tipe implantasi - Herlina Pratiwi, DVM.

advertisement
IMUNOPATOLOGI
drh. Herlina Pratiwi
• Reaksi tubuh terhadap benda asing tertentu
setelah paparan yang berulang
akan berbeda disebut RESPON
IMMUNOLOGIS
• Benda asing yg menyebabkan reaksi
tersebut disebut ANTIGEN/
IMMUNOGEN, sebagian besar merupakan
protein
• molekul kecil yg baru bertindak sbg antigen
bila bergabung dg molekul besar/gugus
determinan disebut HAPTEN
SIFAT-SIFAT RESPON IMMUN
• Memperlihatkan pengenalan dirireaksi utk melawan antigen, tdk
melawan unsur tubuh sendiri
• Adanya memori thd antigen-respon thd
antigen tsb akan lebih cepat bila sudah
terpapar berulang kali
• Spesifitas-bereaksi secara khas thd
antigen tertentu
SEL DAN JARINGAN PADA SISTEM IMUN
SEL
• Limfosit  limfosit T dan limfosit B
• Natural killaer (NK) sel
• Antigent-Presenting Cell (APC)
JARINGAN
• Thymus & sumsum tulang lymphocytes
express antigen receptors and mature
• lymph nodes, spleen, and mucosal and
cutaneous lymphoid tissues  adaptive
immune responses develop
LIMFOSIT
• Lymphocytes are the mediators of adaptive
immunity and the only cells that produce
specific and diverse receptors for antigens.
• T (thymus-derived) lymphocytes express
antigen receptors called T cell receptors
(TCRs) that recognize peptide fragments of
protein antigens that are displayed by MHC
molecules on the surface of antigen-presenting
cells.
• MHC I  CD8
• MHC II  CD4
• B (bone marrow-derived) lymphocytes
express membrane-bound antibodies that
recognize a wide variety of antigens.
• B cells are activated plasma cells secrete 
antibodies
• IgG, IgM, and IgA constitute more than 95%
of circulating antibodies.
• IgM: antibodi yang pertama disintesis dalam
respon imun
• IgA: major isotype in mucosal secretions,
• IgE: present in the circulation at very low
concentrations and is also found attached to
the surfaces of tissue mast cells
• IgD: expressed on the surfaces of B cells but
is not secreted
NATURAL KILLAER (NK) CELL
• Natural killer (NK) cells kill cells that
are infected by some microbes, or are
stressed and damaged beyond repair.
• NK cells express inhibitory receptors
that recognize MHC molecules that are
normally expressed on healthy cells, and
are thus prevented from killing normal
cells
ANTIGENT PRESENTING CELL (APC)
• APC capture microbes and other
antigens
• transport them to lymphoid organs
• display them for recognition by
lymphocytes
• The most efficient APCs are dendritic
cells, which live in epithelia and most
tissues
ORGAN LIMFOID
INNATE & ADAPTIVE IMUNITY
• Menghadapi zat patogen dari luar tubuh,
tubuh memililiki dua mekanisme:
1. INNATE IMMUNITY (imunitas
alamiah/non-spesifik)  bereaksi
pertama kali, terjadi secara cepat
2. ADAPTIVE IMMUNITY (imunitas spesifik)
 ketika imunitas alamiah tidak mempu
menetralisir gangguan yang terjadi,
responnya lebih lama
INNATE IMUNITY (NON-SPESIFIK)
• is mediated by cells and proteins that are
always present and poised to fight against
microbes and are called into action
immediately in response to infection.
• The innate immune response is able to
prevent and control many infections.
However, many pathogenic microbes have
evolved to overcome innate immune
defenses, and protection against these
infections requires the more powerful
mechanisms of adaptive immunity (also
called acquired, or specific, immunity).
Komponen utama imunitas non-spesifik:
• epithelial barriers of the skin, gastrointestinal
tract, and respiratory tract, which prevent
microbe entry (and have to be breached for a
microbe to establish infection);
• phagocytic leukocytes (neutrophils and
macrophages);
• a specialized cell type called the natural killer
(NK) cell;
• and several circulating plasma proteins, the
most important of which are the proteins of
the complement system.
ADAPTIVE IMMUNITY (SPESIFIK)
• Adaptive immunity is normally silent and
responds (or "adapts") to the presence of
infectious microbes by becoming active,
expanding, and generating potent
mechanisms for neutralizing and
eliminating the microbes.
• The components of the adaptive immune
system are lymphocytes and their
products.
• By convention, the terms "immune system"
and "immune response" refer to adaptive
immunity.
DUA TIPE IMUNITAS SPESIFIK (ADAPTIF)
• HUMORAL IMMUNITY, mediated by soluble
antibody proteins that are produced by B
lymphocytes (also called B cells)
Antibodies provide protection against extracellular
microbes in the blood, mucosal secretions, and
tissues.
• CELL-MEDIATED (OR CELLULAR) IMMUNITY,
mediated by T lymphocytes (also called T cells).
T lymphocytes are important in defense against
intracellular microbes.
They work by either directly killing infected cells
(accomplished by cytotoxic T lymphocytes) or
by activating phagocytes to kill ingested microbes,
via the production of soluble protein mediators
called cytokines (made by helper T cells).
IMUNITAS SPESIFIK
SISTEM IMUN HUMORAL
• Imunitas yang diperantarai oleh antibodi
• Merupakan imunitas spesifik yang diproduksi
imunoglobulin (antibodi) oleh limfosit B yang
terstimulasi atau sel plasma yang respon
terhadap suatu epitop.
• Dibantu oleh sistem komplemen, suatu sistem
amplifikasi yangmelengkapi kerja
imunoglobulin untuk mematikan imunogen
asing dan menyebabkan lisispatogen tertentu
dan sel.
• Sel B dibuat oleh limfoid B , pembuatannya
berdasarkan informasi antigen yang dikirim
makrofag sebagai hasil dari fagositosis lalu
antigen yang sudah difagositosis dikirim
ke limfosit B sebagai informasi untuk
pembuatan antibodi yang spesifik dan limfosit
B yang baru yang di dorman kan untuk respon
sekunder terhadap invasi dari antigen yang
sama.
• Limfosit B yang baru biasanya bekerja lebih
cepat dan lebih handal dalam menangani
antigenspesifiknya
IMUNITAS SPESIFIK
RESPON IMUN SELULER
• Respon imun yang dilakukan oleh limfosit T
• Imunogen sel-sel T berpoliferasi dan
mengarahkan interaksi seluler dan susbseluler sel
host untuk bereaksi terhadap epitop spesifik
(determinanantigen) yang merupakan suatu gugus
kimia kecil, terdiri dari 5 asam amino atau gula,
pada antigen yang memicu pembentukan dan
bereaksi dengan suatu imunoglobulin (antibodi).
• Sel T akan aktif apabila ada antigen di permukaan
sel.
• Selama pematangan di timus saat itulah sel T
belajar mengenal antigenSel
3 JENIS SEL T:
• Sel T sitotoksik
Fungsinya menghancurkan antigen
• Sel T penolong/helper
Meningkatkan perkembangan sel B
aktif mengaktifkan makrofag
• Sel T penekan
Berfungsi menekan atau menahan
kerja dari sel T sitotoksik dan sel T
helper
IMUNOPATOLOGI
Merupakan penyimpangan atau
gangguan pada sistem imunitas
tubuh
Terdiri dari :
1. Reaksi Hipersensitivitas
2. Autoimun
3. Defisiensi sistem imun
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Adalah respon imun yang menimbulkan
kerusakan jaringan
Terdiri dari :
a. Reaksi Hipersensitivitas tipe I (reaksi
alergi/anafilatik)
b. Reaksi Hipersensitivitas tipe II
(sitotoksik)
c. Reaksi Hipersensitivitas tipe III (imun
kompleks)
d. Reaksi Hipersensitivitas tipe IV (delayed
hypersensitivity)
Reaksi Hipersensitivitas tipe I
• Biasanya disebut juga dengan reaksi alergi
• Reakdi yang terjadi sangat cepat, bisa
secara lokal maupun sistemik
• Sel yang paling berperan adalah mast cell
dan IgE pada manusia, sedangkan pada
spesies lain dapat dijalankan oleh IgG.
• Sifat kecenderungan untuk alergi (atopi)
 faktor penguat
Reaksi Hipersensitivitas tipe I
1.
2.
3.
4.
Alergen menstimulasi sel B melepas IgE
IgE menempel pada sel mast dan basofil
Sel mast dan basofil tersensitisasi
Kontak ulang dg alergen  alergen + IgE 
degranulasi
5. Pelepasan mediator inflamasi primer dan
sekunder
Reaksi Hipersensitivitas tipe I
Mediator primer: yang terkandung dalam
granula sel mast (histamin, serotonin,
protease)
-
Peningkatan permeabilitas pembuluh darah
Kontraksi otot polos
Sekresi mucus
Penarikan eosinofil dan neutrofil
Mengnaktifkan komplemen dan memacu
degranulasi
Reaksi Hipersensitivitas tipe I
 Mediator sekunder: golongan lipid,
berasal dari pemecahan bagian lipid
dinding sel mast yang mengakibatkan
aktivasi enzim fosfolipase, kemudian
membentuk asam arakidonat
(bradykinin, sitokin, prostaglandin)
- Vasodilatasi pembuluh darah
- Aktivasi sel endotel
- Kontraksi otot polos dan ↑ permeabilitas
pemb. darah
Reaksi Hipersensitivitas tipe I
Dampak Reaksi Alergi :
1. Anafilatosis lokal (alergi atopik)
-
batuk,mata berair,bersin (saluran pernapasan)
Akumulasi mukus di paru2 dan kontraksi otot
polos yg mempersempit jalan udara (asma)
Kulit merah/pucat, urtikaria (makanan)
2. Anafilatoksis sistemik  Shock
anafilaktik
-
Sulit bernafas
Tekanan darah turun
Cairan tubuh keluar ke jaringan  peningk.
Permeabilitas pemb. darah
Reaksi Hipersensitivitas tipe II
• Reaksi didasari oleh reaksi antibodi
spesifik dengan antigen yang terdapat
di permukaan sel atau jaringan
• Erat kaitannya dengan reaksi terhadap
sel klon baru (sel target):
▫ Sel tumor
▫ Sel yang terinduksi virus
▫ Sel yang terpapar mutagen
sel target  cacat DNA  harus
dimusnahkan agar tidak menimbulkan
penyakit
Reaksi Hipersensitivitas tipe II
1. Ab bereaksi dengan Ag pada
permukaan sel
2. Ab berinteraksi dg sel efektor dan
komplemen  merusak sel sasaran
3. Aktivasi komplemen  penarikan
makrofag dan PMN
4. Sel efektor (makrofag, eosinofil,
neutrofil,sel NK) berikatan dg
kompleks antibodi / komponen
komplemen pada permukaan sel
5. Rangsang fagosit  leukotrien & PG 
inflamasi
Reaksi Hipersensitivitas tipe II
6. Sel efektor mengeluarkan mediator
untuk menarik zat atau sel lain untuk
membantu menghancurkan sel target
yang besar
7. Mekanisme sitolisis dg bantuan
antibodi  hancurkan sel sasaran
Reaksi Hipersensitivitas tipe II
• Reaksi transfusi
• Haemolytic disease of newborn 
ketidaksesuaian faktor rhesus
• Anemia hemolitik
• Penolakan jaringan transplantasi
• Trombositopenia
• Sistemic Lupus Erithematosus (SLE)
Reaksi Hipersensitivitas tipe III
Reaksi kompleks imun  pembentukan
kompleks imun yang menetap  reaksi
hipersensitivitas
3 golongan keadaan imunopatologik :
a. Infeksi kronis ringan + Ab yg lemah 
kompleks imun yang mengendap di
jaringan
b. Komplikasi autoimun  pembentukan
autoantibodi terus menerus
c. Terhirupnya alergen terus menerus 
kompleks imun di permukaan tubuh
Reaksi Hipersensitivitas tipe III
1. Paparan antigen jangka panjang
2. Pembentukan IgG  kompleks Ag-Ab 
inflamasi
3. Aktivasi sel komplemen  pelepasan
mediator oleh sel mast
4. Vasodilatasi dan akumulasi PMN 
hancurkan kompleks imun + pelepasan enzim
proteolitik (PMN)
5. Kompleks Ag-Ab mengendap  proses
berlangsung lama  merusak jaringan sekitar
Reaksi Hipersensitivitas tipe III
Menifestasi :
1. Ab berlebih  vasodilatasi, agregasi
trombosit, infiltrasi hebat sel PMN, eritema,
edema (Reaksi Arthus)
2. Sistemik  glomerulonephritis, demam,
nyeri, malaise, gatal,arthritis,rheumatik,
peny. jantung
Reaksi Hipersensitivitas tipe IV
• Terjadi akibat adanya infeksi
mikroorganisme yang bersifat intraseluler
atau antigen tertentu
• Mikroorganisme/antigen :
▫
▫
▫
▫
▫
▫
Leishmania sp.
Brucella abortus
Micobacterium sp.
Measles
Herpes simplex
Poison ivy (antigen)
Reaksi Hipersensitivitas tipe IV
• Dimediasi oleh efektor sel T yang spesifik
terhadap antigen
• Memerlukan waktu 2-3 hari untuk
berkembang
• Penghancuran sel target oleh sel T CD8+
(sitotoksik)
• Makrofag induksi enzim hidrolitik 
patogen intrasel  giant cell multinukleus
Reaksi Hipersensitivitas tipe IV
•
•
•
•
Reaksi penolakan transplantasi organ
Diabetes tipe 1
Sklerosis ganda
Penyakit TBC, lepra, candidiasis, cacar
air, histoplasmosis
• Dermal test reaction
• Kontak dgn tanaman penyebab
dermatitis
AUTOIMUN
Sistem kekebalan gagal membedakan
antara antigen self (antigen diri) dan
antigen non-self (antigen asing),
mengakibatkan terjadinya
pembentukan limfosit T dab B yang
auto reaktif dan mengembangkan
reaksi terhadap antigen self.
Penyakit autoimun :
kerusakan jaringan atau gangguan
fungsi fisiologis akibat respon
autoimun
AUTOIMUN
Faktor yang berperan :
a. Letak anatomi Antigen jauh
b. Gangguan presentasi Ag
c. Ekspresi MHC yang tidak benar (MHC 1
dan 2 sama2 tinggi)
d. Aktivasi sel B poliklonal  autoimun
e. Ekspresi CD-4 yang tidak benar
f. Keseimbangan Th1 dan Th2
g. Faktor lingkungan
DEFISIENSI SISTEM IMUN
Nama lain : IMMUNODEFISIENSI
• Keadaan dimana terjadi penurunan atau
ketidak adaan respon imun normal
• Dapat terjadi secara primer dan
sekunder
• Primer: kelainan genetik yang
diturunkan
• Sekunder: infeksi, radiasi, sitostatika,
akibat pengobatan kemoterapi,
imunosupresan
DEFISIENSI SISTEM IMUN
Imunidefisiensi dapat dibedakan berdasarkan
komponen sistem imun yang terjangkit:
1. Defisiensi imunitas humoral (sel B)
2. Defisiensi imunitas seluler (sel T)
3. Defisiensi imunitas humoral dan seluler (sel
B dan sel T)
4. Defisiensi komplemen
5. Defisiensi sistem fagositik
REAKSI PENOLAKAN JARINGAN
TRANSPLANTASI
1. AUTOGRAFT: transplantasi dari jaringan
diri sendiri
2. SYNGENEIC/ISOGRAFT: transplantasi
dari jaringan donor dengan genetik identik
3. ALLOGRAFT/ALLOGENIC/
HOMOGRAFT: transplantasi jaringan dari
spesies sama, genetik tidak identik
4. XENOGRAFT/XENOGENIC/
HETEROGRAFT: transplantasi jaringan
dari spesies yang berbeda
REAKSI PENOLAKAN JARINGAN
TRANSPLANTASI
• Adanya peran sistem imun dapat
disimpulkan dari fenomena first set
rejection dan second set rejection
• First set rejection: penolakan yang
timbul pada transplantasi pertama
dengan jaringan allograft, dan terjadi
beberapa selang waktu setelah
transplantasi
• Second set rejection: penolakan pada
transplantasi ulangan dengan allograft
yang sama, dan terjadi lebih cepat
daripada first set rejection
REAKSI PENOLAKAN JARINGAN
TRANSPLANTASI
JENIS REAKSI PENOLAKAN
• Menurut saat terjadinya dan mekanismenya,
reaksi penolakan terbagi atas:
1. HIPERAKUT: terjadi segera setelah
transplantasi berlangsung atau pada saat
transplantasi sedang dilakukan
2. AKUT: terjadi setelah beberapa hari
transplantasi dilakukan
3. KRONIK: timbul setelah organ transplantasi
berfungsi normal selama beberapa bulan dan
saat pengobatan imunosupresi dihentikan
Download