BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia Komputasi berkembang begitu pesat terutama karena penerapannya dalam membantu desain, kajian teoritis dan pemodelan secara in silico. Dalam Kimia komputasi, penelitian dilakukan dengan menggunakan hasil kimia teori dan eksperimen yang diterjemahkan ke dalam program komputer untuk menghitung sifat-sifat molekul dan perubahannya maupun melakukan simulasi terhadap sistem molekul yang kemudian dapat diterapkan pada sistem kimia nyata. Salah satu metode kimia komputasi yang banyak digunakan dalam desain molekul adalah kajian analisis Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas (HKSA). HKSA merupakan kajian secara kuantitatif yang menghubungkan antara sifat fisikokimia seri struktur senyawa yang diperoleh dari hasil perhitungan teoritis menggunakan program kimia komputasi terhadap aktivitas biologisnya. Korelasi yang paling baik selanjutnya digunakan untuk mengembangkan model matematis untuk memprediksi aktivitas biologis senyawa yang dikaji. Desain senyawa baru melalui analisis HKSA bermanfaat untuk menghilangkan faktor coba-coba, menghemat waktu dan biaya serta mengurangi pemakaian bahanbahan kimia yang dapat mencemari lingkungan. Analisis HKSA dapat diaplikasikan dalam bidang pertanian untuk mendesain senyawa insektisida baru yang berguna untuk membasmi hama tanaman. Penelitian-penelitian tentang sintesis dan aplikasi senyawa insektisida baru perlu dikembangkan untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam bidang pertanian. Penelitian untuk menemukan senyawa baru khususnya yang bersifat aktif sebagai insektisida sangat diperlukan terutama terkait dengan fenomena kasus senyawa-senyawa insektisida yang resisten terhadap hama serangga (Insecticide Resistance Action Committee, 2012). Salah satu senyawa yang aktif sebagai insektisida adalah senyawa ftalamida mengandung hidrazon (FMH) yang telah diteliti oleh Liu dkk. (2010). Senyawa ini cukup aktif untuk mengendalikan jenis serangga Myzus persicae. Mekanisme kerja dari senyawa ini adalah dengan cara menghambat pelepasan ion Ca2+ melalui intraseluler Ryanodine Receptor (RyR) yang diperlukan dalam proses 1 2 kontraksi otot. Mekanisme ini berbeda dengan senyawa-senyawa insektisida konvensional lainnya yang mempunyai mekanisme kerja dengan cara menyerang sistem syaraf. Penelitian sebelumnya hanya melakukan sintesis dan uji aktivitas secara eksperimen, oleh sebab itu perlu dilakukan analisis HKSA terhadap seri senyawa insektisida turunan FMH untuk dikembangkan sebagai senyawa insektisida baru yang mempunyai aktivitas insektisida lebih tinggi. Metode kimia komputasi yang digunakan untuk memodelkan senyawa turunan FMH dalam penelitian ini dipilih metode semiempirik karena untuk sistem kimia yang besar seperti senyawa organik waktu yang dibutuhkan untuk perhitungan lebih cepat serta hasil yang diperoleh relatif akurat. Pada penelitian ini, perhitungan deskriptor dilakukan menggunakan metode semiempirik Parameterized Model 6 (PM6). Metode ini dipilih karena mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam melakukan koreksi kesalahankesalahan terhadap tolakan antar inti dan ikatan hidrogen sebagaimana yang telah digunakan dalam metode semiempirik sebelumnya seperti Austin Model 1 (AM1) dan Parameterized Model 3 (PM3), sehingga hasil perhitungan yang diperoleh lebih akurat (Stewart, 2007). HKSA dikaji menggunakan metode kemometri dengan basis perhitungan linier dan nn-linear. Metode kemometri dengan basis perhitungan linier menggunakan metode regresi multilinear (Multiple Linier Regression/MLR) dan regresi komponen utama (Principal Component Regression/PCR), sedangkan untuk basis perhitungan nn-linear menggunakan metode Jaringan Syaraf Tiruan/JST (Artificial Neural Network/ANN). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, dapat dirumuskan beberapa masalah yang dikaji dalam penelitian ini: 1. Apakah penggunaan metode semiempirik PM6 merupakan metode yang lebih baik untuk pemodelan senyawa turunan FMH dibandingkan metode semiempirik sebelumnya seperti AM1 dan PM3 2. Deskriptor apa yang berpengaruh terhadap aktivitas insektisida (log LC50) senyawa turunan FMH. 3 3. Substituen jenis apa yang sebaiknya digunakan agar diperoleh senyawa baru turunan FMH dengan aktivitas insektisida prediksi yang lebih baik dari senyawa FMH yang ada. 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Melakukan pemodelan molekul senyawa FMH menggunakan metode AM1, PM3 dan PM6 untuk menghitung deskriptor elektronik, hidrofobik dan sterik. 2. Menentukan deskriptor yang mempunyai pengaruh terhadap aktivitas insektisida (log LC50) senyawa turunan FMH menggunakan hasil perhitungan semiempirik PM6 dengan analisis HKSA. 3. Mengkaji turunan senyawa FMH sebagai insektisida melalui analisis HKSA menggunakan metode MLR, PCR dan JST. 4. Mendesain senyawa baru turunan FMH yang diprediksi akan mempunyai aktivitas insektisida lebih tinggi terhadap M. persicae berdasarkan model HKSA. 1.4 Manfaat 1. Memberikan informasi mengenai senyawa insektisida turunan FMH yang mempunyai aktivitas yang tinggi terhadap M. persicae. 2. Membantu dalam desain senyawa insektisida baru dari turunan FMH sehingga mempermudah pelaksanaan sintesis di laboratorium, menghemat tenaga, biaya serta mengurangi hewan uji. 3. Mengurangi tingkat pencemaran lingkungan dari bahan-bahan kimia dengan merekomendasikan senyawa prediksi untuk mengurangi faktor trial and error sehingga dapat mngurangi penggunaan bahan kimia. 4. Memberikan sumbangsih pemikiran dan memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang kimia dan agrokimia.