Psikologi Komunikasi Materi pertemuan ke-7 Oleh : Kheyene Molekandella Boer, S.Ikom PSIKOLOGI KOMUNIKATOR Apakah Anda percaya ketika seorang dokter menuliskan resep untuk anda sambil terbatukbatuk dan sesekali membersihkan cairan dari hidungnya? Apa Anda juga percaya ketika ada preman berpakaian lusuh, bertato sedang berjalan bersama dua anak kecil? Apa anda mengira itu anaknya? Atau ‘anak buahnya?’ Mengapa Anda lebih bangga ketika skripsi Anda dibimbing oleh seorang profesor lulusan Jerman dibanding profesor lulusan Indonesia? Psikologi komunikasi selalu mempertanyakan “B mengerti saat berdiskusi dengan A” tetapi mengapa “B tidak mengerti ketika berdiskusi dengan C?”. Lingkup psikologi komunikator berusaha membongkar unsur-unsur ketidakefektifan penyampaian pesan tersebut. Perhatikan saja disekeliling kita, ada banyak fenomena komunikasi mulai dari permasalahan sepele seperti cacatnya fisik (misal: tidak dapat berbicara) sehingga membuat manusia tersebut mencari pola-pola komunikasi berbeda untuk dapat bersosialisasi, dan ketika munculnya banyak fenomena bahasa komunitas (prokem) yg menjadi keunikan suatu daerah. Pada bahasan kali ini, kita akan menspesifikan tema tentang “komunikator”, dalam hal ini kita belajar bukan pada konteks bahasa yang digunakan, melainkan lebih melihat kepada diri/siapa yang sedang berbicara?. “He doesn’t communicate what he says, he communicate what he is” (Ia tidak dapat menyuruh pendengar hanya memperhatikan apa yg ia katakan, pendengar juga akan memperhatikan siapa yg mengatakan) Aristoteles menyebut dimensi-dimensi yang ada dalam diri komunikator dengan istilah “ethous” yang terpecah menjadi : a) Kredibilitas. Kredibilitas erat kaitanya dengan persepsi, Cth : Seorang teman bercerita bahwa dia baru pulang dari Amerika untuk studi, persepsi Anda? Dia anak pintar atau bodoh?. Ketika Anda disalon anda melihat sederet piagam penghargaan yang dimiliki pemilik salon? Persepsi Anda? Apa menganggap dia penata rambut profesioanal atau amatiran?. Kredibilitas sifatnya tidak paten, pada pertemuan pertama perkuliahan seorang profesor sengaja menggunakan kaus lusuh berwarna abu-abu, rambut berantakan, menggunakan sandal dengan jeans yg sedikit robek. Tanpa satupun mahasiswanya tahu kalau profesor tersebut lulusan Belanda. Apa kira-kira persepsi mahasiswa tentang dosen tersebut? Inilah yang disebut dgn prior ethos, yaitu hal-hal yang mempengaruhi persepsi komunikan tentang komunikator.Prior ethos bisa timbul dari beberapa hal, seperti atribut non verbal yang digunakan, penggunaan gelar dalam nama dan sebagainya.Bebeda dengan intrinsic ethos, dibentuk oleh topik yang dipilih,cara penyampaian, bahasa yang digunakan,serta organisasi dan sistematika yg dipakai.Contoh : seorang profesor yang menggunakan pakaian lusuh dan jeans sobek tadi, ketika menjelaskan materi dapat mempesona Anda, karena uraian penjelasan yang menarik dan tidak membosankan, disini posisi prior ethos dikalahkan oleh intrinsic ethos. b) Atraksi (Atractivenes) Atraksi interpresonal ; daya tarik fisik, kesamaan, ganjaran dan kemampuan. Fisik ternyata dinilai mempengaruhi keefektifan komunikator dalam menyampaikan pesan. Jika anda perhatikan ada teman anda yg berasal dari Kalimantan, akan merasa lebih nyaman berumpul, sharing dengan orang lain yang juga berasal dari kalimantan? Ada faktor-faktor kesamaan seperti ini disebut dengan kondosi homophily. Jika ada banyak perbedaan (heterophily) cenderung teman tersebut kurang merasa nyaman berkumpul dgn org yg asalnya bukan dari Kalimantan. Fenomena ini sesuai dengan penelitian milik Stotland (1961) yang berasumsi bahwa orang mudah berempati dan merasakan perasaan orang lain yang dipandangnya sama dengan mereka. Oleh karena itu ketika kita ingin mempengaruhi orang lain dengan pesan-pesan yang kita buat, maka kita sebagai komunikator harus menegaskan kesamaan kita dengan orang lain. Keneth Burke seorang ahli retorika menyebutnya dengan istilah “strategy of identification” Herbert W.Simons (1976) memecah unsur-unsur mengapa komunikator yang memiliki kesamaan dengan komunikan, cenderung berkomunikasi lebih efektif? 1) Mempermudah proses penyandian. Proses untuk menerjemahlan lambang-lambang. Ex : Mahasiswa Komunikasi akan lancar berdiskusi tentang media massa dibanding ketika mahasiswa komunikasi berdiskusi tentang media massa dengan mahasiswaa fisika. 2) Membantu membangun premis yg sama. 3) Kesamaan menyebabkan komunikasi tertarik kepada komunikator 4) Kesamaan menumbuhkan rasa hormat dan percaya pada komunikator. c) Kekuasaan French dan Raven (1974) menyebut jenis-jenis kekuasaan : 1) Kekuasaan koersif (coersive power) Komunikator mampu mendatangkan ganjaran/hukuman kepada komunikan yg bersifat personal. Cth “Jika Anda ketahuan meng-copy paste tugas, maka tidak akan saya nilai” 2) Kekuasaan keahlian (expert power) Kekuasaan yg berasal dari pengetahuan,keahlian dan keterampilan. Cth : Seorang karyawan sedang menjalani masa pelatihan dari perusahaan tempat ia bekerja. 3) Kekuasaan informasional (informational power) Ketika laptop Anda rusak, anda cenderung lebih banyak bertanya dan mengikuti saran seorang lulusan sarjana IT, dibanding lulusan lain. 4)Kekuasaan rujukan (referent power) Komunikan menilai dirinya dengan berpatokan pada seorang komunikator, sehingga ia meniru apa yang komunikator sampaikan. Cth : seorang mahasiswa menyukai kelompok Cherrybell, sehingga dia hafal semua lagu, perilaku, kebiasaan personilpersonil Cherybell. Atau Nabi Muhamad adalah figur umat Islam, dimana sampai sekarang perilaku dan ucapanya digunakan sebagai refrensi umat manusia selama hidup didunia. 5)Kekuasaan legal (legimate power) Kekuasaan ini berasal dari seperangkan norma/aturan yang ada pada satu tempat. Cth :Rektor tidak membolehkan mahasiswa berambut gondrong, sehingga para mahasiswa akan mengikuri apa yang diperintahkan rektor.