Pollution
Tolerance Index) (Singh et al., 1991) :
APTI =
A T+P + R
10
Keterangan:
A = Asam askorbat total (mg/g)
T = Klorofil total (mg/g)
P = pH daun
R = Kadar air daun (%)
Data hasil pengukuran nilai APTI digunakan sebagai dasar penentuan
kriteria toleransi tanaman terhadap polusi udara yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Kriteria Toleransi Tanaman terhadap Polusi Udara (Singh et al., 1991)
Kriteria
Sensitif
Sedang
Cukup toleran
Toleran
Nilai APTI
Pohon
Perdu
Semak / Penutup Tanah
< 15
15 – 19
20 – 24
> 24
< 13
13 – 16
17 – 20
> 20
<11
11 – 14
15 – 18
> 18
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
32
G.
Skema Kegiatan Penelitian
Untuk menjelaskan secara ringkas metode penelitian yang dilakukan, maka
dibuat skema kegiatan penelitian seperti pada Gambar 10.
Penentuan Sampel
Tanaman Kontrol
(Kebun Bibit Wonorejo)
Persiapan Penelitian
Mulai Penelitian
Pohon
Data Sekunder
Asam Askorbat
Pengambilan Sampel
(Taman Pelangi)
Perdu
Semak
Penutup
Tanah
Asam Askorbat
Klorofil
pH
Kadar Air
APTI
Gambar 10. Skema Kegiatan Penelitian
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
1.
Indeks Toleransi Tanaman (Air Pollution Tolerance Index)
Indeks toleransi tanaman terhadap pencemaran udara dinyatakan dengan
suatu angka indeks yang disebut sebagai APTI (Air Pollution Tolerance Index).
APTI adalah suatu nilai yang menunjukkan tingkat toleransi tanaman terhadap
polusi udara (Dwivedi and Tripathi, 2007). Tanaman yang memiliki nilai APTI
tinggi menunjukkan tanaman tersebut toleran terhadap polusi udara, sementara
tanaman dengan nilai APTI rendah menunjukkan bahwa tanaman tersebut
kurang toleran atau sensitif terhadap pencemaran udara (Singh and Rao, 1983).
Beberapa spesies tanaman di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi
Surabaya memiliki tingkat toleransi yang berbeda.
tersebut dipengaruhi oleh jenis tanaman.
Salah satu perbedaan
Jenis tanaman dibedakan menjadi
empat jenis yaitu tanaman jenis pohon, tanaman jenis perdu, tanaman jenis
semak dan tanaman jenis penutup tanah. Masing-masing data disajikan dalam
Tabel 5.
Tanaman jenis pohon yang digunakan sebagai sampel penelitian ini yaitu
tanaman Angsana, tanaman Bungur dan tanaman keben. Tanaman Angsana
memiliki nilai APTI tertinggi yaitu 15,48 ketika tumbuh di Kebun Bibit Wonorejo;
Kemudian disusul dengan tanaman Keben dengan nilai APTI 9,94 dan tanaman
Bungur dengan nilai APTI 7,70 yang disajikan pada Gambar 11.
Nilai APTI tanaman Angsana menjadi paling rendah ketika tumbuh di Taman
Pelangi Surabaya yaitu 4,62 dibandingkan dengan spesies jenis pohon lainnya
antara lain tanaman Keben dengan nilai APTI 8,67 dan tanaman Bungur dengan
nilai APTI 5,43.
33
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
34
Tabel 5. Kriteria Toleransi dan Variabel Penyusun APTI (Air Pollution Tolerance
Index) Beberapa Spesies Tanaman Lanskap di Kebun Bibit Wonorejo
dan Taman Pelangi Surabaya
N
o
Nama
Tanaman
1
KA (%)
pH
Kategori
Toleransi
KT (mg/g)
AA (mg/g)
APTI
T
W
T
W
T
W
T
W
T
W
T
W
Angsana
74,14
29,16
6,19
5,63
10,37
3,11
4,87
1,95
15,48
4,62
sd
sn
2
Bakung
89,65
19,09
6,06
5,22
-0,33
1,47
1,30
2,71
9,71
3,72
sn
sn
3
Bungur
60,43
43,89
3,93
4,08
4,89
3,96
1,88
1,30
7,70
5,43
sn
sn
4
Drasena
Tricolor
82,44
43,81
5,52
5,54
0,04
8,14
4,22
1,95
10,59
7,05
sn
sn
5
Kasia Emas
78,94
50,24
5,89
5,59
16,95
2,86
4,22
2,38
17,53
7,04
ct
sn
6
Keben
83,37
75,43
5,09
5,68
1,65
3,01
2,38
1,30
9,94
8,67
sn
sn
7
Lantana
80,95
63,71
6,17
6,24
6,03
3,62
2,99
1,62
11,74
7,97
sd
sn
8
Nusa Indah
79,29
51,43
6,96
6,60
3,75
4,33
2,38
2,60
10,48
7,98
sd
sn
9
Pisang Hias
76,64
29,76
6,52
5,47
9,22
10,43
1,84
1,95
10,56
6,07
sn
sn
10
Pule
75,92
70,30
5,76
5,55
11,71
3,14
1,52
2,27
10,24
9,01
sd
sn
11
Ruelia
86,26
32,90
6,42
7,40
-1,46
5,19
2,17
1,84
9,70
5,61
sn
sn
12
Spider Lily
90,81
7,70
5,86
4,98
11,04
4,28
1,30
2,17
11,28
2,78
sd
sn
Keterangan :
W : Kebun Bibit Wonorejo
T : Taman Pelangi Surabaya
KA: Kadar Air; pH: Derajat Keasaman; KT: Klorofil Total; AA: Asam Askorbat
APTI: Indeks Toleransi Tanaman (Air Pollution Tolerance Index)
sd: sedang; sn: sensitif; ct: cukup toleran
18,0
16,0
15,48
14,0
12,0
9,94
10,0
8,0
6,0
8,67
7,70
5,43
4,62
4,0
2,0
70%
29%
13%
0,0
Angsana
Kebun Bibit
Bungur
Taman Pelangi
Keben
Selisih keduanya
Gambar 11. Histogram Nilai APTI Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis
Pohon di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
35
Tanaman Keben mampu beradaptasi di lingkungan yang berbeda.
Hal
tersebut dapat dilihat melalui selisih antara nilai APTI tanaman Keben di Kebun
Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya yaitu 13%. Sehingga tanaman
Keben dapat dikategorikan sebagai tanaman yang toleran terhadap pencemaran
udara.
Tanaman jenis perdu yang sama halnya dengan tanaman Angsana yaitu
tanaman Kasia Emas dengan nilai APTI tertinggi dari tanaman jenis perdu
lainnya yaitu 17,53 kemudian disusul dengan tanaman Nusa Indah dengan nilai
APTI 10,48 dan tanaman Pule dengan nilai APTI 10,24 yang disajikan pada
Gambar 12.
20,0
18,0
17,53
16,0
14,0
12,0
10,48
10,0
8,0
10,24
9,01
7,98
7,04
6,0
4,0
2,0
60%
12%
24%
0,0
Kasia Emas
Kebun Bibit
Nusa Indah
Taman Pelangi
Pule
Selisih keduanya
Gambar 12. Histogram Nilai APTI Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis
Perdu di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya
Saat tumbuh di Taman Pelangi Surabaya, nilai APTI tanaman Kasia Emas
menjadi paling rendah ketika tumbuh di Taman Pelangi Surabaya yaitu 7,04
dibandingkan dengan tanaman jenis perdu lainnya.
Hal tersebut juga
menunjukkan bahwa tanaman Kasia Emas memiliki adaptasi yang kurang baik
terhadap perubahan lingkungan di sekitarnya sehingga dapat dikategorikan
sebagai tanaman yang sensitif terhadap pencemaran udara. Nilai APTI tanaman
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
36
Pule memiliki selisih hanya 12% antara nilai APTI di Kebun Bibit Wonorejo dan
Taman Pelangi Surabaya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman Pule
merupakan tanaman yang toleran dibandingkan dengan tanaman jenis perdu
lainnya.
Tanaman jenis semak yang memiliki nilai APTI tertinggi yaitu tanaman
Drasena Tricolor dengan nilai APTI 10,59 kemudian disusul dengan tanaman
Pisang Hias dengan nilai APTI 10,56 dan tanaman Bakung dengan nilai APTI
9,71 yang disajikan pada Gambar 13.
12,0
10,0
10,59
10,56
9,71
8,0
7,05
6,07
6,0
4,0
3,72
2,0
62%
42%
33%
0,0
Bakung
Kebun Bibit
Drasena Tricolor
Taman Pelangi
Pisang Hias
Seisih keduanya
Gambar 13. Histogram Nilai APTI Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis
Semak di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya
Nilai APTI tanaman Drasena Tricolor tetap menjadi yang tertinggi
dibandingkan dengan tanaman jenis semak lainnya yaitu 7,05 meskipun tumbuh
di Taman Pelangi Surabaya yang lebih banyak pencemaran udara.
Tanaman Drasena Tricolor memiliki selisih 33% antara nilai APTI di Kebun
Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tanaman Drasena Tricolor merupakan tanaman yang toleran dibandingkan
dengan tanaman jenis semak lainnya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
37
Tanaman jenis penutup tanah yang memiliki nilai APTI tertinggi yaitu
tanaman Lantana dengan nilai APTI 11,74 kemudian disusul dengan tanaman
Spider lili dengan nilai APTI 11,28 dan tanaman Ruelia dengan nilai APTI 9,70
yang disajikan pada Gambar 14.
Sama halnya dengan tanaman Drasena
Tricolor, nilai APTI tanaman Lantana tetap menjadi yang tertinggi dibandingkan
dengan tanaman jenis penutup tanah lainnya yaitu 7,97 meskipun tumbuh di
Taman Pelangi Surabaya yang lebih banyak pencemaran udara.
Tanaman Lantana memiliki selisih 32% antara nilai APTI di Kebun Bibit
Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa
tanaman Lantana merupakan tanaman yang toleran dibandingkan dengan
tanaman jenis penutup tanah lainnya.
14,0
12,0
11,74
11,28
9,70
10,0
8,0
7,97
5,61
6,0
4,0
2,78
2,0
75%
42%
32%
0,0
Lantana
Kebun Bibit
Ruelia
Taman Pelangi
Spider Lili
Selisih keduanya
Gambar 14. Histogram Nilai APTI Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis
Penutup Tanah di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi
Surabaya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
38
2.
Variabel Penyusun Nilai APTI
Indeks toleransi tanaman terhadap pencemaran udara dinyatakan dengan
suatu angka yang disebut sebagai APTI (Air Pollution Tolerance Index). APTI
dihitung berdasarkan empat variabel penyusun nilai APTI.
Menurut Agbaire
(2009), variabel tersebut antara lain kadar air, pH, kadar klorofil total dan kadar
asam askorbat yang dapat dijadikan indikator toleransi tanaman terhadap
pencemaran udara. Spesies tanaman lanskap dari berbagai jenis tanaman di
Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya memiliki nilai APTI yang
bervariasi, hal tersebut dikarenakan variabel penyusun APTI yang berbeda
antara spesies tanaman yang satu dengan yang lainnya.
a.
Kadar Air Relatif
Kadar air merupakan perbedaan antara berat daun sebelum dan sesudah
dilakukan pengeringan yang bertujuan untuk mengetahui kadar air pada organ
tanaman; Pada organ tumbuhan, kadar air sangat bervariasi tergantung dari
jenis tumbuhan, struktur dan usia dari jaringan organ (Ronny, 2011). Beberapa
spesies tanaman lanskap di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya
juga memiliki kadar air yang berbeda antar spesies tanaman seperti yang
disajikan pada Gambar 15.
Tanaman Keben merupakan tanaman jenis pohon yang memiliki persentase
kadar air tertinggi yaitu 83,37% dibandingkan dengan spesies tanaman jenis
pohon lain di Kebun Bibit Wonorejo. Tanaman Bungur memiliki kadar air 60,43%
dan tanaman Angsana 74,14%. Kadar air tertinggi di Taman Pelangi Surabaya
diperoleh tanaman Keben juga yaitu 75,43% kemudian disusul dengan tanaman
Bungur 43,89% dan tanaman Angsana 29,16%.
Selisih antara kadar air di
Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya terkecil ditunjukkan oleh
tanaman Keben.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
39
90,0
80,0
83,37
75,43
74,14
70,0
60,43
60,0
50,0
43,89
40,0
29,16
30,0
20,0
10,0
0,0
Angsana
Bungur
Kebun Bibit
Keben
Taman Pelangi
Gambar 15. Histogram Kadar Air Daun Beberapa Spesies Tanaman Lanskap
Jenis Pohon di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi
Surabaya
Tanaman jenis perdu yang memiliki prosentase kadar air tertinggi di Kebun
Bibit Wonorejo ditunjukkan oleh tanaman Nusa Indah yaitu 79,29% kemudian
disusul dengan tanaman Kasia Emas yaitu 78,94% dan tanaman Pule yaitu
75,92% (Gambar 16).
90,0
80,0
79,29
78,94
75,92
70,30
70,0
60,0
51,43
50,24
50,0
40,0
30,0
20,0
10,0
0,0
Kasia Emas
Nusa Indah
Kebun Bibit
Pule
Taman Pelangi
Gambar 16. Histogram Kadar Air Daun Beberapa Spesies Tanaman Lanskap
Jenis Perdu di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi
Surabaya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
40
Kadar air tertinggi di Taman Pelangi Surabaya diperoleh tanaman Pule yaitu
70,30% kemudian disusul dengan tanaman Nusa Indah dengan kadar air 51,43%
dan tanaman Kasia Emas dengan kadar air 50,24%. Selisih antara kadar air di
Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya terkecil ditunjukkan oleh
tanaman Pule.
Tanaman jenis semak yang memiliki prosentase kadar air tertinggi di Kebun
Bibit Wonorejo ditunjukkan oleh tanaman Bakung yaitu 89,65% kemudian disusul
dengan tanaman Drasena Tricolor yaitu 82,44% dan tanaman Pisang Hias yaitu
76,64%.
Kadar air tertinggi di Taman Pelangi Surabaya diperoleh tanaman
Drasena Tricolor yaitu 43,81% kemudian disusul oleh tanaman Pisang Hias
dengan kadar air 29,76% dan tanaman Bakung dengan kadar air 19,09%.
Selisih antara kadar air di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya
terkecil ditunjukkan oleh tanaman Drasena Tricolor (Gambar 17).
100,0
90,0
89,65
82,44
76,64
80,0
70,0
60,0
50,0
43,81
40,0
30,0
20,0
29,76
19,09
10,0
0,0
Bakung
Drasena Tricolor
Kebun Bibit
Pisang Hias
Taman Pelangi
Gambar 17. Histogram Kadar Air Daun Beberapa Spesies Tanaman Lanskap
Jenis Semak di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi
Surabaya
Tanaman jenis penutup tanah yang memiliki prosentase kadar air tertinggi di
Kebun Bibit Wonorejo ditunjukkan oleh tanaman Spider lili yaitu 90,81%
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
41
kemudian disusul oleh tanaman Ruelia dengan kadar air 86,26% dan tanaman
Lantana yaitu 80,95%. Kadar air tertinggi di Taman Pelangi Surabaya diperoleh
tanaman Lantana yaitu 63,71% kemudian disusul oleh tanaman Ruelia dengan
kadar air 32,90% dan tanaman Spider lili dengan kadar air 7,70%. Selisih antara
kadar air di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya terkecil
ditunjukkan oleh tanaman Lantana (Gambar 18).
Tanaman yang memiliki selisih angka terkecil antara kadar air di Kebun Bibit
Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya merupakan tanaman yang toleran
terhadap perubahan lingkungan. Hal tersebut ditunjukkan oleh tanaman Keben
dari jenis pohon, tanaman Pule dari jenis perdu, tanaman Drasena Tricolor dari
jenis semak dan tanaman Lantana dari jenis penutup tanah yang memiliki daya
adaptasi untuk mengontrol kadar air yang dihasilkan ketika tumbuh di Kebun Bibit
Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya yang lebih padat dengan aktifitas
transportasi.
100,0
90,0
90,81
86,26
80,95
80,0
70,0
63,71
60,0
50,0
40,0
32,90
30,0
20,0
7,69
10,0
0,0
Lantana
Ruelia
Kebun Bibit
Spider Lily
Taman Pelangi
Gambar 18. Histogram Kadar Air Daun Beberapa Spesies Tanaman Lanskap
Jenis Penutup Tanah di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi
Surabaya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
42
b.
pH Ekstrak Daun
pH merupakan variabel penyusun APTI yang digunakan sebagai salah satu
indikator toleransi tanaman.
pH ekstrak daun tertinggi untuk jenis tanaman
pohon ditunjukkan oleh tanaman Angsana dengan nilai pH 6,19 di Kebun Bibit
Wonorejo.
pH tanaman Angsana lebih rendah yaitu 5,63 ketika tumbuh di
Taman Pelangi Surabaya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pencemaran udara
yang mengandung berbagai macam gas beracun bagi tanaman dapat
mempengaruhi tingkat kemasaman tanaman Angsana.
Tanaman Bungur
memiliki nilai pH yaitu 3,93 ketika tumbuh di Kebun Bibit Wonorejo dan lebih
tinggi yaitu 4,08 ketika tanaman Bungur tumbuh di Taman Pelangi Surabaya.
Sama halnya dengan tanaman Bungur, nilai pH tanaman Keben juga cenderung
lebih tinggi ketika tumbuh di Taman Pelangi Surabaya yaitu 5,68 dibandingkan
dengan pH tanaman Keben ketika tumbuh di Kebun Bibit Wonorejo yaitu 5,09.
Nilai pH yang terdapat pada tanaman jenis pohon disajikan pada Gambar 19.
7,0
6,0
6,19
5,68
5,63
5,09
5,0
3,93
4,0
4,08
3,0
2,0
1,0
0,0
Angsana
Bungur
Kebun Bibit
Keben
Taman Pelangi
Gambar 19. Histogram pH Ekstrak Daun Beberapa Spesies Tanaman Lanskap
Jenis Pohon di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya
Tanaman jenis perdu yang memiliki nilai pH tertinggi di Kebun Bibit
Wonorejo ditunjukkan oleh tanaman Nusa Indah dengan nilai pH 6,96 kemudian
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
43
disusul tanaman Kasia Emas dengan nilai pH 5,89 dan tanaman Pule dengan
nilai pH 5,76. pH tanaman jenis perdu menjadi lebih rendah ketika tumbuh di
Taman Pelangi Surabaya.
8,0
6,96
7,0
6,0
5,89
6,60
5,76
5,59
5,55
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
Kasia Emas
Nusa Indah
Kebun Bibit
Pule
Taman Pelangi
Gambar 20. Histogram pH Ekstrak Daun Beberapa Spesies Tanaman Lanskap
Jenis Perdu di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya
Tanaman Nusa Indah memiliki nilai pH tertinggi dibandingkan dengan
tanaman jenis perdu yang lain yaitu 6,60 kemudian disusul tanaman Kasia Emas
dengan nilai pH 5,59 dan tanaman Pule dengan nilai pH 5,55. Nilai pH tanaman
jenis perdu di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya disajikan pada
Gambar 20.
Tanaman jenis semak yang memiliki nilai pH tertinggi di Kebun Bibit
Wonorejo ditunjukkan oleh tanaman Pisang Hias dengan nilai pH 6,52 kemudian
disusul tanaman Bakung dengan nilai pH 6,06 dan tanaman Drasena Tricolor
dengan nilai pH 5,54. Beberapa pH tanaman jenis semak menjadi lebih rendah
ketika tumbuh di Taman Pelangi Surabaya. Tanaman Pisang Hias memiliki nilai
pH 5,47 dan tanaman Bakung dengan nilai pH 5,22. Tanaman Drasena Tricolor
memiliki nilai pH hampir sama antara yang tumbuh di Kebun Bibit Wonorejo dan
Taman Pelangi Surabaya. Hal ini menunjukkan bahwa pH tanaman Drasena
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
44
Tricolor tidak dipengaruhi oleh perubahan kondisi udara sekitar.
Nilai pH
tanaman jenis semak di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya
disajikan pada Gambar 21.
7,0
6,52
6,06
6,0
5,22
5,52
5,54
5,47
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
Bakung
Drasena Tricolor
Kebun Bibit
Pisang Hias
Taman Pelangi
Gambar 21. Histogram pH Ekstrak Daun Beberapa Spesies Tanaman Lanskap
Jenis Semak di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi
Surabaya
Tanaman jenis penutup tanah yang memiliki nilai pH tertinggi di Kebun Bibit
Wonorejo ditunjukkan oleh tanaman Ruelia dengan nilai pH 7,40 kemudian
disusul tanaman Lantana dengan nilai pH 6,24 dan tanaman Spider Lili dengan
nilai pH 5,86. Beberapa pH tanaman jenis penutup tanah menjadi lebih tinggi
ketika tumbuh di Taman Pelangi Surabaya. Tanaman Ruelia memiliki nilai pH
tertinggi dibandingkan dengan tanaman jenis penutup tanah lainnya yaitu 7,40
kemudian disusul tanaman Lantana dengan nilai pH 6,17. Nilai pH tanaman
Spider lili justru semakin rendah menjadi 4,98 ketika tumbuh di Taman Pelangi
Surabaya, tidak seperti tanaman Ruelia dan tanaman Lantana yang semakin
meningkat. Nilai pH tanaman jenis penutup tanah disajikan pada Gambar 22.
Perubahan nilai pH pada setiap spesies berbeda-beda. Ada yang meningkat
dan ada pula yang menurun. Hal tersebut menunjukkan bahwa pencemaran
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
45
udara yang mengandung berbagai macam gas beracun bagi tanaman dapat
mempengaruhi tingkat kemasaman tanaman di Kebun Bibit Wonorejo dan
Taman Pelangi Surabaya.
8,0
7,0
7,40
6,17
6,24
6,42
5,86
6,0
4,98
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
Lantana
Ruelia
Kebun Bibit
Spider Lili
Taman Pelangi
Gambar 22. Histogram pH Ekstrak Daun Beberapa Spesies Tanaman Lanskap
Jenis Penutup Tanah di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi
Surabaya
c.
Kadar Klorofil Total
Klorofil atau zat hijau daun merupakan pigmen yang dimiliki oleh berbagai
organisme dan menjadi salah satu molekul yang berperan utama dalam
fotosintesis.
Fotosintesis adalah suatu proses yang hanya terjadi pada
tumbuhan yang berklorofil dan bakteri fotosintetik, dimana energi matahari
(dalam bentuk foton) ditangkap dan diubah menjadi energi kimia (ATP dan
NADPH). Energi kimia ini digunakan untuk fotosintesa karbohidrat dari air dan
karbon dioksida. Jadi, seluruh molekul organik lainnya dari tanaman disintesa
dari energi dan adanya organisme hidup lainnya tergantung pada kemampuan
tumbuhan atau bakteri fotosintetik untuk berfotosintesis (Devlin, 1975).
Fotosintesis berfungsi untuk mengolah makanan bagi tanaman sehari-hari.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
46
Kadar klorofil suatu tanaman memiliki perbedaan antara tanaman yang satu
dengan tanaman yang lain. Beberapa spesies tanaman lanskap di Kebun Bibit
Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya juga memiliki kadar klorofil yang cukup
bervariasi (Gambar 23).
12,0
10,37
10,0
8,0
6,0
4,0
4,88
3,96
3,11
3,01
1,65
2,0
0,0
Angsana
Bungur
Kebun Bibit
Keben
Taman Pelangi
Gambar 23. Histogram Kadar Klorofil Total Beberapa Spesies Tanaman Lanskap
Jenis Pohon di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya
Tanaman jenis pohon yang memiliki kadar klorofil tertinggi di Kebun Bibit
Wonorejo yaitu tanaman Angsana dengan kadar klorofil total 10,37 kemudian
disusul dengan tanaman Bungur dengan kadar klorofil total 4,89 dan tanaman
Keben dengan kadar klorofil total 1,65. Tanaman Angsana dan tanaman Bungur
mengalami penurunan kadar klorofil total yaitu 3,11 mg/g dan 3,96 mg/g ketika
tumbuh di Taman Pelangi Surabaya, berbeda dengan tanaman Keben yang
kadar klorofil total semakin meningkat yaitu 3,01 mg/g.
Tanaman jenis perdu yang memiliki kadar klorofil tertinggi di Kebun Bibit
Wonorejo yaitu tanaman Kasia Emas dengan kadar klorofil total 16,95 mg/g dan
disusul dengan tanaman Pule dengan kadar klorofil total 11,71 mg/g dan
tanaman Nusa Indah dengan kadar klorofil total 3,75 mg/g (Gambar 24).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
47
18,0
16,95
16,0
14,0
11,71
12,0
10,0
8,0
6,0
4,0
2,86
3,75
4,33
3,14
2,0
0,0
Kasia Emas
Nusa Indah
Kebun Bibit
Pule
Taman Pelangi
Gambar 24. Histogram Kadar Klorofil Total Beberapa Spesies Tanaman Lanskap
Jenis Perdu di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya
Tanaman jenis semak yang memiliki kadar klorofil tertinggi di Kebun Bibit
Wonorejo yaitu tanaman Pisang Hias dengan kadar klorofil total 9,22 mg/g
disusul dengan tanaman Drasena Tricolor dengan kadar klorofil total 0,04 mg/g
dan tanaman Bakung dengan kadar klorofil total -0,33 mg/g (Gambar 25).
12,0
10,43
10,0
9,22
8,14
8,0
6,0
4,0
1,47
2,0
0,0
-0,33
Bakung
0,04
Drasena Tricolor
Pisang Hias
-2,0
Kebun Bibit
Taman Pelangi
Gambar 25. Histogram Kadar Klorofil Total Beberapa Spesies Tanaman Lanskap
Jenis Semak di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
48
Tanaman jenis semak mengalami peningkatan kadar klorofil total ketika
tumbuh di Taman Pelangi Surabaya. Pisang Hias dengan kadar klorofil total
10,43 mg/g dan disusul dengan tanaman Drasena Tricolor dengan kadar klorofil
total 8,14 mg/g dan tanaman Bakung dengan kadar klorofil total 1,47 mg/g.
Tanaman jenis penutup tanah yang memiliki kadar klorofil tertinggi di Kebun
Bibit Wonorejo yaitu tanaman Spider lili dengan kadar klorofil total 11,04 mg/g
disusul dengan tanaman Lantana dengan kadar klorofil total 6,03 mg/g dan
tanaman Ruelia dengan kadar klorofil total -1,46 mg/g. Beberapa tanaman jenis
penutup tanah mengalami penurunan kadar klorofil total ketika tumbuh di Taman
Pelangi Surabaya. Spider lili dengan kadar klorofil total 4,28 mg/g dan tanaman
Lantana dengan kadar klorofil total 3,62 mg/g. Berbeda dengan kedua spesies
tanaman tersebut, tanaman Ruelia justru mengalami peningkatan kadar klorofil
total yaitu 5,19 mg/g (Gambar 26).
12,0
11,04
10,0
8,0
6,02
5,18
6,0
4,0
4,28
3,62
2,0
-1,45
0,0
-2,0
Lantana
Ruelia
Spider Lili
-4,0
Kebun Bibit
Taman Pelangi
Gambar 26. Histogram Kadar Klorofil Total Beberapa Spesies Tanaman Lanskap
Jenis Penutup Tanah di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi
Surabaya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
49
d.
Kadar Asam Askorbat
Askorbat berperan penting dalam beberapa proses fisiologis tanaman
diantaranya adalah pertumbuhan, diferensiasi dan metabolisme.
Selain itu
askorbat juga berfungsi sebagai pereduktor untuk beberapa radikal bebas
sehingga dapat meminimalkan kerusakan yang disebabkan oleh oxidative stress.
Askorbat dapat ditemukan dalam kloroplas, sitosol, vakuola, dan ruang
ekstra seluler sel. Kloroplas mengandung banyak enzim yang dapat mereduksi
askorbat dari bentuk teroksidasi (McKersie dan Leshem, 1994).
Beberapa spesies tanaman lanskap di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman
Pelangi Surabaya memiliki kadar asam askorbat yang bervariasi. Tanaman jenis
pohon yang memiliki kadar asam askorbat tertinggi di Kebun Bibit Wonorejo yaitu
tanaman Angsana dengan kadar asam askorbat yaitu 4,87 mg/g disusul dengan
tanaman Keben 2,38 mg/g dan tanaman Bungur 1,88 mg/g. Tanaman tersebut
mengalami penurunan kadar askorbat ketika tumbuh di Taman Pelangi
Surabaya, diantaranya yaitu tanaman Angsana dengan kadar asam askorbat
1,95 mg/g, tanaman Keben dan tanaman Bungur 1,30 mg/g (Gambar 27).
6,0
5,0
4,87
4,0
3,0
2,0
2,38
1,95
1,88
1,30
1,30
1,0
0,0
Angsana
Bungur
Kebun Bibit
Keben
Taman Pelangi
Gambar 27. Histogram Kadar Asam Askorbat Beberapa Spesies Tanaman
Lanskap Jenis Pohon di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman
Pelangi Surabaya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
50
Tanaman jenis perdu yang memiliki kadar asam askorbat tertinggi di Kebun
Bibit Wonorejo yaitu tanaman Kasia Emas dengan kadar asam askorbat yaitu
4,22 mg/g disusul dengan tanaman Nusa Indah 2,38 mg/g dan tanaman Pule
1,52 mg/g (Gambar 28).
4,5
4,22
4,0
3,5
3,0
2,38
2,5
2,38
2,60
2,27
2,0
1,51
1,5
1,0
0,5
0,0
Kasia Emas
Nusa Indah
Kebun Bibit
Pule
Taman Pelangi
Gambar 28. Histogram Kadar Asam Askorbat Beberapa Spesies Tanaman
Lanskap Jenis Perdu di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman
Pelangi Surabaya
Beberapa tanaman jenis perdu mengalami peningkatan kadar askorbat
ketika tumbuh di Taman Pelangi Surabaya, diantaranya yaitu tanaman Nusa
Indah dengan kadar asam askorbat menjadi 2,60 mg/g, tanaman Keben dan
tanaman Pule dengan kadar asam askorbat 2,27 mg/g.
Berbeda dengan
tanaman Kasia Emas yang mengalami penurunan kadar asam askorbat yaitu
menjadi 2,38 mg/g.
Tanaman jenis semak yang memiliki kadar asam askorbat tertinggi di
Kebun Bibit Wonorejo yaitu tanaman Drasena Tricolor dengan kadar asam
askorbat yaitu 4,22 mg/g disusul dengan tanaman Pisang Hias 1,84 mg/g dan
tanaman Bakung 1,30 mg/g (Gambar 29).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
51
4,5
4,22
4,0
3,5
3,0
2,71
2,5
1,95
2,0
1,5
1,84
1,95
1,30
1,0
0,5
0,0
Bakung
Drasena Tricolor
Kebun Bibit
Pisang Hias
Taman Pelangi
Gambar 29. Histogram Kadar Asam Askorbat Beberapa Spesies Tanaman
Lanskap Jenis Semak di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman
Pelangi Surabaya
Beberapa tanaman jenis semak mengalami peningkatan kadar askorbat
ketika tumbuh di Taman Pelangi Surabaya, diantaranya yaitu tanaman Pisang
Hias dengan kadar asam askorbat menjadi 1,95 mg/g dan tanaman Bakung
dengan kadar asam askorbat 2,71 mg/g. Berbeda dengan tanaman Drasena
Tricolor yang mengalami penurunan kadar asam askorbat yaitu menjadi 1,95
mg/g.
Tanaman jenis penutup tanah yang memiliki kadar asam askorbat tertinggi
di Kebun Bibit Wonorejo yaitu tanaman Lantana dengan kadar asam askorbat
yaitu 2,99 mg/g disusul dengan tanaman Ruelia 2,17 mg/g dan tanaman Spider
lili 1,30 mg/g (Gambar 30).
Beberapa tanaman jenis penutup tanah mengalami penurunan kadar
askorbat ketika tumbuh di Taman Pelangi Surabaya, diantaranya yaitu tanaman
Lantana dengan kadar asam askorbat menjadi 1,62 mg/g dan tanaman Ruelia
dengan kadar asam askorbat 1,84 mg/g. Berbeda dengan tanaman Spider lili
yang mengalami kenaikan kadar asam askorbat yaitu menjadi 2,17 mg/g.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
52
3,5
2,99
3,0
2,5
2,17
2,0
2,17
1,84
1,62
1,30
1,5
1,0
0,5
0,0
Lantana
Ruelia
Kebun Bibit
Spider Lili
Taman Pelangi
Gambar 30. Histogram Kadar Asam Askorbat Beberapa Spesies
Tanaman Lanskap Jenis Penutup Tanah di Kebun
Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya
3.
Hubungan Asam Askorbat dengan Nilai APTI
Kadar asam askorbat merupakan salah satu variabel penyusun nilai APTI
yang berkorelasi dengan nilai APTI. Semakin tinggi kadar asam askorbat dalam
tanaman, maka semakin tinggi pula nilai APTI suatu tanaman dan begitu juga
sebaliknya.
Hal tersebut ditunjukkan secara statistik dalam sebuah grafik
hubungan yaitu nilai R2=0.524 di Kebun Bibit Wonorejo yang menunjukkan
bahwa ada korelasi hubungan positif antara kadar asam askorbat dengan nilai
APTI, tetapi kadar asam askorbat tidak berkorelasi dengan nilai APTI di Taman
Pelangi Surabaya nilai R2=0.084 yang menunjukkan bahwa tidak ada korelasi
10,000
5,000
0,000
APTI
APTI
antara kadar klorofil dengan nilai APTI (Gambar 31).
0,000
2,000
4,000
6,000
Asam Askorbat (mg/g)
APTI
y = 0,270x + 5,628
R² = 0,028
10
5
0
0
1
2
3
Asam Askorbat (mg/g)
APTI
y = -0,838x + 8,006
R² = 0,037
(a)
(b)
Gambar 31. Hubungan Asam Askorbat dengan APTI di (a) Kebun Bibit Wonorejo
dan (b) Taman Pelangi Surabaya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
53
Nilai kadar Asam Askorbat pada masing-masing jenis tanaman memiliki
hubungan positif dengan Nilai APTI. Hal tersebut ditunjukkan pada Gambar 32,
Gambar 33, Gambar 34 dan Gambar 35. Semakin tinggi kadar Asam Askorbat
tanaman maka semakin tinggi pula nilai APTI tanaman tersebut.
10
8,672
9
8
7
6
5
4,870
5,433
4,618
4
3
2,381
1,883
2
1
0
Angsana
Bungur
Asam Askorbat
Keben
APTI
Gambar 32. Kadar Asam Askorbat Tanaman Jenis Pohon dengan Nilai APTI
10
9,005
9
7,983
8
7,037
7
6
5
4,221
4
3
2,381
1,515
2
1
0
Kasi Emas
Nusa Indah
Asam Askorbat
Pule
APTI
Gambar 33. Kadar Asam Askorbat Tanaman Jenis Perdu dengan Nilai APTI
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
54
8
7,046
7
6,074
6
5
3,781
4
4,221
3
2
1,840
1,299
1
0
Bakung
Drasena Tricolor
Asam aAskorbat
Pisang Hias
APTI
Gambar 34. Kadar Asam Askorbat Tanaman Jenis Semak dengan nilai APTI
9
7,971
8
7
5,606
6
5
4
3
2,992
2,775
2,165
2
1,299
1
0
Lantana
Ruelia
Asam aAskorbat
Spider Lili
APTI
Gambar 35. Kadar Asam Askorbat Tanaman Jenis Penutup Tanah dengan
Nilai APTI
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
55
B.
Pembahasan
Peningkatan
jumlah
kendaraan
bermotor
berpotensi
meningkatkan
pencemaran udara terutama di jalan-jalan protokol. Untuk mengurangi semakin
tingginya bahan pencemar yang dihasilkan kendaraan bermotor, perlu adanya
pohon-pohon yang berfungsi sebagai penyerap dan penjerap bahan pencemar
dan debu di udara yang dihasilkan kendaraan bermotor.
Tingkat toleransi tanaman terhadap pencemaran udara berbeda antar
spesies, tergantung kapasitas tanaman untuk bertahan terhadap pengaruh
bahan pencemar tanpa memperlihatkan kerusakan apapun. Perbedaan tingkat
toleransi antar spesies tanaman ini ditunjukkan dengan nilai APTI (Air Pollution
Tolerance Index) yang berbeda pula antar spesies tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi nilai APTI dan variabel
penyusun nilai APTI. Perbedaan tersebut disebabkan oleh kapasitas variabel
penyusun APTI yang berbeda pula dari spesies tanaman terhadap pencemaran
udara. Lakshmi, Sravanti, Srinivas (2009) mengatakan dalam penelitiannnya
bahwa spesies tanaman yang berbeda menunjukkan tingkat toleransi yang cukup
bervariasi dan tergantung pada tingkat sensitivitas tanaman terhadap lingkungan.
Tanaman dengan kriteria sensitif dan memiliki nilai APTI rendah dapat menjadi
bioindikator.
Tingkat toleransi dari spesies tanaman yang dinilai melalui perubahan pada
variabel penyusun APTI yaitu asam askorbat, klorofil total, kadar air relatif dan
pH ekstrak daun. Terdapat beberapa spesies dari jenis tanaman tertentu yang
ditemukan toleran di daerah studi sepanjang pinggiran daerah perkotaan tetapi
sensitif dalam wilayah studi di daerah perkotaan. Seperti yang dikatakan dalam
penelitian ini bahwa tanaman Angsana merupakan tanaman yang memiliki nilai
APTI tertinggi dibandingkan dengan jenis pohon lain di Kebun Bibit Wonorejo dan
dikategorikan sebagai tanaman yang memiliki toleransi sedang. Namun kriteria
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
56
toleransi tanaman Angsana menjadi sensitif ketika berada di Taman pelangi
Surabaya (Gambar 11).
Di antara beberapa spesies tanaman lanskap jenis pohon yang memiliki
tingkat toleransi tinggi yaitu tanaman Keben.
Tanaman Keben meupakan
tanaman yang paling toleran di atara tanaman jenis pohon yang lain.
Hal
tersebut ditunjukkan dengan selisih APTI di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman
Pelangi Surabaya yang tidak berbeda jauh.
Tanaman Keben dapat tumbuh baik di Kebun Bibit Wonorejo karena
lingkungan Kebun Bibit yang jauh dari aktifitas transportasi. Selain itu, tanaman
Keben juga dapat tumbuh baik di Taman Pelangi Surabaya yang dekat dengan
aktifitas transportasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman Keben memiliki
daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan sekitar.
Begitu juga dengan tanaman jenis perdu, semak dan penutup tanah yang
memiliki nila APTI tinggi dibandingkan dengan tanaman lain yang sejenis.
Tanaman dari jeis perdu yang toleran yaitu tanaman Pule yang memiliki kadar
asam askorbat lebih tinggi ketika berada di Taman Pelangi Surabaya. Dengan
tingginya kadar asam askorbat dalam tubuh tanaman, maka tanaman tersebut
mampu membentuk antioksidan yang lebih banyak untuk meminimalis terjadinya
radikal bebas yang dapat timbul karena adanya aktifitas transportasi.
Tanaman-tanaman yang berfungsi sebagai fitoindikator menunjukkan
penurunan nilai APTI dengan semakin meningkatnya kadar polutan udara. Hal
tersebut dapat dilihat pada Gambar 11 yang menunjukkan bahwa nilai APTI
beberapa spesies tanaman lanskap yang berada di tempat terpolusi memiliki nilai
APTI yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai APTI tanaman saat berada di
tempat yang jauh dari aktifitas transportasi. Berbeda dengan penelitian Agbaire
(2009) dan Agbaire and Esiefarienrhe (2009) yang menunjukkan bahwa nilai
APTI tanaman yang tumbuh di lokasi yang terkena polusi adalah lebih tinggi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
57
dibandingkan dengan nilai APTI tanaman yang berada di lokasi terkontrol atau
jauh dari aktifitas transportasi.
pH ekstrak daun berbanding lurus dengan klorofil total.
Apabila pH
mengalami penurunan, maka kadar klorofil total juga relatif mengalami
penurunan. Sigh (1991) menyebutkan bahwa nilai APTI telah didapatkan dari
korelasi antara asam askorbat, klorofil total, pH dan kadar air relatif.
Nilai APTI akan bernilai tinggi apabila kadar asam askorbat dalam tanaman
tinggi pula. Dengan ditunjang dengan kadar klorofil total yang ditambah dengan
pH dan kadar air, maka APTI akan semakin tinggi.
pH merupakan indikator suatu tanaman yang menentukan bahwa tanaman
tersebut toleran atau sensitif.
Apabila pH cenderung rendah, maka tanaman
tersebut dikatakan sebagai tanaman yang toleran. Karena dengan pH asam
yang ditunjang dengan kadar klorofil yang tinggi, maka suatu tanaman akan
dapat membentuk suatu antioksidan yang berupa asam askorbat. Kersie and
Leshem (1994) mengatakan bahwa asam askorbat dapat ditemukan dalam
kloroplas, sitosol, vakuola dan ruang ekstra seluler sel. Sekitar 20-40 % askorbat
di dalam mesofil berada dalam kloroplas. Kloroplas mengandung banyak enzim
yang dapat mereduksi askorbat dari bentuk teroksidasi.
Pada sebuah grafik hubungan antara kadar air dengan nilai APTI, pH
ekstrak daun dengan nilai APTI, kadar klorofil total dengan nilai APTI dan kadar
asam askorbat dengan nilai APTI, yang paling mendekati angka 1 adalah kadar
asam askorbat. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada korelasi hubungan positif
antara asam askorbat dengan nilai APTI. Semakin tinggi asam askorbat suatu
tanaman, maka nilai APTI yang dihasilkan juga akan semakin tinggi. Begitu juga
sebaliknya, semakin rendah asam askorbat suatu tanaman, maka semakin
rendah pula nilai APTI tanaman tersebut. Hal ini seperti yang dikatakan oleh
Sigh, et al (1991) tentang formula APTI.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
IV. SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Hasil penelitian yang dilakukan di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman
Pelangi Surabaya tentang toleransi beberapa spesies tanaman lanskap, dapat
disimpulkan bahwa :
1.
Spesies tanaman dengan kadar asam askorbat yang tinggi dari masingmasing jenis tanaman memiliki tingkat toleransi yang tinggi pula
dibandingkan dengan spesies tanaman lain dari masing-masing jenis
tanaman.
2.
Kadar asam askorbat berkorelasi positif dengan nilai APTI. Semakin tinggi
kadar asam askorbat maka semakin tinggi pula nilai APTI suatu tanaman.
B.
Saran
Penelitian tentang toleransi beberapa spesies tanaman lanskap di Taman
Pelangi Surabaya diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menentukan jenis-jenis tanaman lanskap yang toleran terhadap
pencemaran udara.
Diperlukan penelitian lanjutan tentang analisis faktor yang mempengaruhi
tingkat toleransi beberapa spesies tanaman lanskap untuk mengetahui faktor
yang memiliki korelasi paling tinggi dengan toleransi tanaman lanskap.
58
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR PUSTAKA
Agbaire, P.O. 2009. Air Pollution Tolerance Index (APTI) of some plants around
Erkoike-Kokori oil exploration site of Delta State. Nigeria. International
Journal of Physical Science Vol.4(6): 366-368.
Agbaire P.O., E. Esiefarienrhe, 2009. Air Pollution Tolerance Index (APTI) of
some plants around Otorogun Gas Plant in Delta State, Nigeria. J.
Appl. Sci. Environ. Manage. Vol. 13(1) 11 – 14.
Anjali, M. Kumar, N. Singh, K. Pal. 2012. Effect of sulphur dioxide on plant
biochemicals. International Journal Of Pharma Professional’s Research.
Vol 3(2) 627 – 634.
Apriyantono A., D. Fardiaz, N.L. Puspitasari, Sedarnawati, S. Budiyanto. 1989.
Analisis Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Bagus,
N.
2012.
Hymenocalis
speciosa
atau
Spider
Lily
http://d2landscape.birojasabali.com/2012/07/hymenocalis-speciosaatau-spiderlily.html Diakses pada tanggal 11 Januari 2014.
Balittanah. 2005. Penuntun Analisis Kimia Tanah dan Tanaman. Bogor: Balai
Penelitian Tanah.
Bhattacharya, T., L. Kriplani, S. Chakraborty. 2013. Seasonal Variation in Air
Pollution Tolerance Index of Various Plant Species of Baroda City.
Universal Journal of Environmental Research and Technology. Volume
3, Issue 2: 199-208
Das, S., P. Pramila. 2010. Seasonal variation in air polution tolerance indices and
selection of plant species for industrial areas of rourkela. IJEP 30 (12):
978-988.
Dwivedi A.K., B.D. Tripathi. 2007. Pollution tolerance and distribution pattern of
plants in surrounding area of coal-fired industries. J Environ Biol.
(2):257-263.
Enete, C. Ifeanyi, CE. Ogbonna. 2012. Evaluation of Air Pollution Tolerance
Index (APTI) Of Some Selected Ornamental Shrubs in Enugu City,
Nigeria. IOSR Journal of Environmental Science, Toxicology and Food
Technology (IOSR-JESTFT. Volume 1 (2): 22-25.
Esfahani, A., H. Amin, N. Samadi, S. Kar, M. Hoodaji, M. Shirvani, K. Porsakhi.
2013. Assesment of Air Pollution Tolerance Index of HigherbPlants
Suitable for Green Belt Development in East of Esfahan City, Iran.
Journal of Ornamental and Horticultural Plants. 3(2): 87-94.
Fardiaz, Srikandi, FG. Winarno, Dedi Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi
Pangan. Jakarta: Gramedia 179 hal.
59
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
60
Gaikwad, Ranade, Gadgil. 2006. Plants as bio-indicators of automobile exhaust
pollution (a case study of Sangli City). Journal-EN Vol. 86. March 2006.
Hendry, G.A.F., J.P. Grime. 1993. Methods on comparative plant ecology, a
laboratory manual. London : Chapman and Hill.
Hidayat, A. 2013. Fungsi Tanaman sebagai Pengontrol Iklim dalam Lanskap.
http://www.anakagronomy.com/2013/11/fungsi-tanaman-sebagaipengontrol-iklim.html Diakses pada tanggal 5 Januari 2013.
Joker, D. 2002. Informasi Singkat Benih : Pterocarpus indicus Willd. Indonesia
Forest Seed Project. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan
Departemen Kehutanan Republik Indonesia http://www.dephut.go.id
Diakses pada tanggal 31 Desember 2013.
Lakshmi PS, Sravanti KL, Srinivas N. 2009. Air Pollution Tolerance Index of
various plant species growing in industrial areas. Department of
Environmental Studies, G. I. T. A. M. University, Visakhapatnam.
Loewus, F. A., M.W. Loewus. 1987. Biosynthesis and metabolism of L-ascorbic
acid in plants. Crit Rev Plant Sci 5: 101-119.
Lutfi,
A.
2009.
Bahan
Pencemar
Udara
http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran_lingkungan/bahanpencemar-udara/ Diakses pada tanggal 31 Oktober 2013.
McKersie, B. D., Y.Y. Leshem. 1994. Stress and Stress Coping in Cultivated
Plants. Dordrecht: Kluwer Academic.
Miria, A., A.K. Basheer. 2013. Air Pollution Tolerance Index and Carbon Storage
of Select Urban Trees - A Comparative Study. International Journal of
Applied Research and Studies. ISSN: 2278-9480 Volume 2, Issue 5.
498-505.
Murniyati,
E.
2009.
Tanaman
Hias
Lantana.
http://endahmurniyati.wordpress.com/2009/04/17/lantana/ Diakses pada
tanggal 11 Januari 2014.
Nabihaty,
F.
2012.
Tanaman
Hias
Tricolor.
http://smarttien.blogspot.com/2012/11/tanaman-hias-tricolor.html
Diakses pada tanggal 11 Januari 2014.
Nasrullah, N., S. Gandanegara, H. Suharsono., M. Wungkar, A. Gunawan. 2000.
Pengukuran Serapan Polutan Gas NO2 pada Tanaman Tipe Pohon,
Semak dan Penutup Tanah dengan Menggunakan Gas NO 2 Bertanda
15
N. Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Isotop dan Radiasi 1996/1997. Badan Tenaga Atom Nasional, Pusat
Aplikasi Isotop dan Radiasi. 181-186.
Nazaruddin. 1996. Penghijauan Kota. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
61
Noctor, G., C. H. Foyer. 1998. Ascorbate and gluthatione: keeping active oxygen
under control. Annu Rev Plant Physiol Plant Mol Biol 49: 249-279.
Novi,
H.
2012.
Pletekan
(Ruellia
tuberosa,
L.)
http://hidayahnovi.wordpress.com/2012/06/27/pletekan-ruellia-tuberosal/ Diakses pada tanggal 11 Januari 2014.
Nugrahani, P. 2005. Faktor Fisiologis Tanaman yang Menentukan Serapan
Polutan Gas NO2 dan Nilai Visual Jalur Hijau Jalan Kota Surabaya.
Tesis Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
------------------. 2008. Studi Potensi Biomonitoring Beberapa Spesies Tanaman
Semak Hias terhadap Pencemaran Udara Perkotaan. Jurnal Kimia
Lingkungan 9 (2):115-122.
Nugrahani, P., E. Prasetyawati. 2011. Semak Hias Elemen Lanskap Perkotaan
sebagai Fitoindikator Pencemaran Udara Sulfur Dioksida dalam Kajian
Hormesis. Seminar hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
yang didanai DP2M DIKTI,RISTEK, KKP3T, KPDT, PEMDA dan
UPNVJ. UPN “Veteran” Jawa Timur.
Nugrahani, P., E. Prasetyawati. 2013. Laporan Penelitian Fundamental. UPN
“Veteran” Jawa Timur (tidak dipublikasikan).
Nurfaida, T. Dariati, C.W.B. Yanti. 2011. Bahan Ajar Ilmu Tanaman Lanskap.
Program Hibah Penulisan Buku Ajar. Universitas Hasanuddin.
Makassar. 159 hlm.
Puspa, KI., G. Lestari. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Penebar Swadaya.
Jakarta. 84 hlm.
Randhi, U.D., M.A. Reddy. 2013. Air Pollution Tolerance Levels of Selected
Urban Plant Species in Industrial Areas of Hyderabad (A.P), India.
International Journal Of Scientific Researc Vol. 2: 294-296.
Ronny.
2011.
Analisis
Kadar
Air
Tanaman.
http://ronnymulya.blogspot.com/2011/12/analisis-kadar-air-tanaman.html
Diakses pada tanggal 20 Desember 2013.
Singh, SK. DN Rao, J. Agrawal. J, Pandey, D. Narayan. 1991. Air pollution
tolerance index of plants. Journal of Environment Management, Vol 32 :
45-55.
Smirnoff, N. 1996. The function and metabolism ascorbic acid in plants. Ann Bot
78: 661-669.
Smirnoff, N., G.L. Wheeler. 2000. Ascorbic acid in plants: biosynthesis and
function. Crit Rev Biochem Mol Biol 35: 291 -314.
Sogolagro. 2011. Keben. http://sogolagro.wordpress.com/2011/05/04/keben/
Diakses pada tanggal 11 Januari 2014.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
62
Subandi, A. 2008. Metabolisme. http://metabolisme.blogspot.com/2007/09.
Diakses pada tanggal 06 Januari 214.
Sulistijorini. 2009. Keefektifan dan Toleransi Jenis Tanaman Jalur Hijau Jalan
dalam Mereduksi Pencemar NO2 Akibat Aktivitas Transportasi. Disertasi
Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Thambavani, D. S., J. Maheswari. 2012. Evaluation of anticipated performance
index of certain tree species in Virudhunagar. IPCSIT vol.38: 171-177.
Wasissa. 2012. Tanaman Potensial Peyerap Polutan http://www.stppbogor.ac.id/html/index.php?id=artikel&kode=76 Diakses pada tanggal 6
Nopember 2013.
Zendrato,
D.
2010.
Angsana
(Pterocarpus
indicus Willd.)
http://deslisumatran.wordpress.com/2010/03/20/angsana-pterocarpusindicus-willd/ Diakses pada tanggal 5 Januari 2013.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Download