EFEK ANTISEPTIK BERBAGAI MERK HAND SANITIZER TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus Laporan penelitian diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH IZKAR RAMADHAN NIM : 1110103000008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434H/2013 M I LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Dengan ini saya menyatakan bahwa 1. : Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli yang saya ajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan dengan ketentuan yang berlalar di 3. ini telah saya canfumkan sesuai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 'ii' I" EFEK AI\ITISEPTIK BERBAGAI MERK HAND SANITIZER TERIIADAP BAKTDNI Staphyloc occ us aureus Laporan Penelitian Diajukan kepada Program Snrdi Pendidikan Dolcter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.KeO Oleh Izkar Ramadhan NIM: 1110103000008 Pembimbing I Pembimbing II <W rB*" dr. Intan Keumala Dewi, SpMK. Ratna Pelawati, S.Kp, M.Biomed PROGRAM STUDI PENDIDIKAI\ DOKTDR FAKI]LTAS KEDOKTERAN DAI\ ILMU KE,SEHATA}I UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 7434H/ 2013 M PENGESAIIAIY PATIITIA UJIAN L,aporan penelitian berjudul EFEK Ai\rrrsEprlK BERBAGAT MERK HAND SANITIZER TERIIADAP BAI(TERI Staphylococcus aureus yang diajukan oleh Ramadhan (NIM : 1110103000008), telah diujil@n dalam-siding ii rukrltu, l** Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada September 20t3. Iaporan peneli-tian ini telah diterima sebagai salah_satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokieran (S.Ked) pada Program studi Pendidikan Dokter' ciputat, 9 septembe r 2013 DEWA}I PENGUJI Ketua Sidang Pembimbing @qdi Pembimbing 2 1 tW*^r dr. Intan k"umula dr.,intan Dewi, SpMK rrlo*"ru Ratna Pelawati, S.Kp, Dewi, SpMK M.Biomed Penguji 2 Rr.Ayu ,rH UoJrd- l//'' , S.Si, M.Biomed dr. Dyah Ayu Woro, M.Biomed PIMPINAN FAKULTAS Dekan FKIK UIN SH Jakarta Kaprodi PSPD FKIK UIN SH Jakarta Prof. Dr (hc). dr. M.IC Tadjudin SpAnd lv KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan berbagai macam nikmat dan karunia-Nya, sehingga dengan nikmat dan karunia yang telah diberikan dapat menyelesaikan penelitian ini, sebagai syarat mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked). Sepanjang perjalanan penelitian terdapat berbagai macam halangan, cobaan, dan kesulitan yang didapatkan, namun semua ini Alhamdulillah sudah dilewati dengan bantuan, bimbingan dan support dari berbagai pihak. Karena itu saya sebagai peneliti mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. DR. ( hc ) dr. M.K. Tadjudin, Sp. And sebagai Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu membimbing seluruh mahasiswa FKIK UIN dan memberikan kesempatan kepada saya untuk menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK sebagai Ketua Program Studi dan untuk seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu membimbing serta memberikan ilmu kepada saya selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. dr. Intan Keumala Dewi, SpMK dan Ratna Pelawati, S.Kep, M.Biomed sebagai pembimbing yang selalu memeberi arahan yang baik dan menemani saya menyelesaikan penelitian ini. 4. Seluruh anggota keluarga saya yang selalu memberikan dukungan dari semua aspek untuk menyelesaikan tugas penelitian ini. 5. Ayu Budi lestari, sebagai teman yang memberikan inspirasi untuk menyelesaikan dan menyempurnakan dari semua kegiatan penelitian. Yahya Kholid, Latansa Dina, Dhea Rachmawati dan Nadia Entus sebagai teman kelompok riset yang telah membantu dan memberikan dukungan moril. 6. Ibu novi, Ibu Yuliati, S.Si, M.Biomed, Angga Maulana Ibrahim, Aida Julia Ulfah, Karlina Sari Sujana, Rina Karin, Nida khofiah, dan Shidqa Hanif yang telah membantu V dalam proses pengambilan data di laboratorium mikrobiologi FKIK UIN Syarif Hidayatullah. 7. Naparudin, teman yang telah membantu menyelesaikan laporan penelitian. 8. Semua mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2010 yang memberikan berbagai motivasi untuk terus maju dan membuat saya selalu tersenyum dalam menyelesaikan pendidikan dokter. Demikian laporan ini saya buat, semoga bermanfaat bagi saya dan semua yang membaca. Semua kritik dan saran yang disampaikan sangat diharapkan, untuk menyempurnakan penelitian ini. Ciputat, September 2013 Penulis VI ABSTRAK Izkar Ramadhan. Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Efek Hambat Berbagai Macam Hand Sanitizer Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus. 2013. Infeksi adalah penyakit penyebab kematian utama setelah penyakit gangguan kardiovaskuler. Cuci tangan adalah salah satu cara untuk menjaga hegienitas tangan dan mencegah dari penyebaran infeksi. Staphylococcus aureus adalah patogen utama pada manusia dan salah satu bakteri tersering yang ada di telapak tangan. Baru-baru ini ditemukan cara terbaru untuk mencuci tangan yang lebih praktis, cepat, dan tanpa menggunakan air yaitu dengan hand sanitizer. Hand sanitizer memiliki bahan antimikroba dan menurut beberapa penelitian pemakaian produk hand sanitizer dapat menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit yang disebarkan melalui telapak tangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antimikroba pada berbagai hand sanitizer yang mudah didapatkan di pasaran dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Pengujian sifat antimikroba ini dilakukan dengan menggunakan metode disc diffusion, yaitu dengan menginokulasi kertas cakram disc di atas agar Muller Hillton Agar yang telah dibiakkan bakteri Staphylococcus aureus. Hand sanitizer yang diuji berjumlah Sembilan buah. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji Kruskall-Wallis dan di dapatkan p<0.05 yang menunjukkan bermaknanya uji ini dengan ditemukannya lima buah hand sanitizer yang membentuk zona hambat. Kata kunci: Hand sanitizer, Staphylococcus aureus, Difus Cakram ABSTRACT Izkar Ramadhan. Medical Education Study Program, Faculty of Medicine and Health Sciences, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. Effect of Inhibition of Various Hand Sanitizer on The Growth of Staphylococcus aureus Bacteria. 2013 Infection is the primary cause of death besides cardiovascular disease. Hand washing is one the way to maintain hand hygiene and also prevent the transmission of infection. Staphylococcus aureus is the primary pathogen in humans and is one of the bacteria most found on palms of the hands. Recently, a new way of hand washing and much practical, faster and without water by using hand sanitizers was introduced. Hand sanitizer contains an antimicrobal effect. According to some studies done before, using hand sanitizers can decrease the number of deaths caused by diseases that is transmitted via hands. This study is done to find out the antimicrobial activity of various hand sanitizers that can be easily obtained in the market towards the inhibition of Staphylococcus aureus growth. The test used in this study is done by using disc diffusion method by inoculating disc on top of muller Hilton agar which already has Staphylococcus aureus on it. A total of 9 hand sanitizers was tested. Hypothesis test used in this study is kruskall-wallis tes and p value <0.05 was obtained. There was significancy that is shown by five hand sanitizers that made a inhibition zone. Keyword : Hand sanitizer, Staphylococcus aureus, disc diffusion VII DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................. ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN PANITIAN UJIAN ................................................. iv KATA PENGANTAR ............................................................................................ v ABSTRAK .............................................................................................................. vii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 1 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3 2.1 Antimikroba ................................................................................................... 3 2.2 Imunologi Infeksi Bakteri ............................................................................. 5 2.3 Flora Normal Kulit ....................................................................................... 7 2.4 Staphylococcus aureus ................................................................................. 8 2.5 Hand sanitizer ............................................................................................... 11 2.6 Pengujian Antimikroba ................................................................................. 13 2.7 Kerangka Teori ............................................................................................. 15 2.8 Kerangka Konsep ......................................................................................... 15 2.9 Definisi Operasional ..................................................................................... 15 BAB III METODOLOGI PENILITIAN ............................................................ 17 3.1 Desain Penelitian .......................................................................................... 17 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... 17 3.3 Bahan yang Diuji ........................................................................................... 17 3.4 Sampel Bakteri ............................................................................................. 17 3.5 Identifikasi Variabel ..................................................................................... 17 VIII 3.6 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................ 17 3.7 Alur Penelitian .............................................................................................. 18 3.8 Cara Kerja Penelitian .................................................................................... 18 3.9 Analisis Data ................................................................................................. 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 21 4.1 Hasil .............................................................................................................. 21 4.1.1 Komposisi Bahan Aktif Hand sanitizer ............................................... 21 4.1.2 Efek Hambat Hand Sanitizer Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococus aureus .......................................................................... 22 4.1.3 Hasil Uji Statistik ................................................................................. 24 4.2 Pembahasan .................................................................................................. 25 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 28 5.1 Simpulan ....................................................................................................... 28 5.2 Saran ............................................................................................................. 28 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 29 LAMPIRAN ........................................................................................................... 32 IX DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Contoh Biosida ........................................................................................ 3 Tabel 2.2 Flora Normal Kulit .................................................................................. 8 Tabel 2.3 Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri .............................. 13 Tabel 2.4 Definisi Operasional ............................................................................... 16 Tabel 4.1 Konsentrasi Bahan Aktif Hand sanitizer yang Diuji .............................. 21 Tabel 4.2 Hasil Uji Kruskall-Wallis ........................................................................ 24 Tabel 4.3 Hasil Uji Man Whitney ........................................................................... 25 X DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Aktivitas Imunologi Bakteri Ekstraseluler .......................................... 7 Gambar 2.2 Pembiakkan Staphylococcus aureus ................................................... 9 Gambar 2.3 Protein Permukaan Staphylococus aureus .......................................... 10 Gambar 2.4 Patogenenis Infeksi Staphylococcus aureus ........................................ 11 Gambar 4.1 Hand sanitizer yang Diuji .................................................................. 21 Gambar 4.2 Hambatan Pertumbuhan Bakteri Staphylococus aureus .................... 22 Gambar 4.3 Hasil Uji Efek Antimikroba Hand sanitizer Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus ........................................................................ 23 XI DAFTAR BAGAN Halaman Bagan 2.1 Kerangka Teori ...................................................................................... 15 Bagan 2.2 Kerangka Konsep ................................................................................... 15 Bagan 3.1 Alur Penelitian ....................................................................................... 18 XII DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Hasil Uji Statistik ....................................................................... 32 Lampiran 2. Alat dan Bahan .......................................................................... 47 Lampiran 3. Riwayat Penulis ......................................................................... 49 XIII 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cuci tangan menghilangkan adalah sebuah kegiatan sederhana yang bermaksud untuk kotoran dan meminimalisir jumlah kuman yang ada di tangan dan telapak tangan dengan menggunakan air dan suatu zat tambahan, dimana zat tersebut dapat berupa antiseptik atau yang lainya.1 Pada sebuah penelitian menunjukkan bahwa dengan cuci tangan dapat menurunkan kuman sekitar 58 % pada telapak tangan. Penurunan angka yang nyata ini sangat berkaitan erat dengan kesehatan individu. Seperti pada penelitian dari Dorson pada tahun 2000 menyatakan bahwa dengan cuci tangan dapat menurunkan angka kematian satu juta pertahun yang disebabkan diare.2 Seiring dengan perkembangan zaman, mencuci tangan terlihat lebih praktis yaitu dengan menggunakan suatu cairan atau gel antiseptik yang bisa digunakan dimana saja dan kapan saja tanpa harus membilasnya dengan air, cairan atau gel antiseptik ini disebut “Hand sanitizer”.2 Hand sanitizer adalah zat antiseptik yang di dalamnya terdapat alkohol dengan persentase 60-95 %. 4,5 Selain alkohol, hand sanitizer mengandung bahan-bahan antibakterial seperti triclosan, glycerol atau agen antimikroba lainnya.3,4 Staphylococcus aureus adalah bakteri Gram positif mikrokokus yang sering dianggap sebagai patogen utama bagi manusia. 5 Selain sangat patogen Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang sering ditemukan pada telapak tangan. Sebuah penelitian sebelumnya dari Indian Journal of Public Health yang menjelaskan prevalensi bakteri yang ada di tangan, menunjukkan hasil bahwa Staphylococcus aureus adalah bakteri yang sering ditemukan pada telapak tangan.6,7 Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya antimikroba dari berbagai hand sanitizer terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan membandingkannya terhadap berbagai merk dagang yang banyak ditemukan. 1 2 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana efek antiseptik berbagai merk hand sanitizer yang sering ditemukan di Indonesia terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui adanya efek antiseptik hand sanitizer terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. 1.3.2 Tujuan Khusus Mengetahui efek antiseptik berbagai merk hand sanitizer yang tersebar di Indonesia dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. 1.3.3 Manfaat penelitian a. Bagi Peneliti - Menambah pengetahuan Penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama menjalani perkuliahan. - Mempelajari metodologi dalam pembuatan suatu penelitian - Menambah pengetahuan tentang pemakaian hand sanitizer dan bagaimana efeknya terhadap bakteri Staphylococcus aureus - Mengasah keterampilan bekerja di laboratorium b. Bagi Institusi - Menambah informasi dan literatur mengenai keilmuan mikrobiologi. c. Bagi Keilmuan - Dapat memberikan informasi mengenai efek antiseptik hand sanitizer terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. - Dapat dijadikan sumber referensi bagi praktisi lain yang tertarik dalam penelitian mikrobiologi yang sesuai. d. Bagi Sosial - Memberikan informasi tentang ada atau tidaknya efek menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. kuman tersering di hand sanitizer dalam telapak tangan, yaitu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antimikroba Antimikroba adalah zat atau substansi pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan. Antimikroba pada dasarnya memiliki dua mekanisme yaitu Bakteriostatik (melemahkan bakteri) dan Bakterisida (membunuh bakteri), namun secara terperinci mekanisme agen antimikroba memiliki beberapa mekanisme, yaitu mengganggu metabolisme sel mikroba, menghambat sintesis dinding mikroba, mengganggu permeabilitas membran sel mikroba, menghambat sintesis protein sel mikroba, dan merusak asam nukleat sel mikroba. 8,9 Agen antimikroba memiliki kandungan “biosida”, yaitu suatu zat kimia yang mempunyai efek sebagai anti mikroba.5 (table 2.1) Tabel 2.1 Contoh Biosida Agen Penggunaan Alkohol Etanol Antiseptik, disinfektan, preservasi Isopropanol Aldehid Glutaraldehid Disinfektan, sterilisasi, preservasi Formaldehid Biguanid Khlorheksidin Antiseptik, antiplak, preservasi, disinfektan Bisfenol Triclosan Antiseptik, antiplak Heksaklorofen Deodoran, Preservasi Bahan penghasil halogen Senyawa Klorin Desinfektan, antiseptik Senyawa Iodine Turunan Logam berat Senyawa silver Preservasi, antiseptik Disinfektan 3 4 Senyawa merkuri Peroksigen Disinfektan, Sterilisasi Hidrogen Peroksida Ozon Asam Peraseat Fenol dan Kresol Disinfektan, preservasi Fenol Kresol Ammonion Disinfektan, antiseptik, preservasi Compounds Setrimid Benzalkonium Klorida Vapor Phase Sterilisasi, disinfektan Etilen Oksida Formaldehid Hidrogen Peroksida Sumber : Jawetz, Melnick, & Adelberg's. Medical Microbiology; 2007. Berdasarkan mekanisme agen antimikroba berkerja, ada beberapa target dari bagian tubuh mikroba dimana agen antimikroba berkerja, yaitu dinding sel mikroba, permeabilitas membran mikroba, molekul protein, asam nukleat, enzim dan DNA atau RNA.10,11 Target kerja antimikroba adalah sebagai berikut: a. Dinding sel Dinding sel adalah bagian terluar dari bakteri yang berfungsi untuk mempertahankan struktur bentuk bakteri dan melindungi struktur lainnya yang terdapat di bawahnya. Salah satu antimikroba yang menganggu aktivitas dinding sel adalah antibiotik golongan penicillin. b. Perubahan permeabilitas sel Sifat permeabilitas pada bakteri di dapatkan dari struktur membran sel bakteri yang bersifat selektif terhadap zat yang ada di luar tubuh bakteri, zat tersebut dapat mendorong masuk ke dalam tubuh bakteri karena adanya tekanan osmotik. 5 c. Molekul protein dan asam nuklleat Salah satu kerja antimikroba seperti fenolat memiliki kerja mendenaturasi protein dan asam nukleat bakteri yang sangat penting digunakan sebagai bahan dasar DNA dan RNA, dinding sel, dan struktur lainnya yang penting untuk kehidupan bakteri d. Enzim Seperti halnya pada manusia, bakteri memiliki beratus-ratus macam enzim yang memiliki struktur berbeda begitupun dengan fungsinya yang berbeda. Salah satu fungsinya yang sangat penting adalah untuk keperluan metabolisme bakteri, bila agen antimikroba yang diberikan ternyata bersifat mengacaukan atau menghambat produksi enzim tertentu maka jalur kerja yang menggunakan enzim tersebut terhambat. e. DNA dan RNA DNA atau RNA adalah pengatur keseluruhan dari kehidupan mikroba, antimikroba atau antibiotik seperti tetrasiklin langsung menghambat pembentukkan DNA atau RNA yang menyebabkan kematian pada mikroba tersebut. 2.2 Imunologi Infeksi Bakteri Pada dasarnya sistem pertahanan terhadap infeksi yang disebabkan bakteri terbagi menjadi dua kategori besar, yaitu sistem pertahanan bakteri ekstraseluler dan pertahanan bakteri intraseluler.12,13 2.2.1 Sistem Pertahanan Bakteri Ekstraseluler Bakteri ekstraseluler dapat hidup dan berkembang biak di luar sel penjamu misalnya dalam sirkulasi, jaringan ikat dan rongga-rongga jaringan sepeti lumen saluran nafas dan saluran cerna 2.2.1.1 Imunitas Non Spesifik komponen utama sistem pertahanan nonspesifik terhadap infeksi bakteri adalah komplemen, fagositosis, dan respon inflamasi. Awalnya bakteri yang masuk dapat mengaktifkan beberpa sistem imun nonspesifik, diantaranya protein dan peptidoglikan yang ada di permukaan bakteri dapat mengaktifkan fagosit dan pengaktifan komplemen secara jalur alternatif atau jalur lektin ( seperti bakteri yang menghasilkan manosa pada permukaanya. Pengaktifan fagosit ini dapat langsung memusnahkan bakteri yang masuk dengan lansung memfagositosisnya, sedangkan dengan pengaktifan komplemen dapat berlanjut ke kaskade komplemen yang mengakibatkan lisis dan opsonisasi bakteri oleh komplemen 6 sehingga dapat dengan mudah difagositosis. Selain itu pengaktifan kedua sistem pertahanan ini mengaktifkan respon inflamasi lokal sehingga monosit dan leukosit lainnya datang ke lokasi tersebut. (Gambar 2.3 ) 2.2.1.2 Imunitas Spesifik imunitas spesifik pada bakteri ekstraselluler terdiri dari respon humoral dan sitokin, pada respon humoral antibodi yang mengambil peran penting seperti menetralkan toksin bakteri dan berperan sebagai pengaktifan komplemen jalur klasik, dengan bantuan komplemen ini bakteri diopsonisasi oleh antibodi dan komplemen, lalu hasil dari kaskade komplemen yang diaktifkan saperti C3a, C5a dan C5b dapat mengaktifkan degranulasi sel mast dan kemotaksis dari fagosit. Pada dasarnya Th yang sangat berperan disini, karena Th yang berfungsi sebagai pelipat gandaan antibodi melalui persentasi antigen bakteri terhadap APC (biasanya fagosit) yang memperkenalkan antigen bakteri ke sel T. 2.2.2 Sistem Pertahanan Bakteri Intraseluler Bakteri intraseluler adalah bakteri yang dapat bersembunyi dari respon imun ekstraseluler, biasanya bakteri ini dapat hidup dalam sel fagosit. 2.2.2.1 Imunitas Non Spesifik Fagosit dan sel Natural Killer (NK) mengambil peran penting, fagosit bekerja dengan memfagositosis bakteri dan dapat menghasilkan IL-12 sebagai pengaktivasi sel NK, namun sebaliknya sel NK juga menghasilkan IFN-y yang berfungsi sebagai pengaktifan makrofag dan menambah sifat fagositosis makrofag. 2.2.2.2 Imunitas Spesifik Pada imunitas intraseluller, CD4 + dan CD8+ yang berperan penting sebagai sistem pertahanan tubuh. CD4+ aktif dengan peptide antigen MHC-II yang dapat berdifrensiasi menjadi Th1 yang mengaktifkan fagosit dan Th2 yang mencegah aktivasi fagosit. Peptide antigen MHC-I mengaktifkan CD8+ yang akan berdiferensiasi menjadi T toksik menghasilkan sitokin-sitokin yang bersifat toksik terhadap bakteri. 7 Gambar 2.1 Aktivitas Imunologi Bakteri Ekstraseluler Sumber : Baratawidjaja, Karnen Garna. Imunologi dasar: 2012 2.3 Flora Normal Kulit Flora normal dapat diartikan sebagai kumpulan mikroorganisme yang berkumpul pada kulit dan mukosa pada manusia normal dan sehat. Pada dasarnya kulit dan mukosa manusia selalu dihuni oleh berbagai macam mikroba yang dapat dibagi menjadi dua klasifikasi, yaitu flora tetap dan flora sementara. Flora tetap adalah mikroorganisme tertentu yang hidup di tempat tertentu di tubuh manusia yang mengikuti perubahan pada manusia dan beradaptasi dengan lingkungan yang ada di tubuh manusia yang biasanya terdapat hubungan umpan balik antara mikroba dan manusia sedangkan Flora sementara yang juga disebut Flora transient adalah 8 mikroorganisme patogen ataupun tidak yang berasal dari lingkungan dan hanya hidup beberapa saat di tubuh manusia. Jumlah flora sementara ini sangat tergantung dengan flora tetap yang ada di tubuh manusia sebagai inhibitor kompetitifnya. 1,5,14 Flora normal kulit adalah mikroorganisme yang hidup di kulit manusia, namun karena kulit adalah lapisan terluar dari tubuh manusia memungkinkan kulit cenderung berisikan banyak flora sementara. Mikroorganisme yang sering ditemukan pada kulit manusia diantaranya tercantum dalam tabel 2.2 Tabel 2.2 Flora Normal Kulit Tempat Predileksi Mikroorganisme Staphylococcus epidermidis Staphylococcus aureus (dalam jumlah kecil) Spesies mirococcus Spesies neissera non patogen Kulit Streptococcus Alpha-hemolytic, non hemolytic Diptheroids Spesies Propionbacterium Spesies Peptostreptococcus Dan yang lainnya (candida, acinobacter dll) Sumber : Sumber : Jawetz, Melnick, & Adelberg's. Medical Microbiology; 2007. Faktor-faktor yang sangat berperan untuk menghilangkan flora sementara di kulit ialah pH rendah, asam lemak sebasea, lisozim, pada flora tetap, ia sudah beradaptasi sehingga bila terdapat pH rendah, asam lemak dan lisozim flora tetap masih dapat hidup, berbeda dengan flora sementara yang belum beradaptasi. 5,14 2.4 Staphylococcus aureus Staphylococcus adalah suatu nama marga dari bakteri yang berbentuk bulat (kokus), hidup secara berkoloni tak beraturan yang menyerupai buah anggur dan memiliki sifat katalase yang membedakannya dengan marga Streptokokus. Stafilokokus terbagi menjadi 32 spesies berdasarkan komposisi DNA, namun hanya 14 spesies yang hidup pada tubuh manusia. Staphylococcus aureus merupakan satu- 9 satunya spesies yang menghasilkan enzim koagulase dan membedakannya dengan 14 spesies lainnya.1,5 Sistematika Staphylococus aureus adalah sebagai berikut 5 : Divisi : Protophyta Kelas : Schizomycetes Bangsa : Eubacteriales Suku : Micrococcaceae Marga : Staphylococcus Jenis : Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus adalah salah satu dari keluarga mikrokokus berbentuk bulat (kokus) yang berdiameter 0.5 – 1.5 μm, bersifat Gram positif, amotil dan tidak berspora. Bakteri ini hidup di suasana aerobik atau mikroaerofilik, tumbuh pada suhu 37 °C namun dalam membentuk pigmen yang terbaik dibutuhkan suhu kamar (20 – 35 °C). Pada biakan bakteri ini menghasilkan pigmen berwarna putih abu-abu sampai kuning.5 Gambar 2.2 Pembiakan Staphylococcus aureus Staphylococus aureus dapat tumbuh di berbagai macam biakan dan tahan terhadap kondisi kering, panas (bakteri ini bertahan pada temperatur 50 o C selama 30 menit) dan natrium klorida 9 %. Hampir seluruh dinding sel bakteri ini terdiri dari peptidoglikan yang dapat merangsang pengeluaran sitokin-sitokin proinflamasi pada tubuh manusia. Di permukaan dinding sel tertanam protein permukaan yang mengambil alih penting dalam sifat virulensi Staphylococus aureus , diantaranya yaitu ligand-binding domain terdapat pada N terminal berfungsi sebagai penempelan bakteri terhadap sel inang, Protein A yang mencegah proses fagositosis karena memblokir salah satu ujung IgG, dan protein permukaan lainya yang membantu 10 dalam proses adhesi bakteri yang dikenal sebagai microbial surface components recognizing adhesive matrix molecules (MSCRAMM).15,16 Gambar 2.3 Protein Permukaan Staphylococus aureus Sumber : Lowy FD. Staphylococcus aureus Infection: 1998 Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia, karena mensekresikan beberapa toxin dan enzim yang berbahaya bagi manusia. Selain sangat patogen bakteri ini terdapat dimana-mana seperti pada lesi manusia, benda-benda yang terkontaminasi oleh lesi tersebut, saluran respirasi manusia dan kulit yang dapat berpindah-pindah secara kontak langsung maupun melalui udara. Gejala yang ditimbulkan dari infeksi dapat berupa peradangan lokal, nekrosis, dan pembentukan abses. Pada penyebaran ke bagian tubuh lain melewati pembuluh getah bening dan pembuluh darah.1 Infeksinya dapat berupa furunkel yang ringan pada kulit sampai berupa suatu piemia yang fatal, serta keracunan makanan, dan toxic shock syndrome.1,15 Penyakit yang disebabkan Staphylococcus aureus bermacam-macam dari yang lokal di kulit, paru, mukosa sampai sistemik seperti sindrome syok toksik dan keracunan makanan (gambar 2.4) 11 Gambar 2.4 Patogenenis Infeksi Staphylococcus aureus Sumber : Baratawidjaja, Karnen Garna. Imunologi dasar: 2012 2.5 Hand sanitizer Hand sanitizer adalah suatu cairan atau gel antiseptik yang digunakan untuk mencuci tangan tanpa menggunakan air untuk membilasnya. 2 Menurut food and drug administration (FDA) Hand sanitizer dapat menghilangkan kuman kurang dari 30 detik. Berdasarkan penelitian sebelumnya membuktikan bahwa hand sanitizer efektif untuk mengurangi penyakit saluran pencernaan.17,18,19, CDC (Center for desease control) mengungkapkan bahwa pada dasarnya hand sanitizer terbagi dua berdasarkan bahan aktif yang terkandung, yaitu hand sanitizer dengan alkohol dan tanpa alkohol yang memiliki bahan aktif berupa agen antimikroba lain yang biasa digunakan sebagai higenitas tangan yaitu Chlorhexidine, Chloroxylenol, Hexachlorophene, Iodine and iodophors, Quaternary ammonium compounds, dan Triclosan. Namun paling banyak ditemukan mengandung alkohol dan triclosan.3,4,20, Alkohol pada hand sanitizer biasanya diukur dengar skala ukuran “%” terhadap volume air yang terkandung dengan kandungan alkohol yang sering digunakan di hand sanitizer, yaitu etil alkohol, isopropil alkohol dan n-propanolol, ketiga bahan ini sering digunakan sebagai bahan aktif di produk-produk pembersih tangan karena bahan-bahan ini menunjukkan aktivitas antimikroba yang cepat dengan spektrum yang luas melawan bakteri vegetatif, virus dan jamur, namun tidak bersifat 12 sporosidal.3,7 Kemampuan antimikroba dari alkohol ini adalah dengan mendenaturasi protein mikroba dan aktifitas antimikroba ini optimal bila diencerkan dengan air sekitar 60 – 95 %.3, 17,18,19,21 Alkohol memiliki kemampuan aktivitas bakteriosida yang baik terhadap Gram positif dan Gram negatif termasuk juga MRSA(Methicilin Resistent of Staphylococcus aureus), virus dan beberapa jamur. Tetapi alkohol tidak memiliki efek antimikroba terhadap bakteri berspora dan efeknya sangat lemah terhadap non-enveloped (nonlipophilic) viruses. 3,19,22,23 Aktivitas antimikroba pada alkohol berpengaruh pada beberapa faktor, yaitu jenis alkohol yang digunakan, konsentrasi alkohol, waktu kontak, volume yang digunakan, dan keadaan tangan yang sedang menggunakan. Menurut beberapa penelitian menyatakan bahwa efek dari antimikroba etil etanol dengan isopropil alkohol berbeda terhadap virus Hemofilus A, yaitu etil alkohol sudah biasa memberikan efek antimikroba terhadap virus Hemofilus A dengan kadar 60 – 80 % sedangkan isopropil alkohol pada kadar 70 – 90 %, selain itu volume alkohol 3 ml lebih menunjukkan sifat antimikroba dibandingkan dengan volume alkohol 1 ml, namun sampai sekarang belum ada kepastian mengenai berapa volume alkohol yang efektif digunakan sebagai antimikroba. 3,4 Selain alkohol salah satu bahan aktif yang sering digunakan di dalam hand sanitizer adalah triclosan. Triclosan adalah salah satu jenis bisfenol yang biasa digunakan secara luas sebagai bahan aktif di sabun antiseptik atau beberapa produk antiseptik lainnya, triclosan ini dipakai karena memiliki sifat bakteriostatik, sporostatik dan bakterisidal (dengan kadar tertentu). 7 Meneurut WHO triclosan efektif dipakai dengan kadar 0.2 – 2 % karena dengan kadar itu triclosan memiliki efek antimikroba dengan mekanisme menghambat enoyl ACP-reductases essential enzymes yang berguna sebagai sistesis asam lemak bakteri. 3 Namun triclosan lebih efektif terhadap bakteri Gram positif dibandingkan Gram negatif, hampir tidak memiliki efek pada bakteri Gram negatif seperi Pneumonia aeruginosa.3,23,24,25 Walaupun alkohol mempunyai efek antimikroba namun hanya bekerja pada short acting bukan long acting, sehingga tidak berifat persisten. Menurut hasil beberapa penelitian mengungkapkan bahwa pemakaian kombinasi alkohol dan 13 antimikroba lainnya seperti triclosan dan lainnya menyebabkan terciptanya sifat efek antimikroba yang persisten.3,25 2.6 Pengujian Antimikroba Pengujian antimikroba bertujuan untuk memperoleh suatu sistem pengobatan yang efektif dan efisien dengan menentukan potensi dan kontrol kualitas selama proses produksi senyawa antimikroba di pabrik, untuk menentukan farmakokinetik obat pada hewan atau manusia, dan untuk memonitor dan mengontrol kemotrapi obat. Pengujian antimikroba ini terdapat berbagai macam metode, namun secara garis besar dibagi menjadi dua metode, yaitu metode difusi dan dilusi. 5,26,27,28 2.6.1 Metode Difusi 2.6.1.1 Metode disc diffusion (Tes Kirby & Bauer). Tes ini menggunakan piringan kertas cakram yang berisikan agen antimikroba dan ditanam di atas agar berisikan pembiakan bakteri tertentu dan nantinya akan diinkubasi selama 18 – 24 jam dengan suhu 37o C. Interpretasi dari uji ini akan terbentuknya daerah bening yang tidak ditumbuhi oleh pembiakan bakteri di agar yang disebut sebagai zona hambat, jika semakin besar zona hambat yang terbentuk, maka semakin efektif agen antimikroba tersebut. 5,26,27 Tabel 2.3 Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri DIAMETER ZONA RESPON HAMBATAN TERANG PERTUMB UHAN > 20 MM Kuat 16-20 MM Sedang 10-15 MM Lemah < 10 MM Tidak ada Sumber : Seila I. Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) : 2009 2.6.1.2 Metode Lubang (Cup-plate technique), Metode ini dilakukan dengan membuat lubang dan diisi dengan uji antimikroba pada agar yang sudah diisikan biakan bakteri tertentu. Interpretasi dari uji ini dengan melihat daerah bening yang terbentuk disekitar lubang. 5,26, 2.6.1.3 Metode Parit (Dith-plath technique), Pada metode ini antimikroba yang ingin diuiji diletakkan pada potongan agar 14 yang dipotong secara membujur pada bagian tengah Petridis yang menyerupai parit.26 2.6.1.4 Gradient-Plate technique, Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media agar yang akan dicampurkan bervariasi menurut jenisnya. Awalnya media agar dicairkan dan ditambahkan dengan larutan agen antimikroba yang ingin diuji, kemudian campuran dituangkan ke dalam cawan petri dan diletakkan dengan posisi miring yang selanjutnya dituangkan nutrisi kedua diatasnya. Plate diinkubasi selama 24 jam untuk memungkinkan agen antimikroba berdifusi dan permukaan media mengering. Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai dari konsentrasi hingga rendah, lalu hasil diperhitungkan sebagai panjang total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan.26 2.6.2 Metode Dilusi Metode dilusi dibedakan menjadi dua, yaitu dilusi cair (broth dilution) dan dilusi padat (Solid dilution). 2.6.2.1 Metode Dilusi Cair Metode ini mengukur kadar hambat minimum dan kadar bunuh minimum. Cara yang dilakukan dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan bakteri yang ingin diujikan. Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba itu, maka ditetapkan sebagai kadar hambat minimum. Namun larutan yang ditetapkan sebagai kadar hambat minimum itu selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan bakteri yang diuji maupun agen antimikroba lalu diinkubasi selama 18 – 24 jam. Media cair yang tetap jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai kadar bunuh minimum.5,26 2.6.2.2 Metode Dilusi Padat Metode ini sama dengan metode dilusi cair, perbedaanya hanya pada media yang digunakan yaitu media padat (solid). 5,26,27,28 15 2.7 Kerangka Teori Infeksi mencegah Kebersihan tangan Hand sanitizer Penyebaran infeksi Alkohol nonalkohol Melalui telapak tangan Bakteri tersering ditemukan pada telapak tangan (Staphylococcus aureus) Pengukuran efek antimikroba Bagan 2.1 Kerangka Teori 2.8 Kerangka konsep Hand sanitizer Biakan bakteri Staphylococcus aureus Terbentuk zona hambat tidak terbentuk zona hambat Bagan 2.2 Kerangka Konsep 16 2.9 Definisi Operasional Tabel 2.4 Definisi Operasional No 1 Variable Definisi Alat Operasional Ukur Hasil Ukur Biakan bakteri Bakteri Pertumbuhan Staphylococcus Staphylococcus bakteri aureus aureus yang ditanam di MHA dan diinkubasi selama 24 jam.23,26,27 2 Hand sanitizer Merk dagang Hand sanitizer hand sanitizer yang yang tersebar di memberikan Indonesia efek hambat pertumbuhan staphylococcus aureus 3 Zona Hambat Daerah bening Penggaris Diameter zona hambat 24 yang terbentuk tanpa ada pertumbuhan dari bakteri Staphylococcus aureus. 26 3 Kontrol positif Antibiotik yang Penggaris Diameter zona hambat 24 digunakan (amoxicillin) 18 4 Kontrol Bahan non aktif negative dari hand sanitizer yaitu aquades steril Penggaris Diameter zona hambat 24 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode ekperimental disc diffusion, untuk melihat efek antimikroba hand sanitizer terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2013 sampai bulan Juli 2013 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3.3 Bahan yang Diuji Berbagai merk hand sanitizer yang mudah ditemukan di Indonesia yang mengandung alkohol atau antibakterial lain dan gabungan dari keduanya, yang dibeli di pasar swalayan daerah Ciputat. 3.4 Sampel Bakteri Bakteri Staphylococcus aureus diisolasi pada media MHA (Mueller-Hinton Agar), dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. 3.5 Identifikasi Variabel 3.5.1 Variabel Bebas Sembilan merk dagang hand sanitizer yang mudah ditemukan di Indonesia, yaitu hand sanitizer A, B, C, D, E, F, G, H, I. 3.5.2 Variabel Terikat Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus di media Mueller Hinton Agar, diukur dengan diameter zona hambatan yang terbentuk dalam milimeter (mm). 17 18 3.6 Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : tabung reaksi, mikro pipet, vortex, bunsen, korek api, ose, spatula besi, cawan petri, penggaris, rak tabung, timbangan, autoclave, baki, alumunium foil, swab kapas, erlenmeyer, pengukur waktu, inkubator, penggaris, cakram uji kosong, label, alat tulis, kamera, laminar air flow, tisu, pinset, alkohol. 3.6.2 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu media Mueller Hinton Agar, NaCl, aquades steril sebagai kontrol negatif, biakan Staphylococcus aureus, cakram uji kosong, cakram amoksilin sebagai kontrol positif, Mc farland 0.5 %, hand sanitizer yang akan diujikan. 3.7 Alur Penelitian Pengumpulan Hand sanitizer Sterilisasi alat dan bahan Pembuatan agar MHA dan penanaman bakteri S.aureus di agar Perendaman cakram pada Hand sanitizer Tahap pengujian pertumbuhan bakteri Pengukuran zona terang yang terbentuk Bagan 3.1 Alur Penelitian 19 3.8 Cara Kerja Penelitian 3.8.1 Tahap Persiapan 3.8.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan Seluruh alat dan bahan yang akan digunakan disterilisasi di dalam autoclave selama 30 menit pada suhu sebesar 121°C yang sebelumnya dicuci bersih, dikeringkan dan dibungkus dengan kertas atau alumunium foil. 3.8.1.2 Pembuatan Media Sebanyak 9 gram Mueller Hinton Agar ditimbang dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu ditambahkan dengan aquades sampai menjadi 250 ml, serta dipanaskan sambil diaduk sampai semua bahan larut dengan sempurna, kemudian disterilkan dalam autoclave selama 100 menit dengan suhu 121°C. 3.8.1.3 Perkembang Biakan Bakteri Pembuatan stok bakteri ini dilakukan untuk memperbanyak bakteri, dengan cara menanamkan 1 ose biakan murni bakteri Staphylococcus aureus ke dalam Mueller Hinton Agar, kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam di dalam inkubator. 3.8.2 Tahap Pengujian Bakteri diencerkan dengan mencampurkan 1 ose suspensi bakteri Staphylococcus aureus ke dalam tabung reaksi yang telah berisi NaCl steril. Kemudian dihomogenkan dengan menggunakan distandarisasi dengan konsentrasi 0.5 Mc Farland vortex dan kekeruhannya agar jumlah bakteri memenuhi syarat untuk uji kepekaan yaitu: 10 5 –108 /ml. Kemudian larutan bakteri dioleskan pada media pertumbuhan Mueller Hinton Agar. Cakram uji kosong yang telah direndam di dalam cairan hand sanitizer selama 15-45 menit lalu diletakkan di atas permukaan agar di dalam laminar air flow. Lalu media diinkubasi ke dalam inkubator. Inkubasi dilakukan pada suhu 37°C selama 24 jam, keesokan harinya diukur diameter zona hambat (clear zone) yang terbentuk dengan sekala millimeter (mm) dan dilakukan oleh tiga orang pemeriksa. 3.9 Analisis Data Jenis Hipotesis yang diteliti merupakan jenis komparatif dengan variabel kategorik-numerik (Skala numerik) lebih dari 2 kelompok dan tidak berpasangan, karena yang diukur sebagai skala numerik, maka untuk uji hipotesis yang digunakan 20 adalah uji parametrik yaitu One Way Annova, namun uji hipotesis ini dilakukan bila memenuhi syarat uji parametrik diantaranya data yang diperoleh berdistribusi normal dan terdapat varians yang sama. Apabila data yang diperoleh tidak memenuhi syarat, maka uji hipotesis yang dipakai adalah uji non parametric yaitu Kruska-Wallis, yang akan dilanjutkan dengan uji posthock. 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Komposisi Bahan aktif Hand sanitizer Terdapat sembilan hand sanitizer yang diujikan, yaitu hand sanitizer A, B, C, D, E, F, G, H, I Gambar 4.1 Hand sanitizer yang Diuji Dari kesembilan hand sanitizer ini memiliki kandungan bahan aktif alkohol dan triklosan yang memiliki konsentrasi berbeda-beda yang menyebabkan perbedaan efek antimikroba yang dihasilkan. (tabel 4.1) Hand sanitizer Akohol (%) Triklosan (%) HS A 60 0.15 HS B 70 0.05 HS C 60 0.1 HS D 52 Tidak dicantumkan HS E 78 Tidak dicantumkan HS F 60 - HS G 51 - HS H 62 - HS I 68 - Tabel 4.1 Konsentrasi Bahan Aktif Hand sanitizer yang Diuji 21 22 4.1.2 Efek Hambat Hand Sanitizer Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococus aureus. Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode disc diffusion dan dilakukan secara triplo yaitu 3 kali berturut-turut didapatkan tidak semua hand sanitizer memiliki efek antimikroba terhadap bakteri Staphylococus aureus. Berdasarkan hasil ditemukan 5 dari 9 hand sanitizer yang ditemukan memiliki efek hambat pertumbuhan Staphylococus aureus, yaitu hand sanitizer A, B, C, D, E, F, G, H, I. Dari kelima merk hand sanitizer yang disebutkan didapatkan bahwa merk dagang A memiliki efek hambat yang paling kuat dengan terbentuk zona hambat dari ketiga kali percobaan dengan rata-rata sebesar 12.5 mm, sedangkan hand sanitizer dengan merk dagang E hanya mempunyai nilai rata-rata 6 mm yang merupakan hasil terkecil zona hambat yang terbentuk (Gambar 4.1. dan 4.3) 40 30 20 10 0 (-) I H G F E D C B A (+) Gambar 4.2 Hambatan Pertumbuhan Bakteri Staphylococus aureus 23 Gambar 4.3 Hasil Uji Efek Antimikroba Hand sanitizer Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus 24 4.1.3 Hasil Uji Statistik Dari data yang diperoleh menunjukkan distribusi data tidak normal dan setelah ditransformasikan, distribusi data tetap tidak normal. Hal itu menandakan bahwa data yang diperoleh tidak memenuhi syarat untuk menggunakan uji parametrik berupa One-way ANOVA, maka sebagai gantinya digunakan uji hipotesis alternatif (non parametrik) dari data komparatif tidak berpasangan lebih dari dua kelompok yaitu Krusskall-Wallis (Tabel 4.1) Tabel 4.2 Hasil Uji Kruskall-Wallis Sampel Jumlah Kontrol (-) 8 0 I 3 0 H 3 0 G 3 0 F 3 0 E 3 6 D 3 8.3 C 3 9.3 B 3 11 A 3 12 Kontrol (+) 8 32 P value Zona hambat p=0.00 *keterangan : Semakin besar zona hambat yang terbentuk semakin besar efek yang ditimbulkan dalam menghambat pertumbuhan Staphylococus aureus Uji ini dikatakan bermakna bila nilai p<0.05. Pada hasil dari penelitian ini didapatkan nilai p=0.00 (p<0.05) yang diartikan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara Hand sanitizer dengan efek hambat pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus. 25 Dari hasil uji Kruskal-Wallis didapatkan bahwa nilai p<0.05, maka selanjutnya melakukan uji Man Whitney (bentuk uji post hock yang digunakan pada uji non parametrik). Uji ini bertujuan untuk melihat mana saja hand sanitizer yang bermakna menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Tabel 4.3 Hasil Uji Man Whitney hand sanitizer A B C D E F G H I Aquades Amoksilin A - 1.00 1.00 1.00 0.025 0.034 0.034 0.037 0.037 1.00 0.07 - 1.00 1.00 0.025 0.034 0.034 0.037 0.037 1.00 0.07 - 1.00 0.025 0.034 0.034 0.037 0.037 1.00 0.07 - 0.025 0.034 0.034 0.037 0.037 1.00 0.07 - 0.034 0.034 0.037 0.037 0.02* 0.07 - 0.099 0.046 0.046 0.02* 0.07 - 0.072 0.046 0.02* 0.07 - 0.261 0.02* 0.08 - B C D E F G H 0.02* 0.08 Aquades I - 0.00 Amoksilin 0.00 - Keterangan : *(p<0.05, yaitu terdapat perbedaan bermakna) Berdasarkan hasil uji Man Whitney, membandingkan antara aquades (kontrol negatif) dengan berbagai macam hand sanitizer yang diuji, didapatkan terdapat 5 hand sanitizer yang bernilai P<0.05, yaitu hand sanitizer A, B, C, D, E. Hal ini menandakan bahwa 5 hand sanitizer tersebut memiliki perbedaan bermakna terhadap aquades sebagai kontrol negatif, yang berarti terdapat 5 hand sanitizer memiliki sifat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. 4.2 Pembahasan Aktivitas antimikroba Hand sanitizer terhadap bakteri Staphylococus aureus tergantung pada kandungan bahan aktif yang dipakai seperti alkohol, triclosan, ammonion, iodine dan agen antimikroba lainnya yang digunakan untuk kebersihan tangan. Namun kebanyakan Hand sanitizer yang tersebar di Indonesia mengandung triclosan dan alkohol.3 Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa terdapat 5 merk dagang Hand sanitizer yang memiliki efek menghambat pertumbuhan dari Staphylococus aureus dan dari kelimanya merk dagang A yang didapatkan paling kuat menghambat 26 pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus. Hal ini dikarenakan dari kandungan Hand sanitizer A yang terdiri dari kombinasi dua bahan aktif agen antimikrobial yaitu alkohol dan triclosan. Kandungan alkohol yang terdapat pada Hand sanitizer ini memiliki kadar 60 % dan menurut suatu guideline berasal dari CDC menyatakan bahwa dengan kadar 60 – 95 % dapat dipakai sebagai bahan aktif antimikrobial suatu produk pembersih tangan. Kerja alkohol adalah mendenaturasi protein dinding sel bakteri dan bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif, Gram negatif, virus dan beberapa jamur.3, 17,20,21 Namun berdasarkan penelitian sebelumnya alkohol hanya bersifat short acting tidak bersifat persisten, bahkan pada guideline WHO menyatakan bahwa tangan sehabis didesinfektan oleh alkohol akan rentan terhadap flora transient yang menyebar secara kontak langsung, untuk mengatasi hal tersebut biasanya alkohol di kombinasikan dengan antimikroba lain yang bersifat persisten seperti triclosan. Triclosan adalah biosida berasal dari bisfenol bekerja dengan menghambat pembentukkan asam lemak yang dibentuk oleh mikroorganisme, triclosan efektif terhadap kuman Gram positif dan tidak terlalu sensitif terhadap Gram negatif dan pada dasarnya bersifat bakteriostatik namun pada kadar tertentu biosida ini dapat juga bersifat sebagai bakterisida. Kadar yang dianjurkan untuk triclosan menurut FDA (Food and Drug Administration) adalah 0.1 – 2 % namun menurut sebuah jurnal penelitian efek triclosan terhadap stafilokokus menyatakan bahwa hanya dengan kadar 0.0005% triclosan sudah memberi efek terhadap family Staphylococcus. Pada hand sanitizer A didapatkan bahwa kadar triclosan dalam kandungannya sebesar 0.15% hal itu menandakan kadar triclosan yang terkandung mempunyai efek antimikroba yang efektif. 3,24,29 Hand sanitizer selanjutnya yang terbentuk zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus adalah merk dagang B. Di dalam hand sanitizer ini terkandung bahan aktif alkohol sebanyak 70 %, triclosan 0.05 %. Berdasarkan dari komposisi bahan aktif yang terkandung, konsentrasi kandungan alkohol telah memenuhi syarat yaitu dalam rentang yang telah ditentukan, namun konsentrasi triclosan yang terkandung kurang dari rentang yang telah ditentukan, yaitu 0.1% 2%. Pada kadar triklosan dibawah 0.1% hanya mempunyai efek bakteriostatik yang menghambat pertumbuhan bakteri. 3,24,25 Hand sanitizer C memiliki bahan aktif alkohol 60 % dan Irgasan DP 300 0.1%. Irgasan DP 300 adalah analogi dari triclosan. Bila dibandingkan dengan 27 bahan aktif yang terdapat pada A, konsentrasi triclosan yang terkandung lebih sedikit. Hal itu yang menyebabkan zona hambat yang terbentuk lebih kecil dibandingkan A.29 Selain itu bila dibandingkan dengan hand sanitizer B, konsentrasi alkohol yang terkandung pada hand sanitizer C lebih sedikit dibandingkan handsanotozer B. Hand sanitizer D dan E memiliki kandungan kombinasi dari alkohol dan triclosan. Konsentrasi alkohol yang terkandung keduanya berbeda. Hand sanitizer D memiliki kadar alkohol kurang dari 60 %, namun menghasilkan zona hambat lebih dibandingkan hand sanitizer E. Hal ini mungkin disebabkan karena perbedaan kandungan triclosan, yang kadarnya tidak diketahui. Karena semakin besar kadar konsentrasi triclosan yang dipakai dan tidak melebihi 2 %, maka semakin kuat juga efek antimikroba yang dihasilkan dan triclosan dapat bersifat bakterisidal yang awalnya hanya bersifat bakteriostatik. 3,29 Sedangkan, hand sanitizer yang tidak terbentuk zona hambat meliputi hand sanitizer F, G, H, dan I. Hal ini didasari karena keempat hand sanitizer ini hanya mengandung bahan aktif alkohol yang tidak bersifat persisten terhadap pertumbuhan bakteri. Selain itu kadar alkohol di salah satu merk tidak memenuhi kadar efek antimikroba yang biasa digunakan untuk kebersihan tangan, seperti hand sanitizer H hanya memiliki kadar alkohol sebesar 51 % (kurang dari 60 – 95 %.) Hal ini menandakan bahwa hand sanitizer tersebut tidak memiliki efek antimikroba untuk membersihkan tangan sesuai ketentuan yang ada.3,23,24,29 28 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dikerjakan, dapat disimpulkan; 1. Terdapatnya efek hambat hand sanitizer terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus, namun tidak semua semua merk hand sanitizer. 2. Terdapat 5 merk dagang hand sanitizer yang memiliki efek antimikroba atau yang menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yaitu hand sanitizer A, B, C, D, E. Sedangkan 4 merk dagang lainnya, hand sanitizer F, G, H dan I tidak memiliki antimikroba terhadap Staphylococcus aureus 3. Semua merk dagang hand sanitizer yang membentuk zona hambat memliki kandungan bahan aktif alkohol yang dikombinasikan dengan triclosan, sedangkan yang tidak membentuk zona hambat hanya mengandung alkohol sebagai bahan aktif yang bersifat antimikroba 5.2 Saran 1. Melakukan penelitian lanjutan dengan membandingkan efek antimikroba yang terdapat pada hand sanitizer dengan bahan pembersih tangan lainnya. 2. Dilakukan penelitian lebih lanjut hand sanitizer lain yang memiliki agen antimikroba lainnya yang memiliki pengaruh terhadap aureus. 3. Dilakukan penelitian selanjutnya secara invivo. 28 pertumbuhan bakteri Staphylococcus 29 DAFTAR PUSTAKA 1. Soedarmo SSP, Gama H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi 2. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2012. 2. Rachmawati FJ, Triyana SY. Perbandingan Angka Kuman pada Cuci Tangan dengan Beberapa Standarisasi Pembersih Tangan di Lab Mikrobiologi. Logika. 2008; 26 - 31. 3. WHO. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Healthcare (Advanced Draft). World Health Organization 2005–2006; 27–41. April 2006. http://www.agreecollaboration.org/pdf/agreeinstrumentfinal.pdf. Di akses pada 8 Agustus 2013. 4. CDC. Hand Sanitizer Ingredients. 2009; http://www.hand-sanitizer-dispenserreview.com/hand-sanitizer- ingredients.htm. Diakses pada 9 Agustus 2013. 5. Brooks GF, Butel JS, Carroll KC, Morse SA. Jawetz, Melnick, & Adelberg's th Medical Microbiology. 24 Ed. USA : Mc Graw Hill. 2007; 224 – 7. 6. Pretami, Heme anggika dkk. Identifikasi Mikroorganisme pada Tangan Tenaga Medis dan Paramedis di Unit Perinatologi Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung. Maret 2011. (belum diterbitkan) 7. Ray, Sandip Kumar dkk. A Study on Prevalence of Bacteria in The Hands of Children and Their Perception on Hand Washing in Two Schools of Bangalore and Kolkata. Indian Journal of Public Health. Vol 55. 2011; 293 – 297. http://www.ijph.in/article.asp?issn=0019557X;year=2011;volume=55;issue=4;spa ge=293;epage=297;aulast=Ray. Diakses pada 14 Agustus 2013. 8. Setawati, A. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI. 2007. 9. Bull, Tony. R. Color Atlas of ENT Diagnosis. Edisi 4. New York: Thieme. 2003; 215-246. 10. Pelczar, M.J. E.S.Chan. Dasar-dasar Mikrobiologi .Edisi 2. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. 1988. 11. Bertram G. Katzung, et al. Basic Clinical Pharmacology. Edisi 10. California: Lange. 2005. 30 12. Baratawidjaja, Karnen Garna. Imunologi Dasar. Edisi 10. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012 13. Weintraub, Andrej. Immunology of Bacterial Polysaccharide Antigens. Carbohydrate Research 338. July 2003. www.elsevier.com/locate/carres. Di akses pada tanggal 13 Agustus 2013 14. Ahvaz, Iran. The Evaluation of Bacterial Colonization on Skin Lesions of Hospitalized Patients in Dermatology Department of Ahvaz Zahra Beigom Moosavi, Galal Lotfi. Jundishapur Journal of Microbiology. Vol 2(4). 2009; 148151. www.uiweb.uidaho.edu. Di akses pada tanggal 12 Juli 2013 15. Lowy FD. Staphylococcus aureus Infection. N Engl J Med, 1998; 339-520 16. L.G. Harris, S.J. Foster, and R.G. Richards. An Introduction to Staphylococcus aureus, and Techniques for Identifying and Quantifyings Adhesins In Relation to Adhesion to Biomaterials: Review. European Cells and Materials Vol. 4. 2002; 39 – 67. 17. Ardianti, Dwina, dkk. Perbandingan Efektivitas Hand sanitizer dengan Cuci tangan Pakai Sabun dalam Membunuh Kuman di Tangan. November 2011. (Belum dipublikasikan). 18. Radji, Maksum dkk. Uji Efektivitas Antimikroba Beberapa Merek Dagang Pembersih Tangan Antiseptik. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. IV, No. 1. 2007; 1-6. 19. Sandora TJ, Taveras EM, Shih M-C, Resnick EA, Lee GM, Ross-Degnan D, et al. Hand sanitizer reduces illness transmission in the home. 2009. 20. CDC. Guideline for Hand Hygiene in Healthcare Settings. Morbidity and Mortality Weekly Reports (MMWR). 2002. 21. FDA/CFSAN. Hand Hygiene in Retail & Food Service Establishments. Food Service Safety Fact Sheet. 2003. http://www.fda.gov/Food/FoodSafety/RetailFoodProtection/IndustryandRegulator yAssistanceandTrainingResources/ucm135577.htm. Diakses pada 5 Agustus 2013. 22. Amy J. Pickering, Jennifer Davis and Alexandria B. Boehm. 2011. Efficacy of Alcohol-based Hand sanitizer on Hands Soiled with Dirt and Cooking Oil. Journal of Water and Health. Vol 09.3. 2011. 23. Desmares, Catherine dkk. Short Communication: Is Ethanol-BasedHand Sanitizer Involved inAcute Pancreatitis after Excessive Disinfection?—An Evaluation with the Use of PBPK Model. Journal of Toxicology. 2012. 31 24. Salha H.M. Al-Zahrani and Afraa M. Baghdadi. Evaluation of The efficiency of Non Alcoholic-Hand Gel Sanitizers Products as an Antibacterial. Nature and Science, 2012. Vol 10. 6; Hal. 2012. http://www.sciencepub.net/nature. Diakses pada tanggal 20 Juni 2013. 25. Joseph R. Grubbs Jr. The Effects of Triclosan Derivatives Against the Growth of Staphylococcus aureus. 2008. (belum dipublikasikan) 26. Pratiwi, S. T. 191 Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Airlangga. 2008; Hal 188- 27. Seila I. Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2012 (belum diterbitkan) 28. Umaro, Abe. Efek Ekstrak Siwak (salvadora persica) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutan. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2012 (belum diterbitkan) 29. David L. Dyer dkk. Alcohol-free Instant Hand Sanitizer Reduces Elementary School Illness Absenteeism. Vol 32, No.9. 2011; 633 - 638 32 Lampiran 1 (Hasil Statistik) 1. Hasil Uji Normalitas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic hasil pengukuran zona df .246 hambat Shapiro-Wilk Sig. 43 Statistic .000 df .730 Sig. 43 a. Lilliefors Significance Correction 2. Hasil Uji Normalitas Setelah Transform Data Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic tran_zona Df Shapiro-Wilk Sig. .237 23 Statistic .002 Df .823 23 a. Lilliefors Significance Correction 3. Hasil Uji Kruskall Wallis Test Statistics a,b hasil pengukuran zona hambat Chi-Square 41.667 df Asymp. Sig. a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: nama handsanitizer Sig. 10 .000 .001 .000 33 4. Hasil Uji Posthock menggunakan Uji Mann Whitney 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 Lampiran 2 (Alat dan Bahan) NACL & Mc. Farland Laminar Airflow Vortex Alat-alat setelah disterilisasi 48 Cawan Petris Inkubasi Alat dan bahan tambahan Biakan Staphylococcus aureus di MHA 49 LAMPIRAN 3 (Riwayat Hidup) DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Izkar Ramadhan Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 25-02-1993 Alamat : Jl. Duri Kosambi No.6 Cengkareng Jakarta Barat Email : [email protected] No.Telpon : 085772970186 Riwayat Pendidikan 1998– 2004 : Madrasah Ibtida’yah Negri Zahratul Athfal III 2005 – 2007 : SMP A.S.I.A 2008 – 2010 : Madrasah Aliyah Negri 12 Jakarta 2010 – sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta