The Correlation Between Cell Death, Vaskularization, and Lymphocyte Reaction in Servical Cancer Squamous Cell Carcinoma Hubungan Antara Cell Death dengan Vaskularisasi dan Reaksi Limfosit Squamous Cell Carcinoma Kanker Serviks Ike Jannati Utami1, Indrayanti2 Mahasiswa Strata-1 Pendidikan Dokter UMY1 dan Bagian Patologi Anatomi FKIK UMY2 Abstract Abstrak Background: Cervical cancer is one of the health problems in women who occupy the incidence and mortality rates in the world's 4th highest with a mortality rate of more than 288,000 women each year. There are two types of cervical cancer, namely, Squamous Cell Carcinoma (SCC) and adenocarcinoma. Approximately 80% - 90% of cervical cancer is a type of SCC. Latar belakang : Kanker serviks merupakan salah satu masalah kesehatan pada perempuan yang menempati angka kejadian dan angka kematian tertinggi ke 4 di dunia dengan angka kematian lebih dari 288.000 wanita tiap tahunnya. Terdapat 2 jenis kanker serviks yaitu, Squamous Cell Carcinoma (SCC) dan adenocarcinoma. Sekitar 80% - 90% dari kanker servik adalah jenis SCC. Aims: To investigate the biological behavior of cancer cells Squamous Cell Carcinoma of the cervix types associated with cell death, vascularization, and lymphocyte reaction. Tujuan : Mengetahui biological behavior sel-sel kanker serviks jenis Squamous Cell Carcinoma berkaitan dengan cell death, vaskularisasi, dan reaksi limfosit. Methods: This study was a non-experimental crosssectional approach. The sample used was a preparation Pathology cervical cancer types SCC. The data analysis using Pearson test, with significant value of p <0.05. Metode : Desain penelitian ini adalah noneksperimental dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah preparat Patologi Anatomi penderita kanker serviks jenis SCC. Data di analisi menggunakan uji pearson, dengan nilai signifikan p < 0,05. Results: In this research obtained significant results on the correlations between cell death with vascularization (p = 0.003) and there was no significant correlations between cell death in lymphocytes (p = 0.095). Hasil : Pada penilitian ini didapatkan hasil yang signifikan pada hubungan antara cell death dengan vaskularisasi (p = 0,003) dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara cell death dengan limfosit (p = 0,095 ). Conclusion: There is a significant correlations between cell death in cervical cancer vascularity on the type of SCC. There was no significant correlations between cell death in lymphocyte reaction in cervical cancer types SCC. Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara cell death dengan vaskularisasi pada kanker serviks jenis SCC. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara cell death dengan reaksi limfosit pada kanker serviks jenis SCC. Keywords: Hypoxia Inducible Factor 1-α, Cervical Cancer, Squamous cell carcinoma, Lymphocytes. Kata Kunci : Hypoxia Inducible Factor 1-α, Cervical cancer, Squamous cell carcinoma, Limfosit. kejadian Pendahuluan dan angka kematian Kanker serviks merupakan tertinggi ke 4 di dunia dengan angka salah satu masalah kesehatan pada kematian lebih dari 288.000 wanita perempuan yang menempati angka tiap tahunnya. Sekitar 70% angka 1 kematian terjadi di negara Cell death dapat di berkembang dan angka kejadian klasifikasikan berdasarkan gambaran terbanyak morfologi terdapat sub-sahara (apoptosis, nekrosis, afrika18. Sedangkan di Indonesia autophagic atau yang berhubungan sendiri kanker servik berada di dengan urutan ke 2, disusul oleh kanker hati enzymologikal, dan saluran empedu intrahepatik, dan leukemia dan limfoma non hodgin, Bentuk utama dari kematian sel sedangkan urutan pertama adalah adalah kematian sel yang terprogram kanker payudara4. yaitu, Terdapat serviks yaitu, Carcinoma 2 jenis (SCC) kriteria aspek fungsional, imunologikal5. karakteristik apoptosis dan sangat berkontribusi pada kejadian kanker, kanker Squamous mitosis), gangguan autoimun, infeksi dan Cell gangguan generatif15. dan adenocarcinoma. Sekitar 80% - 90% Kematian sel juga dapat dari kanker servik adalah jenis SCC. diakibatkan oleh hipoksia jaringan SCC yang yang nantinya akan memicu hypoxia- berkembang di sel squamous yang inducible factor-1 (HIF-1). Adanya melapisi HIF-1 juga dapat mengendalikan adalah kanker bagian permukaan dari exocervix dan adenocarcinoma transkripsi vascular endhotelial adalah kanker yang berkembang dari growth factor (VEGF ) (Mazure, et produksi al., 2010). Adanya VEGF maka akan mukus sel gland di endocervix1 2 terbentuklah neovaskularisasi, neovaskularisasi memiliki efek ganda pada pertumbuhan tumor : rancangan yang digunakan adalah Perfusi menyalurkan nutrien dan cross sectional. Artinya, tiap subyek oksigen, dan sel endotel yang baru penelitian hanya diobservasi sekali terbentuk merangsang pertumbuhan saja sel terhadap status karakter atau variabel tumor disekitarnya dengan mengelurakan berbagai polipeptida2. Hal lain pengukuran dilakukan subyek pada saat peneltian15. harus Populasi target adalah Populasi yang diperhatikan adalah jumlah limfosit. menjadi sasaran akhir penerapan Pada hasil penelitian. kondisi yang dan neoplastik tubuh memiliki sistem pertahanan imunitas Populsi pada penelitian ini yang akan menghancurkan antigen adalah preparat pulasan HE dari sel (benda asing) ditubuh karena, tubuh endotel kanker serviks yang diambil sendiri mempresentasikan sel yang dari : sudah terinfeksi sebagai benda asing 1) yang harus dihancurkan . Sel sistem endotel imun yang ada ditubuh terdiri dari Limfosit T, Limfosit Preparat pulasan HE dari sel kanker didapatkan B, dari serviks yang Laboratorium Patologi Anatomi AMC Yogyakarta Makrofag,interleukin (IL) dan sel dari bulan Januari 2013 sampai April natural killer11. 2014 Metode 2) Penelitian ini adalah jenis Preparat pulasan HE dari sel endotel penelitian kuantitatif analitik dengan didapatkan 3 kanker dari serviks yang Laboratorium Patologi Anatomi Cito Yogyakarta Yogyakarta dari bulan September dari bulan Januari 2013 sampai April 2014 – Januari 2015. Sampel diambil 2014 dari preparat yang telah dibaca dan Sedangkan, Preparat pulasan HE telah dihitung. Kemudian sampel dari sel endotel kanker serviks tidak tersebut diubah diolah dan dianalisis dapat dibaca dikeluarkan dari sampel meggunakan pearson. penelitian. Hasil Variabel bebas pada 1. Analisis Univariat penelitian ini adalah vaskularisasi dan reaksi limfosit. Karakteristik Sedangkan, Melihat adalah cell death. Alat-alat yang adalah Serviks karakterisrik Kanker Berdasarkan usia Berdasarkan Usia variabel terikat pada penelitian ini digunakan Kanker Serviks mikroskop, menggunakan uji crosstabs, akan counter, laptop, optic lap, rekam terlihat persentase kejadian kanker medis, dan preparat pulasan HE dari serviks berdasarkan diferensiasi dan sel endotel kanker serviks. usia. Hasil crosstabs dapat terlihat Penelitian ini telah dilakukan di Universitas pada Tabel 2 berikut: Muhammadiyah Tabel 2. Karakteristik responden kanker serviks berdasarkan usia Rentang Usia < 60 ≥60 Total Diferensiasi Frekuensi (n) 24 0 24 Sedang Persentase (%) 100% 0% 100% 4 Diferensiasi Frekuensi (n) 9 6 15 Buruk Persentase (%) 60% 40% 100% Berdasarkan Tabel 2 dapat sedang pada rentang usia < 60 dilihat, persentase pasien kanker berjumlah 9 orang, sedangkan pada serviks sedang usia ≥60 berjumlah 6 orang. Hal berdasarkan rentang usia, dari 24 tersebut menunjukkan bahwa pasein pasien kanker serviks diferensiasi buruk diferensiasi yang diteliti, didapatkan pasien kanker serviks differensiasi banyak terjadi pada usia < 60 tahun. sedang pada rentang usia < 60 2. Analisis Bivariat berjumlah 24 orang, sedangkan pada a. Hubungan antara Nekrosis usia ≥60 berjumlah 0 orang. Hal dengan Limfosit. tersebut menunjukkan bahwa pasein Hubungan kanker serviks diferensiasi sedang serviks pasien diferensiasi nekrosis dengan limfosit yang terjadi banyak terjadi pada usia < 60 tahun. Persentase antara pada kanker serviks telah kanker dianalisis menggunakan uji buruk Pearson. Hasil dari uji berdasarkan rentang usia, dari 15 Pearson dapat dilihat pada pasien Tabel 3 berikut : yang diteliti, didapatkan pasien kanker serviks differensiasi Tabel 3. Nilai hubungan antara nekrosis dengan limfosit pada kanker serviks jenis SCC Mean + SD Nekrosis 9,4 ± 3,44 Limfosit 37,69 ± 12, 15 SD = Standar deviasi. Perhitungan diuji dengan Pearson. P 0,095 Pada Tabel 3, p = Nilai perbedaan yang signifikan dan signifikasi dimana jika nilai p > nilai p < 0,05 berarti memiliki 0,05 nilai perbedaan yang signifikan berarti tidak memiliki 5 didapatkan rata-rata pada pada b. Hubungan antara Nekrosis nekrosis adalah 9,4 ± 3,44 dan dengan Vaskularisasi. nilai rata –rata limfosit adalah Hubungan 37,69 ± 12, 15. Selain itu dengan limfosit yang terjadi didapatkan nilai p pada limfosit pada kanker serviks telah adalah p = 0,095 (p > 0,05) dianalisis menggunakan uji menunjukkan tidak Pearson. yang Pearson dapat dilihat pada terdapat bahwa hubungan signifikan antara nekrosis antara Hasil nekrosis dari uji Tabel 4 berikut : dengan limfosit. Tabel 4. Hubungan antara nekrosi dengan vaskularisasi pada kanker serviks jenis SCC Mean + SD 9,37 ± 3,44 1230 ± 955,59 Nekrosis Vaskularisasi P 0,003 Correlation 0,461 SD = Standar deviasi. Diuji dengan Pearson. Pada Tabel 4, p = Nilai nilai rata –rata vaskularisasi signifikasi dimana jika nilai p > adalah 1230 ± 955,59. Selain itu 0,05 didapatkan berarti tidak memiliki nilai p pada perbedaan yang signifikan dan vaskularisasi adalah p = 0,003 (p niali p < 0,05 berarti memiliki < 0,05) menunjukkan bahwa nilai perbedaan yang signifikan terdapat didapatkan rata-rata pada pada signifikan antara vaskularisasi nekrosis adalah 9,37 ± 3,44 dan dan 6 hubungan nekrosis. Arah yang dari correlation positif diekspresikan searah, pada manusia sebagai akibat dari semakin besar nilai nekrosis keadaan hipoksia intratumoral maka semakin besar pula nilai serta sebagai perubahan genetik, vaskularisasi. seperti mutasi fungsi onkogen (0,461) bernilai yang berarti (misalnya, Pembahasan dalam kanker ERBB2) dan kerugian fungsi mutasi pada gen Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui supresor tumor (misalnya, VHL biological dan PTEN)12. Dengan adanya behavior sel-sel kanker serviks terbentuknya jenis Squamous Cell Carcinoma ini menunjukkan banyaknya sel berkaitan dengan cell death, vaskularisasi, dan neovaskularisasi yang mengalami hipoksia dan ini reaksi salah limfosit. satu penyebab dari terjadinya kematian sel. Dalam ini keadaan hipoksia, HIF 1- α akan hipotesis masuk dan terakumulasi dalam bahwa terdapat hubungan antara nukleus, dimana HIF 1- α ini cell death dengan vaskularisasi merupakan tranduksi ekspresi pada kanker serviks jenis SCC. sinyal dari gen beberapa protein, Terbentuknya neovaskularisasi di antaranya adalah beberapa pada tumor diakibatkan karena protein penting bagi sel kanker adanya dalam menginduksi Pada peneliti penelitian memiliki Hypoxia Inducible peristiwa angiogenensis sel endotel9. Factor 1-α (HIF 1-α) yang 7 Faktor yang menginduksi angiogenesis adalah pertumbuhan dasar HIF-1α telah dianggap faktor sebagai penanda endogen fibroblas hipoksia. Tingginya nilai HIF- (bFGF) dan faktor pertumbuhan 1α memiliki arti yang sangat endotel penting vaskular (VEGF). terhadap prognosis Meskipun faktor angiogenesis kanker serviks. Selain itu HIF- diproduksi oleh berbagai jenis 1α sel, tapi hanya terbatas pada prakanker serviks, endometrium, pada sel endotel saja. Dari payudara, dan prostat7. beberapa penelitian faktor mempengaruhi bcl yang pembentukan menghasilkan angiogenik, tetapi menginduksi pada lesi – 2 mampu untuk mengaktifasi protein HIF 1-α dan kapiler baru. Sel tumor tidak hanya terlihat Adanya reaksi transkripsi menyebutkan bahwa tumor juga mengandung juga VEGF memediasi faktor sehingga juga yang dapat neovaskularisassi, berdampak pada pertumbuhan tumor yang lebih molekul agresif17. antiangiogenesis. Hipoksia sel tumor akan Hypoxia-inducible (HIF-1α) mengendalikan Pada membebaskan yang keadaan normal pergantian dan pembaruan sel factor-1α terjadi sesuai dengan kebutuhan akan melalui transkripsi proliferasi sel dan apoptosis di bawah pengaruh VEGF11. proto-onkogen dan gen supresor 8 tumor13. Bila terjadi gangguan angiogenik oleh bahan karsinogen yang menghambat menyebabkan angiogenesis (Takahashi et al., proto-onkogen berubah menjadi onkogen, maka akan terjadi proliferasi dan faktor yang proses 2003). sel HIF abnormal yang tidak diimbangi merupakan 1-α faktor transkripsi yang secara 16 dengan terjadinya apotosis sel . Proliferasi yang langsung berperan sebagai tidak transactivates gen penting untuk terkendali menyebabkan ukuran pertumbuhan dan metabolisme suatu neoplasma atau tumor tumor6. mencapai ukuran yang lebih besar, sehingga pembentukan Pada penelitian akhir- diperlukan akhir ini, telah banyak diteliti neovaskularisasi bahwa angiogenesis adalah salah guna mendukung nutrisi jaringan tumor baru, yaitu satu dengan menyediakan seperti IGF (Insulin like Growth PDGF, (GM-CSF) granulosit dan dikontrol keseimbangan antara yang tumor, terjadi karena ketidak seimbangan IL-1 antiangiogenesis (Robbins, 2005). Pertumbuhan tumor tempat kondusif untuk perkembangan macrophage colony stimulating factor penyebab kanker serviks. Angiogenesis menstimulasi sekresi polipeptida Factor), mekanisme antara dan faktor proangiogenesis jaringan. VEGF oleh telah faktor diidentifikasi sebagau pemicu yang paling penting 9 pada angiogenesis dengan status redoks dari sel. Melalui O2 permebialitas dan H2O2, MnSOD memiliki pembuluh darah dan mitogen peran biphasic terhadap regulasi yang memiliki efek pada sel ekpresi gen HIF 1-α, sehingga endotel. dapat menekan dampak hipoksia meningkatkan Dari studi menunjukkan digunakan terbaru CD105 sebagai pada jaringan19. dapat penanda Hipotesis spesifik pada pembuluh serviks yang baru terbentuk, yang dengan invasi berhubungan yang dibuat oleh penulis adalah terdapat hubungan antara cell death dengan vaskularisasi dan cell 14 tumor . death dengan limfosit. Sesuai Pada saat ini HIF 1-α juga telah dengan penelitian sebelumnya dikembangkan yang telah sebagai terapi adjuvant pada Ujianto terapi tumor. dilakukan (2010) oleh melaporkan Pada keadaan bahwa terdapat hubungan antara 1-α berperan jumlah limfosit dengan jaringan pengendalian tumor, semakin besar tumor respon selular. Enzim MnSOD maka semakin sedikit jumlah merupakan enzim antitoksidan limfositnya8. hipoksia, penting HIF dalam endogen yang berperan sebagai Sebukan scavenger O2 yang menghasilkan disekitar H2O2 dan O2 sehingga aktivitas MnSOD akan histologik mempengarugi prognosis 10 sel sel limfosit kanker secara memiliki nilai yang baik karena kecepatan kanker pertumbuhan yang akan sel menjadi bagian sel ini dan menurun sitokin yang berbeda dapat secara in vitro, beberapa sel memediasi respon imun. Sebagi imun di sekitar sel kanker contoh, adanya induksi dari IL- terbukti dapata membunuh sel 12 dan interferon-γ (IFN-γ), sel kanker (Banu, T CD4+ bisa berdidiferensiasi Hubungan antara menjadi limfosit yang disekitarnya 2011). banyaknya sel memproduksi Th1 dan IFN-γ. Dengan ditemukan di antara kelompok adanya induksi dari IL-4, sel T sel kanker secara histologik akan CD4+ berhubungan dengan prognosis menjadi menjadi sel Th-2 dan pada kanker serviks2. sekret IL-4, IL-5, dan IL-133. Sel imunitas dan sitokin pada kanker berdiferensiasi Sel yang berasal dari bisa thimus atau sel T berjumlah 60- penegak 70% dalam sirkulasi darah. Sel diagnosis. Di antaranya adalah T berhubungan dengan sistem sel TCD4+termasuk didalamnya imunitas sel T helper tipe 1 (Th1), sel T muncul ketika sel helper tipe 2 (Th2), CD4+ mampu bekerja sendiri. Pada sel CD25+regulatory sel T (Treg) T terdapat T cell receptor (TCR) dan sel T helper 17 (Th17). yang merupakan heterodimer Dalam situasi yang berbeda sel protein yang tersusun atas rantai digunakan T serviks bisa sebagai CD4+bisa seluler tubuh B dan tidak α dan β yang diikat disulfida. berdiferensiasi 11 TCR berguna untuk membantu 8 menunjukkan bahwa terdapat sel T mengenali suatu fragmen peradangan. protein. Selain TCR α β terdapat dibanyak jenis sel, diantaranya juga monosit, TCR δγ yang dapat sel IL-8 diproduksi mesotelial, sel mengenali molekul nonprotein endometrial, dan sel kanker dan berperan penting dalam serviks. mempertahankan imunitas atas mengaktifkan serangan yang terus menerus sinyal yang akan menuju ke oleh patogen ekstrasel. Sel T reseptor permukaan sel (IL-1 juga mengeluarkan dan IL-2). Telah diketahui IL-8 sejumlah molekul lain, seperti yang menyebabkan migrasi dan CD4 metastasis sel kanker dengan akan dan CD5. Selama Sitoksin ini akan beberapa jalur berlangsung pengenalan antigen mengatur oleh sel T, CD4 akan berikatan metalloproteinases MMP2 dan dengan Major histocompatibility MMP97. complex (MHC) kelas II dan sekresi matrix Persentase sel T dan sel saat yang bersamaan CD8 akan T berikatan dengan MHC kelsa I11. subsets di darah mengindikasikan tepi status Selain sel-sel imunitas fungsional dari sistem imun. yang telah disebutkan diatas, Dianalisis dengan cara melihat tubuh juga memiliki sel sitokin levels dari CD3+ sel T, CD4+ sel salah satunya adalah Interleukin T, CD8+ sel T, dan ratio 8 (IL-8), adanya peningkatan IL- CD4+/CD8+. 12 Persentase sel Th17 dan sel Treg meningkat tidak terdapat hubungan antara pada Pada cell death dengan vaskularisasi perkembangan kanker serviks dan reaksi limfosit. Hal ini tidak sel berkolerasi kanker Treg serviks. memiliki peranan dengan penelitian penting. Pada pasien kanker serta teori-teori yang telah ada. serviks immune toleranec akan Adapun faktor penyebab yang berkaitan mengakibatkan nilai signifikasi erat dengan pertumbuhan tumor, dan secara tidak langsung menjadi tidak bermakna yaitu : menyebabkan 1. Jumlah sampel penelitian 3 tumorigenesi . Pada yang terbatas, yaitu hanya penelitian ini terdapat 39 sampel kanker peneliti memiliki hipotesis yaitu serviks jenis SCC. Hal ini “Terdapat hubungan antara cell akan mempengaruhi hasil death dengan vaskularisasi” dari dari penelitian yang tidak hipotesis valid. ini memiliki nilai signifikan p = < 0,05 yang 2. berarti terdapat hubungan antara masih tidak teliti karena cell death dengan vaskulariasi dan hipotesis yang perhitungan lain tidak menggunakan image death degan reaksi limfosit” dari ini memiliki masih menggunakan cara manual “Terdapat hubungan antara cell hipotesis Perhitungan sampel yang 7. nilai signifikan p= > 0,05 yang berarti 13 3. Kesalahan dalam 2. Tidak terdapat hubungan perhitungan luas, baik itu yang signifikan antara cell luas luas death dengan reaksi limfosit jumlah pada kanker serviks jenis tumor, vaskularisasi, limfosit dan nekrosis pada SCC preparat. Saran Kesimpulan 1. Perlu diadakan penelitian Penelitian ini untuk dengan jumlah sampel yang mengetahui hubungan antara cell lebih banyak dan mencakup death dengan vaskularisasi dan populasi yang luas, sehingga hubungan memberikan antara dengan reaksi cell death limfosit pada jenis SCC, kanker serviks setelah dilakukan hasil yang bermakna. 2. Perlu dilakukan penelitian pembacaan lebih preparat secara mikroskopis dan lanjut mengenai Biological Behaviour dari dianalisis menggunakan program jenis SPSS dapat disimpulkan bahwa: tumor untuk mengetahui tentang reaksi 1. Terdapat hubungan yang limfosit, vaskularisasi dan signifikan antara cell death cell death. Terutama pada dengan vaskularisasi pada HIF 1α, Pada saat ini HIF kanker serviks jenis SCC 1α sudah dikembangkan 14 mulai sebagai terapi adjuvant untuk kanker. Daftar Pustaka 1. 2. 3. 4. 5. 6. 10. Mitchell, R. N., & Cotran, R.S. (2007).Jejas, adaptasi, dan kematian sel. In Kumar,. Cotran,. Robbins (Eds.), Buku Ajar Patologi Robbins (7thed.). Jakarta : EGC. Anoname.(2014). Cervical cancer risks and causes.Cancer Research UK. Diakses pada tanggal, 6 April 2014 , dari http://www.cancerresearchuk.org/cancerhelp/type/cervical-cancer/about/cervicalcancer-risks-and-causes 11. Mitchell, R. N., &Kumar, V. (2007). Penyakit Imunitas. In Kumar., Cotran., Robbins (Eds.), Buku Ajar Patologi Robbins (7thed.). Jakarta : EGC. Anoname (2007).Neoplasma. In Kumar., Cotran., Robbins (Eds.), Buku Ajar Patologi Robbins (7thed.). Jakarta : EGC. Chen, Z., Ding, J., Pang, N., Du, R., Meng, W., Zhu, Y., et al. (2013).The Th17/Treg balance and the expression of related cytokines in Uygur cervical cancer patients.BioMed Central. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(2011, Oktober). Gerakan Perempuan Melawan Kanker Serviks. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses 4 April 2014, dari http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&i d=1668 12. Semenza GL. 2003. Targeting HIF-1 for cancer therapy. Nat Rev Cancer. 3:721 – 732. 13. Silalahi J. 2006. Antioksidan dalam Diet dan Karsiogenesis. Cermin Dunia Kedokteran. 153: 42-47. 14. Stepan, D., Simionescu, C., Stepan, A., Muntean, M., & Voinea, B. (2012). VEGF and CD105 immunoexpression in squamous cervical carcinomas and associated precancerous lesions. Romanian Journal of Morphology & Embryology, 585-589. 15. Strasser, A., Cory, S., & Adams, J. M. (2011). Deciphering the rules of programmed cell death to improve therapy of cancer and other diseases. The EMBO Journal, 3667-3683. Ding, W., Wu, Y.L., Wang, Y.X., Zhu, F.F. (2014).Characterization of the MicroRNA Expression Profile of Cervical Squamous Cell Carcinoma Metastases .Asian Pacific Journal of Cancer Prevention. Kroemer, G., Galluzzi, L., Vandenabeele, P., Abrahams, J., Alnemri, E.S., Baehrecker, E.H., et al. (2009). Classification of cell death.National Institutes of Health, 3-11. 7. Liu, L. B., Xie, F., Chang, K. K., Li, M. Q., Meng, Y. H., Wang, X. H., et al. (2014). Hypoxia promotes the proliferation of cervical carcinoma cells through stimulating the secretion of IL-8. Int J Clin Exp Pathol, 575-583. 8. Ujianto, Agus. (2010) Jumlah limfosit darah tepi dan sebukan limfosit sekitar jaringan tumor pada penderita keganasan payudara yang mendapatkan injeksi vitamin C. Undip Website. 9. Maxwell, P. 2005. Hypoxia-inducible Factor As a Physiological Regulator. Experimental and Physiology. 90: 791 – 792. Diakses pada tanggal 13 Juli 2014 dari http://ep.physoc.org/content/90/6/791.full 16. Tjandra, L. 2010. Protoonkogen. FK Wijaya Kusuma Surabaya. 17. Trisciuoglio D, Gabellini C, Desideri M, Ziparo E, Zupi G, Del Bufalo D. 2010. Bcl-2 Regulates HIF-1a Protein Stabilization in Hypoxic Melanoma Cells via the Molecular Chaperone HSP90. Plos One; 5(7): e11772. 18. World Health Organization (2013, September).Human papillomavirus (HPV) and cervical cancer. Diakses 8 April 2014, dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/f s380/en/ 19. Zainuri, M., Lutfah, R. (2013). Kajian peran manganes-containing super oxide dismutase (MINSOD) dalam regulasi ekpresi hypoxia inducible factor- 1α (HIF 1-α) pada keadaan hipoksia [Abstrak]. Media penelitian dan pengembangan kesehatan. 15