KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN BADAN PENGAWAS PASAR MODAL SETELAH TERBENTUKNYA OTORITAS JASA KEUANGAN JURNAL HUKUM Oh : OLEH : SALMAN AL FARISY NIM : D1A 011 318 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM 2016 Halaman Pengesahan KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN BADAN PENGAWAS PASAR MODAL SETELAH TERBENTUKNYA OTORITAS JASA KEUANGAN OLEH : SALMAN AL FARISY NIM : D1A 011 318 Menyetujui, Mataram, 22 Februari 2016 Pembimbing Pertama, Dr. H. HIRSANUDDIN SH., M.Hum NIP : 196212311988031011 KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN BADAN PENGAWAS PASAR MODAL SETELAH TERBENTUKNYA OTORITAS JASA KEUANGAN SALMAN AL FARISY (D1A 011 318) FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM ABSTRAK Pengaturan dan pengawasan terhadap semua lembaga jasa keuangan di Indonesia sekarang ini dilakukan oleh lembaga baru yang bersifat independen yang dinamakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK. Terkait kedudukan dan kewenangan melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan Pasar Modal yang sebelumnya dijalankan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), saat ini beralih kepada OJK. Oleh sebab itu segala sesuatu yang terjadi di Pasar Modal menjadi tanggung jawab OJK yang salah satunya adalah memberikan perlindungan terhadap para investor di Pasar Modal. Peralihan tersebut tidak diikuti oleh perubahan atau pencabutan peraturan-peraturan terkait pasar modal seperti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang di dalamnya masih mengatur kedudukan dan kewenangan Bapepam. Oleh sebab itu peralihan kedudukan dan kewenangan Bapepam menjadi suatu kajian menarik untuk diteliti lebih dalam. Kata Kunci : Kedudukan, Kewenangan, Pasar Modal, Otoritas Jasa Keuangan. POSITION AND AUTHORITIES OF THE CAPITAL MARKET SUPERVISORY AFTER THE FINANCIAL SERVICE AUTHORITY WAS FORMED ABSTRACT Coordination and suvervision of all the financial service institutions in Indonesia nowadays is taken by a new independent institution which is named Financial Service Authority. Linked to the position and the authorities to guiding, ruling, and suvervicing Capital Market that was done by the Capital Market Supervisory Agency before, todays has been taken places by Financial Servise Authority. So all the thing that had been happenned in Capital Market is to being responsibility of Financial Servise Authority and one of them is to give the protection for investors in Capital Market. These changes did not followed with the regulation changes or to revoke old laws that is linked to Capital Market such as the Act Number 8 Year of 1995 about Capital Market that is still regulates about the position and authorities of Capital Market Suvervisory Agency. Therefor the changes of position and authorities the Capital Market Suvervisory Agency is being the interesting thing to be researhed deeply. Keyword : Position, Authorities, Capital Market, Financial Servise Authority. i I. PENDAHULUAN Pasar Modal (Capital Market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar Modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, Pasar Modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan lainnya.1 Pasal 3 ayat (1) UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyatakan bahwa Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melakukan pelaksanaan, pembinaan, pengaturan dan pengawasan di Pasar Modal. 2 Hal itu menegaskan bahwa UU Pasar Modal (UUPM) memberikan kedudukan dan peranan yang begitu besar kepada Bapepam, tetapi di lain pihak kedudukannya sebagai lembaga birokrasi justru kontradiktif karena hanya menjadi salah satu bagian dalam jajaran Departemen Keuangan. Hal ini ditegaskan pada Pasal 3 ayat (2) UUPM bahwa Bapepam berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Secara umum Undang-undang Pasar Modal mengatur kewenangan dan tugas dari Bapepam sebagai : 1) lembaga pembina, 2) lembaga pengatur; dan 3) lembaga pengawas. 1 Pengantar Pasar Modal – Bursa Efek Indonesia. Diakses melalui www.idx.co.id / id-id / beranda informasi. Pada tanggal 22 Oktober 2015. 2 CST. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-pokok Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997), hlm. 57 ii Dengan lahirnya UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, kewenangan untuk melakukan pengaturan dan pengawasan Pasar Modal oleh Bapepam menjadi pengawasan yang dilakukan oleh lembaga tunggal yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. Lembaga tersebut ialah Otoritas Jasa Keuangan. Oleh sebab itu kewenangan yang sebelumnya di miliki oleh Badan Pengawas Pasar Modal ( Bapepam ) dimiliki juga oleh Otoritas Jasa Keuangan. Oleh sebab itu lahirnya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan yang sekaligus memberikan tanggung jawab kepada OJK melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap semua Lembaga Jasa Keuangan termasuk sektor Pasar Modal yang berdasarkan Pasal 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal merupakan tanggung jawab Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), sehingga terjadi sebuah keadaan di mana ada satu tugas dikerjakan oleh dua lembaga sekaligus. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1) Bagaimanakah kedudukan dan kewenangan Badan Pengawas Pasar Modal setelah berlakunya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan peraturan BAPEPAM di Indonesia ?. 2) Bagaimanakah tanggung jawab OJK dalam melindungi investor di Pasar Modal ? iii Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu : 1) Untuk mengetahui Kedudukan dan Kewenangan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) setelah berlakunya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Peraturan tentang BAPEPAM di Indonesia. 2) Untuk mengetahui tanggung jawab OJK dalam melindungi investor di Pasar Modal. Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini, antara lain dari : 1) Segi Akademis yaitu untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Program Studi Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Mataram. 2) Secara Teoritis yaitu diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran serta pemahaman bagi ilmu pengetahuan mengenai kedudukan dan kewenangan Bapepam setelah terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan. 3) Secara Praktis yaitu dapat menjadi masukan dan tambahan materi bagi para pembacanya. Jenis penelitian ini adalah penelitian normatif. Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian normatif adalah bahan hukum Primer, Sekunder dan Tersier. Pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan tehnik studi dokumen ( library researh ), yaitu dengan cara mencari dan mengumpulkan bahan-bahan kepustakaan yang berupa Perundang-undangan dan buku-buku referensi yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti. Bahan hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan tersebut diolah dan dianalisa dengan metode deskritif kualitatif yaitu penyajian data yang disertai dengan penjelasan-penjelasan, sehingga dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini. iv II. PEMBAHASAN KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN BADAN PENGAWAS PASAR MODAL SETELAH TERBENTUKNYA OTORITAS JASA KEUANGAN Dengan lahirnya Otoritas Jasa Keuangan, maka kedudukan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) yang tadinya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan sekarang berubah dan tidak lagi seperti yang disebutkan dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Sebelum OJK berfungsi sepenuhnya, maka otoritas atau kewengan dari masing-masing lembaga jasa keuangan masih menjadi kewengan lembaga jasa keuangan yang bersangkutan. Misalnya Perbankan masih menjadi kewenangan BI dan lainnya. Begitu juga dengan Pasar Modal masih menjadi tanggung jawab dari Badan Pengawas Pasar Modal sampai dengan tanggal 31 Desember 2013.3 Selama masa transisi, Bapepam masih memiliki kewenangan terhadap Pasar Modal, namun setelah masa transisi penuh maka semua kewenangan Bapepam berpindah kepada Otoritas Jasa Keuangan. Hal ini disebutkan dalam Pasal 55 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan: “Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK.” 3 OJK Tantangan Transisi Ke Superbodi, www.warteekonomi.co.id, diakses tanggal 06 November 2015. v Pasal diatas menegaskan bahwa sejak tanggal 31 Desember 2012 semua fungsi, tugas dan kewenangan Bapepam dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya baik di bidang Pasar Modal dan kegiatan jasa keuangan lainnya seperti Perasuransian, Dana Pensiun, Pembiayaan, dan jasa keuangan lainnya beralih kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dengan beralihnya semua kewenangan Bapepam kepada OJK, maka beralih pula kewenangan Bapepam dalam melakukan pemeriksaan, penyidikan dan penyelsaian sengketa yang belum terselsaikan di Pasar Modal. Hal ini berarti bahwa semua penyidikan, pemeriksaan, dan upaya penyelsaian sengketa baik yang sedang berlangsung atau akan sedang berlangsung di masa yang akan datang diserahkan semuanya kepada Otoritas Jasa Keuangan selaku lembaga tunggal yang memiliki wewenang penuh terhadap semua Lembaga Jasa Keuangan termasuk Pasar Modal. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 68 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan : “Sejak beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, pemeriksaan dan/atau penyidikan yang sedang dilakukan oleh Bank Indonesia, Kementerian Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, penyelesaiannya dilanjutkan oleh OJK”. TANGGUNG JAWAB OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM MELINDUNGI INVESTOR DALAM PASAR MODAL Pasar modal merupakan lembaga penghubung antara pemilik dana (investor) dengan pengguna dana. Pasar modal juga merupakan wadah investasi bagi para investor dan pengusaha serta sumber dana bagi perusahaan yang hendak mengembangkan kegiatan usahanya. Peranan lain dari pasar modal adalah vi mengumpulkan dan mengerahkan tabungan masyarakat untuk keperluan investasi. Sumantoro mengatakan dalam bukunya “Aspek-Aspek Hukum Dan Potensi Pasar Modal di Indonesia” sebagai berikut: “kekuatan ekonomi suatu negara dapat diukur dari kekayaan negara tersebut, yaitu dari tingkat tabungan dan investasinya”.4 Pasar modal tergolong dalam pengertian “financial market” yang bertujuan untuk mengadakan alokasi tabungan (saving) secara efeisien dari pemilik dana (saver) kepada pemakai dana terakhir (ultimate user). Pasar modal merupakan bagian dari pasar keuangan dan dalam menjalankan kegiatannya sama halnya seperti pasar pada umumnya, dimana terdapat sekumpulan orang yang melakukan transaksi jual-beli efek. Seperti halnya pedagang, ada diantara mereka yang berdagang secara jujur, tetapi ada juga diantara mereka yang melakukan beberapa tindakan curang demi memperoleh keuntungan dengan berbagai macam cara. Oleh sebab itu, perlindungan pemodal merupakan hal yang sangat krusial untuk diatur dan dilakukan oleh pemerintah, karena dalam kesehariannya banyak praktek penyalahgunaan (exproporiation) dilakukan oleh pelaku pasar modal terhadap sumber daya perusahaan, dengan cara manipulasi laba, penjualan asset yang dilakukan secara curang, penyertaan anggota keluarga dalam jajaran pimpinan, pembayaran gaji atau kompensasi yang berlebihan pada eksekutif dan lainnya.5 4 Sumantoro, “Aspek-Aspek Hukum Dan Potensi Pasar Modal Di Indonesia”, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986). hlm.32 5 Tito Sofyan, “Perlindungan Hukum Terhadap Pemodal dalam Perdagangan Saham di Pasar Modal”. Disertasi Program Doktor Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Bwawijaya, 2013.. hlm. 10 vii Perlunya dilakukan perlindungan investor, karena dalam hal ini, investor juga memiliki hak dalam melakukan kegiatannya di pasar modal, yang merupakan hak-hak pemodal antara lain :6 1). Hak untuk memperoleh laporan keuangan secara periodik; 2). Hak untuk memperoleh informasi mengenai nilai aktifa bersih harian untuk reksa dana terbuka atau mingguan untuk reksa dana tertutup; 3). Hak menjual kembali (pelunasan) saham atau unit penyertaan pada reksa dana terbuka; 4). Hak atas deviden, dan bunga serta pelunasan utang pokok dalam obligasi; 5). Pembagian uang secara berkala bagi pemegang unit penyertaan jika ada; 6). Hak suara bagi pemegang saham reksa dana perseroan; 7). Hak atas sisa hasil likuidasi. Lahirnya UU OJK yang berlaku tanggal 22 November 2011, menjadi titik awal perubahan dalam pengawasan lembaga keuangan di Indonesia yang pada awalnya dilakukan oleh beberapa lembaga yaitu pengawasan perbankan oleh Bank Indonesia, pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan lainnya oleh BAPEPAM menjadi pengawasan yang dilakukan oleh lembaga tunggal, yaitu OJK. Sejak beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kepada OJK, maka seluruh kekayaan dan dokumen yang dimiliki dan/atau digunakan Bank Indonesia dalam rangka pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan di sektor perbankan dan kekayaan negara dan dokumen yang dimiliki dan/atau digunakan Kementerian Keuangan dan BAPEPEM–LK dalam rangka pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan di sektor pasar modal dapat digunakan oleh OJK. M. Irsan Nasarudin, “Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia”, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 151-154. 6 viii Pelaksanaan kewenangan OJK sebagai lembaga pengawas dilakukan secara: 1). Preventif, yakni dalam bentuk aturan, pedoman, bimbingan, dan pengarahan; 2). Represif, yakni dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan dan penerapan sanksi-sanksi. Perlindungan hukum dalam sistem hukum nasional terhadap pemodal telah diatur secara formal untuk yang pertama kalinya sejak dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1990 tentang Pasar Modal, selanjutnya diatur dalam UUPM beserta Peraturan Pelaksanannya. OJK juga telah mengaturnya secara tegas dalam Pasal 28 sampai Pasal 31 UU OJK. Hal ini merupakan salah satu bentuk perlindungan hukum preventif yang dapat diberikan oleh OJK kepada investor. Dalam Pasal 28 diatur mengenai pencegahan atau langkah untuk mengantisipasi terjadinya kerugian terhadap konsumen dan masyarakat yang dalam hal ini khususnya para investor. Adapun langkah-langkah yang ditempuh OJK tertuang di dalam Pasal 28 huruf (a) sampai huruf (c). “Untuk perlindungan Konsumen dan masyarakat, OJK berwenang melakukan tindakan pencegahan kerugian Konsumen dan masyarakat, yang meliputi: a. memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya; b. meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat; dan c. tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan di sektor jasa keuangan.” Selanjutnya dalam Pasal 29, Otoritas Jasa Keuangan dalam memberikan pelayanan terhadap setiap pengaduan masyarakata atau pengaduan investor yang merasa dirugikan dalam Pasar Modal, maka Otoritas Jasa Keuangan memberikan ix pelayanan berupa : 1). Menyiapkan perangkat memadai yang bertugas melayani pengaduan konsumen (dalam hal ini masyarakat dan investor) yang merasa dirugikan; 2). Membuat mekanisme pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan; 3). Memfasilitasi penyelesaian pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan sesuai dengan peraturan Perundang-undangan di sektor jasa keuangan. Bentuk perlindungan hukum prefentif lainnya juga diatur dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor Kep-716/Bl/2012 tentang Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal, yaitu: “Dalam hal klaim yang diajukan Pemodal atas Dana Perlindungan Pemodal tidak diterima oleh Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal, maka Pemodal berhak mengajukan keberatan atas keputusan Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal kepada Bapepam dan LK dengan prosedur sebagai berikut: 1. Pemodal menyampaikan permohonan dengan mengisi formulir yang ditentukan dalam petunjuk teknis dan pedoman penanganan dan pembayaran klaim yang diterbitkan Dana Perlindungan Pemodal dengan melampirkan dokumen, data, informasi, dan bukti-bukti lainnya sebagaimana disyaratkan dalam formulir tersebut. 2. Permohonan disampaikan dalam jangka waktu tidak lebih dari 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal surat pemberitahuan tidak diterimanya klaim oleh Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal. 3. Apabila Bapepam dan LK menetapkan bahwa klaim dapat diganti rugi oleh Dana Perlindungan Pemodal, maka Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal wajib dalam waktu tidak lebih lama dari 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya penetapan dari Bapepam dan LK melakukan pembayaran kepada Pemodal tersebut sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan oleh Bapepam dan LK”.7 Berdasarkan Pasal di atas, maka dapat diketahui bahwasanya dalam Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-716/BL/2012, apabila 7 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor : Kep-716/BL/2012, angka 11 huruf e. x permohonan pengajuan ganti rugi yang diajukan oleh pemodal tidak dikabulkan oleh penyelenggara perlindungan pemodal, OJK masih memiliki kewenangan untuk mengkaji kembali permohonan tersebut dengan cara pemodal mengajukan keberatan kepada OJK atas keputusan penolakan yang dia terima, dan atas permohonan keberatan pemodal ini, OJK dapat memutuskan hal yang berbeda dengan penyelenggara perlindungan pemodal, yaitu menerima keberatan pemodal, dan penyelenggara dana perlindungan pemodal wajib melaksanakan keputusan OJK ini. Kemudian ketika terjadi suatu pelanggaran atau sengketa di Pasar Modal, Otoritas Jasa Keuangan bertanggung jawab melindungi konsumen dan masyarakat khususnya investor di Pasar Modal. Untuk mewujudkan tanggung jawab tersebut, maka OJK memiliki kewenangan untuk memberikan pembelaan hukum yang meliputi :8 1). Memerintahkan atau melakukan tertentu kepada Lembaga Jasa Keuangan untuk menyelesaikan pengaduan Konsumen yang dirugikan Lembaga Jasa Keuangan dimaksud; 2). Mengajukan gugatan dengan tujuan : a) untuk memperoleh kembali harta kekayaan milik pihak yang dirugikan dari pihak yang menyebabkan kerugian, baik yang berada di bawah penguasaan pihak yang menyebabkan kerugian dimaksud maupun di bawah penguasaan pihak lain dengan itikad tidak baik; dan/atau; b) untuk memperoleh ganti kerugian dari pihak yang menyebabkan kerugian pada Konsumen dan/atau Lembaga Jasa Keuangan sebagai akibat dari pelanggaran atas Peraturan Perundang-undangan di sektor jasa keuangan. 8 Pasal 30 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. xi Selain itu OJK menetapkan kebijakan bahwa penyelesaian sengketa di sektor jasa keuangan diselesaikan melalui 2 (dua) tahapan. Tahapan pertama lembaga jasa keuangan menyelesaikan pengaduan yang disampaikan oleh konsumen. Tahapan kedua, apabila tidak tercapai kesepakatan dalam penyelesaian pengaduan tersebut, konsumen dan lembaga jasa keuangan dapat menyelesaikan sengketanya melalui pengadilan atau di luar pengadilan. xii III. PENUTUP Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat diperoleh simpulan sebagai berikut : 1). Kedudukan dan kewenangan Bapepam setelah berlakunya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu kedudukannya sudah tidak ada lagi atau dengan kata lain Bapepam melebur kepada OJK dan kewenangannya dialihkan kepada OJK. Adapun peraturan tentang Bapepam masih tetap berlaku semuanya kecuali tidak bertentangan dengan peraturan yang ada sebelum adanya perubahan-perubahan terhadap peraturan tersebut; 2). Tanggung jawab OJK dalam melindungi investor di Pasar Modal adalah memberikan perlindungan hukum kepada investor dalam bentuk perlindungan hukum preventif dan represif. Perlindungan hukum preventif adalah upaya melakukan pencegahan terhadap hal-hal yang dapat merugikan investor dengan cara membuat aturan, pedoman, bimbingan, dan pengarahan kepada masyarakat dan invesetor. Perlindungan hukum represif adalah melakukan perbaikan-perbaikan dan memberikan solusi-solusi terkait dengan dengan segala permasalahan yang sudah terlanjur terjadi dengan cara melakukan pemeriksaan, penyidikan, dan menerapkan sanksi-sanksi. Berdasarkan simpulan di atas, dapat diberikan masukan berupa saran, yaitu : 1). Peralihan kedudukan dan kewenangan Bapepam kepada OJK tidak disertai dengan adanya peraturan baru yang mengatur secara khusus tentang Pasar Modal dan termasuk tentang Bapepam di dalamnya. Peraturan lama masih tetap berlaku, yaitu Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal sebagaimana tertulis pada Pasal 70 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 xiii tentang OJK. Hal ini akan menyebabkan adanya tumpang tindih peraturan antara peraturan lama dengan peraturan yang ada. Oleh sebab itu perlu dilakukan harmonisasi atau perubahan Undang-undang terkait, seperti Undang-undang Perbankan, Undang-undang Pasar Modal, dan Undang-undang LPS; 2). Terkait dengan tanggung jawab OJK dalam melindungi investor di Pasar Modal belum diatur secara memadai dan detail dalam Undang-undang OJK sehingga hal ini nantinya akan memberikan keraguan bagi para investor baik investor dalam negeri atau terlebih para investor luar negeri untuk berinvestasi di Indonesia. Oleh sebab itu perlu dibuat sebuah wadah khusus yang berada di bawah OJK untuk menangani segala permasalahan di pasar modal seperti perlindungan investor di pasar modal dan terkait dengan kasus-kasus yang belum terselsaikan oleh Bapepam, sehingga dengan begitu permasalahan-permasalahan di pasar modal dapat diselsaikan secara fokus dan tepat sasaran. DAFTAR PUSTAKA Buku, Makalah, dan Artikel Irsan, M. Nasarrudin, dan Surya, Indra. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Prenada Media Group Cet. Ke-3, Jakarta, 2006. Kansil, CST, dan Kansil, S.T, Christine. Pokok-Pokok Hukum Pasar Modal. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997. Sofyan, Tito. Perlindungan Hukum Terhadap Pemodal dalam Perdagangan Saham di Pasar Modal. Disertasi Program Doktor Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Bwawijaya, 2013. Sumantoro. Aspek-Aspek Hukum Dan Potensi Pasar Modal di Indonesia. Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986. Peraturan Perundang-undangan Indonesia, Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, LN No. 111 Tahun 2011. Indonesia, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, LN No. 64 Tahun 1995. Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal. Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor : Kep-716/BL/2012. Sumber Lain www.idx.co.id. Pengantar Pasar Modal - Bursa Efek Indonesia . www.warteekonomi.co.id. OJK Tantangan Transisi Ke Superbodi. Diakses tanggal 06 November 2015.