STUDI SALINITAS AIR TANAH DANGKAL DI DAERAH PESISIR BAGIAN SELATAN KOTA MAKASSAR 1 1 Annisa Dwi Damayanti, 2Muhammad Arsyad Thaha, 2Ardy Arsyad Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan teknik Sipil, Universitas Hasanuddin 2 Dosen Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin ABSTRAK: Air tanah merupakan salah satu alternatif utnuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat. Namun pemanfaatan air tanah yang berlebihan dapat menurunkan kualitas air tanah itu sendiri. Khususnya pada daerah dekat pesisir pantai pemanfaatan air tanah secara besar-besaran dapat menurunkan tinggi muka air tanah yang mengakibatkan air tanah berada dibawah tinggi muka air laut sehingga rentan terhadap intrusi air laut. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah mengacu pada SNI 6989.58:2008 untuk pengambilan sampel air sumur. Sample selanjutnya akan di ukur nilai salinitasnya. Nilai salinitas yang diperoleh dari sample air kemudian diolah dalam analisa statistic dan diklasifikasikan berdasarkan jenis air dan tingkat salinitasnya. Selain itu dilakukan pula pengukuran terhadap faktor-faktor yang kemungkinan mempengaruhi salinitas seperti jarak sumur dari pantai dan ketebalan air dalam sumur. Dari hasil pengujian sampel air tanah pada sumur dangkal di daerah sekitar pesisir bagian selatan Kota Makassar diperoleh nilai salinitas sampel air sumur berkisar 700 mg/l - 7800 mg/l dengan rata-rata nilai salinitas adalah 3879,032 mg/l. Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa kondisi air tanah sumur dangkal pada pesisir bagian selatan Kota Makassar telah tercemar oleh air asin sehingga berubah menjadi payau hingga asin. Dengan demikian, berdasarkan nilai salinitasnya yang sebagian besar berkisar diatas 500 mg/l maka air sumur pada wilayah penelitian tidak cocok diperuntukkan untuk air minum. Kata Kunci : Salinitas, Kualitas Air Tanah, Intrusi Air Laut. ABSTRACT: Groundwater is one of the many alternative sources of water that have good quality. Groundwater quality depends on a combination of water into the soil, rocks are skipped and ultimately reach the ground water layer present in the aquifer. Excessive use of ground water causes sea water intrusion and cause changes in groundwater quality soil so that water can not be used as raw water. The method used in this study is referring to the SNI 6989.58: 2008 and shallow well water sampling is done by testing the salinity parameter. Further study of shallow ground water quality is also measured the effect of salinity on several factors which can influence the value of the salinity in groundwater. The factors include the location of the wells from the shoreline and the depth of the well. From the test results of samples of groundwater at shallow wells in the area around the northern coastal city of Makassar obtained salinity with values ranging from 1100 mg/l 28500 mg/l with an average salinity value was 4632.26 mg/l. From the results it can be concluded that the condition of shallow groundwater wells have experienced intrusion of sea water with that salt water intrusion in coastal areas north of Makassar already quite extensive. This shows that the quality of ground water in the northern part of the coastal area of Makassar are on brackish water classification (medium) until the water is salty because salinity values> 500 mg/l. Thus, the quality of ground water with salinity parameters derived from well water residents in coastal areas north of Makassar section can not be used as raw material for drinking water. Keywords: Salinity, Quality Groundwater, Sea Water Intrusion. PENDAHULUAN Air tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat di perbaharui karena masuk dalam komponen siklus hidrologi. Namun bukan berarti air tanah dapat di eksploitasi tanpa batas. Pemanfaatan air tanah yang berlebihan tentunya dapat berdampak bagi kestabilan lingkungan. Eksploitasi yang berlebihan bisa mengakibatkan permasalahan lingkungan yang baru. Pemanfaatan air tanah yang berlebihan juga dapat mengakibatkan terjadinya intrusi air laut. Intursi air laut merupakan peristiwa masuknya air laut ke dalam pori-pori tanah dan akan bercampur dan mencemari air tanah yang ada. Pengambilan air tanah dapat mengakibatkan hilangnya kandungan air pada pori-pori tanah dan berkurangnya tekanan hidrolik dalam tanah. Pada saat air tanah diambil secara terus menerus, maka semakin lama tinggi muka air tanah akan semakin rendah dari pada tinggi muka air laut. Perbedaan tinggi muka air tanah dan tinggi muka air laut ini akan mengakibatkan air laut akan merembes masuk ke dalam pori-pori tanah dan akan mencemari air tanah sehingga air tanah menjadi payau bahkan asin. Hal ini tentunya akan menurunkan kualitas air tanah itu sendiri. Berdasarkan penguraian diatas maka dirasa perlu untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Studi Salinitas Air Tanah Dangkal pada Daerah Pesisir Bagian Selatan Kota Makassar”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sebaran salinitas, menganalisis pengaruh jarak sumur ke garis pantai dan kedalaman sumur menggunakan analisa statistik, serta mengetahui posisi muka air tanah dangkal di daerah pesisir bagian selatan Kota Makassar. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Herlambang (1996) air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akuifer. Intrusi air laut adalah masuk atau menyusupnya air laut ke dalam pori-pori batuan dan mencemari air tanah yang terkandung didalamnya. Proses masuknya air laut mengganti air tawar disebut sebagai intrusi air laut. Parameter intrusi air laut dapat dilihat dari tingkat salinitas yang terdapat di dalam air tanah. Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan. Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu : natrium (Na), klorida (Cl), kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), sulfat (SO4) dan bikarbonat (HCO3) (Effendi, 2004). Salinitas merupakan salah satu parameter dalam menentukan kualitas air, baik air permukaan maupun air tanah. Salinitas merupakan tingkat keasinan atau kadar garam terlarut yang terdapat dalam air dalam gram per liter air laut dan dinyatakan dalam satuan promil (‰) kira-kira sama dengan jumlah gram garam untuk setiap liter larutan. Salinitas sangat menentukan konduktivitas dan tekanan osmosis. Penggolongan atau klasifikasi tingkat keasinan air tanah untuk parameter salinitas terbagi atas : air tawar dengan nilai salinitas < 0,5‰, air payau dengan salinitas berkisar antara 0,5-30‰, air asin 30-50‰, dan air sangat asin atau air laut memiliki salinitas >40‰ (Purwanti, dkk 2006). Pemanfaatan air tanah yang berlebihan dan pengelolaan sumber-sumber air yang tidak memperhatikan keadaan lingkungan dapat mengakibatkan penurunan muka air tanah, intrusi air laut, banjir dan penurunan muka tanah. Intrusi air laut adalah proses masuknya air laut ke dalam akuifer daratan sebagai dampak terjdinya pemanfaatan air tanah yang berlebih dan tidak terarah. Intrusi air laut di suatu wilayah dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu muka air tanah di bawah muka air laut, curah hujan yang kering, sifat fisik tanah dan batuan kurang/lambat meluluskan air, letaknya dekat dengan pantai, luas lahan terbangun sangat luas dan penduduknya sangat padat. (Husni dan Roh, 2012). METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di pesisir bagian selatan Kota Makassar. Penelitian ini meliputi pengambilan contoh sampel dan pengukuran data. Pengambilan sampel ini berlangsung dari bulan Februari – April 2015. Lokasi penelitian mencakup kecamatan Mariso, Kecamatan Mamajang, Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Rappocini. Luas lokasi penelitian adalah 5,22 km2. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah semua sumur dangkal yang berada di kawasan pesisir bagian utara Kota Makassar, sedangkan sampel dari penelitian ini adalah sumur dangkal yang berada di kawasan pesisir bagian selatan Kota Makassar. Diasumsikan bahwa setiap 1 KK sama dengan 1 sumur. Berdasarkan hasil perhitungan luas wilayah penelitian diketahui jumlah KK pada wilayah penelitian adalah 23972 KK. Sehingga pada penelitian ini jumlah populasinya adalah 23972 sumur. Penentuan sampel ditentukan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut : 𝑛= 𝑁 1+𝑁𝑒 2 = 23972 1+23972 (0.12)2 = 69 Dimana : n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi e = Standar error 12% Berdasarkan hasil penentuan jumlah sampel menggunakan rumus slovin diatas maka pada penelitian ini akan diambil ±62 sampel air sumur gali. Pengumpulan data menggunakan metode observasi dan uji laboratorium. Metode observasi dilakukan secara langsung dengan mengambil titik koordinat air sumur dangkal, mengukur kedalaman sumur, dan tinggi muka air sumur dari muka tanah. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel air sumur dangkal dengan melengkapi format atau blangko pengamatan sebagai instrumen yang digunakan untuk penelitian air tanah dangkal. Metode uji laboratorium dilakukan dengan pengambilan sampel air tanah dangkal sebanyak 330 ml yang kemudian akan diuji kadar salinitasnya di Laboratorium Kualitas Air. Pada hasil akhir penelitian ini data yang peroleh akan diolah menggunakan program ArcGIS untuk menggambarkan penyebaran salinitas yang terjadi pada daerah penelitian dan pemetaan salinitasnya. Datadata yang diolah pada program ArcGIS ini adalah data titik koordinat sampel dan hasil uji salinitas sampel air sumur yang diambil. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah analisa statistik dan analisis uji korelasi Pearson. Untuk mengetahui pengaruh variabel kedalaman sumur dan jarak terdekat sumur ke garis pantai merupakan faktor yang dapat berpengaruh terhadap tingginya nilai salinitas yang dapat mempengaruhi terjadinya intrusi air laut di pesisir bagian selatan Kota Makassar. HASIL DAN PEMBAHASAN Daerah penelitian adalah daerah pesisir bagian selatan Kota Makassar dengan jumlah sampel sebanyak 62 sampel sumur penduduk untuk diteliti salinitasnya. Dari 62 sampel yang telah diteliti, sampel air sumur dangkal dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat salinitas dan jenis air. Analisa Statistik Analisa Distribusi Frekuensi Data yang telah diperoleh dari suatu penelitian yang masih berupa data acak dapat dibuat menjadi data yang berkelompok, yaitu data yang telah disusun ke dalam kelas-kelas tertentu. Daftar yang memuat data berkelompok disebut distribusi frekuensi atau tabel frekuensi. Distribusi frekuensi adalah susunan data menurut kelas interval tertentu atau menurut kategori tertentu dalam sebuah daftar (Hasan, 2001) Hasil distribusi frekuensi salinitas dapat digambaran penyajian data dalam bentuk histogram dapat dilihat pada Gambar 2. Frekuensi Histogram Distribusi Frekuensi 25 120.00% 20 100.00% 80.00% 15 60.00% 10 40.00% 5 20.00% 0 0.00% 1264.40 2393.30 3522.20 4651.10 5779.99 6908.89 8037.79 Nilai Tengah Data Salinitas Frekuensi Cumulative % Gambar 2. Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Salinitas Dari histogram diatas dapat dilihat untuk nilai salinitas dengan frekuensi tertinggi berada pada kisaran salinitas 2957 mg/l - 4068,6 mg/l dan nilai tengah 3332.48 dengan frekuensi 21 yang berartinya terdapat 21 sumur gali dengan kadar salinitas antara 2957,8 mg/l – 4068,6 mg/L. Analisa Uji Korelasi Pearson Analisa Uji Korelasi Pearson digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara dua variabel dan untuk melihat kuat lemahnya hubungan dan arah hubungan antara dua variabel, yaitu jarak dan kedalaman terhadap salinitas. a. Jarak terhadap Salinitas Hasil uji korelasi pearson antara jarak sumur dari pantai dengan salinitas air sumur menggunakan software SPSS dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel. 4.5 Hasil Uji Korelasi Pearson Correlations SALINITAS Pearson Correlation SALINITAS Sig. (2-tailed) N -.161 .212 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation JARAK 1 JARAK 62 62 -.161 1 .212 62 62 Dari hasil tabel di atas dapat dilihat hubungan antara jarak sumur dari pantai dengan kadar salinitas air sumur. Jika nilai koefisien korelasi tidak sama dengan nol maka terdapat hubungan saling ketergantungan antara 2 variabel. Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson menggunakan Software SPSS 20, diketahui koefisien korelasi kedua variabel adalah 0.161 dan nilai signifikansi 0.212 (>0.05). sehingga dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara jarak dari pantai dengan nilai salinitas air sumur namun menurut penafsiran korelasi, hubungan yang terjadi sangat lemah dan tidak signifikan. Arah hubungan korelasi kedua variabel menunjukkan tanda negative yang berarti bahwa semakin jauh jarak sumur dari pantai, nilai salinitas pada air sumur cendurung menurun. Pengukuran jarak salinitas dilakukan dengan mengukur jarak koordinat titik sampling dari pantai menggunakan pengukuran jarak di Google Earth. Hubungan antara jarak dan kadar salinitas pada sumur dapat pula dilihat pada grafik xy di bawah ini : Jarak (meter) Salinitas Linear (Salinitas) Gambar 3 Grafik Hubungan Jarak pantai dengan salinitas Sumur Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat salinitas tinggi terdapat pada daerah dekat pantai dan berangsur turun pada daerah yang jauh dari pantai. Walaupun terdapat beberapa sumur yang memiliki salinitas yang tinggi pada daerah yang jauh dari pantai, namun trend dari grafik terbentuk menunjukkan bahwa semakin jauh sumur dari pantai maka salinitas cenderung menurun. b. Tinggi Air dalam Sumur Terhadap Salinitas Hasil uji korelasi pearson antara ketebalan air dalam sumur dari pantai dengan salinitas air sumur menggunakan software SPSS dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel. 4.6 Hasil Uji Korelasi Pearson Correlations SALINITAS SALINI TAS Pearso n Correlat ion 1 N -.665** Grafik Hubungan Antara Tinggi Air dalam Sumur dengan Salinitasnya 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 1.50 Sig. (2tailed) N Pearson Correlati KEDAL on AMAN Sig. (2tailed) KETEBALAN AIR DALAM SUMUR dengan kadar salinitas air sumur. Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson menggunakan Software SPSS 20, diketahui koefisien korelasi kedua variabel adalah 0.665 dan nilai signifikansi 0.000 (<0.05). sehingga dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara ketebalan air dalam sumur dengan nilai salinitas air sumur. Arah hubungan korelasi kedua variabel menunjukkan tanda negative yang berarti bahwa semakin rendah ketebalan air dalam sumur maka, nilai salinitas pada air sumur cendurung meningkat. Dari arah hubungan yang terjadi dapat diartikan bahwa penyusupan air asin di wilayah penelitian melalui air permukaan (seperti kanal dan drainase). Pengukuran ketebalan air dalam sumur dilakukan langsung pada saat pengambilan sampel air sumur. Dengan mengetahui kedalaman sumur dan tinggi muka air dalam sumur dapat diketahui berapa ketebalan air dalam sumur. Hubungan keduanya dapat dilihat dengan grafik xy seperti pada gambar berikut : Salinitas (mg/l ) Salinitas (mg/l) GRAFIK HUBUNGAN SALINITAS DENGAN JARAK SUMUR DARI PANTAI 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 R² = 0.0259 1000 0 1300 2300 3300 4300 .000 62 62 -.665** 1 2.50 3.00 3.50 Ketebalan Air dalam sumur (meter) Salinitas Linear (Salinitas) Gambar 4. 5. Grafik Hubungan Ketebalan Air dalam Sumur dengan Salinitas .000 62 2.00 62 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Dari hasil tabel di atas dapat dilihat hubungan antara ketebalan air dalam sumur Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi air dalam sumur salinitas semakin rendah, hal ini kemungkinan diakibatkan oleh air asin yang masuk larut bersama dengan air tanah yang ada. Air tanah yang ada kemungkinan berasal dari air tanah pada akuifer daerah tersebut ataupun berasal dari air resapan hujan. Klasifikasi Air Sumur Bedasarkan hasil uji salinitas sampel air sumur di atas, maka sampel yang diambil dapat di klasifikasikan berdasarkan jenis air dan tingkat salinitasnya 1. Klasifikasi Air Sumur Berdasarkan Jenis Air Berdasarkan hasil uji salinitas air sumur gali yang dilakukan maka, sumur gali yang diuji dapat di klasifikasi berdasarkan jenis airnya sebagai berikut : Klasifikasi Air Berdasarkan Jenis Air 2% 26% 72% Air Asin Air Payau yang berkisar antara 5100 mg/l – 7800 mg/l dan sampel sumur dengan kadar salinitas sedang memiliki kadar salinitas 700 mg/l. Secara umum sampel air sumur yang diuji menunjukkan kondisi air sumur yang telah terkontaminasi dengan air asin sehingga banyak air sumur yang telah menjadi payau hingga asin. Namun keadaan air sumur yang kurang baik kualitasnya ini tidak begitu dipermasalahkan oleh warga setempat karena pada umumnya di wilayah penelitian kebutuhan air bersih masyrakat telah terpenuhi dengan adanya penyediaan air bersih oleh PDAM. 2. Klasifikasi Air Berdasarkan Peruntukkannya Berdasarakan Australian Government National Water Commission (2011) kadar salinitas dalam perairan dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis peruntukkannya. Dengan mengacu pada klasifikasi tersebut, dari hasil uji salinitas sampel air sumur yang diambil, maka berdasarkan peruntukkannya dapat di klasifikasi kan sebagai berikut : Air sedang (agak payau) Gambar 4. 1 Klasifikasi Air Sumur Berdasarkan Jenis Air Klasifikasi diatas berdasarkan klasifikasi air menurut As Kapoor (2001) dimana air dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya. Berdasarkan gambar di atas dapat diliat bahwa dari 62 sampel air sumur gali yang diuji 72% atau 45 sumur masuk dalam kategori air payau, 26 % atau 16 sumur sudah termasuk air asin dan 2% atau 1 sumur saja dalam kategori sedang (air agak payau) Dari hasil pengujian salinitas, sampel air sumur yang termasuk air payau memiliki kadar salinitas berkisar antara 1800 mg/l – 4800mg/l, sedangkan air sumur yang sudah termasuk air asin memiliki kadar salinitas Klasifikasi Air Berdasarkan Peruntukkannya 2% 2% 24% 72% Untuk berbagai macam peruntukkan (dapat diminum) Peternakan dan irigasi (terbatas) Peternakan peternakan (terbatas) Gambar 4.2. Klasifikasi Air Sampel Berdasarkan Peruntukkannya Dari gambar 4.2 di atas dapat dilihat bahwa yang terbanyak atau sekitar 72% sampel air sumur yang diambil cocok di peruntukkan sebagai air untuk peternakan dan beberapa jenis irigasi, dengan salinitas berkisar antara 1500-5000 mg/l. Sedangkan sekitar 24% sampel air sumur memiliki salinitas berkisar antara 5000-7000 mg/l, menurut Australian Govenrment National Water Commission (2011) air dengan kadar salinitas ini tidak diperuntukkan untuk air minum namun kebanyakan digunakan untuk keperluan peternakan. Selain itu terdapat 2% sampel air sumur yang memiliki salinitas 700 mg/l (<1500 mg/l) dan 2% dengan kadar salinitas 7800 mg/l (7000 mg/l – 14000 mg/l). Untuk air dengan kadar salinitas di bawah 1500 mg/l dapat digunakan dalam berbagai peruntukkan dan berdasarkan rasa air ini dapat dikonsumsi sebagai air minum. Sedangkan air dengan kadar salinitas berkisar antara 7000 mgl/l – 14000 mg/l menurut Australian Govenrment National Water Commission (2011), air ini cocok diperuntukkan untuk keperluan peternakan namun terbatas, artinya tidak semua jenis perternakan cocok dikarenakan kadar salinitasnya yang tinggi Penyebaran Salinitas Penentuan lokasi sampling dilakukan secara acak dan letak koordinat sumur gali dicatat menggunakan Global Position System (GPS). Dari pengukuran titik koordinat menggunakan GPS terdapat 62 lokasi sumur. Selanjutnya data lokasi serta hasil pengukuran salinitas air sumur diolah menggunakan software ArcMap 10.1. Hasil penelitian menunjukka penyebaran salinitas yang terbentuk pada wilayah sampling dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 7. Peta Penyebaran Salinitas Daerah Pesisir Bagian Utara Kota Makassar Berdasarkan Peta Penyebaran Salinitas Wilayah Sampling (Gambar 4.1) dapat dilihat bahwa penyebaran salinitas pada wilayah sampling bervariasi. Pada gambar juga dapat dilihat bahwa intrusi terjadi pada bagian barat lokasi penelitian dengan salinitas tinggi, dan berangsur turun pada bagian tengah wilayah penelitian. Sedangkan pada bagian timur wilayah penelitian, terdapat lokasi yang memiliki salinitas rendah dan adapula yang memiliki salinitas tinggi. Perbedaan nilai salinitas tersebut dapat terjadi tergantung kondisi wilayah sekitar sumur. Ditinjau dari kejadiannya, kondisi payau hingga asinnya air tanah dapat disebebakan oleh 3 faktor yaitu disebabkan karena adanya penyusupan air laut, karena lingkungan pengendapan yang bersifat marin sehingga batuan pada wilayah tersebut sudah asin dan faktor ketiga karena adanya pengaruh air tanah yang berasal dari dalam magma (Djaendi dan Soeroto, 1989) Penyusupan air laut kemungkinan melalui badan air yang melintasi daerah penelitian. Dapat terlihat bahwa pada daerah penelitian dilewati oleh kanal Jongayya. Dari hasil pengujian salinitas diketahui bahwa kanal jongayya memiliki kadar salinitas sebesar 3 o/oo atau setara dengan 3000 mg/l berdasarkan hasil uji salinitasnya maka air kanal pada saluran kanal jongayya yang terletak di jalan Bantabantaeng sudah termasuk air payau (As Kapoor, 2001). Sedangkan badan air yang terdapat di Perkampungan Nelayan Mariso salinitas mencapai 32 o/oo atau setara dengan 32000 mg/l salinitas ini sama dengan salinitas air laut yang berkisar antara 30 o/oo – 38 o/oo. Penggambaran Kontur Muka Air Tanah Berdasarkan hasil pengukuran tinggi muka air tanah pada sumur maka dapat dilihat kontur jarak antara permukaan tanah ke muka air tanah dalam sumur seperti pada Gambar 4.8 serta grafik profil melintangnya pada Gambar 4.9. Gambar 8. Peta Kontur Muka Air Tanah Daerah Pesisir Bagian Utara Kota Makassar Berdasarkan gambar 4.8, dapat dilihat bahwa tinggi muka iar tanah pada daerah penelitian tersebar tidak merata dimana terdapat daerah yang muka air tanahnya rendah berkisar antara -0.50 meter hingga - 0.55 meter di bawah muka tanah dan paling dalam berkisar antara -1.1 meter hingga -0.9 meter di bawah permukaan tanah. Adapun contoh profil melintang posisi muka air tanah (barat-timur), sebagai berikut : Gambar 9. Profil Melintang Jarak Permukaan Tanah ke MAT (Barat-Timur) Pesisir kota Makassar merupakan daerah dataran rendah dengan kondisi elevasi tanah yang hampir rata dan sejajar dengan muka air laut rata-rata. Dari grafik profil melintang kontur muka air tanah pada potongan A-A dapat dilihat bahwa muka air tanah tidak stabil dan berangsur turun hingga -0.8 m ke arah timur daerah penelitian. Kondisi air tanah seperti ini sangat labil terhadap pengaruh air laut terutama pada daerah yang berbatasan langsung dengan garis pantai sehingga dapat diduga bahwa intrusi terjadi pada daerah pesisir pantai bagian selatan kota Makassar. Penutup Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Dari hasil pengujian salinitas dari 62 sampel air sumur dangkal yang diambil diperoleh hasil salinitas berkisar antara 700 mg/l-7800 mg/l. berdasarkan hasil tersebut sebagian besar kualitas air sumur yang diuji merupakan air payau hingga asin berdasarkan klasifikasi air menurut As Kapoor (2001) dan tidak diperuntukkan untuk air minum. 2. Pada pola penyebaran salinitas menggunakan Arc GIS 10.1 dapat dilihat bahwa air tanah dangkal pada daerah penelitian telah tercemar oleh air asin. Penyebaran air asin terlihat bervariasi dan tidak merata. Hal ini disebabkan oleh kondisi lokasi sumur galinya. 3. Berdasarkan peta kontur jarak antara muka tanah ke muka air tanah, diketehui bahwa posisi muka air tanah tidak stabil dan rata-rata kedalamannya berkiras antara -0.5 - -1.1 meter di bawah permukaan tanah. 4. Berdasarkan uji korelasi antara salinitas dengan jarak diperoleh koefisien korelasi sebesar -0.161. Sehingga dapat disimpulkan bahwa korelasi kedua variabel lemah dan tidak signifikan dengan arah hubungan negative yang berarti bahwa semakin jauh jarak sumur dari pantai maka salinitas cenderung rendah. Sedangkan hasil uji korelasi antara variabel kedalaman sumur dengan kadar salinitas diperoleh hasil koefisien korelasi sebesar -0.665. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedalaman sumur dengan salinitas memiliki korelasi yang kuat dan signifikan dengan arah hubungan negative dimana semakin dalam sumur salinitas yang diperoleh semakin rendah. Saran 1. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan mengambil parameter lain yang mempengaruhi salinitas seperti kadar Natrium (Na) dan Klorida (Cl), serta daya hantar listrik (DHL). 2. Diharapkan adanya studi yang meninjau hal-hal yang mempengaruhi intrusi air laut seperti pasang-surut, permeabilitas tanah, gambaran akuifer untuk memberikan gambaran yang lebih akurat tentang pola penyebaran salinitas akibat intrusi. 3. Untuk pemerintah sebaiknya memberikan peraturan mengenai penggunaan air tanah untuk. DAFTAR PUSTAKA Bunga, A.M, 1996. Evaluasi Intrusi Air Laut Bawah Tanah di Wilayah Kotamadya Ujung Pandang. Thesis. Universitas Hasanuddin BSN. 1992. Spesifikasi Sumur Gali untuk Sumber Air Bersih. SNI 03-2916-1992. Jakarta. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius. Ginting, E. 2011. Analisis Intrusi Air laut Pada Sumur Gali dan Sumur Bor Dengan Metode Konduktivitas Listrik Di Kecamatan Hamparan Perak. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Herlambang, A. 1996. Kualitas Air tanah Dangkal di Kabupaten Bekasi. Program Pascasarjana, IPB. Bogor. Husni, A., dan Roh, S. 2012. Sebaran TDS, DHL, Penurunan Muka Air Tanah Dan Prediksi Intrusi Air Laut Di Kota Tangerang Selatan. Jurnal Skripsi. IPB. Bogor. Kodoatie, R.K.1996. Penghantar Hidrogeologi. Yogyakarta: Penerbit Andi. NSW Public Works. 2011. Brackish groundwater: a viable community water supply option? Australlian Government : National Water Commision Putra, B. 2010. Analisa Kualitas Fisik, Bakteriologis dan Kimia Air Sumur Gali Serta Gambaran Keadaan Konstruksi Sumur Gali di Desa Patumbak Kampung Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli serdang Tahun 2010. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Reksoatmodjo, Tedjo N. (2009). Statistika Teknik. Jakarta: Refika Aditama. Sastra, Z. 2011. Analisis Intrusi Air Laut Dan Zona Klorida Pada Sumur Bor Dalam Dan Dangkal Di Kawasan Kota Medan Dan Sekitarnya. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Seyhan, Ersin. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi (terjemahan Sentot Subagyo). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Siswanto, B. 2011. Evaluasi Kebijakan Pengambilan dan Pemanfaatan Air Tanah di Provinsi DKI Jakarta. Tesis. Institut Pertanian Bogor. SNI 6989.58. 2008. Metoda Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air. Badan Litbang Pekerjaan Umum. Sosrodarsono, S dan Takeda, K. 1987. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramita. Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional