Belum diapaparkan data : - Data pendidikan,sarana dan prasarana…data jumlah sekolah untuk setiap tingkatan,jumlah kelas,jumlah murid,jumlah guru - Data Kondisi Kesehatan , Sarana dan prasarana kesehatan, rumah sakit,poliklinik,puskesma s,pustu, posyandu, tenaga kesehatan - Kelembagaan pemerintah Daerah - TATA RUANG WILAYAH, memuat rencana tata ruang dan wilayah kab./kota sesuai perda yang ada dan masih berlaku. Yang memaparkan informasi mengenai pusat layanan dan renc.pengembangan wilayah dalam RTRW…. - Proyeksi penduduk A. Gambaran Umum Wilayah 1. Sejarah Singkat Kabupaten Polewali Mandar dalam perjalanan sejarahnya cukup panjang, dahulu pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, daerah ini merupakan bagian dari sebuah wilayah pemerintahan yang terbentang di daerah pesisir bagian Baratlaut Sulawesi Selatan sampai ke perbatasan Sulawesi Tengah, wilayah tersebut dikenal sebagai wilayah pemerintahan Afdeling Mandar, dipimpin oleh seorang Asisten Residen. Wilayah Afdeling Mandar tersebut terdiri dari empat onder afdeling, yaitu: Majene, Mamuju, Mamasa dan Polewali. Dalam perkembangan selanjutnya, setelah berakhir sistem pemerintahan Hindia Belanda, ditetapkan Undang-undang nomor 29 tahun 1959, tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi. Wilayah Afdeling Mandar dibagi menjadi tiga wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Polewali Mamasa, Kabupaten Majene, dan Kabupaten Mamuju.Ketiga kabupaten tersebut secara administratif masuk dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Kemudian, pada tanggal 11 Maret 2002, Kabupaten Polewali Mamasa dimekarkan menjadi dua kabupaten, yakni bekas onder afdeling Mamasa menjadi sebuah kabupaten, yaitu Kabupaten Mamasa (Undang-undang Nomor 11 Tahun 2002, tentang Pembentukan Kabupaten Mamasa dan Kota Palopo), kemudian pada tahun 2005 nama kabupaten induk berubah menjadi Kabupaten Polewali Mandar berdasarkan PP No.74 Tahun 2005. Wilayah bekas Afdeling Mandar terdiri dari 5 (lima) kabupaten, yaitu Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Majene, Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamuju Utara serta Kabupaten Mamasa. Dengan pertimbangan untuk lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, maka pada tanggal 5 Oktober 2004, wilayah bekas Afdeling Mandar tersebut dibentuk ‘- Keuangan dan Perekonomian Daerah ………………………….>>>>>>>>>>>> >>>>>>> 1. Tabel Rekapitulasi Realisasi APBD utuk periode 5 thn Terakhir 2. Tabel Rekapitulasi realisasi belanja modal sanitasi SKPD untuk periode 5 tahun terakhir menjadi sebuah provinsi yang ke-33 berdasarkan Undangundang Nomor 26 Tahun 2004, tentang Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat, dengan menetapkan Mamuju sebagai Ibukota Provinsi. 2. Letak Geografis Kabupaten Polewali Mandar terletak 195 km’ sebelah Selatan Mamuju, Ibukota Provinsi Sulawesi Barat, atau 250 km’ sebelah Utara Kota Makassar Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan.Berada pada posisi 118o53’58,2” – 119029’35,8” Bujur Timur dan 03o40’00” – 3o32’5,28” Lintang Selatan. Tabel 1.1 Letak Geografis dan Ketinggian dari Permukaan Laut Pusat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Pusat Kecamatan Tinambung Balanipa Limboro Tubbi Taramanu Alu Campalagian Luyo Wonomulyo Mapilli Tapango Matakali Polewali Binuang Anreapi Matangnga Bulo Lintang Selatan Bujur Timur 03030'10.3" 03030'08.9" 03029'12.6" 03020'34.6" 03025'36.6" 03028'13.2" 03022'24.8" 03023'51.0" 03024'14.8" 03019'18.2" 03023'00.1" 03024'27.2" 03026'53.8" 03023'01.3" 03007'41.4" 03013'50.1" 119001'36.6" 119002'48.0" 119000'38.7" 119001'33.1" 118059'34.0" 119008'26.0" 119008'09.2" 119012'36.4" 119010'52.3" 119014'54.2" 119016'59.3" 119018'33.5" 119024'09.6" 119021'04.7" 119013'03.6" 119009'06.6" Ketinggian DPL (meter) 20 26 24 123 47 22 28 15 21 46 24 12 14 42 314 480 Sumber: Hasil Survey, Bappeda Kab.Polewali Mandar, 2010 Tabel 1.2 Jarak Antara Pusat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar NO KECAMATAN TINAMBUNG BALANIPA LIMBORO TUBBI TARAMANU ALU CAMPALAGIAN LUYO WONOMULYO MAPILLI TAPANGO MATAKALI POLEWALI BINUANG ANREAPI MATANGNGA BULO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 TINAMBUNG BALANIPA LIMBORO TUBBI TARAMANU ALU CAMPALAGIAN LUYO WONOMULYO MAPILLI TAPANGO MATAKALI POLEWALI BINUANG ANREAPI MATANGNGA BULO 0,0 2,1 3,1 26,3 10,9 15,3 29,1 28,7 24,7 39,2 37,7 43,5 56,2 51,1 76,6 46,6 2,1 0,0 5,2 28,4 13,0 13,2 27,0 26,6 22,6 37,1 35,6 41,4 54,1 49,0 74,5 44,5 3,1 5,2 0,0 23,2 7,8 18,4 32,2 31,8 27,8 42,3 40,8 46,6 59,3 54,2 79,7 49,7 26,3 28,4 23,2 0,0 15,4 38,6 15,4 28,6 35,0 42,9 38,6 44,4 57,1 52,0 77,1 47,1 10,9 13,0 7,8 15,4 0,0 26,2 40,0 39,6 35,6 50,1 48,6 54,4 67,1 62,0 87,5 57,5 15,3 13,2 18,4 38,6 26,2 0,0 13,8 13,4 9,4 23,9 18,4 24,2 36,9 31,8 61,3 31,3 29,1 27,0 32,2 15,4 40,0 13,8 0,0 14,2 10,2 18,1 23,2 29,0 41,7 36,6 52,3 22,3 28,7 26,6 31,8 29,6 39,6 13,4 14,2 0,0 4,0 10,5 9,0 14,8 27,5 22,4 55,5 25,5 24,7 22,6 27,8 35,0 35,6 9,4 10,2 4,0 0,0 14,5 13,0 18,8 31,5 26,4 51,9 21,9 39,2 37,1 42,3 42,9 50,1 23,9 18,1 10,5 14,5 0,0 9,8 15,6 28,3 23,2 50,0 20,0 37,7 35,6 40,8 38,6 48,6 18,4 23,2 9,0 13,0 9,8 0,0 5,8 18,5 8,8 64,5 34,5 43,5 41,4 46,6 44,4 54,4 24,2 29,0 14,8 18,8 15,6 5,8 0,0 12,7 7,6 70,3 40,3 56,2 54,1 59,3 57,1 67,1 36,9 41,7 27,5 31,5 28,3 18,5 12,7 0,0 20,3 83,0 53,0 51,1 49,0 54,2 52,0 62,0 31,8 36,6 22,4 26,4 23,2 8,8 7,6 20,3 0,0 73,3 43,3 76,6 74,5 79,7 77,1 87,5 61,3 52,3 55,5 51,9 50,0 64,5 70,3 83,0 73,3 0,0 30,0 46,6 44,5 49,7 47,1 57,5 31,3 22,3 25,5 21,9 20,0 34,5 40,3 53,0 43,3 30,0 0,0 Sumber: dihitung di atas peta digital, Bappeda 2010 3. Batas Wilayah Berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Mamasa dan Kota Palopo, batas wilayah administrasi Kabupaten Polewali Mandar, sebagai berikut: Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamasa Timur berbatasan dengan Kabupaten Pinrang Selatan merupakan Selat Makassar Barat berbatasan dengan Kabupaten Majene Gambar 1.1 Peta Administratif Kabupaten Polewali Mandar Sumber: Bappeda Kab.Polewali Mandar, 2010 4. Luas Wilayah Luas wilayah Kabupaten Polewali Mandar sekitar 2.022,30 km2. Secara administratif terdiri dari enam belas kecamatan, yaitu: Kecamatan Tubbi Taramanu, Alu, Limboro, Tinambung, Balanipa, Luyo, Campalagian, Mapilli, Matangnga, Tapango, Wonomulyo, Matakali, Anreapi, Polewali, Binuang serta Kecamatan Bulo. Dari enam belas kecamatan tersebut, Kecamatan Tubbi Taramanu merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah terluas, yaitu sekitar ±356.95 km2, atau sekitar 17.38% dari luas wilayah kabupaten, sedangkan Kecamatan Tinambung merupakan kecamatan yang mempunyai luas wilayah terkecil, yakni sekitar 21.34 km2, atau sekitar 1.02% dari luas wilayah Kabupaten Polewali Mandar. Tabel 1.3 Luas Wilayah Kabupaten Polewali Mandar dirinci per Kecamatan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kecamatan Luas (km2) Tinambung 21.34 Balanipa 37.42 Limboro 47.55 Tubbi Taramanu 356.95 Alu 228.30 Campalagian 87.84 Luyo 156.60 Wonomulyo 72.82 Mapilli 86.80 Tapango 125.81 Matakali 57.62 Polewali 26.27 Binuang 123.34 Anreapi 124.62 Matangnga 234.92 Bulo 234.10 Jumlah 2,022.30 Sumber: Bappeda Kab.Polewali Mandar, 2010 Persentase (%) 1.06 1.85 2.35 17.65 11.29 4.34 7.74 3.60 4.29 6.22 2.85 1.30 6.10 6.16 11.62 11.58 100.00 Desa Kelurahan 7 10 10 12 7 17 10 13 11 13 6 9 4 6 9 144 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 23 5. Kondisi Fisik Wilayah 5.1. Iklim dan Hidrologi Data curah hujan sementara di Kabupaten Polewali Mandar diambil dari stasiun Balai Benih Lantora No. 442 C. Rerata curah hujan tahunan sekitar 1.902 mm dengan kisaran antara 1.422–3.306 mm dan jumlah rerata curah hujan bulanan berkisar dari 57-226 mm. Distribusi curah hujan bulanan tersebut menunjukkan bahwa daerah Kabupaten Polewali Mandar mempunyai musim kemarau sekitar 2 bulan (Agustus-September), musim hujan atau bulan basah terjadi pada Nopember-Januari dan Maret-April, sedangkan kondisi hujan agak kurang terjadi pada bulan Pebruari, Mei, Juni, Juli, Oktober dan Nopember. Distribusi curah hujan bulanan tersebut menunjukkan bahwa wilayah Kabupaten Polewali Mandar tergolong beriklim basah dengan curah hujan yang relatif tinggi. Berdasarkan Peta Wilayah Curah Hujan di Kabupaten Polewali Mandar, wilayah curah hujan berkisar antara 0 - 2.000 mm/tahun, dengan wilayah Curah Hujan antara 0 - 1.750 mm/tahun mencapai 13,48% dari luas wilayah kabupaten dan wilayah Curah Hujan 1.750 - 2.000 mm/tahun mencapai 86,52% dari luas kabupaten. Hal ini menunjukkan sebagian besar wilayah Kabupaten Polewali Mandar memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Wilayah Kabupaten Polewali Mandar dialiri oleh 2 sungai besar, yaitu Sungai Mandar dan Sungai Maloso, serta beberapa sungai kecil yang bermuara ke dua sungai tersebut. Di Sungai Maloso yakni di Sekaseka telah dibangun bendung untuk keperluan irigasi pertanian di Kecamatan Luyo, Mapili, Wonomulyo, Campalagian dan Matakali. 5.2. Geologi dan Bahan Induk Berdasarkan peta geologi, Sulawesi skala 1:250.000 lembar Majene dan Bagian Barat Lembar Palopo, Sulawesi (Puslitbang Geologi, 1998) Kabupaten Polewali Mandar terdiri dari enam formasi batuan, yaitu: (Qa) ALUVIUM berupa endapan liat, pasir, dan kerikil; (Qpps) NAPAL PAMBAUANG berupa napal tufaan, serpih napalan, batupasir tufaan yang mengandung fosil foraminifera berumur plistosen; (Tmpi) BATUAN TEROBOSAN berupa granit, granodiorit, diorite, sienit dan dijumpai gabro berumur pliosen; (Tmpv) BATUAN GUNUNGAPI WALIMBONG berupa lava bersusunan basal sampai andesit, breksi andesit-piroksin, breksi andesit-trakit berumur mio-pliosen; (Tmm) FORMASI MANDAR berupa batupasir, batulanau, dan serpih berumur miosen akhir; (Tmpm) FORMASI MAPI berupa batupasir tufaan, batulanau, batulempung, dan batugamping berumur miosen tengan-pliosen; (Tmav) BATUAN GUNUNGAPI ADANG berupa tuf, lava dan breksi gunungapi berumur miosen; dan (Kls) FORMASI LATIMOJONG berupa serpih, filit, rijang, marmer, dan kuarsit berumur kapur akhir. Gerakan-gerakan sesar banyak terdapat di sebelah barat dengan arah yang bervariasi tapi umumnya berarah Baratlaut – Tenggara. Sesar ini sebagian besar berada pada Formasi Mandar. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan bahan induk tanah dapat dibedakan ke dalam 4 macam, yaitu bahan aluvium, aluvio-marin, batuan sedimen, dan bahan volkan. Bahan aluvium terdiri dari liat, pasir, dan kerikil/batu. Batuan sedimen terutama batupasir, batulanau, dan serpih. Sedang bahan volkan yaitu tuf, breksi, batuan andesit-basal banyak dijumpai di perbukitan sebelah Utara Kabupaten Polewali Mandar. 5.3.Landform dan Bentuk Wilayah Berdasarkan hasil interpretasi citra yang ditunjang oleh peta rupabumi dan peta geologi serta pengamatan di lapangan, landform Kabupaten Polewali Mandar menurut Marsoedi et al., (1997) dibedakan ke dalam lima grup besar, yaitu Grup Aluvial (A), Marin (M), Volkan (V), dan Struktural (T). Grup Aluvial (A)Grup Aluvial terdiri dari tanggul sungai meandering (Afq 1.1.2.1) tersebar di sepanjang sungai-sungai besar, teras sungai (Afq 12, dataran aluvial (Af 1.3), jalur aliran sempit (Au 15), lahan koluvial (Au 22), dan dataran antar perbukitan (Au 23). Bahan yang diendapkan umumnya halus (liat dan sedikit pasir). Bentuk wilayah datar sampai agak datar/melandai dengan lereng 0-3% sampai berombak (3-8%). a. Grup Marin (M) Grup Marin yakni pesisir pasir (Mq 12), dataran pasang surut (Mf 22) dan rawa belakang pasang surut. Bahan yang diendapkan umumnya halus (liat dan organik) dan umumnya tanah dilapisan bawah kaya bahan sulfidik. Bentuk wilayah datar dengan lereng 0-1%. Grup landform ini digunakan untuk tambak dan sebagian masih tetap berupa hutan bakau. b. Grup Volkan (V) Grup volkan sebagian menutupi sebelah Selatan Kabupaten Polewali Mandar, terdiri dari dataran volkanik tua (Vab31) dengan bentuk wilayah agak datar (1-3%), berombak (3-8%) dan bergelombang (8-15%); Perbukitan volkanik tua (Vab 3.2) dengan bentuk wilayah berbukit (lereng 15-45%); dan Pegunungan volkanik tua (Vab 3.3) dengan bentuk wilayah bergunung (lereng >45%), intrusi (Vg 4) dan batolit (Vg 44). Elevasi grup volkan ini berada pada ketinggian 50 – 1400 m dpl digunakan untuk sawah tadah hujan, tegalan, kebun campuran, belukar, dan hutan. Grup volkan di Kabupaten Polewali Mandar terbentuk dari bahan volkan tua yang terdiri dari breksi, lava, granit dan tufa. c. Grup Struktural (T) Kelompok grup struktural ini menutupi Kabupaten Polewali Mandar secara terpencar, terdiri dari perbukitan structural (Tc 121) dengan bentuk wilayah berbukit (lereng 15-40%), dataran tektonik (Tk 11) relief bergelombang (8-15%), perbukitan dan puncak perbukitan struktural (Tq 121) bertuk wilayah berbukit (15-40%), pegunungan struktural (Tq 131) relief bergunung (>40%), teras angkatan (Tq 4) relief bergelombang (8-15%), dan perbukitan paralel (Tq 91) relief berbukit (15-40%). Gup struktural terbentuk dari bahan batuan sedimen dan volkanik. Selain itu dijumpai grup landform aneka (X) berupa permukiman, lereng terjal, dan pulau karang. Sebagian besar wilayahnya (>78% dari luas kabupaten) memiliki topografi bergunung, dengan kelas lereng dominan 41-60% dan >60%. Sisanya didominasi oleh topografi datar dengan kelas lereng <2%, yang luasnya ±38.300 hektar, atau sama dengan 18,50% dari total wilayah kabupaten. Dengan kondisi topografi seperti ini, maka perencanaan pembangunan di Kabupaten Polewali Mandar harus dilakukan dengan hatihati agar sumberdaya alam yang tersedia dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Luas penyebaran topografi di Kabupaten Polewali Mandar dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 1.4 Luas Penyebaran Kelas Topografi dan Kelas Lereng. Topografi Kelas Lereng (%) Luas (Ha) Persen Datar < 02 38.200 18,50% Landai 02-08 662 0,32% Bergelombang 09-15 3.120 1,51% Berbukit 16-25 1.897 0,92% Bergunung 41-60 100.010 48,42% Bergunung Curam > 60 62.638 30,33% Sumber: Hasil Perhitungan Peta, Bappeda 2010 5.4. Penggunaan Lahan Wilayah Kabupaten Polewali Mandar sebagian besar berupa lahan perbukitan dan pegunungan yang ditutupi hutan dan belukar. Lahan yang relatif datar diusahakan untuk pertanian yang terdiri dari persawahan irigasi, sawah tadah hujan, tambak, tegalan, perkebunan kakao rakyat, perkebunan cengkeh rakyat, pertanian lahan kering/tegalan, dan kebun campuran. Lahan non-pertanian terdiri dari hutan, semak belukar dan rumput-rumputan, gawir dan lahan miring curam, lahan permukiman / pekarangan, serta pulau karang. Penyebaran hutan primer dan sekunder masih dijumpai di daerah perbukitan dan pegunungan. Dari hasil pengamatan di lapangan yang telah dilakukan juga ditemukan beberapa perbukitan / gunung yang telah terganggu (gundul) akibat penebangan kayu serta diusahakan petani untuk perkebunan kakao, durian, langsat, dan cengkeh. Perubahan penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Polewali Mandar terjadi karena pertambahan penduduk dan terbukanya jalan sehingga penduduk tetap membuka usaha pertanian terutama pengembangan tanaman kakao pada lahan-lahan miring. Sedangkan pada wilayah dataran terutama yang masih dekat dengan laut sebagian sawah telah dirubah menjadi lahan tambak dan sebagiannya lagi sawah dijadikan lahan perkebunan dan permukiman. Wilayah Kabupaten Polewali Mandar ditinjau dari status kawasan hutannya dibedakan antara wilayah yang termasuk dalam kawasan hutan dan wilayah di luar kawasan hutan. Pembedaan status kawasan ini didasarkan pada kriteria fisik dan secara terbatas telah melalui kesepakatan dengan Pemerintah Daerah setempat. Parameter fisik yang digunakan dalam penentuan status kawasan adalah Kemiringan Lereng, Intensitas Curah Hujan dan Jenis Tanah berdasarkan Kepekaannya terhadap Erosi. Semua lahan yang memiliki jumlah skor >125 dikelaskan sebagai Kawasan Hutan, sedangkan sisanya dikelaskan sebagai Non-Kawasan Hutan, atau disebut pula Kawasan Arahan Penggunaan Lain. Selanjutnya, baik kawasan hutan maupun non-kawasan hutan, untuk kepentingan penataan ruang dikelompokkan menjadi Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya. Untuk kategori Kawasan Lindung terdapat pula kawasan konservasi yang ditetapkan berdasarkan kepentingan perlindungan Plasma Nutfah atau Keragaman Hayati (Biodiversity), dan kawasan konservasi ini dikelompokkan pula dalam kawasan hutan. Total wilayah Kabupaten Polewali Mandar yang masuk dalam kawasan hutan luasnya mencapai ±94.000 ha atau sama dengan 46,00% dari total luas wilayah kabupaten. Kawasan hutan di klasifikasikan lebih lanjut menjadi Kawasan Hutan Lindung, dan Kawasan Hutan Produksi Terbatas. Luas kawasan Hutan Lindung mencapai ±68.000 ha atau sekitar 33,00% dari luas wilayah kabupaten. Berdasarkan proporsi luas kawasan hutan ini maka dapat dikatakan masih cukup ideal, namun pada kenyataannya banyak kawasan Hutan Lindung yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai kawasan lindung. 5.5. Keadaan Tanah Tanah di Kabupaten Polewali Mandar terbentuk dari bahan induk aluvium, marin, batuan sedimen, dan volkan tua. Dari faktor-faktor pembentuk tanah, maka bahan induk dan relief tampaknya paling dominan berpengaruh terhadap pembentukan tanah-tanah di Kabupaten Polewali Mandar. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, tanah di Kabupaten Polewali Mandar dapat diklasifikasikan menurut Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2003) ke dalam 4 ordo, yaitu: Entisolls, Inceptisol dan Ultisols (Tabel berikut). Tabel 1.5 Jenis Tanah di Kabupaten Polewali Mandar Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff, 2003) Subordo Grup Subgrup Aquents Halaquents Typic Halaquents Psammaquents Sodic Psammaquents Udipsamments Aquic Udipsamments Typic Udipsamments Fluvents Udifluvents Aquic Udifluvents Orthents Udorthents Lithic Udorthents Inceptisols Aquepts Halaquepts Typic Halaquepts Endoaquepts Typic Endoaquepts Epiaquepts Aeric Epiaquepts Vertic Epiaquepts Typic Epiaquepts Udepts Eutrudepts Aquic Eutrudepts Lithic Eutrudepts Typic Eutrudepts Dystrudepts Lithic Dystrudeps Fluventic Dystrudepts Typic Dystrudepts Mollisols Udols Hapludolls Lithic Hapludolls Ultisols Udults Hapludults Typic Hapludults Sumber: Bappeda Kab.Polewali Mandar, 2005 Ordo Entisols FAO, 1988 Salic Fluvisols Salic Fluvisols Eutric Regosols Eutric Regosols Eutric Fluvisols Lithic Leptosols Gleyic Solonetz Eutric Gleysols Eutric Gleysols Eutric Gleysols Eutric Gleysols Gleyic Cambisols Eutric Cambisols Eutric Cambisols Dystric Cambisols Dystric Cambisols Dystric Cambisols Mollic Leptosolls Haplic Acrisols a. Entisols Tanah yang tergolong dalam order ini mempunyai profil yang belum berkembang, susunan horisonnya adalah A-C atau A-C-R. Terbentuk dari bahan induk batuan volkan dan batuan sediment termalihkan ataupun bahan endapan sungai resen. Umumnya tanah-tanah Entisols yang ditemukan berwarna coklat tua, tanahnya dangkal, drainase baik, teksturnya halus sampai kasar, konsistensi tidak lekat, pH tanah berkisar antara 4,5 sampai 5,5 dan diklasifikasikan ke dalam Lithic Udorthents. Sedangkan yang berada di dataran alluvial dengan tekstur kasar, pH 6-7 diklasifikasikan sebagai Aquic Udifluvents, Aquic Udipsamments, dan Typic Udipsamments. Selanjutnya untuk tanah Entisols yang berada di dataran pasang surut dengan rejim kelembaban tanah aquic serta kandungan garamnya tinggi dikelompokan ke dalam Sodic Psammaquents dan Typic Halaquents. b. Inceptisols Kelompok tanah ini mempunyai perkembangan profil dengan susunan horison A-Bw-C atau A-Bg-C.Terbentuk dari bahan induk aluviokoluvium, batuan sedimen, dan bahan volkan bersifat intermedier sampai basis. Tanahnya yang berasal dari bahan aluvio-koluvium dan fluvio-marin di dataran aluvial, teras sungai, dataran pantai, dan cekungan karst umumnya mempunyai warna coklat kekelabuan dengan karatan di lapisan atas, dan warna glei/kelabu di lapisan bawah, tanahnya dalam, drainasenya agak terhambat sampai terhambat, tekstur halus sampai sedang, struktur masif, konsistensi lekat, pH tanah 6,0 sampai 7,0. Tanah ini selanjutnya diklasifikasikan ke dalam Aeric Epiaquepts, Typic Epiaquepts, Typic Endoaquepts, Aquic Eutrudepts, Typic Eutrudepts. Sedangkan tanah yang mempunyai kandungan garam tinggi dimasukan kedalam Typic Halaquepts. Pengelompokan selanjutnya untuk tanah-tanah yang berasal dari bahan volkan yakni kedalaman tanah adalah dalam, warnanya coklat tua/gelap di lapisan atas, tekstur halus sampai agak halus, struktur cukup baik, konsistensi gembur sampai teguh, maka tanah ini diklasifikasikan ke dalam Typic Dystrudepts, sedangkan tanah yang bersolum dangkal tanahnya diklasifikasikan ke dalam Lithic Dystrudepts. Terakhir untuk kelompok tanah yang berbahan volkan dengan pH 6-7 diklasifikasikan menjadi Typic Eutrudepts dan yang dangkal sebagai Lithic Eutrudepts. Kelompok tanah yang berbahan sedimen umumnya mempunyai kedalaman tanah yang dalam, warnanya coklat tua/gelap di lapisan atas, tekstur umumnya halus sampai agak halus, struktur cukup baik, konsistensinya gembur sampai teguh dan pH umumnya masam. Tanahtanah seperti ini selanjutnya diklasifikasikan menjadi Typic Dystrudepts, sedangkan pada wilayah yang dipengaruhi oleh kondisi reduksi dan oksidasi maka dikelompokan ke dalam Fluventic Dystrudepts, Aeric Epiaquepts dan Aquic Eutrudepts. c. Mollisols Tanah Mollsols di Kabupaten Polewali Mandar mempunyai perkembangan profil dengan susunan horison A (mollic) C, atau R tanahnya dicirikan pula oleh adanya epipedon mollic. Terbentuk dari bahan batuan sedimen (gamping). Tanahnya berwarna coklat sangat tua sampai hitam, dalam, tekstur sedang sampai halus, struktur cukup baik, konsistensi gembur sampai teguh, pH tanah netral sampai alkalis. Penyebaran tanah ini terdapat di landform struktural. Tanah seperti ini selanjutnya diklasifikasikan ke dalam subgrup Lithic Hapludolls. d. Ultisols Tanah Ultisols di Kabupaten Polewali Mandar mempunyai perkembangan profil dengan susunan horison A-Bt-C, tanahnya dicirikan pula oleh adanya epipedon okrik dan horison argilik. Terbentuk dari bahan volkan dan batuan sedimen masam. Tanahnya berwarna coklat sangat tua sampai coklat tua, dalam, tekstur sedang sampai halus, struktur cukup baik, konsistensi gembur sampai teguh, pH tanah masam sampai sedikit masam. Penyebaran tanah ini terdapat di dataran dan perbukitan volkan serta pada landform struktural. Tanah seperti ini selanjutnya diklasifikasikan ke dalam subgrup Typic Hapludults. 6. Kondisi Kependudukan Jumlah penduduk merupakan modal yang potensial dan sangat menguntungkan bila diimbangi dengan peningkatan kualitas yang baik. Namun bila tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas justru akan menjadi beban dan kendala dalam kegiatan pembangunan. Istilah kependudukan (population) dihubungkan dengan hal-hal yang menyangkut perubahanperubahan dalam struktur kependudukan, meliputi jumlah penduduk,pertumbuhan penduduk, penduduk. komposisi penduduk, dan persebaran a. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Penduduk Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2005 berjumlah sekitar 362.900 jiwa. Kemudian pada tahun 2009 jumlah penduduk meningkat menjadi 373.263 Jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun rata-rata 0,50%, jumlah tersebut terdiri dari 181.660 jiwa penduduk laki-laki dan 191.603 jiwa penduduk perempuan. Kecamatan Campalagian merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu 51.165 jiwa, sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Matangnga yaitu 4.932 jiwa. Tabel 1.6 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2009 Kelompok Umur 0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 -24 25 -29 30 – 34 35 -39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74 75 + Jumlah – Total Laki-Laki(Jiwa) 21.865 23.673 22.673 17.119 12.585 12.965 13.183 23.575 10.917 7.906 6.768 4.815 5.529 3.390 2.475 2.222 181.660 Perempuan(Jiwa) 20.231 21289 21.500 16.701 15.186 17.012 15.158 14.161 10.843 7.377 10.235 5.907 6.215 3.648 3.178 2.962 191.603 Jumlah(Jiwa) 42.096 44.962 44.173 33.820 27.771 29.977 28.341 27.736 21.760 15.283 17.003 10.722 11.744 7.038 5.653 5.184 373.263 Seks Rasio(%) 108 111 105 103 83 76 87 96 101 107 66 82 89 93 78 75 95 Sumber: BPS Kab. Polewali Mandar, tahun 2010 b. Kepadatan Penduduk Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan. Hingga akhir tahun 2009 kepadatan penduduk tercatat sebanyak 185 jiwa/km², dengan luas wilayah Kabupaten Polewali Mandar ±2022,30 km². Bila memperhatikan data penyebaran penduduk pada tingkat kecamatan, ternyata Kecamatan Polewali merupakan wilayah yang memiliki kepadatan tertinggi yaitu 1.844 jiwa/km², sedangkan Kecamatan Matangnga merupakan wilayah yang memilikikepadatan penduduk terendah yaitu sebanyak 21 jiwa/km². Tabel 1.7 Jumlah Penduduk Kabupaten Polewali Mandar Dirinci per Kecamatan Tahun 2005 s/d 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 KECAMATAN Tinambung Balanipa Limboro Tubbi Taramanu Alu Campalagian Luyo Wonomulyo Mapilli Tapango Matakali Polewali Binuang Anreapi Matangnga Bulo Total 2005 20,557 23,698 17,328 15,773 12,204 9,745 23,965 41,302 31,441 20,131 19,498 47,098 26,447 8,919 4,794 362,900 2006 20,833 24,015 17,560 5,984 12,368 50,411 24,286 41,855 31,862 20,401 19,759 47,729 26,801 9,038 4,859 367,761 2007 20,937 24,134 17,647 16,063 12,429 50,661 24,407 42,063 24,713 20,502 19,857 47,966 26,934 9,083 4,883 7,307 369,586 2008 21,040 24,253 17,735 16,144 12,492 50,911 24,526 42,273 24,834 20,602 19,955 48,204 27,068 9,129 4,910 7,344 371,420 2009 21,145 24,374 17,823 16,223 12,553 51,165 24,649 42,481 24,959 20,706 20,055 48,443 27,202 9,173 4,932 7,380 373,263 Sumber: BPS Kab.Polewali Mandar, 2010 c. Rasio Jenis Kelamin Rasio jenis kelamin di Kabupaten Polewali Mandar tahun 2009 sebesar 95%. Tabel 1.8 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kecamatan Laki-Laki(Jiwa) Perempuan(Jiwa) Tinambung 9.950 11.195 Balanipa 11.774 12.600 Limboro 8.251 9.572 Tubbitaramanu 7.942 8.281 Alu 6.045 6.508 Campalagian 24.555 26.610 Luyo 12.118 12.531 Wonomulyo 20.764 21.717 Mapilli 12.185 12.774 Tapango 10.435 10.271 Matakali 9.897 10.158 Polewali 23.719 24.724 Binuang 13.273 13.929 Anreapi 4.643 4.530 Matangnga 2.507 2.425 Bulo 3.602 3.778 Jumlah 181.660 191.603 Sumber: BPS Kab. Polewali Mandar, 2010 Jumlah(Jiwa) 21.145 24.374 17.823 16.223 12.553 51.165 24.649 42.481 24.959 20.706 20.055 48.443 27.202 9.173 4.932 7.380 373.263 Seks Rasio 89 93 86 96 93 92 97 96 95 102 97 96 95 102 103 95 95 Tabel 1.9 Perkembangan Kondisi Kependudukan Kabupaten Polewali Mandar No. Keadaan Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin: - Penduduk Laki-Laki (Jiwa) - Penduduk Perempuan (Jiwa) 2. Jumlah Rumahtangga (RT) 3. Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) 4. Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) 5. Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 6. Jumlah Penduduk Menurut Kota/Desa: - Perkotaan (Jiwa) - Perdesaan (Jiwa) ) * Angka sangat sementara Sumber: BPS Polewali Mandar, 2011 Tahun 2009 Tahun 2010 373.263 396.120*) 181.660 191.603 80.162 185 79.766 (21,37%) 0,50 193.108*) 203.012*) 87.943*) 195*) 84.300*) 21,24%) 1,44*) 92.833 280.430 106.688*) 289.432*) 1. 2. Struktur kependudukan di Kabupaten Polewali Mandar dapat dilihat dari komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin.Berdasarkan piramida penduduk pada gambar 1.1, struktur penduduk Kabupaten Polewali Mandar tergolong didominasi oleh penduduk usia muda.Persentase penduduk umur muda relatif lebih banyak daripada penduduk umur tua. Gambar 1.1 Piramida Penduduk Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2010 75 + 70 - 74 65 - 69 60 - 64 55 - 59 50 - 54 45 - 49 40 - 44 35 - 39 30 - 34 25 - 29 20 - 24 15 - 19 10 - 14 5-9 0-4 4168.0 2837.0 3534.0 2553.0 Perempuan 4322.0 3382.0 Laki-laki 6065.0 4616.0 5945.0 5276.0 8800.0 7347.0 9832.0 9222.0 13025.0 12009.0 13971.0 14900.0 13768.0 15189.0 14812.0 16166.0 15080.0 16120.0 19164.0 18863.0 21552.0 22667.0 22966.0 24355.0 30000.0 21264.0 22350.0 20000.0 10000.0 .0 10000.0 20000.0 Sumber: BPS Polewali Mandar, 2011 (Angka sangat sementara) 30000.0 Memperhatikan piramida penduduk diatas terlihat bahwa kelompok umur terbesar berada pada kelompok umur 5-9 tahun yaitu sebanyak 47.321 jiwa, yang terdiri dari 24.355 laki-laki dan 22.966 perempuan. Sedangkan kelompok umur terkecil berada pada kelompok umur 70-74 tahun yaitu sebanyak 6.087 jiwa, yang terdiri dari 2.553 laki-laki dan 3.534 perempuan. Penduduk Polewali Mandar berdasarkan kelompok umur, terdiri dari 34,12 persen penduduk berusia 0-14 tahun; 60,63 persen penduduk berusia 15-64 tahun; dan 5,25 persen berusia 65 tahun ke atas, kondisi seperti ini menggambarkan bahwa persentase penduduk Kabupaten Polewali Mandar ke depan masih didominasi penduduk usia produktif. 7. Kondisi Ekonomi Daerah Kondisi ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dapat dideskripsikan antara lain dengan mengamati perkembangan PDRB, struktur Perekonomian, Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Perkapita, dan Peranan Sektoral dalam Pembentukan PDRB. Pembangunan perekonomian di Kabupaten Polewali Mandar selama periode lima tahun terakhir (2005-2009), telah mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Hal tersebut tercermin dari hasil perhitungan atau penyusunan PDRB daerah ini. a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB merupakan salahsatu indikator untuk mengetahui keadaan ekonomi suatu daerah dalam satu periode tertentu. PDRB dihitung Atas Dasar Harga (ADH) berlaku atau nominal dan PDRB ADH konstan atau riil. PDRB ADH berlaku digunakan untuk mengetahui perkembangan struktur ekonomi, sementara PDRB ADH konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil perhitungan PDRB Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2009, nilai PDRB ADH berlaku telah mencapai Rp.2.547,24 milyar, sedangkan pada tahun 2008, nilainya baru mencapai Rp.2.192,03 milyar, nilai PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2009 telah mencapai Rp.1.283,75 milyar sedangkan pada tahun sebelumnya baru mencapai Rp.1.223,50 milyar Gambar1.2 Perkembangan PDRB Harga Berlaku dan HargaKonstan Kabupaten Polewali Mandar, 2005-2009 Sumber: BPS Kab.Polewali Mandar, 2007 b. Struktur Ekonomi Gambaran kemajuan perekonomian suatu daerah, antara lain dapat dilihat dari peran sektor-sektor yang membentuk PDRB. Ciri perekonomian suatu daerah selalu tercermin seberapa besar peran sektor sekunder dan tersier di dalam memberikan konstribusinya. Kabupaten Polewali Mandar nampak bahwa peran sektor dimaksud memberikan peran yang lebuh besar. Perekonomian Kabupaten Polewali Mandar, sampai saat ini, masih tetap didominasi oleh sektor pertanian. Pada tahun 2006, peranan sektor pertanian sebesar 48,65 persen terhadap total PDRB. Angka ini mengalami penurunan sebesar 1,91 persen, jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2005 yaitu sebesar 50,56 persen. Disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran. Peranan sektor ini pada tahun 2006 sebesar 25,15 persen. Sedangkan pada tahun 2005, kontribusinya sebesar 24,11 persen, dalam hal ini terjadi peningkatan sebesar 1,04 persen pada tahun 2006. Kemudian disusul sektor jasa-jasa sebesar 15,02 persen pada tahun 2006, mengalami peningkatan sebesar 1,25 persen dari tahun sebelumnya. Tabel 1.10 PDRB Kabupaten Polewali Mandar Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Belaku Tahun 2005-2009 No Lapangan Usaha 1 Pertanian 2005 50.54 2006 44.44 2007 47.30 2008 45.19 2009 44.02 2 Pertambangan dan Penggalian 0.20 8.79 0.18 0.23 0.22 3 Industri Pengolahan 2.54 2.24 2.48 2.52 2.49 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.59 0.47 0.51 0.58 0.60 5 Bangunan 1.30 1.18 1.39 1.80 2.45 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 24.10 22.97 24.84 24.43 24.57 7 Angkutan & Komunikasi 2.58 2.35 2.60 2.79 2.71 4.39 3.84 4.94 5.22 5.23 13.76 13.72 15.75 17.25 17.71 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 8 9 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB Sumber: BPS Kab.Polewali Mandar, 2010 c. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah dapat dilihat dari jumlah jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu yang lebih besar dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar selama lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan, sejak tahun 2005 sampai tahun 2009 menunjukkan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesr 7,65 persen dan laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2009 sebesar 4,92 persen, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1.11 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga KonstanTahun 2000 Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2005-2009 No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009* 1 Pertanian 3.11 3.82 3.05 5.10 1.84 2 Pertambangan dan Penggalian 4.45 6.10 6.98 26.92 4.29 3 Industri Pengolahan 3.77 3.83 7.31 14.43 5.80 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 2.26 9.01 4.10 19.53 16.30 5 Bangunan 7.44 10.88 9.63 41.77 10.75 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 9.04 9.42 8.69 5.63 3.42 7 Angkutan & Komunikasi 9.52 8.17 10.35 17.23 8.89 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 12.38 6.75 28.47 14.42 10.60 9 Jasa-jasa 4.02 11.32 7.03 10.68 9.91 5.14 6.45 6.41 7.65 4.92 PDRB *) angka sementara Sumber: BPS Kab.Polewali Mandar, 2010 Memasuki tahun 2008, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan keadaan tahun sebelumnya. Pada tahun 2007, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar sebesar 6,41 persen, kemudian pada tahun 2009 tumbuh menjadi sebesar 7,65 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun 2008 di daerah ini, meningkat disebabkan oleh peningkatan di beberapa sektor, seperti sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik gas dan air bersih, sektor bangunan, khusus sub sektor restoran pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sub sektor pemerintahan umum pada sektor jasa-jasa. Pertumbuhan sektor pertanian sebagai sektor yang mendominasi ekonomi Kabupaten Polewali Mandar, pada tahun 2008 sebesar 5,1 persen, cukup tinggi dibanding tahun 2007 yaitu sebesar 3,05 persen, namun tidak sebaik pada tahun 2006, yakni sebesar 3,82 persen. d. Pendapatan Per Kapita Salah satu indikator untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah dapat dilihat dari besarnya PDRB per kapita atau biasa disebut pendapatan perkapita. Indikator ini sekaligus menunjukkan tingkat kemampuan rata-rata penduduk dalam menyediakan barang dan jasa. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar telah menigkatkan pendapatan per kapita penduduk sampai pada tahun 2007 telah mencapai Rp.5.032.233. Kondisi PDRB per kapita penduduk Kabupaten Polewali Mandar, dari tahun 2005 sampai pada tahun 2009 bertumbuh cepat. Pada tahun 2005, PDRB per kapita Kabupaten Polewali Mandar sebesar Rp.3.780.433, kemudian pada tahun 2009, meningkat hingga mencapai Rp.7.034.539. Gambar 1.3 PDRB Perkapita Kabupaten Polewali Mandar dan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2005-2009 PDRB Perkapita Kabupaten Polewali Mandar 8,000,000 7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 2005 2006 Sumber: BPS Kab.Polewali Mandar, 2010 2007 2008 2009