HUBUNGAN PERSEPSI IBU TENTANG KOLOSTRUM DENGAN PERILAKU PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI DI DESA MLILIR KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG Mujianingsih 1), Ninik Christiani, S.SiT 2), Raharjo Apriyatmoko, SKM, M.Kes3) Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Email : up2m@akbidngudiwaluyo ABSTRAK HUBUNGAN PERSEPSI IBU TENTANG KOLOSTRUM DENGAN PERILAKU PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI DI DESA MLILIR KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG. Kolostrum terdapat pada ASI dengan jumlah yang tidak banyak tetapi kaya akan zat-zat yang bergizi dan sangat baik untuk dikonsumsi bayi. Tetapi karena faktor kekurangtahuan atau kepercayaan yang salah banyak ibu yang baru melahirkan tidak memberikan kolostrum pada bayinya. Beberapa pengertian dan persepsi yang salah mengenai kolostrum, yang diperkirakan ASI yang kotor, sehingga tidak patut diberikan pada bayi. Tujuan penelitian mengetahui hubungan persepsi ibu tentang kolostrum dengan perilaku pemberian kolostrum pada bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Desain penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan Cross sectional dan pengambilan data menggunakan data primer. Populasi seluruh ibu nifas hari 1-4 di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Sampel menggunakan teknik sampling Total Sampling dan didapatkan responden sebanyak 24 responden. Hasil penelitian persepsi tentang kolostrum lebih banyak positif sebanyak 14 responden (41,7%), pemberian kolostrum lebih banyak yang memberikan sebanyak 13 responden (54,2%). Ada hubungan antara persepsi ibu tentang kolostrum dengan perilaku pemberian kolostrum pada bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang p value0,000 < (0,05). Saran Ibu diharapkan memberikan kolostrum pada bayinya supaya bayi tidak mudah terserang berbagai penyakit serta menjadikan bayi sehat dan cerdas Kata Kunci : Persepsi ibu, Kolostrum, Perilaku Pemberian Kolostrum 1 Hubungan Persepsi Ibu tentang Kolostrum dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang ABSTRACT RELATIONSHIP OF MOTHER’S PERCEPTION OF COLOSTRUM AND THE BEHAVIOR OF GIVING COLOSTRUM TO THE BABY IN THE VILLAGE OF MLILIR, BANDUNGAN DISTRICT, SEMARANG REGENCY. Colostrum is found in breast milk in little amount but it is rich of very nutritionssubtances that is very good to babies. However, because of false understanding and the wrong belief many new mothers do not give colostrum to their infansts. There are some false understanding and perseptions about colostrum, which is expected to gross milk, so it should not be given to infants. This study aimed to find out the relationship of mother’s perception of colostrum and the behavior of giving colostrum to the baby in the village of Mlilir, Bandungan District, Semarang regency. This study used analytic descriptive study design with cross sectional approach and retrieval of data used primary, data. The entire population 1-3 day postpartum mothers in the village of Mlilir, Bandungan District, Semarang regency. The sampling techniques used total sampling with respondents obtained were 24 respondents. The result of study found that most of perseption of colostrum was positive that were 14 respondents ( 41.7% ), Most of respondents gave that colostrum were 13 respondents ( 54.2% ). There was a relationship between the baby in the village of Mlilir, Bandungan District, Semarang regency with p value 0.000 < (0,05). Mothers are expected to give their colostrum to baby and have positive perceptions about colostrum, so the babies are not easy to various diseases and make them healthy and smart. Keywords : Perseption of mother, Colostrum, Colostrum Giving Behavior PENDAHULUAN Latar Belakang Menyusui segera setelah bayi baru lahir sangat berperan dalam menurunkan angka kematian bayi. Maka tema perayaan pekan ASI dunia (World Breastfeeding Week) tahun 2012, “menyusui pada satu jam pertama menyelamatkan satu juta nyawa bayi". Faktanya dalam 1 tahun 4 juta bayi berusia 28 hari meninggal. Jika semua bayi di dunia segera setelah lahir diberi kesempatan mendapatkan ASI (kolostrum) maka 1 juta nyawa bayi ini dapat diselamatkan (Roesli, 2008 : h.8), sangat disayangkan bahwa komitmen tersebut belum dimanfaatkan para ibu secara maksimal. Rekomendasi World Health Organization (WHO) melalui "sepuluh langkah untuk keberhasilan menyusui" dan isinya telah direvisi oleh Depkes tahun 2012, yang salah satunya menganjurkan agar petugas kesehatan membantu ibu-ibu menyusui sesegera 2 mungkin setelah melahirkan di ruang bersalin. Pemberian ASI secara penuh sangat dianjurkan oleh para ahli gizi diseluruh dunia. Tidak satupun susu formula dapat menggantikan perlindungan kekebalan tubuh seorang bayi, seperti yang diperoleh dari kolostrum, yaitu ASI yang dihasilkan selama beberapa hari pertama setelah kelahiran. Air Susu Ibu adalah makanan yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan. Komposisi zat-zat gizi di dalam ASI secara optimal mampu menjamin pertumbuhan bayi. Komposisi gizi ASI yang paling baik adalah pada tiga hari pertama setelah lahir yang dinamakan kolostrum (Widjaja,2004 : h.58). Kolostrum adalah cairan pertama yang disekresi oleh kelenjar payudara (Soetjiningsih, 2005 ; h.91). Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibody yang siap melindungi bayi ketika kondisi bayi masih sangat lemah. Kandungan protein dalam kolostrum lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matur. Hubungan Persepsi Ibu tentang Kolostrum dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Pemberian kolostrum secara awal pada bayi dan pemberian ASI secara terus menerus merupakan perlindungan yang terbaik pada bayi karena bayi dapat terhindar dari penyakit dan memiliki zat anti kekebalan 10-17 kali daripada susu matang/matur (Soetjiningsih, 2005 : 92). Kolostrum terdapat pada ASI dengan jumlah yang tidak banyak tetapi kaya akan zat-zat yang bergizi dan sangat baik untuk dikonsumsi bayi. Tetapi karena faktor kekurangtahuan atau kepercayaan yang salah banyak ibu yang baru melahirkan tidak memberikan kolostrum pada bayinya. Mereka berpendapat dan percaya bahwa kolostrum akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan anak. Persepsi yang berkembang dikalangan masyarakat masih banyak adanya kepercayaan bahwa ASI pertama (yang berwarna kekuningan) tidak baik bagi bayi, ASI harus dibuang dulu sebelum disusukan. Alasannya, ASI yang keluar adalah ASI lama (basi) (Puji, 2011). Persepsi yang salah terhadap kolostrum yang berkembang di dalam masyarakat dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan serta kepercayaan yang salah tentang kolostrum. Terdapat beberapa pengertian dan persepsi yang salah mengenai kolostrum, yang diperkirakan ASI yang kotor, sehingga tidak patut diberikan pada bayi. Ternyata kolostrum sebagai pembuka jalan agar bayi dapat menerima ASI penuh. Kolostrum banyak mengandung antibodi dan anti-infeksi serta dapat menumbuh kembangkan flora dalam usus bayi, untuk siap menerima ASI (Manuaba, 2010 : h.182). Persepsi yang salah menjadikan sebagian besar masyarakat mempunyai perilaku yang salah khususnya dalam hal pemberian kolostrum pada bayi yang baru dilahirkannya. Menurut Sunaryo (2004 : h.52), menyatakan bahwa persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh penginderaan, melalui persepsi individu menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang hal-hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan. Persepsi meliputi penerimaan stimulus, menterjemahkannya dan mengorganisasikanya sehingga mempengaruhi perilaku (Robins, 2004). Data 3 Riskesdas (2010 : h.21) dikumpulkan data tentang perlakuan ibu bayi terhadap kolostrum, yang dikategorikan menjadi tiga, yaitu : 1) diberikan semua kepada bayi, 2) dibuang sebagian kemudian diberikan kepada bayi, dan 3) dibuang semua. Persentase perilaku ibu terhadap kolostrum dari data provinsi di nIndonesia menunjukkan provinsi yang persentase pemberian kolostrum kepada bayi adalah 74,7%, tertinggi di DI Yogyakarta 91,4% dan terendah di Sulawesi Tengah 54,9%. Persentase perilaku ibu yang membuang semua kolostrum adalah 8,4%, tertinggi di Gorontalo (32,4%) dan terendah di DI Yogyakarta (3,2%) (Riskesdas, 2011 : h.21). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan Puskesmas Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang didapatkan data sebanyak 91 persalinan pada bulan Agustus- September 2012 yang terbagi dalam 5 Desa yaitu Desa Pakopoen sebanyak 17 persalinan, Desa Sidomukti 21 persalinan, Desa Jimbaran 18 persalinan, Desa Mlilir 26 persalinan dan Desa Jetis sebanyak 9 persalinan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut diketahui bahwa jumlah persalinan terbanyak pada bulan AgustusSeptember adalah di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan kabupaten Semarang. Hasil wawancara terhadap 10 orang ibu post partum di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang didapatkan data bahwa terdapat 7 orang ibu tidak memberikan kolostrum pada bayinya karena adanya anggapan bahwa kolostrum tersebut kotor dan tidak dibutuhkan bayinya. Hal ini terjadi dikarenakan adanya persepsi dan kepercayaan dari orang tua serta lingkungannya bahwa ASI yang pertama keluar hendaknya dibuang setelah bersih lalu menyusui bayi, mereka beranggapan bahwa kolostrum adalah basi dan tidak baik bagi bayi, para orang tua ada yang memberikan madu sebelum usia bayi 6 bulan mereka beranggapan bahwa anak yang diberi madu akan baik bagi kesehatannya. Informasi persepsi yang benar tentang kolostrum diberikan oleh bidan dengan memberikan konseling pemberian kolostrum segera setelah bayi lahir dengan inisiasi menyusu dini. Hubungan Persepsi Ibu tentang Kolostrum dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan persepsi ibu tentang kolostrum dengan perilaku pemberian kolostrum pada bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang”. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan penelitian menggunakan cara cross sectional. Populasi seluruh ibu nifas hari pertama, kedua, ketiga atau keempat di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang sebanyak 24 ibu. Penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Instrumen menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji chi square. 2. Perilaku pemberian kolostrum pada bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tabel 4.2. Distribusi frekuensi perilaku pemberian kolostrum pada bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Perilaku Frekuensi Persentase (%) Diberikan 13 54,2 Tidak 11 45,8 diberikan Jumlah 24 100,0% Tabel 4.2. menunjukkan bahwa responden yang memberikan kolostrum lebih banyak dari yang tidak memberikan sejumlah 13 responden (54,2%). Bivariat HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Univariat Hasil penelitian dilakukan pada bulan Juli 2013 di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang pada 24 responden diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Persepsi ibu tentang kolostrum di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tabel 4.1. Distribusi frekuensi persepsi ibu tentang kolostrum di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Persepsi Frekuensi Persentase (%) Positif 14 58,3 Negatif 10 41,7 Jumlah 24 100,0% Tabel 4.1. menunjukkan bahwa persepsi responden tentang kolostrum lebih banyak yang positif sejumlah 14 responden (58,3%). 4 a. Hubungan persepsi ibu tentang kolostrum dengan perilaku pemberian kolostrum pada bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tabel 4.3. Hubungan persepsi ibu tentang kolostrum dengan perilaku pemberian kolostrum pada bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Persepsi Positif Negatif Total Pemberian kolostrum Tidak Diberikan Total diberikan f % f % f % 13 92,9 1 7,1 14 100.0 0 0 10 100,0 10 100,0 13 54,2 11 45,8 24 100,0 P value 0,000 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden yang berpersepsi positif sebagian besar memberikan kolostrum sebanyak 13 responden (92%) dan responden yang berpersepsi negatif sebanyak 10 responden (100,0%) tidak memberikan kolostrum. Berdasarkan uji chi square dapat dilihat bahwa nilai p value 0,000 < (0,05) yang artinya Ha diterima ada hubungan antara persepsi ibu tentang kolostrum dengan perilaku pemberian kolostrum pada bayi di Desa Mlilir Hubungan Persepsi Ibu tentang Kolostrum dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Kecamatan Semarang. Bandungan Kabupaten PEMBAHASAN Univariat a. Persepsi ibu tentang kolostrum di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Hasil penelitian didapatkan persepsi responden tentang kolostrum lebih banyak yang positif sejumlah 14 responden (58,3%). Persepsi tentang kolostrum berupa apa saja yang diketahui responden tentang kolostrum. Adapun yang harus diketahui oleh responden mengenai persepsi terhadap pengertian kolostrum, kandungan kolostrum, manfaat kolostrum. Persepsi pada penelitian ini lebih banyak yang positif disebabkan informasi yang diperoleh responden tentang kolostrum telah cukup banyak baik dari tenaga kesehatan maupun sumber informasi lain seperti majalah atau tv. Informasi dari tenaga kesehatan sangat berguna dalam membuat persepsi positif tentang kolostrum. Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dipersepsikan (Sunaryo, 2004 ; h.93). Persepsi dibentuk dari pengamatan ibu. Pengamatan ibu terhadap anak yang diberikan kolostrum dimana daya tahannya meningkat menyebabkan persepsi positif terhadap kolostrum. Selain itu pengalaman ibu pada anak sebelumnya dimana ibu memberikan kolostrum ataupun pengalaman orang di sekitarnya yang mempersepsikan kolostrum positif ikut mempengaruhi persepsi ibu pada penelitian ini. Menurut Rakhmat (2004) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan melampirkan pesan. 5 Persepsi ibu timbul bila ada stimulus. Stimulus tentang kolostrum dapat diperoleh dari indera yang menangkap informasi tentang kolostrum. Syarat timbulnya persepsi yakni, adanya objek, adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk megadakan persepsi, adanya alat indra sebagai reseptor penerima stimulus yakni saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak dan dari otak dibawa melalui saraf motoris sebagai alat untuk mengadakan respons (Sunaryo, 2004 ; 94). Penelitian ini didukung penelitian dari Tri Rahayuningsih, (2005) tentang hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian kolostrum dan ASI Eksklusif di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan dimana hasilnya sebagian besar pengetahuan responden baik (64%). Pengetahuan dapat menjadi stimulus persepsi seseorang sehingga dengan pengetahuan baik persepsinya akan positif. Persepsi pada penelitian ini tentang kolostrum ada yang negative disebabkan warna dari kolostrum yang kekuningan dan hanya keluar sedikit membuat ibu merasa tidak baik untuk bayi dan bukan merupakan cairan susu. Menurut Baiqhaqi (2005) persepsi dapat muncul secara spontan yaitu ketika seseorang berhadapan dengan dunia yang penuh dengan rangsangan. Persepsi merupakan sifat paling asli yang merupakan titik tolak perubahan. Dalam mempersepsikan tidak selalu dipersepsikan secara keseluruhan, mungkin cukup hanya diingat. Persepsi tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi atau bergantung pada konteks dan pengalaman. Selain itu persepsi ibu tentang kolostrum juga dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan luar responden sendiri. Menurut Walgito (2003 ; h.22) mengemukakan persepsi dilatarbelakangi pada faktor internal yaitu apa yang ada dalam diri individu akan mempengaruhi dalam individu mengadakan persepsi. Inilah yang dinamakan faktor internal dan faktor eksternal seperti lingkungan di mana persepsi itu berlangsung. Stimulus Hubungan Persepsi Ibu tentang Kolostrum dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang dan lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai faktor internal saling berinteraksi dalam individu mengadakan persepsi. Bidan dalam penelitian ini diharapkan meluruskan persepsi negatif dari ibu mengenai kolostrum mengingat pentingnya kolostrum bagi kekebalan tubuh bayi dengan cara memberikan penyuluhan dan konseling pada ibu melahirkan. b. Perilaku pemberian kolostrum pada bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden memberikan kolostrum sebanyak 13 responden (54,2%). Pemberian kolostrum yang dilakukan ibu disebabkan mayoritas ibu bersalin di tenaga kesehatan dimana tenaga kesehatan memotivasi ibu untuk segera memberikan kolostrum yang keluar kepada bayinya. Selain memotivasi petugas juga mengarahkan responden untuk segera memberikan kolostrum pada bayinya sehingga mau tidak mau responden akan memberikan kolostrumnya. Kolostrum sendiri adalah, cairan pelindung yang kaya akan zat anti infeksi dan berprotein tinggi yang keluar dari hari pertama sampai hari keempat setelah melahirkan (Roesli, 2004 ; h.24). Pemberian kolostrum yang di dasarkan pada arahan petugas kesehatan merupakan pemberian disebabkan pengaruh faktor eksternal. Faktor eksternal merupakan faktor yang memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku manusia karena dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya dimana seseorang itu berada (Notoatmodjo, 2007 ; h.116). Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktifitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsun. Pemberian kolostrum yang diberikan oleh ibu merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi 6 manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku memberikan kolostrum ini merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Perilaku dan gejala yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dan hidup terutama perilaku manusia. Faktor keturunan merupakan konsep dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu selanjutnya, sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut. Dengan demikian kita juga dapat menyimpulkan bahwa banyak perilaku yang melekat pada diri manusia baik secara sadar maupun tidak sadar. Salah satu perilaku yang penting dan mendasar bagi manusia adalah perilaku kesehatan. Pada penelitian ini masih ada ibu yang tidak memberikan kolostrum pada bayinya disebabkan kurang pahamnya ibu tentang manfaat kolostrum. Hasil ini didukung penelitian yang dilakukan Tri Rahayuningsih (2005) tentang hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian kolostrum dan ASI Eksklusif di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan didapatkan hasil sebagian besar responden tidak memberikan kolostrum pada bayinya. Tidak diberikannya kolostrum sangat disayangkan karena kolostrum mengandung zat kekebalan bagi bayi. Kekebalan bayi akan bertambah dengan adanya kandungan zat-zat dan vitamin yang terdapat pada air susu ibu tersebut, serta volume kolostrum yang meningkat dan ditambah dengan adanya isapan bayi baru lahir secara terus menerus. Hal ini yang mengharuskan bayi segera setelah lahir ditempelkan ke payudara ibu, agar bayi dapat sesering mungkin menyusu. Kandungan kolostrum inilah yang tidak diketahui ibu sehingga banyak ibu dimasa setelah persalinan tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir karena pengetahuan tentang Hubungan Persepsi Ibu tentang Kolostrum dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang kandungan kolostrum itu tidak ada (Purwanti, H, 2004 ; h. 30). Alasan ibu tidak memberikan kolostrum kepada bayinya bermacammacam seperti kolostrum tidak bergizi, bukan ASI dan harus dibuang. Selain itu budaya di masyarakat yang membuang kolostrum juga mempengaruhi ibu dalam pemberian kolostrum. Fenomena bahwa kolostrum bukan ASI dan harus dibuang juga mempengaruhi responden tidak memberikan kolostrumnya. Agar ibu memberikan kolostrum pada bayinya ibu perlu di jelaskan manfaat dan kandungan kolostrum bagi bayi. Bivariat a. Hubungan persepsi ibu tentang kolostrum dengan perilaku pemberian kolostrum pada bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Hasil penelitian ada hubungan antara persepsi ibu tentang kolostrum dengan perilaku pemberian kolostrum pada bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang dengan nilai p value 0,000 < (0,05). Adanya hubungan juga dapat dilihat dari responden yang berpersepsi positif sebagian besar memberikan kolostrum sebanyak 13 responden (92%) dan responden yang berpersepsi negatif sebanyak 10 responden (100,0%) tidak memberikan kolostrum. Perilaku memberikan kolostrum dilakukan oleh responden yang persepsinya positif. Perilaku merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan baik pada individu, kelompok maupun masyarakat (Bloom, 1974 dalam Notoatmodjo, 2003 ; 115). Perilaku adalah apa yang dikerjakan atau aktivitas seseorang yang dapat diamati (Sobur, 2003). Perilaku manusia merupakan hasil dari pengalaman, interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku seorang ibu juga mempengaruhi dalam pemberian kolostrum terhadap bayinya. Menurut Suraatmaja (1989), faktor7 faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian kolostrum adalah : persepsi, faktor sosial budaya, faktor psikologis, faktor fisik ibu, faktor keterpaparan terhadap iklan promosi susu kaleng. Menurut Sobur (2003) untuk mendorong seseorang berperilaku kesehatan seperti memberikan kolostrum, maka dibutuhkan upaya pemberian informasi tentang kolostrum dan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, seseorang memerlukan proses belajar. Hasil penelitian didukung penelitian Tri Rahayuningsih, (2005) yang hasilnya Ada hubungan yang cukup kuat antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian kolostrum, dengan P value sebesar 13,014 dan nilai contingency coefficient sebesar 0,538 (berada pada rentang 0,40-0,59). Juga ada hubungan yang cukup kuat antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian ASI eksklusif, dengan P value sebesar 10,473 dan nilai contingency coefficient sebesar 0,497 (berada pada rentang 0,40-0,59). Ini membuktikan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian kolostrum dan ASI eksklusif Ibu yang memberikan kolostrum pada anak sebelumnya, dengan persepsi positif tentang kolostrum akan menunjang pemberian kolostrum pada laktasi berikutnya. Sebaliknya kegagalan memberikan kolostrum dimasa lalu serta mitos-mitos yang berlaku dimasyarakat akan mempengaruhi perilaku seorang ibu terhadap penyusuan sekarang. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam diri si ibu secara sukarela dan penuh rasa percaya diri dan mampu menyusui bayinya begitu lahir. Persepsi tentang kolostrum harus positif dilakukan dengan pemberian nasehat, penyuluhan, bacaan. Pandangan dan nilai yang berlaku dimasyarakat akan membentuk perilaku ibu yang positif terhadap masalah pemberian kolostrum dan menyusui (Roesli, 2000 ; h.24). Pada penelitian ini fenomena yang didapatkan di tempat penelitian persepsi responden yang negatife membuat ibu Hubungan Persepsi Ibu tentang Kolostrum dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang sama sekali tidak memberikan kolostrum pada bayinya. Persepsi negatif seperti warna kekuningan pada kolostrum merupakan sumber penyakit dan cairan kotor membuat responden jijik dan membuang kolostrum tersebut. Pendapat ini didukung penelitian dari Ros Rahmawati (2010) yang hasilnya ibu hamil trimester ketiga yang diberi konseling ASI eksklusif secara intensif 23,92 lebih besar kemungkinan untuk menyusui dini dan memberikan kolostrum pada tiga hari pertama kelahiran dibanding ibu hamil trimester ketiga yang mendapat konseling ASI eksklusif tidak secara intensif OR=23,92 (95% CI = 8,4367,83). Dari hasil analisis pada ibu nullipara kemungkinan untuk tidak menyusui dini dan memberikan kolostrum pada tiga hari pertama kelahiran 0,22 lebih besar dibanding ibu multipara OR = 0,22 (95% Ci = 0, 06-0, 75) Oleh karena itu ibu-ibu yang persepsinya negatif diberi nasehat tentang keuntungan, manfaat dan kandungan kolostrum sehingga setelah bersalin langsung memberikan kolostrum dan tidak menunggu sampai berwarna putih ataupun cairan berwarna kuning dibuang. Ibu yang persepsinya positif diharapkan pada anak selanjutnya tetap memberikan kolostrum pada anak-anaknya. PENUTUP Semarang p value 0,000 < (0,05). Saran 1. 2. 3. 4. Bagi Responden Ibu diharapkan dapat memahami kandungan yang ada dalam kolostrum sehingga ibu bersedia memberikan kolostrum pada bayinya supaya bayi tidak mudah terserang berbagai penyakit serta menjadikan bayi sehat dan cerdas. Bagi Tenaga Kesehatan (Bidan) Bidan segera memberikan informasi tentang kolostrum sedini mungkin kepada ibu dan menganjurkan segera memberikan kolostrum pada bayinya Bagi Institusi Pendidikan Institusi supaya menambah referensi di perpustakaan tentang kolostrum sehingga dapat dimanfaatkan bagi penelitian selanjutnya. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti tentang hubungan peran bidan dengan pemberian kolostrum pada bayi baru lahir. DAFTAR PUSTAKA Almatzier, S. (2005). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek (Edisi kelima). Jakarta: Rineka Cipta. Kesimpulan Dari hasil penelitian di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang pada 24 responden diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebagian besar persepsi responden tentang kolostrum positif sebanyak 14 responden (41,7%). 2. Sebagian besar responden memberikan kolostrum sebanyak 13 responden (54,2%). 3. Ada hubungan antara persepsi ibu tentang kolostrum dengan perilaku pemberian kolostrum pada bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten 8 Arisman. (2004). Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: EGC. Azwar, S. (2005). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Chumbley, J. (2004). Menyusui: Panduan para ibu untuk menyusui dan mengenalkan bayi pada susu botol, Jakarta: Erlagga Depkes RI, (2004). Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Depkes: Jakarta Hubungan Persepsi Ibu tentang Kolostrum dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Depkes RI, (2004). Peraturan pemerintah republik indonesia no 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif. Depkes: Jakarta Krisnatuti, W. (2000). Pemeliharaan Gizi bayi dan balita. Jakarta : PT. Bhatara Niaga Media Kristiyansari, W. (2009). ASI, Menyusui dan Sadari, Yogyakarta: Nuha Medika Muchtadi, D. (2002). Gizi untuk bayi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Roesli, U. (2008). Inisiasi menyusui dini. Jakarta: Pustaka Bunda Ros Rahmawati (2010) Pengaruh konseling ASI eksklusif pada ibu hamil trimester ketiga terhadap penyusuan dini dan pemberian kolostrum. Jurnal Kesehatan ; 2010 Santosa, A. (2004). Seni Menyusui Bayi: Bagaimanakah teknik menyusui paling baik bagi bayi, Jakarta: Progres Siregar Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan: pedoman skripsi, tesis dan instrumen penelitian (edisi pertama). Jakarta: Salemba medika. Pudjiadji, S. (2005). Ilmu gizi klinis pada anak. Jakarta: FKUI. Riskesdas (2010). Laporan riset kesehatan dasar 2010. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riskesdas (2011). Laporan riset kesehatan dasar 2011. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Robin, S. (2008). Perilaku organisasi. Jakarta : salemba empat. (2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi penberian ASI oleh ibu melahirkan . From: http://www.nakita.com. Sri purwanti, H. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif: Buku saku untuk bidan, Jakarta: EGC Sobur, A (2009). Psikologi Umum. CV Pustaka Setia : Bandung. Soetjiningsih. (2005). ASI : Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC. Sunaryo. (2004). Psikologi Keperawatan. Jakarta : EGC Untuk Sugiyono. (2008). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. Tri Rahayuningsih, (2005) Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian kolostrum dan ASI Eksklusif di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan. KTI. Stikes Karya Husada Semarang Walgito, B .(2005). Psikologi Yogyakarta:Andi Umum. Widjadja. (2005). Gizi tepat untuk perkembangan otak dan kesehatan balita. Jakarta: Kawan Pustaka. Roesli, U. (2002). Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya. 9 Hubungan Persepsi Ibu tentang Kolostrum dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang HUBUNGAN PERSEPSI IBU TENTANG KOLOSTRUM DENGAN PERILAKU PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI DI DESA MLILIR KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL PENELITIAN OLEH MUJIANINGSIH NIM : 0101282 AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2013 10 Hubungan Persepsi Ibu tentang Kolostrum dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang