Perancangan Komunikasi Visual Multimedia Website

advertisement
BAB II
DATA DAN ANALISA
2.1 Sumber Data
Data di dapat dengan menggunakan metode kualitatif. Data kulaitatif merupakan data
dalam bentuk :
 Wawancara dengan salah satu dokter di rumah sakit
 Pencarian informasi melalui buku mengenai penyakit skizofrenia
 Pencarian informasi dari website – website kedokteran
2.2 Hasil Wawancara
2.2.1 Wawancara dengan dr. Surjono Winasto. MSC
Penyakit skizofrenia adalah penyakit mental yang dipicu oleh banyak
faktor, biasa mereka mulai mendapatkan penyakit ini pada masa
pertumbuhan antara umur 13 – 18 tahun. Yang menyababkan seorang orang
tua harus lebih peduli pada anak mereka pada masa ini. Karena pada masa
ini mereka paling rentan mendapatkan tekanan dan depresi dan tidak
memberitahukannya kepada orang tua mereka.
Pasien dengan penyakit ini dapat kembali melakukan kagiatan normal
dengan diberikan perawatan dan minum obat. Namun apabila mendapatkan
tekanan yang berat maka akan timbul lagi. Jadi penyakit ini tidak dapat
disembuhkan namun dapat diredam.
2.3 Data Umum
Skizofrenia adalah diagnosis psikiatri yang menggambarkan gangguan mental
yang ditandai oleh kelainan dalam persepsi atau ungkapan realitas. Distorsi
persepsi dapat mempengaruhi semua lima indera, termasuk penglihatan,
pendengaran, rasa, bau dan sentuhan, tapi paling sering bermanifestasi sebagai
halusinasi pendengaran, delusi paranoid atau aneh, atau pidato teratur dan
berpikir dengan disfungsi sosial atau pekerjaan yang signifikan. Timbulnya
gejala biasanya terjadi pada dewasa muda, dengan sekitar 0,4-0,6% dari populasi
yang terkena. Diagnosa didasarkan pada yang dilaporkan sendiri pasien
pengalaman dan perilaku yang diamati. Tidak ada tes laboratorium untuk
skizofrenia saat ini ada.
Studi menunjukkan bahwa genetika, lingkungan awal, neurobiologi, proses
psikologis dan sosial merupakan faktor penyumbang penting; beberapa obat
rekreasi dan resep tampak menyebabkan atau memperburuk gejala. Penelitian
psikiatri saat ini difokuskan pada peran neurobiologi, tapi tidak ada penyebab
organik tunggal telah ditemukan. Sebagai hasil dari kombinasi banyak
kemungkinan gejala, ada perdebatan tentang apakah diagnosis merupakan suatu
kelainan tunggal atau sejumlah sindrom diskrit. Untuk alasan ini, Eugen Bleuler
3
4
disebut penyakit schizophrenias (jamak) ketika ia menciptakan nama itu.
Meskipun etimologinya, skizofrenia adalah tidak sama dengan gangguan
identitas disosiatif, sebelumnya dikenal sebagai gangguan kepribadian ganda
atau kepribadian ganda, yang telah keliru bingung.
Peningkatan dopamin aktivitas di jalur mesolimbic otak secara konsisten
ditemukan pada individu skizofrenia. Andalan pengobatan obat antipsikotik,
obat jenis ini terutama bekerja dengan menekan aktivitas dopamin. Dosis
antipsikotik yang umumnya lebih rendah daripada di dekade awal penggunaan
mereka. Psikoterapi, dan rehabilitasi kejuruan dan sosial juga penting. Dalam
kasus yang lebih serius - di mana ada resiko untuk diri dan orang lain - rawat
inap paksa mungkin diperlukan, walaupun tetap rumah sakit kurang sering dan
untuk waktu yang lebih pendek daripada mereka di masa sebelumnya.
Kelainan ini diduga terutama mempengaruhi kognisi, tetapi juga biasanya
memberikan kontribusi untuk masalah kronis dengan perilaku dan emosi. Orang
dengan skizofrenia cenderung memiliki tambahan (komorbiditas) kondisi,
termasuk depresi mayor dan gangguan kecemasan; terjadinya penyalahgunaan
zat seumur hidup adalah sekitar 40%. Masalah sosial, seperti jangka panjang,
kemiskinan pengangguran dan tunawisma, yang umum. Selanjutnya, rata-rata
harapan hidup orang dengan gangguan tersebut adalah 10 sampai 12 tahun
kurang daripada mereka yang tidak, karena meningkatnya masalah kesehatan
fisik dan tingkat bunuh diri lebih tinggi.
2.4 Data Khusus
2.4.1 Beranda
2.4.1.1 Perkenalan
5
Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang akan
membebani masyarakat sepanjang hidup penderita, dikarakteristikan
dengan disorganisasi pikiran, perasaan, dan perilaku. Skizofren
merupakan salah satu penyakit yang paling menghancurkan
kehidupan penderitanya karena mempengaruhi setiap aspek dari
kehidupannya.
Seorang yang menderita skizofrenia akan mengalami gangguan
dalam pembicaraanyang terstruktur, proses atau isi pikir dan gerakan
serta akan tergantung pada orang lain selama hidupnya.
Penilaian dan manajemen dalam penatalaksanaan pasien skizofrenia
perlu dilakukan dengan menentukan diagnosis yang lebih akurat dan
pilihan pengobatan yang lebih efektif dan efisien dengan
mempertimbangkan banyak aspek.
lni memberikan harapan hasil yang lebih baik seperti gangguan
fungsi yang dialami oleh pasien mengalami perbaika n, kualitas
hidup penderita menjadi lebih baik, dan penderitaan emosional yang
dialami oleh pasien dan anggota keluarga berkurang
Mengetahui aspek biologi dari skizofrenia sangat membantu kita
dalam aplikasi klinis, sehingga terapis dapat mengetahui patologi
intrakranial, prediksi yang terjadi pada pasien, dan monitoring
respons obat. Mengetahui psikofarmakologi dalam hal ini obat-obat
antipsikotik generasi kedua penting untuk mengetahui keuntungan
dalam keamanan dan efikasi pengobatan dibandingkan obat-obat
antipsikotik generasi pertama
2.4.1.2 Sejarah
EMIL KRAPEILIN
Menyebut istilah skizofrenia dengan Demensia Prekoks (demensia
yang terjadi pada usia dull) ditandai dengan proses kognitif yang
makin lama makin memburuk dan disertai dengan gejala klinis
berupa halusinasi dan waham.
EUGEN BLEULER
Memperkenalkan istilah Skizofrenia, karena gangguan ini
menyebabkan terjadinya perpepecahan antara pikiran, emosi, dan
perilaku.
Menurut Eugen Bleuler ada 4 gejala fundamental (primer) untuk
skizofrenia, yaitu :
1. Asosiasi terganggu (terutama kelonggaran
assosiasi).
2. Afektif terganggu
3. Autisme
4. Ambivalensi
Konsep ini yang dikenal dengan 4 A yaitu : assosiasi, afek, autisme,
dan ambivalensi.
6
Gejala pelengkap (sekunder) untuk skizofrenia menurut Bleuler
adalah waham dan halusinasi.
Perbedaan konsep antara Bleuler dengan Kraepelin terletak pada
perburukan proses kognitif penderita skizofrenia.
GABRIEL
LANGFELD
1. Membagi gejala psikotik menjadi 2 kelompok :
True Schizophrenia (Nuclear Schizophrenia/ Non remisi
skizofrenia/ skizofrenia proses). Pada kelompok ini dijumpai
adanya depersonalisasi, autisme, emosi tumpul dan derealisasi.
Onset biasanya terjadi secara perlahanlahan
2. Psikosis Skizofreniform (schizofrenic- like psychosis)
Kriteria diagnosis menurut Langfeldt :
Kriteria Simptom
Merupakan petunjuk penting untuk mendiagnosis suatu skizofrenia
(dapat digunakan apabila tidak ditemukan adanya tanda-tanda
berupa gangguan kognitif, infeksi, atau intoksikasi).
Kriteria perjalanan penyakit
Menurut Langfeldt diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan bila
perjalanan penyakit pada penderita tersebut telah diikuti selama
kurang Iebih 5 tahun.
2.4.2 Fakta penyakit
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Skizofrenia mempunyai prevalensi sebesar 1% dari populasi di dunia
(rata-rata 0,85%).
Angka insidens skizofrenia adalah 1 per 10.000 orang per tahun.
Prevalensi skizofrenia berdasarkan jenis kelamin, ras dan budaya
adalah sama. Wanita cenderung mengalami gejala yang Iebih ringan,
Iebih sedikit rawat inap dan fungsi social yang Iebih balk di
komunitas dibandingkan laki-laki.
Onset skizofrenia pada laki-laki terjadi lebih awal dibandingkan pada
wanita.
Onset puncak pada laki-laki terjadi pada usia 15-25 tahun sedangkan
pada wanita terjadi pada usia 25-35 tahun.
Skizofrenia jarang terjadi pada penderita berusia kurang dari 10 tahun
atau Iebih dari 50 tahun.
Pengobatan skizofrenia pada penderita yang berusia antara 15-55
tahun kira-kira hanya sebanyak 90%.
Individu yang didiagnosis dengan skizofrenia 60-70 % tidak pernah
menikah.
Penderita skizofrenia 25-50% berusaha untuk bunuh diri dan 10%nya
berhasil melakukan bunuh diri.
2.4.3 Penyebab penyakit
7
2.4.3.1. Model Diatesis Stres
Menurut teori ini skizofrenia dapat timbul karena adanya integrasi
antara faktor biologis, .faktor psikososial dan lingkungan.
Seseorang yang rentan (diatesis) jika dikenai stresor akan lebih
mudah untuk menjadi skizofrenia.
Faktor genetik mempunyai peranan dalam terjadinya suatu
skizofrenia. Ada 7 gen yang mempengaruhi perkembangan
skizofrenia. Kembar identik di pengaruhi oleh gen sebesar 28%
sedangkan pada kembar monozygot dan kembar dizygot
pengaruhnya sebesar 1,8-4,1%. Skizofrenia kemungkinan berkaitan
dengan kromosom 1, 3, 5, 11 dan kromosom X. Penelitian genetik
ini dihubungkan dengan COMT (Catecho/-0- Methyl Transferase)
dalam encoding dopamin sehingga mempengaruhi fungsi dopamin.
Faktor pencetus dan kekambuhan dari skizofrenia dipengaruhi oleh
emotional turbulent families, stressful life events, diskriminasi, dan
kemiskinan. Lingkungan emosional yang tidak stabil mempunyai
risiko yang besar pada perkembangan skizofrenia. Stresor sosial
juga mempengaruhi perkembangan suatu skizofrenia. Diskriminasi
pada komunitas minoritas mempunyai angka kejadian skizofrenia
yang tinggi. Skizofrenia lebih banyak didapatkan pada masyarakat
di lingkungan perkotaan
2.4.3.2. Faktor Neurobiologis
Perkembangan saraf awal selama masa kehamilan ditentukan oleh
asupan gizi selama hamil (wanita hamil yang kurang gizi
mempunyai risiko anaknya berkembang menjadi skizofrenia) dan
trauma psikologis selama masa kehamilan.
Pada masa kanak disfungsi situasi sosial seperti trauma masa kecil,
kekerasan, hostilitas dan hubungan interpersonal yang kurang
hangat diterima oleh anak, sangat mempengaruhi perkembangan
neurologikal anak sehingga anak lebih rentan mengalami
skizofrenia dikemudian hari.
Penelitian saat ini melihat adanya perbedaan struktur dan fungsi
dari daerah otak pada penderita skizofrenia. Dengan Positron
Emission Tomography (PET) dapat terlihat kurangnya aktivitas di
daerah lobus frontal, dimana lobus frontal itu sendiri berfungsi
sebagai memori kerja, penurunan dari aktivitas metabolik frontal
dihubungkan dengan perjalanan penyakit yang lama dan gejala
negatif yang lebih berat. Penderita skizofreniz memiliki kadar
fosfomonoester (PME) yang lebiF rendah dan kadar fosfodiester
(PDE) yang tinggi dibandingkan nilai normal. Konsentras fosfat
inorganik menurun dan konsentrasi ATF meningkat. Hal ini
disebabkan karena terjadinyz hipofungsi di daerah korteks frontal
dorsolateral.
8
Pemeriksaan dengan menggunakan PET me nunjukkan gejala
negatif memiliki abnormalita! metabolik yang lebih besar di daerah
sirkuit fron tal, temporal dan serebelar dibandingkan dengar
penderita skizofrenia dengan gejala positif. Menurun nya atensi
pada penderita skizofrenia berhubungar dengan hipoaktivitas di
daerah korteks singula anterior. Retardasi motorik berhubungan
dengar hipoaktivitas di daerah basal ganglia.
Gangguan berbicara dan mengekspresikar emosi berhubungan
dengan rendahnya metabo lisme glukosa di area Brodmann 22
(kortek bahasa asosiatif sensoris), area Brodmann 4: (transkortikal),
area Brodmann 45 dan 44 (pre motorik), area Brodmann 4 dan 6
(motorik).
Gejala positif berhubungan dengan pening katan aliran darah di
daerah temporomedial, se dangkan gejala disorganisasi
berhubungan dengai peningkatan aliran darah di daerah kortek
singulat dan striatum.
Halusinasi sering berhubungan dengan perubahan aliran darah di
regio hipokampus, parahipokampus, dan amigdala.
2.4.4 GEJALA PENYAKIT
2.4.4.1.Gejala Positif
Simptom positif tidak hanya ditemukan pada penderita skizofrenia
tetapi bisa juga didapatkan pada gangguan lainnya misalnya pada
gangguan bipolar, gangguan skizoafektif, depresi psikotik,
demensia Alzheimer atau demensia lain maupun pada drug induced
psikosis.
2.4.4.2. Gejala Negatif
Simptom negatif terdiri dari 5 tipe gejala, yaitu :
a. Affective Flattening
Ekspresi emosi yang terbatas, dalam rentang dan intensitas.
b. Alogia
Keterbatasan pembicaraan dan pikiran, dalam kelancaran dan
produktivitas.
c. Avolition
Keterbatasan perilaku dalam menentukan tujuan.
d. Anhedonia
Berkurangnya minat dan menarik diri dari seluruh aktifitas yang
menyenangkan dan biasa dilakukan oleh penderita.
e. Gangguan atensi.
Suatu gejala dapat dikatakan simptom negatif apabila ditemukan
adanya penurunan fungsi normal pada penderita skizofrenia
seperti afek tumpul, penarikan emosi (emotional withdrawal)
dalam berkomunikasi, rapport yang buruk dengan lingkungan
9
sekitarnya, bersikap menjadi lebih pasif, dan menarik diri dari
hubungan sosial.
2.4.4.3. Gejala Agresif dan Hostile
Simptom agresif dan hostilitas pada penderita skizofrenia dapat
tumpang tindih dengan simptom positif. Simptom ini menekankan
pada masalah pengendalian impuls.
Hostilitas pada penderita skizofrenia bisa berupa penyerangan
secara fisik atau verbal terhadap orang lain di lingkungan
sekitarnya, maupun dalam bentuk fisik atau kata-kata yang kasar.
Termasuk dalam simptom agresif dan hostilitas adalah perilaku
yang rnencelakakan diri sendiri (suicide), merusak barang orang
lain, atau seksual acting out.
Simptom agresif dan hostile selain didapatkan pada penderita
skizofrenia, dapat juga terjadi pada gangguan bipolar, ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder), gangguan perilaku
(conduct disorder), psikosis pada anak, demensia Alzheimer, dan
gangguan kepribadian.
2.4.4.4. Gejala depresi dan anxious
Simptom depresi dan axious pada penderita skizofrenia sering kali
didapatkan bersamaan dengan simptom lain seperti mood yang
terdepresi, mood cemas, rasa bersalah (guilt), tension, irritabilitas,
atau kecemasan.
Simptom depresi dan anxious tidak hanya merupakan suatu tanda
dari gangguan depresi mayor, tetapi dapat juga terjadi pada
gangguan lain seperti ganggguan bipolar, skizofrenia, skizoafektif,
depresi dengan penyebab organik, atau depresi psikotik, gangguan
mood dan psikotik yang resisten dengan pengobatan.
2.4.5 Diagnosis penyakit
2.4.5.1 Kriteria Diagnostik Skizofrenia :
1. Disfungsi sosial atau pekerjaan
2. Durasi: gangguan terus menerus selama 6 bulan
3. Disingkirkan gangguan skizoafektif dan gangguan mood
4. Disingkirkan gangguan pengunaan zat atau kondisi medis umum
5. Jika terdapat gangguan perkembangan pervasif, diagnosis
tambahan skizofrenia dibuat bila waham dan halusinasi menonjol
2.4.5.2 Subtipe skizofrenia
1. Tipe Katatonik
Terdapat 2 atau lebih gejala berikut ini :
1.
Immobilitas motorik (berupa katalepsi, waxy fleksibilitas, atau
10
2.
3.
4.
5.
6.
stupor).
Aktivitas motorik yang berlebihan, tetapi tidak memiliki tujuan
dan tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal.
Negativisme yang ekstrim, mutisme.
Gerakan volunter yang aneh, seperti yang ditunjukkan oleh
posturing, gerakkan stereotipik, manerisme atau grimacing
(seringai) yang menonjol.
Ekolalia atau ekopraksia.
2. Tipe Disorganisasi (Hebefrenik)
Semua kriteria di bawah ini terpenuhi, yaitu :
1. Menonjolnya disorganisasi bicara dan perilaku, afek datar
atau afek tidak sesuai
2. Kriteria skizofrenia tipe katatonik tidak terpenuhi.
3. Tipe Paranoid
Semua kriteria di bawah ini terpenuhi, yaitu :
1. Preokupasi dengan waham atau halusinasi dengar yang
menonjol
2. Kriteria skizofrenia tipe disorganisasi tidak terpenuhi.
4. Tipe Tidak Tergolongkan (Undifferentiated Type)
Tidak memenuhi kriteria untuk tipe paranoid, disorganisasi, atau
pun tipe katatonik.
5. Tipe Residual
1. Tidak terdapat waham, halusinasi, disorganisasi bicara,
perilaku katatonik atau disorganisasi perilaku yang menonjol.
2. Terdapat terus menerus gangguan seperti yang ditunjukkan
oleh adanya gejala negatif atau dua atau lebih gejala dari
kriteria A dari skizofrenia dalam bentuk yang lebih ringan
(misalnya keyakinan yang aneh, peng alaman persepsi yang
tidak lazim).
6. Tipe Simpleks (Gangguan Deterioratif Sederhana)
Kriteria diagnostik :
Perkembangan yang bersifat progresif dan sudah berlangsung
minimal 1 tahun, dapat berupa :
1. Penurunan yang nyata dalam fungsi pekerjaan atau akademik
2. Penampakan dan pendalaman secara bertahap dari simptom
negatif
3. Rapport interpersonal yang buruk, isolasi sosial atau
penarikan sosial
2.4.6 Pengobatan penyakit
2.4.6.1 Terapi psikososial
Penderita skizofrenia perlu ditatalaksana secara integrasi, balk dari
aspek psikofarmakologis (terapi somatik) dan aspek psikososial.
11
Hal ini berkaitan dengan tiap penderita skizofrenia merupakan
seseorang dengan sifat individual, memiliki keluarga dan sosial
psikologis yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan gangguan
bersifat kompleks karena itu perlu penanganan dari beberapa
modalitas terapi.
Penatalaksanaan yang diberikan secara komprehensif pada
penderita skizofrenia menghasilkan perbaikan yang lebih optimal
dibandingkan penatalaksanaan secara tunggal.
Penatalaksanan psikososial umumnya lebih efektif diberikan pada
saat penderita berada dalam fase perbaikan dibandingkan pada fase
akut. Penatalaksanaan psikososial meliputi psikoterapi individual,
terapi kelompok, terapi keluarga, rehabilitasi psikiatri, latihan keterampilan sosial, dan manajemen kasus.
Psikoterapi individual yang diberikan pada penderita skizofrenia
bertujuan sebagai promosi terhadap kesembuhan penderita atau
mengurangi penderitaan pasien. Psikoterapi ini terdiri dari faSe
awal difokuskan pada hubungan antara stres dengan gejala, fase
menengah difokuskan pada relaksasi dan kesadaran untuk
mengatasi stres, kemudian fase lanjut difokuskan pada inisiatif
umum dan keterampilan di masyarakat dengan mempraktekkan apa
yang telah dipelajari.
Psikoterapi kelompok meliputi terapi suportif, terstruktur dan
anggotanya terbatas, umumnya antara 3-15 orang. Kelebihan terapi
kelompok adalah kesempatan untuk mendapatkan umpan batik
segera dari teman kelompok, dan dapat mengamati respons
psikologis, emosional, dan perilaku penderita skizofrenia terhadap
berbagai sifat orang dan masalah yang timbul.
Terapi keluarga bertujuan untuk memberikan pengetahuan
mengenai skizofrenia. Materi yang diberikan berupa pengenalan
tandatanda kekambuhan secara dini, peranan dari pengobatan,
antisipasi dari efek samping pengobatan, dan peran keluarga
terhadap penderita skizofrenia.
Rehabilitasi psikiatri bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
penderita skizofrenia dalam hal merawat diri sendiri, bekerja, menikmati kesenangan, berhubungan dengan orang lain dan keluarga.
Dengan demikian dapat meningkatkan kemandirian penderita
dalam masyarakat. Rehabilitasi psikiatri diharapkan terjadi
perubahan menuju perbaikan dari ketidakmampuan, meningkatkan
kemampuan baru yang menjadi penyebab kelemahan,
memanipulasi lingkungan agar dapat lebih memberi dukungan serta
meningkatkan fungsi.
12
Penatalaksanaan terapi psikososial lainnya pada penderita
skizofrenia berupa pelatihan keterampilan sosial dan hidup mandiri,
manajemen diri terhadap pengenalan gejala dan medikasi,
2.4..6.2 Terapi psikofarma
Penyembuhan terapi somatik tergantung dari keadaan pasien
ketika datang dalam fase apa, jika dalam fase akut perlu
penangganan yang segera. Penangganan pada fase akut lebih
difokuskan untuk menurunkan simptom psikotik yang berat,
umumnya setelah dilakukan pengobatan selama 4 — 8 minggu
dengan menggunakan obat antipsikotik pasien dapat masuk dalam
fase stabilisasi.
Psikopatologi penderita skizofrenia mempunyai tiga dimensi yang
paling sering di perhatikan yaitu simptom positif, negatif dan
disorganisasi. Simptom positif meliputi halusinasi, ideas of
reference, dan waham. Simptom ini membutuhkan perawatan
pasien dan umumnya mengganggu kehidupan pasien. Simptom
negatif meliputi motivasi yang menurun, emosi yang tumpul dan
kemiskinan pembicaraan dan pikiran. Simptom ini dihubungkan
dengan gangguan dalam sosial dan pekerjaan. Simptom
disorganisasi meliputi disorganisasi pembicaraan dan perilaku, ini
menyebabkan gangguan dalam perhatian dan proses informasi.
Simptom ini dihubungkan dengan gangguan dalam sosial dan
pekerjaan.
imptom disorganisasi meliputi disorganisasi pembicaraan dan
perilaku, ini menyebabkan gangguan dalam perhatian dan proses
informasi. Simptom ini dihubungkan dengan gangguan dalam
sosial dan pekerjaan.
Obat antipsikotik sangat efektif dalam mengatasi simptomsimptom tersebut, terutama antipsikotik generasi kedua.
Pada pemberian obat antipsikotik perlu memperhatikan interaksi
obat, balk secara farmaseutikal (pembuatan atau pencampuran
obat), farmakokinetik maupun farmakodinamik.
Interaksi farmakokinetik terjadi bila suatu obat pengubah,
mempengaruhi konsentrasi plasma atau waktu paruh obat yang
diubah, dengan cara mengubah absorpsi, distribusi, metabolisme
atau eliminasi dari obat yang lain.
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi jika dua
obat atau lebih bekerja pada tempat yang sama. Interaksi obat yang
paling sering adalah interaksi farmakokinetik, melalui
metabolisme obat.
Interaksi obat akan menimbulkan perubahan konsentrasi obat di
dalam plasma sehingga dapat menyebabkan timbul efek toksik
atau malah sebaliknya efek terapeutik titlak tercapai.
13
2.5 Data Penyelenggara
Yayasan Dian Krida Utama
2.5.1 Sejarah
Pada tahun 1997 didirikanlah suatu yayasan sosial kemasyarakatan dengan
nama yayasan Dian Krida Utama, dengan tujuan untuk membantu
menangani pasien-pasien penyalahguna obat dan zat adiktif waktu itu.
Pendirian yayasan ini disahkan dengan akte Notaris No. 19 tanggal 5
Februari 1997 melalui Notaris Triphosa Lily Ekadewi SH, dengan alamat
Jl. Petogogan I No. 15 Jakarta Selatan.
Susunan pengurus Yayasan DKMU 2009-sekarang:
Pembina : dr. Sri Astuti Gunawan,
dr. Dahlia Arsyad Almatsier,
Rd Ajeng Sri Haryanti Soekanto
Pengawas : dr. Merdias Almatsier, Sp S(K)
Ketua
: dr. Jonli Judra Sp KJ
Bendahara : Husnul Hidayah
Sekretaris : dr. Satyuni W SpKJ
2.5.2 Kegiatan
Saat ini mempunyai dua unit bidang pelayanan Yayasan DKMI yaitu:
1.
Tempat penitipan pasien gangguan jiwa/mental
Merupakan suatu Panti Rehabilitasi mental yang ditangani oleh
perawat dan caregiver. Penitipan pasien adalah atas keinginan atau
permintaan keluarga karena pasien tidak dapat ditangani di rumah atau
karena menggangu lingkungan. Dalam panti ini tersedia 23 tempat
tidur untuk pasien dewasa laki-laki dan perempuan dan 4 tempat tidur
bagi usia lanjut.
2.
Praktek Dokter Psikiater
Untuk menangani pasien rawat jalan, konsultasi masalah rumah
tangga, perkawinan dsb, maupun konsultasi bagi pasien gangguan
jiwa yang dititipkan di panti rehab mental tsb.
2.6 Data Target
Demografis
 Umur : 18 – 30 tahun
 Gender : pria dan wanita
 Kelas Sosial : C - A
 Kaum urban
14
Geografis
Masyarakat di daerah perkotaan.
Psikografis
Memiliki keingginan untuk mengetahui mengenai penyakit mental.
2.7 SWOT
Strength
Website dapat diakses dengan mudah sehingga dapat memberikan informasi
penting mengenai penyakit skizofrenia kepada masyarakat Indonesia yang
semakin menigkat jumlah diagnosisnya dari 1 hingga 44.6 setiap 1000 orang.
Weakness
Website berisi informasi yang sulit dimengerti oleh orang umum karena berisi
kontent ilmiah.
Opportunity
Pemakaian internet di indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Threat
Persepesi yang tidak ingin peduli mengenai penyakit skizofrenia dan jika sakit
baru ke dokter.
Download