BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA(PDB) ORDE SATU PDB orde satu dapat dinyatakan dalam: 𝑑𝑦 = 𝑓(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑥 atau dalam bentuk: 𝑀(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 + 𝑁(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 = 0 Penyelesaian PDB orde satu dengan integrasi secara langsung Jika PDB dapat disusun dalam bentuk 𝑑𝑦 𝑑𝑥 = 𝑓 (𝑥) , maka persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan integrasi sederhana. Contoh1: maka 𝑑𝑦 = 3𝑥 2 − 6𝑥 + 5 𝑑𝑥 𝑦 = ∫(3 𝑥 2 − 6𝑥 + 5)𝑑𝑥 = 𝑥 3 − 3𝑥 2 + 5𝑥 + 𝑐 Contoh2: 𝑥 𝑑𝑦 = 5𝑥 3 + 4 𝑑𝑥 maka 𝑑𝑦 4 = 5𝑥 2 + 𝑑𝑥 𝑥 sehingga 𝑦 = 5 3 𝑥 + 4𝑙𝑛 𝑥 + 𝑐 3 Nilai c tidak dapat ditentukan kecuali jika dalam persamaan di atas diberi keterangan syarat (sebuah nilai y untuk x tertentu). Solusi dengan nilai konstanta sembarang atau c disebut solusi umum/primitif, sedangkan solusi disebut khusus jika nilai c dapat dihitung. Contoh3: Tentukan solusi khusus persamaan berikut jika y=3 untuk x=0: 𝑒𝑥 𝑑𝑦 = 4 𝑑𝑥 Penyelesaian 𝑒𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑦 = 4 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 = 4𝑒 −𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 maka 𝑦 = ∫ 4𝑒−𝑥 𝑑𝑥 = −4𝑒−𝑥 + 𝑐 dengan mengetahui y=3 untuk x=0 dapat dihitung nilai c yaitu 𝑦 = −4𝑒−𝑥 + 𝑐 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 3 = −4 + 𝑐 ; 𝑐 = 7 sehingga solusi khusus adalah: 𝑦 = ∫ 4𝑒−𝑥 𝑑𝑥 = −4𝑒−𝑥 + 7 Penyelesaian PDB orde satu dengan pemisahan variabel Jika persamaan diferensial berbentuk 𝑑𝑦 𝑑𝑥 = 𝑓(𝑥, 𝑦), yaitu persamaan yang ruas kanannya dapat dinyatakan sebagai perkalian atau pembagian fungsi x dan fungsi y, maka penyelesaian PD dengan cara memisahkan variabelnya sehingga faktor’y’ bisa kita kumpulkan dengan ‘dy’ dan faktor’x’ dengan ‘dx’. contoh: selesaikan PD berikut 𝑑𝑦 = (1 + 𝑥)(1 + 𝑦) 𝑑𝑥 maka jika kita pisahkan berdasarkan variabelnya menjadi: 1 𝑑𝑦 = (1 + 𝑥)𝑑𝑥 (1 + 𝑦) jika kita integrasikan kedua ruas menjadi: ∫ 1 𝑑𝑦 = ∫(1 + 𝑥)𝑑𝑥 (1 + 𝑦) 𝑙𝑛(1 + 𝑦) = 𝑥 + 1 2 𝑥 + 𝑐 2 Persamaan Homogen substitusi y=vx tinjau persamaan diferensial berikut: 𝑑𝑦 𝑥 + 3𝑦 = 𝑑𝑥 2𝑥 persamaan di atas tidak dapat diselesaikan dengan cara memisahkan variabelnya. Dalam hal ini kita lakukan substitusi y =vx, dengan v adalah fungsi x. Sehingga penyelesaiannya: dari y = vx dideferensialkan menjadi 𝑑𝑦 𝑑𝑣 = 𝑣 +𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 sehingga 𝑥 + 3𝑦 1 + 3𝑣 = 2𝑥 2 Persamaan sekarang menjadi: 𝑣 +𝑥 𝑥 𝑑𝑣 1 + 3𝑣 = 𝑑𝑥 2 𝑑𝑣 1 + 3𝑣 1 + 𝑣 = −𝑣 = 𝑑𝑥 2 2 2 1 𝑑𝑣 = 𝑑𝑥 1+𝑣 𝑥 kedua ruas diintegrasikan menjadi: ∫ 2 1 𝑑𝑣 = ∫ 𝑑𝑥 1+𝑣 𝑥 2𝑙𝑛(1 + 𝑣) = 𝑙𝑛𝑥 + 𝑐 (1 + 𝑣)2 = 𝑐. 𝑥 substitusi v=y/x didapatkan 𝑦 (1 + )2 = 𝑐. 𝑥 𝑎𝑡𝑎𝑢 (𝑥 + 𝑦)2 = 𝑐. 𝑥 3 𝑥 Persamaan Linier dalam bentuk Untuk PD yang berbentuk 𝒅𝒚 𝒅𝒙 𝒅𝒚 𝒅𝒙 + 𝑷𝒚 = 𝑸 + 𝑷𝒚 = 𝑸 dengan P dan Q fungsi x atau konstanta maka penyelesaian PD dengan mengalikan kedua ruas dengan faktor integrasi 𝑒 ∫ 𝑃𝑑𝑥 . Contoh, selesaikan PD berikut: 𝑑𝑦 − 𝑦 =𝑥 𝑑𝑥 Penyelesaian dari persamaan diperoleh P = -1 dan Q = x faktor integrasinya 𝑒 ∫ 𝑃𝑑𝑥 = 𝑒 −𝑥 jika kedua ruas persamaan dikalikan dengan 𝑒 −𝑥 maka: 𝑒 −𝑥 ( 𝑒 −𝑥 𝑑𝑦 – 𝑦) = 𝑒 −𝑥 (𝑥) 𝑑𝑥 𝑑𝑦 − 𝑒 −𝑥 . 𝑦 = 𝑒 −𝑥 . 𝑥 𝑑𝑥 𝑑 −𝑥 {𝑒 𝑦} = 𝑒 −𝑥 . 𝑥 𝑑 {𝑒 ∫ 𝑃𝑑𝑥 . 𝑦} = 𝑒 ∫ 𝑃𝑑𝑥 . 𝑥 = 𝑒 ∫ 𝑃𝑑𝑥 . 𝑄 𝑑𝑥 sehingga penyelesaiannya ∫ 𝑑(𝑒 −𝑥 𝑦) = ∫ 𝑒 −𝑥 . 𝑥𝑑𝑥 𝑒 −𝑥 . 𝑦 = −𝑒 −𝑥 . 𝑥 + ∫ 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥 = −𝑒 −𝑥 . 𝑥 − 𝑒 −𝑥 + 𝑐 𝑦 = −𝑥 − 1 + 𝑐 /𝑒 −𝑥 dari contoh di atas jika faktor integrasi 𝑒 ∫ 𝑃𝑑𝑥 = 𝜇, maka PD linier orde satu bisa dinyatakan dalam bentuk 𝑑 (𝜇. 𝑦) = 𝜇. 𝑄 𝑑𝑥 dengan bentuk di atas, penyelesaiannya menjadi: 𝜇. 𝑦 = ∫ 𝜇𝑄 𝑑𝑥 + 𝑐 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑦. 𝑒 ∫ 𝑃𝑑𝑥 = ∫ 𝑒 ∫ 𝑃𝑑𝑥 . 𝑄 𝑑𝑥 + 𝑐 Persamaan Bernoulli berbentuk PD yang berbentuk 𝑑𝑦 𝑑𝑥 𝒅𝒚 𝒅𝒙 + 𝑷𝒚 = 𝑸 𝒚𝒏 + 𝑃𝑦 = 𝑄 𝑦 𝑛 dengan P dan Q fungsi x atau konstanta diselesaikan dengan cara: Pertama, membagi kedua ruas dengan 𝑦 𝑛 sehingga persamaan menjadi 𝑦 −𝑛 𝑑𝑦 + 𝑃 𝑦1−𝑛 = 𝑄 𝑑𝑥 Kedua, misalkanlah 𝑧 = 𝑦 1−𝑛 sehingga 𝑑𝑧 𝑑(𝑦 1−𝑛 ) 𝑑𝑧 𝑑𝑦 = → = (1 − 𝑛) 𝑦 −𝑛 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 supaya suku pertama didapat 𝑑𝑧 𝑑𝑥 maka persamaan pertama dikalikan (1- n) didapat: (1 − 𝑛)𝑦 −𝑛 𝑑𝑦 + (1 − 𝑛)𝑃 𝑦1−𝑛 = (1 − 𝑛)𝑄 𝑑𝑥 𝑑𝑧 + 𝑃1 . 𝑧 = 𝑄1 (𝑃𝐷 𝐿𝑖𝑛𝑖𝑒𝑟) 𝑑𝑥 dengan P1 dan Q1 fungsi x atau konstanta. Persamaan terakhir dapat diselesaikan dengan faktor integrasi. Setelah diperoleh penyelesaian untuk z, dengn substitusi 𝑧 = 𝑦 1−𝑛 kita dapatkan y. contoh, selesaikan PD berikut: 𝑑𝑦 𝑦 + = 𝑥. 𝑦 2 𝑑𝑥 𝑥 penyelesaian kedua ruas dibagi 𝑦 2 menjadi 𝑦 −2 𝑑𝑦 𝑦 −1 + = 𝑥 𝑑𝑥 𝑥 misalkan 𝑧 = 𝑦 1−𝑛 , n=2 sehingga 𝑧 = 𝑦 −1 dan supaya suku pertama didapat 𝑑𝑧 𝑑𝑥 −𝑦 −2 𝑑𝑧 𝑑𝑥 𝑑𝑦 = −𝑦 −2 𝑑𝑥 maka persamaan dikali -1, diperoleh: 𝑑𝑦 𝑦 −1 − = −𝑥 𝑑𝑥 𝑥 𝑑𝑧 𝑧 − = −𝑥 → 𝑃𝐷 𝐿𝑖𝑛𝑖𝑒𝑟 𝑑𝑥 𝑥 1 faktor integral 𝑒 ∫ 𝑃𝑑𝑥 dimana P = − 𝑥 maka 1 𝑒 ∫ 𝑃𝑑𝑥 = 𝑒 ∫ −𝑥𝑑𝑥 = 𝑒 −𝑙𝑛𝑥 = 𝑒 𝑙𝑛𝑥 −1 = 1 𝑥 bentuk umum penyelesaian PD linier didapat: 𝜇. 𝑦 = ∫ 𝑒 ∫ 𝑃𝑑𝑥 . 𝑄 𝑑𝑥 + 𝑐 sehingga 1 1 𝑧 . 𝑧 = ∫ . (−𝑥) 𝑑𝑥 + 𝑐 → = −𝑥 + 𝑐 𝑥 𝑥 𝑥 𝑧 = 𝑐𝑥 − 𝑥 2 karena 𝑧 = 𝑦 −1 maka 𝑦 −1 = 𝑐𝑥 − 𝑥 2 → 𝑦 = (𝑐𝑥 − 𝑥 2 )−1 Persamaan Diferensial Eksak PDB dalam bentuk: 𝑀(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 + 𝑁(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 = 0 dikatakan eksak jika terdapat fungsi Q(x,y), sedemikian sehingga 𝑀(𝑥, 𝑦) dan 𝛿𝑄 𝛿𝑦 𝛿𝑄 𝛿𝑥 = = 𝑁(𝑥, 𝑦). Dengan mengingat diferensial total dari fungsi Q(x, y), maka disimpulkan bahwa persamaan 𝑀(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 + 𝑁(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 = 0 eksak jika dan hanya jika: 𝛿𝑀 𝛿𝑁 = 𝛿𝑦 𝛿𝑥 Langkah-langkah untuk menyelesaikan PD Eksak adalah sebagai berikut: Langkah 1. Tuliskan PD dalam bentuk diferensial : 𝑀(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 + 𝑁(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 = 0 Langkah 2. Uji ke-eksak-an PD: 𝛿𝑀 𝛿𝑁 = 𝛿𝑦 𝛿𝑥 Langkah 3. Jika eksak, integralkan M terhadap x atau N terhadap y. Misal dipilih M, maka : 𝑄(𝑥, 𝑦) = ∫ 𝑀(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 + 𝑔(𝑦) Langkah 4. Turunkan Q terhadap y dan samakan hasilnya dengan N(x,y) 𝑁(𝑥, 𝑦) = 𝛿 (∫ 𝑀(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥) + 𝑔′ (𝑦) 𝛿𝑦 Langkah 5. Integralkan g'( y) untuk memperoleh g(y) Langkah 6. Tuliskan penyelesaian umum dalam bentuk implisit: Q(x, y) = C . Langkah 7. Tentukan C jika diberikan kondisi awal tertentu. Contoh: Selesaikan PDB 𝑑𝑦 𝑑𝑥 = − 𝑥−2𝑦 𝑦 2 −2𝑥 , y(0)=3 Penyelesaian: Langkah 1. Bentuk diferensial PD adalah : (x-2y)dx + (y2-2x)dy = 0 Langkah 2. Uji ke- eksak-an PD ini: 𝛿𝑀 𝛿𝑁 = −2 ; = −2 𝛿𝑦 𝛿𝑥 Langkah 3. Misal dipilih M untuk diintegralkan, maka : 𝑄(𝑥, 𝑦) = ∫ 𝑀(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 + 𝑔(𝑦) = ∫(𝑥 − 2𝑦)𝑑𝑥 + 𝑔(𝑦) 1 2 𝑥 − 2𝑥𝑦 + 𝑔(𝑦) 2 Langkah 4. Menyamakan turunan Q(x,y) terhadap y dengan N(x,y): 𝛿 1 2 ( 𝑥 − 2𝑥𝑦 + 𝑔(𝑦)) = 𝑦 2 − 2𝑥 𝛿𝑦 2 = 0 − 2𝑥 + 𝑔′ (𝑦) = 𝑦 2 − 2𝑥 𝑔′ (𝑦) = 𝑦2 Langkah 5. Integralkan g'( y) , diperoleh : 𝑔(𝑦) = 1 3 𝑦 3 Langkah 6. Penyelesaian umum dalam bentuk implisit Q(x,y)=c: 1 2 1 𝑥 − 2𝑥𝑦 + 𝑦 3 = 𝑐 2 3 Langkah 7. Dengan kondisi awal y(0) = 3, diperoleh C = 9, sehingga penyelesaian khususnya adalah : 1 2 1 𝑥 − 2𝑥𝑦 + 𝑦 3 = 9 2 3 Persamaan Diferensial Tak-Eksak Jika suatu PD orde satu berbentuk 𝑀(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 + 𝑁(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 = 0 mempunyai sifat: 𝛿𝑀 𝛿𝑁 ≠ 𝛿𝑦 𝛿𝑥 maka PD tersebut disebut PD Tak-Eksak. Suatu PD tak eksak dapat diubah ke PD eksak dengan mengalikan persamaan dengan suatu faktor yang tepat, yang disebut faktor pengintegralan (integrating factor). Pada bagian sebelumnya, kita mengenal faktor integral: 𝜇(𝑥) = 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 untuk menyelesaikan persamaan diferensial linier order satu dalam bentuk: 𝒅𝒚 + 𝑷(𝒙)𝒚 = 𝑸(𝒙) 𝒅𝒙 Faktor integral 𝜇(𝑥) = 𝑒 ∫ 𝑃(𝑥)𝑑𝑥 akan membawa persamaan diferensial linier order satu berbentuk 𝑑𝑦 𝑑𝑥 + 𝑃(𝑥)𝑦 = 𝑄(𝑥) menjadi PD eksak. Secara umum suatu faktor integral adalah faktor μ(x, y) dapat mengubah persamaan diferensial tidak eksak menjadi persamaan diferensial eksak. Contoh: Tunjukkan bahwa x dy + (2y − xex )dx = 0 tidak eksak, tetapi dengan mengalikan dengan faktor μ = x PD tersebut menjadi eksak. Kemudian selesaikan! Penyelesaian : Uji ke-eksak-an, 𝛿 𝛿 (2𝑦 − 𝑥𝑒 𝑥 ) = 2 𝑑𝑎𝑛 (𝑥) = 1 𝛿𝑦 𝛿𝑥 Jadi PD adalah tidak eksak. Dengan mengalikan faktor integral x diperoleh: 𝑥 2 𝑑𝑦 + (2𝑥𝑦 − 𝑥 2 𝑒 𝑥 )𝑑𝑥 = 0 → 𝑃𝐷 𝑒𝑘𝑠𝑎𝑘 𝛿𝑀 𝛿(2𝑥𝑦 − 𝑥 2 𝑒 𝑥 ) 𝛿𝑁 𝛿(𝑥 2 ) = = 2𝑥 ; = = 2𝑥 𝛿𝑦 𝛿𝑦 𝛿𝑥 𝛿𝑥 dari langkah-langkah penyelesaian PD eksak, maka: 𝑄(𝑥, 𝑦) = 𝑥 2 𝑦 − 𝑥 2 𝑒 𝑥 + 2𝑥𝑒 𝑥 − 2𝑒 𝑥 + 𝑔(𝑦) jika diketahui: 𝛿 𝑄(𝑥, 𝑦) = 𝑁(𝑥, 𝑦) 𝛿𝑦 maka 𝑥 2 + 𝑔′ (𝑦) = 𝑥 2 → 𝑔′ (𝑦) = 0 → 𝑔(𝑦) = 0 jadi solusi PD adalah: 𝑄(𝑥, 𝑦) = 𝑐 → 𝑥 2 𝑦 − 𝑥 2 𝑒 𝑥 + 2𝑥𝑒 𝑥 − 2𝑒 𝑥 = 𝑐 Menentukan Faktor Itegrasi Jika 𝑀(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 + 𝑁(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 = 0 PD tak eksak dan 𝜇(𝑥, 𝑦) faktor integrasi, maka 𝜇(𝑥, 𝑦)𝑀(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 + 𝜇(𝑥, 𝑦)𝑁(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 = 0 adalah PD eksak, sehingga 𝛿𝜇𝑀 𝛿𝜇𝑁 = 𝛿𝑦 𝛿𝑥 atau 𝛿𝜇 𝛿𝑀 𝛿𝜇 𝛿𝑁 𝑀+ 𝜇= 𝑁+ 𝜇 𝛿𝑦 𝛿𝑦 𝛿𝑥 𝛿𝑥 𝛿𝑀 𝛿𝑁 𝛿𝜇 𝛿𝜇 ( − )𝜇 = 𝑁− 𝑀 𝛿𝑦 𝛿𝑥 𝛿𝑥 𝛿𝑦 𝛿𝜇 𝛿𝜇 ( 𝑀− 𝑁) 𝛿𝑦 𝛿𝑥 𝜇=− 𝛿𝑀 𝛿𝑁 ( − ) 𝛿𝑦 𝛿𝑥 ada beberapa kasus, yaitu: (1) Faktor integrasi hanya fungsi x saja atau 𝜇(𝑥, 𝑦) = 𝜇(𝑥) maka: 𝛿𝜇 𝑁) 𝛿𝑥 𝜇=− 𝛿𝑀 𝛿𝑁 ( − ) 𝛿𝑦 𝛿𝑥 (0 − ⟺ 𝛿𝑀 𝛿𝑁 𝑁 𝛿𝜇 − = 𝛿𝑦 𝛿𝑥 𝜇 𝛿𝑥 𝛿𝑀 𝛿𝑁 ( − ) 1 𝛿𝑦 𝛿𝑥 ⟺ 𝛿𝜇 = 𝑑𝑥 𝜇 𝑁 𝛿𝑀 𝛿𝑁 − ) 𝛿𝑦 𝛿𝑥 ⟺ 𝑙𝑛𝜇 = ∫ 𝑑𝑥 𝑁 ( ⟺𝜇=𝑒 𝛿𝑀 𝛿𝑁 ( − ) 𝛿𝑦 𝛿𝑥 𝑑𝑥 ∫ 𝑁 𝛿𝑀 𝛿𝑁 Jadi jika ( 𝛿𝑦 − 𝛿𝑥 ) 𝑁 menghasilkan fungsi x saja maka 𝜇(𝑥, 𝑦) = 𝜇(𝑥). (2) Faktor integrasi hanya fungsi y saja atau 𝜇(𝑥, 𝑦) = 𝜇(𝑦) maka: Kesimpulan: Faktor integrasi ditentukan dengan menghitung 𝛿𝑀 𝛿𝑦 kemudian membaginya sehingga diperoleh fungsi yang mandiri. Contoh: 𝛿𝑁 − 𝛿𝑥 dari sini seperti contoh sebelumnya dapat ditunjukkan dengan mengalikan x pada persamaan dihasilkan PD eksak. Penerapan PDB orde satu: Trayektori Ortogonal Definisi Diketahui keluarga kurva pada bidang XY yang dinyatakan oleh persamaan F(x, y, k)= 0 dengan k = parameter. Kurva yang memotong tegak lurus kurva-kurva tersebutdinamakan trayektori ortogonal dari kurva F. Contoh Diberikan keluarga kurva y = mx dan y2 + x2 = k2 yang disajikan pada satu sistem koordinat kartesius seperti Gambar di bawah ini. Gambar Keluarga kurva y = mx dan y2 + x2 = k2. Terlihat bahwa suatu garis berpotongan dengan suatu lingkaran. Garis arah antara lingkaran (pada titik potong) dan garis adalah saling tegak lurus atau ortogonal, karena itu kedua kurva dikatakan ortogonal di titik potongnya. Dengan kata lain garis lurus y = mx adalah trayektori ortogonal dari keluarga lingkaran tersebut. Sebaliknya dapat dikatakan juga bahwa setiap lingkaran merupakan trayektori ortogonal dari garis y = mx. Langkah-langkah menentukan trayektori ortogonal untuk keluarga kurva F(x, y, k) = 0: Langkah 1. Langkah 2. Ditentukan persamaan diferensial untuk keluarga kurva, yaitu y’ = f (x, y, k ) Disubstitusikan k = F(x, y) untuk memperoleh persamaan diferensial implisit bagi F(x, y, k) = 0 berbentuk 𝑑𝑦 = 𝑓(𝑥, 𝑦) 𝑑𝑥 Langkah 3. Dituliskan persamaan diferensial yang berkaitan untuk keluarga ortogonal, yaitu 𝑑𝑦 1 = − 𝑑𝑥 𝑓(𝑥, 𝑦) Langkah 4. Diselesaikan persamaan diferensial baru. Penyelesaiannya adalah keluarga trayektori ortogonal. Contoh Tentukan keluarga trayektori ortogonal dari keluarga kurva berikut ini. y = cx2. Penyelesaian Langkah I Persamaan diferensial untuk keluarga kurva y = cx2 yaitu 𝑑𝑦 𝑑𝑥 Langkah 2 = 2𝑐𝑥 Disubstitusikan 𝑐 = 𝑦 𝑥2 untuk memperoleh persamaan diferensial implisit: 𝑑𝑦 𝑦 2𝑦 = 2 2𝑥 = 𝑑𝑥 𝑥 𝑥 Langkah 3 Persamaan diferensial untuk keluarga ortogonal yaitu 𝑑𝑦 1 1 𝑥 = − = − = − 2𝑦 𝑑𝑥 𝑓(𝑥, 𝑦) 2𝑦 𝑥 Langkah 4 Selesaikan persamaan diferensial baru 𝑑𝑦 𝑥 = − → 2𝑦𝑑𝑦 = −𝑥𝑑𝑥 𝑑𝑥 2𝑦 1 ∫ 2𝑦𝑑𝑦 = ∫ −𝑥𝑑𝑥 → 𝑦 2 = − 𝑥 2 + 𝑘1 2 2 2 2𝑦 + 𝑥 = 𝑘 Jadi, persamaan trayektori ortogonal untuk keluarga kurva y = cx2 adalah: 2𝑦 2 + 𝑥 2 = 𝑘 Penerapan PDB orde satu: Rangkaian Listrik Rangkaian listrik sederhana adalah rangkaian seri. Rangkaian ini terdiri atas: 1. suatu baterai atau generator yang menghasilkan tenaga gerak listrik (electromotive force atau e.m.f / tegangan atau potensial) sebesar E volt 2. suatu penghambat (resistor) dengan pembatas sebesar R ohm 3. suatu induktor dengan induktansi sebesar L henry. 4. suatu kapasitor dengan kapasitansi sebesar C farad Arus I yang diukur dalam Ampere adalah laju perubahan sesaat muatan Q pada kapasitor yang diukur dalam coulomb terhadap waktu, yaitu I=dQ/dt. Dari prinsip dasar kelistrikan, kita Potensial yang dihasilkan pada Potensial yang dihasilkan pada Potensial yang dihasilkan pada 𝐼(𝑡) = 𝑑𝑄 𝑑𝑡 maka 𝐸𝐶 = 1 𝑡 memperoleh: resistor adalah, ER= I.R (a) induktor adalah, EL = L. dI/dt (b) kapasitor adalah, EC = Q/C, karena: ∫ 𝐼(𝑡)𝑑𝑡 𝐶 0 (c) Hukum Kirchoff a. Jumlah aljabar arus yang mengalir ke dalam suatu simpangan adalah nol b. Jumlah aljabar potensial yang dihasilkan sepanjang suatu loop tertutup adalah nol. RANGKAIAN RL Untuk rangkaian RL seperti Gambar di atas dan berdasarkan hukum tegangan Kirchoff serta (a) dan (b), diperoleh: 𝑑𝐼 𝐿 + 𝑅. 𝐼 = 𝐸(𝑡) (𝑑) 𝑑𝑡 Kasus A. Jika E(t) = E0 (konstanta), maka dari (d) diperoleh PD: 𝑑𝐼 𝑅 𝐸0 + .𝐼 = 𝑑𝑡 𝐿 𝐿 PD diselesaikan dengan faktor integral yaitu: 𝑅 𝐼(𝑡) = 𝑒 − ∫ 𝐿 𝑑𝑡 (∫ 𝑅 𝐸0 ∫𝑅𝑑𝑡 𝐸0 𝑒 𝐿 𝑑𝑡 + 𝑘) = + 𝑘𝑒 − 𝐿 𝑡 𝐿 𝑅 𝑅 Jika t = tak hingga maka 𝑘𝑒 − 𝐿 𝑡 = nol, sehingga I(t) sama dengan nilai batas E0 /R. Penyelesaian khusus untuk syarat awal I(0) = 0 adalah 𝐼(𝑡) = 𝑅 𝐸0 (1 − 𝑒 − 𝐿 𝑡 ) 𝑅 Kasus B. Jika E(t) = E0 sinωt , maka dari (d) diperoleh PD: 𝑑𝐼 𝑅 𝐸0 + .𝐼 = sin 𝜔𝑡 𝑑𝑡 𝐿 𝐿 PD diselesaikan dengan faktor integral yaitu: 𝑅 𝐼(𝑡) = 𝑒 − ∫ 𝐿 𝑑𝑡 (∫ 𝑅 𝐸0 sin 𝜔𝑡 𝑒 ∫𝐿 𝑑𝑡 𝑑𝑡 + 𝑘) 𝐿 dan dengan integrasi parsial diperoleh penyelesaian umum: 𝑅 𝐼(𝑡) = 𝑘𝑒 − 𝐿 𝑡 + 𝐸0 (𝑅 sin 𝜔𝑡 − 𝜔𝐿 cos 𝜔𝑡) 𝑅2 + 𝜔 2 𝐿2