DANA DIPA UNNES LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER BAGI PENGAWAS SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI PENGABDIAN KEPADAMASYARAKAT INI DILAKSANAKAN ATAS BIAYA DIPA Unnes No. 023-04.20.189822/2014 MAK. 4078.032.012.525112 OLEH; Dra. Sri Prastiti Kusuma, NIDN 0008056205 Eka Yuli Astuti, S.Pd., MA NIDN FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014 HALAMAN PENGESAHAN 1.JUDUL 2.Bidang Penerapan IPTEK 3.KETUA Tim Pengusul: a. Nama dan Gelar b. Jenis Kelamin c. NIDN d. Disiplin Ilmu e. Pangkat/Golngan f. Jabatan g. Fakultas/jurusan h. Alamat i. Telepon/Fax j. Alamat Rumah k. Telepon/Fax 4.Jumlah Anggauta Nama Anggauta 5.Lokasi Kegiatan 6.Jumlah Belanja yang diusulkan PELATIHAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER BAGI PENGAWAS SEKOLAH DASAR SEKECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI Pembelajaran Dra. Sri Prastiti K.A. Perempuan 0008056205 Pendidikan Bahasa Penata TK I / IIId Lektor Bahasa dan Seni/ Bahasa dan Sastra jawa Sekaran Gunungpati 024.86458383 Jl. Leyangan Damai Raya No 19 Ungaran Timur 081393211990 Satu orang Drs. Sukadaryanto, Mhum Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar Rp 6.000.0000,.(enam juta rupiyah ) Semarang, – maret - 2014 Mengetahui Dekan FBS Ketua Tim Pengusul Prof.Dr.Agus Nuryatin,M.Hum. NIDN 0003086005 Dra. Sri Prastiti K.A. NIDN 0008056205 Mengetahui Ketua LP2M Unnes Prof.Dr.Totok Sumaryanto F.M.Pd NIDN 0027106405 RINGKASAN Undang Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Undang Undang Guru dan Dosen, menuntut penyesuaian penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan guru dan dosen agar menjadi profesional. Adapun jenis-jenis kompetensi yang dimaksud dalam Undang Undang tersebut agar guru dan dosen disebut profesional meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesionalisme sehingga berimplikasi pada peningkatan sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Berdasar dan mengingat pentingnya implementasi UUD tersebut, maka perlu dilaksanakannya kegiatan pelatihan ini dengan tujuan untuk meningkatan kualitas pribadi maupun kualitas pendidik dan juga kualitas pelatih. Kegiatan ini diawali dengan observasi dan wawancara dengan pengawas sekolah di Kecamatan Pracimantoro berkenaan dengan kesulitan-kesulitan para guru, kususnya pada saat melaksanakan pembelajaran. Salah satu masalah yang ditemukan adalah kurangnya variasi model pembelajaran yang di terapkan oleh guru. Berdasakan kondisi tersebut, Tim merancang kegiatan pelatihan pembelajaran dengan Pelatihan Pengembangan Pelatihan Pengembangan Model Pembelajaran berbasis Karakter bagi Pengawas Sekolah Dasar se-kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri. Setelah dirancang, kata sepakat antara tim dpelatih dan pihak sekolah, ditetapkan untuk dilaksanakan pelatihan dan pihak sekolah bertanggungjawab atas pengorganisasian peserta pelatihan dan penyediaan sarana dan prasarana, Sedangkan Tim pelatih bertanggungjawab atas tenaga pelatih dan pengorganisasian materi pelatihan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pribadi, yang berupa dimilikinya kemampuan peserta dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berkaitan dengan kemampuan mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran di kelas yang dapat mendukung pengembangan profesi maupun peningkatan kualitas sebagai pendidik. Kegiatan ini dibagi menjadi tahap. Pertama Pemberian materi yang bersifat teoritis, Kedua kegiatan tugas mandiri yang berupa latihan membuat rancangan pembelajaran dengan model pembelajaran aktif. Ketiga Demonstrasi dalam bentuk pemaparan dan penerapan model pembelajaran aktif yang dipilih. Hasil yang diperolih dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam memilih model pembelajaran dan menerapkannya dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil tersebut, perlu adanya tindak lanjut pelatihan ini dengan kegiatan berikutnya yaitu Implementasi Model Pembelajaran Aktif pada kegiatan Pembelajaran di kelas sesuai dengan bidang studi masing-masing. PRAKATA Dalam pengakuan serta rengkuhan rahmatNya dan dari lubuk hati yang paling dalam, penulis menghaturkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Suci, sebab hanya dengan izinNya pelatihan ini dapat kami laksanakan. Sebagai rasa hormat, pada kesempatan ini kami sampaikan rasa terimakasih pada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam pelaksanaan pelatihan ini. Untuk itu ucapan terimakasih kami haturkan : 1. Yang terhormat, Kepala UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Pracimantoro, juga seluruh jajarannya beserta staf yang telah memberikan fasilitas dalam pelaksanaan pelatihan 2. Yang terhormat, Semua pengawas sekolah peserta pelatihan yang telah bekerja sama dengan harmonis dalam pelaksanaan pelatihan ini 3. Yang terhormat, Ketua LP2M Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan dan dukungan pada kami untuk melaksanakan pelatihan. 4. Yang terhormat, Dekan FBS UNNES yang telah memberi izin dengan segala fasilitasnya pada kami untuk melaksanakan pelatihan. Akhirnya kami menyadari, dengan pelatihan ini masih ada kekurangan untuk sumbang saran dari semua pihak, sangat kami harapkan. Semarang, November 2014 Tim DAFTAR ISI JUDUL............................................................................................................. i PENGESAHAN............................................................................................... ii RINGKASAN................................................................................................... iii PRAKATA....................................................................................................... iv DAFTAR ISI.................................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... vii I. II. III. IV. V. PENDAHULUAN......................................................................... A. Analisis Situasi........................................................................ B. Perumusan masalah............................................................... C. Tujuan Kegiatan..................................................................... D. Manfaat Kegiatan................................................................... TINJAUAN PUSTAKA................................................................ METODE DAN MATERI A. Metode...................................................................................... B. Materi........................................................................................ C. Sasaran...................................................................................... D. Keterkaitan................................................................................ E. Monitoring dan Evaluasi......................................................... HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................... a. Hasil kegiatan........................................................................... b. Pembahasan............................................................................. SIMPULAN DAN SARAN............................................................ A. Simpulan.................................................................................... B. Saran........................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1 2 2 2 2 4 5 7 7 7 7 8 8 8 9 9 9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Tugas Lampiran 2 Rekapitulasi dan Rincian penggunaan dana Lampiran 3 Presensi Lampiran 4 Foto Kegiatan Lampiran 5 Materi Pelatihan Lampiran 6 Artikel BAB I PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI Pendidikan nasional,sebagai salah satu sector pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas, sehingga mampu dan produktif menjawab tantangan jaman yang selalu berubah. Pasal 3 undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat berilmu,cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan karakter. Fungsi pendidikan yang demikian tentunya tidak akan berjalan dengan baik jika dalam proses pembelajaran siswa diposisikan sebagai objek pembelajaran, dimana kegiatan mereka dominan duduk, dengar, diam, dan menunggu instruksi dari guru serta diiringi dengan proses penyeragaman semua proses pembelajaran, sumber pembelajaran, dan penilaian. Dari sekian banyak unsure sumber daya pendidikan,guru dan kurikulum merupakan salah satu unsure yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis kompetensi sangat diperlukan sebagai instrument untuk mengarahkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan nasional menjadi manusia yang berkualitas dan beraklak mulia. Sertifikasi guru merupakan suatu upaya yang ditempuh Pemerintah c.q DEpdikbud untuk meningkatkan kualifikasi dan profesionalisme guru sebagai agen pembelajaran, yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru, sehingga dapat diharapkan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Selain meningkatkan kualitas pembelajaran, produktivitas ilmiah guru, kualifikasi, potensi guru, serta mengembangkan karier, dipihak lain perlu juga memperhatikan bagaimana menanamkan disiplin, etika serta meningkatkan kualitas karakter peserta didik. Oleh karena itulah perlu insane-insan pendidik memahami bagaimana melakukan pembelajaran berbasis karakter agar tujuan pendidikan tercapai secara utuh.. Dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggeraka untuk memfasilitasi perkembangan karakter sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan sendi-sendi Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI) dan norma-norma social di masyarakat yang telah menjasi kesepakatan bersama. Paradigma tersebut berimplikasi pada penyelenggaraan pembelajaran dan proses penilaian yang berbasis kelas. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minai interaksi optimal antara guru dan siswa sertsa siswa dengan siswa. Penilaian berbasis kelas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran yang dilakukan melalui berbagai cara sebagai upaya untuk menentukan bentuk pelayanan selanjutnya dalam menuju ketuntasan setiap tahapan kompetensi. Sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya, pengembangan kurikulum 2013 lebih menekankan pada perubahan paradigm pembelajaran, Perubahan paradigm pembelajaran ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan setiap peserta didik sehingga mereka dapat beradaptasi dan mempertahankan keberlangsungan hidup mereka dalam situasi yang mengglobal dan fluktuatif di masa depan. (Siskandar,2003) Berkaitan dengan hal tersebut, profil guru atau pendidik yang diharapkan adalah pendidik yang mampu memberikan pelayanan pada setiap peserta didik. Untuk itu para pendidik, harus mengenali keberagaman karakter,potensi, minat dan kemampuan peserta didik, dan atas dasar keberagaman itu, pendidik merancang strategi yang sesuai. Strategi yang dimaksud adalah rancangan atau scenario pembelajaran dimana setiap peserta didik mendapat peluang yang sama dalam pelayanan sehingga meraka memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan kompetensi masing-masing. Kondisi ini akan terjadi apabila guru atau pendidik adalah orang yang kompeten sebagai pendidik, bukan hanya sebagai pengajar. Berdasarkan kondisi tersebut, maka kami tim dosen bahasa jawa FBS unnes akan melakukan pengabdian pada masyarakat dengan mengambil judul : WORKSHOP PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER BAGI PENGAWAS SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI 1.2 IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH Berdasarkian analisis situasi dan kondisi empiris di atas, tampak jelas bahwa guru – guru SD se Kecamatan pracimantoro dan juga para pengawas yang secara langsung sebagai konsultan para guru tersebut perlu mendapatkan wawasan yang lebih luas termasuk bagaimana implementasi pendidikan karakter tersebut, dan bagaimana merancang pembelajaran berbasis karakter agar tercapai tujuan pendidikan secara utuh baik mental maupun spiritual. Terkait dengan itu, permasalahan yang hendak diselesaikan dalam program ini adalah: “ Bagaimana memberikan wawasan tentang pendidikan karakter bagi guru-guru SD maupun para pengawas SD se Kecamatan Pracimantoro” Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah tersebut di atas, maka kegiatan pokok dalam program ini adalah memberikan pelatihan dalam workshop tentang pembelajaran berbasis karakter pada para pengawas SD se kecamatan Pracimantoro dan pendampingan pasca pelatihan. 1.3 TUJUAN PELATIHAN 1. Tujuan Umum Pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap guru dalam mengembangkan model-model pembelajaran, meningkatkan kualitas guru dalam membelajarkan bahasa Jawa, serta meningkatkan kemampuan guru dalam menyebarluaskan keterampilan mengembangkan model-model pembelajaran pada teman sejawat di sekolah maupun di kota setempat. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus pelatihan ini adalah meningkatkan profesionalisme peserta dalam hal: a. Peningkatan Kualitas Pribadi, yang berupa peningkatan kemampuan peserta dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berkaitan dengan kemampuan mengembangkan dan menerapkan pembelajaran aktif sebagai model pembelajran berkarakter yang dapat mendukung pengembangan profesi. b. Peningkatan Kualitas sebagai Pendidiik, yang berupa peningkatan dalam hal : 1. Mengembangkan indikator yang mampu memfasilitasi kedalaman dan keluasan siswa menguasai kompetensi bahasa Jawa. 2. Mengembangkan dan mendayagunakan fasilitas, sarana dan prasarana yang dimiliki sebagai media dan sumber belajar yang dapat memberikan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Jawa 3. Mengembangkan kegiatan belajar yang selaras dengan teori-teori pendidikan mutakhir 4. Membelajarkan bahasa Jawa menggunakan berbagai model pembelajaran yang di praktikan di kelas; dan 5. Merefleksikan efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan untuk perbaikan terus-menerus. c. Peningkatan Kualitas sebagai pelatih, yang berupa peningkatan kemampuan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelatihan mengembangkan pembelajaran aktif sebagai model pembelajaran berkarakter di sekolah dan daerah masing-masing. 1.4 MANFAAT KEGIATAN Kegiatan pelatihan pembelajaran berbasis karakter bagi para pengawas SD se kecamatan pracimantoro ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Para Pengawas SD se Kecamatan Pracimantoro Bagi para pengawas SD di Kecamatan Pracimantoro, kegiatan ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dalam hal pengajaran berbasis karakter dan terampil mengembangkan pembelajaran berbasis karakter. Pengetahuan dan keterampilan ini merupakan bekal untuk dapat membimbing guru-guru SD dalam pengajaran berbasis karakter. 2. Bagi Guru-guru SD se Kecamatan Pracimantoro Guru-guru SD di Kecamatan Pracimantoro melalui bimbingan para pengawasnya akan dapat mengembangan pendidikan berbasis karakter serta dapat membuat program pembelajaran berbasis karakter. 3. Bagi Unnes Program ini sangat bermanfaat dalam menjalin hubungan kerjasama yang mutualistis antara Unnes dengan masyarakat luas, khususnya masyarakat sekolah, sehingga potensi yang ada dapat disumbangkan pada masyarakat, khususnya yang berkenaan dengan sector pendidikan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Pendidikan Karakter Mounier dalam Doni Koesoema A. melihat karakter sebagai dua hal yaitu: 1. Sebagai kumpulan kondisi yang telah diberikan begitu saja atau telah ada begitu saja, yang lebih kurang dipaksakan dalam dirinya. Karakter yang demikian telah ada dari sananya (GIVEN). 2. Karakter yang bisa dipahami sebagai tingkat kekuatan seseorang menguasai kondisi tersebut. Karakter yang demikian ini disebut sebagai sebuah proses yang dikehendaki (WILLED) ( Koesoema A, 2007 :90-91). Karakter merupakan sebuah kondisi dinamis struktur antropologi individu, yang tidak mau sekedar berhenti atas determinasi kodratnya, melainkan juga sebuah usaha hidup untuk menjadi semakin integral mengatasi determinasi alam dalam dirinya demi proses penyempurnaan dirinya terus menerus (Doni Koesoema, 2007:104). Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakininya dan digunakannya sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Pendidikan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup/ideology bangsa Indonesia yang telah dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional. Pendidikan merupakan gejala insani yang fundamental dalam kehidupan manusia untuk mengantarkan anak manusia kedunia peradaban. Juga merupakan bimbingan eksistensial manusiawi dan bimbingan otentik, supaya anak mengenali jati dirinya yang unik, mampu bertahan memiliki dan melanjutkan atau’ mengembangkan warisan sosial generasi terdahulu, untuk kemudian dibangun lewat akal budi dan pengalaman. Pendidikan merupakan pusat pengembangan nilai-nilai sebagai satu kesatuan kegiatan pendidikan yang terjadi di sekolah. Nilai-nilai yang dimaksud antara lain ; religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai, prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial dan lingkungan dan tanggung jawab. Nilai-nilai tersebut bukan suatu kompetensi pelajaran, akan tetapi terintegrasi dalam seluruh kegiatan pendidikan. Pendidikan tidak hanya menjadikan cerdas dan pintar saja tetapi juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi lebih bermakna baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat pada umumnya. Dengan demikian pendidikan dapat didefinisikan sebagai sebuah usaha sadar yang ditujukan bagi pengembangan diri manusia secara utuh, melalui berbagai macam dimensi yang dimiliki demi proses penyempurnaan dirinya secara terus menerus dalam memaknai hidup bersama orang lain. Karakter adalah nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia berdasarkan normanorma agama, budaya, hukum, adat-istiadat, dan estetika. Jadi karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakininya dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan siswa mengenal peduli dan menginternalisasi nilai-nilai. Karakter yang dimaksud antara lain : religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai, prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial dan lingkungan dan tanggung jawab. Karakter yang sangat penting dan mendesak untuk dibangun melalui kompetensi menyusun laporan keuangan adalah kejujuran, disiplin, tanggung jawab, kreatif dan berfikir kritis. Karakter ini sangat diperlukan sebagai modal dasar untuk memecahkan masalah besar, karakter tersebut sangat penting, tetapi justru mulai melemah dalam kehidupan individu dan masyarakat kita. Padahal, nilai ini dianggap sangat penting dalam berbagai hal dan segala segmen kehidupan. Pendidikan karakter pada dasarnya merupakan pengembangan nilai-nilai Pancasila pada diri siswa melalui pendidikan. Sedangkan tujuan pendidikan nasional adalah rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Dalam tujuan pendidikan nasional terdapat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki seorang warga negara Indonesia. Pendidikan karakter secara akademis dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak atau pendidikan akhlak dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam mengambil keputusan dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter secara praktis dimaknai sebagai suatu sistem karakter suatu sistem penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) kepada warga sekolah yang meliputi pengetahuan, kesadaran dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia unggul dan mulai. Prinsip dasar program pendidikan karakter antara lain: 1) berkelanjutan mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan sebuah proses panjang dimulai dari siswa masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan, 2) melalui semua subjek pembelajaran, pengembangan diri, dan budaya satuan pendidikan mensyaratkan bahwa proses nilai-nilai karakter dilakukan melalui kegiatan kurikuler setiap mata pelajaran, kokurikuler dan ekstra kurikuler, 3) nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan mengandung makna bahwa nilai-nilai dan karakter bukanlah bahan ajar. tetapi diinternalisasi melalui proses pembelajaran. Artinya, nilai-nilai tersebut tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, atau pun fakta seperti dalam mata pelajaran tertentu, 4) proses pendidikan dilakukan siswa secara aktif dan menyenangkan. Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh siswa. Prinsip ini juga menyatakan bahwa pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif. 2.2 Proses Pendidikan Karakter Sekolah mempunyai peran yang strategis dalam membentuk manusia berkarakter. Guru dituntut memiliki karakter yang kuat agar bisa menjadi tauladan sebagai orang yang memiliki karakter. Guru akan mengalami kesulitan membentuk generasi yang berkarakter, jika guru belum menjadi manusia yang berkarakter. Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan pada dasarnya mencakup pengembangan aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan. Adapun pengembangan aspek tersebut, bermuatan pada peningkatan dan pengembangan kecapakan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi dasar, serta menyesuaikan diri agar berhasil dalam kehidupan bermasyarakat. Proses pendidikan karakter melibatkan berbagai komponen yang mendukung, yaitu : isi kurikulum, proses pembelajaran, kualitas hubungan warga sekolah, pengelolaan pembelajaran, pengelolaan berbagai kegiatan siswa, pemberdayaan sarana dan prasarana serta etos kerja seluruh warga sekolah. Pendidikan karakter bukan standar kompetensi, tetapi terintegrasi kedalam silabus, RPP dan bahan ajar. Dalam proses pembelajaran, mengusahakan agar siswa mengenal, menerima nilai-nilai budaya sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pilihan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Proses berfikir, bersikap dan berbuat dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan yang mendorong untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial. Pendidikan karakter secara integrasi didalam proses pembelajaran yang dimaksud adalah pengenalan nilai-nilai, memfasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai dan penginternalisasi nilai-nilai kedalam tingkah laku siswa sehari-hari melalui proses pembelajaran. Selain untuk menjadikan siswa menguasai kompetensi yang ditargetkan, juga untuk menjadikan siswa mengenal, menyadari dan menginternalisasi nilai-nilai menjadikan perilaku. Guru sebagai salah satu pembentuk pendidikan karakter siswa, sementara sekolah sebagai laboratorium karakter dapat membuat suasana pembelajaran untuk membentuk karakter yang diinginkan. Selain guru beberapa pihak yang turut membentuk karakter siswa antara lain : 1) orang tua, 2) lingkungan bermain, 3) lingkungan pergaulan. Karakter adalah watak dasar setiap orang yang bisa diubah dan dibentuk pembentukannya melalui pendidikan dengan menggunakan berbagai cara. Mengutip Berkowitz (1998) dalam Megawangi, metode pembentukan karakter menerapkan 4M yaitu : 1) mengetahui (knowing the good); 2) mencintai (loving the good); 3) menginginkan (desiving the good); dan 4) mengerjakan (acting the good). Menurut Aswandi (2010:20) empat hal penting yang mesti diperhatikan ketika mereaktualisasi pendidikan karakter, antara lain : 1) memberi pemahaman yang benar tentang pendidikan karakter, 2) pembiasaan, 3) keteladanan dan 4) pembelajaran secara integral. 2.3 Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Merespons sejumlah kelemahan dalam pelaksanaan pendidikan akhlak dan budi pekerti, terutama melalui dua mata pelajaran (MK) Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan, telah diupayakan inovasi pendidikan karakter. Inovasi tersebut adalah: 1. Pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Integrasi yang dimaksud meliputi muatan nilai-nilai ke dalam substansi pada semua mata pelajaran dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi dipraktikannya nilai-nilai dalam setiap aktivitas di dalam dan di luar kelas untuk semua mata pelajaran. 2. Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan peserta didik. 3. Selain itu pendidikan karakter dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan sekolah. Semua urusan sekolah yang melibatkan semua warga sekolah (kemendiknas) Dari ketiga bentuk inovasi di atas yang paling penting dan langsung bersentuhan dengan aktivitas pembelajaran sehari-hari adalah pengintegrasian pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran di laksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. BAB III METODE DAN MATERI 3.1 METODE Pelatihan ini akan dilaksanakan dengan pendekatan cara berlatih Peserta Aktif dan Model Lesson Study . Pemberian pengalaman hasil pelatihan lebih banyak diisi dengan kegiatan mengalami sendiri ( mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan) dalam bentuk bekerja, berlatih, dan berdiskusi. Dengan pendekatan tersebut akan digunakan yang mendominankan diskusi, kegiatan dan kerja peserta. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan peserta adalah sebagai berikut; 1. Berlatih mengembangkan indikator yang mampu memfasilitasi kedalaman dan keluasan siswa menguasai kompetensi bahasa jawa. 2. Mengembangkan dan mendayagunakan bahan-bahan yang dimiliki sebagai materi belajar yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan siswa untuk meningkatkan kemampuan bahasa Jawa 3. Mmengembangkan dan mendayagunakan media dan sumber belajar yang dapat memberikan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan bahasa Jawa. 4. Mengembangkan kegiatan belajar yang selaras dengan teori-teori pendidikan mutakhir 5. Menyusun dan melaksanakan sistem penilaian bahasa jawa berbasis kelas ( authentic assesment) 6. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran 7. Membelajarkan bahasa Jawa menggunakan berbagai model pembelajaran yang dipraktikan di kelas 8. Merefleksikan efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan untuk perbaikan terusmenerus; dan 9. Merancang dan melaksanakan pelatihan di sekolah dan di daerah setempat. Pelatihan ini lebih ditekankan pada kajian pembelajaran (lesson study ) Wujud kegiatan dengan model ini adalah mengkaji pembelajaran melalui tiga tahapan, yaitu: plan, do, see. Plan artinya merencanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Do artinya melaksanakan pembelajaran dan observasi. See artinya merefleksikan efektivitas pembelajaran untuk perbaikan. Pelatihan diupayakan seintensif mungkin, dengan demikian, kegiatan berdiskusi, bekerja dan berlatih akan dapat porsi yang dominan. 3.2 . MATERI PELATIHAN Rancangan materi Pelatihan Pengembangan Pembelajaran Aktif sebagai Model Pembelajaran berkarakter bagi guru bahsa Jawa SD, sebagai berikut: 1. Arah kebijakan Pendidikan dan Arah Kebijakan Pendidikan di SD, 2. Standar isi mata pelajaran bahasa jawa 3. Sikap guru dan manajemen Pembelajaran 4. Model-model Pembelajaran Inovatif 5. Lesson Study 6. Apa,Mengapa, dan bagaimana Pendekatan pembelajaran Aktif 7. Strategi pendidikan karakter melalui model pembelajaran 3.3. SASARAN PELATIHAN Sasaran Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah guru Sekolah Dasar (SD), sekecamatan Pracimantoro, yang dalam hal ini adalah guru bahasa Jawa. 3.4.KETERKAITAN Kegiatan Pelatihan Pengembangan model pembelajaran berkarakter, secara langsung akan meningkatkankompetensi guru bahasa Jwa SD, dalam melaksanakan proses pembelajaran bahasa Jawa dengan memperhatikan aspek-aspek pembelajaran dengan kompetensi yang harus dicapai Keterkaitan dari keterampilan menerapkan model-model pembelajaran bagi guru dengan dinas terkait khususnya Dinas pendidikan dan kebudayaan setempat sangat erat, mengingat mutu pendidikan sangat dipengaruhi dari hasil proses pembelajaran, dimana gurulah yang menentukan semua ini, kualitas guru sangat menentukan .Bagi Dinas atau Pemerintah Daerah dengan adanya kemampuan dan kualitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sebagai sarana tercapainya tujuan pembelajaran maka tujuan Peningkatan pendidikan pada masyarapat akan tercapai. Program pengabdian pada masyarakat yang akan dilaksanakan merupakan hasil kerja sama antara LP2M Unnes, Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa Unnes dan Kantor Dinas pendidikan Kecamatan Pracimantoro. 3.5. MONITORING DAN EVALUASI Monitoring dan evaluasi (ME) pelatihan ini dilaksanakan dari sisi proses dan hasil pelatihan, yang meliputi penyaji, peserta dan penyediaan sarana pendukung kegiatan pelatihan. ME ini dilaksanakan segera setelah proses pelatihan berlangsung setiap tahapannya dan juga pada akhir pelatihan, Pada akhir pelatihan dilaksanakan refleksi bersama peserta dan panitia. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diharapkan dari pelatihan pengembangan pembelajaran aktif sebagai model pembelajaran berkarakter ini adalah: a. Peningkatan Kualitas Pribadi, yang berupa dimilikinya kemampuan peserta dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berkaitan dengan kemampuan mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran di kelas yang dapat mendukung pengembangan profesi. b. Peningkatan Kualitas Sebagai pendidik, yang berupa dimilikinya kemampuan peserta dalam hal 1. Mengembangkan indikator yang mampumemfasilitasi kedalaman dan keluasan siswa menguasai kompetensi bahasa jawa 2. Mengembangkan dan mendayagunakan fasilitas, sarana dan prasarana yang dimiliki sebagai media dan sumber belajar yang dapat memberikan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan berbahasaa Jawa 3. Mengembangkan kegiatan belajar yang selaras dengan teori-teori pendidikan mutakhir 4. Membelajarkan bahasa Jwa menggunakan berbagai model pembelajaran yang dipraktekkan di kelas; dan 5. Merefleksikan efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan untuk perbaikan terus-menerus. c. Peningkatan kualitas sebagai pelatih, yang berupa dimilikinya kemampuan merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pelatihan pengembangan pembelajaran aktif sebagai model pembelajaran berka Setelah kegiatan penyajian materi dilaksanakan, diadakan evaluasi untuk mengetahui seberapa peserta mampu menyerap seluruh materi yang disajikan oleh tim pelatih. Berdasarkan hasil evaluasi lisan dan tulis , dapat dikategorikan bahwa tujuan kegiatan ini, tercapai dengan baik. Pencapaian itu dapat dilihat pula pada keaktifan dalam mengikuti pelatihan, baik bertanya, berdiskusi maupun presentasi. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN Kegiatan ini telah direncanakan dan telah dapat dilaksanakan dengan lancar dan baik sesuai dengan program kerja, berkat adanya kerjasama yang harmonis antara pihak sekolah dengan Fakultas Bahasa Dan Seni UNNES yang dalam hal ini Tim Pelatih Berdasarkan hasil evaluasi, dapat dikategorikan bahwa tujuan kegiatan pelatihan ini, yakni Pelatihan Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Karakter bagi Pengawas Sekolah dasar se-kecamatan Pracimantoro Kab. Wonogiri berhasil dengan baik. 5.2 SARAN 1. Sekolah melalui Komite maupun pihak yang berwenang berusaha melengkapi melengkapi dan memfasilitasi sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran. 2, Guru selalu aktif dan kreatif dalam melaksanakan pembelajaran, baik dalam menentukan model pembelajaran maupun pemilihan media pembelajaran. 3.Penerapan model pembelajaran aktif ini perlu ditindaklanjuti dengan menerapkannya dalam pembelajaran TIM PELAKSANA 2.4 Ketua Pelaksana a. Nama b. Jenis kelamin c. NIDN d. Pangkat/ Golongan e. Jabatan f. Jurusan/Fakultas g. Bidang Keahlian h. Waktu untuk kegiatan ini : Sri Prastiti Kusuma A : Perempuan : 0008056205 : Penata TK I/ IIId : Lektor : PBSJ / Bahasa dan Seni : Pembelajaran : 10 jam/ minggu 2.5 Anggota Pelaksana a. Nama b. Jenis Kelamin c. NIDN d. Pangkat/Golongan e. Jabatan f. Jurusan/Fakultas g. Bidang Keahlian h. Waktu untuk kegiatan ini : Eka Yuli Astuti, S.Pd., M.A : Perempuan : : Penata Muda / III a / 196208051989032001 : Asisten Ahli : PBSJ/ Bahasa dan Seni : Pembelajaran : 3 jam/minggu DAFTAR PUSTAKA Benny A Pribadi, 2009, Model Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta, Dian Rakyat Beverley R. Lord & Jane Robertson. 2006. Students Experiences of Learning in a Third-year Management Accounting Class : Evidence from New Zealand. http://www.informaword.com/term-and-conditions-of-access. (18 April 2001). Gordon Boyce, Sarah William, Andrea Kelly and Helen Yee. 2001. Fostering deep and Elaborative Learning and Generic (Soft) Skill Development : the strategic use of Case Studies in Accounting Education. http://www.informaword.com/term-and-conditions-of-access. (18 April 2001). Hamalik, Oemar. 2010. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : PT Bumi Aksara. Johnson B. Elaina. Contektual Teaching and Learning. Bandung : Mizan Media Utama. Joyce Bruce. Weil Marsha, Calhoun Emily. 2009. Models of Teaching. Yogyakartya : Pustaka Pelajar. Kemp, SE. Morisson, GR and Ross SM., 1994. Designing Effective Instruction. New York, Mac Millan College Publishing Company. Kibler, R.J, et al. 1981. Objectives for Instruction and Evaluation (2nd Ed.). Boston: Allyn and Bacon, Inc. Koesoema, A. Doni. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta : Grasindo. Marann Byrne, Barbara Flood and Pauline Willis. 2002. The Relationship Between Learning Approaches and Learning Outcomes: A Study of Irish Accounting Students. http://www.infortmaword.com/terms-and-conditions-of-accesss. (18 April 2011). Muslich Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta : Bumi Aksara. Mutmainah, Siti. 2007. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif berbasis Kasus yang Berpusat pada Mahasiswa Terhadap Efektifitas Pembelajaran Akuntansi Perilaku. Semarang : FE UNDIP. Prayitno dan Manullang, Belferik (Editor). 2010. Pendidikan Karakter dalam Pengembangan Bangsa. Medan : Pascasarjana Unimed. http://www.inimoumere.com. Diunduh 15 Maret 2011 Proboyoso. 2009. Pedoman Pendidikan Akhlak Mulia Siswa SMK. Jakarta : Depdiknas. Rajasa, Hatta. 2007. Membangun Karakter dan Kemandirian Bangsa. http://www.setneg.go.id. Diunduh 15 Maret 2011 Semiawan Conny, dkk. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta : Grasindo. Slavin. 1995. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta : Gransindo. Sudjana, Nana. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensiondo. Sudjana. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Production. Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara. Sukmadinata, Syaodhi, Nana. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Edisi Revisi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Sukmadinata, Syaodih, Nana. 2008. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung : Rosdakarya. Supriyono, Agus. 2009. Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Trianto. 2007. Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya : Prestasi Pustaka. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara. Umi, Sri Mintarti Widjaya. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Mata Pelajaran Akuntansi di Sekolah Menengah Kejuruan dengan Pendekatan Kontekstual dan Strategi Problem Based Learning. (Disertasi) Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. From : http://karya- ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/3430 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional. Jakarta, lembaran Negara RI Tahun 2003 No. 78. http://www.hukumonline.com LAMPIRAN BIAYA YANG DIBUTUHKAN 1. Honorarium a. Ketua 6 bulan X a Rp 300.000 = RP 1.800.000 b. Anggauta 6 bulan X a Rp 300.000 = Rp 1.800.000 ______________+ = Rp 3.600.000 2.ATK a. 2 rim kertas HVS aRp 50 000 = Rp 100.000 b. 1 set tinta printer a Rp 125.000 = Rp 125.000 c. Cetak foto kegiatan = Rp 75.000 ______________+ = Rp 300.000 a. Sertifikat = Rp 150.000 b. Penyusunan dan penggandaan laporan = Rp 300.000 c. Seminar dan Refleksi hasil Pelatihan = Rp 450.000 3.Sertifikat dan Laporan _______________+ = Rp 900.000 a.Perjalanan = Rp 300.000 b.Pelaksanaan = Rp 900.000 3.Perjalanan dan Pelaksanaan _______________+ = Rp 1.200.000 REKAPITULASI BIAYA 1. Honorarium Rp 3.600.000 2.ATK Rp 300.000 3.Sertifikat dan Laporan Rp 900.000 4.Pelaksanaan Rp 1.200.000 ______________+ Rp 6.000.000 ( Enam Juta Rupiah ) MATERI PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER OLEH SRI PRASTITI KUSUMA A FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014 PENDIDIKAN KARAKTER A. PENDAHULUAN Karakter manusia telah melekat pada kepribadian seseorang dan ditunjukkan dalam perilaku kehidupannya sehari-hari. Sejak lahir, manusia telah memiliki potensi karakter yang ditunjukkan oleh kemampuan kognitif dan sifat-sifat bawaannya. Karakter bawaan akan berkembang jika mendapat sentuhan pengalaman belajar dari lingkungannya. Keluarga merupakan lingkungan belajar pertama yang diperoleh anak dan akan menjadi fondasi yang kuat untuk membentuk karakter setelah dewasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia empat tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia delapan tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua (Suyanto, 2010). Perkembangan kecerdasan diiringi oleh perkembangan mental kepribadian lainnya sampai usia remaja. Setelah dewasa, kecerdasan maupun perilaku kepribadian sudah relatif stabil, oleh sebab itu jika ingin membentuk kecerdasan dan karakter, waktu yang paling tepat adalah pada saat usia anakanak sampai dengan remaja. Pendidikan karakter telah lama menjadi perhatian pemerintah. Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 (satu) antara lain disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selain di dalam Undang-undang, karakter positif juga banyak ditulis dalam visi dan misi lembaga pendidikan. Pada umumnya, lembaga pendidikan menyusun visi yang tidak hanya bermuatan untuk menjadikan lulusannya cerdas tetapi juga berakhlak mulia. Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang telah dilakukan oleh lembaga pendidikan formal dalam membentuk karakter bangsa, maka perlu dikaji secara lebih mendalam berbagai hasil penelitian pendidikan karakter dengan menggunakan metode meta analisis ini. Pendidikan karakter menjadi tanggung jawab bersama bagi semua pendidik, baik di rumah maupun di sekolah. Pendidikan karakter harus dimulai dari pendidik itu sendiri. Namun demikian, pada saat ini banyak ditemukan karakter negatif yang justru berasal dari pendidik itu sendiri. Meski tidak berbasis data penelitian yang akurat, namun pernah ditemukan kasus/kejadian yang mencoreng nama pendidik seperti: (1) pendidik tidak jujur dalam membuat karya ilmiah; (2) pendidik yang sedang studi lanjut tidak jujur dalam mengerjakan soal ujian dengan cara menyalin jawaban temannya; (3) pendidik membantu siswa supaya lulus ujian nasional; (4) pendidik kurang disiplin; (5) pendidik berbuat curang dalam menyiapkan berkas kenaikan pangkat dan penilaian portofolio, dll. Jika kalangan pendidik saja sudah menunjukkan banyak karakter negatif terus bagaimana dengan karakter peserta didiknya kelak? Fenomena karakter negatif remaja yang sering menjadi sumber berita di media masa antara lain adalah tindak kekerasan, tawuran, kenakalan, nyontek pada saat ujian dsb. Mazzola (2003) melakukan survei tentang bullying (tindak kekerasan) di sekolah. Hasil survei memperoleh temuan sebagai berikut: (1) setiap hari sekitar 160.000 siswa mendapatkan tindakan bullying di sekolah, 1 dari 3 usia responden yang diteliti (siswa pada usia 18 tahun) pernah mendapat tindakan kekerasan, 75-80% siswa pernah mengamati tindak kekerasan, 15-35% siswa adalah korban kekerasan dari tindak kekerasan maya (cyber-bullying). Karakter negatif pada orang dewasa sering dilakukan secara tersembunyi sehingga hanya kalangan tertentu saja yang mengetahuinya. Dengan kemutakhiran teknologi informasi dan komputer sekarang ini, banyak terjadi karakter negatif di kalangan mahasiswa, antara lain: (1) menulis tugas makalah hanya mengunduh dari internet; (2) mereplikasi skripsi hasil karya orang lain; (3) menjawab soal ujian dengan bantuan HP yang dapat tersambung dengan internet. Jika karakter negatif ini dibiarkan, mahasiswa dikhawatirkan akan menurun kreativitasnya. Mahasiswa yang seperti ini akan menjadi pemalas, suka menempuh jalan pintas, tidak suka tantangan dan senang mencari sesuatu yang instan. Padahal di sisi lain, mahasiswa dituntut memiliki pribadi yang tangguh karena persaingan kerja semakin ketat. Pembinaan karakter harus terus menerus dilakukan secara holistik dari semua lingkungan pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Menurut Miftahudin (2010) pendidikan karakter pada usia dini di keluarga bertujuan untuk pembentukan, pada usia remaja di sekolah bertujuan untuk pengembangan sedangkan pada usia dewasa di bangku kuliah bertujuan untuk pemantapan. Tugas-tugas pendidik adalah menyediakan lingkungan belajar yang baik untuk membentuk, mengembangkan dan memantapkan karakter peserta didiknya. Pendidikan karakter dilakukan dengan pembiasaan untuk berperilaku positif dan menjauhi perilaku negatif. The Character Education Partnership menyusun 11 prinsip pendidikan karakter yang efektif yaitu: (1) mempromosikan nilai-nilai kode etik berdasarkan karakter positif; (2) mendefinisikan karakter secara komprehensip untuk berpikir, berperasaan dan berperilaku; (3) menggunakan pendekatan yang efektif, komprehensif, intensif dan proaktif; (4) menciptakan komunitas sekolah yang penuh kepedulian; (5) menyediakan kesempatan kepada siswa untuk melakukan dan mengembangkan tindakan bermoral; (6) menyusun kurikulum yang menantang dan bermakna untuk membantu agar semua siswa dapat mencapai kesuksesan; (7) membangkitkan motivasi instrinsik siswa untuk belajar dan menjadi orang yang baik di lingkungannya; (8) menganjurkan semua guru sebagai komunitas yang profesional dan bermoral dalam proses pembelajaran; (9) merangsang tumbuhnya kepemimpinan yang transformasional untuk mengembangkan pendidikan karakter sepanjang hayat; (10) melibatkan anggota keluarga dan masyarakat sebagai mitra dalam pendidikan karakter; (11) mengevaluasi karakter warga sekolah untuk memperoleh informasi dan merangcang usaha-usaha pendidikan karakter selanjutnya (Lickona, Schaps, & Lewis: 2003). B. TAHAPAN-TAAHAPAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN YANG MENGINTEGRASI PENDIDIKAN BERBASIS LINGKUNGAN Posted by Mahmuddin pada Juni 11, 2003 Mengintegrasikan pendidikan karakter dalam mata pelajaran dilakukan melalui proses belajar dengan kegiatan yang dirancang sedemikian rupa sehingga memfasilitasi siswa mengenal nilai-nilai. Pada dasarnya, setiap kegiatan belajar biologi mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Oleh karena itu, tidak selalu diperlukan kegiatan belajar khusus untuk mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan karakter bangsa. Meskipun demikian, pembelajaran perlu dikembangkan menanamkan nilai-nilai tertentu seperti kerja keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan gemar membaca. Untuk pengembangan beberapa nilai lain seperti peduli sosial, peduli lingkungan, rasa ingin tahu, dan kreatif memerlukan upaya pengkondisian sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan nilai-nilai itu (Depdiknas, 2010). Pengembangan nilai-nilai pendidikan karakater bangsa diintegrasikan dalam setiap standar kompetensi/kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan rencana pelaksana pembelajaran. Pengembangan nilai-nilai itu dalam pembelajaran ditempuh melalui tahapan di bawah ini. 1. Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI) untuk menentukan nilai-nilai karakter bangsa yang dapat dicakup. Pada proses ini, analisis dapat dilakukan analisis konsep, analisis tugas, analisis karakteristik siswa, karakteristik lingkungan, dan sumber belajar yang dibutuhkan. 2. Menunjukkan keterkaitan SK/KD dengan nilai karakter bangsa untuk menentukan nilai-nilai yang akan dikembangkan. 3. Mencantumkankan nilai-nilai karakter bangsa ke dalam silabus. 4. Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP. 5. Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai. 6. Memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku. Adapun contoh analisis pengembangan pembelajaran yang dimaksud pada langkah di atas, dapat ditunjukkan pada contoh analisis SK/KD di bawah ini. A. Analisis SK/KD Standar Kompetensi: memahami pentingnya proses metabolisme pada organism. Kompetensi Dasar : mendeskripsikan proses katabolisme dan anabolisme karbohidrat 1. Analisis konsep anabolisme karbohidrat: Anabolisme karbohidrat meliputi penyusunan karbohidrat dari senyawa anorganik dengan melalui proses fotosintesis dan kemosintesis. Organisme fotosintetik memiliki klorofil dan menyerap energi cahaya, air, dan karbondioksida dari alam, serta mengeluarkan oksigen ke alam. Karbohidrat yang dihasilkan dalam fotosintesis sebagian disimpan dalam tubuh sebagai pembentuk organ maupun makanan cadangan. Organisme heterotrof mengambil makanan dengan memakan tubuh organisme fotosintetik, sedangkan oksigen diserap sebagai bahan respirasi (katabolisme karbohidrat menjadi energi di dalam tubuh organisme heterotrof). 2. Analisis Tugas Berdasarkan analisis konsep anabolisme di atas, maka tugas belajar bagi siswa terdiri atas, (1) memahami konsep fotosintesis, (2) memahami proses fotosintesis pada tumbuhan, (3) mengonstruksi gagasan untuk mengimplementasikan konsep fotosintesis dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup manusia. 3. Analisis karakteristik siswa Siswa memiliki latar belakang keluarga yang bekerja sebagai karyawan PT. Vale Indonesia dan penduduk asli Soroako. Kemampuan belajar siswa kelas XII IPA umumnya lebih adaptif terhadap tuntutan skenario guru. Motivasi belajar siswa termasuk kategori tinggi, dan ditunjukkan dengan partisipasi belajar dan tanggung jawab terhadap tugas. 4. Analisis karakteristik lingkungan belajar Sarana belajar didukung oleh kelas mata pelajaran yang bersifat permanen. Lingkungan Soroako terdiri atas hutan-hutan lindung, area tambang, danau yang luas, fasilitas umum dan pemukiman yang tertata, serta lingkungan sosial yang mendukung pendidikan bagi anak. 5. Analisis sumber belajar Untuk mendukung pencapaian kompetensi melalui tugas belajar, maka sumber belajar yang dibutuhkan dalam pembelajaran adalah: Buku referensi terdiri atas buku siswa (BSE) dan penerbit Esis, Campbell dkk. Panduan percobaan dan perangkat percobaan fotosintesis (Ingenhouze dan Sach) Area lapangan golf Soroako yang meliputi, sungai kecil dan kolam-kolam buatan yang mengandung tanaman air hydrilla, persawahan, kebun, golf hole area. Petani dan Golfer Bahan dan media lain yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik siswa. B. Analisis Kegiatan Pembelajaran yang Mengintegrasikan Nilai Karakter Bangsa Berdasarkan analisis SK/KD maka kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Studi pustaka konsep dan proses fotosintesis pada tumbuhan biji (penyajian dan LKS/tugas terstruktur) 2. Observasi lapangan ke area lapangan golf (tugas mandiri) 3. Percobaan tentang faktor yang berpengaruh terhadap fotosintesis di area lapangan golf (praktik laboratorium terbuka) 4. Diskusi proses dan hasil percobaan fotosintesis 5. Penyusunan laporan hasil percobaan (tugas mandiri) 6. Eksposisi gagasan (tugas mandiri) 7. Evaluasi dan refleksi C. Analisis Keterkaitan Nilai Karakter Bangsa Berdasarkan analisi SK/KD maka nilai karakter bangsa yang dapat terkait dalam pembelajaran ini adalah 1) Rasa ingin tahu, 2) Jujur, 3) Kerja keras, 4)Disiplin, 5) Kreatif, 6) Mandiri, 7) Cinta tanah air, 8) Persahabatan, 9) Peduli lingkungan, 10) Tanggung jawab. DANA DIPA UNNES ARTTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER BAGI PENGAWAS SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI PENGABDIAN KEPADAMASYARAKAT INI DILAKSANAKAN ATAS BIAYA DIPA Unnes No. 023-04.20.189822/2014 MAK. 4078.032.012.525112 OLEH; Dra. Sri Prastiti Kusuma, NIDN 0008056205 Eka Yuli Astuti, S.Pd., MA NIDN FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014 ARTIKEL PELATIHAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER BAGI PENGAWAS SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI PENDAHULUAN Undang Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Undang Undang Guru dan Dosen, menuntut penyesuaian penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan guru dan dosen agar menjadi profesional. Adapun jenis-jenis kompetensi yang dimaksud dalam Undang Undang tersebut agar guru dan dosen disebut profesional meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesionalisme sehingga berimplikasi pada peningkatan sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Berdasar dan mengingat pentingnya implementasi UUD tersebut, maka perlu dilaksanakannya kegiatan pelatihan ini dengan tujuan untuk meningkatan kualitas pribadi maupun kualitas pendidik dan juga kualitas pelatih. Kegiatan ini diawali dengan observasi dan wawancara dengan pengawas sekolah di Kecamatan Pracimantoro berkenaan dengan kesulitan-kesulitan para guru, khususnya pada saat melaksanakan pembelajaran. Salah satu masalah yang ditemukan adalah kurangnya variasi model pembelajaran yang di terapkan oleh guru. Berdasakan kondisi tersebut, Tim merancang kegiatan pelatihan pembelajaran dengan Pelatihan Pengembangan Pelatihan Pengembangan Model Pembelajaran berbasis Karakter bagi Pengawas Sekolah Dasar se-kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri. Setelah dirancang, kata sepakat antara tim dpelatih dan pihak sekolah, ditetapkan untuk dilaksanakan pelatihan dan pihak sekolah bertanggungjawab atas pengorganisasian peserta pelatihan dan penyediaan sarana dan prasarana, Sedangkan Tim pelatih bertanggungjawab atas tenaga pelatih dan pengorganisasian materi pelatihan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pribadi, yang berupa dimilikinya kemampuan peserta dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berkaitan dengan kemampuan mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran di kelas yang dapat mendukung pengembangan profesi maupun peningkatan kualitas sebagai pendidik. Kegiatan ini dibagi menjadi tahap. Pertama Pemberian materi yang bersifat teoritis, Kedua kegiatan tugas mandiri yang berupa latihan membuat rancangan pembelajaran dengan model pembelajaran aktif. Ketiga Demonstrasi dalam bentuk pemaparan dan penerapan model pembelajaran aktif yang dipilih. Hasil yang diperolih dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam memilih model pembelajaran dan menerapkannya dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil tersebut, perlu adanya tindak lanjut pelatihan ini dengan kegiatan berikutnya yaitu Implementasi Model Pembelajaran Aktif pada kegiatan Pembelajaran di kelas sesuai dengan bidang studi masing-masing. METODE DAN TEKNIK PELATIHAN Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam pengabdian pada masyarakat ini, maka langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut : 1) Pelatihan Jenis kegiatan dan tujuan yang ingin dicapai dalam pelatihan ini adalah sebagai berikut: Jenis kegiatan 1. Ceramah, diskusi dan Tanya jawab tentang pendidikan/ pembelajaran berbasis karakter Tujuan yang ingin dicapai 1. Memahami pendidikan/pembelajaran berbasis karakter 2. Latihan membuat program pengajaran berbasis karakter 2’. Terampil membuat program pengajaran berbasis karakter 2) Pasca Pelatihan Agar kegiatan mendapatkan hasil yang maksimal, maka pada pasca pelatihan dilakukan kegiatan pendampingan dan monitoring. Kegiatan pendampingan dan monitoring ini dilakukan untuk memantau kegiatan peserta pelatihan dalam hal melakukan bimbingan pada guru-guru SD dalam merancang pembelajaran berbasis karakter. Pada saat pendampingan dan monitoring ini juga dilakukan evaluasi terhadap keberhasilan program yang dilaksanakan. PEMBAHASAN Hasil yang diharapkan dari pelatihan pengembangan pembelajaran aktif sebagai model pembelajaran berkarakter ini adalah: a. Peningkatan Kualitas Pribadi, yang berupa dimilikinya kemampuan peserta dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berkaitan dengan kemampuan mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran di kelas yang dapat mendukung pengembangan profesi. b. Peningkatan Kualitas Sebagai pendidik, yang berupa dimilikinya kemampuan peserta dalam hal 1. Mengembangkan indikator yang mampumemfasilitasi kedalaman dan keluasan siswa menguasai kompetensi bahasa jawa 2. Mengembangkan dan mendayagunakan fasilitas, sarana dan prasarana yang dimiliki sebagai media dan sumber belajar yang dapat memberikan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan berbahasaa Jawa 3. Mengembangkan kegiatan belajar yang selaras dengan teori-teori pendidikan mutakhir 4. Membelajarkan bahasa Jawa menggunakan berbagai model pembelajaran yang dipraktekkan di kelas; dan 5. Merefleksikan efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan untuk perbaikan terus-menerus. c. Peningkatan kualitas sebagai pelatih, yang berupa dimilikinya kemampuan merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pelatihan pengembangan pembelajaran aktif sebagai model pembelajaran berka Setelah kegiatan penyajian materi dilaksanakan, diadakan evaluasi untuk mengetahui seberapa peserta mampu menyerap seluruh materi yang disajikan oleh tim pelatih. Berdasarkan hasil evaluasi lisan dan tulis , dapat dikategorikan bahwa tujuan kegiatan ini, tercapai dengan baik. Pencapaian itu dapat dilihat pula pada keaktifan dalam mengikuti pelatihan, baik bertanya, berdiskusi maupun presentasi. DAFTAR PUSTAKA Benny A Pribadi, 2009, Model Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta, Dian Rakyat Beverley R. Lord & Jane Robertson. 2006. Students Experiences of Learning in a Third-year Management Accounting Class : Evidence from New Zealand. http://www.informaword.com/term-and-conditions-of-access. (18 April 2001). Gordon Boyce, Sarah William, Andrea Kelly and Helen Yee. 2001. Fostering deep and Elaborative Learning and Generic (Soft) Skill Development : the strategic use of Case Studies in Accounting Education. http://www.informaword.com/term-and-conditions-of-access. (18 April 2001). Hamalik, Oemar. 2010. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : PT Bumi Aksara. Johnson B. Elaina. Contektual Teaching and Learning. Bandung : Mizan Media Utama. Joyce Bruce. Weil Marsha, Calhoun Emily. 2009. Models of Teaching. Yogyakartya : Pustaka Pelajar. Kemp, SE. Morisson, GR and Ross SM., 1994. Designing Effective Instruction. New York, Mac Millan College Publishing Company. Kibler, R.J, et al. 1981. Objectives for Instruction and Evaluation (2nd Ed.). Boston: Allyn and Bacon, Inc. Koesoema, A. Doni. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta : Grasindo. Marann Byrne, Barbara Flood and Pauline Willis. 2002. The Relationship Between Learning Approaches and Learning Outcomes: A Study of Irish Accounting Students. http://www.infortmaword.com/terms-and-conditions-of-accesss. (18 April 2011). Muslich Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta : Bumi Aksara. Mutmainah, Siti. 2007. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif berbasis Kasus yang Berpusat pada Mahasiswa Terhadap Efektifitas Pembelajaran Akuntansi Perilaku. Semarang : FE UNDIP. Prayitno dan Manullang, Belferik (Editor). 2010. Pendidikan Karakter dalam Pengembangan Bangsa. Medan : Pascasarjana Unimed. http://www.inimoumere.com. Diunduh 15 Maret 2011 Proboyoso. 2009. Pedoman Pendidikan Akhlak Mulia Siswa SMK. Jakarta : Depdiknas. Rajasa, Hatta. 2007. Membangun Karakter dan Kemandirian Bangsa. http://www.setneg.go.id. Diunduh 15 Maret 2011 Semiawan Conny, dkk. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta : Grasindo. Slavin. 1995. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta : Gransindo. Sudjana, Nana. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensiondo. Sudjana. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Production. Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara. Sukmadinata, Syaodhi, Nana. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Edisi Revisi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Sukmadinata, Syaodih, Nana. 2008. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung : Rosdakarya. Supriyono, Agus. 2009. Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Trianto. 2007. Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya : Prestasi Pustaka. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara. Umi, Sri Mintarti Widjaya. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Mata Pelajaran Akuntansi di Sekolah Menengah Kejuruan dengan Pendekatan Kontekstual dan Strategi Problem Based Learning. (Disertasi) Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. From : http://karya- ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/3430 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional. Jakarta, lembaran Negara RI Tahun 2003 No. 78. http://www.hukumonline.com LAMPIRAN