CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY Faculty of Humanities English Department Program Strata 1 THE DIFFICULTY OF PRONOUNCING ENGLISH FRICATIVES BY SPEAKERS OF INDO-EUROPEAN LANGUAGE Cristine Natalia NIM: 1200973224 Karya ilmiah ini dihasilkan dengan berbagai tujuan, salah satunya adalah mengetahui kendala-kendala yang dialami oleh orang-orang yang berasal dari negaranegara Indo-Eropa ketika mengucapkan kata-kata frikatif dalam bahasa Inggris. Pengucapan pada dasarnya memaksudkan setiap orang untuk memiliki kemampuan dalam menggunakan tekanan, ritme, dan intonasi yang tepat pada sebuah kata. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengucapan orang-orang Indo-Eropa dalam penelitian karya ilmiah ini adalah fonem yang berbeda antara bahasa asal mereka dengan bahasa Inggris. Fonem yang dijadikan bahan penelitian dalam karya ilmiah ini adalah frikatif. Tidak semua bahasa Indo-Eropa memiliki frikatif yang serupa dengan bahasa Inggris. Frikatif sendiri memiliki arti sebagai konsonan yang dihasilkan dengan menempatkan dua artikulator yang berdekatan lalu kemudian artikulator-artikulator tersebut 60 61 mendorong tekanan udara melewati saluran sempit untuk menghasilkan konsonan tersebut. Ketersediaan frikatif dalam bahasa Indo-Eropa sebenarnya mempengaruhi orang-orang Indo-Eropa untuk menghasilkan pengucapan frikatif-frikatif dalam bahasa Inggris secara tepat. Kasus lainnya adalah perbedaan pengucapan frikatif yang dilakukan oleh orang-orang Indo-Eropa untuk menghasilkan pengucapan frikatif-frikatif dalam bahasa Inggris secara tepat. Penelitian dalam karya ilmiah ini dilakukan dengan menggunakan 2 metode, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Dalam bab 2, ada 2 pernyataan tentang definisi frikatif yang dinyatakan oleh 2 ahli terdahulu. Menurut Peter Roach (1983,1991, hal. 47), frikatif adalah konsonan yang memiliki karakteristik yaitu ketika mereka diproduksi, udara lolos melalui jalan kecil dan membuat suara mendesis. Sementara itu, menurut Edward Finegan (2008,2004, hal. 86), frikatif ditandai dengan mendorong tekanan udara dalam aliran berkelanjutan melalui lubang sempit. karakteristik frikatif sesuai dorongan aliran udara di sekitar bagian mulut ketika mengucapkan dan menghasilkan suara kecil seperti mendesis. Dari tindakan-tindakan itu, beberapa konsonan akan diproduksi yang dikategorikan sebagai suara frikatif. Peter Roach (1983,1991, hal 48.) mengklasifikasikan frikatif dalam bahasa Inggris menjadi sembilan jenis. Frikatif-frikatif tersebut adalah frikatif labiodental (/f/ and /v/), frikatif dental (/θ/ and /ð/), frikatif alveolar (/s/ and /z/), frikatif palato-alveolar (/ʃ/ and /ʒ/), and frikatif glottal (/h/). Bahasa-bahasa Indo-Eropa kurang memiliki banyak frikatif. Bahasa Indo-Eropa memiliki karakteristik seperti banyaknya perhentian, bersuara, tidak bersuara, dan peresapan contohnya seperti, /bh/ dan /dh/. Ada 9 frikatif 62 dalam bahasa Inggris, tapi 2 dari frikatif-frikatif tersebut tidak tersedia dalam bahasabahasa Indo-Eropa. 2 frikatif tersebut adalah frikatif dental dan frikatif palato-alveolar. Sebagian besar partisipan dalam penelitian karya ilmiah ini tidak menghasilkan pengucapan frikatif-frikatif tersebut secara tepat. Masalah yang menarik dan cukup informatif adalah semua bahasa Indo-Eropa memiliki sistem konsonan yang berbeda meskipun mereka diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yang menyerupai. Kelompok-kelompok tersebut dibagi menjadi 4 klasifikasi dalam penelitian karya ilmiah ini. Yang pertama adalah bagian utara Indo-Eropa, Jermanik, yang terdiri dari Norwegia (Skandinavia) dan Belanda dalam penelitian karya ilmiah ini. Lalu, yang kedua adalah Italik, yang terdiri dari Perancis, Portugal, dan Spanyol dalam penelitian karya ilmiah ini. Bahasa Indo-Eropa ketiga adalah Slavia, yang terdiri dari Slowakia, Slovenia, Bulgaria, dan Republik Ceko. Bahasa Indo-Eropa yang terakhir dalam penelitian karya ilmiah ini adalah Helenik, yang terdiri dari Yunani saja. Sebagai contoh, bahasa Jermanik tidak memiliki frikatif dental seperti /θ/ dan /ð/. Kedua suara tersebut diganti dengan frikatif alveolar yaitu /t/ dan /d/ atau /s/, /f/, /z/ tergantung pada wilayah masingmasing. Lain halnya dengan bahasa Italik, frikatif /θ/ dan /ð/ tidak terdapat dalam bahasa Perancis. Seperti dalam bahasa Jermanik, frikatif-frikatif tersebut sering diganti dengan /t/, /s/, /d/, /z/, atau /f/ tergantung pada dialek masing-masing daerah. Lalu kemudian, bahasa Slavia memiliki karakteristik yang sangat kaya akan konsonan. Bahasa Slavia memiliki frikatif tertentu seperti /s/, /z/, /sh/ dan afrikat. Fonologi dalam bahasa-bahasa Slavia memiliki salah satu kelebihan yang paling khas, yaitu keberhasilan proses 63 pengucapan dgn mendekatkan lidah kpd langit-langit yang berbeda. Terakhir adalah bahasa Helenik yang dapat dibagi menjadi tiga kelas yaitu labial, dental, dan palatal. Masing-masing kelas memiliki kejelasan frikatif, frikatif yang berbunyi, frikatif yang terserap dan konsonan ganda. Salah satu contoh dari frikatif konsonan tersebut adalah bunyi plosif yang tidak bersuara dan terserap dalam bahasa Yunani seperti /ph/ dan /th/ telah diganti dengan frikatif tidak bersuara /f/ dan /θ/ menyerupai konsonan bahasa Inggris. Terdapat 3 perumusan masalah yang muncul selama penelitian karya ilmiah ini dan masalah-masalah tersebut telah dianalisis dengan metode kuantitatif dan kualitatif sehingga menghasilkan 3 penemuan penelitian yang menjawab semua masalah. Perumusan masalah pertama adalah produksi frikatif bahasa Inggris. Berdasarkan hasil penelitian, kelompok yang berasal dari Belanda telah membuktikan bahwa mereka memiliki pengucapan frikatif-frikatif bahasa Inggris yang hampir sempurna dengan nilai rata-rata tertinggi dalam tabel dari skala 100%. Sementara itu, kelompok yang memegang persentase terendah berasal dari Spanyol. Dari skala 100%, kelompok yang berasal dari Spanyol hanya mencapai 52% secara rata-rata. Frikatif /h/ memegang pengucapan paling sempurna karena semua kelompok dapat memproduksikan pengucapan kata-kata yang mengandung frikatif /h/. Frikatif /ð/ memiliki hasil persentase terkecil di antara frikatif-frikatif lainnya.dari hanya kelompok yang berasal dari Yunani dapat memproduksikan suara frikatif tersebut hampir menyerupai pengucapan bahasa Inggris yang benar. Pada kesimpulannya, pengucapan frikatif- 64 frikatif dalam bahasa Jermanik sedikit serupa dengan pengucapan frikatif-frikatif dalam bahasa Inggris diyakini dengan fakta bahwa bahasa Jerman adalah asal terbentuknya bahasa Inggris. Perumusan masalah yang kedua adalah penggantian frikatif bahasa Inggris. Dialek-dialek dalam bahasa tertentu juga dapat menghambat pengucapan yang benar contohnya seperti bahasa asal masing-masing. Dalam penelitian ini, penggantian frikatif /f/ dengan berbagai frikatif lain seperti, /h/, /t/, atau /k/ dalam tabel terjadi karena penyesuaian dalam posisi suara. Frikatif /v/ selalu diganti dengan konsonan /w/ atau sebaliknya karena sebagian besar partisipan terkecoh dengan frikatif /v/ dalam pengucapan bahasa Inggris. Hal ini terkait dengan pengucapan bahasa asal yang terjadi dalam bahasa Ceko dan bahasa Slovakia. Frikatif /θ/ pada dasarnya tidak tersedia dalam bahasa asal masing-masing partisipan. Frikatif /θ/ diucapkan dengan bersuara akan tetapi beberapa partisipan sering kali mengganti frikatif /θ/ dengan hanya konsonan /t/. Dalam bahasa Spanyol, frikatif /s/, /z/, /ʃ/, dan /tʃ/ diucapkan hanya dengan frikatif /s/. Frikatif /ʃ/ tidak tersedia dalam bahasa Latin. Dalam bahasa Yunani, frikatif /s/ dan /ʃ/ selalu bergeser. Frikatif /ʒ/ tidak tersedia dalam semua bahasa asal partisipan. Dapat disimpulkan bahwa hanya frikatif dental dan frikatif palato-alveolar tidak tersedia dalam bahasa-bahasa Indo-Eropa. Semua partisipan mengganti kedua frikatif tersebut dengan frikatif atau konsonan yang paling mendekati atau disesuaikan dengan frikatif-frikatif dalam bahasa asal mereka masing-masing. 65 Perumusan masalah terakhir adalah dampak dari bahasa asal dalam memproduksikan frikatif-frikatif bahasa Inggris. Berdasarkan jawaban kuesioner yang diberikan kepada semua partisipan, dampak dari bahasa asal mereka masing-masing memang mempengaruhi pengucapan frikatif-frikatif bahasa Inggris. Banyak partisipan mengakui bahwa bahasa Inggris tidak digunakan sama sekali dalam kegiatan sehari-hari di negara asal mereka masing-masing tetapi, bahasa Inggris mempengaruhi penemuan kata-kata baru dalam bahasa asal mereka. Dari pengaruh bahasa Inggris tersebut, penemuan kata-kata baru tersebut disesuaikan dengan bahasa asal mereka. Sebagai contoh, beberapa frikatif bahasa Inggris yang tidak ada dalam bahasa asal atau bahasa pertama, disesuaikan dengan frikatif bahasa asal. Menurut pengalaman mereka, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan orang-orang Indo-Eropa akan menggunakan bahasa Inggris ketika mereka sedang berkomunikasi dengan orang asing. Hal itu menyebabkan perbedaan-perbedaan dialek satu sama lain. Mereka tidak dapat menyesuaikan frikatiffrikatif bahasa asal mereka dengan frikatif-frikatif bahasa Inggris atau sebaliknya. Dalam bab 4, kesimpulan dari keseluruhan analisis penelitian karya ilmiah ini dapat dijabarkan secara singkat dan jelas agar pembaca dapat memahami proses dan hasil penelitian karya ilmiah ini. Penelitian karya ilmiah ini juga menjawab semua perumusan masalah bahwa setiap orang-orang Indo-Eropa memiliki masalah dalam pengucapan frikatif bahasa Inggris sehingga mempengaruhi pengucapan kata-kata bahasa Inggris jauh dari pengucapan yang tepat. Setiap orang-orang Indo-Eropa memiliki cara masing-masing dalam mengatasi kesulitan tersebut dengan cara 66 mengganti frikatif-frikatif bahasa Inggris. Demikian penelitian karya ilmiah ini disusun serta menjawab permasalahan sesuai dengan yang diharapkan penulis.