membangun efikasi diri untuk meningkatkan performansi siswa di

advertisement
MEMBANGUN EFIKASI DIRI UNTUK
MENINGKATKAN PERFORMANSI
SISWA DI SEKOLAH
Sulthon
Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus
Abstract: Self efficacy is the belief in self to be successful, that
he has the ability to succeed is a force that can be improved in
a person that confidence to succeed is higher and not decline.
Someone who has the confidence to succeed is high then someone
has extraordinary power to perform activities in order to achieve
the expectations.
Efficacy is a power of the soul, then day by day there will be changes
and the friction associated with the response to an environment
that supports or rejects. If the environment supports the efficacy
of a person then someone will grow tall and strong in order to
achieve the desired success but rather when the environment is less
supportive, then the self-efficacy can be weakened, causing despair
and even depression.
Key words: Self Efficacy and Performance A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan investasi masa depan, disebut demikian
karena dengan pendidikan akan meningkatkan kemampuan seseorang
yang berdampak pada meningkatnya wawasan, pola pikir, dan perilaku
dalam mengatur dan menentukan pola hidupnya. Dengan meningkat
pola hidup secara tidak langsung akan mengubah tatanan kehidupan yang
dialami baik dalam kehidupan lingkup yang sempit seperti masyarakat,
maupun dalam kehidupan yang lebih luas seperti hidup berbangsa dan
bernegara. Wawasan yang dimiliki seseorang mampu menggeser semua
sikap dan perilaku hidup sehingga terjadi perubahan hidup yang dialami
menuju kehidupan yang lebih baik.
252
Pendidikan dalam hal ini memiliki peranan penting dalam menyemai
dan mengembangkan potensi seseorang untuk menjadikan manusia yang
cerdas secara intelektual dan memiliki sikap peka dan tanggap terhadap
persoalan hidup yang dialami dan lingkungannya. Dengan demikian
pendidikan dapat dikatakan sebagai baru meter terhadap perubahan
hidup dan kehidupan, baik secara sendiri maupun secara berkelompok.
Oleh karenanya maju mundurnya suatu negara juga selalu dapat diukur
dari pendidikan suatu negara tersebut.
Permasalahannya adalah bagaimana model pendidikan yang mampu
membekali siswa menuju kemajuan dan berperadaban yang tinggi?.
Jawabannya adalah meningkatkan kualitas pendidikan sehingga pendidikan
menjadi bermutu. Pendidikan dikatakan bermutu manakala pendidikan
mampu menciptakan manusia terdidik menjadi manusia yang dewasa,
bertanggungjawab, memiliki jiwa kreativitas yang tinggi, dan berdedikasi tinggi.
Secara potensial setiap manusia memiliki kemampuan dasar yang
dapat diarahkan untuk menjadi lebih baik, jika pendidikan mampu
mengembangkannya. Dalam pendidikan, yang sering terjadi adalah siswa
diajari tentang apa tidak dikondisikan agar siswa harus belajar sesuatu.
Siswa diajarai apa berarti siswa dikondisikan tidak aktif dan cenderung
pasif. Sehingga anak tidak akan timbul kreativitas untukmencipta dan
berdiskusi, sedang siswa belajar tentang apa berarti anak telah belajar
tentang sesuatu itu secara mandiri dan bertanggung jawab sehingga kelak
anak akan terbiasa bertanggung jawab. Dengan memberikan kesempatan
anak untuk belajar sendiri artinya anak aktif melakukan belajar sehingga
anak akan membangun kemampuannya.
Dalam dunia sekolah, banyak anak yang memiliki keyakinan
bahwa dirinya mampu untuk mencapai keberhasilan yang lebih daripada
kemampuan yang dimilikinya, sehingga anak akan mencapai hasil yang
lebih tinggi. Sebaliknya ada siswa yang memiliki kemampuan tinggi
namun karena mereka tidak memiliki keinginan dan cenderung malas dan
menyepelekan tugas-tugas dari guru sehingga prestasi belajarnya berada
di bawah rata-rata kelompoknya atau biasa disebut underachiever. Tugas
guru adalah membangun image siswa bahwa semua siswa mampu untuk
menjadi yang terbaik manakala anak mau dan berusaha dengan sungguhsungguh. Tidak ada sesuatu yang tidak bisa manakala kita berusaha
dengan sungguh-sungguh.
Sulthon
Membangun Efikasi Diri Untuk Meningkatkan Performansi Siswa di Sekolah
253
B. Peran Efikasi Diri dalam Kehidupan
Efikasi diri adalah sebuah kondisi seseorang yang mempengaruhi
dan menjadi energi dalam diri yang mampu meningkatkan keberhasilan
yang ingin dicapai. Efikasi diri yang tinggi akan membangkitkan kekuatan
untuk berupaya melakukan kegiatan belajar yang lebih dalam rangka
mewujudkan harapan-harapan yang dimiliki sebelumnya.
Efikasi yang dimiliki seseorang berperan dalam mengkondisikan
diri untuk selalu berusaha dengan sungguh-sungguh karena ingin
mencapai kesuksesan sebagaimana yang diinginkan. Dengan efikasi diri
yang tinggi juga berperan sebagai pendorong semangat diri manakala
terdapat kesulitan atau hambatan dalam mencapai keberhasilan tersebut.
Bila seseorang mencapai kegagalan dalam mencapai kesuksesan maka
seseorang akan bertahan untuk tetap berusaha dengan serius agar yang
akan datang dapat mencapai keberhasilan sebagaimana yang diharapkan.
Dengan demikian efikasi diri memiliki peran penting dalam
kehidupan karena dalam hidup seseorang memiliki banyak harapan dan
cita-cita hidup yang selalu berkembang dan berubah teriring berjalannya
waktu dan wacana diri seseorang. Dengan efikasi diri ini seseorang
akan selalu mengembangkan wacana diri dan berperilaku dalam rangka
mengkondisikan diri untuk selalu berada dalam keadaan yang baik dan
sesuai dengan keinginannya.Keyakinan akan keberhasilan yang ada
pada seseorang membuatnya selalu bertahan dalam kehidupan dan
terjadi perjuangan yang hebat dalam mewujudkan cita-cita hidup yang
diinginkan.
C. Efikasi Diri Meningkatkan Performansi Siswa
1. Konsep Self Efficacy
Konsep Self efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura,
konsep ini berkaitan dengan keyakinan seseorang atas kemampuannya
sendiri (Bandura, 1990). Elliot, Kratcochwill, cook, and Traver (2003)
mengemukakan rasa keberhasilan (self efficacy) adalah, ”Individual belief
in their abilities to exert control over their lives: feeling of competency.”
Efikasi diri adalah keyakinan individu dalam kebiasaan untuk mengontrol
hidupnya, kemampuan merasa. Rasa keberhasilan (self efficacy) menurut
Hjelle dan Zieggler (1992), “An individual belief that he or she can execute
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 2 | Juli-Desember 2014
254
the behavior required to produce certain response outcame.” Efikasi diri
adalah keyakinan individu untuk dapat menentukan keharusan perilaku
terhadap kepastian hasil yang dikehendaki.
Pendapat lain disampaikan Sullivan dan Mahalik (2000) “Self
efficacy is considered a cognitive structured created by cumulative
learning experiences that leads to the belief or expectation that one can
successfully perform a specific task or activity.” Efikasi diri dianggap
suatu struktur kognitif yang didapat dari pengalaman belajar kumulatif
yang mengarah ke keyakinan atau harapan bahwa seseorang dapat
berpotensi berhasil melakukan tugas tertentu atau kegiatan.
Bandura (2001) mendefinisikan self efficacy sebagai keyakinan
manusia pada kemampuannya untuk melatih sejumlah ukuran
pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian di
lingkungannya. Lebih lanjut mengatakan efikasi diri, “Belief in one’
capability to organize and execute to courses of action required to manage
prospective situations” (Bandura, 1997). Jadi efikasi diri adalah rasa
percaya kemampuan seseorang untuk mengorganisir dan menjalankan
rangkaian aksi yang diperlukan untuk mengatur situasi yang prospektif.
Efikasi diri berkenaan dengan kemampuan yang dirasa seseorang untuk
memperoleh hasil yang telah ditetapkan sebelumnya.
Lebih lanjt Bandura menyampaikan eikasi diri diartikan juga
sebagai keyakinan dan harapan memperoleh sukses. Di sini keyakinan
dan harapan menunjukkan pengertian efikasi diri karena harapan pada
orang yang memiliki rasa keberhasilan berbeda dengan angan-angan atau
hayalan tentang sukses. Harapan untuk sukses berasal dari pengalaman
yang dipelajari, terutama dari orang tua atau lingkungan (Bandura, 1997).
Harapan untuk sukses seseorang oleh Bandura disebut ekspektasi
kemampuan diri untuk mempengaruhi hasil yang diharapkan. Di sini
Bandura membedakan ekspektasi menjadi dua yaitu; 1) ekspektasi
kemampuan mempengaruhi hasil (efficacy expectation) dan 2) ekspektasi
hasil (outcame expectation), ekspektasi kemampuan mempengaruhi hasil
mengacu pada keyakinan manusia bahwa mereka memiliki kesanggupan
untuk melakukan perilaku tertentu, sementara ekpektasi hasil mengacu
pada prediksi terhadap konsekuensi dari perilaku yang diinginkan. Self
efficacy akan mempengaruhi arah tindakan yang akan dipilih untuk
Sulthon
Membangun Efikasi Diri Untuk Meningkatkan Performansi Siswa di Sekolah
255
diupayakan, seberapa tinggi upaya yang akan ditanamkan pada aktivitasaktivitas tersebut (Bandura, 2001).
Feist (2008) menyatakan tinggi rendahnya self efficacy
berkombinasi dengan lingkungan yang responsip dan tidak responsip
untuk menghasilkan empat variabel yang diprediksikan yaitu: 1)
bila self efficacy tinggi dan lingkungan responsip, hasil yang paling
bisa diperkirakan adalah kesuksesan; 2) bila self efficacy rendah dan
lingkungan responsip, manusia dapat menjadi depresi saat mereka
mengamati orang lain berhasil menyelesaikan tugas-tugas yang menurut
mereka sulit; 3) bila self efficacy tinggi bertemu dengan situasi lingkungan
yang tidak responsip, manusia biasanya akan berusaha keras mengubah
lingkungannya; 4) bila self efficacy rendah berkombinasi dengan
lingkungan yang tidak responsip maka manusia akan merasakan apati,
mudah menyerah dan merasa tidak berdaya.
Berdasarkan adanya lingkungan yang responsif dan tidak responsif,
maka ada kecenderungan bagi anak untuk membangun efikasi dirinya
berdasarkan pengaruh lingkungan tersebut. Bagi anak yang memiliki
lingkungan baik dan responsif, maka anak akan termotivasi untuk
tumbuhnya rasa keberhasilan diri karena mereka memiliki dorongan dan
pengalaman yang diperoleh dari lingkungannya yang positif sehingga
seseorang akan membangun rasa kepercayaan dirinya untuk menghadapi
semua masalah hidupnya dengan pandangan yang positif dan kreatif.
Sedang bila lingkungan kurang mendukung terhadap siswa
maka ada kecenderungan anak memiliki rasa dan putus asa bila rasa
keberhasilan yng dimiliki rendah atau bahkan kurang. Akhirnya anak
akan merasa kurang percaya diri dan cenderung kurang banyak berharap
pada keinginan dan kepercayaan pada dirinya bahwa keyakinan tentang
keberhasilan yang diinginkan tidak sebanding dengan kenyataan yang
sebenarnya sehingga akan timbul frustasi.
Kepekaan seseorang pada rasa keberhasilannya akan mendorong
dirinya mencari berbagai macam usaha meningkatkan prestasi dan
kesejahteraan personal. Orang yang memiliki rasa keberhasilan (self
efficacy) di dalam dirinya mempercepat ketertarikan pada satu hal
dan larut dalam kekecewaasyikan beraktivitas (Joni, 2009). Orang
yang tenang karena self efficacy, menjadikan tugas-tugas sulit sebagai
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 2 | Juli-Desember 2014
256
tantangan, dan terpacu untuk memecahkannya. Mereka merencanakan
tujuan yang menantang dan memelihara komitmen dengan kuat. Mereka
berusaha keras secara terus-menerus melawan kemalasan. Jika orang
memiliki kepekaan self efficacy mengalami kegagalan, maka ia dengan
cepat memperbaikinya dan menata diri kembali (Feist, 2008).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa self
efficacy adalah rasa percaya diri seseorang terhadap kemampuan yang
dimiliki dengan berupaya untuk merasakan, memikirkan, memotivasi,
mengorganisir dan menjalankan rangkaian aksi yang diperlukan serta
mengatur situasi yang prospektif dengan tujuan memperoleh hasil yang
telah ditetapkan sebelumnya.
2. Konstruk Self Efficacy
Menurut Feist (2008) konstruk self efficacy terbentuk dari kombinasi
empat sumber yaitu: 1) pengalaman-pengalaman tentang penguasaan
(mastery experiences); 2) pemodelan sosial (social modeling); 3) persuasi
sosial (social persuasion); dan 4) kondisi fisik dan emosional (physical
and emotional states). Sumber paling berpengaruh self efficacy adalah
pengalaman-pengalaman tentang penguasaan, yaitu performa-performa
yang sudah dilakukan di masa lalu, biasanya kesuksesan kinerja akan
membangkitkan ekspektasi-ekspektasi terhadap kemampuan diri untuk
mempengaruhi hasil yang diharapkan. Pemodelan sosial sebagai sumber
kedua adalah pengalaman-pengalaman yang tak terduga atau tidak
langsung (vicarious experiences) yang disediakan orang lain, self efficacy
meningkat ketika manusia mengamati pencapaian orang lain yang setara
kompetensinya, dan menurun ketika melihat kegagalan seorang rekan.
Persuasi sosial dapat meningkatkan dan juga melemahkan self efficacy.
Persuasi sosial dapat meningkatkan self efficacy bila aktivitas yang
diperkuat termaktub dalam daftar perilaku yang diulang-ulang. Terakhir
kondisi fisik dan emosional dapat meningkatkan self efficacy, emosional
yang kuat biasanya menurunkan tingkat performa, ketika mengalami
rasa takut yang besar, kecemasan yang kuat dan tingkat stres yang tinggi
menyebabkan manusia memiliki ekspektasi self efficacy yang rendah
(Feist, 2008).
Kepercayaan diri seseorang terhadap kemampuannya berbedaSulthon
Membangun Efikasi Diri Untuk Meningkatkan Performansi Siswa di Sekolah
257
beda atas dasar dimensi-dimensi yang mencakup tingkat kesulitan tugas
(level), luas bidang perilaku (generality) dan kemantapan keyakinan
(strenght). Dimensi-dimensi ini tercermin dalam perceived self efficacy
yaitu tingkat kepercayaan diri dan pengharapan seseorang untuk sukses
sebagaimana ia mempersepsi dirinya (Bandura, 1997).
Dimensi tingkat (level) berkaitan dengan derajat kesulitan tugas
ketika individu merasa mampu untuk melakukannya, bila individu
dihadapkan pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitannya,
maka efikasi diri individu mungkin akan terbatas pada tugas-tugas yang
mudah, sedang, atau bahkan tugas-tugas yang paling sulit sesuai dengan
batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku
yang dibutuhkan pada masing-masing tingkat; 2) Dimensi kekuatan
berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan
yang lemah mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak
mendukung. Sebaliknya pengharapan yang mantap mendorong individu
tetap bertahan dalam usahanya meskipun ditemukan pengalaman
yang kurang menunjang; 3) Dimensi generalisasi yaitu berkaitan
dengan luas bidang tingkah laku yang mana individu merasa yakin akan
kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan
dirinya (Ghufron & Risnawita, 2011).
Rasa keberhasilan (self efficacy) meliputi berbagai bidang
kehidupan salah satunya adalah bidang pengembangan akademik, yaitu
berkaitan dengan kemampuan belajar di sekolah tentang pelajaran. Siswa
yang memiliki keyakinan akan keberhasilan akademik akan membantu
mencapai keberhasilan akademik secara baik. Siswa dengan keyakinan
akan keberhasilan akademik mendorong dirinya untuk selalu berusaha
dengan sungguh-sungguh dan serius untuk melaksanakan tugas-tugas
sekolah dengan penuh harapan atau ekspektasi yang positif. Harapan
yang positif ini yang memberikan kekuatan untuk selalu bertahan ketika
menghadapi masalah yang berat dan selalu berusaha untuk mencapai
solusinya. Anak yang demikian akan merasa senang dan bahagia dalam
melakukan belajar walaupun sulit. Anak akan merasa senang manakala
dapat menyelesaikan tugas yang diembannya dengan penuh anggung
jawab. Konstruk rasa keberhasilan bidang akademik dapat dijelaskan
dalam tabel 1.
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 2 | Juli-Desember 2014
258
Tabel 1. Konstruk Rasa Keberhasilan dalam Bidang Akademik
NO
Indikator
`1
Perasaan
mampu
2
Performance
3
Persistence
Tinggi
Tertarik pada bidang studi.
Rajinmencari informasi
program studi, kesesuaian
dengan studi.
Cenderung memilih program
studi.
Yakin bisa menyelesaikan studi.
Membuat rencana pendidikan.
Belajar atas kemauan sendiri.
Menghabiskan banyak waktu
menghadapi tantangan.
Kayaidemenyelesaikan masalah.
Mengganti strategi yang gagal
Berani gagal
Bangkit kembali
Berusaha mencapai tujuan
Rendah
Tidak tertarik
Malasmencari
informasi
Cenderung menolak
dan menghindari
Ragu-raguterhadap
kemampuannya.
Tidak punya rencana
pendidikanTidak
belajar Sedikit waktu
Miskin ide Terpaku
pada satu strategi
Takut gagal Apabila
gagal tidak mampu
mengendalikan diri
Mengabaikan tujuan
yang gagal.
( Sumber: Naqiyah, 2009)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya self
efficacy siswa sangat dipengaruhi oleh bagaimana pengalaman selama
ini, bagaimana perilaku orang-orang penting mempengaruhi, bagaimana
tingkat ketegangan emosional menghadapi tugas akademik tertentu dan
bagaimana ia dididik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
3. Mekanisme Self Efficacy
Menurut Bandura (1986) setiap individu memiliki sistem diri
yang memungkinkan mereka melakukan langkah pengawasan atas
pikiran, perasaan, motivasi dan aktivitas mereka sendiri. Sistem diri
ini memberikan mekanisme referensi dan susunan sub fungsi untuk
merasakan, mengatur, dan mengevaluasi perilaku sebagai hasil dari
saling keterkaitan antara sistem dan sumber-sumber sekeliling pengaruh
tersebut. Hal ini memberikan sebuah fungsi pengaturan diri dengan
Sulthon
Membangun Efikasi Diri Untuk Meningkatkan Performansi Siswa di Sekolah
259
memberikan kemampuan mempengaruhi proses kognitif, aksi ke setiap
individu, dan kemudian merubah lingkungannya.
Menurut pandangan ini apa yang manusia tahu, atau kemampuan
yang mereka alami, atau apa yang telah mereka capai tidak selalu
menjadi prediktor untuk capaian-capaian berikutnya, perilaku seseorang
dimediasi oleh kepercayaan tentang kemampuan yang mereka pegang
serta mempengaruhi secara luas cara bertindak mereka. Proses
pemunculan dan penggunaan kepercayaan diri adalah faktor intuitif.
Seseorang terlibat dalam sebuah perilaku, dan menafsirkan pengalaman
keberhasilannya, lalu menggunakan tafsiran-tafsiran itu untuk
menciptakan dan mengembangkan kepercayaan tentang kemampuan
mereka untuk terlibat dalam perilaku berikutnya di domain yang sama
dan perilaku yang sebangun dengan kepercayaan yang diciptakannya.
Sebagai contoh di sekolah, rasa keberhasilan yang dibangun para siswa
tentang kemampuan akademiknya membantu menentukan hal-hal yang
mereka lakukan berkenaan dengan pengetahuan dan kemampuan yang
mereka pelajari. Sebagai kelanjutannya performansi akademik siswa
tersebut sebagian adalah hasil dari apa yang mereka yakini sendiri telah
dicapai dan apa yang dapat dicapai.
4. Sumber Terbentuknya Self Efficacy
Jenis dan kualitas self efficacy seseorang terbentuk dan berubah
karena hasil belajar melalui salah satu atau kombinasi dari empat sumber
utama yaitu; 1) performance accomplishment, yaitu pengalaman yang
berhubungan dengan kesuksesan dan kegagalan mencapai hasil yang
diharapkan; 2) vicarious learning, yaitu hasil pengamatan terhadap
perilaku orang lain; 3) emotional arousal, yaitu tingkat ketegangan
emosional dalam menghadapi situasi yang penuh dengan tantangan dan
hambatan; dan 4) persual verbal, yaitu dorongan atau motivasi yang
meyakinkan dari orang lain (Shunck dan Pajares, 2000).
Berdasarkan sumber terbentuknya self efficacy di atas dapat
disimpulkan bahwa tinggi rendahnya self efficacy akademik seorang
siswa dipengaruhi oleh bagaimana pengalaman belajar yang diperoleh
selama ini, bagaimana perilaku orang-orang penting yang berpengaruh
terhadapnya, dan bagaimana tingkat ketegangan emosi dalam
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 2 | Juli-Desember 2014
260
menghadapi tugas-tugas akademik, serta bagaimana ia dididik dalam
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dimana siswa itu tinggal.
Secara skematis sumber terbentuknya self efficacy dapat dijelaskan
dalam gambar 1.
Performansi diri
Perasaan mampu
Pengalaman belajar
Kesiapan berusaha
Persuasi verbal Unjuk kerja
Ketegangan Emosi
Keyakinan hasil yang dicapai
Gambar 1. Terbentuknya Self Efficacy
(Sumber: Naqiyah, 2009)
5. Pengaruh Self Efficacy terhadap Motivasi
Self efficacy seseorang mengenai kemampuannya berpengaruh
terhadap seperangkat faktor penentu dari bagaimana seseorang tersebut
berperilaku, bagaimana cara berpikirnya, serta bagaimana berbagai reaksi
rasional yang ditunjukkannya dalam mengatasi situasi tertentu. Jadi rasa
keberhasilan timbul dari penilaian kognitif mengenai kemampuan yang
dimilikinya.
Self efficacy juga menentukan seberapa besar usaha yang
dikembangkan oleh seseorang dan seberapa lama mereka bertahan dalam
menghadapi kesulitan atau tantangan (Bandura, 1986). Dalam teori ini
Bandura menyatakan bahwa rasa keberhasilan (self efficacy) berfungsi
sebagai suatu determinan atau faktor penentu yang penting dari motivasi,
afeksi dan tindakan manusia. Rasa keberhasilan tersebut berakibat pada
suatu tindakan perilaku melalui proses kognitif, motivasional, dan afektif.
Proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Proses Kognitif
Pengaruh self efficacy terhadap pola berpikir dapat bersifat
membantu atau menghambat. Pengaruh tersebut terdiri dari berbagai
bentuk diantaranya sebagai berikut.
a)Sebagian besar perilaku manusia diatur oleh pemikiran
sebelumnya tentang tujuan pribadi yang dipengaruhi oleh rasa
keberhasilan. Semakin tinggi rasa keberhasilan seseorang, maka
semakin tinggi pula tujuan yang hendak ditetapkannya dan
Sulthon
Membangun Efikasi Diri Untuk Meningkatkan Performansi Siswa di Sekolah
261
semakin kuat komitmen atau keterlibatannya tujuan tersebut.
b)
Melalui
berpikir,
seseorang
mempunyai
kemungkinan
untuk mampu memperkirakan peristiwa yang mungkin
akan terjadi padanya sehingga dapat mengontrolnya untuk
menjalani kehidupannya sehari-hari. Rasa keberhasilan dalam
menyelesaikan masalah, akan mempertahankan efisiensi yang
tinggi dalam berpikir analitik pada situasi pengambilan keputusan
yang kompleks. Sedangkan orang yang merasa ragu dalam hal
kemampuannya menyelesaikan masalah tidak efisien dalam
berpikir analitik.
c)Persepsi akan keunggulan atau keberhasilan mempengaruhi
berbagai tipe antisipasi gambaran yang dikonstruksikan dan
diulang kembali. Orang yang memiliki rasa keberhasilan yang
tinggi memiliki gambaran keberhasilan yang memberi dasar
positif pada penampilan perilakunya. Sedang orang yang menilai
dirinya tidak mampu (inefficacious) lebih cenderung mempunyai
gambaran kegagalan yang mendasari penampilan atau perilaku
melalui pikiran bahwa suatu hal akan berjalan salah. Pemberian
stimulan secara kognitif dalam arti proses penggambaran individu
bahwa dirinya dapat melakukan aktivitas secara terampil akan
meningkatkan penampilan atau perilaku berikutnya.
d)Rasa keberhasilan dan stimulasi kognitif tersebut saling
memberikan pengaruh timbal balik dalam arti tingginya rasa
keberhasilan menciptakan konstruksi kognitif tentang tindakan
yang efektif, dan pengulangan keberhasilan secara kognitif akan
memperkuat rasa keberhasilan.
2) Proses Motivasional
Rasa keberhasilan seseorang menentukan tingkat motivasinya,
sebagaimana direfleksikan dalam seberapa besar usaha yang dilakukan
seseorang dalam suatu tugas dan seberapa lama dia akan bertahan
dalam menghadapi rintangan. Semakin kuat keyakinan seseorang
akan kemampuannya, maka semakin besar dan bersifat tetap pula
usaha yang dilakukannya. Ketika menghadapi kesulitan orang yang
merasa ragu akan kemampuannya akan mengurangi usahanya
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 2 | Juli-Desember 2014
262
bahkan menggagalkan usaha tersebut lebih awal dan segera membuat
keputusan yang kurang berharga. Sebaliknya orang yang mempunyai
keyakinan yang kuat akan kemampuannya, maka akan meningkatkan
usahanya atau termotivasi tinggi untuk mengatasi tantangan.
Usaha manusia untuk mencapai sesuatu dan mewujudkan
keberadaan diri yang positif, memerlukan keunggulan pribadi
(sense of personal efficacy) yang optimis. Hal ini dikarenakan oleh
realitas sosial yang biasanya penuh dengan kesulitan. Sehingga
orang harus memiliki perasaan keunggulan pribadi yang kuat
untuk mempertahankan usaha yang teguh yang diperlukan untuk
menjadi sukses. Rasa keberhasilan yang tinggi dapat meningkatkan
motivasi, motivasi yang tinggi dapat mempengaruhi perilaku melalui
peningkatan pengetahuan dan skill (Bandura, 2005).
3) Proses Afektif
Keyakinan seseorang mengenai kemampuannya mempengaruhi
seberapa
banyak tekanan dan depresi yang dialaminya saat
menghadapi situasi yang mengancam. Reaksi emosional tersebut
dapat mempengaruhi tindakan baik secara langsung melalui
pengubahan jalan pemikiran. Orang yang percaya bahwa dirinya
dapat mengatasi situasi yang mengancam, menunjukkan kemampuan
dalam kognisi, oleh karenanya tidak merasa cemas atau tidak merasa
terganggu oleh ancaman tersebut. Sedangkan orang yang percaya
bahwa dirinya tidak dapat mengatur situasi yang mengancam, maka
akan mengalami tekanan dan kecemasan yang tinggi. Melalui pikiran
yang tidak mengandung percaya diri tersebut individu menyusahkan
diri sendiri, membatasi dan mengurangi tingkatan fungsinya (Pajares,
1996)
6. Pengaruh Self Efficacy terhadap Prestasi Belajar
Keyakinan atas kemampuan yang dimiliki seseorang untuk berhasil
akan memperkuat seseorang untuk bertahan dan selalu berupaya
sungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang maksimal. Dalam self
efficacy seseorang akan membangun usaha-usaha untuk berhasil dengan
berbagai cara dengan tekun. Self efficacy akan meningkatkan hasil yang
maksimal karena didorong oleh keyakinan atas kemampuannya itu.
Sulthon
Membangun Efikasi Diri Untuk Meningkatkan Performansi Siswa di Sekolah
263
Bandura (1986) berpendapat bahwa kepercayaan diri menentukan
sebagian pengharapan hasil, seseorang akan sukses dalam sebuah usaha
karena ia mengharapkan hasil yang sukses. Seorang siswa yang percaya
diri atas kemampuan akademisnya mengharapkan prestasi tinggi
dalam ujian, maka prestasi belajarnya akan bagus. Hal ini disebabkan
karena kepercayaan diri akan kemampuan menghasilkan rencana level
performansi yang dipengaruhi oleh latihan dalam menyelesaikan masalah
hidup. Self efficacy menentukan bagaimana seseorang merasakan,
memikirkan, dan memotivasi serta melakukan perbuatan untuk sukses.
(Bandura, 1994).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keyakinan diri
akan kemampuannya dapat meningkatkan prestasi belajar yang ingin
dicapai karena dengan kepercayaan diri atas kemampuannya akan
membangkitkan motivasi dalam mencapai kesuksesan. Sedang sebaliknya
proses kerja percaya diri yang rendah sebagaimana diungkapkan the SEA
Program (2004) bahwa: 1) orang yang rendah diri sering kurang percaya
diri terhadap kemampuannya (lack of self confidence) sehingga mereka
akan selalu berpikir gagal berdasarkan atas kegagalan yang dialami
sebelumnya; 2) Poor performance (performansi yang rendah) yaitu rasa
percaya diri yang rendah membuat usahanya berkurang dalam melakukan
tugas atau mencapai tujuan karena mereka tidak melakukan refleksi
atas kegagalannya untuk memperbaiki usahanya; 3) Distorted view of
self and others (penggantian diri dan orang lain menjadi rusak) mereka
memiliki pikiran yang merusak diri sendiri dan orang lain. Orang-orang
tidak menginginkan memberi mereka semangat meraih prestasi mereka.
Mungkin orang berpikir dan membandingkan guna mencari yang lebih
baik. Mereka juga percaya bahwa sesuatu akan menimpa mereka walau
mereka tidak menginginkannya terjadi; 4) Unhappy personal life (secara
personal tidak bahagia hidupnya) yaitu orang yang memiliki self esteem
rendah akan mengembangkan hubungan yang tertutup, akibat yang
didapatkan adalah kesendirian dan tidak bahagia. Untuk lebih jelasnya
diungkapkan siklus percaya diri rendah dalam gambar 2.
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 2 | Juli-Desember 2014
264
Lack of Self
Confidence
Unhappy
Personal
Life
Poor
Performance
Distorted View
of Self and
Others
Gambar 2 Siklus Percaya Diri Rendah
(Sumber: The SEA Program 2004)
Joyce, et al. (2007) menyatakan bahwa efikasi diri memiliki
hubungan yang kuat terhadap prestasi belajar. Siswa yang memiliki
keyakinan diri terhadap kemampuannya akan mempengaruhi prestasi
belajar yang diinginkannya.
D. Membangun Efikasi Siswa
Efikasi sebagai kondisi yang ada pada siswa berkaitan dengan
kepercayaan terhadap rasa keberhasilan bidang akademik yang dimiliki
siswa. Efikasi ini perlu ditanamkan pada siswa karena efikasi ini memiliki
kekuatan di luar kemampuan yang sebenarnya dimiliki siswa. Anak yang
memiliki efikasi diri yang tinggi mampu membangkitkan kekuatan untuk
bertahan dan sungguh-sungguh untuk berhasil dan di atas kemampuan
yang dimiliki.
Untuk membangkitkan efikasi diri pada siswa dibutuhkan satu
kepercayaan yang harus dimiliki siswa tentang keinginan untuk berhasil,
oleh karena itu yang harus kita lakukan adalah sebagai berikut.
1. Bangunlah persepsi diri anak tentang mata pelajaran di sekolah.
Persepsi diri tentang pelajaran yang positif akan membangkitkan
pada penilaian diri terhadap pelajaran juga positif. Penialaian diri
yang positif akan membangkitkan kepercayaan akan kemampuan
Sulthon
Membangun Efikasi Diri Untuk Meningkatkan Performansi Siswa di Sekolah
265
untuk berhasil juga baik.
2. Memperkuat konsep diri akademik siswa. Konsep diri akademik siswa
yang positif akan membangkitkan rasa pentingnya mempelajari mata
pelajaran dengan baik sehingga berhasil dalam menempuh belajar di
sekolah.
3. Membangun efikasi diri siswa dengan menggunakan permodelan
sosial. Dimana anak akan merasa mampu meraih sukses dengan
berkaca pada temannya yang juga berhasil. Jika teman yang setingkat
dia bisa sukses berarti dia juga akan sukses manakala belajar dengan
sungguh-sungguh.
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 2 | Juli-Desember 2014
266
DAFTAR PUSTAKA
Bandura, A. 1986. Social Foundations of Thought and Action: A Social
Cognitive Theory. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs,
N.J. Pretice-Hall.
_______, 1994. Self-Efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed), Enciclopedia
of Human Behavior. (Online). Vol. 4, PP. 71-81). New York:
Academic Press (Reprinted in H. Fredman (Ed., Encyclopedia of
Mental Health. Sandiego:Academic Press, 1998. (http://www.emory.
education/mfp/sel-efficacy. html, (diakses 21 Juni 2009/jam 13.30
WIB).
_______,1997. Self-Efficacy: The Exercise of Control, New York: W.H.
Freeman Company.
________, 2001. Social cognitive Theory: An Agentic Perspective,
Annual Review of Psychology.
________, 2005. Albert Bandura Biographical. Sketch.(Online).
(http:// www. (http://www. memory .edu/education /biographical /
Sketch, htm. (diakses 21 Juni 2009/ jam 13.00 WIB.
Elliot, S. N.; Kratochwill, T. R.; Cook, J. L.; & traver, J. E. 2003. Educational
Psychology: Effective Teaching dan Effective Learning. Third
Edition. Boston: Mc Graw-Hill Higher Education.
Feis, J. dan Feist. dan Gregory, J. 2008. Theories of Personality, (terj.)
Yudi Santoso, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ghufron, N. & Risnawita, R. S. 2011. Teori-Teori Psikologi, Yogyakarta:
Arruzz Media.
Hjelle, L. A. & Zieggler, D. J. 1992. Personality Theories: Basic Assumptions,
Research and Applications. Third editions. New York: Mc GrawHill Inc.
Joyce, L. F., Monoi, S., Harper, B., Knoblauch, D. & Murphy, K.
2007. Academic Motivational and Achievement Among Urban
Adolescents, Urban Education, Volume 42 No. 3, May. 2007, 196222, Corwin Press.
Joni, R. 2008. Restrukturisasi Pendidikan Profesional Guru. Malang:
LP3UM- Cakrawala Indonesia.
Sulthon
Membangun Efikasi Diri Untuk Meningkatkan Performansi Siswa di Sekolah
267
Naqiyah, N. 2009. Pengaruh Self Efficacy terhadap Prestasi Belajar
Mahasiswa Underachiever, Disertasi, tidak terbit, Malang:
Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Pajares, F. 1996. Self-Efficacy Beliefs in Academic Settings. Review of
EducationalResearch,66(4),543-578. http://www.emory.edu.report/
ararchive2000/February.14/2-14.00. Pajareshtml. (diakses 5 Oktober
2009)/ jam 15.00)
Schunck. & Pajares. 2000. Agains the Odds: Self Efficacy Belief of Women
In Mathematical, Scientific, and Technological Careers. American
Educational Research Journal. 37.Hal. 215-146. (online).(http;//
www.emory.education). (diakses 15 Agustus 2010/ jam 12.00 WIB)
Sullivan, K. R. & Mahalik, R. 2000. Increasing Self Efficacy for Women
Evaluating a Group Intervention, Journal & Development, 78, 5461.
The SEA Program: Model of Self-esteem. (2004). The Tool of Coping
Series and the SEA’s ProgramRecovery (online) (http://www. ar.edu.
au//ggpap/sew 99301.htm, (25Mei 2012 jam 15.00).
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 2 | Juli-Desember 2014
Download