6 Murid-murid dari Berbagai Bangsa Sabat – 2 Feb. Bacaan untuk pelajaran minggu ini: Markus 15:21-28; Lukas 7:1-11; Yohanes 1:3; Kisah Rasul 10:28, 34, 35; Kisah Rasul 11:25-30. Ayat Hafalan: ”Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah." (1Korintus 9:22, NIrV). Jim menerima panggilan untuk menyebarkan Injil ke sebuah negeri asing. Saat kedatangannya, ia mendapati bahwa warga setempat mempunyai sebuah ujian bagi pendatang untuk membuktikan bahwa pendatang tersebut layak tinggal di antara mereka. Pendatang tersebut harus menelan suatu minuman yang rasanya sangat buruk, dan tak boleh memuntahkannya. Bila orang asing itu gagal dalam ujian tersebut, maka ia harus segera meninggalkan tanah itu. Jim memperhatikan warga suku itu menyiapkan minuman yang berbahan dasar susu, air liur manusia, darah, daun-daunan yang sudah dikunyah, dan berbagai benda lain dicampur dengan daun-daunan itu. Terlihat dan tercium sangat menjijikkan. Ia hanya bisa berdoa – dan meminumnya. Semua orang (terutama ia sendiri) terkejut, Jim meminum dan meneguk minuman itu dalam-dalam. Maka ia mendapatkan kelayakan untuk tinggal di sana. Untuk mencari jiwa menjadi murid-murid Jesus, mungkin saja kita harus melakukan hal-hal yang aneh. Mungkin kita harus memakan makanan yang aneh atau meneguk minuman yang rasanya sangat tidak aneh dalam upaya kita memenangkan jiwa bagi Jesus. Ini merupakan panggilan dan tantangan pemuridan. Ini karena Injil tersebar ke seluruh dunia dan ke dalam kebudayaan-kebudayaan yang seringkali berbeda dari kebudayaan kita sendiri. Ringkasan Pelajaran Minggu ini: contoh lain apakah yang kita miliki tentang karya Jesus terhadap bangsa selain Yahudi? Siapakah yang lebih takut kepada Tuhan? Apa yang bisa kita pelajari dari mereka tentang pemuridan? Apakah yang bisa kita pelajari hari ini dari teladan murid-murid di Antiokhia? Minggu – 3 Feb. Murid-murid dari Bangsa Samaria (Yohanes 4:39-42) Apa yang bisa kita pelajari tentang perilaku Tuhan terhadap semua ras dan bangsa manusia dari Yohanes 1:3; Kisah Rasul 10:28, 34, 35; Kisah Rasul 17:26-28; Ibrani 2:9? Alkitab jelas menyatakan: Tuhanlah yang menciptakan manusia dan mati bagi mereka juga. Tak peduli manusia dari berbagai ras, suku bangsa, atau daerah manapun dari dunia ini. Fakta bahwa kematian Kristus diperuntukkan bagi setiap manusia seharusnya menunjukkan kepada kita betapa Tuhan membenci prasangka buruk. Maka tak heran, saat Jesus masih berada di bumi sebagai manusia, Ia melayani dan menolong bukan hanya kepada bangsa Yahudi saja namun juga kepada bangsa-bangsa lain yang bukan Yahudi. Walaupun Paulus dikenal sebagai Rasul yang menjangkau kalangan nonYahudi, namun sebetulnya Jesus telah bersaksi kepada mereka sebelumnya, saat Ia masih di bumi sebagai manusia. Apa yang dikatakan Yohanes 4:39-42 dan Lukas 17:11-16 kepada kita tentang apa yang tengah terjadi? Apa yang harus kita pelajari dari ayat-ayat ini? Pelajaran Minggu lalu menunjukkan bahwa perempuan di sumur pergi meninggalkan kuali-kualinya. Ia pergi ke kota memanggil semua warga desanya untuk bertemu Jesus setelah Ia menceritakan semua hal yang pernah ia perbuat. Ia bahkan memaklumatkan bahwa Jesus adalah Mesias. Alkitab mengatakan banyak dari warga desa itu yang percaya oleh sebab kesaksian perempuan itu. Saat mereka bertemu dengan Jesus, mereka mendesakNya untuk tinggal bersama mereka. Mereka berharap Ia menjadi guru bagi mereka. Kisah tentang sepuluh penderita kusta (Lukas 17:11-16) juga menyinggung tentang karya Jesus terhadap orang-orang Samaria. Penderita kusta ke-sepuluh yang kembali untuk berterimakasih, adalah seorang Samaria. Dengan memuji-muji Tuhan dalam suara yang keras, orang Samaria itu bersyukur atas apa yang telah diperbuat Jesus baginya. Jesus berkata kepada orang Samaria ini bahwa imannya telah menyembuhkannya. Dalam bahasa Yunani, kata-kata yang digunakan untuk kesembuhan ini juga mengandung arti keselamatan. Hal ini menghadirkan gagasan bahwa orang Samaria itu telah diselamatkan baik secara jasmani maupun rohani. Jesus juga menyebut orang Samaria itu sebagai orang asing. Namun Ia tidak menolaknya karena hal itu. Malahan, Ia menghargai iman orang Samaria itu. Hal ini memperlihatkan bahwa Jesus tidak ikut menganut prasangka terhadap orang asing yang telah menjadi kebiasaan orang jaman itu. Mengatakan bahwa kita tak seharusnya berprasangka buruk terhadap siapapun adalah satu hal. Namun lain ceritanya bila kita benar-benar terbebas dari perasaan-perasaan jahat semacam itu. Langkah-langkah bermanfaat apakah yang bisa anda ambil yang bisa membantu anda menghilangkan prasangka buruk dari dalam hati anda? Senin – 4 Feb. Orang-orang yang Takut akan Tuhan (Lukas 7:1-11) Di abad pertama, sebagian orang dari kalangan non-Yahudi disebut sebagai orangorang yang takut akan Tuhan. Mereka secara umum menerima agama Yahudi, Yudaisme, memberikan persembahan-persembahan ke sinagoga, dan menghadiri ibadah Sabat. Namun mereka tak ambil bagian dalam pembaptisan dan juga tak sepenuhnya mengamalkan semua hukum-hukum Yahudi bagi agama tersebut. Salah satu orang yang takut akan Tuhan semacam ini adalah seorang perwira pasukan dalam Lukas 7:1-11. Dari ayat Lukas 7:1-11, apa yang bisa kita pelajari tentang iman dan karakter dari seorang murid non-Yahudi ini? Bagi Jesus iman perwira ini adalah “sebuah bagian yang sangat penting dari suatu pekerjaan yangmana Injil harus digenapi di antara orang non-Yahudi. Dengan sukacita Jesus memandang berkumpulnya jiwa-jiwa dari segala bangsa ke dalam kerajaanNya.” – dikutip dari Ellen G.White, The Desire of Ages, hal. 317. Kisah rasul 10 bercerita tentang seorang perwira Roma lainnya. Cornelius adalah seseorang yang takut akan Tuhan dan seorang kepala pasukan yang setia. Ia sangat baik kepada orang miskin dan senantiasa berdoa kepada Tuhan. Tuhan mengirimkan malaikat kepadanya untuk memberitahunya bahwa Dia menerima semua persembahan dan doa-doanya serta mengutusnya untuk mencari Petrus. Petrus pun pergi ke rumahnya, walaupun ini bertentangan dengan hukum Yahudi. Petrus pun mendapat teguran tentang hal ini. Tapi Tuhan berkata kepada Petrus agar tidak menyebut kafir, mereka yang telah disucikan oleh Nya, seperti Cornelius. Petrus sedang berkhotbah kepad Cornelius sekeluarga dan para hambanya (Kisah Rasul 10:44-46). Tiba-tiba Roh Kudus menyela khotbah Petrus dan menurunkan suatu baptisan Roh ke atas mereka yang non-Yahudi itu. Hal ini membuat orang-orang Yahudi yang mengikut Petrus ke sana tercengang-cengang. Bagaimana para pengikut Tuhan dari kalangan Yahudi menanggapi situasi tersebut seperti terungkap dalam Kisah Rasul 11:1-3? Apa yang membuat tindakan mereka begitu mengejutkan bagi kita di jaman modern ini? Pesan apa yang bisa kita pelajari dari perbuatan mereka? Jemaat dari kalangan Yahudi itu merupakan pengikut Jesus juga. Namun mereka telah gagal memahami makna Injil sepenuhnya. Betapa kita harus berhati-hati agar tak membiarkan pengaruh-pengaruh kultur, pendidikan, atau sosial menghalangi kita untuk mengikuti prinsip-prinsip Kristus. Sebagai murid Kristus, kita harus menjalani prinsip-prinsip iman Kristen sepenuhnya dalam kehidupan kita. Selasa – 5 Feb. Perempuan Kanaan (Matius 15:21-28) Pada satu titik dari perjalanan pelayananNya, Jesus menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon untuk beristirahat. Ia harus menyingkir dari kota karena permasalahan yang timbul dengan para pemimpin agama. Di daerah non-Yahudi ini, Jesus memasuki sebuah rumah dengan diam-diam agar tak seorangpun tahu Ia ada di situ (Markus 7:24). Namun seorang perempuan Kanaan dengan segera mendapatiNya. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dari Matius 15:21-28: 1. Mengapa perempuan itu memanggil Jesus sebagai “Anak Daud”, yang juga merupakan gelar bagi Mesias? Apakah yang diketengahkan hal itu mengenai pengetahuannya akan Jesus? 2. Bagaimana murid-murid Jesus bereaksi terhadap perempuan itu? Mengapa hal semacam itu merupakan hal yang biasa bagi mereka? 3. Pertolongan apakah yang diminta perempuan itu? Seberapa tak berdaya nyakah ia? 4. Hal-hal apa yang terjadi yang seharusnya menjatuhkan semangatnya namun ternyata tidak? Perempuan itu berasal dari suatu bangsa yang dibenci yang telah lama menjadi musuh bangsa Israel. Jesus sengaja mengabaikannya, mula-mula. Kata-kata Kristus sendiri terhadap perempuan itu terdengar cukup kasar. Namun terlepas dari perilaku para murid lainnya, perempuan itu sadar benar bahwa Jesus lah satu-satunya harapannya. Mungkin memang ia seorang yang keras kepala atau nekad karena terdoron perasaan tak berdayanya. Siapa tahua?! Namun pada akhirnya, kita semua hanya bisa bergantung pada Kristus. Di sini Jesus juga sekaligus memberikan pelajaran yang luarbiasa bagi muridmuridNya. Tujuan Nya adalah untuk mengajar mereka pentingnya melayani orang-orang yang bukan Yahudi. Dia melakukan ini dengan berbuat berlawanan dari sikap Nya yang normal. Kedua belas muridNya memiliki banyak sekali hal yang harus dipelajari tentang apa artinya menjadi seorang murid. Telaah kembali ayat-ayat tersebut. Apa yang bisa kita pelajari dari sikap, perbuatan, kata-kata, dan iman perempuan ini yang bisa membentuk kita menjadi murid yang lebih baik? Rabu – 6 Feb. Filipus dan Sida-sida dari Ethiopia (Kisah Rasul 8:26-40) Salah satu kisah yang paling menarik tentang pemuridan terdapat dalam Kitab Kisah Rasul 8:26-40, yaitu kisah tentang Filipus dan seorang sida-sida. Bacalah keseluruhan cerita tersebut dalam Kisah Rasul 8:26-40 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. Petunjuk apa yang terdapat dalam kisah ini yang menunjukkan kita bahwa orang ini telah memiliki sebagian pengetahuan tentang kebenaran dan sedang menyelidiki lebih jauh lagi kebenaran itu? 2. Bagaimana Alkitab menolongnya untuk menjadi seorang murid? 3. Apakah yang dikatakan Filipus yang mendorong orang ini untuk siap dibaptis? 4. Apakah yang bisa kita pelajari tentang pemuridan dari Filipus dalam kisah ini? Apa yang ditunjukkan Filipus yang telah membuatnya menjadi seorang saksi yang baik bagi Tuhan? Dalam cerita ini, Tuhan memainkan suatu peran yang dahsyat. Setelah mentaati apa kata malaikat yang diutus Tuhan itu, Filipus pergi menjumpai sida-sida itu di tepi jalan. Menarik di sini untuk memperhatikan bahwa Filipus berada dalam perjalanan dari Jerusalem ke Gaza. (Melambangkan perihal apakah ini?) Orang Ethiopia ini merupakan orang yang taku akan Tuhan juga. Ia sedang membaca Kitab Yesaya 53, yamg merupakan nubuatan terbesar tentang Mesias. Fasal ini melukiskan sebuah gambaran tentang kematian Kristus kepada kita. Kemudian, setelah Filipus menjelaskan kepadanya tentang makna fasal 53 itu, mereka pun tiba di sebuah kolam yang berisi air. Dan sida-sida pun menghendaki untuk dibaptis. Tuhan merencanakan segala sesuatunya terjadi pada saat yang tepat di tempat yang benar! Kisah Rasul 8:39 menggambarkan bahwa sida-sida itu kemudian melanjutkan perjalanannya dengan penuh sukacita. Ia pergi menyebarkan kabar baik tentang kematian Jesus di kayu salib bagi dosa-dosanya. Kita mengatakan bahwa iman bukanlah perasaan. Ini karena kita harus menjaga iman tetap teguh walaupun kita sedang merasa sedih. Pada saat yang sama, sebagai murid-murid yang telah diampuni, mengapa kita tidak memelihara hati kita tetap gembira walau apapun yang terjadi pada kita dalam kehidupan kita sehari-hari? Lagipula, Kristus telah mati agar dosadosa kita diampuni. Kamis – 7 Feb. Jemaat Antiokhia (Kisah Rasul 11:25-30) Umat Kristen dianiaya setelah Stefanus dirajam hingga mati. Dan Saulus (Paulus) dari Tarsus, sebelum ia bertobat, memburu mereka. Hal ini justru membuat Injil tersebar. Di antara banyak tempat itu, terdapatlah Antiokhia di tanah Siria. Di sinilah jemaat yang pertama dari kaum non-Yahudi terbentuk. Lukas mengatakan bahwa Tuhan ada bersama dengan pergerakan ini dan bahwa “sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan” (Kisah Rasul 11:21, NIrV). Gereja itu bertumbuh begitu pesat hingga para pemimpin di Jerusalem mengirim Barnabas untuk membantu mereka. Setelah ia tiba di sana, Barnabas memperoleh bantuan Saulus (Paulus) dari Tarsus untuk misi pemuridan ini. Hal ini membantu gereja tersebut bertumbuh dan berpola pikir misionaris. Isu-isu apa sajakah yang terdapat dalam Kisah Rasul 11:25-30? Bagaimana gereja menjawab? Pelajaran apa yang bisa kita pelajari dari kisah ini bagi misi kita di masa ini? Saat Paulus dan Barnabas tiba di antiokhia, mereka mengajar begitu banyak orang selama setahun. Apakah yang seharusnya disampaikan hal tersebut kepada kita tentang betapa pentingnya mengajarkan pemuridan? Kisah Rasul 13:1-3 memperlihatkan lebih banyak lagi tentang pembenahan yang terjadi pada gereja pertama itu. Kita tahu bahwa Barnabas adalah orang Yahudi Siprus. Paulus berasal dari Tarsus, kota lain yang bukan bagian dari Israel. Manaen merupakan entah seorang sahabat atau saudara angkat dari Herodes Antipas. Simeon yang disebut Negro, bahasa Latin yang artinya “hitam”. Lucius dari Kirene di Afrika Utara. Ini artinya ada berbagai bangsa orang dalam gereja tersebut. Sebagian dari para pemimpinnya bahkan bukan Yahudi sama sekali. Para pemuka gereja ini mengemban pemuridan mereka dengan sangat serius hingga Roh Kudus menunjukkan pada mereka kehendak Tuhan atas misi-misi yang harus dijalankan. Paulus dan Barnabas dipilih dan ditahbiskan untuk menyebarkan Injil hingga ke ujung bumi. Dengan demikian nubuatan dalam Kisah Rasul 1:8 digenapi. Jadi ayat-ayat ini menyampaikan kepada kita bahwa misi, mengajar, hidup kudus, dan kesetiaan, baik dari kaum Yahudi maupun bukan Yahudi, merupakan batu penjuru dari pemuridan. Keberadaan kaum yang membutuhkan memberikan kesempatan besar bagi gereja untuk membagikan pelayanan dan kesaksiannya. Tak diragukan lagi ada begitu banyak kebutuhan di sekitar anda. Seberapa baikkah anda bisa memanfaatkan keberadaan kebutuhan-kebutuhan tersebut untuk melayani orang lain dan bersaksi kepada mereka tentang Jesus? Jumat – 8 Feb. Pelajaran Tambahan: Bacalah The SDA Bible Commentary, vol. 5, hal. 626, 627, 1021-1025; Ellen G.White, “The Centurion” hal. 315-318; “Barriers Broken Down”, hal. 399403; “In the Outer Court”, hal. 621-623, dalam The Desire of Ages; Yohanes 12:20-33; Kisah Rasul 9:1-31; Kisah Rasul 22:1-21; Kisah Rasul 26:2-18. “Dia [perwira itu] belum pernah melihat Jesus sang Juru Selamat. Namun laporanlaporan yang sampai ke telinganya telah menginspirasinya dengan iman. Perwira itu percaya bahwa agama orang Yahudi lebih baik daripada agamanya sendiri. Dengan demikian ia telah meruntuhkan tembok penghalang yakni prasangka buruk dan kebencian antar bangsa yang memisahkan bangsa Roma dan Yahudi. Ia telah memperlihatkan rasa hormatnya akan pelayanan dari Tuhan. Ia telah memperlihatkan kebaikan terhadap bangsa Yahudi sebagai umatNya. Ia mendapati bahwa pengajaran dari Kristus memenuhi kebutuhan jiwa manusia. Segala sesuatu yang diketahui perwira itu tentang hal-hal rohani ikut berperan membantunya menerima kata-kata Jesus.” – dikutip dari Ellen G.White, The Desire of Ages, hal. 315. Pertanyaan Diskusi: Lihatlah lebih dekat pada contoh jemaat di Antiokhia. Hal apa saja yang bisa dipelajari oleh gereja lokal anda dari contoh ini yang bisa membuatnya menjadi saksi yang lebih baik lagi untuk Kristus? Sebagai sebuah gereja, umat Advent sangat bagus dalam menjangkau orang untuk bergabung. Ini dibuktikan oleh terus meningkatnya jumlah orang yang dibaptis. Namun kita bergumul dengan pertanyaan tentang pemuridan. Apa yang harus dilakukan dengan orang-orang ini setelah kita membaptiskan mereka? Seperti yang kita ketahui, sangatsangat banyak orang yang telah bergabung akan hengkang dengan segera. Bagaimana menurut pemikiran anda sendiri mengenai hal ini? Bagaimana pengalaman anda sendiri dalam menjadi murid setelah anda bergabung dan dibaptiskan? Menurut anda, apakah yang bisa dan harus dilakukan oleh gereja anda untuk memuridkan anggota-anggota gereja yang baru dengan lebih baik? Bersiaplah untuk mendiskusikan hal ini dalam kelas Sekolah Sabat anda. Sida-sida dari ethiopia itu sedang membaca Yesaya 53. Bacalah kembali fasal yang berbicara tentang kematian Jesus bagi kita itu. Apakah yang dikatakan ayat-ayat di sini kepada kita tentang apa yang diperbuat Jesus bagi kita? Harapan apa yang terdapat di sini? Mengapa begitu penting untuk menekankan tentang kematianNya bagi kita dalam semua kesaksian kita? Mengapa juga begitu penting bagi kita untuk menjaga agar SalibNya tetap sebagai pusat semua perbuatan kita sebagai murid-muridNya? KISAH KESAKSIAN Yakinkah anda? oleh: Homer Trecartin Orang tua Raquel adalah pelopor gereja-gereja dari denominasi tertentu di Brazil. Gereja yang mereka buka pertama kali beranggotakan 10.000 orang, dan yang kedua berjumlah 2.000 orang, saat Raquel harus hijrah ke Amerika Serikat untuk sekolah. Raquel merindukan kampung halamannya dan rindu mendengar bahasa bahasa yang sehari-hari digunakan, yaitu bahasa Portugis. Ia berjumpa dengan sepasang anggota Advent yang juga berasal dari Brazil yang kemudian berteman dengannya dan mengundangnya ke gereja mereka. Sekali ia pernah pergi, namun ia begitu mencintai gereja asalnya. Setahun berselang, pasangan Advent itu bercerita pada Raguel bahwa mereka sedang memebangun gereja baru dan mengundangnya untuk berkunjung. Raquel pun pergi dan terhanyut dengan kelompok ini. Ia pun mulai mempelajari Alkitab dan berbagi mengenai apa yang dulu pernah dipelajarinya bersama orang tuanya. Raquel mengkhawatirkan ocehan ibunya, “Orang-orang Advent itu sesat. Mereka akan mencuci otakmu.” Raquel menjelaskan bahwa tak ada seorangpun yang mencuci otaknya, ia hanya mempelajari Alkitab. Namun ibunya bahkan menjadi lebih khawatir lagi. Kemudian kakak lelakinya pun datang mengunjunginya. Raquel tahu bahwa orangtua nyalah yang mengirim kakaknya untuk “menariknya keluar”, namun ia merasa senang juga ada saudaranya di dekatnya. David mendesaknya untuk kebaktian di gereja denominasi mereka di hari Minggu, dan Raquel setuju – dengan imbal balik bahwa David harus ikut dengannya ke gereja Advent di hari Sabat. David berpikir ia ingin bagaimana gereja sesat ini telah menyesatkan adik perempuannya. Tiga bulan kemudian, David dan Raquel masih tetap menghadiri kebaktian di gereja Advent di hari Sabat dan ke gereja mereka sendiri di hari Minggu. David pun mulai mempelajari Alkitab, mencoba untuk membuktikan bahwa Raquel keliru. Saat Raquel memutuskan untuk dibaptis, David bertanya padanya, “Yakinkah kau mau melakukan ini? Kau tahu apa yang akan diakibatkan hal ini kepada ibu dan ayah?” “Ya, David,” jawab Raquel. “Aku tahu hal ini akan menghancurkan hati mereka, tapi aku harus mengikut Jesus.” Sekilas ia melihat air mata mengalir di wajah David. Kemudian David berkata, “Raquel, aku juga ingin dibaptis.” Saat mereka memberitahu orang tua mereka tentang ini, ibu mereka pun menangis. Namun ayah mereka hanya berkata, “Setialah dengan sungguh-sungguh pada apa yang kau yakini sebagai kehendak Tuhan atasmu.” Orang tua Raquel suatu kali mengunjungi mereka di Amerika Serikat saat pernikahan Raquel. Merekapun mengunjungi gereja Advent dengan anak-anak mereka. Mungkin terasa aneh bagi mereka, tapi mereka menyaksikan cinta yang dalam dari anak-anak mereka kepada Jesus. Mereka masih beribadah di gereja yang mereka kembangkan di Brazil, namun mereka juga mempelajari hal-hal yang dibagikan anak-anak mereka pada mereka. Persembahan misi anda membantu pembangunan gereja-gereja baru seperti tempat David dan Raquel beribadah.