TUGAS AKHIR SEMESTER PL 4008 SEMINAR STUDI FUTURISTIK PROSPEK MASA DEPAN TERKAIT PROYEK REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA Oleh : Muhammad Dwinoviko Kahadani (15413037) Muthahhari Wali Hidayatjati (15413056) Ridho Alfian Ogulin Mayo (15413063) Dosen: Ir. Hastu Prabatmodjo, M.S.,Ph.D. PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2016 DAFTAR ISI 1. Pendahuluan....................................................................................................................... 1 2. Deskripsi Singkat Proyek Reklamasi Pantura ..................................................................... 3 2.1. Sejarah ........................................................................................................................ 3 2.2. Tujuan Reklamasi ........................................................................................................ 4 2.3. Konsep Proyek ............................................................................................................ 4 2.3.1. Rencana Detail ..................................................................................................... 4 2.3.2. Tahapan Pengerjaan Proyek ................................................................................ 6 3. Interaksi Antara Proyek Dengan Lingkungan Yang Lebih Luas ........................................... 7 4. Perubahan-Perubahan yang Akan Terjadi .......................................................................... 8 5. 4.1. Skenario Optimis ......................................................................................................... 8 4.2. Skenario Moderat 1...................................................................................................... 9 4.3. Skenario Moderat 2...................................................................................................... 9 4.4. Skenario Pesimis ........................................................................................................10 Prospek .............................................................................................................................11 Daftar Pustaka ..........................................................................................................................14 1. Pendahuluan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, reklamasi adalah usaha memperluas tanah dengan memanfaatkan daerah yang semula tidak berguna, seperti rawa-rawa. Reklamasi lahan dapat diartikan sebagai pengadaan lahan baru dengan melakukan penimbunan di wilayah sungai, rawa, maupun laut untuk menambah lahan yang dapat dimanfaatkan. Reklamasi merupakan pilihan yang dapat diambil bila dibutuhkan pembangunan namun lahan tidak tersedia. Lahan baru hasil reklamasi dapat digunakan sebagai wilayah pertanian, permukiman, atau fungsi lainnya. Reklamasi yang terkenal berhasil dilakukan di dunia diantaranya reklamasi lahan pantai di Belanda dan Dubai, UEA. Reklamasi di Belanda lebih ditujukan untuk mengatasi isu banjir laut/rob akibat rendahnya permukaan tanah dibandingkan permukaan laut. Gambar 1 Reklamasi di Luar Negeri Sedangkan di Dubai reklamasi dilakukan untuk menambah peluang investasi dan wilayah rekreasi. Namun, biaya yang diperlukan untuk melakukan reklamasi tentunya tidak sedikit. Biaya yang diperlukan kebanyakan merupakan biaya untuk mengadakan(membeli dan membawa) tanah untuk melakukan penimbunan. Perlu dipertimbangkan juga asal tanah yang dipakai untuk reklamasi, untuk meminimalisasi dampak lingkungan yang terjadi. Gambar 2 Indonesia Indonesia sebagai negara kepulauan juga memiliki banyak potensi untuk melakukan reklamasi lahan yang bukan berarti mudah dan murah melakukannya. Butuh alasan yang kuat untuk melakukan reklamasi mengingat reklamasi hanya menguntungkan satu wilayah saja sehingga butuh pendanaan yang datangnya dari daerah bukan dari pusat. 1 DKI Jakarta sebagai ibukota memiliki pendapatan asli daerah yang tinggi jika dibandingkan wilayah lain di Indonesia. Banyak proyek pengadaan infrastruktur yang dikerjakan demi memenuhi kebutuhan dasar penduduknya. Namun ada kesulitan yang selalu muncul setiap tahun sekali yang anehnya sulit diatasi. Masalah banjir. Banjir di Jakarta terjadi karena curah hujan yang tinggi yang tidak bisa dialirkan dengan baik ke laut. Banjir juga terjadi karena adanya limpahan air dari Kabupaten Bogor sebagai hulu dari sungai-sungai yang ada di Jakarta. Selain itu Jakarta berlokasi di dekat laut sehingga banjir juga datang dari laut dalam bentuk “rob”, yang kondisinya diperparah oleh adanya penurunan permukaan daratan akibat penurunan muka air tanah di Jakartaterutama Jakarta Utara -akibat dari eksploitasi air tanah yang berlebihan. Isu global seperti pemanasan global yang mengakibatkan meningkatnya permukaan air laut juga memperparah banjir di Jakarta. Pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan tingginya demand akan lahan untuk tempat tinggal dan berkegiatan. Padahal lahan tidak bertambah seiring bertambahnya penduduk yang lahir maupun hasil migrasi. Kebutuhan akan lahan ini jika dibiarkan akan mengganggu kegiatan lainnya. Lahan yang tadinya diperuntukkan untuk waduk, malah digunakan sebagai tempat tinggal. Hal tadi dapat memperburuk bencana banjir yang ada. Permasalahan tadi menjadi dasar yang kuat untuk melakukan reklamasi. Sebelumnya pernah dilakukan reklamasi tapi hanya untuk kepentingan swasta yang pastinya tidak dilakukan untuk mengatasi masalah diatas. Pada tahun 1995, Pemerintah DKI Jakarta merencanakan reklamasi untuk mengatasi masalah banjir dari air laut di Pantai Utara Jakarta. Hingga sekarang proyek tersebut belum selesai karena ada pro dan kontra terhadap keberlanjutan proyek reklamasi. Pada tulisan ini, penulis ingin melihat kedepan apakah proyek reklamasi yang pada selang waktu 2015 - 2016 ini mulai hangat lagi diperbincangkan di media umum karena pemerintah memulai kembali proyek ini dan mulai ada feed back dari masyarakat sekitar. Penulis ingin melihat seberapa jauh proyek ini berjalan dan apa dampaknya terutama ke masyarakat sekitar lokasi proyek. Untuk itu penulis menggunakan metode scenario planning untuk membagi masa depan menjadi skenario-skenario tertentu, dan metode historical analysis untuk melihat dampak dari reklamasi yang sudah pernah dilakukan di Negara Belanda. 2 2. Deskripsi Singkat Proyek Reklamasi Pantura 2.1. Sejarah Reklamasi bukan merupakan hal yang baru bagi Indonesia, terutama Jakarta. Reklamasi yang pernah dilakukan pada tahun 1980-an yaitu proyek reklamasi kawasan Pantai Pluit dan kawasan Ancol sisi utara, pada tahun 1991 ada proyek reklamasi untuk kompleks mewah Pantai Indah Kapuk, dan terakhir pada tahun 1995 yaitu proyek reklamasi untuk Kawasan Berikat Marunda. Gambar 3 Rencana Reklamasi Tahun 1995 Pada tahun 1995, Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta merencanakan untuk melakukan reklamasi lahan di Pantai Utara Jakarta. Reklamasi direncanakan dapat menambah lahan untuk pembangunan ke arah utara Jakarta, di mana Jakarta Utara dianggap tertinggal pembangunannya dibanding wilayah lainnya di DKI Jakarta. Dalam dokumen Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995, dilampirkan peta rencana mengenai reklamasi Pantai Utara Jakarta yang menunjukkan 3 pulau baru. Namun pada tahun 2008, Keputusan Pemerintah tersebut dinyatakan tidak berlaku salah satunya dikarenakan adanya Surat Keputusan Kementrian Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa proyek tersebut tidak layak dilakukan. Pada tahun 2011 Mahkamah Agung mengeluarkan putusan baru yang menyatakan bahwa reklamasi pantai utara Jakarta legal untuk dilakukan, namun diperlukan kajian baru mengenai rencana dan analisis yang diperlukan. Pada 2014, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 3 mengesahkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 146 yang isinya merupakan pedoman teknis membangun dan pelayanan perizinan prasarana reklamasi Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta. Di peraturan tersebut juga dilampirkan rencana reklamasi 17 pulau baru (dari pulau A - Q). Di tahun yang sama, National Capital Integrated Development (NCICD) yang merupakan kerja sama antara pemerintah provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Nasional (melalui Kementrian Pekerjaan Umum dan Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional / Bappenas yang keduanya dibawahi oleh Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian), dan Pemerintah Belanda merumuskan draf rencana pengembangan Giant Sea Wall/Pemecah ombak raksasa berupa pulau buatan berbentuk burung garuda, yang rencananya akan dibangun di sebelah utara kawasan reklamasi 17 pulau setelah proyek tersebut selesai. Pengembangan Giant Sea Wall tersebut berada di bawah tanggung jawab Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 2.2. Tujuan Reklamasi Proyek Reklamasi Pantai Utara Jakarta yang didasarkan pada Keppres no. 52/1995 dan diperbaharui Pergub DKI Jakarta No. 121/2012 dan No. 146/2014 berupa reklamasi 17 pulau buatan bertujuan untuk menambah lahan untuk pengembangan permukiman. Pengembangan permukiman diharapkan dapat menampung penduduk dan mendatangkan manfaat ekonomi. Proyek reklamasi NCICD berupa Giant Sea Wall bertujuan untuk memberi perlindungan jangka panjang bagi DKI Jakarta terhadap banjir dari laut dan sungai, serta di saat yang sama juga memfasilitasi perkembangan sosial-ekonomi. Dari perlindungan akan banjir rob, diharapkan dapat meningkatkan kualitas air tanah dan permukaan sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari penduduknya. 2.3. Konsep Proyek 2.3.1. Rencana Detail 2.3.1.1. Reklamasi 17 Pulau Gambar 4 Rencana Reklamasi 17 pulau, Lampiran Pergub 146/2014 4 Menurut Pergub DKI Jakarta No. 121/2012, kawasan reklamasi 17 pulau terbagi menjadi tiga sub-kawasan, yaitu: ● Sub-kawasan barat(Pulau A, B, C, D, E, F, G, dan H); ● Sub-kawasan Tengah(Pulau H, I, J, K, L, dan M); ● Sub-kawasan Timur(Pulau N, O, P, dan Q). Sub-kawasan barat memiliki fungsi utama sebagai kawasan perumahan horizontal dan vertikal, kegiatan pariwisata dan kawasan perkantoran,perdagangan dan jasa secara terbatas. Sub-kawasan tengah memiliki fungsi utama sebagai pusat kawasan perkantoran, perdagangan dan jasa Skala internasional, pusat pariwisata, dan kawasan perumahan horizontal dan vertikal. Sub-kawasan timur memiliki fungsi utama sebagai pusat pelabuhan, industri, dan pergudangan serta kawasan perumahan horizontal dan vertikal. Reklamasi 17 pulau dan pembangunannya akan dilaksanakan oleh pihak swasta yang telah mendapatkan izin dari pemerintah, dengan ketentuan zonasi dan pembagian keuntungan penjualan yang ditetapkan dalam Pergub dan Perda. 2.3.1.2. Reklamasi Giant Sea Wall (NCICD) Gambar 5 The Great Garuda Reklamasi Giant Sea Wall NCICD merupakan pembangunan tanggul pemecah ombak/breakwater besar yang mengelilingi Teluk Jakarta dan hasil reklamasi 17 pulau.Bagian selatan tanggul akan menjadi waduk raksasa dengan ketinggian permukaan air di bawah ketinggian permukaan air laut di luar tanggul, sehingga memudahkan sungai mengalirkan air dari permukaan tanah ke laut. Untuk membiayainya, di bagian depan/utara tanggul akan 5 dikembangkan waterfront city yang berdiri di atas lahan reklamasi berbentuk burung Garuda. Waterfront city tersebut akan berisi CBD, kawasan industri IT, permukiman untuk segala kalangan income, hingga basis nelayan yang baru. Tanggul ini direncanakan dapat melindungi Jakarta Utara dari banjir rob hingga 2080. 2.3.2. Tahapan Pengerjaan Proyek Pelaksanaan proyek reklamasi Pantai Utara Jakarta direncanakan dilakukan pada rentang tahun 2014 hingga 2050, yang dibagi menjadi beberapa tahap pengerjaan. Urutan tahap yang ada didasarkan oleh prioritas pengerjaan proyek yang mencerminkan fungsi dari proyek yang dilakukan. Tahap pengerjaan proyek reklamasi Pantai Utara Jakarta adalah sebagai berikut : Tahap 1. (2014 - 2018) Reklamasi 17 Pulau yang masing-masing pulau dikembangkan oleh pengembang tertentu. Pada tahap ini juga ada upaya untuk merevitalisasi kawasan Pluit denga membangun tanggul-tanggul. Tahap 2. (2018 - 2025) Pembuatan Off-Shore Sea Wall bagian dalam sebagai pertahanan awal dalam mengatasi banjir rob. Tahap 3. (2025 - 2040) Pembuatan pulau berbentuk garuda sebagai simbol dan Sea Wall bagian terluar yang juga berfungsi sebagai pusat yang didukung dengan jalan penghubung ke barat, selatan, dan timur pulau berbentuk garuda. Tahap 4. (2040 - 2050)Rencana jangka panjang dimana pertumbuhan ke arah timur sulit ditekan, maka akan ada reklamasi bagian timur pulau garuda sebagai penambahan luas untuk Pelabuhan Tanjung Priok dan bandar udara masa depan. 6 3. Interaksi Antara Proyek Dengan Lingkungan Yang Lebih Luas Berjalannya proyek reklamasi pantai utara Jakarta yang membuat kawasan proyek menjadi ramai dengan pekerja proyek, kapal pengangkut pasir, cahaya dan suara mesin proyek yang pastinya akan mengganggu ekosistem yang ada terutama ikan. Hal tersebut akan membuat ikan bermigrasi ke tempat yang lebih nyaman ke luar kawasan proyek atau bahkan punah. Nelayan yang tadinya dapat “melaut” di perairan yang dangkal dan dekat dengan garis pantai, mereka terpaksa harus pergi ke tempat yang lebih jauh- yang membutuhkan lebih banyak biaya -untuk mendapatkan ikan dan pihak keamanan proyek juga melarang untuk orang awan dan nelayan untuk mendekat ke kawasan proyek. Biaya menjadi lebih tinggi padahal pendapatan tidak bisa dijamin tetap. Hal itu bisa merugikan nelayan mengingat proyek ini berlangsung untuk waktu yang lama. Dikhawatirkan proyek ini akan mendapatkan perlawanan keras dari pihak nelayan ketika berlangsungnya kegiatan proyek. Ketika proyek ini sedang berlangsung penduduk DKI Jakarta akan menghindari jalan ke kawasan proyek, sehingga akan ada pergerakan yang berpindah ke jalur lain yang berpotensi melahirkan kemacetan. Penambahan wilayah DKI Jakarta melalui reklamasi akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat, dengan muculnya kawasan permukiman baru dan kesempatan bekerja baru, dan malah berpotensi menarik masyarakat dari luar Jakarta untuk datang. Dengan adanya proyek ini, akan banyak tenaga kerja lokal yang dibutuhkan. Selama pelaksanaan proyek(hingga 2040-an) pembangunan-pembangunan akan menyerap banyak tenaga kerja fisik, yang jumlahnya bisa mencapai ribuan. Material utama yang diperlukan untuk menjalankan reklamasi adalah pasir dalam jumlah yang besar. Kebutuhan pasir ini tidak dapat dipenuhi hanya dari DKI Jakarta, sehingga diperlukan pasokan dari daerah lain. Perlu diperhatikan dampak pengambilan pasir agar tidak terjadi konsekuensi yang tidak diinginkan. Seiring berjalannya proyek, semakin banyak pasir yang diambil dari beberapa wilayah. Wilayah yang menjadi sumber pengambilan pasir adalah Pulau Tunda Provinsi Banten, Perairan Provinsi Bandar Lampung, dan Perairan Pulau Bangka. Pengambilan pasir akan merusak ekosistem laut seperti hutan bakau dan terumbu sebagai tempat tinggal beberapa jenis ikan. Akibatnya ekosistem laut akan terancam dan nelayan yang mencari ikan di wilayah tersebut akan mengalami kesulitan. 7 4. Perubahan-Perubahan yang Akan Terjadi Pada bagian ini, penulis menggunakan metode scenario planning untuk melihat perubahan yang kemungkinan terjadi berdasarkan kondisi-kondisi yang mungkin terjadi. Progress proyek dan capaian tujuan proyek menjadi driving factor-nya karena semakin tinggi progress proyek semakin besar pengaruhnya ke wilayah sekitar, namun bukan faktor penentu tercapainya tujuan-tujuan proyek. 4.1. Skenario Optimis (100% progress proyek, Jakarta terhindar dari banjir air laut, dan proyek memberikan manfaat sosio-ekonomi ke masyarakat sekitar) Salah satu perubahan yang akan terjadi berkat proyek reklamasi Giant Sea Wall adalah berubahnya laut di belakang seawall menjadi teluk. Perairan yang terlindungi oleh tanggul akan memiliki ketinggian permukaan lebih rendah dari permukaan laut diluar, dan pengaturan ketinggian air difasilitasi oleh pompa di tanggul. Perairan yang berada di belakang tanggul akan dijadikan waduk tempat sungai-sungai di Jakarta bermuara(bener bermuara?) dan menjadi persediaan air bersih bagi DKI Jakarta, sehingga ekstraksi air tanah yang berlebihan dan menyebabkan penurunan permukaan tanah dapat dikurangi. Selesainya proyek giant sea wall yang merubah kondisi air asin menjadi tawar dan air asin di bagian luar tanggul menjadi air payau (brackish water) akibat dari percampuran air asin dan tawar, memaksa pelaku industri maritim untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Bentuk adaptasi yang dilakukan dapat berupa merubah bentuk kegiatan menangkap ikan menjadi penangkapan ikan atau pertanian tertutup berupa tambak yang sudah didukung oleh rencana proyek tersebut. Adapula pengembangan pusat perikanan (pengolahan dan pasar) yang dikelola oleh masyarakat nelayan. Pusat perikanan tadi diharapkan dapat merubah keadaan ekonomi masyarakat sekitar kawasan proyek yang mayoritas bekerja sebagai nelayan. Hadirnya ikon pulau garuda beserta infrastruktur yang ditawarkan disana, dapat menguatkan pull factor dari sisi migrasi. Fenomena migrasi tahunan yang sering terjadi di waktu setelah lebaran dapat meningkat lagi (pada tahun 2015, pemerintah DKI Jakarta sudah mencoba menekan angka migrasi tersebut dengan kebijakan pengecekan KTP, jika kebijakan ini berlangsung secara efektif hingga tahun 2040-an maka berhasilnya proyek ini kemungkinan kecil akan memperbesar angka migrasi. Kegiatan yang terjadi disana beragam dari bisnis ikan hingga IT (Infromasi Teknologi) dan cocok dengan karakteristik penduduk DKI Jakarta. Sehingga pendapatan penduduknya meningkat, semakin banyak orang yang bayar pajak, semakin besar pendapatan asli daerah DKI Jakarta, dan semakin banyak pembangunan yang bisa dilakukan. Namun hadirnya ikon pulau berbentuk garuda ini akan menambah “kecemburuan sosial” di wilayah lain terutama luar Pulau Jawa, meningkatkan potensi konflik. 8 4.2. Skenario Moderat 1 (Progress 100% dan Jakarta Utara terhindar banjir rob, namun tidak mendatangkan manfaat sosio-ekonomi) Pada skenario ini, pembangunan reklamasi beserta giant sea wall selesai dan berhasil mencegah datangnya banjir air laut hingga tahun x (?). Sehingga masyarakat DKI Jakarta dapat beraktivitas dengan semestinya walaupun ketika musim hujan. Jalan-jalan di DKI Jakarta menjadi memiliki umur yang lebih lama begitu pula infrastruktur lainnya yang dulunya mudah rusak karena terkena air laut. Selesainya masalah banjir juga dapat membuat Pemerintah DKI Jakarta lebih fokus ke permasalahan lainnya. Hadirnya Pelabuhan Tanjung Priok baru dan Bandar udara baru di kawasan reklamasi, mempermudah pergerakan orang maupun barang dari dan keluar DKI Jakarta. Tetapi karena reklamasi yang merusak ekosistem laut dalam periode pengerjaan proyek yang lama, mengakibatkan ikan-ikan sulit ditemukan di perairan sekitar giant sea wall terluar. Pembangunan tambak sebagai salah satu solusi juga sulit karena kondisi air yang tidak sesuai dengan habitat ikan-ikan yang sebelumnya hidup disana. Akibatnya nelayan kehilangan pekerjaan mereka, dan mungkin hanya dapat bertani rumput laut saja (yang sudah pasti keuntungannya berkurang dari sebelumnya). Petani rumput laut semakin banyak, suplai rumput laut semakin banyak harga rumput laut di pasaran semakin murah, dan pendapatan petani berkurang. Yang tidak berpindah profesi menjadi pengangguran.Proyek 17 pulau reklamasi baru yang dikerjakan oleh pengembang swasta menjadikan infrastruktur yang disediakan di pulau tersebut, eksklusif hanya untuk konsumen mereka saja. Sehingga tidak memberikan manfaat ke masyarakat Pantai Utara Jakarta. banyaknya infrastruktur yang dulunya ditawarkan dapat mendatangkan pendatang dari luar Jakarta Utara, dan kalau tidak diimbangi dengan pembangunan perumahan yang terjangkau dapat memunculkan perumahan kumuh yang menjadi masalah baru. 4.3. Skenario Moderat 2 (Progress 50% (sampai 17 pulau saja) , mendatangkan manfaat sosio-ekonomi) Pada skenario ini, pembangunan hanya sampai kepada reklamasi 17 pulau. Giant Sea Wall tidak terbangun karena keterbatasan dana. Pada skenario ini, jika hanya dilakukan pembangunan 17 pulau dan tidak dilakukan hal lain. Pembangunan kawasan permukiman dan bisnis di pulau baru berhasil dan dapat memberikan kontribusi baru pada perekonomian Jakarta dan nasional. Kegiatan ekonomi di pulau reklamasi dapat mengakomodasi masyarakat dari seluruh tingkat pendapatan walaupun dengan kapasitas terbatas. Nelayan pun dapat diakomodasi dengan cara dipindahkan ke bagian depan pulau, walaupun diperlukan skema pembiayaan yang dapat meyakinkan pengembang untuk memberi ruang. Karena pembangunan Giant Sea Wall tidak terlaksana, perlu solusi lain untuk menyelamatkan Jakarta dari banjir rob. Dapat dilakukan pembangunan tanggul laut baru yang lebih tinggi di sepanjang garis pantai eksisting, atau pembangunan tanggul laut di sepanjang jajaran pulau reklamasi. Selain 9 itu, karena pembuatan waduk tidak terlaksana, diperlukan pula solusi untuk menyediakan air bersih bagi Jakarta dan pulau-pulau reklamasi, di mana ekstraksi air tanah di Jakarta sudah menyebabkan penurunan muka tanah yang menyebabkan rob itu sendiri ada. 4.4. Skenario Pesimis (Progress <50%, Jakarta Utara tidak terhindar dari banjir rob, dan tidak mendatangkan manfaat sosio-ekonomi yang signifikan bagi masyarakat Pantai Utara Jakarta) Dalam skenario ini, proyek bisa dianggap gagal. Bisa karena adanya peninjauan ulang terhadap kerusakan ekosistem yang tidak sebanding dengan manfaatnya, atau kemampuan ekonomi DKI Jakarta sedang turun akibat dari adanya bencana atau hal spontan yang tidak diinginkan dan diprediksi sebelumnya ataupun protes. Sehingga proyek dihentikan sebelum proyek 17 pulau selesai. Yang ada hanyalah beberapa pulau baru karena diberikan izin terlebih dahulu dibandingkan pulau lainnya. Pulau-pulau yang selesai adalah pulau yang dikerjakan oleh pengembang swasta. Akibatnya lebih banyak manfaat infrastruktur yang ditawarkan ke konsumen ketimbang dengan masyarakat Pantai Utara Jakarta untuk keperluan balik modal. Pada skenario ini, laut sudah sedikit tercemar karena proyek berhenti ditengah jalan akibatnya nelayan sulit mendapatkan ikan dan secara langsung menurunkan pendapatan, meningkatkan kemiskinan. 10 5. Prospek Pada bagian terakhir ini akan dipaparkan mengenai pengalaman (Historical Analysis) mengatasi banjir air laut yang dilakukan oleh Belanda, yang juga ikut bekerjasama di perencanaan proyek reklamasi ini. yang Setelah memahami pengalaman reklamasi sebelumnya, dapat diketahui manfaat dan tantangan kedepannya yang akan dihadapi oleh proyek reklamasi Pantai Utara Jakarta. Zuiderzee Works(Zuiderzeewerken) Sejak sebelum abad pertengahan, orang Belanda, terutama yang berada di daerah pantai sudah terbiasa membuat lembah buatan(terp) untuk melindungi desa dan lahan pertanian mereka dari gelombang laut, karena permukaan tanah yang rendah. Selanjutnya mereka pun mempelajari untuk menghubungkan terp-terp dan membuat tanggul laut. Mereka pun menemukan cara untuk menyelamatkan lahan yang sudah tercampur dengan air laut, yaitu dengan menggunakan pompa yang digerakkan oleh kincir angin, sehingga menjadi kering dan dapat digunakan untuk bertani. Lahan yang diselamatkan ini disebut polder. Salah satu masalah terbesar yang dihadapi orang Belanda adalah Zuiderzee, yaitu laut yang menjorok berupa teluk di sebelah utara Belanda.Walaupun Teluk Zuiderzee memberikan manfaat berupa perikanan dan akses kapal, ia pun membawa bahaya. Jika terjadi badai di sebelah utara perairan Zuiderzee akan meluap dan melewati, bahkan merusak tanggul-tanggul di pantai. Banjir yang mengikuti dapat melahap ratusan hingga ribuan korban. Pada akhir abad 19, Cornelis Lely, insinyur Belanda, membuat rencana untuk membuat bendungan besar yang akan menutup Zuiderzee dan mengubahnya menjadi danau. Di dalam danau baru pun akan dibuat (direklamasi) polder-polder yang dapat digunakan sebagai lahan pertanian. Pada 1913, Lely menjabat sebagai Menteri Transportasi dan Pekerjaan Umum dan mencoba mewujudkan rencananya. Namun, rencana tersebut mendapat penolakan dari berbagai pihak, seperti pihak nelayan yang khawatir mata pencahariannya di teluk tersebut hilang, pihak yang khawatir bahwa pulau(reklamasi)polder justru menaikkan permukaan laut, sampai pihak yang khawatir dengan biaya proyek. Namun, setelah terjadi badai yang menghancurkan tanggul-tanggul pantai di Zuiderzee pada 1916, rencana tersebut mulai mendapatkan dukungan. Pada 1918 pun proyek tersebut dimulai, dan bendungan utama yang menutup teluk, Afsluitdijk, selesai pada 1932. Teluk Zuiderzee pun diubah menjadi danau bernama Ijsselmeer dan tambahan seperti jalan, gerbang kapal, dan pintu air dibangun. Pada 1967, polder reklamasi terakhir, Flevoland-Selatan, selesai dibangun. Empat pulau reklamasi digunakan kebanyakan sebagai lahan pertanian. Bendungan tambahan juga dibuat di tengah danau dan selesai pada 1975. 11 Gambar 6 Reklamasi Teluk Zuiderzee, Belanda. Pembuatan tanggul dan reklamasi lahan di teluk Zuiderzee memberikan berbagai manfaat, di antaranya: ● Penanggulangan gelombang laut - Tanggul laut dapat menghalau gelombang laut berkat badai dari Laut Utara dan membuat danau dengan ketinggian permukaan lebih rendah di belakang tanggul, mengurangi banjir yang menerjang pinggiran teluk. ● Penambahan lahan - 4 pulau/polder reklamasi memiliki luas total 2318 kilometer persegi dan mayoritas digunakan sebagai lahan pertanian, menambah produksi pertanian dan lahan tempat tinggal. ● Akses - Tanggul pun sekaligus menjadi jembatan penyebrangan, meningkatkan aksesibilitas antar wilayah yang awalnya terpisah oleh teluk. ● Sumber air bersih - laut yang diubah menjadi danau air tawardapat digunakan sebagai sumber air bersih. Reklamasi yang dilakukan di teluk Zuiderzee, Belanda dan rencana reklamasi di teluk Jakarta memiliki beberapa kemiripan. Rencana reklamasi sama-sama dibuat untuk menanggulangi banjir yang terjadi karena gelombang air laut dan permukaan tanah yang rendah. Rencana pun berupa tanggul yang memotong teluk dan menjadikan teluk sebagai danau dan membuat pulau reklamasi di dalamnya. Dalam proses perencanaan, terdapat protes dari kelompok nelayan dan kelompok lain yang mengkhawatirkan isu lingkungan lainnya. Namun, ada pula beberapa perbedaan. Salah satunya adalah perbedaan sumber masalah. Di teluk Zuiderzee, banjir gelombang terjadi karena teluk menghadap ke lautan samudra yang rentan badai, sehingga mendorong air laut ke teluk dan menghasilkan 12 gelombang yang merusak. Di teluk Jakarta, banjir rob diakibatkan oleh menurunnya permukaan tanah akibat ekstraksi air tanah yang berlebihan, sehingga banjir rob dapat terjadi walaupun hanya karena pasang biasa. Ini pun diperparah dengan fenomena pemanasan global yang meningkatkan ketinggian permukaan air laut. Pembangunan pulau reklamasi pun berbeda pelakunya. Dalam Zuiderzeewerken, pulau reklamasi dibangun oleh pemerintah sehingga penggunaan lahan pun dapat ditetapkan oleh pemerintah, dan di sana dijadikan lahan pertanian. Reklamasi 17 pulau di Indonesia dilakukan oleh pengembang swasta, sehingga penggunaan lahan pun tergantung swasta, dan pemerintah hanya bisa mencoba memberi arahan melalui peraturan. Jika terjadi manfaat reklamasi yang bisa didapat oleh Teluk Jakarta kurang lebih akan sama dengan reklamasi teluk Zuiderzee, namun ada pula perbedaan dalam aspek-aspek tertentu, seperti: ● Penambahan lahan - Berbeda dengan penambahan lahan di teluk Zuiderzee yang digunakan untuk pertanian, penambahan lahan berkat reklamasi teluk Jakarta akan digunakan untuk permukiman, perkantoran, bisnis, dan infrastruktur bandara dan pelabuhan--yang sah-sah saja dilakukan jika tujuannya begitu. Namun, pembiayaan yang diperlukan lebih besar sehingga perlu menggandeng pihak lain, dan perlu dilakukan kompromi terkait kebijakan. ● Sumber air tawar - Pembuatan tanggul raksasa dapat membuat waduk raksasa di belakangnya dan menjadikannya berpotensi sebagai sumber air bersih, namun sebelum itu perlu dilakukan penanggulangan terhadap pencemaran sungai-sungai yang akan bermuara di waduk tersebut. 13 Daftar Pustaka Sumber Utama : Draft Masterplan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) 2014 Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 121 Tahun 2012 Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 146 Tahun 2014 Sumber Lainnya : http://www.jpnn.com/read/2016/04/18/385925/Mau-Tahu-Asal-Pasir-untuk-ReklamasiTeluk-Jakartahttp://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/20/07231661/Asal.Pasir.Reklamasi.Dipertany akan http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/07/09474751/Ini.Asalusul.Pasir.dan.Tanah.untuk.Reklamasi.di.Teluk.Jakarta http://www.tribunnews.com/metropolitan/2016/05/11/pekerja-di-pulau-c-dan-d-mengeluhkarena-proyek-dihentikan’ http://www.unmuseum.org/7wonders/zunderzee.htm http://deweijerhof.nl/uploads/files/Visions/zuiderzeeworks.htm 14