fakultas bahasa dan seni universitas negeri semarang 2014

advertisement
DANA DIPA UNNES
LAPORAN PROGRAM
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PELATIHAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
KARAKTER BAGI PENGAWAS SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN
PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI
PENGABDIAN KEPADAMASYARAKAT INI DILAKSANAKAN ATAS BIAYA
DIPA Unnes No. 023-04.20.189822/2014
MAK. 4078.032.012.525112
OLEH;
Dra. Sri Prastiti Kusuma,
NIDN 0008056205
Eka Yuli Astuti, S.Pd., MA
NIDN
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
HALAMAN PENGESAHAN
1.JUDUL
2.Bidang Penerapan IPTEK
3.KETUA Tim Pengusul:
a. Nama dan Gelar
b. Jenis Kelamin
c. NIDN
d. Disiplin Ilmu
e. Pangkat/Golngan
f. Jabatan
g. Fakultas/jurusan
h. Alamat
i. Telepon/Fax
j. Alamat Rumah
k. Telepon/Fax
4.Jumlah Anggauta
Nama Anggauta
5.Lokasi Kegiatan
6.Jumlah Belanja yang diusulkan
PELATIHAN
PENGEMBANGAN
MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER BAGI
PENGAWAS
SEKOLAH
DASAR
SEKECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN
WONOGIRI
Pembelajaran
Dra. Sri Prastiti K.A.
Perempuan
0008056205
Pendidikan Bahasa
Penata TK I / IIId
Lektor
Bahasa dan Seni/ Bahasa dan Sastra jawa
Sekaran Gunungpati
024.86458383
Jl. Leyangan Damai Raya No 19 Ungaran Timur
081393211990
Satu orang
Drs. Sukadaryanto, Mhum
Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar
Rp 6.000.0000,.(enam juta rupiyah )
Semarang,
– maret - 2014
Mengetahui
Dekan FBS
Ketua Tim Pengusul
Prof.Dr.Agus Nuryatin,M.Hum.
NIDN 0003086005
Dra. Sri Prastiti K.A.
NIDN 0008056205
Mengetahui
Ketua LP2M Unnes
Prof.Dr.Totok Sumaryanto F.M.Pd
NIDN 0027106405
RINGKASAN
Undang Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Undang Undang Guru dan Dosen,
menuntut penyesuaian penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan guru dan dosen agar
menjadi profesional. Adapun jenis-jenis kompetensi yang dimaksud dalam Undang Undang
tersebut agar guru dan dosen disebut profesional meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesionalisme sehingga berimplikasi pada
peningkatan sumber daya manusia (SDM) Indonesia.
Berdasar dan mengingat pentingnya implementasi UUD tersebut, maka perlu
dilaksanakannya kegiatan pelatihan ini dengan tujuan untuk meningkatan kualitas pribadi
maupun kualitas pendidik dan juga kualitas pelatih.
Kegiatan ini diawali dengan observasi dan wawancara dengan pengawas sekolah di
Kecamatan Pracimantoro berkenaan dengan kesulitan-kesulitan para guru, kususnya pada
saat melaksanakan pembelajaran. Salah satu masalah yang ditemukan adalah kurangnya
variasi model pembelajaran yang di terapkan oleh guru. Berdasakan kondisi tersebut, Tim
merancang kegiatan pelatihan pembelajaran dengan Pelatihan Pengembangan Pelatihan
Pengembangan Model Pembelajaran berbasis Karakter bagi Pengawas Sekolah Dasar
se-kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri. Setelah dirancang, kata sepakat antara
tim dpelatih dan pihak sekolah, ditetapkan untuk dilaksanakan pelatihan dan pihak sekolah
bertanggungjawab atas pengorganisasian peserta pelatihan dan penyediaan sarana dan
prasarana,
Sedangkan
Tim
pelatih
bertanggungjawab
atas
tenaga
pelatih
dan
pengorganisasian materi pelatihan.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pribadi, yang berupa dimilikinya
kemampuan peserta dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berkaitan dengan
kemampuan mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran di kelas yang dapat
mendukung pengembangan profesi maupun peningkatan kualitas sebagai pendidik.
Kegiatan ini dibagi menjadi tahap. Pertama Pemberian materi yang bersifat teoritis,
Kedua kegiatan tugas mandiri yang berupa latihan membuat rancangan pembelajaran dengan
model pembelajaran aktif. Ketiga Demonstrasi dalam bentuk pemaparan dan penerapan
model pembelajaran aktif yang dipilih.
Hasil yang diperolih dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan guru dalam memilih model pembelajaran dan menerapkannya
dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil tersebut, perlu adanya tindak lanjut pelatihan ini dengan kegiatan
berikutnya yaitu Implementasi Model Pembelajaran Aktif pada kegiatan Pembelajaran di
kelas sesuai dengan bidang studi masing-masing.
PRAKATA
Dalam pengakuan serta rengkuhan rahmatNya dan dari lubuk hati yang paling dalam,
penulis menghaturkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Suci, sebab hanya dengan izinNya pelatihan ini dapat kami laksanakan.
Sebagai rasa hormat, pada kesempatan ini kami sampaikan rasa terimakasih pada
semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam
pelaksanaan pelatihan ini. Untuk itu ucapan terimakasih kami haturkan :
1. Yang terhormat, Kepala UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Pracimantoro, juga
seluruh jajarannya beserta staf yang telah memberikan fasilitas dalam pelaksanaan
pelatihan
2. Yang terhormat, Semua pengawas sekolah peserta pelatihan yang telah bekerja sama
dengan harmonis dalam pelaksanaan pelatihan ini
3. Yang terhormat, Ketua LP2M Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan
kesempatan dan dukungan pada kami untuk melaksanakan pelatihan.
4. Yang terhormat, Dekan FBS UNNES yang telah memberi izin dengan segala
fasilitasnya pada kami untuk melaksanakan pelatihan.
Akhirnya kami menyadari, dengan pelatihan ini masih ada kekurangan untuk
sumbang saran dari semua pihak, sangat kami harapkan.
Semarang,
November 2014
Tim
DAFTAR ISI
JUDUL.............................................................................................................
i
PENGESAHAN...............................................................................................
ii
RINGKASAN...................................................................................................
iii
PRAKATA.......................................................................................................
iv
DAFTAR ISI....................................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
vii
I.
II.
III.
IV.
V.
PENDAHULUAN.........................................................................
A. Analisis Situasi........................................................................
B. Perumusan masalah...............................................................
C. Tujuan Kegiatan.....................................................................
D. Manfaat Kegiatan...................................................................
TINJAUAN PUSTAKA................................................................
METODE DAN MATERI
A. Metode......................................................................................
B. Materi........................................................................................
C. Sasaran......................................................................................
D. Keterkaitan................................................................................
E. Monitoring dan Evaluasi.........................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................
a. Hasil kegiatan...........................................................................
b. Pembahasan.............................................................................
SIMPULAN DAN SARAN............................................................
A. Simpulan....................................................................................
B. Saran...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
2
2
2
2
4
5
7
7
7
7
8
8
8
9
9
9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Tugas
Lampiran 2
Rekapitulasi dan Rincian penggunaan dana
Lampiran 3
Presensi
Lampiran 4
Foto Kegiatan
Lampiran 5
Materi Pelatihan
Lampiran 6
Artikel
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
ANALISIS SITUASI
Pendidikan nasional,sebagai salah satu sector pembangunan nasional dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan
sebagai pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga
Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas, sehingga mampu dan
produktif menjawab tantangan jaman yang selalu berubah.
Pasal 3 undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menyatakan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat
berilmu,cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggungjawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal
sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan karakter. Fungsi pendidikan
yang demikian tentunya tidak akan berjalan dengan baik jika dalam proses pembelajaran
siswa diposisikan sebagai objek pembelajaran, dimana kegiatan mereka dominan duduk,
dengar, diam, dan menunggu instruksi dari guru serta diiringi dengan proses
penyeragaman semua proses pembelajaran, sumber pembelajaran, dan penilaian.
Dari sekian banyak unsure sumber daya pendidikan,guru dan kurikulum merupakan
salah satu unsure yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan
proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Kurikulum yang dikembangkan
dengan berbasis kompetensi sangat diperlukan sebagai instrument untuk mengarahkan
peserta didik mencapai tujuan pendidikan nasional menjadi manusia yang berkualitas dan
beraklak mulia.
Sertifikasi guru merupakan suatu upaya yang ditempuh Pemerintah c.q DEpdikbud
untuk meningkatkan kualifikasi dan profesionalisme guru sebagai agen pembelajaran,
yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru, sehingga dapat diharapkan untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Selain meningkatkan
kualitas pembelajaran, produktivitas ilmiah guru, kualifikasi, potensi guru, serta
mengembangkan karier, dipihak lain perlu juga memperhatikan bagaimana menanamkan
disiplin, etika serta meningkatkan kualitas karakter peserta didik. Oleh karena itulah
perlu insane-insan pendidik memahami bagaimana melakukan pembelajaran berbasis
karakter agar tujuan pendidikan tercapai secara utuh.. Dunia pendidikan diharapkan
sebagai motor penggeraka untuk memfasilitasi perkembangan karakter sehingga anggota
masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis
dan demokratis dengan tetap memperhatikan sendi-sendi Negara Kesatuan Republik
Indonesia ( NKRI) dan norma-norma social di masyarakat yang telah menjasi
kesepakatan bersama.
Paradigma tersebut berimplikasi pada penyelenggaraan pembelajaran dan proses
penilaian yang berbasis kelas. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan
pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minai interaksi optimal antara guru dan siswa
sertsa siswa dengan siswa. Penilaian berbasis kelas merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pembelajaran yang dilakukan melalui berbagai cara sebagai upaya untuk
menentukan bentuk pelayanan selanjutnya dalam menuju ketuntasan setiap tahapan
kompetensi.
Sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya, pengembangan kurikulum 2013
lebih menekankan pada perubahan paradigm pembelajaran, Perubahan paradigm
pembelajaran ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan setiap peserta didik
sehingga mereka dapat beradaptasi dan mempertahankan keberlangsungan hidup mereka
dalam situasi yang mengglobal dan fluktuatif di masa depan. (Siskandar,2003)
Berkaitan dengan hal tersebut, profil guru atau pendidik yang diharapkan adalah
pendidik yang mampu memberikan pelayanan pada setiap peserta didik. Untuk itu para
pendidik, harus mengenali keberagaman karakter,potensi, minat dan kemampuan peserta
didik, dan atas dasar keberagaman itu, pendidik merancang strategi yang sesuai. Strategi
yang dimaksud adalah rancangan atau scenario pembelajaran dimana setiap peserta didik
mendapat peluang yang sama dalam pelayanan sehingga meraka memiliki kesempatan
yang sama untuk mengembangkan kompetensi masing-masing. Kondisi ini akan terjadi
apabila guru atau pendidik adalah orang yang kompeten sebagai pendidik, bukan hanya
sebagai pengajar.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka kami tim dosen bahasa jawa FBS unnes akan
melakukan pengabdian pada masyarakat dengan mengambil judul :
WORKSHOP
PEMBELAJARAN
BERBASIS
KARAKTER
BAGI
PENGAWAS SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN PRACIMANTORO
KABUPATEN WONOGIRI
1.2 IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH
Berdasarkian analisis situasi dan kondisi empiris di atas, tampak jelas bahwa guru –
guru SD se Kecamatan pracimantoro dan juga para pengawas yang secara langsung
sebagai konsultan para guru tersebut perlu mendapatkan wawasan yang lebih luas
termasuk bagaimana implementasi pendidikan karakter tersebut, dan bagaimana
merancang pembelajaran berbasis karakter agar tercapai tujuan pendidikan secara utuh
baik mental maupun spiritual.
Terkait dengan itu, permasalahan yang hendak diselesaikan dalam program ini adalah:
“ Bagaimana memberikan wawasan tentang pendidikan karakter bagi guru-guru SD
maupun para pengawas SD se Kecamatan Pracimantoro”
Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah tersebut di atas, maka kegiatan pokok
dalam program ini adalah memberikan pelatihan dalam workshop tentang pembelajaran
berbasis karakter pada para pengawas SD se kecamatan Pracimantoro dan pendampingan
pasca pelatihan.
1.3 TUJUAN PELATIHAN
1. Tujuan Umum
Pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap guru dalam mengembangkan model-model pembelajaran, meningkatkan
kualitas guru dalam membelajarkan bahasa Jawa, serta meningkatkan kemampuan
guru
dalam
menyebarluaskan
keterampilan
mengembangkan
model-model
pembelajaran pada teman sejawat di sekolah maupun di kota setempat.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pelatihan ini adalah meningkatkan profesionalisme peserta dalam hal:
a. Peningkatan Kualitas Pribadi, yang berupa peningkatan kemampuan peserta
dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berkaitan dengan
kemampuan mengembangkan dan menerapkan pembelajaran aktif sebagai model
pembelajran berkarakter yang dapat mendukung pengembangan profesi.
b. Peningkatan Kualitas sebagai Pendidiik, yang berupa peningkatan dalam hal :
1. Mengembangkan indikator yang mampu memfasilitasi kedalaman dan keluasan
siswa menguasai kompetensi bahasa Jawa.
2. Mengembangkan dan mendayagunakan fasilitas, sarana dan prasarana yang
dimiliki sebagai media dan sumber belajar yang dapat memberikan dorongan bagi
siswa untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Jawa
3. Mengembangkan kegiatan belajar yang selaras dengan teori-teori pendidikan
mutakhir
4. Membelajarkan bahasa Jawa menggunakan berbagai model pembelajaran yang di
praktikan di kelas; dan
5. Merefleksikan efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan untuk perbaikan
terus-menerus.
c. Peningkatan Kualitas sebagai pelatih, yang berupa peningkatan kemampuan
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelatihan mengembangkan
pembelajaran aktif sebagai model pembelajaran berkarakter di sekolah dan daerah
masing-masing.
1.4 MANFAAT KEGIATAN
Kegiatan pelatihan pembelajaran berbasis karakter bagi para pengawas SD se kecamatan
pracimantoro ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Para Pengawas SD se Kecamatan Pracimantoro
Bagi para pengawas SD di Kecamatan Pracimantoro, kegiatan ini bermanfaat
untuk meningkatkan pengetahuan dalam hal pengajaran berbasis karakter dan
terampil mengembangkan pembelajaran berbasis karakter. Pengetahuan dan
keterampilan ini merupakan bekal untuk dapat membimbing guru-guru SD dalam
pengajaran berbasis karakter.
2. Bagi Guru-guru SD se Kecamatan Pracimantoro
Guru-guru SD di Kecamatan Pracimantoro melalui bimbingan para pengawasnya
akan dapat mengembangan pendidikan berbasis karakter serta dapat membuat
program pembelajaran berbasis karakter.
3. Bagi Unnes
Program ini sangat bermanfaat dalam menjalin hubungan kerjasama yang
mutualistis antara Unnes dengan masyarakat luas, khususnya masyarakat sekolah,
sehingga potensi yang ada dapat disumbangkan pada masyarakat, khususnya yang
berkenaan dengan sector pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Pendidikan Karakter
Mounier dalam Doni Koesoema A. melihat karakter sebagai dua hal yaitu:
1. Sebagai kumpulan kondisi yang telah diberikan begitu saja atau telah ada begitu saja, yang
lebih kurang dipaksakan dalam dirinya. Karakter yang demikian telah ada dari sananya
(GIVEN).
2. Karakter yang bisa dipahami sebagai tingkat kekuatan seseorang menguasai kondisi
tersebut. Karakter yang demikian ini disebut sebagai sebuah proses yang dikehendaki
(WILLED) ( Koesoema A, 2007 :90-91).
Karakter merupakan sebuah kondisi dinamis struktur antropologi individu, yang tidak
mau sekedar berhenti atas determinasi kodratnya, melainkan juga sebuah usaha hidup untuk
menjadi semakin integral mengatasi determinasi alam dalam dirinya demi proses
penyempurnaan dirinya terus menerus (Doni Koesoema, 2007:104).
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari
hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakininya dan digunakannya sebagai
landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Interaksi seseorang dengan
orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Pendidikan karakter
bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan
hidup/ideology bangsa Indonesia yang telah dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan merupakan gejala insani yang fundamental dalam kehidupan manusia
untuk mengantarkan anak manusia kedunia peradaban. Juga merupakan bimbingan
eksistensial manusiawi dan bimbingan otentik, supaya anak mengenali jati dirinya yang unik,
mampu bertahan memiliki dan melanjutkan atau’ mengembangkan warisan sosial generasi
terdahulu, untuk kemudian dibangun lewat akal budi dan pengalaman.
Pendidikan merupakan pusat pengembangan nilai-nilai sebagai satu kesatuan kegiatan
pendidikan yang terjadi di sekolah. Nilai-nilai yang dimaksud antara lain ; religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai, prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli sosial dan lingkungan dan tanggung jawab. Nilai-nilai tersebut bukan suatu
kompetensi pelajaran, akan tetapi terintegrasi dalam seluruh kegiatan pendidikan.
Pendidikan tidak hanya menjadikan cerdas dan pintar saja tetapi juga mempunyai
budi pekerti dan sopan santun sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi
lebih bermakna baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat pada umumnya. Dengan
demikian pendidikan dapat didefinisikan sebagai sebuah usaha sadar yang ditujukan bagi
pengembangan diri manusia secara utuh, melalui berbagai macam dimensi yang dimiliki
demi proses penyempurnaan dirinya secara terus menerus dalam memaknai hidup bersama
orang lain.
Karakter adalah nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia berdasarkan normanorma agama, budaya, hukum, adat-istiadat, dan estetika. Jadi karakter adalah watak, tabiat,
akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan
yang diyakininya dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan
bertindak.
Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan siswa mengenal
peduli dan menginternalisasi nilai-nilai. Karakter yang dimaksud antara lain : religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai, prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli sosial dan lingkungan dan tanggung jawab.
Karakter yang sangat penting dan mendesak untuk dibangun melalui kompetensi
menyusun laporan keuangan adalah kejujuran, disiplin, tanggung jawab, kreatif dan berfikir
kritis. Karakter ini sangat diperlukan sebagai modal dasar untuk memecahkan masalah besar,
karakter tersebut sangat penting, tetapi justru mulai melemah dalam kehidupan individu dan
masyarakat kita. Padahal, nilai ini dianggap sangat penting dalam berbagai hal dan segala
segmen kehidupan.
Pendidikan karakter pada dasarnya merupakan pengembangan nilai-nilai Pancasila
pada diri siswa melalui pendidikan. Sedangkan tujuan pendidikan nasional adalah rumusan
kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai
satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Dalam tujuan pendidikan nasional terdapat
berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki seorang warga negara Indonesia.
Pendidikan karakter secara akademis dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi
pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak atau pendidikan akhlak dengan tujuan untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam mengambil keputusan dan mewujudkan kebaikan
itu dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter secara praktis dimaknai sebagai suatu sistem karakter suatu
sistem penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) kepada warga sekolah yang meliputi
pengetahuan, kesadaran dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi
manusia unggul dan mulai.
Prinsip dasar program pendidikan karakter antara lain: 1) berkelanjutan mengandung
makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan sebuah proses panjang
dimulai dari siswa masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan, 2) melalui semua
subjek pembelajaran, pengembangan diri, dan budaya satuan pendidikan mensyaratkan
bahwa proses nilai-nilai karakter dilakukan melalui kegiatan kurikuler setiap mata pelajaran,
kokurikuler dan ekstra kurikuler, 3) nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan mengandung
makna bahwa nilai-nilai dan karakter bukanlah bahan ajar. tetapi diinternalisasi melalui
proses pembelajaran. Artinya, nilai-nilai tersebut tidak dijadikan pokok bahasan yang
dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, atau pun fakta
seperti dalam mata pelajaran tertentu, 4) proses pendidikan dilakukan siswa secara aktif dan
menyenangkan. Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh
siswa. Prinsip ini juga menyatakan bahwa pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang
menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif.
2.2 Proses Pendidikan Karakter
Sekolah mempunyai peran yang strategis dalam membentuk manusia berkarakter.
Guru dituntut memiliki karakter yang kuat agar bisa menjadi tauladan sebagai orang yang
memiliki karakter. Guru akan mengalami kesulitan membentuk generasi yang berkarakter,
jika guru belum menjadi manusia yang berkarakter.
Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan pada dasarnya mencakup pengembangan
aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan. Adapun pengembangan
aspek tersebut, bermuatan pada peningkatan dan pengembangan kecapakan hidup yang
diwujudkan melalui pencapaian kompetensi dasar, serta menyesuaikan diri agar berhasil
dalam kehidupan bermasyarakat.
Proses pendidikan karakter melibatkan berbagai komponen yang mendukung, yaitu :
isi kurikulum, proses pembelajaran, kualitas hubungan warga sekolah, pengelolaan
pembelajaran, pengelolaan berbagai kegiatan siswa, pemberdayaan sarana dan prasarana serta
etos kerja seluruh warga sekolah.
Pendidikan karakter bukan standar kompetensi, tetapi terintegrasi kedalam silabus,
RPP dan bahan ajar. Dalam proses pembelajaran, mengusahakan agar siswa mengenal,
menerima nilai-nilai budaya sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan
yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pilihan
selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Proses berfikir, bersikap
dan berbuat dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam melakukan
kegiatan
yang
mendorong
untuk
melihat
diri
sendiri
sebagai
makhluk
sosial.
Pendidikan karakter secara integrasi didalam proses pembelajaran yang dimaksud adalah
pengenalan nilai-nilai, memfasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai dan
penginternalisasi nilai-nilai kedalam tingkah laku siswa sehari-hari melalui proses
pembelajaran. Selain untuk menjadikan siswa menguasai kompetensi yang ditargetkan, juga
untuk menjadikan siswa mengenal, menyadari dan menginternalisasi nilai-nilai menjadikan
perilaku.
Guru sebagai salah satu pembentuk pendidikan karakter siswa, sementara sekolah
sebagai laboratorium karakter dapat membuat suasana pembelajaran untuk membentuk
karakter yang diinginkan. Selain guru beberapa pihak yang turut membentuk karakter siswa
antara lain : 1) orang tua, 2) lingkungan bermain, 3) lingkungan pergaulan.
Karakter adalah watak dasar setiap orang yang bisa diubah dan dibentuk pembentukannya
melalui pendidikan dengan menggunakan berbagai cara. Mengutip Berkowitz (1998) dalam
Megawangi, metode pembentukan karakter menerapkan 4M yaitu : 1) mengetahui (knowing
the good); 2) mencintai (loving the good); 3) menginginkan (desiving the good); dan 4)
mengerjakan (acting the good).
Menurut Aswandi (2010:20) empat hal penting yang mesti diperhatikan ketika
mereaktualisasi pendidikan karakter, antara lain : 1) memberi pemahaman yang benar tentang
pendidikan karakter, 2) pembiasaan, 3) keteladanan dan 4) pembelajaran secara integral.
2.3 Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Merespons sejumlah kelemahan dalam pelaksanaan pendidikan akhlak dan budi
pekerti, terutama melalui dua mata pelajaran (MK) Pendidikan Agama dan Pendidikan
Kewarganegaraan, telah diupayakan inovasi pendidikan karakter.
Inovasi tersebut adalah:
1. Pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi dalam semua mata pelajaran.
Integrasi yang dimaksud meliputi muatan nilai-nilai ke dalam substansi pada
semua mata pelajaran dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi
dipraktikannya nilai-nilai dalam setiap aktivitas di dalam dan di luar kelas untuk
semua mata pelajaran.
2. Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan
pembinaan peserta didik.
3. Selain itu pendidikan karakter dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan sekolah.
Semua urusan sekolah yang melibatkan semua warga sekolah (kemendiknas)
Dari ketiga bentuk inovasi di atas yang paling penting dan langsung bersentuhan
dengan aktivitas pembelajaran sehari-hari adalah pengintegrasian pendidikan karakter di
dalam proses pembelajaran di laksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga
evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran.
BAB III
METODE DAN MATERI
3.1 METODE
Pelatihan ini akan dilaksanakan dengan pendekatan cara berlatih Peserta Aktif dan Model
Lesson Study . Pemberian pengalaman hasil pelatihan lebih banyak diisi dengan kegiatan
mengalami sendiri ( mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan) dalam bentuk
bekerja, berlatih, dan berdiskusi. Dengan pendekatan tersebut akan digunakan
yang
mendominankan diskusi, kegiatan dan kerja peserta. Kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan peserta adalah sebagai berikut;
1. Berlatih mengembangkan indikator yang mampu memfasilitasi kedalaman dan
keluasan siswa menguasai kompetensi bahasa jawa.
2. Mengembangkan dan mendayagunakan bahan-bahan yang dimiliki sebagai materi
belajar yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan siswa untuk meningkatkan
kemampuan bahasa Jawa
3. Mmengembangkan dan mendayagunakan media dan sumber belajar yang dapat
memberikan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan bahasa Jawa.
4. Mengembangkan kegiatan belajar yang selaras dengan teori-teori pendidikan
mutakhir
5. Menyusun dan melaksanakan sistem penilaian bahasa jawa berbasis kelas ( authentic
assesment)
6. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
7. Membelajarkan bahasa Jawa menggunakan berbagai model pembelajaran yang
dipraktikan di kelas
8. Merefleksikan efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan untuk perbaikan terusmenerus; dan
9. Merancang dan melaksanakan pelatihan di sekolah dan di daerah setempat.
Pelatihan ini lebih ditekankan pada kajian pembelajaran (lesson study ) Wujud
kegiatan dengan model ini adalah mengkaji pembelajaran melalui tiga tahapan, yaitu: plan,
do, see. Plan artinya merencanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Do artinya
melaksanakan
pembelajaran
dan
observasi.
See
artinya
merefleksikan
efektivitas
pembelajaran untuk perbaikan. Pelatihan diupayakan seintensif mungkin, dengan demikian,
kegiatan berdiskusi, bekerja dan berlatih akan dapat porsi yang dominan.
3.2 . MATERI PELATIHAN
Rancangan materi Pelatihan Pengembangan Pembelajaran Aktif sebagai Model
Pembelajaran berkarakter bagi guru bahsa Jawa SD, sebagai berikut:
1. Arah kebijakan Pendidikan dan Arah Kebijakan Pendidikan di SD,
2. Standar isi mata pelajaran bahasa jawa
3. Sikap guru dan manajemen Pembelajaran
4. Model-model Pembelajaran Inovatif
5. Lesson Study
6. Apa,Mengapa, dan bagaimana Pendekatan pembelajaran Aktif
7. Strategi pendidikan karakter melalui model pembelajaran
3.3. SASARAN PELATIHAN
Sasaran Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah guru Sekolah Dasar (SD), sekecamatan Pracimantoro, yang dalam hal ini adalah guru bahasa Jawa.
3.4.KETERKAITAN
Kegiatan Pelatihan Pengembangan model pembelajaran berkarakter, secara langsung
akan meningkatkankompetensi guru bahasa Jwa SD, dalam melaksanakan proses
pembelajaran bahasa Jawa dengan memperhatikan aspek-aspek pembelajaran dengan
kompetensi yang harus dicapai
Keterkaitan dari keterampilan menerapkan model-model pembelajaran bagi guru
dengan dinas terkait khususnya Dinas pendidikan dan kebudayaan setempat sangat erat,
mengingat mutu pendidikan sangat dipengaruhi dari hasil proses pembelajaran, dimana
gurulah yang menentukan semua ini, kualitas guru sangat menentukan .Bagi Dinas atau
Pemerintah Daerah dengan adanya kemampuan dan kualitas guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran sebagai sarana tercapainya tujuan pembelajaran maka tujuan Peningkatan
pendidikan pada masyarapat akan tercapai.
Program pengabdian pada masyarakat yang akan dilaksanakan merupakan hasil kerja
sama antara LP2M Unnes, Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Unnes dan Kantor Dinas
pendidikan Kecamatan Pracimantoro.
3.5. MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi (ME) pelatihan ini dilaksanakan dari sisi proses dan hasil
pelatihan, yang meliputi penyaji, peserta dan penyediaan sarana pendukung kegiatan
pelatihan. ME ini dilaksanakan segera setelah proses pelatihan berlangsung setiap tahapannya
dan juga pada akhir pelatihan, Pada akhir pelatihan dilaksanakan refleksi bersama peserta dan
panitia.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang diharapkan dari pelatihan pengembangan pembelajaran aktif sebagai
model pembelajaran berkarakter ini adalah:
a. Peningkatan Kualitas Pribadi, yang berupa dimilikinya kemampuan peserta dalam
hal pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berkaitan dengan kemampuan
mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran di kelas yang dapat
mendukung pengembangan profesi.
b. Peningkatan Kualitas Sebagai pendidik, yang berupa dimilikinya kemampuan
peserta dalam hal
1. Mengembangkan indikator yang mampumemfasilitasi kedalaman dan
keluasan siswa menguasai kompetensi bahasa jawa
2. Mengembangkan dan mendayagunakan fasilitas, sarana dan prasarana yang
dimiliki sebagai media dan sumber belajar yang dapat memberikan dorongan
bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan berbahasaa Jawa
3. Mengembangkan kegiatan belajar yang selaras dengan teori-teori pendidikan
mutakhir
4. Membelajarkan bahasa Jwa menggunakan berbagai model pembelajaran yang
dipraktekkan di kelas; dan
5. Merefleksikan efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan untuk perbaikan
terus-menerus.
c. Peningkatan kualitas sebagai pelatih, yang berupa dimilikinya kemampuan
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pelatihan pengembangan
pembelajaran aktif sebagai model pembelajaran berka
Setelah kegiatan
penyajian materi dilaksanakan, diadakan evaluasi untuk
mengetahui seberapa peserta mampu menyerap seluruh materi yang disajikan oleh
tim pelatih. Berdasarkan hasil evaluasi lisan dan tulis , dapat dikategorikan bahwa
tujuan kegiatan ini, tercapai dengan baik. Pencapaian itu dapat dilihat pula pada
keaktifan dalam mengikuti pelatihan, baik bertanya, berdiskusi maupun presentasi.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Kegiatan ini telah direncanakan dan telah dapat dilaksanakan dengan lancar dan baik
sesuai dengan program kerja, berkat adanya kerjasama yang harmonis antara pihak sekolah
dengan Fakultas Bahasa Dan Seni UNNES yang dalam hal ini Tim Pelatih
Berdasarkan hasil evaluasi, dapat dikategorikan bahwa tujuan kegiatan pelatihan ini,
yakni Pelatihan Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Karakter bagi Pengawas
Sekolah dasar se-kecamatan Pracimantoro Kab. Wonogiri berhasil dengan baik.
5.2 SARAN
1. Sekolah melalui Komite maupun pihak yang berwenang berusaha melengkapi melengkapi
dan memfasilitasi sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran.
2, Guru selalu aktif dan kreatif dalam melaksanakan pembelajaran, baik dalam menentukan
model pembelajaran maupun pemilihan media pembelajaran.
3.Penerapan model pembelajaran aktif ini perlu ditindaklanjuti dengan menerapkannya dalam
pembelajaran
TIM PELAKSANA
2.4 Ketua Pelaksana
a. Nama
b. Jenis kelamin
c. NIDN
d. Pangkat/ Golongan
e. Jabatan
f. Jurusan/Fakultas
g. Bidang Keahlian
h. Waktu untuk kegiatan ini
: Sri Prastiti Kusuma A
: Perempuan
: 0008056205
: Penata TK I/ IIId
: Lektor
: PBSJ / Bahasa dan Seni
: Pembelajaran
: 10 jam/ minggu
2.5 Anggota Pelaksana
a. Nama
b. Jenis Kelamin
c. NIDN
d. Pangkat/Golongan
e. Jabatan
f. Jurusan/Fakultas
g. Bidang Keahlian
h. Waktu untuk kegiatan ini
: Eka Yuli Astuti, S.Pd., M.A
: Perempuan
:
: Penata Muda / III a / 196208051989032001
: Asisten Ahli
: PBSJ/ Bahasa dan Seni
: Pembelajaran
: 3 jam/minggu
DAFTAR PUSTAKA
Benny A Pribadi, 2009, Model Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta, Dian Rakyat
Beverley R. Lord & Jane Robertson. 2006. Students Experiences of Learning in
a Third-year Management Accounting Class : Evidence from New Zealand.
http://www.informaword.com/term-and-conditions-of-access. (18 April 2001).
Gordon Boyce, Sarah William, Andrea Kelly and Helen Yee. 2001. Fostering deep and
Elaborative Learning and Generic (Soft) Skill Development : the strategic use of
Case Studies in Accounting Education.
http://www.informaword.com/term-and-conditions-of-access. (18 April 2001).
Hamalik, Oemar. 2010. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta :
PT Bumi Aksara.
Johnson B. Elaina. Contektual Teaching and Learning. Bandung : Mizan Media Utama.
Joyce Bruce. Weil Marsha, Calhoun Emily. 2009. Models of Teaching.
Yogyakartya : Pustaka Pelajar.
Kemp, SE. Morisson, GR and Ross SM., 1994. Designing Effective Instruction. New York,
Mac Millan College Publishing Company.
Kibler, R.J, et al. 1981. Objectives for Instruction and Evaluation (2nd Ed.). Boston: Allyn
and Bacon, Inc.
Koesoema, A. Doni. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
Jakarta : Grasindo.
Marann Byrne, Barbara Flood and Pauline Willis. 2002. The Relationship Between Learning
Approaches and Learning Outcomes: A Study of Irish Accounting Students.
http://www.infortmaword.com/terms-and-conditions-of-accesss. (18 April 2011).
Muslich Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta :
Bumi Aksara.
Mutmainah, Siti. 2007. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif berbasis Kasus
yang Berpusat pada Mahasiswa Terhadap Efektifitas Pembelajaran Akuntansi
Perilaku. Semarang : FE UNDIP.
Prayitno dan Manullang, Belferik (Editor). 2010. Pendidikan Karakter dalam Pengembangan
Bangsa. Medan : Pascasarjana Unimed.
http://www.inimoumere.com. Diunduh 15 Maret 2011
Proboyoso. 2009. Pedoman Pendidikan Akhlak Mulia Siswa SMK. Jakarta : Depdiknas.
Rajasa, Hatta. 2007. Membangun Karakter dan Kemandirian Bangsa.
http://www.setneg.go.id. Diunduh 15 Maret 2011
Semiawan Conny, dkk. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta : Grasindo.
Slavin. 1995. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta : Gransindo.
Sudjana, Nana. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensiondo.
Sudjana. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Production.
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Sukmadinata, Syaodhi, Nana. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Edisi Revisi. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Syaodih, Nana. 2008. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung
: Rosdakarya.
Supriyono, Agus. 2009. Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Trianto. 2007. Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya : Prestasi
Pustaka.
Trianto.
2010.
Model
Pembelajaran
Terpadu.
Jakarta
:
Bumi
Aksara.
Umi, Sri Mintarti Widjaya. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Mata
Pelajaran Akuntansi di Sekolah Menengah Kejuruan dengan Pendekatan
Kontekstual dan Strategi Problem Based Learning. (Disertasi) Program
Pascasarjana
Universitas
Negeri
Malang.
From
:
http://karya-
ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/3430
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional.
Jakarta, lembaran Negara RI Tahun 2003 No. 78. http://www.hukumonline.com
LAMPIRAN
BIAYA YANG DIBUTUHKAN
1. Honorarium
a. Ketua
6 bulan X a Rp 300.000
= RP 1.800.000
b. Anggauta
6 bulan X a Rp 300.000
= Rp 1.800.000
______________+
= Rp 3.600.000
2.ATK
a. 2 rim kertas HVS aRp 50 000
= Rp
100.000
b. 1 set tinta printer a Rp 125.000
= Rp
125.000
c. Cetak foto kegiatan
= Rp
75.000
______________+
= Rp
300.000
a. Sertifikat
= Rp
150.000
b. Penyusunan dan penggandaan laporan
= Rp
300.000
c. Seminar dan Refleksi hasil Pelatihan
= Rp
450.000
3.Sertifikat dan Laporan
_______________+
= Rp
900.000
a.Perjalanan
= Rp
300.000
b.Pelaksanaan
= Rp
900.000
3.Perjalanan dan Pelaksanaan
_______________+
= Rp
1.200.000
REKAPITULASI BIAYA
1. Honorarium
Rp 3.600.000
2.ATK
Rp
300.000
3.Sertifikat dan Laporan
Rp
900.000
4.Pelaksanaan
Rp 1.200.000
______________+
Rp 6.000.000 ( Enam Juta Rupiah )
MATERI PELATIHAN
PENDIDIKAN KARAKTER
OLEH
SRI PRASTITI KUSUMA A
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
PENDIDIKAN KARAKTER
A. PENDAHULUAN
Karakter manusia telah melekat pada kepribadian seseorang dan ditunjukkan dalam
perilaku kehidupannya sehari-hari. Sejak lahir, manusia telah memiliki potensi karakter yang
ditunjukkan oleh kemampuan kognitif dan sifat-sifat bawaannya. Karakter bawaan akan
berkembang jika mendapat sentuhan pengalaman belajar dari lingkungannya. Keluarga
merupakan lingkungan belajar pertama yang diperoleh anak dan akan menjadi fondasi yang
kuat untuk membentuk karakter setelah dewasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar
50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia empat tahun.
Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia delapan tahun, dan 20% sisanya pada
pertengahan atau akhir dasawarsa kedua (Suyanto, 2010). Perkembangan kecerdasan diiringi
oleh perkembangan mental kepribadian lainnya sampai usia remaja. Setelah dewasa,
kecerdasan maupun perilaku kepribadian sudah relatif stabil, oleh sebab itu jika ingin
membentuk kecerdasan dan karakter, waktu yang paling tepat adalah pada saat usia anakanak sampai dengan remaja.
Pendidikan karakter telah lama menjadi perhatian pemerintah. Dalam Undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 (satu) antara lain
disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Selain di dalam Undang-undang, karakter positif juga banyak ditulis dalam visi
dan misi lembaga pendidikan. Pada umumnya, lembaga pendidikan menyusun visi yang tidak
hanya bermuatan untuk menjadikan lulusannya cerdas tetapi juga berakhlak mulia. Untuk
mengetahui kegiatan apa saja yang telah dilakukan oleh lembaga pendidikan formal dalam
membentuk karakter bangsa, maka perlu dikaji secara lebih mendalam berbagai hasil
penelitian pendidikan karakter dengan menggunakan metode meta analisis ini.
Pendidikan karakter menjadi tanggung jawab bersama bagi semua pendidik, baik di
rumah maupun di sekolah. Pendidikan karakter harus dimulai dari pendidik itu sendiri.
Namun demikian, pada saat ini banyak ditemukan karakter negatif yang justru berasal dari
pendidik itu sendiri. Meski tidak berbasis data penelitian yang akurat, namun pernah
ditemukan kasus/kejadian yang mencoreng nama pendidik seperti: (1) pendidik tidak jujur
dalam membuat karya ilmiah; (2) pendidik yang sedang studi lanjut tidak jujur dalam
mengerjakan soal ujian dengan cara menyalin jawaban temannya; (3) pendidik membantu
siswa supaya lulus ujian nasional; (4) pendidik kurang disiplin; (5) pendidik berbuat curang
dalam menyiapkan berkas kenaikan pangkat dan penilaian portofolio, dll.
Jika kalangan pendidik saja sudah menunjukkan banyak karakter negatif terus
bagaimana dengan karakter peserta didiknya kelak? Fenomena karakter negatif remaja yang
sering menjadi sumber berita di media masa antara lain adalah tindak kekerasan, tawuran,
kenakalan, nyontek pada saat ujian dsb. Mazzola (2003) melakukan survei tentang bullying
(tindak kekerasan) di sekolah. Hasil survei memperoleh temuan sebagai berikut: (1) setiap
hari sekitar 160.000 siswa mendapatkan tindakan bullying di sekolah, 1 dari 3 usia responden
yang diteliti (siswa pada usia 18 tahun) pernah mendapat tindakan kekerasan, 75-80% siswa
pernah mengamati tindak kekerasan, 15-35% siswa adalah korban kekerasan dari tindak
kekerasan maya (cyber-bullying).
Karakter negatif pada orang dewasa sering dilakukan secara tersembunyi sehingga
hanya kalangan tertentu saja yang mengetahuinya. Dengan kemutakhiran teknologi informasi
dan komputer sekarang ini, banyak terjadi karakter negatif di kalangan mahasiswa, antara
lain: (1) menulis tugas makalah hanya mengunduh dari internet; (2) mereplikasi skripsi hasil
karya orang lain; (3) menjawab soal ujian dengan bantuan HP yang dapat tersambung dengan
internet. Jika karakter negatif ini dibiarkan, mahasiswa dikhawatirkan akan menurun
kreativitasnya. Mahasiswa yang seperti ini akan menjadi pemalas, suka menempuh jalan
pintas, tidak suka tantangan dan senang mencari sesuatu yang instan. Padahal di sisi lain,
mahasiswa dituntut memiliki pribadi yang tangguh karena persaingan kerja semakin ketat.
Pembinaan karakter harus terus menerus dilakukan secara holistik dari semua
lingkungan pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Menurut Miftahudin (2010)
pendidikan karakter pada usia dini di keluarga bertujuan untuk pembentukan, pada usia
remaja di sekolah bertujuan untuk pengembangan sedangkan pada usia dewasa di bangku
kuliah bertujuan untuk pemantapan. Tugas-tugas pendidik adalah menyediakan lingkungan
belajar yang baik untuk membentuk, mengembangkan dan memantapkan karakter peserta
didiknya.
Pendidikan karakter dilakukan dengan pembiasaan untuk berperilaku positif dan
menjauhi perilaku negatif. The Character Education Partnership menyusun 11 prinsip
pendidikan karakter yang efektif yaitu: (1) mempromosikan nilai-nilai kode etik berdasarkan
karakter positif; (2) mendefinisikan karakter secara komprehensip untuk berpikir, berperasaan
dan berperilaku; (3) menggunakan pendekatan yang efektif, komprehensif, intensif dan
proaktif; (4) menciptakan komunitas sekolah yang penuh kepedulian; (5) menyediakan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan dan mengembangkan tindakan bermoral; (6)
menyusun kurikulum yang menantang dan bermakna untuk membantu agar semua siswa
dapat mencapai kesuksesan; (7) membangkitkan motivasi instrinsik siswa untuk belajar dan
menjadi orang yang baik di lingkungannya; (8) menganjurkan semua guru sebagai komunitas
yang profesional dan bermoral dalam proses pembelajaran; (9) merangsang tumbuhnya
kepemimpinan yang transformasional untuk mengembangkan pendidikan karakter sepanjang
hayat; (10) melibatkan anggota keluarga dan masyarakat sebagai mitra dalam pendidikan
karakter; (11) mengevaluasi karakter warga sekolah untuk memperoleh informasi dan
merangcang usaha-usaha pendidikan karakter selanjutnya (Lickona, Schaps, & Lewis: 2003).
B.
TAHAPAN-TAAHAPAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS
LINGKUNGAN
YANG
MENGINTEGRASI
PENDIDIKAN
BERBASIS
LINGKUNGAN
Posted by Mahmuddin pada Juni 11, 2003
Mengintegrasikan pendidikan karakter dalam mata pelajaran dilakukan melalui proses
belajar dengan kegiatan yang dirancang sedemikian rupa sehingga memfasilitasi siswa
mengenal nilai-nilai. Pada dasarnya, setiap kegiatan belajar biologi mengembangkan
kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Oleh karena itu, tidak selalu
diperlukan kegiatan belajar khusus untuk mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan
karakter bangsa.
Meskipun demikian, pembelajaran perlu dikembangkan menanamkan nilai-nilai
tertentu seperti kerja keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, dan gemar membaca. Untuk pengembangan beberapa nilai lain seperti peduli
sosial, peduli lingkungan, rasa ingin tahu, dan kreatif memerlukan upaya pengkondisian
sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai itu (Depdiknas, 2010).
Pengembangan nilai-nilai pendidikan karakater bangsa diintegrasikan dalam setiap
standar kompetensi/kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut
dicantumkan dalam silabus dan rencana pelaksana pembelajaran. Pengembangan nilai-nilai
itu dalam pembelajaran ditempuh melalui tahapan di bawah ini.
1. Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi
(SI) untuk menentukan nilai-nilai karakter bangsa yang dapat dicakup. Pada proses
ini, analisis dapat dilakukan analisis konsep, analisis tugas, analisis karakteristik
siswa, karakteristik lingkungan, dan sumber belajar yang dibutuhkan.
2. Menunjukkan keterkaitan SK/KD dengan nilai karakter bangsa untuk menentukan
nilai-nilai yang akan dikembangkan.
3. Mencantumkankan nilai-nilai karakter bangsa ke dalam silabus.
4. Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP.
5. Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan
peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya
dalam perilaku yang sesuai.
6. Memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan untuk
menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku.
Adapun contoh analisis pengembangan pembelajaran yang dimaksud pada langkah di
atas, dapat ditunjukkan pada contoh analisis SK/KD di bawah ini.
A. Analisis SK/KD
Standar Kompetensi: memahami pentingnya proses metabolisme pada organism.
Kompetensi Dasar : mendeskripsikan proses katabolisme dan anabolisme karbohidrat
1.
Analisis konsep anabolisme karbohidrat:

Anabolisme karbohidrat meliputi penyusunan karbohidrat dari senyawa
anorganik dengan melalui proses fotosintesis dan kemosintesis.

Organisme fotosintetik memiliki klorofil dan menyerap energi cahaya, air, dan
karbondioksida dari alam, serta mengeluarkan oksigen ke alam.

Karbohidrat yang dihasilkan dalam fotosintesis sebagian disimpan dalam
tubuh sebagai pembentuk organ maupun makanan cadangan.

Organisme heterotrof mengambil makanan dengan memakan tubuh organisme
fotosintetik, sedangkan oksigen diserap sebagai bahan respirasi (katabolisme
karbohidrat menjadi energi di dalam tubuh organisme heterotrof).
2. Analisis Tugas
Berdasarkan analisis konsep anabolisme di atas, maka tugas belajar bagi siswa
terdiri atas, (1) memahami konsep fotosintesis, (2) memahami proses fotosintesis
pada tumbuhan, (3) mengonstruksi gagasan untuk mengimplementasikan konsep
fotosintesis dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup manusia.
3. Analisis karakteristik siswa

Siswa memiliki latar belakang keluarga yang bekerja sebagai karyawan PT.
Vale Indonesia dan penduduk asli Soroako.

Kemampuan belajar siswa kelas XII IPA umumnya lebih adaptif terhadap
tuntutan skenario guru.

Motivasi belajar siswa termasuk kategori tinggi, dan ditunjukkan dengan
partisipasi belajar dan tanggung jawab terhadap tugas.
4. Analisis karakteristik lingkungan belajar

Sarana belajar didukung oleh kelas mata pelajaran yang bersifat permanen.

Lingkungan Soroako terdiri atas hutan-hutan lindung, area tambang, danau
yang luas, fasilitas umum dan pemukiman yang tertata, serta lingkungan sosial
yang mendukung pendidikan bagi anak.
5. Analisis sumber belajar
Untuk mendukung pencapaian kompetensi melalui tugas belajar, maka sumber
belajar yang dibutuhkan dalam pembelajaran adalah:

Buku referensi terdiri atas buku siswa (BSE) dan penerbit Esis, Campbell dkk.

Panduan percobaan dan perangkat percobaan fotosintesis (Ingenhouze dan
Sach)

Area lapangan golf Soroako yang meliputi, sungai kecil dan kolam-kolam
buatan yang mengandung tanaman air hydrilla, persawahan, kebun, golf hole
area.

Petani dan Golfer

Bahan dan media lain yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik siswa.
B. Analisis Kegiatan Pembelajaran yang Mengintegrasikan Nilai Karakter Bangsa
Berdasarkan analisis SK/KD maka kegiatan pembelajaran untuk mencapai
kompetensi dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Studi pustaka konsep dan proses fotosintesis pada tumbuhan biji (penyajian dan
LKS/tugas terstruktur)
2. Observasi lapangan ke area lapangan golf (tugas mandiri)
3. Percobaan tentang faktor yang berpengaruh terhadap fotosintesis di area lapangan
golf (praktik laboratorium terbuka)
4. Diskusi proses dan hasil percobaan fotosintesis
5. Penyusunan laporan hasil percobaan (tugas mandiri)
6. Eksposisi gagasan (tugas mandiri)
7. Evaluasi dan refleksi
C. Analisis Keterkaitan Nilai Karakter Bangsa
Berdasarkan analisi SK/KD maka nilai karakter bangsa yang dapat terkait dalam
pembelajaran ini adalah 1) Rasa ingin tahu, 2) Jujur, 3) Kerja keras, 4)Disiplin, 5)
Kreatif, 6) Mandiri, 7) Cinta tanah air, 8) Persahabatan, 9) Peduli lingkungan, 10)
Tanggung jawab.
DANA DIPA UNNES
ARTTIKEL
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PELATIHAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
KARAKTER BAGI PENGAWAS SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN
PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI
PENGABDIAN KEPADAMASYARAKAT INI DILAKSANAKAN ATAS BIAYA
DIPA Unnes No. 023-04.20.189822/2014
MAK. 4078.032.012.525112
OLEH;
Dra. Sri Prastiti Kusuma,
NIDN 0008056205
Eka Yuli Astuti, S.Pd., MA
NIDN
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
ARTIKEL
PELATIHAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
KARAKTER BAGI PENGAWAS SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN
PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI
PENDAHULUAN
Undang Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Undang Undang Guru dan Dosen,
menuntut penyesuaian penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan guru dan dosen agar
menjadi profesional. Adapun jenis-jenis kompetensi yang dimaksud dalam Undang Undang
tersebut agar guru dan dosen disebut profesional meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesionalisme sehingga berimplikasi pada
peningkatan sumber daya manusia (SDM) Indonesia.
Berdasar dan mengingat pentingnya implementasi UUD tersebut, maka perlu
dilaksanakannya kegiatan pelatihan ini dengan tujuan untuk meningkatan kualitas pribadi
maupun kualitas pendidik dan juga kualitas pelatih.
Kegiatan ini diawali dengan observasi dan wawancara dengan pengawas sekolah di
Kecamatan Pracimantoro berkenaan dengan kesulitan-kesulitan para guru, khususnya pada
saat melaksanakan pembelajaran. Salah satu masalah yang ditemukan adalah kurangnya
variasi model pembelajaran yang di terapkan oleh guru. Berdasakan kondisi tersebut, Tim
merancang kegiatan pelatihan pembelajaran dengan Pelatihan Pengembangan Pelatihan
Pengembangan Model Pembelajaran berbasis Karakter bagi Pengawas Sekolah Dasar
se-kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri. Setelah dirancang, kata sepakat antara
tim dpelatih dan pihak sekolah, ditetapkan untuk dilaksanakan pelatihan dan pihak sekolah
bertanggungjawab atas pengorganisasian peserta pelatihan dan penyediaan sarana dan
prasarana,
Sedangkan
Tim
pelatih
bertanggungjawab
atas
tenaga
pelatih
dan
pengorganisasian materi pelatihan.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pribadi, yang berupa dimilikinya
kemampuan peserta dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berkaitan dengan
kemampuan mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran di kelas yang dapat
mendukung pengembangan profesi maupun peningkatan kualitas sebagai pendidik.
Kegiatan ini dibagi menjadi tahap. Pertama Pemberian materi yang bersifat teoritis,
Kedua kegiatan tugas mandiri yang berupa latihan membuat rancangan pembelajaran dengan
model pembelajaran aktif. Ketiga Demonstrasi dalam bentuk pemaparan dan penerapan
model pembelajaran aktif yang dipilih.
Hasil yang diperolih dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan guru dalam memilih model pembelajaran dan menerapkannya
dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil tersebut, perlu adanya tindak lanjut pelatihan ini dengan kegiatan
berikutnya yaitu Implementasi Model Pembelajaran Aktif pada kegiatan Pembelajaran di
kelas sesuai dengan bidang studi masing-masing.
METODE DAN TEKNIK PELATIHAN
Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam pengabdian pada masyarakat ini,
maka langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
1) Pelatihan
Jenis kegiatan dan tujuan yang ingin dicapai dalam pelatihan ini adalah sebagai
berikut:
Jenis kegiatan
1. Ceramah, diskusi dan Tanya
jawab tentang pendidikan/
pembelajaran berbasis karakter
Tujuan yang ingin dicapai
1. Memahami
pendidikan/pembelajaran
berbasis karakter
2. Latihan membuat program
pengajaran berbasis karakter
2’. Terampil membuat program
pengajaran berbasis karakter
2) Pasca Pelatihan
Agar kegiatan mendapatkan hasil yang maksimal, maka pada pasca pelatihan
dilakukan kegiatan pendampingan dan monitoring. Kegiatan pendampingan dan
monitoring ini dilakukan untuk memantau kegiatan peserta pelatihan dalam hal
melakukan bimbingan pada guru-guru SD dalam merancang pembelajaran berbasis
karakter. Pada saat pendampingan dan monitoring ini juga dilakukan evaluasi
terhadap keberhasilan program yang dilaksanakan.
PEMBAHASAN
Hasil yang diharapkan dari pelatihan pengembangan pembelajaran aktif sebagai
model pembelajaran berkarakter ini adalah:
a. Peningkatan Kualitas Pribadi, yang berupa dimilikinya kemampuan peserta dalam
hal pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berkaitan dengan kemampuan
mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran di kelas yang dapat
mendukung pengembangan profesi.
b. Peningkatan Kualitas Sebagai pendidik, yang berupa dimilikinya kemampuan
peserta dalam hal
1. Mengembangkan indikator yang mampumemfasilitasi kedalaman dan
keluasan siswa menguasai kompetensi bahasa jawa
2. Mengembangkan dan mendayagunakan fasilitas, sarana dan prasarana yang
dimiliki sebagai media dan sumber belajar yang dapat memberikan dorongan
bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan berbahasaa Jawa
3. Mengembangkan kegiatan belajar yang selaras dengan teori-teori pendidikan
mutakhir
4. Membelajarkan bahasa Jawa menggunakan berbagai model pembelajaran
yang dipraktekkan di kelas; dan
5. Merefleksikan efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan untuk perbaikan
terus-menerus.
c. Peningkatan kualitas sebagai pelatih, yang berupa dimilikinya kemampuan
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pelatihan pengembangan
pembelajaran aktif sebagai model pembelajaran berka
Setelah kegiatan
penyajian materi dilaksanakan, diadakan evaluasi untuk
mengetahui seberapa peserta mampu menyerap seluruh materi yang disajikan oleh
tim pelatih. Berdasarkan hasil evaluasi lisan dan tulis , dapat dikategorikan bahwa
tujuan kegiatan ini, tercapai dengan baik. Pencapaian itu dapat dilihat pula pada
keaktifan dalam mengikuti pelatihan, baik bertanya, berdiskusi maupun presentasi.
DAFTAR PUSTAKA
Benny A Pribadi, 2009, Model Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta, Dian Rakyat
Beverley R. Lord & Jane Robertson. 2006. Students Experiences of Learning in
a Third-year Management Accounting Class : Evidence from New Zealand.
http://www.informaword.com/term-and-conditions-of-access. (18 April 2001).
Gordon Boyce, Sarah William, Andrea Kelly and Helen Yee. 2001. Fostering deep and
Elaborative Learning and Generic (Soft) Skill Development : the strategic use of
Case Studies in Accounting Education.
http://www.informaword.com/term-and-conditions-of-access. (18 April 2001).
Hamalik, Oemar. 2010. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta :
PT Bumi Aksara.
Johnson B. Elaina. Contektual Teaching and Learning. Bandung : Mizan Media Utama.
Joyce Bruce. Weil Marsha, Calhoun Emily. 2009. Models of Teaching.
Yogyakartya : Pustaka Pelajar.
Kemp, SE. Morisson, GR and Ross SM., 1994. Designing Effective Instruction. New York,
Mac Millan College Publishing Company.
Kibler, R.J, et al. 1981. Objectives for Instruction and Evaluation (2nd Ed.). Boston: Allyn
and Bacon, Inc.
Koesoema, A. Doni. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
Jakarta : Grasindo.
Marann Byrne, Barbara Flood and Pauline Willis. 2002. The Relationship Between Learning
Approaches and Learning Outcomes: A Study of Irish Accounting Students.
http://www.infortmaword.com/terms-and-conditions-of-accesss. (18 April 2011).
Muslich Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta :
Bumi Aksara.
Mutmainah, Siti. 2007. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif berbasis Kasus
yang Berpusat pada Mahasiswa Terhadap Efektifitas Pembelajaran Akuntansi
Perilaku. Semarang : FE UNDIP.
Prayitno dan Manullang, Belferik (Editor). 2010. Pendidikan Karakter dalam Pengembangan
Bangsa. Medan : Pascasarjana Unimed.
http://www.inimoumere.com. Diunduh 15 Maret 2011
Proboyoso. 2009. Pedoman Pendidikan Akhlak Mulia Siswa SMK. Jakarta : Depdiknas.
Rajasa, Hatta. 2007. Membangun Karakter dan Kemandirian Bangsa.
http://www.setneg.go.id. Diunduh 15 Maret 2011
Semiawan Conny, dkk. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta : Grasindo.
Slavin. 1995. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta : Gransindo.
Sudjana, Nana. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensiondo.
Sudjana. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Production.
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Sukmadinata, Syaodhi, Nana. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Edisi Revisi. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Syaodih, Nana. 2008. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung
: Rosdakarya.
Supriyono, Agus. 2009. Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Trianto. 2007. Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya : Prestasi
Pustaka.
Trianto.
2010.
Model
Pembelajaran
Terpadu.
Jakarta
:
Bumi
Aksara.
Umi, Sri Mintarti Widjaya. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Mata
Pelajaran Akuntansi di Sekolah Menengah Kejuruan dengan Pendekatan
Kontekstual dan Strategi Problem Based Learning. (Disertasi) Program
Pascasarjana
Universitas
Negeri
Malang.
From
:
http://karya-
ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/3430
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional.
Jakarta, lembaran Negara RI Tahun 2003 No. 78. http://www.hukumonline.com
LAMPIRAN
Download