Azotobacter chroococcum SEBAGAI REDUKTOR MERKURI TOKSIK (Hg2+) MENJADI MERKURI VOLATIL NON TOKSIK (Hg0) Enny ZULAIKA1* 1 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, ITS-Surabaya. *[email protected] Abstrak Merkuri merupakan logam berat yang sangat tosik dibandingkan logam berat lainnya. Beberapa genus bakteri resisten dan dapat hidup di habitat yang tercemar merkuri, satu diantaranya adalah genus Azotobacter. Salah satu mekanise resistensi Azotobacter terhadap merkuri adalah kemampuannya mereduksi merkuri (Hg2+) toksik menjadi merkuri (Hg0) volatil secara enzimatik. Tujuan penelitian adalah mengetahui resistensi Azotobacter chroococcum yang resisten HgCl2 dan mengetahui aktivitas enzim merkuri reduktase sebagai bioreduktor Hg2+ menjadi Hg0. Pengujian resistensi merkuri dilakukan dengan metode goresan agar miring yang megandung HgCl2. Aktivitas enzim merkuri reduktase dianalisis dengan metode Mercury Reductase Assay dan spektofotometri dengan panjang gelombang 340 nm. Azotobacter chroococcum resisten sampai dengan 10 mg/L HgCl2 dengan menunjukkan pertumbuhan yang optimum. Aktivitas enzim merkuri reduktase relatif tinggi dengan daya reduksi ± 2 mg/L dan efisiensi reduksi >70% pada konsentrasi 5 mg/L HgCl2. Keywords: Azotobacter, merkuri reduktase, resistensi 1. Pendahuluan Merkuri merupakan salah satu logam berat yang sangat beracun dan berbahaya walaupun dalam konsentrasi sangat rendah (Guzzi et al., 2007). Merkuri mempunyai toksisitas yang tinggi untuk semua organisme karena kekuatan afinitasnya terhadap grup thiol dalam protein, mekuri juga dapat menyebabkan kerusakan otak, kerusakan syaraf motorik, cerebral palsy, dan retardasi mental (Takeuchi & Sugio, 2006). Beberapa jenis bakteri dapat digunakan untuk mengurangi toksisitas merkuri, di antaranya genus Bacillus dan Azotobacter (Zulaika et al., 2012). Salah satu mekanisme pengurangan toksisitas merkuri secara enzimatis menggunakan enzim merkuri reduktase yang berfungsi mereduksi merkuri Hg2+ menjadi merkuri volatil Hg0 sehingga merkuri Hg2+ tidak meracuni sel bakteri (Kiyono & Pan-Hou, 2006). Azotobacter adalah salah satu genus bakteri yang banyak dijumpai di rhizosfer tanah, mampu menambat N2 bebas di atmosfer, merupakan bakteri aerob dan dapat digunakan sebagai agen biofertilizer (Salhia, 2010). Azotobacter chroococcum adalah salah satu spesies anggota genus Azotobacter, juga bersifat sebagai bakteri non simbiotik yang banyak digunakan sebagai agen biofertilizer karena mampu memfiksasi nitrogen bebas, melarutkan fosfat, dan menghasilkan hormon auksin (Rojas et al., 2011). Apakah Azotobacter chroococcum di atas juga mampu mereduksi merkuri Hg2+ menjadi merkuri volatil Hg0 yang non toksik sehingga Azotobacter chroococcum selain dapat digunakan sebagai agen biofertilizer juga sebagai agen bioremediasi merkuri. 2. Metode Penelitian Resistensi A. chroococcum terhadap merkuri Resistensi A. chroococcum terhadap merkuri dilakukan dengan menumbuhkan isolat pada media Azotobacter-agar miring yang ditambah HgCl 2 5 mg/L, 10 mg/L, dan 15 mg/L. Diinkubasi 24 jam pada suhu ruang dan diamati pertumbuhan koloninya. Isolat yang tumbuh merupakan isolat yang resisten terhadap merkuri HgCl 2. Persiapan ekstrak enzim Satu ose koloni A. chroococcum diinokulasi kedalam 10 ml nutrien broth, diinkubasi dengan rotary shaker (100 rpm) dalam suhu ruang sampai fase logaritmik. Sebanyak 3 ml kultur sel fase logaritmik diinokulasikan ke dalam 30 ml NB-HgCl2 0,1 mg/L, diinkubasi sampai fase eksponensial. Dilakukan perhitungan jumlah sel/ml dengan Haemocytometer. Selanjutnya kultur sel disentrifugasi (12000 rpm, 20 menit) pada suhu 4ºC. Supernatan dibuang dan pelet sel disuspensi dengan 30 ml PBS (Phospat Buffer Saline) pH ±7. Suspensi sel disonikasi dengan ultrasonic processor (600 watt, amplitude 50%) selama 60 detik, disentrifugasi (12000 rpm, 30 menit) pada suhu 4ºC (Ghosh et al., X - 317 1999). Supernatant sebagai ekstrak enzim dipindah secara hati-hati kedalam botol gelap yang bersih dan steril dan disimpan pada suhu -20oC (Ogunseitan, 1998). Uji aktivitas enzim merkuri reduktase Aktivitas enzim merkuri reduktase diukur dengan menambahkan ekstrak enzim kedalam larutan MRA (Mercury Reduktase Assay), perbandingan 1:1. Larutan MRA terdiri dari 50 mM larutan PBS pH ± 7; 0,5 mM EDTA; 0.1% (v/v) β-mercaptoethanol, 100 µM NADH, 0,2 mM, MgSO 4 dan HgCl2 (Ogunseitan, 1998). HgCl2 yang ditambahkan adalah 5, 10 dan 15 mg/L. Inkubasi dilakukan selama 0, 30, 60, dan 120 menit pada suhu ruang. Pengukuran aktivitas enzim merkuri redukatase menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang λ 340 nm (Zeroual et al., 2003). Sebagai kontrol adalah larutan MRA tanpa penambahan ekstrak enzim yang diinkubasi 0 menit. Satu unit aktivitas enzim merkuri reduktase didefinisikan sebagai jumlah µM NADH yang teroksidasi per jumlah sel permenit dengan satuan µM NADH/jumlah sel/menit (Zeroual et al., 2003). Pengukuran aktivitas enzim merkuri redukatse dilakukan menggunakan kurva standar NADH. Perhitungan HgCl2 tereduksi (mg/L) Keterangan : N 1.000.000 271,59 1000 = (N µM/1.000.000) x 271,59 x 1000 = NADH teroksidasi = konversi M menjadi µM = massa relatif HgCl2 = konversi gram menjadi mg Perhitungan Hg2+ tereduksi (mg/L) = (Ar Hg/Mr HgCl2) x mg/L HgCl2 tereduksi Keterangan: Ar: massa atom relatif Hg (= 200,59) Mr: massa molekul relatif HgCl 2 (= 271,59) 3. Hasil dan Pembahasan Azotobacter chroococcum mampu tumbuh pada media nutrien agar HgCl 2 sampai dengan 15 mg/L (Gambar 1). Hal ini menunjukkan Azotobacter chroococcum merupakan bakteri resisten merkuri. Bakteri dinyatakan resisten terhadap merkuri jika mampu tumbuh pada medium yang mengandung merkuri lebih dari 5 mg/L (De et al., 2008). a b (A) c (B) Gambar 1. (A) Koloni yang tumbuh pada media Nurien Agar-HgCl2. (B) % koloni yang tumbuh (tanda panah menunjukkan arah pertumbuhan koloni) Isolat bakteri yang resisten terhadap merkuri merupakan isolat yang potensial digunakan sebagai agensia bioremediasi pencemaran merkuri. Tingkat adaptasi suatu bakteri terhadap senyawa merkuri berperan penting untuk menentukan kemampuan bakteri dalam mendegradasi senyawa merkuri dari lingkungannya. Secara umum ada dua kemampuan resistensi bakteri terhadap merkuri yaitu mekanisme enzimatis dan mekanisme biosorpsi (Rehman et al., 2007). X - 318 Satu unit aktivitas enzim merkuri reduktase didefinisikan sebagai jumlah NADH yang teroksidasi per jumlah sel permenit (µM NADH/jumlah sel/menit) (Zeroual et al., 2003). Aktivitas enzim merkuri reduktase dari Azotobacter chroococcum ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Aktivitas merkuri reduktase, NADH teroksidasi, Hg 2+ tereduksi dan Efisiensi reduksi Hg 4 HgCl2 (mg/L) Aktivitas mer-red (x10 ) 9 (unit/10 sel/menit), diinkubasi (menit) NADH teroksidasi (µM), diinkubasi (menit) 2+ Hg tereduksi (mg/L) 2+ Efisiensi reduksi 2+ Hg (%) 30 60 120 30 60 120 30 60 120 30 60 120 5 22 12 6 13,32 14,73 15,12 2,67 2,95 3,03 72 80 82 10 18 11 6 10,74 13,15 13,49 2,20 2,64 2,71 29 36 37 15 18 11 5 10,98 12,77 12,77 2,15 2,56 2,56 20 23 23 Enzim merkuri reduktase memerlukan koenzim NADPH untuk mereduksi Hg 2+ menjadi Hg . Beberapa strain bakteri dapat menggunakan NADH sebagai koenzim. Substrat yang digunakan untuk mereduksi Hg2+ menjadi Hg0 dalam penelitian ini adalah NADH. Berdasar tabel 1 di atas, semakin lama waktu inkubasi, aktivitas enzim merkuri reduktase semakin rendah. Hal ini dikarenakan substrat semakin berkurang, substrat hanya diberikan satu kali dengan konsentrasi 100 µM sehingga NADH semakin habis dalam pengikatan enzim dan substrat. Dari ketiga waktu inkubasi aktivitas enzim merkuri reduktase paling efektif pada waktu inkubasi 30 menit, pada keseluruhan konsentrasi HgCl 2 yang diberikan. Enzim merkuri reduktase akan mereduksi ion merkuri anorganik menjadi elemental merkuri yang volatil, FAD menggunakan NADPH sebagai donor elektron (Fox & Walsh, 1982). NADPH dan NADH mempunyai fungsi yang sama sebagai donor elektron dengan potensial reduksi pada NADPH sebesar -0,320 volt dan NADH sebesar -0,315 volt sehingga kemolarannya sama yaitu 0,000622 µM (Voet& Voet, 1990). Jumlah NADH yang teroksidasi semakin tinggi maka jumlah HgCl2 yang tereduksi juga akan semakin besar, begitu pula dengan Hg 2+ yang tereduksi. Hal ini menunjukkan NADPH atau NADH sebagai donor elektron berperan dalam reaksi enzimatis reduksi Hg2+ menjadi Hg0 (Gambar 2) 0 (a) X - 319 (b) (c) (d) Gambar 2. a. Aktivitas merkuri reduktase, b. NADH teroksidasi, c. Hg2+ tereduksi dan d. Efisiensi reduksi Hg2+ pada Azotobacter chroococcum X - 320 Berdasar gambar 2 di atas, secara umum efisiensi reduksi Hg2+ relatif tinggi pada konsentrasi 5 mg/L yaitu di atas 70% pada semua waktu inkubasi dan akan menurun efisiensinya ketika konsentrasi HgCl 2 menjadi 10 mg/L dan 15 mg/L. Pada bakteri resisten merkuri, mekanisme reduksi Hg2+ menjadi Hg0 secara enzimatis disebabkan adanya gen mer operon yaitu gen merA yang menyandi enzim merkuri reduktase (Brown et al., 2003). Ativitas enzim merkuri reduktase membutuhkan koenzim NADPH atau NADH sebagai reduktor atau sebagai donor elektron yang akan diberikan ke Hg2+ sehingga tereduksi menjadi Hg0 (Essa et al., 2002). 4. Kesimpulan Azotobacter chroococcum resisten terhadap merkuri (II) dan secara enzimatis dapat mereduksi merkuri (II) menjadi merkuri (0) volatil dengan efisiensi reduksi di atas 70% pada pemaparan 5 mg/L HgCl2 Daftar Pustaka Brown, N.L., Shih, Y.C., Leang, C., Glendinning, K.J., Hobman, J.L. and Wilson, J.R. (2003): Mercury Transport and Resistance, Biochemical Society Transactions, Vol 30, No. 4, pp. 715-718. De, J., Ramaiah, N. and Vardanyan, L. (2008): Detoxificatin of Toxic Heavy Metals by Marine Bateria Highly Resistant to Mercury, Marine Biotechnology, Vol. 10, pp. 471–477. Ghosh, S., Sadhukhan, P.C., Chaudhuri, J., Ghosh, D.K. and Mandal, A. (1999): Puriļ¬cation and Properties of Mercuric Reductasse from Azotobacter chroococcum. Journal of Applied Microbiology, Vol. 86, pp. 7–12. Guzzi, G. P. & La-Porta, C.A.M. (2007): Molecular Mechanisms Triggered by Mercury, Review, Toxicology, Vo. 244, pp. 1 – 12. Kiyono, M. & Pan-Hou, H. (2006): Genetic Enginering of Bacteria for Environmental Remediation of Mercury. Journal of Health Science, Vol. 52, No. 3, pp. 199 - 204. Ogunseitan, O.A. (1998): Protein Method for Investigating Mercuric Reductase Gene Expression in Aquatic Environments, Applied and Environmental Microbiology, Vol. 64, No. 2, pp. 695-702. Rehman, A., Ali, A., Muneer, B. and Shakoori, A.R. (2007) Resistance and Biosorption of Mecury by Bcateria Isolated from Industrial Effluents, Pakistan J. Zool., Vol. 39, No. 3, pp. 137-146. Salhia, B. M. (2010): The Effect of Azotobacter chrococcum as Nitrogen Biofertilizer on the growth and yield of Cucumis Sativus. Thesis Master of Biological Sciences Botany. The Islamic University, Gaza. Takeuchi, F. and Sugio, T. (2006). Volatilization and Recovery of Mercury from Mecury Pluted Soils and Wastewater Using Mercury Resistant Acidithiobacillus ferrooxidans strains SUG 2-2 and MON-1, Research Microbiology, Vol. 152, pp. 503–514. Voet, D. and Voet. (1990): Biochemistry. New York: J Wiley. 1223p. Fox, B. and Walsh, C.T. (1982): Mercuric Reduktase. Purification and Characterization of a Transposon-encoded Flavoprotein Containing an Oxidation Reductionactive Disulfide, Journal Biology Chemistry, Vol. 257, pp. 2498-2503. Zeroual, Y., Moutaouakkil A., Dzairi F.Z., Talbi M., Chung P.U., Lee K., and Blaghen M. (2003): Purification and Characterization of Cytosolic Mercuric Reductase from Klebsiella pneumonia. Annalys of Microbiology, Vol . 53, pp. 149-160. Zulaika, E., Sembiring, L. & Soegianto, A. (2012): Characterization and dentification of Mercuryresistant Bacteria from Kalimas River Surabaya-Indonesia by Numerical Phenetic Taxonomy, Journal Basic Applied Science Research, Vol. 2, No. 7, pp. 7263 - 7269. X - 321 a b c