II. A. TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Udara Umumnya bahan pencemar udara adalah berupa gas-gas beracun (hampir 90 %) dan partikel-partikel zat padat. Gas-gas beracun ini berasal dari pembakaran bahan bakar kendaraan, dari industri dan dari rumah tangga. Selain gas-gas beracun di atas, pembakaran bahan bakar kendaraan juga menghasilkan partikel-partikel karbon dan timah hitam yang berterbangan mencemari udara. Bentuk-bentuk zat pencemar yang sering terdapat dalam atmosfer antara lain yaitu : 1. Asap : Padatan dalam gas yang berasal dari pembakaran tidak sempurna 2. Gas : Keadaan gas dari cairan atau bahan padatan. 3. Embun : Tetesan cairan yang sangat halus yang tersuspensi di udara. 4. Uap : Keadaan gas dari zat padat tempat volatil atau cairan. 5. Awan : Uap yang dibentuk pada tempat yang tinggi. 6. Kabut : Awan yang terdapat di ketinggian yang rendah. 7. Debu : Padatan yang tersuspensi dalam udara yang dihasilkan dari pemecahan bahan. 8. Haze : Partikel-partikel debu atau gas yang tersuspensi dalam tetes air. Gas-gas beracun hasil dari pembakaran bahan bakar ini biasanya berupa oksida-oksida karbon (karbon dioksida, karbon monokisida) dan nitrogen (nitrogen monoksida, nitrogen dioksida, dinitrogen oksida) dan senyawa-senyawa hidrokarbon. Pencemaran udara diperkirakan semakin meningkat dan meluas seiring dengan semakin cepatnya proses industralisasi dan makin banyaknya kendaraan bermotor. Pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh penyebab pencemaran udara di perkotaan (Lutfi, 2009). 5 Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 6 Komponen pencemar udara yang bersumber dari kegiatan transportasi di Indonesia yang paling banyak berpengaruh sebagai pencemar udara adalah CO, NOx, SOx HC dan partikulat (Tabel 1). Tabel 1.Komponen Pencemar Udara yang Bersumber dari Kegiatan Transportasi Persentase Komponen Karbon Monoksida (CO) Nitrogen Oksida (NOx) Sulfur Oksida (SO x) Hidrokarbon (HC) Partikel 70,50 8,89 0,88 18,34 1,33 Sumber : Lutfi (2009) B. Indikator Toleransi Tanaman terhadap Pencemaran Udara 1. APTI (Air Pollution Tolerance Index) Toleransi tanaman terhadap polusi udara dinyatakan dengan suatu angka indeks yang disebut sebagai APTI (Air Pollution Tolerance Index). APTI adalah suatu angka yang menunjukkan tingkat toleransi tanaman terhadap polusi udara (Dwivedi and Tripathi, 2007). APTI disusun dari empat parameter yaitu asam askorbat daun, klorofil total daun, pH daun dan kadar air daun. Beberapa penelitian menunjukkan dampak bahan pencemar udara terhadap masing-masing parameter secara terpisah. Parameter yang terpisah ini tidak dapat menunjukkan hasil konsisten; tanaman terhadap pencemaran udara Oleh karena itu indeks toleransi yang didasarkan pada keempat parameter, dijadikan indikator toleransi tanaman terhadap pencemaran udara (Agbaire, 2009). Pengukuran parameter tersebut diketahui bahwa tingkat toleransi terhadap pencemaran udara berbeda antar spesies tanaman. Hal ini ditunjukkan dengan nilai APTI yang berbeda pula antar spesies tanaman. APTI (Air Pollution Tolerance Index) dipergunakan oleh para ahli lanskap sebagai salah satu kriteria seleksi tanaman yang tahan terhadap polusi udara. Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 7 Nilai APTI juga dipergunakan sebagai dasar penetapan tanaman bioindikator terhadap polusi udara (Gaikwad, et al., 2006 dan Nugrahani, 2008). Menurut Thambavani and Maheswari (2012), tanaman Mangga (Mangifera Indica) memiliki skor APTI tertinggi yaitu lebih dari 60 dan merupakan tanaman jenis pohon toleran terhadap pencemaran udara. Tanaman Mangga ini baik untuk ditanam di daerah lalu lintas yang menghasilkan banyak polusi khususnya di daerah perkebunan kawasan industri Virudhunagar, India. Dalam penelitian Agbaire (2009), ditemukan respon berbeda dari sepuluh spesies tanaman di sekitar stasiun eksplorasi minyak Erhoike-Kokori negara Delta dengan empat parameter fisiologis dan biokimia yaitu kadar air relatif (RWC) kandungan asam askorbat (AA), jumlah klorofil daun (TCH) dan ekstrak daun pH yang digunakan untuk menghitung nilai-nilai APTI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menggabungkan berbagai parameter ini memberikan hasil yang lebih dapat diandalkan daripada parameter individual. Tanaman Psidium guajava merupakan tanaman yang paling toleran, diikuti oleh Elaesis guineensis, Musa paradisiaca, Bambosa bambosa, Anacadium occidentale, Terminalia catappa, Manihot exculenta, Imperata silindrica, Chromolaena odorata dan Mangifera indica. Nugrahani dan Prasetyawati (2011) menyebutkan dari hasil penelitiannya bahwa diantara ketiga tanaman yang diteliti yaitu tanaman Nusa Indah, Ubi Hias dan Ruelia, semua tergolong dalam kriteria tanaman sensitif terhadap polutan udara khususnya SO , berdasarkan nilai APTI (< 16). Selain memiliki nilai APTI 2 terendah, tanaman Nusa Indah (Mussaenda, sp.) secara visual menunjukkan gajala kerusakan pada daun dan bunga pada perlakuan paparan SO dengan 2 konsentrasi 10 ppm (K3); Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tanaman Nusa Indah dapat menjadi fitoindikator terhadap pencemaran udara SO . 2 Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 8 Tanaman dikatakan toleran apabila memiliki nilai APTI lebih dari 24 untuk jenis pohon, lebih dari 20 untuk jenis perdu dan lebih dari 18 untuk jenis semak serta penutup tanah. Hasil penelitian Nurfaida, Dariati dan Yanti (2011), tingkat toleransi tanaman dikatakan cukup apabila memiliki nilai APTI yaitu 20 - 24 untuk jenis pohon, 17 - 20 untuk jenis perdu dan 15 - 18 untuk jenis semak serta penutup tanah. Tingkat toleransi tanaman dikatakan sedang apabila memiliki nilai APTI 15 - 19 untuk jenis pohon, 13 - 16 untuk jenis perdu dan 11 - 14 untuk jenis semak serta penutup tanah. Tanaman dikatakan sensitif apabila memiliki nilai APTI kurang dari 15 untuk jenis pohon, kurang dari 13 untuk jenis perdu dan 11 untuk jenis semak serta penutup tanah. Semakin besar nilai APTI maka tanaman semakin toleran. Tanaman dari jenis pohon merupakan tanaman yang memiliki nilai APTI paling tinggi dibandingkan dengan tanaman dari jenis perdu, semak maupun tanaman penutup tanah. Esfahani, Amin, Samadi, Kar, Hoodaji, Shirvani and Porsakhi (2013) mengevaluasi tentang tingkat toleransi yang tanaman di Esfahan, Iran dengan menggunakan formula APTI. Ekstrak daun dari sembilan spesies tanaman menunjukkan peningkatan kadar pH, asam askorbat, klorofil dan kadar air relatif. Nilai APTI tertinggi dtunjukkan oleh tanaman Morus alba sedangkan tanaman dengan nilai APTI terendah yaitu tanaman Cercis siliquastrum. Penelitia serupa dilakukan oleh Randhi dan Reddy (2013) tentang tingkat toleransi polusi udara spesies tanaman industri di area Hyderabad (A.P), India yang menunjukkan bahwa dari 16 spesies tanaman dianalisis dua jenis pohon seperti Delonix regia Hook memiliki nilai APTI lebih tinggi. Clerodendrum paniculatum L., Samania saman Jacq. dan Azardirachta indica A. Juss. menunjukkan kapasitas toleransi yang sedang dan tanaman spesies lainnya seperti Syzygium jinten Li, Terminalia catappa L., Millingtonia hortensis Lf, Terminalia arjuna Roxb., Pongamia pinnata L., Polyalthia longifonia Sonn. Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 9 Emblica officinalis Gaertner., Swietenia mahagoni L. dan Saraca indica L. Spesies tanaman yang tersisa seperti Peltophorum pterocarpum DC., Alestonia scholaris L., Ficus religiosa L., dijadikan sebagai bio-indikator karena merupakan tanaman yang sensitif terhadap polusi udara. Enete, Ifeanyi and Ogbonna (2012) mengatakan bahwa nilai APTI tanaman jenis semak hias seperti tanaman Bush dan Ixora Merah memiliki nilai APTI rendah sehingga merupakan tanaman yang sensitif terhadap pencemaran udara. Beberapa peneliti melengkapi nilai APTI dengan menambahkan kriteria lain. Sulistijorini (2009) menambahkan parameter laju pertumbuhan relatif (CGR) ke dalam nilai APTI untuk menggambarkan kondisi pertumbuhan tanaman dan menambahkan karakter biologi yang meliputi : ukuran tanaman, bentuk kanopi, tipe pertumbuhan dan struktur helai daun, serta nilai ekonomis tanaman ke dalam nilai APTI agar lebih tepat untuk menyeleksi tanaman sebagai elemen jalur hijau. Bhattacharya, Kriplani and Chakraborty (2013) menambahkan perlakuan musim untuk menentukan nilai APTI tanaman Polyalthia longifolia, Azadirachta indica, dan tanaman Mangifera indica di kota Barado. Berdasarkan formul APTI tanpa menggunakan perlakuan musim, tanaman ditemukan memiliki tingkat toleransi sebagai berikut: Agar Polyalthia longifolia lebih besar dari Azadirachta indica lebih besar dari Ficus bengalensis lebih besar dari Acacia Arabica lebih besar dari Peltophorum pterocarpum lebih besar dari Mangifera indica; Tetapi jika nilai APTI dan rata-rata semua musim ini dipertimbangkan maka hasilnya adalah sebagai berikut: Azadirachta indica lebih besar dari Polyalthia longifolia lebih besar dari Mangifera indica lebih besar dari Ficus bengalensis lebih besar dari Acacia arabika lebih besar dari Peltophorum pterocarpum. Semua spesies menunjukkan variasi musiman yang tidak signifikan kecuali Acacia arabika. Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 10 Miria and Basheer (2013) mengidentifikasi Mangifera Indica yang merupakan tanaman toleran terhadap polusi udara yang tinggi dan memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat dengan penyimpanan karbon yang baik dan dianjurkan untuk ditanam sebagai tanaman tepi jalan dan pohon hias di daerah perkotaan. Singh, et al., (1991) menyebutkan bahwa parameter biokimia tanaman antara lain kadar asam askorbat tanaman, klorofil total, pH daun dan kadar air daun dihitung berdasarkan formula APTI (Air Pollution Tolerance Index) : APTI = A T+P + R 10 Data hasil pengukuran nilai APTI digunakan sebagai dasar penentuan kriteria toleransi tanaman jenis pohon, perdu, semak dan penutup tanah terhadap polusi udara seperti yang terdapat pada Tabel 2. Tabel 2. Kriteria Toleransi Tanaman terhadap Polusi Udara (Singh, et al., 1991) Nilai APTI Kriteria Sensitif Sedang Cukup toleran Toleran 2. Pohon Perdu Semak / Penutup Tanah < 15 15 – 19 20 – 24 > 24 < 13 13 – 16 17 – 20 > 20 <11 11 – 14 15 – 18 > 18 Variabel Penyusun Nilai APTI (Air Pollution Tolerance Index) Toleransi tanaman terhadap bahan pencemar dapat dilihat dari beberapa variabel penyusun nilai APTI (Air Pollution Tolerance Index) yaitu asam askorbat, klorofil total, pH ekstrak daun dan kadar air daun (Singh, et al., 1991). a. Asam Askorbat L-asam askorbat (vitamin C) merupakan vitamin penting dalam diet manusia dan tersedia melimpah dalam jaringan tanaman (Loewus & Loewus, 1987; Smirnoff, 1996; Smirnoff & Wheeler, 2000; Noctor & Foyer, 2005). Daundaun hijau mengandung askorbat sama banyaknya dengan klorofil. Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Askorbat 11 berperan penting dalam beberapa proses fisiologis tanaman diantaranya adalah pertumbuhan, diferensiasi, dan metabolisme. Selain itu askorbat juga berfungsi sebagai pereduktor untuk beberapa radikal bebas sehingga dapat meminimalkan kerusakan yang disebabkan oleh oxidative stress. Askorbat dapat ditemukan dalam kloroplas, sitosol, vakuola, dan ruang ekstra seluler sel. Sekitar 20-40 % askorbat di dalam mesofil berada dalam kloroplas. Kloroplas mengandung banyak enzim yang dapat mereduksi askorbat dari bentuk teroksidasi (McKersie and Leshem, 1994). Gambar 1. Sintesis dan degradasi L-asam askorbat dalam jaringan tanaman (McKersie and Leshem, 1994) Askorbat disintesis dari D-glukosa; Sebagai anti oksidan askorbat akan bereaksi dengan superoksida, hidrogen peroksida atau radikel tocoperoksil membentuk asam monodehidroaskorbat dan atau asam dehidroaskorbat. Bentuk tereduksi ini akan kembali membentuk askorbat dengan bantuan monodehidroaskorbat reduktase dan dehidroaskorbat reduktase. Dehidroaskorbat tidak stabil pada pH lebih besar dari 6 dan akan terurai menjadi Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 12 tartrat dan oksalat; Guna mencegah hal ini, dehidroaskorbat tereduksi secara cepat oleh dehidroaskorbat reduktase menggunakan ekuivalen pereduksi dari glutathione (GSH) (Gambar 1). b. Klorofil Klorofil atau zat hijau daun adalah pigmen yang dimiliki oleh berbagai organisme dan menjadi salah satu molekul berperan utama dalam fotosintesis. Klorofil memberi warna hijau pada daun tumbuhan hijau dan alga hijau, tetapi juga dimiliki oleh berbagai alga lain, dan beberapa kelompok bakteri fotosintetik. Molekul klorofil menyerap cahaya merah, biru, dan ungu, serta memantulkan cahaya hijau dan sedikit kuning, sehingga mata manusia menerima warna ini; Pada tumbuhan darat dan alga hijau, klorofil dihasilkan dan terisolasi pada plastida yang disebut kloroplas. Klorofil memiliki beberapa bentuk. Klorofil-a terdapat pada semua organisme autotrof. Klorofil-b dimiliki alga hijau dan tumbuhan darat. Klorofil-c dimiliki alga pirang, alga keemasan, serta diatom (Bacillariophyta). Klorofil-d dimiliki oleh alga merah (Rhodophyta). Selain berbeda rumus kimia, jenis-jenis klorofil ini juga berbeda pada panjang gelombang cahaya yang diserapnya. Klorofil yang bervariasi memiliki struktur kimia yang berkemiripan, yaitu terdiri dari porfirin tertutup (siklik), suatu tetrapirol, dengan ion magnesium di pusatnya dan "ekor" terpena. Kedua gugus ini adalah kromofor ("pembawa warna") dan berkemampuan mengeksitasi elektron apabila terkena cahaya pada panjang gelombang tertentu. c. pH pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu pH daun. pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH lebih besar dari 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 13 basa sedangkan nilai pH lebih kecil dari 7 menunjukkan keasaman. pH 0 menunjukkan derajat keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi. Indikator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit/konduktivitas suatu larutan. Istilah pH berasal dari "p", lambang matematika dari negative logaritma, dan "H", lambang kimia untuk unsur Hidrogen. Defenisi yang formal tentang pH adalah negative logaritma dari aktivitas ion Hydrogen. pH adalah singkatan dari power of Hydrogen. d. Kadar Air Daun Kadar air daun adalah perbedaan antara berat daun sebelum dan sesudah dilakukan pengeringan yang bertujuan untuk mengetahui kadar air pada organ tanaman. Berat sebelum dilakukan pemanasan atau biasa disebut dengan berat basah merupakan berat mula-mula. Berat kering merupakan berat bahan setelah dilakukan pengeringan. Pengeringan ini dapat dilakukan dengan cara mengoven bahan sehingga seluruh airnya menguap. otomatis berat bahan akan berkurang. Saat air menguap, Jumlah pengurangan ini dianggap sebagai selisih antar berat basah dan berat kering. Perbandingan dari pengurangan berat dan berat awal inilah yang kemudian diubah menjadi persen dan kadar air ditemukan; Pada organ tumbuhan, kadar air sangat bervariasi, tergantung dari jenis tumbuhan, struktur tumbuhan dan usia dari jaringan organ (Ronny, 2011). Air yang digunakan untuk transpirasi tanaman sebanyak 99%, dan yang di gunakan untuk hidrasi 1%, termasuk untuk memelihara dan menyebabkan pertumbuhan yang lebih baik. Bahan yang mempunyai kadar air yang tinggi akan mempercepat pembusukan karena bakteri lebih menyukai tempat-tempat yang lembab, sehingga bakteri dengan mudah dan cepatnya mengembang (Fardiaz, Srikandi, Winarno dan Fardiaz, 1980). Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 14 C. Tanaman Lanskap Tanaman lanskap adalah tanaman yang dibudidayakan di suatu tapak/lahan yang secara fungsional berdayaguna dan secara estetis memiliki seni/nilai keindahan sehingga antara satu dan lainnya dapat melahirkan suatu kesatuan yang harmonis. Tanaman lanskap merupakan salah satu unsur dengan berbagai ragam potensi dalam lanskap dan memiliki fungsi yang tidak terhingga. Tanaman lanskap mempunyai berbagai bentuk, ukuran, warna, tekstur dan karakter yang beragam (Nurfaida, Dariati dan Yanti, 2011). Tanaman dalam elemen lanskap meliputi pohon, perdu, semak dan penutup tanah. Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang memiliki keunggulan karena keunikan atau keindahan daun-daunnya sedangkan tanaman semak adalah tanaman yang pertumbuhannya rendah. Fungsi penggunaan tanaman merupakan suatu pendekatan baru dalam memecahkan permasalahan lanskap. Sampel tanaman yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Tanaman Angsana (Pterocarpus indica Willd) Kingdom Divisi Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Fabales : Fabaceae : Pterocarpus : P. indicus Angsana (Gambar 2) merupakan pohon meranggas dan jenis tanaman pohon tinggi, tingginya dapat mencapai 10-40 meter. Diameter batang 2 meter. Pohon yang kadang-kadang menjadi raksasa rimba, tinggi hingga 40 m dan gemang mencapai 350 cm. Batang sering beralur atau berbonggol, biasanya dengan akar papan (banir). Tajuk lebat serupa kubah, dengan cabang-cabang yang merunduk hingga dekat tanah. Pepagan (kulit kayu) abu-abu kecoklatan, memecah atau serupa sisik halus, mengeluarkan getah bening kemerahan apabila dilukai. Daun majemuk menyirip gasal, panjang 12-30 cm. Anak daun 5- Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 15 13, berseling pada poros daun, bundar telur hingga agak jorong, 6-10 × 4-5 cm, dengan pangkal bundar dan ujung meruncing, hijau terang, gundul, dan tipis (Joker, 2012). 2. Tanaman Bakung (Crinum asiaticum) Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Species : Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida : Liliales : Amaryllidaceae : Lilium : Crynum asiaticum L Tanaman Bakung (Gambar 2) memiliki tinggi lebih kurang 1 meter. Batang semu, tegak, lunak, dan warna putih kehijauan. Daun tunggal, bentuk lanset, ujung meruncing, pangkal tumpul. Perbungaan bentuk payung, pangkal mahkota berdekatan membentuk corong, warna putih, putik panjang, warna ungu, kepala sari warna jingga. Tumbuhan bakung mengandung likorina, krinidina, hemantamina dan krinamina. (a) (b) Gambar 2. ( a ) Tanaman Angsana dan ( b ) Tanaman Bakung Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 16 3. Tanaman Bungur (Lagerstroemia loudoni) Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Ordo : Myrtales Famili : Lythraceae Genus : Lagerstroemia Linnaeus Spesies : Lagerstroemia loudoni Bungur (Gambar 3) adalah tanaman berbentuk pohon yang tingginya mencapai 5-25 m. percabangan-nya. Batangnya umumnya bengkok, demikian juga dengan Daunnya berbentuk jorong dengan panjang 24 cm dan lebarnya 12 cm. Bunganya berbentuk malai yang panjangnya mencapai 40 cm, berwarna ungu. Umumnya, tanaman ini banyak dijumpai sebagai peneduh jalan. 4. Tanaman Drasena Tricolor (Dracaena marginata Tricolor) Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida : Liliales : Liliaceae : Dracaena : Dracaena marginata Tanaman Drasena Tricolor (Gambar 3) merupakan tanaman yang memiliki tinggi mencapai ketinggian hingga 10 kaki, daun berbentuk kecil, panjang. Spesies dasar memiliki daun warna hijau dengan tepi merah. Varietas Tricolor mempunyai 3 warna yaitu kuning, hijau dan merah sehingga menghasilkan efek hijau keemasan. Menurut penelitian Nabihaty (2012), tanaman drasena ini berfungsi menyerap polusi udara seperti gas NO pencemaran udara di ubah menjadi NO2 (nitrogen dioksida), gas CO2 (karbondioksida), gas CO (karbonmonoksida). Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 17 (a) (b) Gambar 3. ( a ) Tanaman Bungur dan ( b ) Tanaman Drasena Tricolor 5. Tanaman Kasia Emas (Cassia surattensis) Kingdom Divisi Ordo Famili Spesies : Plantae : Spermatophyta : Resales : Leguminosae : Cassia surattensis Tanaman Kasia Emas (Gambar 4) memiliki tinggi 8-10 m. Tegak, berkayu, halus, percabangan simpodial, putih keabu-abuan. Daun majemuk, tangkai bulat, panjang ± 7 cm, putih kehijauan, lonjong, tepirata, pangkal dan ujung tumpul, tipis, halus, pertulangan menyirip, panjang 4-5 cm, lebar 2-3 cm, berwarna hijau. Kulit batang dan akar tanaman Kasia Emas mengandung alkaloida dan polifenol. 6. Tanaman Keben (Barringtonia asiatica) Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) : Lecythidales : Lecythidaceae : Barringtonia : Barringtonia asiatica Kurz. Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 18 Keben (Gambar 4) merupakan tanaman yang berbentuk pohon dan berkayu lunak memiliki diameter sekitar 50 cm dengan ketinggian 4-16 meter. Keben mempunyai sistem perakaran yang banyak dan sebagian tergenang di air laut ketika sedang pasang. Banyak percabangan yang terletak di bagian bawah batang mendekati tanah. Bentuk daunnya cukup besar, mengkilap dan berdaging. Daun mudanya berwarna merah muda dan akan berubah menjadi kekuningan setelah tua (Sogolagro, 2011). (a) (b) Gambar 4. ( a ) Tanaman Kasia Emas dan ( b ) Tanaman Keben 7. Tanaman Lantana (Lantana camara) Kingdom Divisi Kelas Ordo Familia Genus Species : Plantae : Spermathophyta : Dicotyledonae : Tubiflorae : Verbenaceae (jati-jatian) : Lantana : Lantana camara Bentuk tanaman Lantana (Gambar 5) yang merambat sehingga sering kali ditanam dalam bak-bak taman. Bunganya bergerombol dengan warna yang sangat beragam. Ada yang merah, merah muda, kuning, dan putih. Bahkan ada beberapa warna yang terdapat dalam satu kelopak bunga. Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Bunga muda 19 berwarna agak pucat dan lama kelamaan berubah makin tua. Bunganya adalah bunga majemuk, tersusun dalam sebuah bulir pendek, dan muncul dari ketiak daun. Tanaman ini hampir sepanjang tahun selalu berbunga (Murniyati, 2009). Gambar 5. Tanaman Lantana 8. Tanaman Nusa Indah (Mussaenda pubescens) Kingdom Divisi Ordo Famili Genus Spesies Nusa Indah : Plantae : Angiosperms : Gentianales : Rubiaceae : mussaenda : Mussaenda pubescens (Gambar 6) adalah perdu yang berasal dari familia Rubiaceae atau kopi-kopian yang tumbuh liar di lereng bukit, semak-belukar, dan biasanya dipelihara sebagai tanaman hias. Gambar 6. Tanaman Nusa Indah Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 20 9. Tanaman Pisang Hias (Musa paradisiaca) Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Species : Plantae : Spermatophyta : Monocotyledonae : Zingiberales : Musaceae : Musa : Musa paradisiaca Daun Pisang Hias (Gambar 7) berbentuk elips, permukaan daunnya licin, berwarna hijau hingga keungu-unguan. Ujung daun runcing; sementara tepian daun ada yang rata, ada sobek-sobek, ada pula yang robek berpilin. Panjang daun antara 30 - 120 cm, sedangkan lebarnya 15 - 25 cm. Jumlah daun pada setiap batang 5 - 12 helai. Daun memiliki pelepah yang saling bertumpuk membentuk batang semu. Braktea merupakan modifikasi daun yang tumbuh di bawah tangkai bunga pada tanaman, seringkali tidak nampak, namun kadangkadang sangat menarik seperti petal. 10. Tanaman Pule (Rauvolfia serpentine) Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Gentianales : Apocynaceae : Rauvolfia serpentine Pule (Gambar 7) yang termasuk perdu tegak ini tumbuh mencapai 1 m, batangnya silindris dengan percabangan berarna coklat abu-abu yang mengeluarkan cairan jernih bila dipatahkan. Tanaman ini kadang ditemukan di pekarangan rumah sebagai tanaman hias, tetapi lebih sering tumbuh liar di ladang, hutan jati atau tempat-tempat lain sampai ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Bunganya bunga majemuk, dengan mahkota bunga putih atau dadu berkumpul berbentuk payung keluar dari ketiak daun atau percabangan. Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. ujung 21 (a) (b) Gambar 7. ( a ) Tanaman Pisang Hias dan ( b ) Tanaman Pule 11. Tanaman Ruelia (Ruellia tuberosa L.) Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Scrophulariales : Acanthaceae : Ruellia : Ruellia tuberosa L. Habitus tanaman Ruellia (Gambar 8) merupakan tanaman semusim, tinggi 0,4-0,9 m. Batangnya tegak, pangkal sedikit berbaring, bersegi, hijau. Daunya Tunggal, bersilang berhadapan, bentuk solet, ujung membulat, pangkal runcing, tepi bergigi, panjang 6-18 cm, lebar 3-9 cm, licin, pertulangan menyirip, hijau. Bunganya Majemuk, bentuk payung, diketiak daun, terdiri 1-15 bunga, kelopak 23 cm, benang sari melekat pada tabung mahkota berjumlan 4, dasar mahkota membentuk tabung, ujung berlekuk 5, panjang 3,5-5 cm, ungu. Menurut beberapa sumber, tanaman dengan genus Ruellia ini memiliki khasiat sebagai antioksidan, antidiabetes, antihipertensi, antipiuretik dan biasa ditambahkan dalam minuman kesehatan (Novi, 2012). Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 22 Gambar 8. Tanaman Ruelia 12. Tanaman Spider Lili (Hymenocalis speciosa) Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida : Liliales : Liliaceae : Hymenocallis salisb : Hymenocalis speciosa Tanaman Spider Lili (Gambar 9) memiliki satu tangkai yang terdiri atas 6-7 kuntum bunga. Daunnya kekal berwarna hijau walaupun selepas bunganya gugur. Bunganya cantik berwarna putih dengan lima kelopak, tidak ubah seperti laba-laba putih hinggap di celah dahan pepohon. Memiliki bagian tengah bunga berwana kuning (Bagus, 2012). Gambar 9. Tanaman Spider Lili Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 23 Suatu tanaman memiliki beberapa fungsi dari penggunaan tanaman dalam lanskap meliputi : 1. Fungsi Estetika Tanaman Fungsi estetika tanaman digunakan untuk memberikan keindahan dan kenyamanan. Estetika tanaman dapat memberikan seni hidup untuk meningkatkan kualitas visual lingkungan dengan penampilan warna dan bentuk arsitektur taman. Tanaman dapat menciptakan daya tarik dari bayangan ranting dan daun-daun apabila ditempatkan sebagai dinding atau pagar. Tanaman dapat digunakan sebagai latar tanaman lainnya dan dapat diatur untuk visual obyektif dan struktural. 2. Fungsi Arsitektur Tanaman Tanaman dapat digunakan untuk membentuk dinding, lantai dari perbedaan pertumbuhan dan karakteristik daun-daunnya. Semak-semak dapat menciptakan dinding, menyaring atau menghalang pandangan yang dapat memberikan perlindungan Tanaman penutup tanah dengan daun-daun dan karakteristik teksturnya yang seragam memberikan nuansa seperti lantai arsitektural. 3. Fungsi Tanaman Secara Teknis Fungsi tanaman secara teknis yaitu dapat menghalau serta melembutkan cahaya matahari di permukaan dan di dalam air serta dapat menghalau cahaya kendaraan dan jalan. Tanaman yang banyak ranting dan daun dapat menyerap dan mengurangi kebisingan. Menurut Nazaruddin (1996), tanaman semak merupakan jenis tanaman yang agak kecil dan rendah, serta pertumbuhannya cenderung merambat atau melebar. Contoh jenis tanaman semak hias adalah lidah mertua (Sanseviera trifasciata), tricolor (Dracaena marginata, nusa indah (Mussaenda philippica). Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 7 Tahun 2002 menjelaskan, bahwa semak hias adalah tanaman yang pertumbuhan optimal batangnya mempunyai garis tengah maksimal 5 cm dengan ketinggian 2 meter. Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 24 4. Tanaman Sebagai Penyerap Polutan Tanaman yang ditanam pada jalur hijau jalan di perkotaan digunakan untuk memenuhi beberapa fungsi antara lain, fungsi untuk memperbaiki iklim mikro, yaitu menurunkan suhu, meningkatkan kelembapan udara dan menurunkan intensitas sinar matahari; Sedangkan fungsi secara teknis adalah untuk mengurangi dan menurunkan tingkat pencemaran udara dengan cara menyerap polutan (Nugrahani, 2005). Fungsi tanaman sebagai pengendali iklim menjadi sangat penting karena berkaitan dengan kenyamanan berbagai aktivitas dan kegiatan manusia. Iklim yang dapat dikendalikan oleh tanaman tidak hanya yang berkaitan dengan cuaca (suhu, kelembaban, radiasi matahari dan angin), melainkan juga berkaitan dengan aroma, dan suara. Secara umum, fungsi pengendalian iklim yang dilakukan tanaman terhadap elemen lanskap dan komponen yang lainnya adalah sebagai berikut : a. Filtrasi dan meningkatkan kualitas udara Tanaman yang berklorofil dapat menyerap karbondioksidan (CO2) dalam melaksanakan proses fotosintesis dan menghasilkan oksigen (O2) sehingga udara yang berada di sekitar pertanaman menjadi lebih segar. Gas CO2 yang merupakan sumber utama penyebab pemanasan global dapat direduksi sehingga lingkungan menjadi lebih segar. Selain meningkatkan kualitas udara dengan meningkatkan kandungan O2 di lingkungan, tanaman juga dapat menjadi penyaring udara. Tanaman pohon atau perdu dengan tajuk yang rapat, secara fisik dapat menahan debu dan abu yang beterbangan. Debu dan abu yang beterbangan akan tertahan pada tajuk-tajuk tanaman dan pada akhirnya dapat tercuci pada saat hujan dan atau saat tanaman melakukan gutasi pada malam hari. Kombinasi filter secara fisik oleh tajuk tanaman dan adanya O 2 yang dihasilkan dapat meminimalisir atau bahkan menghilangkan polusi bau. Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 25 Beberapa tanaman yang berfungsi sebagai filter adalah Angsana (Pitherocarpus indicus), Akasia Daun Lebar (Accasia magium), Oleander (Nerium oleander), Bogenvil (Bougenvillea sp) dan Teh-Tehan Pangkas (Acalypha sp). b. Peneduh dan pengendali suhu Tanaman dapat menyerap radiasi matahari dan memantulkannya sehingga radiasi yang sampai di permukaan tanah menjadi berkurang. Berkurangnya radiasi matahari di permukaan tanah membuat energi yang dihasilkan juga lebih lemah sehingga panas yang ada juga berkurang. Energi panas yang lebih kecil juga menjadikan suhu yang ada lebih rendah. Berkurangnya CO2 karena diserap tanaman membuat panas yang diterima permukaan bumi juga dapat leluasa dipantulkan kembali ke atmosfer sehingga menghilangkan suasana panas dan menimbulkan suasana sejuk. Intensitas cahaya yang sampai ke permukaan tanah juga berkurang karena adanya tajuk yang menghalangi radiasi. Berkurangya intensitas cahaya menjadikan lingkungan di bawah tanaman menjadi teduh. Beberapa tanaman yang bisa dijadikan peneduh adalah Kiara Payung (Fillicium decipiens), Tanjung (Mimusops elengi), dan Angsana (Pitherocarphus indicus). c. Pengendali Suara Beberapa jenis tanaman dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tanaman (pohon, perdu, semak atau penutup tanah) yang paling efektif untuk meredam suara adalah yang mempunyai tajuk yang tebal dan bermassa daun padat. Jenis-jenis tanaman tersebut diperlukan pada tempat-tempat yang berada di pinggir jalan yang membutuhkan ketenangan dan kenyamanan antara lain yaitu tempat fasilitas umum (tempat ibadah, pendidikan, kesehatan, perkantoran dan lainya). Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 26 Contoh tanaman yang bertajuk tebal dan massa daun padat antara lain Tanjung, Kiara Payung, Teh-Tehan Pangkas, Puring, Pucuk Merah, Kembang Sepatu, Bougenville dan Oleander. d. Pengendali angin Tanaman tidak hanya berfungsi mengurangi kecapatan angin karena sifat fisik yang dimiliki, tetapi juga dapat menyerap, mengalirkan dan mengubah angin. Pengendalian angin yang dilakukan tanaman dapat menciptakan iklim mikro yang nyaman untuk aktivitas manusia. Secara umum, tanaman mampu menurunkan kecepatan angin hingga 75 – 85 %. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis tanaman untuk pengendali angin adalah tinggi pohon, bentuk tajuk, kerapatan tajuk dan lebar tajuk (Hidayat, 2013). Beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai pengendali angin adalah Cemara (Cassuarina equisetifolia), Angsana (Pitherocarphus indicus), Tanjung (Mimusops elengi), Kiara Payung (Filicium decipiens) dan Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis). Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 hingga bulan Desember 2014. Pengambilan sampel spesies tanaman kontrol dilakukan di Kebun Bibit Wonorejo Surabaya dan sampel spesies tanaman yang terkena polusi dilakukan di Taman Pelangi Ahmad Yani Surabaya. Analisis kadar asam askorbat, klorofil total, pH ekstrak daun dan kadar air dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan tanaman dan bahan kimia. Bahan tanaman berupa daun segar dari spesies tanaman hias jenis pohon (yaitu Tanaman Bungur, Keben dan Angsana), jenis perdu (yaitu Tanaman Pule, Nusa Indah dan Kasia Emas), jenis semak (yaitu Tanaman Bakung, Heliconia dan Drasena Tricolor) serta tanaman hias jenis penutup tanah (yaitu Tanaman Spider Lily, Ruelia dan Lantana) yang disajikan dalam Tabel 3. Bahan kimia yang dipergunakan untuk penelitian ini yaitu Aceton 80%, Asam Oksalat 4%, larutan 2,4-Dischlorophenol indophenol (DCPIP) 0,1% (Merck®) dan aquadestilata. Peralatan yang digunakan adalah gunting pangkas, spectrophotometer (Cole Pomer® 1100 RS), sentrifuge (Hettich® EBA 8), pH meter, timbangan digital (Sentra® EL 4105), oven, blender, peralatan gelas, mikro pipet 10 µL, kertas saring Whatman 41, Optical Dencity (OD) dan peralatan tulis (ATK). C. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non treatment yang menggunakan metode survey. Sampel tanaman yang digunakan yaitu spesies tanaman lanskap berdasarkan kadar asam askorbat tanaman (Sulistijorini, 2009) yang 27 Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 28 diperoleh dari data hasil penelitian sebelumnya. Penelitian tersebut menggunakan 50 spesies tanaman lanskap yang diambil di Kebun Bibit Wonorejo Surabaya dan dianalisa kadar asam askorbat sehingga diperoleh data asam askorbat tinggi, sedang dan rendah dari masing-masing jenis tanaman. Kadar asam askorbat tersebut digunakan sebagai acuan dalam menentukan tanaman sampel di Taman Pelangi Surabaya pada penelitian ini. D. Sampel Penelitian Banyaknya sampel yang diperlukan dalam penelitian ini berjumlah 36 spesies tanaman yaitu masing-masing 3 spesies dari tanaman jenis pohon, perdu, semak dan penutup tanah dengan pengulangan yang dilakukan sebanyak 3 kali. Tanaman sampel tersebut disajikan pada Tabel 3 yang juga dilengkapi dengan kadar asam askorbat yang diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya (Nugrahani, 2012). Tabel 3. Penentuan Tanaman Sampel berdasarkan Kadar Asam Askorbat No Nama Tanaman Nama Latin AA (mg/g)* 1 2 3 4 Angsana Bakung Bungur Drasena Tricolor Pterocarpus indica Willd Crinum asiaticum Lagerstroemia loudoni Dracaena marginata Tricolor 4.870 1.299 1.883 4.221 5 6 7 8 9 10 11 Kasia Emas Keben Lantana Nusa Indah Pisang Hias Pule Ruelia Cassia surattensis Barringtonia asiatica Lantana camara Mussaenda pubescens Musa paradisiaca Rauvolfia serpentina Ruellia tuberosa L. 4.221 2.381 2.992 2.381 1.840 1.515 2.165 12 Spider Lili Hymenocalis Speciosa Sumber : (*) Nugrahani (2012) Keterangan : AA adalah Kadar Asam Askorbat 1.299 Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 29 E. Metode Pengambilan Data Metode pengambilan data penelitian berupa data yang mendukung dalam penentuan nilai APTI tanaman antara lain kadar asam askorbat, kadar klorofil total, pH daun dan kadar air daun. 1. Asam Askorbat Asam askorbat daun dianalisa dengan metode titrasi berdasarkan prosedur yang dilakukan oleh Anjali, et al., (2012) sebagai berikut : a. Menimbang 1 gram daun sampel segar b. Diekstrak dengan 10 ml Asam Oxalat 4% c. Ekstrak daun diencerkan dengan asam oxalat hingga 100 ml labu ukur d. Mengambil 5 ml ekstrak daun dan ditambahkan 10 ml Asam Oxalat 4% e. Ekstrak daun dititrasi dengan larutan 2,4-Dischlorophenol indophenol (DCPIP) f. Menghitung ml DCPIP yang dibutuhkan hingga ekstak daun berubah warna menjadi merah muda g. Menghitung nilai Asam Askorbat daun dengan rumus sebagai berikut : AA = 0.5 V2 100 x x V1 5 berat sampel Keterangan : V1, adalah volume DCPIP vitamin C standart = 3.85 V2, adalah volume DCPIP titrasi sampel 2. Klorofil Total Klorofil total daun diukur dengan menggunakan spectrophotometer berdasarkan prosedur yang dilakukan oleh Henry dan Grime (1993) sebagai berikut : Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 30 a. Menimbang daun segar sebanyak 0,5 g. b. Merajang daun kecil-kecil dan mengekstrak dengan aseton 80% sebanyak 50 ml dengan cara menggerus dalam mortal. Penggerusan dilakukan sampai seluruh klorofil larut dalam aseton 80% dengan ampas telah menjadi putih. c. Menyaring ekstrak dengan kertas saring Whatman 41 dan memasukkan ke dalam gelas ukur 50 ml. d. Disentrifius larutan selama 15 menit dengan kecepatan 2500 rpm. e. Mengukur panjang gelombang 645 nm dan 663 nm dengan Optical Dencity (OD). f. Menghitung kandungan klorofil total daun (dalam mg / g berat daun) dengan membandingkan OD pada panjang gelombang 645 nm dan 663 nm menurut persamaan : Klorofil total = [ 20,2 (D645) + 8,02 (D663) ] 3. pH Ekstrak Daun Derajat keasaman (pH) ekstrak daun diukur dengan pH meter (Apriyantono et al.,1989) sebagai berikut : a. Membuat ekstrak daun dengan cara menimbang 4 g daun segar dan menghancurkan dalam 40 ml aquadest dengan menggunakan blender. b. Menyaring daun dan disentrifius pada kecepatan 2.000 rpm selama 2 menit. c. Mengukur pH ekstrak daun dengan pH meter yang telah dikalibrasi dengan buffer pH 7 d. pH diukur sebanyak 3 kali untuk tiap sampel daun agar mendapatkan data yang lebih akurat. Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 31 4. Kadar Air Daun Kadar air daun diukur berdasarkan metode gravimetri (Balittanah, 2005) dengan persamaan : Kadar Air (%) = bb - bk bb x 100 Keterangan : bb, adalah berat basah sampel daun bk, adalah berat kering sampel daun Sampel daun dikeringkan dalam oven pada suhu 105 0 C selama 4 jam untuk menghilangkan air. Kadar air dari sampel diketahui dari perbedaan berat sampel sebelum dan setelah dikeringkan. F. Metode Analisis Data Data hasil analisis kandungan asam askorbat tanaman, klorofil total, pH daun dan kadar air daun dihitung berdasarkan formula APTI (Air Pollution Tolerance Index) (Singh et al., 1991) : APTI = A T+P + R 10 Keterangan: A = Asam askorbat total (mg/g) T = Klorofil total (mg/g) P = pH daun R = Kadar air daun (%) Data hasil pengukuran nilai APTI digunakan sebagai dasar penentuan kriteria toleransi tanaman terhadap polusi udara yang disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Kriteria Toleransi Tanaman terhadap Polusi Udara (Singh et al., 1991) Kriteria Sensitif Sedang Cukup toleran Toleran Nilai APTI Pohon Perdu Semak / Penutup Tanah < 15 15 – 19 20 – 24 > 24 < 13 13 – 16 17 – 20 > 20 <11 11 – 14 15 – 18 > 18 Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 32 G. Skema Kegiatan Penelitian Untuk menjelaskan secara ringkas metode penelitian yang dilakukan, maka dibuat skema kegiatan penelitian seperti pada Gambar 10. Penentuan Sampel Tanaman Kontrol (Kebun Bibit Wonorejo) Persiapan Penelitian Mulai Penelitian Pohon Data Sekunder Asam Askorbat Pengambilan Sampel (Taman Pelangi) Perdu Semak Penutup Tanah Asam Askorbat Klorofil pH Kadar Air APTI Gambar 10. Skema Kegiatan Penelitian Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Indeks Toleransi Tanaman (Air Pollution Tolerance Index) Indeks toleransi tanaman terhadap pencemaran udara dinyatakan dengan suatu angka indeks yang disebut sebagai APTI (Air Pollution Tolerance Index). APTI adalah suatu nilai yang menunjukkan tingkat toleransi tanaman terhadap polusi udara (Dwivedi and Tripathi, 2007). Tanaman yang memiliki nilai APTI tinggi menunjukkan tanaman tersebut toleran terhadap polusi udara, sementara tanaman dengan nilai APTI rendah menunjukkan bahwa tanaman tersebut kurang toleran atau sensitif terhadap pencemaran udara (Singh and Rao, 1983). Beberapa spesies tanaman di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya memiliki tingkat toleransi yang berbeda. tersebut dipengaruhi oleh jenis tanaman. Salah satu perbedaan Jenis tanaman dibedakan menjadi empat jenis yaitu tanaman jenis pohon, tanaman jenis perdu, tanaman jenis semak dan tanaman jenis penutup tanah. Masing-masing data disajikan dalam Tabel 5. Tanaman jenis pohon yang digunakan sebagai sampel penelitian ini yaitu tanaman Angsana, tanaman Bungur dan tanaman keben. Tanaman Angsana memiliki nilai APTI tertinggi yaitu 15,48 ketika tumbuh di Kebun Bibit Wonorejo; Kemudian disusul dengan tanaman Keben dengan nilai APTI 9,94 dan tanaman Bungur dengan nilai APTI 7,70 yang disajikan pada Gambar 11. Nilai APTI tanaman Angsana menjadi paling rendah ketika tumbuh di Taman Pelangi Surabaya yaitu 4,62 dibandingkan dengan spesies jenis pohon lainnya antara lain tanaman Keben dengan nilai APTI 8,67 dan tanaman Bungur dengan nilai APTI 5,43. 33 Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 34 Tabel 5. Kriteria Toleransi dan Variabel Penyusun APTI (Air Pollution Tolerance Index) Beberapa Spesies Tanaman Lanskap di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya N o Nama Tanaman 1 KA (%) pH Kategori Toleransi KT (mg/g) AA (mg/g) APTI T W T W T W T W T W T W Angsana 74,14 29,16 6,19 5,63 10,37 3,11 4,87 1,95 15,48 4,62 sd sn 2 Bakung 89,65 19,09 6,06 5,22 -0,33 1,47 1,30 2,71 9,71 3,72 sn sn 3 Bungur 60,43 43,89 3,93 4,08 4,89 3,96 1,88 1,30 7,70 5,43 sn sn 4 Drasena Tricolor 82,44 43,81 5,52 5,54 0,04 8,14 4,22 1,95 10,59 7,05 sn sn 5 Kasia Emas 78,94 50,24 5,89 5,59 16,95 2,86 4,22 2,38 17,53 7,04 ct sn 6 Keben 83,37 75,43 5,09 5,68 1,65 3,01 2,38 1,30 9,94 8,67 sn sn 7 Lantana 80,95 63,71 6,17 6,24 6,03 3,62 2,99 1,62 11,74 7,97 sd sn 8 Nusa Indah 79,29 51,43 6,96 6,60 3,75 4,33 2,38 2,60 10,48 7,98 sd sn 9 Pisang Hias 76,64 29,76 6,52 5,47 9,22 10,43 1,84 1,95 10,56 6,07 sn sn 10 Pule 75,92 70,30 5,76 5,55 11,71 3,14 1,52 2,27 10,24 9,01 sd sn 11 Ruelia 86,26 32,90 6,42 7,40 -1,46 5,19 2,17 1,84 9,70 5,61 sn sn 12 Spider Lily 90,81 7,70 5,86 4,98 11,04 4,28 1,30 2,17 11,28 2,78 sd sn Keterangan : W : Kebun Bibit Wonorejo T : Taman Pelangi Surabaya KA: Kadar Air; pH: Derajat Keasaman; KT: Klorofil Total; AA: Asam Askorbat APTI: Indeks Toleransi Tanaman (Air Pollution Tolerance Index) sd: sedang; sn: sensitif; ct: cukup toleran 18,0 16,0 15,48 14,0 12,0 9,94 10,0 8,0 6,0 8,67 7,70 5,43 4,62 4,0 2,0 70% 29% 13% 0,0 Angsana Kebun Bibit Bungur Taman Pelangi Keben Selisih keduanya Gambar 11. Histogram Nilai APTI Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis Pohon di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 35 Tanaman Keben mampu beradaptasi di lingkungan yang berbeda. Hal tersebut dapat dilihat melalui selisih antara nilai APTI tanaman Keben di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya yaitu 13%. Sehingga tanaman Keben dapat dikategorikan sebagai tanaman yang toleran terhadap pencemaran udara. Tanaman jenis perdu yang sama halnya dengan tanaman Angsana yaitu tanaman Kasia Emas dengan nilai APTI tertinggi dari tanaman jenis perdu lainnya yaitu 17,53 kemudian disusul dengan tanaman Nusa Indah dengan nilai APTI 10,48 dan tanaman Pule dengan nilai APTI 10,24 yang disajikan pada Gambar 12. 20,0 18,0 17,53 16,0 14,0 12,0 10,48 10,0 8,0 10,24 9,01 7,98 7,04 6,0 4,0 2,0 60% 12% 24% 0,0 Kasia Emas Kebun Bibit Nusa Indah Taman Pelangi Pule Selisih keduanya Gambar 12. Histogram Nilai APTI Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis Perdu di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya Saat tumbuh di Taman Pelangi Surabaya, nilai APTI tanaman Kasia Emas menjadi paling rendah ketika tumbuh di Taman Pelangi Surabaya yaitu 7,04 dibandingkan dengan tanaman jenis perdu lainnya. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa tanaman Kasia Emas memiliki adaptasi yang kurang baik terhadap perubahan lingkungan di sekitarnya sehingga dapat dikategorikan sebagai tanaman yang sensitif terhadap pencemaran udara. Nilai APTI tanaman Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 36 Pule memiliki selisih hanya 12% antara nilai APTI di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman Pule merupakan tanaman yang toleran dibandingkan dengan tanaman jenis perdu lainnya. Tanaman jenis semak yang memiliki nilai APTI tertinggi yaitu tanaman Drasena Tricolor dengan nilai APTI 10,59 kemudian disusul dengan tanaman Pisang Hias dengan nilai APTI 10,56 dan tanaman Bakung dengan nilai APTI 9,71 yang disajikan pada Gambar 13. 12,0 10,0 10,59 10,56 9,71 8,0 7,05 6,07 6,0 4,0 3,72 2,0 62% 42% 33% 0,0 Bakung Kebun Bibit Drasena Tricolor Taman Pelangi Pisang Hias Seisih keduanya Gambar 13. Histogram Nilai APTI Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis Semak di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya Nilai APTI tanaman Drasena Tricolor tetap menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan tanaman jenis semak lainnya yaitu 7,05 meskipun tumbuh di Taman Pelangi Surabaya yang lebih banyak pencemaran udara. Tanaman Drasena Tricolor memiliki selisih 33% antara nilai APTI di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman Drasena Tricolor merupakan tanaman yang toleran dibandingkan dengan tanaman jenis semak lainnya. Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 37 Tanaman jenis penutup tanah yang memiliki nilai APTI tertinggi yaitu tanaman Lantana dengan nilai APTI 11,74 kemudian disusul dengan tanaman Spider lili dengan nilai APTI 11,28 dan tanaman Ruelia dengan nilai APTI 9,70 yang disajikan pada Gambar 14. Sama halnya dengan tanaman Drasena Tricolor, nilai APTI tanaman Lantana tetap menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan tanaman jenis penutup tanah lainnya yaitu 7,97 meskipun tumbuh di Taman Pelangi Surabaya yang lebih banyak pencemaran udara. Tanaman Lantana memiliki selisih 32% antara nilai APTI di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman Lantana merupakan tanaman yang toleran dibandingkan dengan tanaman jenis penutup tanah lainnya. 14,0 12,0 11,74 11,28 9,70 10,0 8,0 7,97 5,61 6,0 4,0 2,78 2,0 75% 42% 32% 0,0 Lantana Kebun Bibit Ruelia Taman Pelangi Spider Lili Selisih keduanya Gambar 14. Histogram Nilai APTI Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis Penutup Tanah di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 38 2. Variabel Penyusun Nilai APTI Indeks toleransi tanaman terhadap pencemaran udara dinyatakan dengan suatu angka yang disebut sebagai APTI (Air Pollution Tolerance Index). APTI dihitung berdasarkan empat variabel penyusun nilai APTI. Menurut Agbaire (2009), variabel tersebut antara lain kadar air, pH, kadar klorofil total dan kadar asam askorbat yang dapat dijadikan indikator toleransi tanaman terhadap pencemaran udara. Spesies tanaman lanskap dari berbagai jenis tanaman di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya memiliki nilai APTI yang bervariasi, hal tersebut dikarenakan variabel penyusun APTI yang berbeda antara spesies tanaman yang satu dengan yang lainnya. a. Kadar Air Relatif Kadar air merupakan perbedaan antara berat daun sebelum dan sesudah dilakukan pengeringan yang bertujuan untuk mengetahui kadar air pada organ tanaman; Pada organ tumbuhan, kadar air sangat bervariasi tergantung dari jenis tumbuhan, struktur dan usia dari jaringan organ (Ronny, 2011). Beberapa spesies tanaman lanskap di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya juga memiliki kadar air yang berbeda antar spesies tanaman seperti yang disajikan pada Gambar 15. Tanaman Keben merupakan tanaman jenis pohon yang memiliki persentase kadar air tertinggi yaitu 83,37% dibandingkan dengan spesies tanaman jenis pohon lain di Kebun Bibit Wonorejo. Tanaman Bungur memiliki kadar air 60,43% dan tanaman Angsana 74,14%. Kadar air tertinggi di Taman Pelangi Surabaya diperoleh tanaman Keben juga yaitu 75,43% kemudian disusul dengan tanaman Bungur 43,89% dan tanaman Angsana 29,16%. Selisih antara kadar air di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya terkecil ditunjukkan oleh tanaman Keben. Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 39 90,0 80,0 83,37 75,43 74,14 70,0 60,43 60,0 50,0 43,89 40,0 29,16 30,0 20,0 10,0 0,0 Angsana Bungur Kebun Bibit Keben Taman Pelangi Gambar 15. Histogram Kadar Air Daun Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis Pohon di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya Tanaman jenis perdu yang memiliki prosentase kadar air tertinggi di Kebun Bibit Wonorejo ditunjukkan oleh tanaman Nusa Indah yaitu 79,29% kemudian disusul dengan tanaman Kasia Emas yaitu 78,94% dan tanaman Pule yaitu 75,92% (Gambar 16). 90,0 80,0 79,29 78,94 75,92 70,30 70,0 60,0 51,43 50,24 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 Kasia Emas Nusa Indah Kebun Bibit Pule Taman Pelangi Gambar 16. Histogram Kadar Air Daun Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis Perdu di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 40 Kadar air tertinggi di Taman Pelangi Surabaya diperoleh tanaman Pule yaitu 70,30% kemudian disusul dengan tanaman Nusa Indah dengan kadar air 51,43% dan tanaman Kasia Emas dengan kadar air 50,24%. Selisih antara kadar air di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya terkecil ditunjukkan oleh tanaman Pule. Tanaman jenis semak yang memiliki prosentase kadar air tertinggi di Kebun Bibit Wonorejo ditunjukkan oleh tanaman Bakung yaitu 89,65% kemudian disusul dengan tanaman Drasena Tricolor yaitu 82,44% dan tanaman Pisang Hias yaitu 76,64%. Kadar air tertinggi di Taman Pelangi Surabaya diperoleh tanaman Drasena Tricolor yaitu 43,81% kemudian disusul oleh tanaman Pisang Hias dengan kadar air 29,76% dan tanaman Bakung dengan kadar air 19,09%. Selisih antara kadar air di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya terkecil ditunjukkan oleh tanaman Drasena Tricolor (Gambar 17). 100,0 90,0 89,65 82,44 76,64 80,0 70,0 60,0 50,0 43,81 40,0 30,0 20,0 29,76 19,09 10,0 0,0 Bakung Drasena Tricolor Kebun Bibit Pisang Hias Taman Pelangi Gambar 17. Histogram Kadar Air Daun Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis Semak di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya Tanaman jenis penutup tanah yang memiliki prosentase kadar air tertinggi di Kebun Bibit Wonorejo ditunjukkan oleh tanaman Spider lili yaitu 90,81% Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 41 kemudian disusul oleh tanaman Ruelia dengan kadar air 86,26% dan tanaman Lantana yaitu 80,95%. Kadar air tertinggi di Taman Pelangi Surabaya diperoleh tanaman Lantana yaitu 63,71% kemudian disusul oleh tanaman Ruelia dengan kadar air 32,90% dan tanaman Spider lili dengan kadar air 7,70%. Selisih antara kadar air di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya terkecil ditunjukkan oleh tanaman Lantana (Gambar 18). Tanaman yang memiliki selisih angka terkecil antara kadar air di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya merupakan tanaman yang toleran terhadap perubahan lingkungan. Hal tersebut ditunjukkan oleh tanaman Keben dari jenis pohon, tanaman Pule dari jenis perdu, tanaman Drasena Tricolor dari jenis semak dan tanaman Lantana dari jenis penutup tanah yang memiliki daya adaptasi untuk mengontrol kadar air yang dihasilkan ketika tumbuh di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya yang lebih padat dengan aktifitas transportasi. 100,0 90,0 90,81 86,26 80,95 80,0 70,0 63,71 60,0 50,0 40,0 32,90 30,0 20,0 7,69 10,0 0,0 Lantana Ruelia Kebun Bibit Spider Lily Taman Pelangi Gambar 18. Histogram Kadar Air Daun Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis Penutup Tanah di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 42 b. pH Ekstrak Daun pH merupakan variabel penyusun APTI yang digunakan sebagai salah satu indikator toleransi tanaman. pH ekstrak daun tertinggi untuk jenis tanaman pohon ditunjukkan oleh tanaman Angsana dengan nilai pH 6,19 di Kebun Bibit Wonorejo. pH tanaman Angsana lebih rendah yaitu 5,63 ketika tumbuh di Taman Pelangi Surabaya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pencemaran udara yang mengandung berbagai macam gas beracun bagi tanaman dapat mempengaruhi tingkat kemasaman tanaman Angsana. Tanaman Bungur memiliki nilai pH yaitu 3,93 ketika tumbuh di Kebun Bibit Wonorejo dan lebih tinggi yaitu 4,08 ketika tanaman Bungur tumbuh di Taman Pelangi Surabaya. Sama halnya dengan tanaman Bungur, nilai pH tanaman Keben juga cenderung lebih tinggi ketika tumbuh di Taman Pelangi Surabaya yaitu 5,68 dibandingkan dengan pH tanaman Keben ketika tumbuh di Kebun Bibit Wonorejo yaitu 5,09. Nilai pH yang terdapat pada tanaman jenis pohon disajikan pada Gambar 19. 7,0 6,0 6,19 5,68 5,63 5,09 5,0 3,93 4,0 4,08 3,0 2,0 1,0 0,0 Angsana Bungur Kebun Bibit Keben Taman Pelangi Gambar 19. Histogram pH Ekstrak Daun Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis Pohon di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya Tanaman jenis perdu yang memiliki nilai pH tertinggi di Kebun Bibit Wonorejo ditunjukkan oleh tanaman Nusa Indah dengan nilai pH 6,96 kemudian Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 43 disusul tanaman Kasia Emas dengan nilai pH 5,89 dan tanaman Pule dengan nilai pH 5,76. pH tanaman jenis perdu menjadi lebih rendah ketika tumbuh di Taman Pelangi Surabaya. 8,0 6,96 7,0 6,0 5,89 6,60 5,76 5,59 5,55 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 Kasia Emas Nusa Indah Kebun Bibit Pule Taman Pelangi Gambar 20. Histogram pH Ekstrak Daun Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis Perdu di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya Tanaman Nusa Indah memiliki nilai pH tertinggi dibandingkan dengan tanaman jenis perdu yang lain yaitu 6,60 kemudian disusul tanaman Kasia Emas dengan nilai pH 5,59 dan tanaman Pule dengan nilai pH 5,55. Nilai pH tanaman jenis perdu di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya disajikan pada Gambar 20. Tanaman jenis semak yang memiliki nilai pH tertinggi di Kebun Bibit Wonorejo ditunjukkan oleh tanaman Pisang Hias dengan nilai pH 6,52 kemudian disusul tanaman Bakung dengan nilai pH 6,06 dan tanaman Drasena Tricolor dengan nilai pH 5,54. Beberapa pH tanaman jenis semak menjadi lebih rendah ketika tumbuh di Taman Pelangi Surabaya. Tanaman Pisang Hias memiliki nilai pH 5,47 dan tanaman Bakung dengan nilai pH 5,22. Tanaman Drasena Tricolor memiliki nilai pH hampir sama antara yang tumbuh di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya. Hal ini menunjukkan bahwa pH tanaman Drasena Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 44 Tricolor tidak dipengaruhi oleh perubahan kondisi udara sekitar. Nilai pH tanaman jenis semak di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya disajikan pada Gambar 21. 7,0 6,52 6,06 6,0 5,22 5,52 5,54 5,47 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 Bakung Drasena Tricolor Kebun Bibit Pisang Hias Taman Pelangi Gambar 21. Histogram pH Ekstrak Daun Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis Semak di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya Tanaman jenis penutup tanah yang memiliki nilai pH tertinggi di Kebun Bibit Wonorejo ditunjukkan oleh tanaman Ruelia dengan nilai pH 7,40 kemudian disusul tanaman Lantana dengan nilai pH 6,24 dan tanaman Spider Lili dengan nilai pH 5,86. Beberapa pH tanaman jenis penutup tanah menjadi lebih tinggi ketika tumbuh di Taman Pelangi Surabaya. Tanaman Ruelia memiliki nilai pH tertinggi dibandingkan dengan tanaman jenis penutup tanah lainnya yaitu 7,40 kemudian disusul tanaman Lantana dengan nilai pH 6,17. Nilai pH tanaman Spider lili justru semakin rendah menjadi 4,98 ketika tumbuh di Taman Pelangi Surabaya, tidak seperti tanaman Ruelia dan tanaman Lantana yang semakin meningkat. Nilai pH tanaman jenis penutup tanah disajikan pada Gambar 22. Perubahan nilai pH pada setiap spesies berbeda-beda. Ada yang meningkat dan ada pula yang menurun. Hal tersebut menunjukkan bahwa pencemaran Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 45 udara yang mengandung berbagai macam gas beracun bagi tanaman dapat mempengaruhi tingkat kemasaman tanaman di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya. 8,0 7,0 7,40 6,17 6,24 6,42 5,86 6,0 4,98 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 Lantana Ruelia Kebun Bibit Spider Lili Taman Pelangi Gambar 22. Histogram pH Ekstrak Daun Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis Penutup Tanah di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya c. Kadar Klorofil Total Klorofil atau zat hijau daun merupakan pigmen yang dimiliki oleh berbagai organisme dan menjadi salah satu molekul yang berperan utama dalam fotosintesis. Fotosintesis adalah suatu proses yang hanya terjadi pada tumbuhan yang berklorofil dan bakteri fotosintetik, dimana energi matahari (dalam bentuk foton) ditangkap dan diubah menjadi energi kimia (ATP dan NADPH). Energi kimia ini digunakan untuk fotosintesa karbohidrat dari air dan karbon dioksida. Jadi, seluruh molekul organik lainnya dari tanaman disintesa dari energi dan adanya organisme hidup lainnya tergantung pada kemampuan tumbuhan atau bakteri fotosintetik untuk berfotosintesis (Devlin, 1975). Fotosintesis berfungsi untuk mengolah makanan bagi tanaman sehari-hari. Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 46 Kadar klorofil suatu tanaman memiliki perbedaan antara tanaman yang satu dengan tanaman yang lain. Beberapa spesies tanaman lanskap di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya juga memiliki kadar klorofil yang cukup bervariasi (Gambar 23). 12,0 10,37 10,0 8,0 6,0 4,0 4,88 3,96 3,11 3,01 1,65 2,0 0,0 Angsana Bungur Kebun Bibit Keben Taman Pelangi Gambar 23. Histogram Kadar Klorofil Total Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis Pohon di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya Tanaman jenis pohon yang memiliki kadar klorofil tertinggi di Kebun Bibit Wonorejo yaitu tanaman Angsana dengan kadar klorofil total 10,37 kemudian disusul dengan tanaman Bungur dengan kadar klorofil total 4,89 dan tanaman Keben dengan kadar klorofil total 1,65. Tanaman Angsana dan tanaman Bungur mengalami penurunan kadar klorofil total yaitu 3,11 mg/g dan 3,96 mg/g ketika tumbuh di Taman Pelangi Surabaya, berbeda dengan tanaman Keben yang kadar klorofil total semakin meningkat yaitu 3,01 mg/g. Tanaman jenis perdu yang memiliki kadar klorofil tertinggi di Kebun Bibit Wonorejo yaitu tanaman Kasia Emas dengan kadar klorofil total 16,95 mg/g dan disusul dengan tanaman Pule dengan kadar klorofil total 11,71 mg/g dan tanaman Nusa Indah dengan kadar klorofil total 3,75 mg/g (Gambar 24). Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 47 18,0 16,95 16,0 14,0 11,71 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,86 3,75 4,33 3,14 2,0 0,0 Kasia Emas Nusa Indah Kebun Bibit Pule Taman Pelangi Gambar 24. Histogram Kadar Klorofil Total Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis Perdu di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya Tanaman jenis semak yang memiliki kadar klorofil tertinggi di Kebun Bibit Wonorejo yaitu tanaman Pisang Hias dengan kadar klorofil total 9,22 mg/g disusul dengan tanaman Drasena Tricolor dengan kadar klorofil total 0,04 mg/g dan tanaman Bakung dengan kadar klorofil total -0,33 mg/g (Gambar 25). 12,0 10,43 10,0 9,22 8,14 8,0 6,0 4,0 1,47 2,0 0,0 -0,33 Bakung 0,04 Drasena Tricolor Pisang Hias -2,0 Kebun Bibit Taman Pelangi Gambar 25. Histogram Kadar Klorofil Total Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis Semak di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 48 Tanaman jenis semak mengalami peningkatan kadar klorofil total ketika tumbuh di Taman Pelangi Surabaya. Pisang Hias dengan kadar klorofil total 10,43 mg/g dan disusul dengan tanaman Drasena Tricolor dengan kadar klorofil total 8,14 mg/g dan tanaman Bakung dengan kadar klorofil total 1,47 mg/g. Tanaman jenis penutup tanah yang memiliki kadar klorofil tertinggi di Kebun Bibit Wonorejo yaitu tanaman Spider lili dengan kadar klorofil total 11,04 mg/g disusul dengan tanaman Lantana dengan kadar klorofil total 6,03 mg/g dan tanaman Ruelia dengan kadar klorofil total -1,46 mg/g. Beberapa tanaman jenis penutup tanah mengalami penurunan kadar klorofil total ketika tumbuh di Taman Pelangi Surabaya. Spider lili dengan kadar klorofil total 4,28 mg/g dan tanaman Lantana dengan kadar klorofil total 3,62 mg/g. Berbeda dengan kedua spesies tanaman tersebut, tanaman Ruelia justru mengalami peningkatan kadar klorofil total yaitu 5,19 mg/g (Gambar 26). 12,0 11,04 10,0 8,0 6,02 5,18 6,0 4,0 4,28 3,62 2,0 -1,45 0,0 -2,0 Lantana Ruelia Spider Lili -4,0 Kebun Bibit Taman Pelangi Gambar 26. Histogram Kadar Klorofil Total Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis Penutup Tanah di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 49 d. Kadar Asam Askorbat Askorbat berperan penting dalam beberapa proses fisiologis tanaman diantaranya adalah pertumbuhan, diferensiasi dan metabolisme. Selain itu askorbat juga berfungsi sebagai pereduktor untuk beberapa radikal bebas sehingga dapat meminimalkan kerusakan yang disebabkan oleh oxidative stress. Askorbat dapat ditemukan dalam kloroplas, sitosol, vakuola, dan ruang ekstra seluler sel. Kloroplas mengandung banyak enzim yang dapat mereduksi askorbat dari bentuk teroksidasi (McKersie dan Leshem, 1994). Beberapa spesies tanaman lanskap di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya memiliki kadar asam askorbat yang bervariasi. Tanaman jenis pohon yang memiliki kadar asam askorbat tertinggi di Kebun Bibit Wonorejo yaitu tanaman Angsana dengan kadar asam askorbat yaitu 4,87 mg/g disusul dengan tanaman Keben 2,38 mg/g dan tanaman Bungur 1,88 mg/g. Tanaman tersebut mengalami penurunan kadar askorbat ketika tumbuh di Taman Pelangi Surabaya, diantaranya yaitu tanaman Angsana dengan kadar asam askorbat 1,95 mg/g, tanaman Keben dan tanaman Bungur 1,30 mg/g (Gambar 27). 6,0 5,0 4,87 4,0 3,0 2,0 2,38 1,95 1,88 1,30 1,30 1,0 0,0 Angsana Bungur Kebun Bibit Keben Taman Pelangi Gambar 27. Histogram Kadar Asam Askorbat Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis Pohon di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 50 Tanaman jenis perdu yang memiliki kadar asam askorbat tertinggi di Kebun Bibit Wonorejo yaitu tanaman Kasia Emas dengan kadar asam askorbat yaitu 4,22 mg/g disusul dengan tanaman Nusa Indah 2,38 mg/g dan tanaman Pule 1,52 mg/g (Gambar 28). 4,5 4,22 4,0 3,5 3,0 2,38 2,5 2,38 2,60 2,27 2,0 1,51 1,5 1,0 0,5 0,0 Kasia Emas Nusa Indah Kebun Bibit Pule Taman Pelangi Gambar 28. Histogram Kadar Asam Askorbat Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis Perdu di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya Beberapa tanaman jenis perdu mengalami peningkatan kadar askorbat ketika tumbuh di Taman Pelangi Surabaya, diantaranya yaitu tanaman Nusa Indah dengan kadar asam askorbat menjadi 2,60 mg/g, tanaman Keben dan tanaman Pule dengan kadar asam askorbat 2,27 mg/g. Berbeda dengan tanaman Kasia Emas yang mengalami penurunan kadar asam askorbat yaitu menjadi 2,38 mg/g. Tanaman jenis semak yang memiliki kadar asam askorbat tertinggi di Kebun Bibit Wonorejo yaitu tanaman Drasena Tricolor dengan kadar asam askorbat yaitu 4,22 mg/g disusul dengan tanaman Pisang Hias 1,84 mg/g dan tanaman Bakung 1,30 mg/g (Gambar 29). Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 51 4,5 4,22 4,0 3,5 3,0 2,71 2,5 1,95 2,0 1,5 1,84 1,95 1,30 1,0 0,5 0,0 Bakung Drasena Tricolor Kebun Bibit Pisang Hias Taman Pelangi Gambar 29. Histogram Kadar Asam Askorbat Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis Semak di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya Beberapa tanaman jenis semak mengalami peningkatan kadar askorbat ketika tumbuh di Taman Pelangi Surabaya, diantaranya yaitu tanaman Pisang Hias dengan kadar asam askorbat menjadi 1,95 mg/g dan tanaman Bakung dengan kadar asam askorbat 2,71 mg/g. Berbeda dengan tanaman Drasena Tricolor yang mengalami penurunan kadar asam askorbat yaitu menjadi 1,95 mg/g. Tanaman jenis penutup tanah yang memiliki kadar asam askorbat tertinggi di Kebun Bibit Wonorejo yaitu tanaman Lantana dengan kadar asam askorbat yaitu 2,99 mg/g disusul dengan tanaman Ruelia 2,17 mg/g dan tanaman Spider lili 1,30 mg/g (Gambar 30). Beberapa tanaman jenis penutup tanah mengalami penurunan kadar askorbat ketika tumbuh di Taman Pelangi Surabaya, diantaranya yaitu tanaman Lantana dengan kadar asam askorbat menjadi 1,62 mg/g dan tanaman Ruelia dengan kadar asam askorbat 1,84 mg/g. Berbeda dengan tanaman Spider lili yang mengalami kenaikan kadar asam askorbat yaitu menjadi 2,17 mg/g. Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 52 3,5 2,99 3,0 2,5 2,17 2,0 2,17 1,84 1,62 1,30 1,5 1,0 0,5 0,0 Lantana Ruelia Kebun Bibit Spider Lili Taman Pelangi Gambar 30. Histogram Kadar Asam Askorbat Beberapa Spesies Tanaman Lanskap Jenis Penutup Tanah di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya 3. Hubungan Asam Askorbat dengan Nilai APTI Kadar asam askorbat merupakan salah satu variabel penyusun nilai APTI yang berkorelasi dengan nilai APTI. Semakin tinggi kadar asam askorbat dalam tanaman, maka semakin tinggi pula nilai APTI suatu tanaman dan begitu juga sebaliknya. Hal tersebut ditunjukkan secara statistik dalam sebuah grafik hubungan yaitu nilai R2=0.524 di Kebun Bibit Wonorejo yang menunjukkan bahwa ada korelasi hubungan positif antara kadar asam askorbat dengan nilai APTI, tetapi kadar asam askorbat tidak berkorelasi dengan nilai APTI di Taman Pelangi Surabaya nilai R2=0.084 yang menunjukkan bahwa tidak ada korelasi 10,000 5,000 0,000 APTI APTI antara kadar klorofil dengan nilai APTI (Gambar 31). 0,000 2,000 4,000 6,000 Asam Askorbat (mg/g) APTI y = 0,270x + 5,628 R² = 0,028 10 5 0 0 1 2 3 Asam Askorbat (mg/g) APTI y = -0,838x + 8,006 R² = 0,037 (a) (b) Gambar 31. Hubungan Asam Askorbat dengan APTI di (a) Kebun Bibit Wonorejo dan (b) Taman Pelangi Surabaya Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 53 Nilai kadar Asam Askorbat pada masing-masing jenis tanaman memiliki hubungan positif dengan Nilai APTI. Hal tersebut ditunjukkan pada Gambar 32, Gambar 33, Gambar 34 dan Gambar 35. Semakin tinggi kadar Asam Askorbat tanaman maka semakin tinggi pula nilai APTI tanaman tersebut. 10 8,672 9 8 7 6 5 4,870 5,433 4,618 4 3 2,381 1,883 2 1 0 Angsana Bungur Asam Askorbat Keben APTI Gambar 32. Kadar Asam Askorbat Tanaman Jenis Pohon dengan Nilai APTI 10 9,005 9 7,983 8 7,037 7 6 5 4,221 4 3 2,381 1,515 2 1 0 Kasi Emas Nusa Indah Asam Askorbat Pule APTI Gambar 33. Kadar Asam Askorbat Tanaman Jenis Perdu dengan Nilai APTI Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 54 8 7,046 7 6,074 6 5 3,781 4 4,221 3 2 1,840 1,299 1 0 Bakung Drasena Tricolor Asam aAskorbat Pisang Hias APTI Gambar 34. Kadar Asam Askorbat Tanaman Jenis Semak dengan nilai APTI 9 7,971 8 7 5,606 6 5 4 3 2,992 2,775 2,165 2 1,299 1 0 Lantana Ruelia Asam aAskorbat Spider Lili APTI Gambar 35. Kadar Asam Askorbat Tanaman Jenis Penutup Tanah dengan Nilai APTI Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 55 B. Pembahasan Peningkatan jumlah kendaraan bermotor berpotensi meningkatkan pencemaran udara terutama di jalan-jalan protokol. Untuk mengurangi semakin tingginya bahan pencemar yang dihasilkan kendaraan bermotor, perlu adanya pohon-pohon yang berfungsi sebagai penyerap dan penjerap bahan pencemar dan debu di udara yang dihasilkan kendaraan bermotor. Tingkat toleransi tanaman terhadap pencemaran udara berbeda antar spesies, tergantung kapasitas tanaman untuk bertahan terhadap pengaruh bahan pencemar tanpa memperlihatkan kerusakan apapun. Perbedaan tingkat toleransi antar spesies tanaman ini ditunjukkan dengan nilai APTI (Air Pollution Tolerance Index) yang berbeda pula antar spesies tanaman. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi nilai APTI dan variabel penyusun nilai APTI. Perbedaan tersebut disebabkan oleh kapasitas variabel penyusun APTI yang berbeda pula dari spesies tanaman terhadap pencemaran udara. Lakshmi, Sravanti, Srinivas (2009) mengatakan dalam penelitiannnya bahwa spesies tanaman yang berbeda menunjukkan tingkat toleransi yang cukup bervariasi dan tergantung pada tingkat sensitivitas tanaman terhadap lingkungan. Tanaman dengan kriteria sensitif dan memiliki nilai APTI rendah dapat menjadi bioindikator. Tingkat toleransi dari spesies tanaman yang dinilai melalui perubahan pada variabel penyusun APTI yaitu asam askorbat, klorofil total, kadar air relatif dan pH ekstrak daun. Terdapat beberapa spesies dari jenis tanaman tertentu yang ditemukan toleran di daerah studi sepanjang pinggiran daerah perkotaan tetapi sensitif dalam wilayah studi di daerah perkotaan. Seperti yang dikatakan dalam penelitian ini bahwa tanaman Angsana merupakan tanaman yang memiliki nilai APTI tertinggi dibandingkan dengan jenis pohon lain di Kebun Bibit Wonorejo dan dikategorikan sebagai tanaman yang memiliki toleransi sedang. Namun kriteria Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 56 toleransi tanaman Angsana menjadi sensitif ketika berada di Taman pelangi Surabaya (Gambar 11). Di antara beberapa spesies tanaman lanskap jenis pohon yang memiliki tingkat toleransi tinggi yaitu tanaman Keben. Tanaman Keben meupakan tanaman yang paling toleran di atara tanaman jenis pohon yang lain. Hal tersebut ditunjukkan dengan selisih APTI di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya yang tidak berbeda jauh. Tanaman Keben dapat tumbuh baik di Kebun Bibit Wonorejo karena lingkungan Kebun Bibit yang jauh dari aktifitas transportasi. Selain itu, tanaman Keben juga dapat tumbuh baik di Taman Pelangi Surabaya yang dekat dengan aktifitas transportasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman Keben memiliki daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan sekitar. Begitu juga dengan tanaman jenis perdu, semak dan penutup tanah yang memiliki nila APTI tinggi dibandingkan dengan tanaman lain yang sejenis. Tanaman dari jeis perdu yang toleran yaitu tanaman Pule yang memiliki kadar asam askorbat lebih tinggi ketika berada di Taman Pelangi Surabaya. Dengan tingginya kadar asam askorbat dalam tubuh tanaman, maka tanaman tersebut mampu membentuk antioksidan yang lebih banyak untuk meminimalis terjadinya radikal bebas yang dapat timbul karena adanya aktifitas transportasi. Tanaman-tanaman yang berfungsi sebagai fitoindikator menunjukkan penurunan nilai APTI dengan semakin meningkatnya kadar polutan udara. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 11 yang menunjukkan bahwa nilai APTI beberapa spesies tanaman lanskap yang berada di tempat terpolusi memiliki nilai APTI yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai APTI tanaman saat berada di tempat yang jauh dari aktifitas transportasi. Berbeda dengan penelitian Agbaire (2009) dan Agbaire and Esiefarienrhe (2009) yang menunjukkan bahwa nilai APTI tanaman yang tumbuh di lokasi yang terkena polusi adalah lebih tinggi Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 57 dibandingkan dengan nilai APTI tanaman yang berada di lokasi terkontrol atau jauh dari aktifitas transportasi. pH ekstrak daun berbanding lurus dengan klorofil total. Apabila pH mengalami penurunan, maka kadar klorofil total juga relatif mengalami penurunan. Sigh (1991) menyebutkan bahwa nilai APTI telah didapatkan dari korelasi antara asam askorbat, klorofil total, pH dan kadar air relatif. Nilai APTI akan bernilai tinggi apabila kadar asam askorbat dalam tanaman tinggi pula. Dengan ditunjang dengan kadar klorofil total yang ditambah dengan pH dan kadar air, maka APTI akan semakin tinggi. pH merupakan indikator suatu tanaman yang menentukan bahwa tanaman tersebut toleran atau sensitif. Apabila pH cenderung rendah, maka tanaman tersebut dikatakan sebagai tanaman yang toleran. Karena dengan pH asam yang ditunjang dengan kadar klorofil yang tinggi, maka suatu tanaman akan dapat membentuk suatu antioksidan yang berupa asam askorbat. Kersie and Leshem (1994) mengatakan bahwa asam askorbat dapat ditemukan dalam kloroplas, sitosol, vakuola dan ruang ekstra seluler sel. Sekitar 20-40 % askorbat di dalam mesofil berada dalam kloroplas. Kloroplas mengandung banyak enzim yang dapat mereduksi askorbat dari bentuk teroksidasi. Pada sebuah grafik hubungan antara kadar air dengan nilai APTI, pH ekstrak daun dengan nilai APTI, kadar klorofil total dengan nilai APTI dan kadar asam askorbat dengan nilai APTI, yang paling mendekati angka 1 adalah kadar asam askorbat. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada korelasi hubungan positif antara asam askorbat dengan nilai APTI. Semakin tinggi asam askorbat suatu tanaman, maka nilai APTI yang dihasilkan juga akan semakin tinggi. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah asam askorbat suatu tanaman, maka semakin rendah pula nilai APTI tanaman tersebut. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Sigh, et al (1991) tentang formula APTI. Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. IV. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Hasil penelitian yang dilakukan di Kebun Bibit Wonorejo dan Taman Pelangi Surabaya tentang toleransi beberapa spesies tanaman lanskap, dapat disimpulkan bahwa : 1. Spesies tanaman dengan kadar asam askorbat yang tinggi dari masingmasing jenis tanaman memiliki tingkat toleransi yang tinggi pula dibandingkan dengan spesies tanaman lain dari masing-masing jenis tanaman. 2. Kadar asam askorbat berkorelasi positif dengan nilai APTI. Semakin tinggi kadar asam askorbat maka semakin tinggi pula nilai APTI suatu tanaman. B. Saran Penelitian tentang toleransi beberapa spesies tanaman lanskap di Taman Pelangi Surabaya diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan jenis-jenis tanaman lanskap yang toleran terhadap pencemaran udara. Diperlukan penelitian lanjutan tentang analisis faktor yang mempengaruhi tingkat toleransi beberapa spesies tanaman lanskap untuk mengetahui faktor yang memiliki korelasi paling tinggi dengan toleransi tanaman lanskap. 58 Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. DAFTAR PUSTAKA Agbaire, P.O. 2009. Air Pollution Tolerance Index (APTI) of some plants around Erkoike-Kokori oil exploration site of Delta State. Nigeria. International Journal of Physical Science Vol.4(6): 366-368. Agbaire P.O., E. Esiefarienrhe, 2009. Air Pollution Tolerance Index (APTI) of some plants around Otorogun Gas Plant in Delta State, Nigeria. J. Appl. Sci. Environ. Manage. Vol. 13(1) 11 – 14. Anjali, M. Kumar, N. Singh, K. Pal. 2012. Effect of sulphur dioxide on plant biochemicals. International Journal Of Pharma Professional’s Research. Vol 3(2) 627 – 634. Apriyantono A., D. Fardiaz, N.L. Puspitasari, Sedarnawati, S. Budiyanto. 1989. Analisis Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Bagus, N. 2012. Hymenocalis speciosa atau Spider Lily http://d2landscape.birojasabali.com/2012/07/hymenocalis-speciosaatau-spiderlily.html Diakses pada tanggal 11 Januari 2014. Balittanah. 2005. Penuntun Analisis Kimia Tanah dan Tanaman. Bogor: Balai Penelitian Tanah. Bhattacharya, T., L. Kriplani, S. Chakraborty. 2013. Seasonal Variation in Air Pollution Tolerance Index of Various Plant Species of Baroda City. Universal Journal of Environmental Research and Technology. Volume 3, Issue 2: 199-208 Das, S., P. Pramila. 2010. Seasonal variation in air polution tolerance indices and selection of plant species for industrial areas of rourkela. IJEP 30 (12): 978-988. Dwivedi A.K., B.D. Tripathi. 2007. Pollution tolerance and distribution pattern of plants in surrounding area of coal-fired industries. J Environ Biol. (2):257-263. Enete, C. Ifeanyi, CE. Ogbonna. 2012. Evaluation of Air Pollution Tolerance Index (APTI) Of Some Selected Ornamental Shrubs in Enugu City, Nigeria. IOSR Journal of Environmental Science, Toxicology and Food Technology (IOSR-JESTFT. Volume 1 (2): 22-25. Esfahani, A., H. Amin, N. Samadi, S. Kar, M. Hoodaji, M. Shirvani, K. Porsakhi. 2013. Assesment of Air Pollution Tolerance Index of HigherbPlants Suitable for Green Belt Development in East of Esfahan City, Iran. Journal of Ornamental and Horticultural Plants. 3(2): 87-94. Fardiaz, Srikandi, FG. Winarno, Dedi Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta: Gramedia 179 hal. 59 Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 60 Gaikwad, Ranade, Gadgil. 2006. Plants as bio-indicators of automobile exhaust pollution (a case study of Sangli City). Journal-EN Vol. 86. March 2006. Hendry, G.A.F., J.P. Grime. 1993. Methods on comparative plant ecology, a laboratory manual. London : Chapman and Hill. Hidayat, A. 2013. Fungsi Tanaman sebagai Pengontrol Iklim dalam Lanskap. http://www.anakagronomy.com/2013/11/fungsi-tanaman-sebagaipengontrol-iklim.html Diakses pada tanggal 5 Januari 2013. Joker, D. 2002. Informasi Singkat Benih : Pterocarpus indicus Willd. Indonesia Forest Seed Project. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan Departemen Kehutanan Republik Indonesia http://www.dephut.go.id Diakses pada tanggal 31 Desember 2013. Lakshmi PS, Sravanti KL, Srinivas N. 2009. Air Pollution Tolerance Index of various plant species growing in industrial areas. Department of Environmental Studies, G. I. T. A. M. University, Visakhapatnam. Loewus, F. A., M.W. Loewus. 1987. Biosynthesis and metabolism of L-ascorbic acid in plants. Crit Rev Plant Sci 5: 101-119. Lutfi, A. 2009. Bahan Pencemar Udara http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran_lingkungan/bahanpencemar-udara/ Diakses pada tanggal 31 Oktober 2013. McKersie, B. D., Y.Y. Leshem. 1994. Stress and Stress Coping in Cultivated Plants. Dordrecht: Kluwer Academic. Miria, A., A.K. Basheer. 2013. Air Pollution Tolerance Index and Carbon Storage of Select Urban Trees - A Comparative Study. International Journal of Applied Research and Studies. ISSN: 2278-9480 Volume 2, Issue 5. 498-505. Murniyati, E. 2009. Tanaman Hias Lantana. http://endahmurniyati.wordpress.com/2009/04/17/lantana/ Diakses pada tanggal 11 Januari 2014. Nabihaty, F. 2012. Tanaman Hias Tricolor. http://smarttien.blogspot.com/2012/11/tanaman-hias-tricolor.html Diakses pada tanggal 11 Januari 2014. Nasrullah, N., S. Gandanegara, H. Suharsono., M. Wungkar, A. Gunawan. 2000. Pengukuran Serapan Polutan Gas NO2 pada Tanaman Tipe Pohon, Semak dan Penutup Tanah dengan Menggunakan Gas NO 2 Bertanda 15 N. Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi 1996/1997. Badan Tenaga Atom Nasional, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi. 181-186. Nazaruddin. 1996. Penghijauan Kota. Jakarta: Penebar Swadaya. Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 61 Noctor, G., C. H. Foyer. 1998. Ascorbate and gluthatione: keeping active oxygen under control. Annu Rev Plant Physiol Plant Mol Biol 49: 249-279. Novi, H. 2012. Pletekan (Ruellia tuberosa, L.) http://hidayahnovi.wordpress.com/2012/06/27/pletekan-ruellia-tuberosal/ Diakses pada tanggal 11 Januari 2014. Nugrahani, P. 2005. Faktor Fisiologis Tanaman yang Menentukan Serapan Polutan Gas NO2 dan Nilai Visual Jalur Hijau Jalan Kota Surabaya. Tesis Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. ------------------. 2008. Studi Potensi Biomonitoring Beberapa Spesies Tanaman Semak Hias terhadap Pencemaran Udara Perkotaan. Jurnal Kimia Lingkungan 9 (2):115-122. Nugrahani, P., E. Prasetyawati. 2011. Semak Hias Elemen Lanskap Perkotaan sebagai Fitoindikator Pencemaran Udara Sulfur Dioksida dalam Kajian Hormesis. Seminar hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang didanai DP2M DIKTI,RISTEK, KKP3T, KPDT, PEMDA dan UPNVJ. UPN “Veteran” Jawa Timur. Nugrahani, P., E. Prasetyawati. 2013. Laporan Penelitian Fundamental. UPN “Veteran” Jawa Timur (tidak dipublikasikan). Nurfaida, T. Dariati, C.W.B. Yanti. 2011. Bahan Ajar Ilmu Tanaman Lanskap. Program Hibah Penulisan Buku Ajar. Universitas Hasanuddin. Makassar. 159 hlm. Puspa, KI., G. Lestari. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Penebar Swadaya. Jakarta. 84 hlm. Randhi, U.D., M.A. Reddy. 2013. Air Pollution Tolerance Levels of Selected Urban Plant Species in Industrial Areas of Hyderabad (A.P), India. International Journal Of Scientific Researc Vol. 2: 294-296. Ronny. 2011. Analisis Kadar Air Tanaman. http://ronnymulya.blogspot.com/2011/12/analisis-kadar-air-tanaman.html Diakses pada tanggal 20 Desember 2013. Singh, SK. DN Rao, J. Agrawal. J, Pandey, D. Narayan. 1991. Air pollution tolerance index of plants. Journal of Environment Management, Vol 32 : 45-55. Smirnoff, N. 1996. The function and metabolism ascorbic acid in plants. Ann Bot 78: 661-669. Smirnoff, N., G.L. Wheeler. 2000. Ascorbic acid in plants: biosynthesis and function. Crit Rev Biochem Mol Biol 35: 291 -314. Sogolagro. 2011. Keben. http://sogolagro.wordpress.com/2011/05/04/keben/ Diakses pada tanggal 11 Januari 2014. Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 62 Subandi, A. 2008. Metabolisme. http://metabolisme.blogspot.com/2007/09. Diakses pada tanggal 06 Januari 214. Sulistijorini. 2009. Keefektifan dan Toleransi Jenis Tanaman Jalur Hijau Jalan dalam Mereduksi Pencemar NO2 Akibat Aktivitas Transportasi. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Thambavani, D. S., J. Maheswari. 2012. Evaluation of anticipated performance index of certain tree species in Virudhunagar. IPCSIT vol.38: 171-177. Wasissa. 2012. Tanaman Potensial Peyerap Polutan http://www.stppbogor.ac.id/html/index.php?id=artikel&kode=76 Diakses pada tanggal 6 Nopember 2013. Zendrato, D. 2010. Angsana (Pterocarpus indicus Willd.) http://deslisumatran.wordpress.com/2010/03/20/angsana-pterocarpusindicus-willd/ Diakses pada tanggal 5 Januari 2013. Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.