KAIDAH PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK BERDASARKAN

advertisement
KAIDAH PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK BERDASARKAN TEORI
“NATURAL GRAMMAK” CHOMSKY
Oleh
Hodidjah
Widyaiswara
ABSTRAK
Mengingat pemerolehan bahasa merupakan aspek penting yang menandai fase
dan cirri perkembangan dan pertumbuhan seorang anak, Dardjowidjoyo (1996)
melakukan penelitian terhadap pemerolehan bahasa cucunya sendiri yang
bernama Echa. Penelitian pemerolehan bahasa Echa dimulai dari usia 0-5 tahun.
Pemahaman dan proses produksi yang selalu mecoba untuk mengikuti
pemahaman karena anak memperoleh sebuah aspek bahasa dalam pemahaman,
kemudian anak bisa mencoba memikirkan bagaimana menggunakannya di dalam
produksi. Oleh sebab itu, anak mencoba untuk menyelaraskan pemproduksian
bahasa dengan mengaitkan system yang telah dikembangkan untuk dipahami
Berdasarkan tata bahasa alami Chomsky pemerolehan bahasa anak telah
dikondisikan dalam ingtan sehingga anak siap dikondisikan dalam ingatan
sehingga anak siap mempelajari kaidah bahasa. Selanjutnya kaidah berkembang
pada pemahaman ujaran bahasa dan pada akhirnya mampu memproduksi ujaran
bahasa dan pada akhirnya mampu memperoduksi ujaran bahasa. Atas dasar
kaidah tersebut.
Pendahuluan
Pertumbuhan dan perkembangan manusia memerlukan waktu yang lama
dan panjang serta terdiri atas fese-fase yang memiliki cirri-ciri sendiri. Diantara
fase-fase itu, fase pertumbuhn awal atau tingkat pertumbuhan anak-anak
merupakan fase yang perlu mendapat perhatian karena memiliki arti penting
bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia pada masa selanjutnya terutama
pada aspek pemerolehan bahasa.
1
Mengingat pemerolehan bahasa merupakan aspek penting yang
menandai fase dan cirri perkembangan dan pertumbuhan seorang anak,
Dardjowidjoyo (1996) melakukan penelitian terhadap pemerolehan bahasa
cucunya sendiri yang bernama Echa. Penelitian pemerolehan bahasa Echa
dimulai dari usia 0-5 tahun.
Pembicaraan tentang pemerolehan bahasa pada anak ini semakin
menarik untuk dibahas mengingat tidak banyak orang mencermati (terutama
masyarakat awam termasuk para orang tua yang membesarkan anaknya).
Bagaimana sesungguhnyan pemerolehan bahasa pada anak itu terjadi. Kita
hanya tahu tiba-tiba seorang anak sudah dapat bicara. Tidak pernah terbayang
sebelumnya bagaimana ujaran-ujaran itu diperoleh dan akhirnya digunakan oleh
seorang anak sebagai alat berkomunikasi. Berdasarkan fenomena di atas,
masalah dalam tulisan ini adalah: “Bagaimana sesungguhnya proses penguasaan
dan pemproduksian bahasa (ujaran) itu terjadi?”
Teori-teori tentang pemerolehan bahasa sudah banyak ditulis para ahli
(linguis barat). Teori yang dipakai dalam tuisan ini menggunakan teori Chomsky
yaitu tata bahasa alami (sebuah tata bahasa kebenaran Tuhan).
2. Tata Bahasa Alami: Sebuah Tata Bahasa Kebenaran Tuhan
Ahli bahasa ‘Kebenaran Tuhan mecoba menjelaskan bahasa dalam
kaitannya dengan psikologi. Ini berbeda dengan Hocus-Pocus atau pendekatan
permainan ‘matematika’, Pendekatan ini menggunakan teori kecerdasan artificial
2
oleh sebab itu teori tersebut memperagakan kemampuan pembicara bukan
dalam istilah manusia (sebagai mahluk yang menggunakan perasaan) tetapi
istilah proses computer (kerja mesin). Sebuah kalkulator dapat memecahkan
masalah matematika yang dilakukan manusia, tanpa ingin mengatasi bahwa teori
kecerdasan artificial tidak ada gunanya.
Menurut teori ini kemampuan linguistic anak dilakukan melalui proses
kompetensi yaitu penguasaan tata bahasa tanpa disadari- kompetensi meliputi
tiga kemampuan berbahasa yaitu, fonologi, sintaksis, dan semantic- dan proses
performans yang terbagi menjdi dua, yaitu pemahaman dan menghasilkan
kalimat-kalimat.
Teori tata bahasa alami beranjak dari prinsip-prinsip tata bahasa
berkembang dalam ketiadaan produksi suara dan pemahaman bahasa lebih
dahulu berkembang daripada pemproduksian ujaran bahasa.
Ada banyak anak yang dilahirkan bisu. Orang seperti ini lahir dengan
lumpuh (karena otak yang luka) atau pada beberapa kelainan yang lain yang
terdapat pada organ artikulasi sebagai alat ucap. Anak yang bisu tetapi
mendengar dapat mengembangkan kemampuannya untuk menghasilkan ujaran,
tetapi, bagaimana anak tersebut dapat memahami kalimat? Baiklah, kalimat
yang dapat mereka pahami mencerminkan karakteristik utama bahasa, yaitu
pemahaman dari suatu jumlah kalimat tata bahasa yang tidak terbatas.
Pemahaman dan proses produksi yang selalu mecoba untuk mengikuti
pemahaman karena anak memperoleh sebuah aspek bahasa dalam pemahaman,
3
kemudian anak bisa mencoba memikirkan bagaimana menggunakannya di dalam
produksi. Oleh sebab itu, anak mencoba untuk menyelaraskan pemproduksian
bahasa dengan mengaitkan system yang telah dikembangkan untuk dipahami
(Clark dan Hecht dalam Steinberg, 2001:37).
Huttenlocher (dalam Steinberg, 2001:37) yang mengadakan penelitian
terhadap empat orang anak yang berusia 10 sapai 13 bulan dan di atas periode
enam bulan. Ia menemukan bahwa anak-anak dapat memahami suara pada
suatu tingkatan melebihi yang telah , melebihi yang telah mereka kembangkan di
dalam produksi. Dapat disimpulkan bahwa bagi anak normal, seperti halnya
anak-anak yang bisu, pemahaman ujaran adalah dasar bagi pembentukan tata
bahasa di dalam pikiran, ini tidak dikatakan bahwa produksi suara bukan suatu
yang tidak penting. Ini jelas sekali, namun demikian, produksi adalah proses kedu
(tambahan) dan ini kemungkinan berasal dari tata bahasa yang berdasarkan paa
proses pokok (utama) pemahaman ujaran.
Dalam suatu tata bahasa pemahaman kebenaran tuhan-selanjutnya
tersebut tata bahasa dasar (alami)-performance pemahaman suara akan Nampak
seperti skema di bawah ini.
Proses pembentukan pemahaman bunyi ujaran tata b ahasa alami.
Bunyi ujaran-------- memahaman tata bahasa--------arti
3. Pemerolehan Bahasa Anak Berdasarkan Tata Bahasa Alami
4
Berdasarkan tata bahasa alami Chomsky pemerolehan bahasa anak telah
dikondisikan dalam ingtan sehingga anak siap dikondisikan dalam ingatan
sehingga anak siap mempelajari kaidah bahasa. Selanjutnya kaidah berkembang
pada pemahaman ujaran bahasa dan pada akhirnya mampu memproduksi ujaran
bahasa dan pada akhirnya mampu memperoduksi ujaran bahasa. Atas dasar
kaidah tersebut, prinsip tata bahasa alami adalah sebagai berikut.
(1) Anak Berusaha Memahami “Dunia” mereka
Anak yang baru lahir menemukan dirinya (entitas) dalam dunia fisik
eksternal dan internal, masing-masing berusaha untuk dipahami. Bayi megenali
dunia fisik melalui perasaannya dan memahami sejumlah kesatuan dasar, benda,
peristiwa, dan keadaan. Melalui pelaksanaan psikologi bayi melengkapi dan
menilai sebuah entitas. Entitas yang dikenal umum dan tugas psikologi adalah
pemahaman bayi dengan mencari pengertian pemahaman mental mengenai rasa
lapar, haus, sakit, merumuskan dorongan, dll. Dalil ini seperti predikat,
argument, penunjuk, dan hubungan dengan dalil yang lain yang lain menjadi
esensi dari sebuah system yang teratur dan dapat dimodifikasi melalui cara yang
berbeda. Kaidah tersebut berlaku secara umum (universal) untuk semua
manusia. Setelah bayi memiliki persepsi yang banyak tentang berbagai aspek
mengenai dunia, mereka mulai belajar bahasa. Anak-anak mulai saat belajar
melalui mendengar ujaran berupa objek, situasi, dan pengenalan lingkungan.
Pada gilirannya motivasi anak terhadap dalil dan struktur tata bahasa dalam
memahami makna ujaran orang lain menjadi lebih baik.
5
(2) Wujud Mental Dasar Berasal dari Dunia Fisik
Mari kita memikirkan beberapa kesatuan mental dasar yang berkaitan
dengan dunia fisik yang akan dipelajari bayi. Kami akan memberikan beberapa
contoh dari tiap-tiap penggunaan ketentuan terlampir dalam tanda petik
tunggal, hal yang menunjukkan gagasan: (1) objek, ‘ibu’, ‘ayah’, ‘tangan’, ‘anjing’,
‘selimut’, ‘bola’, ‘pisang’; (2) pelengkap objek (penunjuk sifat): ‘besar’, ‘kecol’,
‘hitam’, ‘lembut’, ‘bauk’, ‘busuk’; (3) peristiwa yang menunjukkan benda terlibat
dalam
suatu
tindakan
atau
gerakan:
‘ibu
sedang
berjalan’,
‘anjing
menggonggong’, ‘bola berputar’: (4) keadaan yang menunjukkan objek terlibat
dalam hubungan yang statis (tidak aktif): ‘pisag di atas meja’ , ‘anjing berada di
belakang kursi’, ibu sedang berdiri dekat pintu’ , (5) atribut yaitu kata yang
menentukan sifat dan evaluasi peristiwa dan keadaan, begitu banyak ragam
atribut, modifikasi dan evaluasi, seperti ‘baik bagi saya’ dan ‘buruk bagi saya’
dapat ditentukan dengan peristiwa dan keadaan.
Pemahaman anak terhadap realita dunia fisik membangun wujud mental
dasar, seperti anjing menggonggong <jahat melakukan saya> dan pisang itu di
atas meja <bagus, rasanya manis>, jadi, gagasan melibatkan benda sebagai
argument berkembang pada anak disertai dengan sikap anak, evaluasi, dan lainlain dari kata yang membentu suatu jaringan pengetahuan yang meliputi banyak
hal, Steinberg (2001:37).
6
(3) Anak-Anak Mewaspadai dan Memahami Dunia Mentalnya Sendiri.
Pada saat yang sama anak-anak berusaha untuk memahami dunia luar,
mereka juga berusaha untuk mengerti dan mengatur dunia subjektifnya sebagai
bagian dari pengalaman mental dan pemikiran. Mereka belajar untuk
membedakan ide tertentu menyangkut pengalaman tertentu seperti panas,
dingin, gatal, luka, rasa, nyaman. Mereka juga merumuskan pikiran (untuk tidak
bingung dengan kalimat, yang mencerminkan pemikiran) dengan menggunakan
ide-ide ini atau lainnya yang dapat mereka petik dari pengalaman dunianya.
Pemikiran itu dapat berupa ‘kompor itu panas <buruk, melukai jari saya>.
(4) Anak-Anak Menggabungkan dan Mengatur Pengetahuan dari Dunia Fisik
dan Mental
Karena waktu berlalu dan pengalaman anak semakin lama semakin
banyak, anak menggabungkan banyak pengetahuan mengenai dunia fisiknya.
Anak belajar mengenali ragam benda, atribut dan bagaimana mereka
menggambarkan ke dalam peristiwa dan keadaan. Gagasan dan pemikiran ini
berkaitan dengan pengalaman anak lebih jauh. Seperti hewan, anak bisa belajar
banyak tentang lingkungan bahkan dalam ketiadaan bahasa. Namun demikian,
karena waktu berjalan terus, satu gambaran unik terhadap lingkungan yang
menarik perhatian anak adalh bunyi ujaran. Anak memperhatikan benda-benda,
7
peristiwa dan keadaan di lingkungannya, memaknai bunyi ujaran sebagai bahaya
atau bunyi ujaran sebagai tantangan yang harus diwaspadai.
4. Perkembangan Tata Bahasa
(1) Pembentukan Kosa Kata
Dalam mengamati lingkungannya, anak-anak pada dasarnya heran
mengapa orang membuat bunyi ujaran yang mereka lakukan dan mereka cari
untuk membuat arti fenomena ini. Mereka mencari keseragaman dan pada
akhirnya mereka perhatikan bahwa bunyi ujaran tertentu terjadi dalam
ubungannya yang dekat dengan benda tertentu, peristiwa atau keadaan yang
asing bagi mereka. Contohnya, mereka memperhatikan bahwa bunyi ‘pisang’
diucapkan oleh seseorang ketika pisang diberikan kepada mereka, kemudian
bunyi ‘mama’ dibuat ketika seorang wanita tertentu masuk ke dalam ruangan,
anak khususnya belajar kata-kata yang artinya sudah ada dalam pikirannya
sebagai contoh, konsep ;kucing’, Anak juga bisa belajar kata-kata ketika gagasan
baru seperti gajah yang dialami dengan bunyi suara <gajah>.
Anak yang tidak memiliki gagasan mengenai ‘kucing’ atau gagasan lain
tidak bisa diharapkan untuk memperoleh arti. Bunyi suara ‘kucing’ tidak masalah
berapa kali dikatakan kepada mereka tanpa benda (kucing) atau beberapa
petunjuk terhadapny. Tidak ada kualitas khusus pada bayi kata yang member
kunci sebagai arti. Bahkan pada gagasan yang dimiliki anak, seperti ‘kucing’
gagasan apa yang dapat ditunjukkan. Anak membutuhkan beberapa hubungan
8
terhadap bunyi suara yang diamati dari sebelum anak tersebut bisa memulai
untuk menghubungkan arti pada bunyi itu.
Apabila anak-anak belajar memahami arti kata yang diucapkan seperti
‘dog’, ‘run’, dan ‘jump’ mereka menyimpan pengetahuan bahasa ini dalam
sebuah kosa kata ‘mental yang termasuk tidak hanya kata-kata tetapi frase yang
terjadi dan kalimat-kalimat, seperti ‘roti dan mentega’, ‘anak yang baik, ‘jangan
sentuh’, dan ‘kemari’.
Pada awalnya, anak adalah penerima bunyi suara yang pasif, contohnya
‘kucing’, dengan satu cara, dari bunyi konsep. Jadi pada kosa kata dalam pikiran
anak yang masuk pada dasarnya dari bentuk:
Masukkan kosa kata: bunyi ujaran.....konsep
Konsekuensinya, apabila anak mendengar tanda yang asing dalam dunia fisik,
anak dapat menemukan konsepnya dengan cara menunjukkan bunyi suara yang
telah dia simpan dalam pikirannya. Dengan cara ini, tidak hanya arti kata tetapi
dari seluruh frase dan kalimat dapat dimengerti dengan langsung tanpa proses
tata bahasa. Untuk hal yang asing dan benda-benda novel sebuah analisis bahasa
diperlukan.
(2) Perkembangan Morfologi
Pada saat melalui pengalaman suara dan analisis anak terhadap
lingkungan fisik dam jiwa, anak-anak belajar memahami arti kata-kata umum,
anak-anak belajar bagian dan memahami ragam bagian kata terus-menerus,
9
inpleksidan dan morfem kata, yang berkaitan dengan kata-kata. Pelajaran ini
berdasarkan pada analisa infut bunyi ujaran. Anak membuat hipotesis berkaitan
dengan suara yang dia dengar dan dengan menggunakan hipotesis berkaitan
dengan suara yang dia dengar dan dengan menggunakan hipotesis pada bentuk
suara asal, asal mula arti morfem. Ini adalah aturan dasar yang digunakan anak
ketika anak itu kemudian mencoba untuk berbicara.
Setelah anak mulai berbicara, kesalahan sering menunjukkan pernyataan
pada pemahaman anak yang yang menyangkut morfologi. Oleh karena itu,
apabila anak mengatakan sesuatu seperti “breaked, ‘goed, “mouses, dan
“sheeps, ini menunjukkan mental anak terhadap aturan-aturan yang mendasari
kata aturan lampau (past tense) dan aturan jamak (plural dan singular). Oleh
karena itu, pada saat kita menggunakan data produksi untuk menunjukkan
pengetahuan pemahaman, itu harus selalu hadir dalam ingatan bahwa data
produksi suara adalah pencerminan yang terbik dari pengetahuan bahasa abstrak
yang telah didapat sebelumnya oleh anak melalui pemahaman.
(3) Perkembangan Sintaksis
Dalam ingatannya, anak-nak memiliki pikiran dan wawasan terhadap
lingungan dan diri mereka. Anak selamanya memikirkan tentang dunianya,
benda, dan kehidupa di dalamnya. Oleh karena itu apa yang harus dilakukan
anak dalam belajar untuk memahami struktur sintaksis dari ujaran itu adalah
mengenali: (1) predikat-kata kerja, kata sifat dan yang berkenan dengan preposis
dan konjungsi; (2) argument-kata benda dan frase kata benda dengan peranan
10
semantiknya, (3) hipotesis, sintaksis untuk unsure-unsur ini dari sebuah kalimat
diungkapkan.
Pengethuan arti kat benda sebelumny adalah sangat penting karena
tanpa pengetahuan itu anak akan memiliki sedikit kesempatan dalam menebak
hubungan predikat yang diungkapkan dalam preposisi suara.
(4) Kata Benda, Sususnan Kata, Preposisi sebagai Indikator dari Peran dan
Argumen.
Sebagai sebuah bahasa, bahasa Inggris umumnya mengandalkan arti kata
benda (klausa kalimat) untuk menandakan sebuah argumen dan pada susunan
kata dan preposisi untuk menandakan sifat argument tertentu. Contoh di dalam
kalimat: ‘Mary member permen kepada monyet’; mary, permen dan monyet
adalah kata benda atau frase benda dengan arti yang menunjukkan status
argument.
Tiap-tiap (frase benda) menyajikan peranan yang berbed dengan kata
kerja predikat ‘memberi’, keterangan struktur pada anak bahwa frase benda
yang pertama sebelum kata kerja, ‘mery’ adalah sebuah argument, frase kta
benda secara langsung mengikuti kata kerja dan tanpa preposisi, permen, adalah
sebuah objek argument, sedangkan frase kata benda mengikuti kata kerja dan
dengan preposisi <ke> ‘monyet’ adalah argument penerima,
Pada awalnya, anak hanya dapat menafsirkan beberapa tanda sintaksis
dan mengandalkan arti kata benda dan kata kerja, jadi, dengan struktur kalimat
yang umum yaitu frase benda + kata kerja + (frase kata benda). , contohnya,
11
‘anjing melompat’, ‘anjing memburu kucing’, juga untuk argument nama diri
identifikasi, arti preposisi seperti halnya susunan frase kata benda harus dipeljari.
Fungsi kata-Kata Lainna dan Infleksia
Ini terdapat dalam konteks yang mencoba untuk memahami frase dan
kalimat yang beragam dengan fungsi lain reposisi lainnya. Pengenalan sesuatu
disertai peristiwa atau situasi yang dirasakan di dalam lingkungan, anak harus
menebak arti dan fungsi kata. Ini termasuk kata kerja bantu (will, can), fakor (the
a this), kata bantu (do, be, have) dan konjungsi (and, but, if). Sudah lama hal
tersebut sudah dimengerti.
Ucapan
yang tidak memiliki efek yang diinginan anak yang bisa
menyebabkan anak membuat hipotesa lain. Mengenal bahasa dan maksud dari
orang lain. Dalam pengertian ini , produksi, proses skunder (kedua) dapat
memiliki pengaruh yang baik/berakibat baik pemahaman, proses kedua.
Perkembangan Struktur Kompleks
Anak-anak belajar memahami kompleksitas yang mendasari kalimat negate,
kalimat pertanyaan, kalimat dengan klusa relative, pasif, dan lain-lain. Kemudian
dengan proses penebakan arti dari susunan suara yang tidak dikenal, hanya
kemudian anak bisa mencatat bagaimana arti tersebut diungkapkan dalam
ujaran ini adalah susunan kalimat yang aitannya dengan benda yang relevan,
peristiwa, dan keadaan di dalam lingkungan yang memberikan nk kunci seagai
arti.
12
Pada masa hipotesis anak mengenai prinsip dan aturan yang mendasari
peristiwa suara membawa buah-buahan. Dalam hal ini pengetahuan dari struktur
sintaksis kompleksitas dibentuk ke dalam tata bahasa di dalam ingatan anak.
Harus diatat bahwa tata bahasa tersebut dilengkapi dengan pemahamn-ada
suatu petunjuk dimana suara diberikan sebagai infut pada tata bahasa tersebut
supaya arti dalam hubungannya dengan kerangka proposisi dapat diberikan
sebagai output.
Setelah anak memahami banyak bentuk negative, gambaran tersebut
akan muncul dalam produksi. Karena anak maju dalam pengethun pemahmn
sintaksis, maka kemajuan ini akan dicerminkan dalam kualitas dari ucapan
negatifnya. Kemudian, pengertian proses pemahaman kalimat adalah sebagai
berikut:
Proses pembentukan pemahaman surara dalam tatabahasa dasar/alami
Ujaran-----pemahaman tata bahasa------arti
5. Pemproduksian Ujaran
(1) Kosa Kata
Seperti kosa kata yang sudah kita tulis sebelumnya untuk pemahaman,
sebuah kosa kata pada awalnya masuknya dalam ujaran dan berakhir dengan
arti, yaitu: suara---arti. Kosa kata harus disusun berdasarkan bunyi suara untuk
tujuan suara yang jelas. Urutan bunyi yang serupa atau berbeda dari yang lainnya
akan lain dan terdaftar pada sebuah basis. Untuk memahami ujaran yang
13
diucapkan dalam nilai normal, yang cukup tepat, orang harus memiliki yang
diucapkan dalam nilai normal, yang cukup tepat, orang harus memilki akses
ujaran, tanpa itu arti yang berkaitan akan tidak mungkin dapat ditemukan.
Sebaliknya, sebuah kosa kata yang disusun untuk tujuan produksi harus
memberikan arti—susunan dasar. Orang yang ingin mengucapkan sebuah
kalimat akan memiliki kosa kata yang berkaitan dengan artinya supaya ujaran
yang jelas serupa dapat dilihat bagi produksi.
Untuk tujuan produksi kita kn mengakses menggunakan kerangka
proposional, sebagai pedoman. Kita tahu apa yang kita pikirkan untu
mengungkapkan tetapi kita harus menemukan cara untuk mengucapkannya
dengan suara. Kita menginginkan kosa kata kita untuk masuk daftar pada basis
arti, yaitu: arti-----suara. Sebenarnya, kita memerlukan jenis semua mental/jiwa.
Kita dapat mengatakan bahwa masuknya kosa kata berkaitan dengan
bunyi dan arti, dan itu bukan petunjuk yang dipakai. Kenyataannya kita
mendengar suara lebih banyak daripada bunyi yang kita buat terhada hubungan
arti.
Namun demikian,, agar menghsilkan bunyi suara, arti-----bunyi, kita harus
mengakses kosa kata yang sama. Bagaimanapun, arti harus disusun dengan
kaitannya pada ragam komunikasu dan bidang semntik. Itu harus menjadi
jaringan arti bahwa pemikian bisa menerima dan dari arti itu memperoleh suara
yang didatangkan oleh arti tersebut.
(2) Perkembangan Artikulas dan Tahapan Perkembangan Suara
14
Ada variable besar seperti ketika anak-anak mulai mengucapkan katakatanya. Seorang anak kemungkinan bisa mengatakan kata pertamanya pad usi 5
bulan sedangkan yang lainnya tidak bisa mengatakan kata pertamanya sampai
sekitar 2 tahun. Kenyataan tersebut buanlah cara yang menunjukkan bahwa anak
yang tertunda memliki sedikit susunan konseptual dari dunia atau memahami
sedikit kata.
Tanpa diragukan lagi, beberapa variable harus dibuat dengan
perkembngan fisik dengan kaitannya pada pengucapan suara dan hubungannya
harus dibentuk di dalam otak (Bates et al..,1992). Ini tidak mudah membuat
bunyi suara tertentu. Otak anak harus membentuk hubungan untuk memilih
rangaian kata dan untuk megucapkannya dalam suatu tahapan. Pemahaman
bunyi ujaran tidak sulit karena tahpn itu sendiri diberikan sebagai infut. Seorang
anak memasukkan satu tingkatan kata atau sejumlah kata-kata tunggal yang
terpsah (Scolion, 1976, Bloom, 1973)
(3) Produksi dari Pemahmn: Perkembangan dari Sebuah Modul Produksi Kat
Kerja Bantu
Memiliki
sintaksis
yang
berdasarkan
pada
pemahaman
untuk
memakainya karena untuk memungkinkan proses produksi suara adalah penting
bagi anak dalam menhasilkan banyk kalimat. Ini bukan suatu perihal dari
pembalikan fungsi, operasi, dan aturan ini (fungsi/operasi/prinsip) tidak akan
memberikan hasil yang diinginkan.
15
Ini adalah aplikasi modul produksi terhadap pemhaman tata bahasa dan
interaksinya yang membolehkn anak untuk menghasilkan kalimat suara secara
sintaksis. Karena pengetahuan ilmu bahasa pada anak dalam pemahaman tata
meningkat, dan anak mencoba menggunakan pengetahuan itu dalam produksi,
isi modul akan disesuaikan.
6. Bagan Tatabahasa Alami
Proses pemahaman suara dan produksi bunyi ujaran disampaikan oleh
tata bahasa alami. Dalam pemahaman proses, bunyi suara adalah input yang
diproses dengan pemahaman tata bahasa untuk untu memberikan arti yang
disajikan sebagai input pada modul produksi kata, yang strateginya berhubungan
dengan pemahaman tata bahasa untuk memberikan bunyi seperti output. Proses
ini digabungkan dalam tata bahasa alami.
6. Penutup
Berdasarkan tata bahasa alami Chomsky pemerolehan bahasa anak telah
dikondisikan dalam ingatan sehingga siap mempelajari kaidah bahasa selanjutnya
berkembang pada pemahaman ujaran bahasa dn pada akhirnya mampu
memperoduksi ujarn bahasa.
Dalam mengkondisikan ingatan untuk mempelajari kaidah bahasa anak
(1) anak berusaha memahami “dunia” mereka; (2) wujud mental dasar berasa
dari dunia fisik; (3) anak-anak mewasadai dan memahami dunia mentalnya
16
sendiri (4) anak-anak menggabungkan dan mengatur pengetahuan dari dunia
fisik dan mental.
Perkembangan tata bahasa anak berkembang melalui; (1) pembentukan
kosa kata; (2) perkembangan morfologi; (3) perkembangan sintaksis; dan (4) kata
benda, susunan kata, preposisi sebagai indicator dan peranan frase benda dan
argument.
Sedangkan
perkembangan
pemproduksian
ujaran
bahasa
anak
berkembang melalui: (1) kosa kata; (2) perkembangan artikulasi dan tahapan
perkembangan suara; dan (3) produksi dari pemahaman perkembangan dari
sebuah modul produksi kata kerja bantu.
Daftar Pustaka
Steinberg, Danny D. Et All. 2001. Psycolingistics: language, Mind and Word.
England: Pearson Education.
17
Download