strategi pengembangan usaha sari buah jambu biji pada pt

advertisement
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SARI BUAH
JAMBU BIJI PADA PT. LIPISARI PATNA,
KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT
SKRIPSI
MUHAMAD FIRDAUS MULYA NURANGGARA
H34051562
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
RINGKASAN
MUHAMAD FIRDAUS MULYA NURANGGARA. Strategi Pengembangan
Usaha Sari Buah Jambu Biji Pada PT. Lipisari Patna Kabupaten Subang,
Jawa Barat. Skirpsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan WAHYU BUDI PRIATNA)
Buah-buahan merupakan komoditas pertanian yang dikelompokkan dalam
hortikultura bersama dengan komoditas sayuran, biofarmaka, dan tanaman hias.
Komoditas buah-buahan memberikan kontribusi pada PDB Nasional Indonesia,
terbukti dengan nilai PDB nasional komoditas buah-buahan yang memberikan
kontribusi yang paling besar pada sektor hortikultura. Kontribusi PDB nasional
buah-buahan pada tahun 2007 sebesar 42.362 milyar atau sebesar 55,16 persen
dari total nilai PDB Nasional Hortikultura. Buah-buahan dikenal memiliki
berbagai kandungan yang penting bagi metabolisme tubuh seperti vitamin,
mineral, protein, air dan serat. Asupan buah-buahan dibutuhkan untuk kesehatan
tubuh manusia.
Salah satu karateristik buah-buahan adalah perishable, mudah rusak
karena pengaruh fisika (sinar matahari, benturan fisik) dan pengaruh biologis
(mikroba, kapang). Diperlukan upaya dalam pengolahan lebih lanjut yang
bertujuan untuk memberi nilai tambah dan memperpanjang masa simpannya
sehingga dapat dikonsumsi kapan saja dan lebih praktis. Pengolahan tersebut
dimungkinkan dapat meningkatkan kegemaran masyarakat dalam mengkonsumsi
buah-buahan. Salah satu cara meningkatkan nilai tambah pada buah-buahan
adalah dengan mengolahnya menjadi sari buah (juice).
Jambu biji merupakan komoditas pertanian yang memiliki karakteristik
seperti buah-buahan lainnya yaitu mudah rusak (perishable) atau busuk karena
faktor benturan fisik atau proses biologis terlebih saat panen melimpah.
Pembuatan sari buah jambu biji merupakan salah satu upaya dalam
memperpanjang masa simpan dan menambah nilai jual jambu biji.
Lipisari merupakan perusahaan pengolahan jambu biji menjadi produk
yang memiliki nilai tambah. Perusahaan tersebut mengolah jambu biji menjadi
sari buah jambu biji dan dikemas dalam kemasan siap minum. Jus Jambu Lipisari
mulai dikenal dikalangan masyarakat Subang sejak tahun 1988. Pemasaran
produknya masih terbatas hanya mengandalkan nama B2PTTG LIPI yang dikenal
sebagai pusat pengembangan teknologi tepat guna. Penjualan hanya
mengandalkan konsumen yang datang ke PT. Lipisari Patna. Hal ini menyebabkan
jaringan pemasaran produk belum luas sehingga kapasitas produksi perusahaan
masih minim.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis faktor-faktor
lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha PT.
Lipisari Patna, (2) Membuat formula strategi bisnis yang dapat diterapkan oleh
manajemen Lipisari sesuai dengan kondisi lingkungan perusahaan, dan (3)
Membuat perancangan strategi arsitektur strategik PT. Lipisari Patna untuk
sepuluh tahun ke depan. Analisis yang digunakan adalah analisis rantai nilai untuk
mengidentifikasi lingkungan internal. Analisis lingkungan umum dan lingkungan
industri untuk mengidentifikasi lingkungan eksternal. Matriks IFE, dan matriks
EFE, matriks IE untuk mengetahui strategi inti perusahaan, matriks SWOT untuk
memformulasikan strategi, dan arsitektur strategik untuk merancang strategi masa
i
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
depan.
Hasil identifikasi faktor internal menghasilkan enam faktor kekuatan yang
memberikan skor kekuatan tertinggi pada matriks IFE adalah produk sari buah
Lipisari telah memiliki kelengkapan perizinan dan dilengkapi barcode dengan
nilai skor 0,358 dan produk sari buah Lipisari yang merupakan produk sari buah
asli dan berkualitas dengan nilai skor 0,351. Sedangkan faktor kelemahan
menghasilkan lima faktor kunci dengan kelemahan utama bagi perusahaan adalah
promosi yang kurang gencar dengan skor 0,109 dan kelemahan mayor lainnya
adalah manajemen yang kurang fokus dengan skor 0,113. Jumlah total skor
matriks IFE secara keseluruhan adalah sebesar 2,474.
Hasil identifikasi faktor eksternal menghasilkan lima faktor peluang dan
lima faktor ancaman. Adanya tren mengkonsumsi makanan dan minuman
berbahan alami dan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang gizi sebagai
peluang harus dimanfaatkan perusahaan dengan nilai skor 0,384, dan Selain itu
juga LIPI Subang sebagai pusat pengembangan teknologi tepat guna dengan skor
0,373 menjadi peluang yang harus dimanfaatkan. Faktor yang menjadi ancaman
utama adalah harga produk substitusi yang lebih murah dengan skor 0,233.
Jumlah skor pembobotan matriks EFE adalah sebesar 2,387 dan dan kenaikan
harga gula dengan skor 0,168. Jumlah total skor matriks EFE secara keseluruhan
adalah sebesar 2,387. Penggabungan matriks IFE dan EFE dipetakan pada matriks
IE yang menempatkan PT. Lipisari Patna pada posisi sel V (hold and maintain).
Strategi yang cocok digunakan adalah pengembangan produk dan penetrasi pasar.
Formulasi strategi kombinasi kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman
hasil analisis matriks SWOT adalah (1) Melakukan pengembangan produk
melalui diversifikasi dan diferensiasi produk, (2) Mempertahankan dan
meningkatkan kualitas dan brand image sebagai produk sari buah asli dan produk
khas Subang di semua wilayah Kabupaten Subang, (3) Melakukan promosi
secara intensif untuk mengenalkan merek produk ke pasar yang lebih luas, (4)
Perbaikan manajemen perusahaan dan menggunakan tenaga manajer yang tidak
terikat kerja dengan LIPI, (5) Memperluas jaringan distribusi dengan melakukan
kerjasama dengan usaha minimarket dan agen minuman, (6) Melakukan efesiensi
biaya produksi, (7) Melakukan kerjasama dengan pihak investor dalam
mengembangkan usaha, (8) Melakukan variasi kemasan produk dalam
menghadapi produk substitusi.
Berdasarkan hasil rancangan arsitektur strategik pengembangan PT.
Lipisari Patna, program yang dilakukan untuk mencapai sasaran yang diinginkan
perusahaan terbagi dua tahap yaitu program yang bersifat bertahap dan program
yang bersifat terus-menerus. Program yang dihasilkan dari strategi-strategi hasil
analisis SWOT diplotkan kedalam peta arsitektur strategik dengan memperhatikan
rentang waktu untuk mengimplementasikan strategi-strategi tersebut. Rentang
waktu pelaksanaan program yaitu sepuluh tahun (2009-2018) dengan 5 periode
waktu.
ii
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SARI BUAH
JAMBU BIJI PADA PT. LIPISARI PATNA,
KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT
MUHAMAD FIRDAUS MULYA NURANGGARA
H34051562
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribsnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
iii
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Judul
: Strategi Pengembangan Usaha Sari Buah Jambu Biji Pada PT.
Lipisari Patna, Kabupaten Subang, Jawa Barat
Nama
: Muhamad Firdaus Mulya Nuranggara
NIM
: H34051562
Disetujui,
Pembimbing
Ir. Wahyu Budi Priatna, MS
NIP. 19670410 1991031 001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 1984031 002
Tanggal Lulus
:
iv
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi
Pengembangan Usaha Sari Buah Jambu Biji Pada PT. Lipisari Patna, Kabupaten
Subang, Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dan
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2009
M. Firdaus Mulya N.
H34051562
v
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Subang pada tanggal 31 Maret 1988. Penulis adalah
anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sahdi dan Ibunda Entin
Suryatin.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Cikaum 1
Kabupaten Subang pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama
diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP Negeri 2 Purwadadi (sekarang SMP Negeri
1 Cikaum) Kabupaten Subang. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA
Negeri 1 Subang diselesaikan pada tahun 2005.
Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) pada tahun 2005. Selama mengkikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai
Staf Departemen Usaha Koperasi Mahasiswa IPB (2006-2007), Koordinator
publikasi tim formatur pembentukan Himpunan Profesi Mahasiswa Departemen
Agribisnis (HIPMA) (2006), Koordinator Divisi Dana Usaha kepanitian Campus
Fair 2007 Kopma IPB (2007), Staf Divisi Kewirausahaan Forum Mahasiswa
Islam (Formasi) Fakultas Ekonomi dan Manajemen (2007-2008), Staf
Departemen Kewirausahaan Forum Komunikasi Keluarga Mahasiswa Subang
(Fokkus) (2007-2008), Kepala Departemen Usaha Koperasi Mahasiswa IPB
(2007-2008), Ketua umum Koperasi Mahasiswa IPB (2008-2009), dan Ketua
umum Koperasi Mahasiswa IPB Periode Kepengurusan 2009-2010, dan Anggota
Himpunan Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) (2008-2009).
vi
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi
Pengembangan Usaha Sari Buah Jambu Biji Pada PT.Lipisari Patna, Kabupaten
Subang, Jawa Barat” ini dengan baik.
Skripsi ini menganalisis faktor internal dan ekstrenal yang mempengaruhi
kegiatan usaha PT. Lipisari Parta untuk merumuskan strategi pengembangan
usaha yang tepat. Penulisan skripsi ini merupakan hasil penelitian yang
dilaksanakan pada usaha PT. Lipisari Patna, Kecamatan Subang, Kabupaten
Subang.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan mengingat keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Semoga skripsi
ini dapat berguna bagi semua pihak dan dapat memperkaya ilmu pengetahuan.
Bogor, Juli 2009
M. Firdaus Mulya N.
vii
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada :
1. Ayahanda Sahdi dan Ibunda Entin Suryatin tercinta atas segala doa, kasih
sayang, dukungan, motivasi dan bimbingan yang tiada pernah putus. Semoga
ini bisa menjadi persembahan yang tebaik.
2. Ir.Wahyu Budi Priatna, M.Si selaku dosen pembimbing atas segala
bimbingan, masukan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan
kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
3. Dr.Ir. Bayu Krisnamurthi, MS yang telah menjadi pembimbing akademik atas
masukan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Departemen
Agribsnis, IPB.
4. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis yang telah memberikan ilmu,
pengetahuan, dan bantuan kepada penulis selama menempuh pendidikan di
IPB.
5. Pihak manajemen PT. Lipisari Patna atas waktu, kesempatan, informasi, dan
dukungan yang diberikan.
6. Teman–teman seperjuangan di Agribisnis angkatan 42 atas semangat dan
sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi. Kebersamaan itu tidak
akan pernah pudar sampai kapan pun. We Are The Next Enterpreneurs.
7. Adinda Andri Susanti yang telah memberikan semangat hingga penyusunan
skripsi ini. You are the best friend.
8. Teman-teman satu perjuangan di Gladikarya Kabupaten Kuningan khususnya
Desa Ciawigebang : Roch Ika (Umi), Cila, Vica, dan Novy.
9. Pengurus, karyawan, dan keluarga besar Kopma IPB: Ray, Nova, Siti, Reza,
Dani, Firdi, Teh Ika, Yuli, Teh Jumi, Teh Avi, Kang Hafidz, Kang Iwan, Teh
Mimi, Mas Tri, LSO Cy.Co, pengurus 2006-2007, pengurus 2007-2008,
pengurus
2008-2009,
pengurus
2009-2010.
Bravo
Kopma,
Kopma
Unshakeable!!!
10. Teman-teman “CCC Friendly & Spayers”: Reza (Jamie), Resha (Mona), Ferdi
(Daeng), Indri (Bebe), Veni (Jupe), Lizna (Doyong), Shinta (Dukun), Uthi
viii
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
(Upet), Listi (Tante), Cici (Abel) Syahra Julfah (Sarjul), Septi (Ncep), Siti,
Dian (DL) dan Riana (Nemo) yang telah memberikan dukungan baik
pemikiran maupun tenaga dalam proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.
11. Teman-teman satu topik skripsi “Strategi Pengembangan Usaha”: Ana, Amel,
Lenny, dan Mutiara yang telah memberikan masukan-masukan dalam
penyusunan skripsi ini.
12. Teman-teman satu kontrakan All Blue Community : Andrea, Fitra, Syifa,
Lulud, Oce, Tedi, Andri, Yayan.
13. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Bogor, Juli 2009
M. Firdaus Mulya N.
ix
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .......................................................................................
x
DAFTAR TABEL ..............................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
xv
I.
PENDAHULUAN...................................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................
1.2 Perumusan Masalah ........................................................
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................
1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ..............................................
1
1
5
7
7
8
II.
TINJUAN PUSTAKA ............................................................
2.1 Jambu Biji .......................................................................
2.1.1. Botani dan Morfologi Jambu Biji .........................
2.1.2. Jenis Jambu Biji ....................................................
2.1.3. Kandungan Gizi ....................................................
2.1.4. Manfaat ................................................................
2.2 Sari Buah ........................................................................
2.3 Pengertian Industri ..........................................................
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu ........................................
9
9
9
10
11
12
12
13
14
III.
KERANGKA PEMIKIRAN .................................................
3.1 Strategi ............................................................................
3.2 Klasifikasi Strategi..........................................................
3.2.1. Strategi Generik ....................................................
3.2.2. Staretgi Utama ......................................................
3.3 Manajemen Strategis ......................................................
3.4 Proses Manajemen Strategis ...........................................
3.5. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan .................................
3.6. Analisis Lingkungan Bisnis Perusahaan .........................
3.6.1. Analisis Internal ....................................................
3.6.1.1. Pendekatan Rantai Nilai (Value Chain) ...
3.6.2. Analisis Ekstrenal .................................................
3.6.2.1. Analisis Lingkungan Jauh .......................
3.6.2.2. Analisis Lingkungan Industri ...................
3.7. Matriks IFE dan EFE ......................................................
3.8. Matriks IE (Internal-Eksternal).......................................
3.9. Matriks SWOT................................................................
3.10. Arsitektur Strategik .........................................................
3.11. Kerangka Pemikiran Operasional ...................................
19
19
19
19
20
20
21
22
23
23
23
26
27
28
30
31
32
33
36
x
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
IV.
METODOLOGI PENELITIAN ...........................................
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..........................................
4.2 Data dan Instrumentasi ...................................................
4.3 Metode Pengambilan Data ..............................................
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ...........................
4.4.1. Analisis Lingkungan .............................................
4.4.2. Analisis Matriks EFE dan IFE ..............................
4.4.3. Analisis Matriks Internal-Eksternal (IE) ..............
4.4.4. Analisis Matriks SWOT .......................................
4.4.5. Rancangan Arsitektur Strategik ............................
38
38
38
38
39
39
44
47
48
50
V.
GAMBARAN UMUM LOKASI PERUSAHAAN ..............
5.1 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan .................................
5.2 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan..........................
5.3 Lokasi Perusahaan ..........................................................
5.4 Struktur Organisasi .........................................................
52
52
52
53
54
VI.
ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN .....................
6.1 Analisis Lingkungan Eksternal .......................................
6.1.2. Analisis Lingkungan Umum .................................
6.1.3. Analisis Lingkungan Industri ...............................
6.2. Analisis Lingkungan Internal .........................................
6.3. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan,
Peluang, dan Ancaman ...................................................
56
56
56
62
68
FORMULASI STRATEGI....................................................
7.1 Analisis Matriks IFE dan EFE ........................................
7.1.1. Matriks EFE (External Factor Evaluation) ..........
7.1.2. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ............
7.2. Matriks IE (Internal-Eksternal).......................................
7.3. Matriks SWOT................................................................
7.4. Rancangan Arsitektur Strategik ......................................
91
91
91
92
93
94
99
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................
106
VII.
7.1
7.2
84
Kesimpulan .....................................................................
Saran ...............................................................................
106
108
DAFTAR PUSATAKA ......................................................................
110
LAMPIRAN ........................................................................................
112
xi
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1 . Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga
Berlaku Tahun 2003-2006........................................................
1
2.
Konsumsi Perkapita Hortikultura Tahun 2003-2006 ...............
2
3.
Produksi Jambu Biji di Setiap Provinsi di Indonesia
Tahun 2006 dan 2007 ...............................................................
3
Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas
Jambu Biji di Kabupaten Subang Tahun 2003-2007 ...............
4
5.
Tingkat Penjualan PT. Lipisari Patna Tahun 2005-2008 .........
6
6.
Strategi Generik David (2006) .................................................
21
7.
Penilaian Bobot dalam Analisis Persaingan Indsutri ...............
40
8.
Penentuan Rating Ancaman Pendatang Baru ...........................
41
9.
Penentuan Rating Persaingan di Antara Anggota Industri .......
41
10. Penentuan Rating Ancaman Produk Pengganti/Substitusi .......
41
11. Penentuan Rating Kekuatan Tawar Menawar Pemasok ..........
42
12. Penentuan Rating Kekuatan Tawar Menawar Pembeli ............
42
13. Intensitas Tiap Variabel Kekuatan Bersaing
dalam Analisis Persaingan Industri ..........................................
43
14. Intensitas Persaingan Industri...................................................
44
15. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan .............
46
16. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan ..........
46
17. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ...............................
46
18. Matriks EFE (External Factor Evaluation) .............................
47
19. Komponen Inti dan Pendamping Penyusun
Arsitektur Strategik ..................................................................
50
20 Daftar Pegawai B2PTTG LIPI yang Ditugaskan
di PT. Lipisari Patna. ................................................................
55
21. Daftar Karyawan PT. Lipisari Patna ........................................
55
22. Perkembangan dan Pertumbuhan PDB Indonesia
Tahun 2004-2007 .....................................................................
56
23. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan
Pertumbuhan PDRB Kabupaten Subang Tahun 2004-2008 ....
57
4.
xii
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
24. Perkembangan Harga Gula Rata-Rata Tahunan
di Kabupaten Subang Tahun 2004-2007 ..................................
58
25. Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2005-2008
59
26. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Subang
Tahun 2003-2007 .....................................................................
59
27. Intensitas Persaingan Industri Jus Jambu Biji
Berdasarkan Lima Kekuatan Bersaing Porter. .........................
62
28. Hasil Perhitungan Skor Intensitas Ancaman Pendatang Baru .
63
29. Hasil Perhitungan Skor Intensitas
Persaingan di Antara Anggota Industri ....................................
64
30. Daftar Perusahaan Pesaing
yang Memproduksi Jus Jambu Biji ..........................................
65
31. Hasil Perhitungan Skor Intensitas
Ancaman Produk Pengganti/Substitusi ....................................
65
32. Daftar Produk Pengganti Jus Jambu Biji..................................
66
33. Perhitungan Skor Intensitas
Kekuatan Tawar Menawar Pemasok ........................................
67
34. Hasil Perhitungan Skor Intensitas
Kekuatan Tawar Menawar Pembeli .........................................
68
35. Produksi Jus Jambu Lipisari Tahun 2005-2008 .......................
78
36. Daftar Pemasok Bahan Input Perusahaan ................................
84
37. Faktor Strategis Eksernal PT. Lipisari .....................................
91
38. Faktor Strategis Internal PT. Lipisari .......................................
93
39. Rekomendasi Program Kerja ...................................................
101
xiii
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Konsep Rantai Nilai (Value Chain) .........................................
24
2.
Konsep Competitive Strategy ...................................................
29
3.
Pendekatan Arsitektur Strategik ...............................................
34
4.
Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Usaha
Sari Buah Jambu Biji Lipisari ..................................................
37
5.
Matriks IE (Internal-Eksernal) .................................................
48
6.
Matriks SWOT .........................................................................
49
7.
Perancangan Arsitektur Strategik .............................................
51
8.
Struktur Organisasi PT. Lipisari Patna .....................................
54
9.
Grafik Perkembangan Tingkat Inflasi
Periode Januari 2005 – Maret 2009..........................................
57
10. Proses Produksi Sari Buah Jambu Biji PT. Lipisari Patna .......
72
11. Grafik Jumlah Produksi............................................................
78
12. Grafik Tingkat Penjualan Produk Sari Buah Lipisari ..............
79
13. Matriks Internal-Eksernal (IE) PT. Lipisari Patna ...................
94
14. Analisis Matriks SWOT ...........................................................
95
15. Rancangan Arsitektur Strategik PT. Lipisari Patna .................
105
xiv
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Kuisioner Penilaian Bobot dan Rating
Analisis Persaingan Industri ......................................................
112
2. Kuisioner Penilaian Bobot dan Rating
Faktor Strategis Eksternal-Internal Perusahaan ..........................
118
3. Penilaian Bobot dalam Analisis Persaingan Industri ..................
124
4. Penentuan Nilai Faktor-Faktor Analisis Persaingan Industri
Berdasarkan Rata-Rata dari Pakar ..............................................
126
5. Intensitas Tiap Variabel dalam Analisis Persaingan Industri .....
127
6. Perhitungan Bobot Faktor Eksternal...........................................
130
7. Perhitungan Bobot Faktor Internal .............................................
133
8. Penilaian Rata-Rata Bobot Faktor Eksternal .............................
136
9. Penilaian Rata-Rata Bobot Faktor Eksternal ..............................
136
10.Perhitungan Rata-Rata Rating pada Eksternal ...........................
137
11. Perhitungan Rata-Rata Rating pada Internal .............................
137
xv
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara beriklim tropis memiliki keanekaragaman
hayati yang melimpah, salah satunya adalah buah-buahan. Buah-buahan
merupakan
komoditas
pertanian
yang
dikelompokkan
dalam
kelompok
hortikultura bersama dengan komoditas sayuran, biofarmaka, dan tanaman hias.
Buah-buahan merupakan produk pertanian yang memberikan kontribusi terbesar
dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional untuk subsektor pertanian
hortikultura. Kontribusi PDB nasional buah-buahan pada tahun 2007 sebesar
42.362 milyar atau 55,16 persen dari total nilai PDB Nasional Hortikultura
(Direktorat Jenderal Hortikultura 2008).
Nilai PDB nasional komoditas buah-buahan tiap tahun terus mengalami
peningkatan (Direktorat Jenderal Hortikultura 2008). Peningkatan yang signifikan
terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp 3.754 milyar atau 11,84 persen. Adapun
pada tahun 2005 sebesar 31.694 milyar atau 3,02 persen dan tahun 2004 sebesar
30.765 milyar atau sebesar 8,92 persen. Nilai PDB Nasional hortikultura yang
terus
mengalami
peningkatan
mengindikasikan
adanya
potensi
dalam
pengembangan komoditas buah-buahan. Nilai PDB hortikultura berdasarkan
harga berlaku dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2003-2007
Nilai PDB (Milyar Rp.)
No Kel. Komoditas
2003
2004
2005
2006
2007
1
Buah-buahan
28.246
30.765
31.694
35.448
42.362
2
Sayuran
20.573
20.749
22.630
24.694
25.587
3
Biofarmaka
565
722
2.806
3.762
4.105
4
Tanaman Hias
4.501
4.609
4.662
4.734
4.741
53.885
56.844
61.792
68.639
76.795
Total Hortikultura
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008
Akan tetapi nilai PDB buah-buahan Indonesia yang tergolong cukup tinggi
tersebut tidak sebanding dengan tingkat konsumsi buah-buahan masyarakat
Indonesia. Hal ini bisa dilihat pada Tabel 2. yang menunjukkan tingkat konsumsi
1
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
buah-buahan rata-rata per kapita dari tahun 2003-2007 adalah 27,88
kg/kapita/tahun. Food Agriculture Organization (FAO) memperkirakan bahwa
untuk mencapai keseimbangan gizi makanan, maka paling tidak konsumsi buah
harus mencapai 70 kilogram per tahun per kapita.1 Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat konsumsi bauh-buahan per kapita masyarakat Indonesia masih di bawah
standar yang diharapkan. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan konsumsi
buah-buahan pada masyarakat Indonesia sangat diperlukan.
Tabel 2. Konsumsi Perkapita Hortikultura Tahun 2003-2007
Konsumsi Perkapita (Kg/Tahun)
Kelompok
No
Komoditas
2003
2004
2005
2006
2007
1
Buah-buahan
29,44
27,19
25,17
23,56
34,06
2
Sayuran
34,52
33,49
35,33
34,16
39,39
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008
Pengolahan memungkinkan untuk meningkatkan kegemaran masyarakat
dalam mengkonsumsi buah-buahan. Salah satu cara meningkatkan nilai tambah
buah-buahan adalah mengolahnya menjadi sari buah (juice). Upaya pengolahan
lebih lanjut bertujuan untuk memberi nilai tambah dan memperpanjang masa
simpannya, sehingga dapat dikonsumsi kapan saja dan lebih praktis. Hal ini
terkait dengan karateristik produk buah-buahan yang tidak tahan lama dan mudah
rusak karena pengaruh fisika (sinar matahari, benturan fisik) dan pengaruh
biologis (mikroba, kapang) terutama pada saat panen melimpah.
Produk sari buah (Juice) dapat diproduksi dari berbagai macam jenis buahbuahan, diantaranya buah jambu biji. Sari buah jambu biji banyak dikonsumsi
masyarakat karena rasanya yang manis, aromanya yang harum, dan harganya
terjangkau. Selain banyak dikonsumsi karena rasanya yang enak, sari buah jambu
biji juga sering dikonsumsi masyarakat sebagai minuman kesehatan. Hal ini
terkait dengan kandungan Vitamin C buah jambu biji yang lebih besar daripada
jeruk (Parimin 2007) dan kemampuannya untuk meningkatkan kadar trombosit
darah (Prabawati 2005). Jambu biji mengandung beberapa asam amino yang
berperan dalam pembentukan trombosit. Selain itu buah jambu biji memiliki nilai
1
Andi. 2006. Kebijakan Bea Masuk Pertanian. http://www.sinarharapan.co.id. [5 Februari
2009]
2
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
gizi yang tinggi dan berkhasiat sebagai antioksidan. Adapun kandungan nutrisi
dalam 100 gram jambu biji masak segar adalah: energi 49,00 kal; protein 0,90 g;
lemak 0,30 g; karbohidrat 12,30 g; kalsium 14,00 mg; fosfor 28,00 mg; besi 1,10
mg; vitamin A 25 SI; vitamin B1 0,02 mg; vitamin B2 0,04 mg; vitamin C 87,00
mg; niacin 1,10 mg; serat 5,60 mg; dan air 86 g.
Selain rasanya yang enak dan kandungan gizinya yang tinggi, jambu biji
juga merupakan salah satu jenis buah-buahan yang tersebar di berbagai daerah
Indonesia. Provinsi yang menjadi sentra produksi jambu biji di Indonesia antara
lain Provinsi Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara,
dan Jawa Timur. Produksi jambu biji di tiap provinsi di Indonesia tahun 2006 dan
2007 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Produksi Jambu Biji di Setiap Provinsi di Indonesia Tahun 2006 dan
2007
Produksi (Ton)
No
Provinsi
2006
2007
1
Jawa Barat
47.736
65.131
2
Nusa Tenggara Barat
27.859
19.075
3
Jawa Tengah
19.697
16.549
4
Sumatera Utara
13.782
15.660
5
Jawa Timur
22.224
14.309
6
Sulawesi Selatan
7.944
8.813
7
Nusa Tenggara Timur
5.062
4.549
8
Sumatera Selatan
5.757
4.198
9
DI. Yogyakarta
5.035
3.983
10
Banten
7.443
3.946
11
Provinsi Lainnya
33.641
39.810
196.180
179.474
Total
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008
Provinsi Jawa Barat merupakan daerah sentra produksi jambu biji tertinggi
di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. dimana total produksi jambu
biji Jawa Barat pada tahun 2006 sebesar 47.736 ton atau 24,33 persen dari total
produksi jambu biji di Indonesia sedangkan pada tahun 2007 sebesar 65.131 ton
3
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
atau 36,29 persen.
Total produksi Jawa Barat ini merupakan kontribusi dari kabaputen/kota
yang terdapat di wilayah Jawa Barat. Salah satu kabupaten/kota yang
berkontribusi terhadap produksi jambu biji di Jawa Barat adalah Kabupaten
Subang. Pada tahun 2007, luas area tanam jambu biji di Kabupaten Subang adalah
214,37 ha dengan luas panen 142,31 ha (BPS Kabupaten Subang 2008). Menurut
data BPS Kabupaten Subang, produksi jambu biji di Kabupaten Subang dari tahun
2004 hingga 2007 terus mengalami perkembangan. Perkembangan produksi, luas
panen, dan produktivitas jambu biji di Kabupaten Subang dari tahun ke tahun
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Jambu Biji di
Kabupaten Subang Tahun 2003-2007
Produksi
Luas Panen
Produktivitas
No
Tahun
(Ton)
(Ha)
(Ton/Ha)
1
2003
700,81
33,36
2,1
2
2004
639,60
48,12
13,29
3
2005
999,81
125,48
7,97
4
2006
2.762,51
141,72
19,49
5
2007
2.882,30
142,31
20,25
Sumber : BPS Kabupaten Subang, 2008; diolah
Potensi pengembangan pengolahan jambu biji menjadi sari buah di
Kabupaten Subang cukup tinggi mengingat terus meningkatnya produksi jambu
biji di wilayah tersebut. Selain itu, potensi pasar produk sari buah cukup besar.
Menurut Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM), pada tahun 2008 terdapat
35 industri kecil menengah dan 20 perusahaan besar yang memproduksi sari buah
dengan 60 merek. Pertumbuhan pasar produk sari buah tergolong pesat dengan
nilai pertumbuhan 15-20 persen tiap tahun dan menguasai 5 persen dari total pasar
minuman (Poeradisastra 2009). Salah satu pelaku bisnis yang memproduksi sari
buah adalah PT. Lipisari Patna yang khusus memproduksi sari buah jambu biji
dalam kemasan dengan merk “Jus Lipisari”.
4
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
1.2.
Perumusan Masalah
Buah-buahan merupakan komoditas pertanian yang mudah mengalami
perubahan-perubahan akibat pengaruh mekanisme fisik, kimia, biologis dan
mikrobiologis. Pengaruh-pengaruh tersebut bisa mengakibatkan kerusakan atau
pembusukan, terutama pada saat panen melimpah. Diperlukan pengolahan lebih
lanjut guna meningkatkan nilai tambah pada komoditas buah-buahan. Salah satu
bentuk pengolahan pada buah-buahan adalah dengan pembuatan sari buah. Jambu
biji merupakan komoditas pertanian yang memiliki karakteristik perishable
seperti buah-buahan lainnya. Pembuatan sari buah jambu biji merupakan salah
satu upaya dalam memperpanjang masa simpan dan menambah nilai jual jambu
biji.
PT. Lipisari Patna merupakan perusahaan pengolahan jambu biji menjadi
produk yang memiliki nilai tambah. Perusahaan tersebut mengolah jambu biji
menjadi sari buah jambu biji dan dikemas dalam kemasan siap minum. Jus Jambu
Biji Lipisari mulai dikenal dikalangan masyarakat Subang sejak tahun 1988. Akan
tetapi, pemasaran produknya masih terbatas hanya mengandalkan nama B2PTTG
LIPI yang dikenal sebagai pusat pengembangan teknologi tepat guna.
Penjualannya pun hanya mengandalkan konsumen yang datang ke PT. Lipisari
Patna. Hal ini menyebabkan jaringan pemasaran produk belum luas sehingga
kapasitas produksi perusahaan masih minim.
Pesaing-pesaing yang dihadapi usaha ini merupakan perusahaanperusahaan besar yang memproduksi produk sari buah secara besar dengan
kemasan yang menarik, jaringan pemasaran yang luas, dan promosi besar-besaran.
Menurut Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM), pada tahun 2008 teradapat
35 industri kecil menengah dan 20 perusahaan besar yang memproduksi sari buah
dengan 60 merek yang beredar di pasaran. Produk perusahaan besar yang beredar
dipasaran antara lain Buavita dan Gogo dari PT. Unilever yang sebelumnya oleh
PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. PT. Unilever
mengkomunikasikan “Be Frutarian with Buavita” melalui berbagai media seperti
iklan di televisi, radio, dan media cetak. Selain itu, PT. Unilever khusus membuat
website www.be-frutarian.com dengan maksud konsumen dapat mengakses
informasi seputar manfaat mengkonsumsi Buavita dan buah-buahan dari website
5
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
tersebut (Poeradisastra 2009). Coca-cola Company memproduksi merek Minute
Maid Pulpy Orange yang menawarkan produk sari buah jeruk dengan bulir jeruk
asli didalamnya. Selain itu terdapat beberapa merek seperti County Choice dari
PT. Sinar Sosro, Jungle Juice, dan Love Juice.
Selain pesaing-pesaing dalam industri sari buah, PT. Lipisari Patna
menghadapi ancaman produk substitusi mulai banyak beredar salah satunya
adalah produk minuman sari buah kemasan gelas cup dengan rasa buah yang
bervariasi. Tingkat harga lebih terjangkau, memiliki fungsi yang sama sebagai
minuman siap minum yang menyegarkan, dan produk mudah didapat oleh
konsumen.
Rata-rata produksi PT. Lipisari Patna pada tahun 2008 sebesar 18.000 cup
per bulan. Padahal proses produksi yang dilakukan perusahaan telah
menggunakan peralatan modern dengan kapasitas produksi optimum adalah 2.500
cup per hari. Jumlah produksi yang masih belum optimum tersebut dikarenakan
pemasaran yang dilakukan masih tergolong pasif. Tingkat penjualan produk pada
periode 2006-2008 mengalami kondisi pertumbuhan stagnan dimana pertumbuhan
tahun 2008 sama dengan tahun 2007 yaitu 4,08 persen. Tingkat penjualan produk
PT. Lipisari Patna dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Tingkat Penjualan PT. Lipisari Patna Tahun 2005-2008
Tahun
Penjualan (cup)
Pertumbuhan (%)
2005
2006
2007
2008
138.180
216.840
225.690
234.900
-
56,93%
4,08%
4,08%
Sumber : Lipisari, 2009
Kondisi manajerial perusahaan terjadi rangkap jabatan. Manajemen umum
dipegang oleh karyawan B2PTTG LIPI yang ditunjuk oleh Kepala B2PTTG LIPI
Subang dimana tugas utama manajemen umum adalah sebagai peneliti di
B2PTTG LIPI, bukan sebagai karyawan PT. Lipisari Patna. Selain itu, seorang
manajer produksi sekaligus sebagai manajer keuangan dan manajer produksi
sekaligus sebagai manajer operasional. Hal ini tentunya sangat menghambat
perkembangan usaha yang dijalankan karena spesialisasi pekerjaan tidak berjalan.
Kondisi ini tentunya berpengaruh pada profit perusahaan yang semakin
6
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
terancam. Oleh karena itu diperlukan perancangan strategi pengembangan usaha
yang tepat untuk mengembangkan usaha PT. Lipisari Patna agar mampu bertahan
dalam lingkungan yang seringkali tidak dapat diprediksi, mampu berubah serta
menghadapi masalah yang ada, baik masalah internal maupun eksternal
perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian
adalah sebagai berikut:
1.
Faktor-faktor lingkungan internal apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan
Lipisari?
2.
Faktor-faktor lingkungan eksternal apa yang menjadi peluang dan ancaman
Lipisari?
3.
Strategi bisnis apa yang dapat diterapkan oleh manajemen Lipisari sesuai
dengan kondisi lingkungan perusahaan?
4.
Bagaimana perancangan strategi pengembangan usaha Lipisari untuk sepuluh
tahun ke depan dalam kegiatannya mengembangkan usaha dan menghadapi
permasalahan yang akan terjadi pada perusaahaan?
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1.
Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan
dan kelemahan Lipisari.
2.
Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang
dan ancaman Lipisari.
3.
Membuat formula strategi bisnis yang dapat diterapkan oleh manajemen
Lipisari sesuai dengan kondisi lingkungan perusahaan.
4.
Membuat perancangan strategi pengembangan usaha Lipisari untuk sepuluh
tahun ke depan dalam kegiatannya mengembangkan usaha dan menghadapi
permasalahan yang akan terjadi pada perusahaan.
1.4.
Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1.
Sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam pengembangan usaha
pengolahan sari buah jambu biji PT. Lipisari Patna.
7
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
2.
Informasi bagi pembaca dalam melakukan riset atau penelitian lajutan terkait
pengolahan sari buah jambu biji dan industri agribisnis jambu biji.
1.5.
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi analisis faktor internal dan
eksternal baik berupa kekuatan, kelemahan, peluang, maupun ancaman yang
dimiliki perusahaan yang menjadi dasar untuk menyusun formulasi dalam
perancangan strategi pengembangan usaha yang bisa diterapkan oleh perusahaan
pengolahan sari buah Lipisari selama sepuluh tahun ke depan.
8
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jambu Biji
2.1.1
Botani dan Morfologi Jambu Biji
Jambu biji memiliki nama ilmilah Psidium guajava yang termasuk ke
dalam family Myrtaceae. Psidium berasal dari bahasa Yunani, yaitu “psidium”
yang artinya delima. Sedangkan “guajava” berasal dari nama yang diberikan oleh
orang Spanyol. Di Indonesia, tanaman ini dapat dijumpai di daerah dengan
ketinggian sampai dengan 1200 mdpl. Jambu biji dapat berbuah sepanjang tahun,
sedangkan musim panen raya antara bulan Desember sampai Februari, dan bulan
Juni sampai Agustus (Parimin 2007).
Adapun taksonomi tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledone
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Psidium
Spesies
: Psidium guajava
Tanaman ini berasal dari Brazil, Amerika Tengah dan menyebar ke
Thailand kemudian ke negara-negara di Asia seperti Indonesia. Jambu biji juga
punya nama sebutan lain, misalnya di Aceh dikenal dengan nama glima breueh, di
Sumatera dikenal glimeu beru, galiman, masiambu, biawas, jambu biawas, jambu
biji, di Jawa dikenal jambu klutuk, jambu krutuk, jhambu bhender, bayawas,
tetokal, tokal, di Manado dikenal dengan nama gojawas, di Kalimantan dikenal
dengan nama Libu atau Nyibu, di Nusa Tenggara dikenal kojabas, dan di Maluku
dikenal kayawese.2)
2)
Prihatman. 2000. Jambu Biji/Jambu Batu (Psidium guajava L.). http://www.ristek.go.id
[8 Januari 2009]
9
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu bercabang, dalam
bahasa Inggris disebut Lambo guava. Tingginya dapat mencapai 3-10 m dan
umurnya hingga sekitar 30-40 tahun. Tanaman ini sudah mampu berbuah saat
berumur sekitar 2-3 bulan. Tanaman jambu biji berbuah dan berbunga sepanjang
tahun.
Batang jambu biji berkayu keras, liat, tidak mudah patah, kuat, padat, dan
memiliki warna cokelat atau cokelat keabu-abuan. Daun jambu biji berbentuk
bulat panjang, bulat langsing, atau bulat oval dengan ujung tumpul atau lancip
serta memiliki warna hijau tua, hijau muda, merah tua, dan hijau berbelang
kuning. Sedangkan buah jambu biji berbentuk bulat atau bulat lonjong dengan
kulit buah berwarna hijau saat muda dan berubah menjadi kuning muda
mengkilap setelah matang. Pada setiap satu hektar tanaman jambu biji dapat
menghasilkan sebanyak 25-40 ton/tahun (Parimin 2007)
2.1.2
Jenis Jambu Biji
Menurut Parimin (2007), hingga saat ini terdapat lebih dari 97 varietas
jambu biji yang tersebar di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Dari
sejumlah jenis jambu biji, terdapat beberapa varietas jambu biji yang digemari
masyarakat Indonesia dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomisnya
yang relatif lebih tinggi diantaranya:
a
Jambu biji kecil
Jambu biji kecil atau jambu biji menir adalah salah satu jenis jambu yang
unik dan menarik dengan panjang buah 3 cm, lebar 3 cm, dan bobot maksimal 12
gram/buah. Rasa buah manis sedikit asam dan beraroma harum. Kulit buah
berwarna hijau muda mengkilap dan dagingnya putih dengan jumlah biji banyak.
b
Jambu biji sukun
Jambu biji sukun merupakan salah satu jambu tanpa biji yang tumbuh
secara partenokarpi dan bila tumbuh dekat dengan jambu biji akan cenderung
berbiji kembali. Ciri buah jambu sukun tanpa biji adalah berbentuk bulat simetris
atau persegi panjang. Rasa buah manis, enak, dan segar. Warna kulit buah hijau
muda dan mengkilap setelah matang, daging buahnya berwarna putih, tebal,
padat, serta bertekstur keras.
10
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
c
Jambu biji bangkok
Jambu biji Bangkok memiliki ciri, antara lain buahnya berukuran besar
dengan bobot 500-1.200 gram, dagingnya tebal dan sedikit bijinya, rasanya agak
hambar. Jenis tanaman jambu biji bangkok termasuk pendek dan berbuah sangat
lebat.
d
Jambu biji merah getas
Jambu merah getas merupakan jambu biji hasil persilangan jambu biji
pasar minggu yang berdaging merah dengan jambu biji bangkok. Jambu biji
merah getas memiliki keunggulan antara lain daging buahnya merah menyala atau
merah cerah, tebal, berasa manis, harum, dan segar. Jambu biji ini tahan terhadap
hama dan penyakit. Produktivitas jambu biji merah getas cukup tinggi karena
mampu berbuah sepanjang tahun dan berbuah lebat.
e
Jambu biji susu
Jambu biji ini berasal dari Pasar minggu. Bentuk buahnya bulat dan
meruncing di bagian dekat tangkai buah. Daging buahnya berwarna putih seperti
susu. Rasa buahnya kurang manis dibandingkan jambu merah getas atau jambu
Bangkok dan mengandung banyak biji.
f
Jambu pasar minggu
Jambu biji ini memiliki bentuk agak lonjong seperti alpukat dengan daging
buahnya merah, berasa manis, bertekstur lembut, dan beraroma harum. Kulit buah
tipis dan berwarna hijau kekuning-kuningan dengan permukaan halus pada saat
matang.
2.1.3
Kandungan Gizi
Kandungan nutrisi dalam 100 gram jambu biji terdapat energi 49,00 kal;
protein 0.90 g; lemak 0,30 g; karbohidrat 12,30 g; kalsium 14,00 mg; fosfor 28,00
mg; besi 1,10 mg; vitamin A 25 SI; vitamin B1 0,02 mg; vitamin B2 0,04 mg;
vitamin C 87,00 mg; niacin 1,10 mg; serat 5,60 mg; air 86 g; total kalori 49 kalori;
dan bagian yang dapat dimakan sebanyak 82%. Sebagian besar vitamin C jambu
biji terkonsentrasi pada kulit serta daging bagian luarnya yang lunak dan tebal.
Kandungan vitamin C jambu biji mencapai puncaknya menjelang matang.
Kandungan vitamin C per 100 gram jambu biji matang adalah 150,50 mg, matang
optimal sebanyak 130,13 mg, dan lewat matang sebanyak 132,24 mg. Sementara
11
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
kandungan gula atau kemanisan jambu biji matang sebanyak 3,36%, matang
optimal 3,71%, sedangkan lewat matang sebanyak 1,84%. Selain itu jambu biji
mengandung serat pektin (serat larut air), tanin, kalium, zat karotenoid, dan
likopen terutama jambu biji berwarna merah (Parimin 2007).
2.1.4
Manfaat
Sari buah jambu biji dapat membantu meningkatkan kadar trombosit
dalam tubuh penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) secara tidak
langsung. Hal ini disebabkan karena jambu biji mengandung beberapa asam
amino (Prabawati 2005). Menurut Parimin (2007), jambu biji bermanfaat dalam
menurunkan kolesterol dengan cara mengikat kolesterol dan asam empedu dalam
tubuh serta membantu mengeluarkannya karena mengandung pektin (serat larut
air). Selain itu kandungan tanin dalam jambu biji bermanfaat dalam memperlancar
sistem percernaan dan sirkulasi darah serta menyerang virus. Kalium dalam jambu
biji berfungsi meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi
otot, mengatur pengiriman zat-zat gizi ke sel tubuh, serta menurunkan kadar
kolesterol total dan tekanan darah tinggi (hipertensi)
2.2 Sari buah
Sari buah atau jus (fruit juice) adalah cairan yang terdapat secara alami
dalam buah-buahan. Sari buah populer dikonsumsi manusia sebagai minuman.
Sari buah merupakan hasil pengepresan, penghancuran atau ekstraksi buah segar
yang telah masak melalui proses penyaringan. Buah yang digunakan sebagai sari
buah harus dalam keadaan matang dan mempunyai cita rasa yang menyenangkan
dan banyak mengandung asam (Fathiyah 2005).
Minuman sari buah adalah minuman ringan yang dibuat dari bubur buah
dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula dan bahan tambahan makanan
yang diizinkan (Standar Nasional Indonesia [SNI], 1995 diacu dalam Fathiyah,
2005). Menurut Codex Alimentarius diacu dalam Nuraini (1999), yang dimaksud
dengan produk minuman sari buah (Fruit juice) adalah cairan jernih atau keruh
yang tidak difermentasi, yang diperoleh dari buah-buahan yang telah masak dan
masih segar.
12
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Pada prinsipnya dikenal dua macam sari buah, yaitu :
1) Sari buah encer (dapat langsung diminum), yaitu cairan buah yang diperoleh
dari pengepresan daging buah, dilanjutkan dengan penambahan air dan gula
pasir.
2) Sari buah pekat/Sirup, yaitu cairan yang dihasilkan dari pengepresan daging
buah dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik dengan cara pendidihan
biasa maupun dengan cara lain seperti penguapan dengan hampa udara, dan
lain-lain. Sirup ini tidak dapat langsung diminum, tetapi harus diencerkan
terlebih dahulu dengan air (1 bagian sirup dengan 5 bagian air).
Menurut Nuraini (1999), dalam perdagangan internasional minunan sari
buah dibedakan dalam empat jenis, yaitu:
1.
Fruit Juice, yaitu seratus persen buah tanpa pengawet. Biasanya sari buah ini
perlu ditambah air dalam ukuran tertentu untuk bisa dikonsumsi. Jenis sari
buah ini biasanya diimpor oleh industri minuman untuk selanjutnya diolah
menjadi sari buah (fruit juice drink).
2.
Fruit juice nectar, yaitu sari buah dengan kadar 25 sampai 30 persen
ditambah gula dan air. Jenis minuman ini biasanya mengandung 50 persen
sari buah jeruk dan apel, 40 persen untuk buah apricot, 25 persen untuk buah
markisa dan buah jambu.
3.
Fruit juice drink, jenis minuman yang memiliki kadar sari buahnya 10 persen
sampai 12 persen. Kadang-kadang minuman ini ditambahkan asam sitrat,
asam askarbat, essential oil, aroma, dan zat pengawet. Diantaranya yang
paling popular adalah carbonated orange juice yang mengandung 10 persen
sampai 12 persen sari buah.
4.
Multi fruit dan multi vitamin beverage, yaitu jenis minuman sari buah yang
dicampur berbagai jenis sari buah seperti buah jeruk, apel, nenas, dan apricot.
2.3 Pengertian Industri
Banyaknya kriteria yang digunakan dalam menggolongkan skala industri
membuat pengertian industri di Indonesia belum dapat ditentukan dengan pasti.
Kriteria yang biasa digunakan dalam penentuan skala industri adalah seperti
jumlah penjualan tahunan, jumlah pekerja, jumlah modal atau aset yang dimiliki,
atau besarnya biaya operasional.
13
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Menurut BPS (1999) diacu dalam Musfita (2007), industri merupakan
suatu kelompok perusahaan yang memproduksi barang yang sama untuk pasar
yang sama. Industri pengolahan adalah salah satu kegiatan ekonomi yang
melakukan kegiatan mengubah barang dasar secara mekanik, kimia atau dengan
tangan sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi atau barang yang kurang
nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat
kepada pemakai akhir. Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit usaha
yang melakukan kegiatan ekonomi yang bertujuan menghasilkan barang atau jasa.
Kegiatan ekonomi bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Pengelompokan
industri berdasarkan tenaga kerja dibedakan atas empat golongan, yaitu:
a
Industri rumah tangga
: memiliki tenaga kerja 1-4 orang
b
Industri kecil
: memiliki tenaga kerja 5-19 orang
c
Industri sedang
: memiliki tenaga kerja 20-99 orang
d
Industri besar
: memiliki tenaga kerja 100 orang atau lebih
Menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1984 tentang perindustrian :
a
Industri adalah kegiatan ekonomi mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih
tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri.
b
Kelompok industri adalah bagian-bagian utama kegiatan industri yakni
kelompok hulu atau juga disebut kelompok industri dasar, kelompok industri
hilir dan kelompok industri kecil.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang industri, sehingga industri dapat
diartikan sebagai kelompok usaha baik usaha kecil, menengah, dan besar yang
bergerak dalam kegiatan ekonomi yang memproduksi barang yang sama dan pasar
yang sama.
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian formulasi strategi bersaing minuman sari buah sirsak PT.
Minuman SAP yang dilakukan Okta (2004) menganalisis strategi bersaing usaha
pengolahan minuman sari buah. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE,
matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT, dan matriks QSPM. Hasil dari analisis
matriks IFE menunjukkan nilai rata-rata sebesar 3,020. Sedangkan hasil analisis
14
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
EFE menunjukkan nilai rata-rata sebesar 2,603. Hasil pencocokan matriks IFE
dan EFE dengan menggunakan matriks IE menunjukkan posisi perusahaan berada
pada Sel IV berada pada posisi tumbuh dan bina. Strategi yang bisa digunakan
oleh perusahaan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar,
pengembangan produk) dan strategi integratif (integrasi ke belakang, ke depan,
horizontal). Hasil dari analisis QSPM diperoleh prioritas strategi perusahaan yaitu
memanfaatkan kemajuan teknologi pengemasan untuk meningkatkan keunggulan
dan memperluas jaringan distribusi dengan nilai TAS sebesar 6,765.
Yulia (2006) melakukan penelitian dengan judul Analisis Strategi
Pengembangan Usaha Rajungan di PT Muara Bahari Internasional Kabupaten
Cirebon, Jawa Barat. Dengan menggunakan alat analisis IFE diperoleh kekuatan
paling penting adalah lokasi perusahaan dekat dengan bahan baku dan transportasi
mudah, keuletan pemilik dalam mengelola usaha dan modal kuat milik sendiri.
Sedangkan faktor internal yang menjadi peluang penting bagi perusahaan adalah.
Adanya kebijakan pemerintah yang mendorong peningkatan ekspor non migas
serta dukungan pemerintah terhadap ekspor perikanan. Berdasarkan hasil analisis
matriks IFE diperoleh total nilai skor sebesar 2,334 dan EFE sebesar 3,0411
dimana menempatkan posisi perusahaan pada pada Sel II. Perusahaan berada pada
posisi tumbuh dan bina dengan strategi yang bisa digunakan oleh perusahaan
adalah strategi intensif dan strategi integratif.
Hasil dari analisis SWOT menghasilkan alternatif strategi yang dilanjutkan
dengan analisis QSPM untuk mentukan prioritas strategi. Hasil analisis QSPM
didapat strategi yang menjadi prioritas utama yaitu strategi mempertahankan
kualitas dan meningkatkan kuantitas produk untuk mempertahankan pelanggan
yang ada dan menarik pelanggan potensial dengan nilai TAS sebesar 5,737.
Beruntung (2005) melakukan penelitian dengan judul Formulasi Strategi
Pengembangan Bisnis Produk Nata De Coco yang dilakukan di PT. Keong
Nusantara Abadi, Kabupaten Natar, Lampung dengan menggunakan analisis
matriks IFE dan EFE, matiks IE, matriks SWOT, dan QSPM. Skor Internal
Factor Evaluation mencapai nilai rata-rata sebesar 2,657. Sedangkan Skor
Eksternal Factor Evaluation mencapai nilai rata-rata sebesar 2,521. Berdasarkan
tahap pencocokan matriks IE didapatkan posisi perusahaan pada kuadran V
15
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
berada pada posisi pertahankan dan pelihara.
Dengan menggunakan analisis matriks SWOT didapatkan strategi: (1)
Menciptakan produk yang mempunyai brand image, (2) Menjaga citra perusahaan
di mata konsumen, (3) Mempertahankan dan terus membina hubungan baik
dengan supplier demi kelancaran produksi, (4) Peningkatan kualitas SDM
perusahaan dengan pelatihan dan pengembangan karyawan, (5) Memperluas
pengembangan
dan
penganekaragaman
produk,
(6)
Memperluas
dan
mempertahankan pasar yang sudah ada, (7) Meningkatkan keunggulan produk
untuk menghadapi ancaman pesaing dan produk substitusi, (8) Melakukan
perencanaan produksi dan efisiensi biaya. Dengan menggunakan analisis QSPM
diperoleh prioritas strategi yang diterapkan perusahaan adalah meningkatkan
keunggulan produk untuk menghadapi ancaman pesaing dan produk substitusi
dengan nilai TAS sebesar 19,289.
Sianturi (2008) melakukan penelitian tentang Strategi Pengembangan
Usaha Easther Seafood. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, matriks
EFE, matriks IE, matriks SWOT, dan matriks QSPM. Hasil dari analisis matriks
IFE menunjukkan nilai rata-rata sebesar 2,734. Sedangkan hasil analisis EFE
menunjukkan nilai rata-rata sebesar 3,2396. Hasil pencocokan matriks IFE dan
EFE dengan menggunakan matriks IE menunjukkan posisi perusahaan berada
pada Sel II berada pada posisi tumbuh dan bina. Strategi yang bisa digunakan oleh
perusahaan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar,
pengembangan produk) dan strategi integratif (integrasi ke belakang, ke depan,
horizontal). Alternatif strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT dilanjutkan
pada tahap keputusan dengan menggunakan analisis QSPM dimana diperoleh
prioritas strategi perusahaan yaitu memperluas skala usaha dengan meningkatkan
penawaran dan pangsa pasar dengan nilai TAS=5,3734.
Ardhi (2008) melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan
usaha Banisi di Kecamatan Soreang, Kabaupaten Bandung. Penelitian ini
membahas mengenai strategi yang tepat untuk pengembangan usaha pengolahan
ikan bandeng isi yang tergolong produk baru. Alat analisis yang digunakan pada
penelitian ini adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, SWOT dan Arsitektur
Strategik.
16
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Hasil analisis matriks IFE diperoleh nilai rata-rata sebesar 2,739.
Sedangkan hasil analisis matriks EFE diperoleh nilai rata-rata 2,487. Berdasarkan
hasil pencocokan matriks IFE dan EFE diketahui posisi perusahaan terletak pada
kuadran V. Pada posisi ini perusahaan dapat dikelola dengan strategi pertahankan
dan pelihara (hold and maintain) yaitu penetrasi pasar dan pengembangan produk.
Pada penelitian ini tidak menggunakan tahap analisis keputusan QSPM, setelah
tahap pencocokan dengan matriks IE dilanjutkan dengan analisis matriks SWOT.
Hasil analisis mattiks SWOT menghasilkan sepuluh alternatif strategi.
Alternatif strategi hasil analisis SWOT adalah: (1) Memelihara hubungan
baik dengan para stakeholders seperti pemasok, pekerja, agen, konsumen, (2)
Melakukan promosi secara intensif dan efektif, (3) Meningkatkan jumlah produksi
dengan mengoptimalkan sumberdaya yang ada, (4) Upaya pengembangan
perusahaan dengan partnership, (5) Meningkatkan teknologi produksi dan
informasi, (6) Perbaikan profesionalitas manajemen, (7) Pengembangan
perusahaan dengan pemanfaatan bantuan modal, (8) Meningkatkan kreativitas
dalam membuat inovasi produk yang dapat diterima konsumen, (9) Membangaun
brand image, (10) Mencari alternatif bahan baku dari komoditas lain. Tahap
selanjutnya setelah setelah dilakukan analisis SWOT, dilakukan perancangan
arsitektur strategik dengan waktu implementasi 5 tahun.
Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai strategi pengolahan komoditas
pertanian, tahap formulasi strategi yang dilakukan cukup lengkap. Tahap input
yaitu tahap menganalisis faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan
dengan menggunakan alat analisis matriks IFE dan EFE, tahap pencocokan yang
menggunakan matriks IE untuk mengetahui posisi perusahaan dan matirks SWOT
untuk memperoleh alternatif strategi. Tahap terakhir yaitu tahap keputusan dengan
menggunakan analisis QSPM.
Penelitian yang dilakukan ini mencoba melanjutkan satu alat analisis yaitu
rancangan arsitektur strategik. Berdasarkan identifikasi penelitian-penelitian
terdahulu, setelah dilakukan analisis SWOT yang menghasilkan alternatif strategi
dilanjutkan dengan menggunakan analisis QSPM untuk menentukan prioritas
strategi yang baik untuk diimplementasikan. Setelah itu tidak dilakukan tahapan
analisis berikutnya.
17
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Pada penelitian ini, setelah dilakukan analisis SWOT dilanjutkan dengan
melakukan rancangan arsitektur strategik untuk memetakan alternatif strategi
yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu untuk mencapai tujuan perusahaan.
Rancangan arsitektur strategik ini disertai usulan program-program yang
direkomendasikan kepada perusahaan untuk dilakukan yang kaitannya dengan
implementasi alternatif strategi berdasarkan urutan waktu. Rancangan arsitektur
strategik ini mengacu kepada komponen visi, misi, dan tujuan perusahaan, sasaran
perusahaan, dan tantangan yang akan dihadapi perusahaan.
18
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Strategi
Strategi (strategy) adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang.
Strategi bisnis dapat
mencakup ekspansi geografis, diversifikasi, akuisisi,
pengembangan produk, penetrasi pasar, pengurangan bisnis, divestasi, likuidasi,
dan joint venture. Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan
keputusan manajemen tingkat atas dan sumberdaya perusahaan dalam jumlah
yang besar (David, 2006). Adapun menurut Jauch dan Glueck (1999) diacu dalam
Sudarwati (2004), strategi merupakan rencana yang disatukan, menyeluruh dan
terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan
lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama
perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.
Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa
meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang
apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian,
strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari
apa yang terjadi (Umar 2008). Strategi merupakan rumusan perencanaan
komprehensif tentang bagaimana mencapai misi dan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Strategi
akan
memaksimalkan
keunggulan
kompetitif
dan
meminimalkan keterbatasan (Hunger 2003).
3.2. Klafikasi Strategi
3.2.1. Strategi Generik
Menurut
David
(2006),
pada
prinsipnya
strategi
generik
dapat
dikelompokkan atas empat kelompok-kelompok strategi, yaitu:
a. Strategi Integrasi Vertikal (Vertical Integration Strategy). Strategi ini
menghendaki agar perusahaan melakukan pengawasan yang lebih terhadap
distributor, pemasok, dan/atau pesaingnya, misalnya melalui merger, akuisisi
atau membuat perusahaan sendiri.
b. Strategi Intensif (Intensive Strategy). Strategi ini memerlukan usaha-usaha
yang intensif untuk meningkatkan posisi persaingan perusahaan melalui
produk yang ada.
19
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
c. Strategi Diversifikasi (Diversification Strategy). Strategi ini dimaksudkan
untuk menambah produk-produk baru. Strategi ini makin kurang populer,
paling tidak ditinjau dari sisi tingginya tingkat kesulitan manajemen dalam
mengendalikan tingkat kesulitan perusahaan yang berbeda-beda.
d. Strategi Bertahan (Defensive Strategy). Strategi ini bermaksud agar
perusahaan melakukan tindakan-tindakan penyelamatan agar terlepas dari
kerugian yang lebih besar, yang pada ujung-ujungnya adalah kebangkrutan.
3.2.2. Strategi Utama
Strategi utama (grand strategy) merupakan strategi yang lebih operasional
yang merupakan tindak lanjut dari strategi generik. Jabaran strategi utama dari
strategi generik menurut David (2006) dapat dijelaskan melalui Tabel 6.
3.3. Manajemen Strategis
Manajemen strategis didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk
merumuskan,
mengimplementasikan,
dan
mengevaluasi
keputusan
lintas
fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai objektif. Manajemen
strategis terkait tentang mendapatkan dan mempertahankan keunggulan kompetitif
(David, 2006).
Menurut Hunger (2003), manajemen strategis adalah serangkaian
keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam
jangka panjang.
Manajemen
strategis
meliputi
pengamatan
lingkungan,
perumusan strategi (perencanaan strategis atau perencanaan jangka panjang),
implementasi strategi, dan evaluasi serta pengendalian. Manajemen strategis
menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang dan ancaman lingkungan
dengan melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan. Dapat dikatakan bahwa
manajemen strategis merupakan cara untuk mengelola semua sumberdaya guna
mengembangkan keunggulan kompetitif dan membantu menciptakan kesuksesan
di masa yang akan datang.
Menurut Pearce dan Robinson (1997), mendefinisikan manajemen
strategik
sebagai
sekumpulan
keputusan
dan
tindakan-tindakan
yang
menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencanarencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan.
20
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Tabel 6. Strategi Generik David (2006)
Strategi Generik
Strategi Integrasi vertikal
(Vertical Integration Strategy)
•
•
•
•
Strategi Intensif
(Intensive Strategi)
•
•
•
Strategi Diversifikasi
(Deversification Strategy
•
•
•
Strategi bertahan
(Defensive Strategy)
•
•
•
Strategi Utama
Strategi Integrasi Ke depan
(Forward Integration Strategy)
Strategi Integrasi ke belakang
(Backward Integration Strategy)
Strategi Integrasi Horisontal
(Horizontal Integration Strategy)
Strategi Pengembangan Pasar
(Market Development Strategy)
Strategi Pengembangan Produk
(Product Development Strategy)
Strategi Penetrasi Pasar
(Market Penetration Strategy)
Strategi Diversifikasi Konsentrik
(Concentric Deversification Strategy)
Strategi Diversifikasi Konglomerat
(Conglomerate Deversification Strategy)
Strategi Diversifikasi Horisontal
(Horizontal Deversification. Strategy)
Strategi Usaha Patungan
(Join Venture Strategy)
Strategi Penciutan Biaya
(Retrachment Strategy)
Strategi Penciutan Usaha
(Divestiture Strategy)
Strategi Likuidasi
(Liquidation Strategy)
3.4 Proses Manajemen Strategi
Proses manajemen strategis adalah alur dimana penyusun strategi
menentukan sasaran dan menyusun keputusan strategi. Menurut David (2006)
proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1. Formulasi
strategi
termasuk
mengembangkan
visi
dan
misi,
mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan
kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang,
merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan
dilaksanakan.
2. Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan
tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan
21
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
sumberdaya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan.
Implementasi
strategi
termasuk
mengembangkan
budaya
yang
mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan
mengarahkan pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan
memberdayakan sistem informasi dan menghubungkan kinerja karyawan
dengan kinerja organisasi.
3. Evaluasi strategi adalah tahap final dalam manajemen strategis. Tiga tahap
aktivitas dasar evaluasi strategi adalah (1) meninjau ulang faktor eksternal
dan internal yang menjadi dasar strategi saat ini, (2) mengukur kinerja,
dan (3) mengambil tindakan korektif.
3.5. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan
Visi adalah pandangan dan harapan akan sesuatu yang ditentukan oleh
seberapa kuat keinginan untuk survive (bertahan hidup). Visi merupakan suatu
sistem kehidupan yang menyusun langkah-langkah strategik dalam kehidupan
berorganisasi dan harus didasari dengan pandangan dan harapan yang terbaik akan
sesuatu. Visi diciptakan untuk bertahan hidup dari kemungkinan-kemungkinan
buruk yang tidak terduga. Menurut Umar (2008), visi merupakan tahap pertama
dalam perencanaan strategis terkait apa yang ingin dicapai perusahaan.
Misi adalah pernyataan tujuan jangka panjang yang membedakan satu
perusahaan dengan perusahaan sejenis lainnya (Umar 2008). Menurut Hunger
(2003), misi organisasi adalah tujuan atau alasan mengapa organisasi hidup. Misi
memberitahukan siapa kita dan apa yang kita lakukan. Misi mendefinisikan tujuan
mendasar dan unik yang membedakan suatu perusahaan dengan perusahaan lain.
Misi merupakan penjabaran tertulis mengenai visi agar visi menjadi mudah
dimengerti atau jelas bagi seluruh bagian perusahaan. Sedangkan menurut Pearce
dan Robinson (1997), misi suatu perusahaan adalah tujuan unik yang
membedakannya
dari
perusahaan-perusahaan
lain
yang
sejenis
dan
mengidentifikasi cakupan operasinya.
Tujuan merupakan hasil akhir aktivitas perencanaan. Tujuan merumuskan
apa yang akan diselesaikan dan kapan akan diselesaikan. Pencapaian tujuan
perusahaan merupakan hasil penyelesaian misi (Hunger 2003). Tujuan perusahaan
22
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
akan mempunyai banyak manfaat pada proses perumusan dan implementasi
strategi jika manajemen puncak dapat dengan baik merumuskan, melembagakan,
mengkomunikasikan dan menguatkan tujuan tersebut melalui perusahaan (David
2006).
3.6. Analisis Lingkungan Bisnis Perusahaan
Lingkungan bisnis dapat dibagi atas dua lingkungan, yaitu lingkungan
internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal dibagi ke dalam dua
kategori, yaitu lingkungan jauh dan lingkungan industri, yang merupakan
lingkungan yang berada di luar kendali perusahaan. Sementara lingkungan
internal merupakan aspek-aspek yang ada di dalam perusahaan.
3.6.1 Analisis Internal
Menurut Pearce dan Robinson (1997), lingkungan internal perusahaan
menggambarkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia, fisik, finansial
perusahaan juga dapat memperkirakan kelemahan (weakness) dan kekuatan
(strength) struktur organisasi maupun manajemen perusahaan.
Faktor internal perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi arah
dan tindakan perusahaan yang berasal dari internal perusahaan. Analisis internal
perusahaan membutuhkan pengumpulan, asimilasi, dan evaluasi informasi tentang
operasi perusahaan dimana faktor-faktor penentu keberhasilan terdiri atas
kekuatan dan kelemahan (David 2006). Aspek-aspek lingkungan internal
perusahaan bisa dilihat dari beberapa pendekatan, salah satunya pendekatan rantai
nilai (value chain).
3.6.1.1. Pendekatan Rantai Nilai (Value Chain)
Menurut Porter (1994), rantai nilai dari sebuah perusahaan dan aktivitasaktivitas di dalamnya mewakili semua aktivitas perusaahaan seperti desain,
produksi, pemasaran, pengiriman produk, dan aktivitas pendukung produk. Rantai
nilai merupakan cerminan dari sejarah perusahaan, strategi suatu perusahaan, dan
pendekatan di dalam mengimplementasikan strateginya, serta pembentukan dasar
ekonomi dari aktivitas-aktivitas bisnis itu sendiri.
Perbedaan rantai nilai di antara para pesaing merupakan sumber kekuatan
dalam persaingan (competitive advantage). Dalam persaingan, rantai nilai dapat
23
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
didefinisikan sebagai jumlah pembeli yang mau membayar untuk apa yang
diberikan oleh suatu perusahaan. Kebanyakan value diukur dari total pendapatan
pencerminan dari harga produk dan berapa banyak produk yang dapat dijual oleh
sebuah perusahaan. Suatu perusahaan menguntungkan jika value-nya melebihi
biaya pembuatan produk.
Rantai nilai memperlihatkan total nilai (value) dan isi dari aktivitas nilai
(value activities) serta nilai margin. Value activities adalah aktivitas-aktivitas fisik
dan teknologi yang dilakukan suatu perusahaan, dimana di dalamnya perusahaan
menciptakan produk yang bernilai bagi pembelinya. Margin adalah selisih dari
total nilai dan biaya total yang diperlukan untuk melakukan value activities.
Analisis rantai nilai diperlihatkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Konsep Rantai Nilai (Value Chain)
Sumber : Porter (1994)
Aktivitas nilai dapat dibagi menjadi dua kelompok umum yaitu kegiatan
utama (primary activities) dan aktivitas penunjang (support activities). Konsep
rantai nilai ini mampu menjelaskan bahwa setiap mata rantai baik kegiatan utama
maupun kegiatan penunjang dapat menambah nilai produk yang dihasilkan. Nilai
tambah yang dihasilkan oleh aktivitas-aktivitas tersebut merupakan harga yang
24
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
akan dibayar konsumen.
a. Kegiatan Utama
Kegiatan utama berhubungan dengan pembuatan produk secara fisik,
penjualan, pengiriman barang pada pembeli, dan pelayanan pasca pembelian.
Aktivitas primer terdiri dari lima kategori yaitu:
1) Logistik ke Dalam (Inbound Logistics)
Logistik ke dalam merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
penerimaan input, penyimpanan, penyebaran input-input menjadi barang produksi
seperti penanganan material, kontrol inventori, penjadwalan kendaraan, dan
pengembalian pada pemasok.
2) Operasi
Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengubahan input-input
menjadi produk jadi, seperti produksi, perakitan, pengemasan, pemeliharaan
peralatan, fasilitas operasi, penjaminan mutu, dan perlindungan terhadap
lingkungan.
3) Logistik ke luar
Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan,
dan pendistribusian produk kepada pembeli, seperti penyimpanan produk jadi,
penanganan material, operasi pengiriman dengan kendaraan, proses pemesanan,
dan penjadwalan.
4) Pemasaran dan penjualan
Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan barang produksi
sehingga produk dapat dibeli oleh konsumen dan membujuk konsumen untuk
melakukan pembelian produk, seperti pengiklanan produk, pemilihan channel,
relasi channel, dan penetapan harga.
5) Pelayanan
Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan pelayanan untuk
mendapatkan atau mempertahankan nilai dari produk, seperti layanan instalasi,
perbaikan, pelatihan, penyediaan suku cadang, pemeliharaan dan reparasi, bantuan
teknis, komplain, dan keinginan pembeli.
25
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
b. Kegiatan Penunjang
Kegiatan penunjang mencakup penyedian infrastruktur, manajemen
sumberdaya manusia, pengembangan teknologi, dan pembelian. Garis putus-putus
menunjukkan fakta bahwa pembelian, pengembangan teknologi, dan manajemen
sumber daya manusia dapat dihubungkan dengan aktivitas primer sama seperti
mendukung seluruh mata rantai. Infrastruktur perusahaan tidak dihubungkan
dengan aktivitas utama yang khusus tetapi mendukung keseluruhan mata rantai.
1) Infrastruktur Perusahaan
Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan manajemen umum dan
administrasi, keuangan, akuntansi, hukum, dan peraturan.
2) Manajemen Sumberdaya Manusia
Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan sumber daya
manusia,
perekrutan
karyawan,
pelatihan,
pengembangan
tenaga
kerja,
kompensasi, dan pemeliharaan karyawan.
3) Pengembangan Teknologi
Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan riset dan pengembangan produk,
riset dan pengembangan proses, perbaikan desain produksi, desain peralatan,
pengembangan peralatan lunak komputer, sistem telekomunikasi, desain dan
rekayasa berbasis komputer, serta teknologi yang melekat pada produk.
4) Pembelian
Kegiatan-kegiatan
yang
berhubungan
dengan
pencarian
pemasok
berkualitas dengan harga rendah dan mutu tinggi seperti pembelian dan
penyediaan bahan mentah, penyuplaian, pelayanan dan kebutuhan sumber daya
dari luar untuk mendukung perusahaan dan aktivitasnya.
3.6.2. Analisis Eksternal
Menurut
David
(2006),
tujuan
analisis
eksternal
adalah
untuk
mengembangkan daftar yang terbatas tentang peluang yang dapat memberi
manfaat dan ancaman yang harus dihindari. Untuk menjalankan audit eksternal,
perusahaan harus mendapat informasi tentang pesaing dan informasi tentang tren
ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, dan
teknologi. Lingkungan eksternal perusahaan dapat dibedakan menjadi lingkungan
jauh dan lingkungan industri.
26
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
3.6.2.1. Analisis Lingkungan Jauh
Lingkungan Jauh perusahaan terdiri dari faktor-faktor yang pada dasarnya
di luar dan terlepas dari perusahaan. Faktor utama yang bisa diperhatikan adalah
faktor politik, ekonomi, sosial budaya, dan teknologi. Lingkungan Jauh
memberikan kesempatan besar bagi perusahan untuk maju, sekaligus dapat
menjadi hambatan dan ancaman untuk maju (Umar 2008).
1. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim
berbisnis suatu perusahaaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk
pula iklim berbisnis. Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam
menganalisis ekonomi suatu dearah atau negara adalah: (1) siklus bisnis, (2)
tingkat inflasi, (3) suku bunga, (4) investasi, (5) harga-harga produk dan jasa, (6)
produktivitas, dan (7) tenaga kerja (Umar 2008).
2. Faktor Sosial
Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan mencakup keyakinan,
nilai, sikap, opini yang berkembang, dan gaya hidup dari orang-orang di
lingkungan di mana perusahaan beroperasi. Faktor-faktor ini biasanya
dikembangkan dari kondisi kultural, ekologis, pendidikan, dan kondisi etnis.
Seandainya faktor sosial berubah maka permintaan untuk berbagai produk dan
aktivitas juga turut mengalami perubahan (Purnomo 1999).
3. Faktor Teknologi
Faktor teknologi merefleksikan peluang dan ancaman bagi perusahaan.
Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, perkembangan produk,
merubah relative competitive cost, serta membuat barang dan jasa menjadi cepat
usang. Perubahan teknologi dapat mengurangi atau menghilangkan perbedaan
biaya antar perusahaan, menciptakan proses produksi yang lebih singkat,
menciptakan kelangkaan pada tenaga teknikal serta mampu merubah nilai-nilai
dan harapan pada stakeholders (Purnomo 1999).
Menurut Umar (2008), Teknologi tidak hanya mencakup penemuanpenemuan baru saja, tetapi juga meliputi cara-cara pelaksanaan atau metodemetode baru dalam mengerjakan suatu pekerjaan yang memberikan gambaran
yang luas, meliputi: mendesain, menghasilkan, dan mendistribusikan.
27
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
4. Faktor Politik (Pemerintah)
Menurut Purnomo (1999), arah dan stabilitas dari faktor politik dan hukum
merupakan pertimbangan utama bagi manajer dalam memformulasikan strategi
perusahaan. Faktor politik dan hukum mendefiniskan parameter-parameter hukum
dan bagaimana pengaturan perusahaan harus beroperasi. Kendala-kendala politik
diberlakukan terhadap perusahaan melalui keputusan perdagangan yang wajar,
program perpajakan, penentuan upah minimum, kebijakan polusi dan harga, serta
banyak tindakan lainnya yang bertujuan untuk melindungi karyawan, konsumen,
masyarakat umum dan lingkungan.
3.6.2.2. Lingkungan Industri
Lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal organisasi
yang manghasilkan komponen-komponen yang secara normal memiliki implikasi
yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap operasionalisasi perusahaan
(Purnomo 1999). Aspek lingkungan industri akan lebih mengarahkan pada aspek
persaingan dimana bisnis perusahaan berada. Konsep competitive strategy yang
dikemukan Michael E. Porter menganalisis persaingan bisnis berdasarkan lima
aspek utama yang disebut Lima Kekuatan Utama yaitu; (1) Ancaman masuk
pendatang baru, (2) Persaingan antar perusahaan dalam industri, (3) Ancaman dari
produk pengganti, (3) Kekuatan tawar-menawar pemasok, dan (5) Kekuatan
tawar-menawar pembeli. Penjelasan lengkap mengenai Lima Kekuatan Utama
dapat dilihat pada Gambar 2.
1.
Ancaman masuk pendatang baru
Pendatang baru dalam industri dapat mengancam pesaing yang ada. Hal
ini disebabkan pendatang baru seringkali membawa kapasistas baru, keinginan
merebut pangsa pasar, serta memiliki sumberdaya yang besar. Akibatnya harga
dapat menjadi turun atau biaya meningkat sehingga mengurangi kemampulabaan.
Selain itu, adanya pendatang baru dapat memaksa perusahaan yang sudah ada
untuk lebih efektif dan efesien serta belajar untuk bersaing dalam dimensi baru
(Purnomo 1999). Ada beberapa faktor penghambat pendatang baruk untuk masuk
ke dalam suatu industri yang sering disebut hambatan masuk (entry barrier).
Beberapa hal yang menjadi hambatan untuk memasuki industri antara lain skala
ekonomi, diferensiasi produk, persyaratan modal, biaya peralihan pemasok, akses
28
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
ke saluran distribusi, dan kebijakan pemerintah.
Pendatang
Baru
Ancaman
Pendatang Baru
Pesaing
Industri
Kekuatan Tawar
Pemasok
Kekuatan Tawar
Pembeli
Pembeli
Pemasok
Persaingan diantara
perusaahaan yang
ada
Ancaman Produk
Pengganti
Produk
Pengganti
Gambar 2. Konsep Competitive Strategy
Sumber : Porter (1990)
2.
Persaingan di antara anggota industri
Persaingan di antara pesaing yang ada biasanya berbentuk perlombaan
untuk mendapatkan posisi dengan menggunakan taktik-taktik seperti persaingan
harga, perang iklan, introduksi produk, dan meningkatkan pelayanan atau jaminan
kepada pelanggan. Menurut Porter (1990), tingkat persaingan perusahaan dalam
suatu industri dipengaruhi beberapa faktor, antara lain: (1) Jumlah kompetitor
(jumlah, ukuran, dan kekuatannya), (2) Tingkat pertumbuhan industri (cepat atau
lambat), (3) Karakteristik produk, (4) Biaya tetap yang besar, (5) Kapasitas, dan
(6) Hambatan keluar.
3.
Ancaman produk pengganti/substitusi
Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan
bersaing dengan produk pengganti. Walaupun karakteristiknya berbeda, barang
29
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
substitusi dapat memberikan fungsi atau jasa yang sama. Ancaman produk
substitusi kuat apabila konsumen dihadapkan pada switching cost yang sedikit dan
produk pengganti memiliki harga yang lebih murah atau kualitasnya sama, bahkan
lebih tinggi (Umar 2008).
4.
Kekuatan tawar-menawar pemasok
Pemasok dapat mempengaruhi industri dengan kemampuan mereka
menaikkan harga atau pengurangan kualitas produk atau pelayanan. Pemasok
yang mempunyai daya tawar yang tinggi dapat memaksakan kehendaknya kepada
industri. Kekuatan pemasok yang besar dapat mempengaruhi biaya dan investasi
sehingga akan mengurangi potensi laba pada industri tersebut (Purnama, 1999).
Beberapa faktor yang bisa membuat pemasok menjadi kuat antara lain: (1)
Jumlah pemasok sedikit, (2) Produknya adalah unik, (3) Tidak tersedia produk
substitusi, (4) Industri tersebut bukanlah pelanggan yang penting bagi pemasok.
5.
Kekuatan tawar-menawar pembeli
Para pembeli cenderung akan membeli barang yang termurah yang dapat
diperolehnya. Selain itu juga pembeli meminta kualitas yang tinggi, pelayanan
yang lebih baik. Kekuatan tawar-menawar pembeli dapat mempengaruhi harga
produk, meningkatkan mutu dan pelayanan, serta mengadu perusahaan dengan
kompetitornya untuk memperoleh pelanggan.
Beberapa faktor yang bisa membuat pembeli menjadi daya tawar yang
kuat antara lain: (1) Pembeli membeli dalam jumlah besar, (2) Produk yang dibeli
adalah produk standard dan tidak terdiferensiasi, (3) Produk industri adalah tidak
terlalu penting untuk produk atau jasa pembeli, dan (4) Pembeli mengeluarkan
biaya pengalihan yang kecil.
3.7. Matriks IFE dan EFE
Menurut David
(2006), perumusan strategi yang dilakukan oleh
perusahaan dapat menggunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan
EFE (External Factor Evaluation) yang merupakan matriks faktor-faktor internal
dan eksternal perusahaan untuk mengetahui posisi perusahaan dalam suatu
industri. Matriks IFE merupakan alat perumusan strategi yang meringkas dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama berbagai kegiatan internal. Matriks
30
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
ini juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan di
antara bidang-bidang tersebut. Matriks IFE dan EFE merupakan salah satu teknik
perumusan strategi yang penting dan merupakan langkah pertama dari kerangka
kerja perumusan yang disebut dengan tahap input, yaitu tahap meringkas
informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi.
Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal
perusahaan. Matriks EFE meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial,
budaya, politik, demografi, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan dalam
industri guna mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan.
Matriks
IFE
digunakan
untuk
mengetahui
faktor-faktor
internal
perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang utama dari kondisi
dan kegiatan internal dari suatu bisnis.
3.8. Matriks IE (Internal-Eksternal)
Matriks IE (Internal-External Matrix) adalah gabungan dari matriks EFE
dan matriks IFE yang berisikan sembilan macam sel yang memperlihatkan
kombinasi total nilai terboboti dari matriks EFE dan IFE. Menurut David (2006),
matriks Internal-eksternal merupakan matriks yang meringkas hasil evaluasi
faktor internal dan eksternal yang menempatkan perusahaan pada salah satu
kondisi di dalam sembilan sel, dimana tiap-tiap sel merupakan kondisi atau
langkah yang harus ditempuh perusahaan. Matriks IE didasarkan pada dua
dimensi kunci (1) total IFE yang diberi bobot pada sumbu-X, dan (2) total nilai
EFE yang diberi bobot pada sumbu-Y. Tujuan penggunaan matriks ini adalah
untuk memperoleh strategi bisnis ditingkat korporat yang lebih detail. Pada sumbu
X dari matriks IE memiliki tiga skor, yiatu skor 1,0-1,99 menyatakan bahwa
posisi internal adalah lemah, skor 2,0-2,99 posisinya adalah rata-rata, dan skor
3,0-4,0 adalah kuat. Pada sumbu Y memiliki skor yang sama dengan sumbu X.
Matriks IE memiliki tiga implikasi strategi yang berbeda, yaitu:
a)
Perusahaan yang berada pada sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai
Grow dan Build. Strategi-strategi yang cocok bagi perusahaan adalah
Strategi Intensif seperti Market Penetration, Market Development, dan
Product Development atau Strategi Terintergrasi seperti Backward
Intergration, Forward Integration, dan Horizontal Intergration.
31
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
b) Perusahaan yang berada pada sel-sel III, V, atau VII paling baik dikendalikan
dengan strategi-strategi Hold dan Maintain. Strategi-strategi yang umum
dipakai yaitu strategi Market Penetration dan Product Penetration.
c)
Perusahaan yang berada pada sel VI, VIII, atau IX dapat menggunakan
strategi Harvest atau Divestiture.
3.9. Matriks SWOT
Menurut David (2006), SWOT adalah alat untuk mengidentifikasi
ancaman, peluang, kelemahan, dan kekuatan dalam lingkungan suatu organisasi.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi organisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan juga
meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ada. Analisis SWOT dilaksanakan
dengan memfokuskan pada dua hal, yaitu:
a
Fokus mendasar pertama adalah peluang yakni situasi penting yang
menguntungkan dalam lingkungan perusahaan, serta ancaman yaitu situasi
penting yang tidak menguntungkan dalam perusahaan.
b
Fokus mendasar kedua adalah identifikasi terhadap terhadap kekuatan
internal yaitu sumber daya, keterampilan atau keunggulan-keunggulan relatif
terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani
perusahaan, serta kelemahan internal yaitu keterbatasan atau kekurangan
dalam sumberdaya.
Matriks SWOT adalah alat untuk mencocokkan yang penting yang
membantu manajer dalam mengembangkan empat tipe strategi, yaitu:
a
Strategi
S-O
(kekuatan-peluang—strengths-opportunities),
strategi
ini
menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk mengambil peluangpeluang yang ada di luar perusahaan.
b
Strategi W-O (kelemahan-peluang—weakness-opportunities), strategi ini
bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan
dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal.
c
Strategi S-T (kekuatan-ancaman—strengths-threats), melalui strategi ini
perusahaan berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari
ancaman-ancaman
eksternal
dengan
menggunakan
kekuatan
yang
32
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
dimilikinya.
d
Strategi
W-T
(kelemahan-ancaman—weakness-
threats),
strategi
ini
merupakan taknik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan
internal serta menghindari ancaman.
3.10 Arsitektur Strategik
Setelah
melakukan
analisis
lingkungan,
perusahaan
dihadapkan
memperoleh gambaran yang cukup utuh mengenal kondisi eksternal dan kondisi
internalnya. Dengan demikian diharapkan faktor-faktor yang merupakan
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman mampu terdefinisi dengan jelas.
Berdasarkan keadaan ini perusahaan kemudian dapat menentukan dan
menetapkan arah yang ingin dituju di masa depan.
Menurut Purnama (1999), masa depan bagi perusahaan pada hakikatnya
tidak hanya harus dibayangkan, melainkan harus dibangun. Digunakan Strategic
architecture untuk mendeskripsikan hal tersebut yang telah dikenalkan oleh Gary
Hamel dan C.K. Prahalad.
Arsitektur strategik merupakan penghubung yang sangat penting antara
masa kini dengan hari esok, antara jangka pendek dengan jangka panjang.
Arsitektur strategik susungguhnya menunjukkan kepada perusahaan mengenai
kompetensi-kompetensi apa saja yang harus mulai dibangun sekarang juga,
kelompok pelanggan baru mana yang harus mulai dipahami sekarang juga, serta
prioritas pengembangan produk apa saja yang harus ditangani sekarang juga untuk
memotong masa depan.
Dengan kata lain arsitektur srategik diciptakan untuk lebih adaptif dan
lebih fleksibel di dalam menanggapi suatu perubahan, sehingga dengan
diaplikasikannya arsitektur strategik ini, perusahaan akan dengan leluasa
mengembangkan skenario yang diperkirakan dalam memuluskan jalan menuju
tercapainya visi dan misi organisasi tersebut. Strategi beserta skenarionya yang
dirumuskan kemudian dipetakan ke dalam sebuah strategi cetak biru atau yang
lazim disebut sebagai blue print strategy. Blue print strategy ini sepenuhnya
disusun guna mendukung tercapainya tujuan perusahaan dalam waktu yang telah
ditentukan.
33
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Menurut Yoshida (2006), arsitektur strategik adalah suatu gambar
rancangan peta strategi yang bermanfaat bagi perusahaan untuk merumuskan
strateginya ke dalam kanvas rencana organisasi untuk meraih visi dan misinya.
Untuk menyusun sebuah arsitektur strategik yang lengkap perlu memperhatikan
komponen inti yang merupakan komponen krusial dan komponen pendamping
yang merupakan turunan lanjutan komponen inti. Komponen inti berupa visi, misi
perusahaan, sasaran atau tujuan perusahaan, dan tantangan yang akan dihadapi
oleh perusahaan. Komponen pendampingnya adalah kompetensi inti organisasi
dan intent. Pada akhirnya unsur-unsur tersebut dipadukan untuk mendapatkan
sebuah peta umum strategik yang akan diimplementasikan untuk jangka waktu
yang telah dirumuskan.
Analisis
Internal
Analisis
Eksternal
Visi dan Misi yang ingin
dicapai Perusahaan
Tantangan
Organisasi
Arsitektur
Strategik
Sasaran
Program
Strategi &
Kebijakan
Gambar 3. Pendekatan Arsitektur Strategik
Sumber : Yoshida, 2006
Menurut Yoshida (2006), unsur-unsur yang dibahas dalam pendekatan
arsitektur strategik ini adalah:
1.
Visi dan Misi Organisasi
Visi organisasi adalah pernyataan tentang cita-cita yang ingin dicapai di
masa mendatang (what do we want to become). Misi organisasi adalah pernyataan
34
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
tentang alasan keberadaan organisasi (the reason for being). Visi dan misi
organisasi harus dinyatakan secara jelas sehingga tidak menimbulkan interpretasi
yang salah bagi setiap anggota organisasinya.
2.
Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal
Analisis ini merupakan pencocokan terhadap faktor-faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi organisasi saat ini dan di masa depan. Alat analisis
yang digunakan dalam menganalisis faktor internal adalah menggunakan
pendekatan rantai nilai, sedangkan faktor eksternal dengan menggunakan PEST
(Politik, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi) dan analisis Lima Kekuatan Utama
Porter.
3. Tantangan organisasi (Strategic Challenge)
Menurut Hamel (1995) diacu dalam Yoshida (2006), tantangan organisasi
adalah sarana atau tata cata operasional yang harus dimiliki dan diaplikasikan oleh
organisasi untuk memperoleh keunggulan-keunggulan bersaing baru secara
bertahap. Strategic challenge menurut Yoshida (2006), merupakan rencana awal
yang perlu dipersiapkan organisasi meliputi potensi bisnis dan perkiraan investasi
yang diperlukan untuk merealisasikan bisnis baru. Tantangan organisasi
mengidentifikasikan titik fokus untuk pembangunan kapabilitas organisasi dalam
jangka pendek maupun menengah.
4. Sasaran
Sasaran
organisasi
menyediakan
dasar
untuk
perencanaan,
pengorganisasian, pemotivasian, dan pengendalian. Tanpa sasaran, organisasi
dapat tersesat ke berbagai arah. Sasaran merupakan sesuatu yang mampu
menuntun organisasi sebagai petunjuk dalam membuat keputusan, meningkatkan
efisiensi serta menjadi petunjuk untuk melakukan performance appraisal
(Purnama 1999).
Sasaran masa depan adalah suatu sasaran organisasi di masa depan yang
menggambarkan cita-cita organisasi, atau ke tujuan jangka panjang sehingga
dapat dikatakan bahwa sasaran ke depan suatu organisasi merupakan penjabaran
dari visi dan misi yang menjadi pernyataan awal akan dibawa kemana perusahaan
kelak.
35
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
3.11 Kerangka Pemikiran Operasional
Sebelum melakukan formulasi strategi, hal pertama yang dilakukan adalah
mengetahui visi, misi dan tujuan perusahaan. Hal ini bertujuan untuk menuntun
dalam melakukan analisis tahap selanjutnya agar strategi yang ditetapkan nanti
tetap mengacu pada tujuan akhir yaitu membantu rencana dan keputusan
perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Formulasi strategi dimulai dengan tahap meringkas input informasi dasar
untuk merumuskan strategi yaitu identifikasi dan analisis faktor lingkungan
eksternal dan lingkungan internal perusahaan. Peneliti menggunakan analisis
lingkungan umum dengan pendekatan PEST (Politik, Ekonomi, Sosial, dan
Teknologi) dan lingkungan industri dengan pendekatan Lima Kekuatan Utama
Porter
untuk mengidentifikasi lingkungan eksternal. Sedangkan untuk
menjelaskan lingkungan internal, peneliti menggunakan pendekatan rantai nilai.
Analisa faktor lingkungan internal menggunakan analisa matriks IFE (Internal
Factor Evaluation) sedangkan analisa faktor lingkungan eksternal dengan
menggunakan analisa matriks EFE (External Factor Evaluation).
Tahap selanjutnya mencocokkan faktor keberhasilan kunci internal dan
eksternal untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak secara efektif. Hasil
dari analisis matriks IFE dan EFE dimasukkan ke dalam matriks IE (InternalExternal Matrix) untuk mengetahui posisi perusahaan. Setelah diketahui posisi
perusahaan dalam matriks IE lalu dilakukan analisis SWOT (Strength,
Weaknesses, Opportunity, dan Threat) untuk merumuskan strategi yang akan
dilakukan.
Setelah diketahui alternatif strategi yang dihasilkan tahapan pencocokan
tersebut, rancangan arsitektur strategik dilakukan dimana rancangan arsitektur
strategik tersebut akan merumuskan perkembangan strategi yang diterapkan oleh
perusahaan untuk periode sepuluh tahun ke depan (tahun 2009-2018)
36
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Perusahaan Sari Buah Jambu Biji Lipisari
Visi, Misi, dan Tujuan
Perusahaan
Analisis Lingkungan
Lingkungan
Eksternal
Analisis
Lingkungan Makro
•
•
•
•
Ekonomi
Sosial budaya
Teknologi
Politik
Lingkungan
Internal
Analisis
Lingkungan Industri
Analisis 5 Kekeuatan Porter :
• Ancaman pendatang baru
• Daya tawar menawar pembeli
• Daya
tawar
menawar
pemasok
• Acaman produk substitusi
• Persaingan diantara anggota
industri
Analisis Lingkungan
Internal
Pendekatan Rantai Nilai :
Kegiatan Utama :
- Logistik ke dalam
- Operasi
- Logistik ke luar
- Pemasaran
- Pelayanan
Kegiatan Penunjang :
- Infrastruktur
- Manajemen SDM
- Teknologi
- Pembelian
Matriks EFE
Matriks IFE
Penentuan Posisi Perusahaan
Matriks IE
Formula Alternatif Strategi
Analisis SWOT
Alternatif Strategi
Rancangan Arsitektur Strategik
Implementasi Strategi
Gambar 4. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional
Usaha Sari Buah Jambu biji Lipisari
37
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di perusahaan PT. Lipisari Patna yang berlokasi di Jl.
KS. Tubun No.5, Kecamatan Subang, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa usaha
tersebut merupakan salah satu usaha yang mengolah sari buah jambu biji dalam
kemasan di Jawa Barat. Selain itu, usaha ini tergolong ke dalam skala usaha kecil
dimana selama ini umumnya usaha pengolahan sari buah jambu biji dilakukan oleh
perusahaan dengan skala usaha yang besar. Usaha ini telah berdiri 21 tahun sehingga
menambah pertimbangan bahwa usaha ini memerlukan pengembangan usaha.
Kegiatan pengumpulan dan pengolahan data dilakukan pada bulan April sampai
bulan Juni.
4.2 Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan
langsung, wawancara langsung dengan pihak terkait di perusahaan (penanggung
jawab perusahaan, penanggung jawab keuangan-produksi, penanggung jawab
operasional -pemasaran, dan salah satu karyawan produksi), pengisian kuisioner
yang diberikan kepada penanggung jawab perusahaan, penangggung jawab produksikeuangan, dan penanggung jawab operasional-pemasaran. Penentuan responden
dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan faktor pemahaman
mengenai dinamika bisnis yang dijalankan.
Data sekunder diperoleh dari hasil penelitian terdahulu, dan berbagai literatur
baik dari perpusatakaan maupun situs internet yang relevan dengan masalah yang
diangkat serta dapat dipertanggungjawabkan. Data penunjang diperoleh dari
informasi yang mendukung dari instansi-instansi yang terkait seperti Badan Pusat
Statistik (BPS), Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian baik di
tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan
teknik pengamatan langsung (observasi), wawancara secara mendalam (indepth), dan
38
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
pengisian kuisioner. Metode lain dilakukan dengan cara studi pustaka sebagai acuan
penulisan terkait permasalahan yang diangkat oleh penulis. Observasi, wawancara
dan pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri.
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan dan analisis data terdiri atas analisis deskriptif dan
analisis lingkungan internal dan eksternal. Sedangkan alat analisis yang digunakan
adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks SWOT dan arisektur strategik. Metode
deskriptif dilakukan dengan pengumpulan data untuk menjawab permasalahan yang
ada dan dilakukan dalam bentuk studi kasus. Untuk membentuk matriks IFE dan
EFE digunakan analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal, lingkungan
eksternal perusahaan terbagi menjadi dua yaitu lingkungan makro dan lingkungan
industri. Sedangkan hasil analisis dari matriks IFE dan EFE dimasukkan ke dalam
matriks IE untuk menentukan posisi perusahaan dan menghasilkan strategi alternatif
yang layak dengan mengggunakan matriks SWOT. Alternatif strategi yang
dihasilkan matriks SWOT dilakukan perancangan arsitektur strategik dimana
rancangan arsitektur strategik tersebut akan merumuskan perkembangan strategi
yang diterapkan oleh perusahaan untuk periode sepuluh tahun ke depan (Tahun
2009-2018).
4.4.1
Analisis Lingkungan
4.4.1.1 Analisis Lingkungan Jauh
Lingkungan jauh merupakan suatu lingkungan yang menyusun faktor-faktor
yang memiliki ruang lingkup luas dan faktor-faktor tersebut di luar operasi
perusahaaan. Lingkungan ini dapat membentuk suatu peluang dan ancaman yang
dapat mempengaruhi keberlangsungan perusahaan. Faktor-faktor yang dapat dalam
lingkungan jauh ini adalah faktor ekonomi, sosial budaya, teknologi dan politik.
4.4.1.2 Analisis Lingkungan Industri
Lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal organisasi
yang menghasilkan komponen-komponen yang secara normal memiliki implikasi
yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap operasional perusahaan (Purnama,
1999). Analisis lingkungan industri dipengaruhi oleh lima kekuatan utama porter
39
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
dimana kelima kekuatan tersebut secara bersama-sama akan menentukan intensitas
persaingan dan potensi kemampulabaan perusahaan dalam suatu industri. Langkahlangkah yang dilakukan untuk menganalisis lima kekuatan utama Porter adalah
sebagai berikut:
1.
Menentukan seberapa besar tingkat kepentingan dari setiap parameter yang
menentukan intensitas variabel dari lima kekuatan Porter. Dalam menentukan
tingkat kepentingan digunakan skala 1= tidak menentukan, 2 = sedikit
menentukan, 3 = cukup menentukan, 4 = menentukan, dan 5 = sangat
menentukan.
2.
Menentukan nilai setiap variabel dan dilakukan penjumlahan dengan nilai Ni
dengan rumus sebagai berikut :
Total Nilai
3.
Pembobotan setiap variabel (Bi) pada Tabel 6 dengan cara menentukan proporsi
nilai setiap variabel terhadap total setiap komponen dengan rumus sebagai
berikut :
Tabel 7. Penilaian Bobot dalam Analisis Persaingan Indsutri
Tingkat Kepentingan
Parameter
Nilai
1
2
3
4
5
Bobot
Variabel 1
Variabel 2
Variabel-i
Total
4.
Menentukan rating pada setiap variabel dalam analisis persaingan industri
dengan skala rating 1-5 yang dapat dilihat pada tabel 7-11.
40
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
a. Ancaman Pendatang Baru
Tabel 8. Penentuan Rating Ancaman Pendatang Baru
Parameter
a. Skala Ekonomi
b. Diferensiasi Produk atau Produk
yang Bervariasi
c. Kebutuhan
Modal
Dalam
Membangun Usaha
d. Biaya Beralih Pemasok
e. Akses kepada Saluran Distribusi
f. Keunggulan Relatif
g. Kebijakan Pemerintah terhadap
Munculnya Perusahaan Baru
Sumber : Porter, 1994
1
Rating
2 3 4 5
Sangat besar
Sangat
terdiferensiasi
Sangat besar
Sangat kecil
Tidak
terdiferensiasi
Sangat kecil
Sangat besar
Sangat sulit
Sangat unggul
Tidak
mendukung
Sangat kecil
Sangat mudah
Tidak unggul
Sangat
mendukung
b. Persaingan di Antara Anggota Industri
Tabel 9. Penentuan Rating Persaingan di Antara Anggota Industri
Parameter
a.
b.
c.
d.
e.
f.
1
Rating
2 3 4 5
Jumlah Pesaing/Produsen
Tingkat Pertumbuhan Industri
Biaya Tetap yang Dikeluarkan
Ukuran dan Kekuatan Pesaing
Peningkatan Kapasitas Produksi
Kerakteristik Produk Pesaing
Sangat sedikit
Sangat cepat
Sangat rendah
Sangat kecil
Sangat kecil
Sangat tdk
beragam
g. Hambatan Keluar Industri
Tidak sulit
h. Diferensiasi produk atau produk Sangat
yang bervariasi
terdiferensiasi
Sumber : Porter, 1994
Sangat banyak
Sangat lambat
Sangat tinggi
Sangat besar
Sangat besar
Sangat
beragam
Sangat sulit
Tidak
terdiferensiasi
c. Ancaman Produk Pengganti/Substitusi
Tabel 10. Penentuan Rating Ancaman Produk Pengganti/Substitusi
Parameter
a. Produk yang Memiliki Fungsi Sangat sedikit
Yang Sama
b. Tingkat Perkembangan Teknologi Sangat lambat
Produk Pengganti
c. Tingkat Harga Produk Substitusi
Sangat tidak
bersaing
d. Tingkat Biaya Pengalihan Produk Sangat besar
Sumber : Porter, 1994
Rating
1 2 3 4 5
Sangat banyak
Sangat cepat
Sangat
bersaing
Sangat kecil
41
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
d. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Tabel 11. Penentuan Rating Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Rating
1 2 3 4 5
Parameter
a. Jumlah Pemasok
b. Tingkat Diferensiasi Produk yang
Dipasok
c. Tingkat Kepentingan Produk
yang Dipasok bagi Input/Bahan
Baku Industri
d. Tingkat Kepentingan Industri
bagi Pemasok
e. Akses ke Pemasok
f. Kemampuan
Pemasok
Melakukan Integrasi ke Depan
(Misal:
Pemasok
membuat
perusahaan pengolahan sari buah)
g. Biaya Beralih Pemasok
Sangat banyak
Sangat rendah
Sangat sedikit
Sangat tinggi
Tidak penting
Sangat penting
Sangat Penting
Tidak penting
Tidak sulit
Sangat kecil
Sangat sulit
Sangat besar
Sangat kecil
Sangat besar
Sumber : Porter, 1994
e. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Tabel 12. Penentuan Rating Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Rating
1 2 3 4 5
Parameter
a. Jumlah
Pembelian
dilakukan Pembeli
b. Ciri/Karakteristik Produk
c.
d.
e.
f.
g.
h.
yang Sangat sedikit
Sangat
terdiferensiasi
Biaya
Pengalihan
Pembeli Sangat tinggi
terhadap Produk Lain Sejenis
Nilai Produk dalam Struktur Sangat kecil
Biaya atau Pembelian bagi
Pembeli
Nilai Keuntungan yang Diperoleh Sangat besar
Pembeli
Kesempatan Pembeli Melakukan Sangat kecil
Integrasi ke Indsutri Hulu
Tingkat Kepentingan Produk Sangat penting
Industri bagi Pembeli
Informasi yang Dimiliki Pembeli Sangat kurang
Sangat Banyak
Tidak
terdiffrensiasi
Sangat rendah
Sangat besar
Sangat kecil
Sangat besar
Tidak penting
Sangat
lengkap
Sumber : Porter, 1994
42
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
5.
Pengalian bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 yang terdapat pada
Tabel 12, pada masing-masing faktor analisis persaingan industri untuk
memperoleh faktor pembobotan pada kolom 4. Hasilnya adalah skor
pembobotan untuk masing-masing faktor. Selanjutnya skor pembobotan pada
kolom 4 dijumlahkan untuk memperoleh total skor pembobotan. Nilai total skor
pembobotan pada Tabel 12 menunjukkan intensitas tiap variabel dalam analisis
persaingan industri dengan justifikasi sebagai berikut :
Ø Low/Rendah jika nilai total skor 1,0—2,5
Ø Medium/Sedang jika nilai total skor 2,6—3,5
Ø High/Tinggi jika nilai total skor 3,6—5,0
Tabel 13. Intensitas Tiap Variabel Kekuatan Bersaing dalam Analisis Persaingan
Industri
Parameter
Bobot (A)
Rating (B)
Skor (AxB)
Variabel 1
Variabel 2
Variabel-i
Total
Kategori
6.
Untuk mengetahui intensitas persaingan industri, total skor pada intensitas tiap
variabel kekuatan bersaing dalam analisis persaingan industri yang terdapat pada
Tabel 12 dimasukan pada kolom 2 Tabel 13. Untung menghitung intensitas
persaingan industri digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan : X : Intensitas persaingan industri
Ts : Total skor
m : Variabel kekuatan bersaing
Nilai yang didapat menunjukkan intensitas persaingan industri dengan
justifikasi sebagai berikut :
Ø
Low/Rendah jika nilai total skor 1,0—2,5
Pada kondisi ini perusahaan tidak mempunyai pesaing sama sekali dalam
melayani konsumen. Dalam situasi ini konsumen hanya diperlakukan sebagai
seorang pembeli dari sebuah transaksi.
Ø
Medium/Sedang jika nilai total skor 2,6—3,5
Pada kondisi ini perusahaan mempunyai pesaing sehingga konsumen
43
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
mempunyai posisi yang cukup kuat. Dalam situasi ini konsumen menuntut dan
harus diperlakukan sebagai pelanggan.
Ø
High/Tinggi jika nilai total skor 3,6—5,0
Pada kondisi ini perusahaan selain menghadapi pesaing, perusahaan juga
menghadapi situasi lingkungan yang berubah-ubah karena banyaknya pesaing
global di luar negeri yang ikut memberikan pilihan pada pembeli. Pada kondisi
ini konsumen mempunyai posisi yang sangat kuat sehingga harus diperlakukan
sebagai klien.
Tabel 14. Intensitas Persaingan Industri
Variabel Kekuatan Bersaing
Total
Kategori Intensitas
Skor
Persaingan
Ranking
1. Ancaman Pendatang Baru
2. Persaingan di Antara Anggota
Industri
3. Ancaman Produk Pengganti
4. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
5. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Intensitas Persaingan Industri
4.4.1.3 Analisis Lingkungan Internal
Analisis
yang digunakan dalam mengaudit lingkungan internal adalah
dengan menggunakan pendekatan rantai nilai dimana pendekatan ini menganalisis
sekumpulan aktivitas nilai bisnis suatu perusahaan secara rinci dan memberikan
analisis mengenai bagaimana suatu perusahaan melaksanakan aktivitas-aktivitas
bisnisnya diamana aktivitas tersebut saling berinteraksi dan dianggap penting satu
sama lain.
4.4.2
Analisis Matriks EFE dan IFE
Matriks IFE dan EFE merupakan salah satu teknik perumusan strategi yang
penting dan merupakan langkah pertama dari kerangka kerja perumusan yang disebut
dengan tahap input, yaitu tahap meringkas informasi dasar yang diperlukan untuk
merumuskan strategi. Menurut David (2006), tahap-tahap yang harus dilakukan
untuk mengidentifikasi
faktor-faktor kunci dalam matriks IFE dan EFE adalah
sebagai berikut:
44
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
1. Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan
Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor internal, yaitu
mendaftar semua kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Indentifikasi
faktor eksternal perusahaan dengan melakukan pendaftatan semua peluang dan
ancaman perusahaan.
2. Penentuan Bobot Variabel
Pemberian bobot setiap faktor dengan skala mulai dari 0,00 (tidak penting)
sampai 1,00 (paling penting). Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh faktorfaktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan dalam daerah tertentu. Jumlah
bobot yang diberikan harus sama dengan satu (=1).
Penentuan bobot dilakukan dengan mengajukan identifikasi faktor strategis
internal dan eksternal kepada pihak manajemen dan ahli strategi dengan
menggunakan metode paired comparison (Kinnear 1991). Metode ini digunakan
untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor internal. Setiap variabel
digunakan skala 1, 2, dan 3 untuk menentukan bobot. Skala yang digunakan untuk
menentukan bobot adalah:
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Menurut Kinnear, bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai
setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan
rumus :
Dimana,
a i = Bobot variabel ke-i
n = Jumlah data
Xi = Nilai variabel x ke-i
i = 1, 2, 3, …, n
45
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Bentuk penilaian bobot dapat dilihat pada Tabel 14 dan 15.
Tabel 15. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan
Faktor Strategis Internal
A
B
C
D
…
Total
A
B
C
D
…
Total
Xi
Bobot
ai
Total
Xi
Bobot
ai
Sumber : Kinnear (1991)
Tabel 16. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan
Faktor Strategis Eksternal
A
B
C
D
…
A
B
C
D
…
Total
Sumber : Kinnear (1991)
3. Penentuan Rating
Penentuan rating dilakukan oleh manajemen perusahaan atau pakar ahli
strategi perusahaan terhadap variabel-variabel. Dalam mengukur masing-masing
variabel terhadap kondisi perusahaan digunakan skala 1, 2, 3, dan 4 terhadap masingmasing faktor strategis. Skala nilai rating untuk matriks IFE adalah:
1 = Kelemahan utama
3 = Kekuatan kecil
2 = Kelemahan kecil
4 = Kekuatan Utama
Tabel 17. Matriks IFE
Faktor Strategis
Internal
Kekuatan :
1. ………….
2. ………….
3. ………….
Kelemahan :
1. ………….
2. ………….
3. ………….
Total
Bobot
Rating
Skor Bobot
(Bobot x Rating)
Sumber : David (2006)
46
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Sedangkan untuk matriks EFE, skala nilai rating yang digunakan adalah ;
1 = Tidak berpengaruh
3 = Kuat pengaruhnya
2 = Kurang kuat pengaruhnya
4 = Sangat kuat pengaruhnya
Tabel 18. Matriks EFE
Faktor Strategis
Eksternal
Peluang :
1. ………….
2. ………….
3. ………….
Ancaman :
1. ………….
2. ………….
3. ………….
Total
Bobot
Rating
Skor Bobot
(Bobot x Rating)
Sumber : David (2006)
Selanjutnya dilakukan penjumlahan dari pembobotan yang dikalikan dengan
rating pada tiap faktor untuk memperoleh skor pembobotan. Jumlah skor berkisar
antara 1,0—4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika jumlah skor pembobotan IFE dibawah 2,5
maka kondisi internal perusahaan lemah. Sedangkan jumlah skor bobot faktor
eksternal berkisar 1,0—4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika jumlah skor pembobotan EFE
1,0 menunjukkan perusahaan tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi
ancaman yang ada, Jumlah 4,0 menunjukkan perusahaan merespon peluang maupun
ancaman yang dihadapi dengan sangat baik.
4.4.3 Analisis Matriks Internal-Eksternal (IE)
Matriks IE adalah gabungan dari matriks EFE dan matriks IFE yang berisikan
sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari
matriks EFE dan IFE. Matriks IE terdiri atas dua dimensi yaitu : total skor dari
matriks IFE pada sumbu X dan total skor dari matriks EFE pada sumbu Y.
Pada sumbu X terdiri dari tiga skor yaitu: skor 1,00—1,99 menyatakan bahwa
posisi internal lemah; skor 2,00—2,99 posisinya adalah rata-rata; dan skor 3,00—
4,00 adalah kuat. Sedangkan pada sumbu Y yang dipakai untuk matriks EFE, skor
1,00—1,99 menyatakan bahwa posisi eksternal rendah; skor 2,00—2,99 posisinya
adalah menengah; dan skor 3,00—4,00 adalah tinggi. Matriks IE memiliki tiga
47
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
implikasi strategi berbeda, yaitu:
a)
Pada sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai Tumbuh (Growth) dan Bina
(Build). Strategi-strategi yang cocok adalah Strategi Intensif seperti penetrasi
pasar, pengembagan pasar, dan pengembangan produk atau Strategi
Terintergrasi seperti Backward Intergration, Forward Integration, dan
Horizontal Intergration.
b) Pada sel-sel III, V, atau VII paling baik dikendalikan dengan strategi-strategi
Pertahankan (Hold) dan Pelihara (Maintain). Strategi-strategi yang umum
dipakai yaitu strategi penetrasi pasar dan penetrasi produk.
c)
Pada sel VI, VIII, atau IX dapat menggunakan strategi Panen (Harvest) atau
Divestasi (Divestiture).
Skor total IFE
Kuat
3,00-4,00
Skor total EFE
4,00
Tinggi
3,00-4,00
Rata-rata
2,00-2,99
3,00
Lemah
1,00-1,99
2,00
1,00
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
3,00
Menengah
2,00-2,99
2,00
Rendah
1,00-1,99
1,00
Gambar 5. Matriks IE (Internal-Eksernal)
Sumber : David, 2006
4.4.4 Analisis Matriks SWOT
Selain menggunakan matriks IE pada tahap pencocokan, alat lain yang
digunakan dalam tahap pencocokan adalah dengan menggunakan matriks SWOT.
Unsur SWOT terdiri dari Kekuatan (S-Strengths), Kelemahan (W-Weaknesses),
Peluang (O-Opportunities), dan Ancaman (T-Threaths) dimana dari matriks ini dapat
menghasilkan empat tipe alternatif strategi, yiatu :
1.
Strategi S-O (Strengths—Opportunities)
48
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
2.
Strategi W-O (Weaknesses—Opportunities)
3.
Strategi S-T (Strengths—Threaths)
4.
Strategi W-T (Weaknesses—Threaths)
Hasil dari pencocokan dengan menggunakan matriks SWOT adalah alternatif
strategi yang layak dipakai oleh perusahaan. Adapun langkah-langkah dalam
menentukan strategi yang dibangun melalui matriks SWOT adalah :
1.
Membuat daftar faktor-faktor peluang eksternal perusahaan
2.
Membuat daftar faktor-faktor ancaman eksternal perusahaan
3.
Membuat daftar kekuatan kunci internal perusahaan
4.
Membuat daftar kelemahan kunci internal perusahaan
5.
Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal dan
hasilnya dicatat dalam sel strategi S-O.
6.
Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dan peluang eksternal perusahaan
yang hasilnya dicatat dalam sel strategi W-O.
7.
Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal perusahaan dan ancaman-ancaman
eksternal yang hasilnya dicatat dalam sel strategi S-T.
8.
Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal perusahaan dan ancaman-ancaman
eksternal yang hasilnya dicatat dalam sel strategi W-T.
Langkah selanjutnya menyusun hasil analisis ke dalam format tabel matriks
SWOT (Gambar 6).
Gambar 6. Matriks SWOT
Strengths-S
Weaknesses-W
Daftar kekuatan internal
Daftar kelemahan internal
Opportunities-O
Strategi S-O
Strategi W-O
Daftar peluang
Gunakan kekuatan untuk
Meminimalkan kelemahan
Eksternal
memanfaatkan peluang
untuk memanfaat peluang
Threats-T
Strategi S-T
Strategi W-O
Daftar ancaman
Gunakan kekuatan untuk
Meminimalkan kelemahan
Eksternal
menghindari ancaman
dan menghindari ancama
Internal
Eksternal
Sumber : David, 2006
49
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
4.4.5 Rancangan Arsitektur Strategik
Pada tahap analisis sebelumnya yang telah mengidentifikasi lingkungan
internal dan eksternal serta telah dilakukan formulasi strategi yang menghasilkan
beberapa alternatif strategi, tahap berikutnya adalah perancangan arsitektur strategik.
Arsitektur strategik merupakan penghubung yang sangat penting antara masa kini
dengan
hari
esok,
antara
jangka
pendek
dengan
jangka
panjang
yang
menggambarkan rencana strategik perusaahaan dalam kanvas rencana yang sering
disebut blue print strategy untuk meraih visi dan misinya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan arsitektur strategik yang
lengkap adalah komponen inti yang merupakan komponen krusial dan komponen
pendamping yang merupakan turunan lanjutan komponen inti. Kerangka metode
penelitian yang digunakan untuk menyusun arsitektur strategik PT. Lipisari Patna
dapat dilihat pada gambar 7.
Tabel 19. Komponen Inti dan Pendamping Penyusun Arsitektur Strategik
Komponen Inti
Kompenen Pendukung
1. Visi dan Misi organisasi
1. Komponen inti organisasi yang
2. Sasaran dan tujuan organisasi
3. Tantangan
yang
dihadapi
digali dari visi dan misi serta
organisasi
sasaran atau tujuan organisasi
akibat lingkungan organisasi ataupun
tuntunan
perubahan
peran
organisasi
akibat perubahan lingkungan tersebut
Sumber : Yoshida (2006)
Setelah komponen-komponen arsitektur strategik telah diperoleh dengan
jelas, tahap selanjutnya menetapkan rentang waktu untuk mengimplementasikan
arsitektur strategiknya. Rentang waktu yang digunakan tidak memiliki standar baku
tertentu, pemilihan rentang waktu sangat bergantung pada manajemen puncak
menginginkan rentang waktu yang ditargetkan untuk mencapai tujuan perusahaan.
50
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Analisis Lingkungan
Eksternal
Analisis Lingkungan
Internal
Matriks IFE
Penentuan Posisi Perusahaan
Matriks EFE
Matriks IE
Matriks SWOT
Perumusan Alternatif Strategi
Visi, Misi dan
Tujuan
Arsitektur
Strategik
Tantangan
Organisasi
Rekomendasi Strategi, Kebijakan, dan
Program Kegiatan Berdasarkan
Rentang Waktu
Gambar 7. Perancangan Arsitektur Strategik
Input dari perancangan aristekutr strategik adalah dari analisis deskriptif
mengenai visi, misi, dan tujuan perusahaan, analisis lingkungan internal dengan
matriks IFE, dan lingkungan eksternal dengan matriks EFE, analisis matriks IE, dan
matriks SWOT. Input tersebut diproses melalui perancangan arsitektur strategi
dengan menggunakan rentang waktu dalam mengimplementasikan strategi guna
mencapai visi, misi, dan tujuan perusahaan. Pembuatan arsitektur ini lebih
memudahkan untuk menggambarkan langkah strategi yang akan diambil perusahaan
dalam mewujudkan visi dan misinya. Selain itu perusahaan akan lebih mudah
memahami perubahan dan konsekuensi yang harus dilakukan sehubungan dengan
strategi yang dipilih. Tidak ada aturan yang baku mengenai teknik penggambaran
suatu arsitektur strategik. Rangkaian strategik disusun berdasarkan hasil formulasi
strategi yang dihasilkan pada matriks SWOT.
51
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5. 1 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan
Visi PT. Lipisari Patna adalah mengembangkan usaha mandiri di bidang
pengolahan sari buah dan produk pangan yang berbasis bahan baku hasil pertanian
lainnya untuk meningkatkan nilai tambah sebagai bentuk implementasi teknologi
tepat guna yang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna
LIPI Subang.
Adapun misi Lipisari adalah 1) Membangun dan memperkuat jaringan
dengan stakeholder terkait, guna menyokong aktivitas perusahaan mulai dari
penyediaan bahan baku hingga pemasaran produk , 2) Mengembangkan sistem
produksi guna menghasilkan produk berkualitas dan dapat diterima oleh masyarakat
luas, 3) Konsiten dalam melakukan riset dan pengembangan produk guna
menghasilkan produk-produk baru yang lebih inovatif dalam mengembangkan
potensi daerah Kabupaten Subang.
Tujuan dari Lipisari adalah menjadikan komoditas buah dan sayur memiliki
nilai tambah melalui teknologi tepat guna.
5.2 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) merupakan lembaga pusat kajian
dan penelitian yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia. LIPI terbagi-bagi dalam
beberapa unit yang setiap unit memiliki spesifikasi bidang keilmuan yang berbeda
dan tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. UPT B2PTTG LIPI Kabupaten
Subang merupakan unit yang mengembangkan dan pelayanan teknologi tepat guna
serta pemberdayaan masyarakat, dan usaha yang berskala kecil, dan menengah.
Dalam rangka merealisasikan dalam bentuk nyata, B2PTTG LIPI Subang
mencoba untuk mengolah produk hasil pertanian. Usaha pengolahan sari buah ini
bermula dari bantuan seperangkat pengolahan buah dan sayuran dari pemerintah
Italia dan peralatan berasal dari perusahaan Bertuzzi. Alat-alat ini dikirim sebagai
pilot plant dalam pengembangan pengolahan buah dan sayuran yang bersifat untuk
penelitian, pendidikan dan pelatihan.
Pada tahun 1986 peralatan mulai ditata di ruangan yang telah disiapkan oleh
pihak B2PTTG LIPI. Penempatan dibantu teknisi dari perusahaan Bertuzzi.
52
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Komoditas buah-buahan yang pertama di uji coba adalah buah nanas. Kegiatan
produksi dimulai pada tahun 1988. Pada awal mulanya semua buah-buahan yang
mampu diolah menjadi sari buah diproduksi dalam skala kecil. Buah-buahan yang
diproduksi adalah nanas, melon, markisa, jambu biji, mangga, sirsak, menggkudu.
Namun produk sari buah jambu biji lebih disukai masyarakat di Kabupaten Subang
dibandingkan yang lainnya sehingga perusahaan memilih buah jambu biji untuk
diproduksi dalam skala yang cukup banyak.
Pada awal mulanya perusahaan ini bernama PT. Lipisari Mandiri yang
memproduksi sari buah dengan kemasan botol. Namun kemasan botol dianggap tidak
praktis karena adanya hambatan dalam penanganan produk sewaktu pengambilan
botol. Seiring perkembangannya, kemasan botol diganti dengan kemasan cup plastik
transparan (bahan top seal) untuk sistem penutupan pengemasannya. Perubahan ini
memberi dampak yang signifikan dalam pemasaran produk. Pada akhirnya cup
plastik transparan diganti dengan cup plastik non-transparan. Pergantian cup ini
mendapat respon positif dari konsumen hingga kini.
Pada tahun 2005, nama PT. Lipisari Mandiri berganti nama menjadi PT.
Lipisari Patna. Pergantian nama belakang dari kata “Mandiri” menjadi “Patna”
dikarenakan nama “Patna” lebih memiliki arti yaitu dari singkatan “Tepat Guna”
yang mencerminkan B2PTTG LIPI sebagai pusat teknologi tepat guna. Hingga kini
PT. Lipisari Patna telah bekerjasama dengan pihak-pihak terkait mulai dari
penyediaan bahan baku hingga pemasaran.
5.3 Lokasi Perusahaan
PT. Lipisari Patna terletak di Jalan KS Tubun No.5 Kabupaten Subang.
Lokasi perusahaan menyatu dengan kantor B2PTTG LIPI Subang. Namun Lipisari
memiliki gedung dan pabrik tersendiri dan aktivitasnya pun tidak tercampur dengan
kegiatan B2PTTG LIPI. Luas bangunan kantor dan pabrik adalah 625 m2.
Lokasi PT. Lipisari Patna memiliki lokasi yang kurang layak untuk banguan
pabrik karena berada pada lingkungan kantor bukan lingkungan khusus industri. Ada
rencana untuk memindahkan lokasi perusahaan ke tempat yang lebih luas dan bukan
kawasan perkantoran. Rencana pemindahan akan dilakukan pada tahun 2010.
53
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
5.4. Struktur Organisasi
PT. Lipisari Patna merupakan perusahaan yang berada di bawah naungan
B2PTTG LIPI Subang. Perusahaan tidak dipimpin secara khusus melainkan
perusahaan ditangani oleh penanggung jawab. Tugas yang diberikan kepada
penanggung jawab merupakan bukan sebagai tugas utama melainkan sebagai tugas
tambahan yang diberikan, selain tugas utamanya sebagai peneliti di lingkungan
B2PTTG LIPI Subang.
Manajemen umum PT. Lipisari dipegang oleh beberapa peneliti yang
ditugaskan oleh Kepala B2PTTG LIPI atas rekomendasi penanggung jawab utama
yaitu Bapak Ir. Agus Triyono, M.Agr. Manajemen umum yaitu terdiri dari dua yaitu
penanggung jawab produksi-keuangan dan penanggung jawab operasionalpemasaran. Penanggung jawab operasional-pemasaran dipegang oleh Taufik
Rahman,STP sedangkan penanggung jawab produksi-keuangan dipegang oleh
Neneng Kemalasari. Selain itu ada petugas dari B2PTTG LIPI yang sebenarnya
bertugas untuk merawat dan mengoperasikan mesin-mesin yang ada di lingkungan
B2PTTG LIPI tetapi merangkap sebagai operator mesin PT. Lipisari Patna. Adapun
struktur organisasi adalah sebagai berikut :
Penanggung Jawab
Penanggung Jawab
Operasional-Pemasaran
Penanggung Jawab
Produksi-Keuangan
Operator Mesin
Karyawan
Adminkeu
Karyawan
Produksi
Gambar 8. Struktur Organisasi PT. Lipisari Patna
54
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Tabel 20. Daftar Pegawai B2PTTG LIPI yang Ditugaskan di PT. Lipisari Patna
No
Nama Karyawan
Jabatan
1
Ir. Agus Triyono, M.Agr
Penanggung jawab
2
Taufik Rahman, STP
Penanggung jawab Operasional-Pemasaran
3
Neneng Kemalasari
Penanggung jawab Produksi-Keuangan
4
Wawan Setiawan
Operator Mesin
Sumber : Lipisari, 2009
Karyawan PT. Lipisari Patna hanya terdiri dari 3 orang yaitu satu orang
karyawan yang mengurusi administrasi dan keuangan, dan dua orang karyawan
produksi (Tabel 20). Karyawan produksi yang masih sedikit dikarenakan kapasitas
produksi masih terbatas. Kapasitas produksi masih menyesuaikan tren penjualan.
Pegawai LIPI tidak menerima gaji dari PT. Lipisari, tetapi mendapatkan insentif dari
20% keuntungan yang dibagi secara proporsional kepada seluruh karyawan yang
terlibat baik karyawan PT. Lipisari maupun Pegawai LIPI yang ditugaskan di
Lipisari. Sedangkan untuk karyawan PT. Lipisari mendapatkan gaji tetap dan
insentif.
Tabel 21. Daftar Karyawan PT. Lipisari Patna
No
Nama Karyawan
Jabatan
1
Sri Sudewi RP
Karyawan Administrai dan Keuangan
2
Yudi Sudiana
Karyawan Produksi
3
Oleh Solihin
Karyawan Produksi
Sumber : Lipisari, 2009
55
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN
6.1 Analisis Lingkungan Eksternal
6.1.1 Analisis Lingkungan Umum
Lingkungan umum merupakan lingkungan eksternal perusahaan yang
memiliki ruang lingkup luas dan berada di luar operasional perusahaan. Faktor-faktor
yang terdapat dalam lingkungan umum adalah ekonomi, sosial budaya, politik, dan
teknologi. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi perusahaan, memberikan
kesempatan, ancaman, kendala perusaahaan, tetapi sebaliknya perusahaan secara
individu tidak dapat mempengaruhi lingkungan ini.
1. Faktor Ekonomi
a. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat diindikasikan dari meningkatnya PDB (Produk
Domestik Bruto). Pada periode tahun 2004 sampai tahun 2008, PDB Indonesia
mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2004 perekonomian Indonesia tumbuh 5,13
persen atau dengan nilai PDB sebesar 1.660,6 triliun. Tahun 2005 nilai PDB
Indonesia naik menjadi 1.750,7 triliun atau tumbuh sebesar 5,68 persen. Tahun 2006
nilai PDB Indonesia naik menjadi 1.846,7 atau tumbuh sebesar 5,48 persen.
Sedangkan tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 6,30 persen atau
dengan nilai PDB sebesar 1.964,0 triliun. Pertumbuhan ekonomi Produk Domestik
Bruto (PDB) Indonesia dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Perkembangan dan Pertumbuhan PDB Indonesia Tahun 2004-2007
Tahun
2004
PDB atas dasar Harga Konstan 2000
(Triliun Rupiah)
1.660,6
Pertumbuhan PDB
(%)
5,13
2005
1.750,7
5,68
2006
1.846,7
5,48
2007
1.964,0
6,30
Sumber : BPS, 2008
Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat digunakan untuk
melihat kondisi ekonomi suatu daerah. Tren pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Subang pada periode 2004 hingga periode 2007 mengalami peningkatan. Tahun 2007
56
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
PDRB Kabupaten Subang mengalami pertumbuhan sebesar 4,80 persen dengan nilai
6.472,146 miliar rupiah. Pertumbuhan ekonomi Produk Domestik Regional Bruto
(PRDB) Kabupaten Subang dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan
Pertumbuhan PRDB Kabupaten Subang Tahun 2004-2008
Tahun
PDB atas dasar Harga Konstan 2002
Pertumbuhan PDB
(Jutaan Rupiah)
(%)
2004
1.956.312
4,63
2005
6.049.987
200,09
2006
6.173.854
2,04
2007
6.472.146
4,80
Sumber : BPS Kabupaten Subang, 2008
b. Tingkat Inflasi
Laju inflasi Indonesia tetap menjadi faktor ancaman bagi pelaku usaha karena
nilainya cenderung masih fluktuatif. Angka inflasi di Indonesia selama kurun Januari
2004 sampai dengan April 2009 mengalami kondisi yang fluktuatif (BI 2009). Nilai
inflasi tertinggi yaitu pada bulan November 2005 sebesar 18.38 persen. Sedangkan
nilai inflasi terendah yaitu pada bulan November 2006 sebesar 5.27. Perkembangan
laju inflasi selama kurun waktu bulan Januari 2006 sampai dengan April 2009 dapat
dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Grafik Perkembangan Tingkat Inflasi Periode Januari 2005 – April 2009
Sumber : BI3) 2009
3)
[BI] Bank Indonesia. 2009. Laporan Inflasi : Berdasarkan Perhitungan Inflasi Tahunan.
Jakarta. http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/ [15 Mei 2009]
57
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Tingkat inflasi sejak Mei 2005 mengalami kenaikan hingga November 2005.
Setelah mengalami kenaikan, pada bulan Februari 2006 sampai dengan November
2006, inflasi menurun hingga mencapai 5,27. Namun keadaan ini tidak berlangsung
lama, inflasi kembali naik secara fluktuatif hingga mencapai 12,14 pada September
2008 dan turun kembali hingga mencapai 7,31 pada April 2009. Kondisi inflasi yang
berfluktuatif berpengaruh pada stabilitas ekonomi.
c. Perkembangan Harga Gula
Industri pengolahan sari buah sangat bergantung pada peranan bahan
penolong yaitu gula pasir. Penggunaan bahan penolong gula pada industri sari buah
tergolong cukup besar. Peningkatan harga gula akan mempengaruhi besarnya biaya
operasional perusahaan.
Tabel 24. Perkembangan Harga Gula Rata-Rata Tahunan di Kabupaten Subang
Tahun 2004-2007
Tahun
Harga Gula (Rp/Kg)
Perubahan (%)
2004
4.677
-
2005
5.837
24,80
2006
6.437
10,28
2007
6.825
6,03
Sumber : BPS Kabupaten Subang, 2008
Berdasarkan Tabel 24. menunjukkan harga gula rata-rata tahunan di
Kabupaten Subang terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2007 harga gula
mengalami kenaikan sebesar 6,03 persen dibandingkan pada tahun 2006. Persentase
kenaikan tertinggi yaitu pada tahun 2005 yaitu sebesar 24,80 persen dibanding tahun
2004.
2. Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial dan budaya mempengaruhi suatu perusahaan mencakup
keyakinan, nilai, sikap, opini yang berkembang, dan gaya hidup dari orang-orang
yang berada di lingkungan perusahaan tersebut. Meningkatnya pengetahuan
masyarakat akan gizi, kesibukan pekerjaan dan peningkatan pendapatan, secara
bersamaan diikuti oleh perilaku hidup merubah pola konsumsi masyarakat modern
yaitu dengan mengkonsumsi makanan praktis siap saji namun memiliki nilai gizi
yang baik. Hal ini merupakan pangsa pasar potensial bagi industri pengolahan buah58
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
buahan yang bersifat praktis, mudah, dan cepat cara penyajiannya serta bernilai gizi
baik. Masyarakat mulai memahami pentingnya mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung nutrisi yang penting bagi kesehatan. Perubahan pola konsumsi
masyarakat modern ke arah makanan yang sehat memberi imbas positif bagi usaha di
bidang pengolahan hasil pertanian salah satunya usaha pengolahan buah-buahan.
Salah satu faktor lingkungan eksternal yang juga mempengaruhi perusahaan
adalah faktor demografi. Peningkatan jumlah penduduk juga merupakan faktor sosial
yang diduga dapat menciptakan pangsa pasar yang potensial untuk setiap bidang
usaha. Selama periode 2005-2008 perkembangan penduduk Indonesia terus
mengalami peningkatan (BPS, 2008). Perkembangan jumlah penduduk Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2005-2008
Tahun
Jumlah Penduduk (orang)
Pertumbuhan (%)
2005
219.852.000
-
2006
222.550.700
1,23
2007
225.642.000
1,39
2008
228.523.300
1,28
Sumber : BPS, 2009
Pertumbuhan jumlah penduduk juga terjadi di Kabupaten Subang, dari tahun
2003 hingga tahun 2007 terjadi pertumbuhan penduduk sebanyak 74.915 jiwa atau
sebesar 5,56 persen. Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Subang dapat
dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Subang Tahun 2003-2007
Tahun
Jumlah Penduduk (orang)
Pertumbuhan (%)
2003
1.347.113
-
2004
1.379.534
2,41
2005
1.391.997
0,90
2006
1.402.134
0,73
2007
1.422.028
1,42
Sumber : BPS Kabupaten Subang, 2008
59
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Subang diduga memberikan
peluang tersedianya pasar potensial bagi usaha minuman jus jambu biji karena
seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat, diduga permintaan makanan
dan minuman akan meningkat. Hal ini dikarenakan peningkatan laju perkembangan
penduduk berbanding lurus dengan peningkatan konsumsi penduduk terhadap bahan
makanan dan minuman. Pertumbuhan jumlah penduduk dapat menyebabkan
permintaan pasar meningkat karena tingkat kebutuhan yang tinggi. Selain itu,
peningkatan jumlah penduduk akan menciptakan angkatan kerja baru. Adanya tren
mengkonsumsi makanan dan minuman berbahan alami juga memberikan peluang
pada usaha jus jambu biji yang merupakan produk olahan dari buah-buahan asli
tanpa ada bahan perasa buatan (essence).
Budaya (culture) suatu wilayah bisa menjadi faktor pendukung atau
penghambat dari suatu usaha. Salah satu budaya yang sering dilakukan oleh
masyarakat Subang khususnya di instansi pemerintah dan swasta adalah kebiasaan
menyajikan produk khas Subang kepada tamu kunjungan dari luar kota atau ketika
ada tugas ke luar kota selalu membawa produk khas Subang. Hal ini tentu menjadi
peluang yang mampu mendukung perkembangan usaha pengolahan sari buah
Lipisari sebagai produk lokal.
3. Faktor Politik
Dengan berlakunya perdagangan bebas AFTA (Asean Free Trade Area) pada
tahun 2003, maka produk-produk dari yang berasal dari kawasan Asia Tenggara akan
bebas bea tarif. Hal ini berarti produk-produk dari luar negeri akan bebas masuk ke
dalam negeri. Dengan disepakatinya perjanjian tersebut, para pengusaha dituntut
untuk lebih inovatif dalam menghasilkan produknya supaya mampu bersaing dengan
produk yang berasal dari luar negeri.
Dalam hal keamanan pangan, pemerintah melalui Menteri Kesehatan
mengeluarkan peraturan yang mengharuskan industri yang memproduksi makanan
dan minuman untuk mendaftarkan produknya ke Departemen Kesehatan Republik
Indonesia sebelum produk tersebut dipasarkan. Peraturan tentang keamanan pangan
ini
tertuang
dalam
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.329/Menteri
Kesehatan/XII/1976. Selain itu, peraturan yang harus dipenuhi adalah Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.079/Menteri Kesehatan/III/1978 mengenai pemakaian
60
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
wadah atau pembungkus, penandaan, label serta periklanan makananan atau
minuman.
Dalam merealisasikan peraturan tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten
Subang aktif dalam mengaudit usaha-usaha yang bergerak didalam pengolahan
makanan dan minuman terkait proses produksi mulai dari segi kebersihan sampai
keamanan produksi. Dinas Kesehatan Kabupaten Subang aktif dalam melakukan
pelatihan-pelatihan mengenai keamanan pangan. Selain itu, Majelis Ulama Indonesia
selaku badan yang memberikan sosialisasi kepada perusahaan-perusahaan untuk
mendapatkan sertifikat “Halal”. Lipisari telah memiliki sertifikat halal dan selalu
diperpanjang setiap dua tahun sekali.
4. Faktor Teknologi
Perubahan teknologi merupakan salah satu faktor utama pendorong
persaingan. Pengembangan teknologi mendorong terciptanya efesiensi dalam
produksi. Kemajuan teknologi secara drastis telah mengubah produk, jasa, pasar,
pemasok, distributor, pesaing, dan pelanggan. Dengan demikian adanya kemajuan
teknologi dapat menciptakan pasar baru, dan perkembangan produk.
Perkembangan teknologi dapat menjadi peluang bagi suatu industri dalam
menghadapi persaingan. Untuk menghadapi persaingan, pengusaha selalu dituntut
untuk selalu melakukan inovasi agar dapat meningkatkan kinerja usahanya, antara
lain dengan meningkatkan kualitas dan layanan kepada konsumen. Inovasi yang
memiliki landasan teknologi akan lebih efisien dibanding dengan inovasi yang
sifatnya manual dalam meningkatkan laba perusahaan.
Perkembangan teknologi pengolahan sari buah memberi pengaruh bagi usaha
ini. Dengan adanya teknologi dalam pengemasan, pasteurisasi, serta fasilitas pabrik
yang modern akan mempermudah dalam proses produksi dan dapat meningkatkan
kualitas produk serta menciptakan produk baru.
Teknologi dalam pengemasan minuman sekarang ini sangat beragam, yaitu
bisa berupa kemasan kaleng, gelas plastik, standing pot (pouch), tetrapack, kemasan
botol kaca atau plastik. Teknologi pengemasan yang dimiliki Lipisari yang
digunakan dalam mengemas produknya yaitu kemasan gelas plastik putih (tidak
transparan). Teknologi kemasan yang dimiliki oleh perusahaan masih kurang jika
dibandingkan pesaing yang berada dipasaran yang telah menggunakan kemasan
61
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
tetrapack dan kemasan botol plastik. Namun teknologi pengemasan yang dilakukan
Lipisari cukup modern yaitu menggunakan mesin pengemas tenaga kinematik dan
sudah tidak menggunakan teknologi manual yang mengandalkan tenaga manusia.
6.2.2. Analisis Lingkungan Industri
Analisis lingkungan industri merupakan analisis terhadap kondisi persaingan
bisnis dimana perusahaan beraktivitas. Analisis lingkungan industri bertujuan
mengidentifikasi dan menilai faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan
tersebut. Menurut analisis five force (5’P) Porter faktor-faktor yang mempengaruhi
kondisi persaingan, yaitu: persaingan antar anggota industri, pendatang baru,
pemasok, pembeli, dan produk pengganti akan diperlihatkan analisis dan situasi
perusahaan saat ini serta langkah-langkah strategis perlu diambil guna meningkatkan
daya saing perusahaan dan memperoleh pangsa pasar yang lebih luas.
Berdasarkan hasil kuisioner diperoleh tingkat intensitas persaingan industri
berada pada klasifikasi sedang dengan skor 3,180. Secara rinci kategori faktor-faktor
yang mempengaruhi kondisi persaingan tersebut dijelaskan pada Tabel 27.
Tabel 27. Intensitas Persaingan Industri Jus Jambu Biji Berdasarkan Lima Kekuatan
Bersaing Porter.
Total
Kategori Intensitas
Variabel Kekuatan Bersaing
Ranking
Skor
Persaingan
1. Ancaman Pendatang Baru
2. Persaingan di Antara Anggota
Industri
3. Ancaman Produk Pengganti
4. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
5. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Intensitas Persaingan Industri
2,964
3,863
Sedang
Tinggi
III
I
3,840
2,766
2,733
3,180
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
II
IV
V
-
1. Ancaman Pendatang Baru
Masuknya pendatang baru dalam suatu industri akan menimbulkan sejumlah
implikasi bagi perusahaan yang ada, antara lain adanya perebutan pangsa pasar
(market share), sumberdaya produksi, dan peningkatan kapasitas. Hal ini tentu dapat
menimbulkan ancaman tersendiri bagi perusahaan yang ada.
Ancaman pendatang baru tergantung pada hambatan untuk memasuki
industri. Jika hambatan ini besar, ancaman masuknya pendatang baru akan rendah.
Beberapa hambatan dalam memasuki suatu industri yaitu skala ekonomi, diferensiasi
62
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
produk, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses saluran distribusi,
keunggulan relatif, dan kebijakan pemerintah.
Tabel 28. Hasil Perhitungan Skor Intensitas Ancaman Pendatang Baru
Parameter
Bobot (A)
Nilai (B)
Skor (AxB)
a. Skala ekonomi
b. Diferensiasi produk atau produk yang
bervariasi
c. Kebutuhan modal dalam membangun
usaha
d. Biaya beralih pemasok
e. Akses kepada saluran distribusi
f. Keunggulan relatif
g. Kebijakan
pemerintah
terhadap
munculnya perusahaan baru
Total
0,173
2,667
0,462
0,120
3,333
0,400
0,160
0,107
0,160
0,160
4,000
3,333
2,667
2,000
0,640
0,356
0,427
0,320
0,120
3,000
0,360
2,964
Sedang
Hasil perhitungan skor menunjukkan bahwa responden menilai ancaman
masuk pendatang baru pada industri jus jambu tergolong sedang dengan skor 2,964
(Tabel 28). Variabel kebutuhan modal dalam membangun usaha merupakan ancaman
terberat bagi pendatang baru dengan nilai sebesar 0,640 atau sebesar 21,59 persen
dari total perolehan skor intensitas pendatang baru.
Kebutuhan modal menjadi kunci utama sulitnya pendatang baru untuk masuk
ke dalam industri. Modal untuk membangun usaha pengolahan sari buah jambu
tergolong cukup besar. Modal yang paling besar adalah investasi bangunan dan
fasilitas pabrik, serta peralatan produksi yang membutuhkan dana yang cukup besar.
Pelaku usaha pengolahan minuman jus jambu tidak terlalu banyak karena kendala
terbesar adalah kebutuhan modal.
2. Persaingan di Antara Anggota Industri
Persaingan antar anggota industri terjadi karena satu atau lebih pesaing
merasakan adanya tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi, yaitu
dengan menggunakan taktik-taktik seperti persaingan harga, iklan, produk, dan
pelayanan kepada konsumen. Adapun faktor yang menentukan intensitas persaingan
di antar anggota industri yaitu jumlah pesaing, tingkat pertumbuhan industri, biaya
63
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
tetap, ukuran dan kekuatan pesaing, kapasitas produksi, karakteristik produk,
hambatan keluar, dan diferensiasi produk.
Hasil perhitungan skor menunjukkan bahwa responden menilai persaingan di
antar anggota industri jus jambu tergolong tinggi dengan skor 3,863 (Tabel 29).
Variabel ukuran dan kekuatan pesaing merupakan faktor yang kuat dalam persaingan
di antar anggota industri dengan nilai sebesar 0,674 atau sebesar 17,45 persen dari
total perolehan skor intensitas persaingan di antar anggota industri. Ukuran dan
kekuatan pesaing terlihat dari perusahaan yang mengusai pasar yaitu Buavita yang
mengusai saluran distribusi yang luas, promosi yang gencar, teknologi kemasan yang
modern dengan menggunakan tetrapack. Semakin besar ukuran dan kekuatan
pesaing maka persaingan di dalam industri pengolahan sari buah tergolong cukup
tinggi.
Tabel 29. Hasil Perhitungan Skor Intensitas Persaingan di Antara Anggota Industri
Parameter
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Jumlah Pesaing/Produsen
Tingkat Pertumbuhan Industri
Biaya Tetap yang Dikeluarkan
Ukuran dan Kekuatan Pesaing
Peningkatan Kapasitas Produksi
Kerakteristik Produk Pesaing
Hambatan Keluar Industri
Diferensiasi produk atau produk yang
bervariasi
Total
Bobot (A)
Nilai (B)
Skor (AxB)
0,122
0,122
0,122
0,144
0,144
0,144
0,078
4,000
3,333
3,667
4,667
4,000
4,333
3,000
0,489
0,407
0,448
0,674
0,578
0,626
0,233
0,122
1,000
3,333
0,407
3,863
Tinggi
Pesaing usaha pengolahan sari buah jambu biji merupakan perusahaanperusahaan dengan modal besar, kapasitas besar, dan jaringan distribusi yang luas.
Adapun beberapa perusahaan pesaing yang memproduksi jus jambu biji dapat dilihat
pada Tabel 30.
64
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Tabel 30. Daftar Perusahaan Pesaing yang Memproduksi Jus Jambu Biji
No
Nama Produk
Perusahaan
Lokasi
1
Buavita
PT. Unilever
Bandung
2
Mi-U
PT. Globalindo Perkasa
Salatiga
3
Calamansi
PT Makmur Sejati Internasional
Bogor
4
Sun Fresh
PT Ciracasindo Perdana
Jakarta
5
Berri Clasic
PT Berri Indosari
Cikande
6
Guava Juice
INDOSARI
Jakarta
7
Jungle Juice
PT Diamond Cold Storage
Jakarta
8
Marco Pink Guava
PT Hamdia Jaya Internasional
Jakarta
9
Love Juice
PT. Hale International
Bogor
10
Country Choice
PT. Sinar Sosro
Bekasi
11
Minute Maid
Coca-cola Company
Jakarta
Sumber : Lipisari, 2009
3. Ancaman Produk Pengganti/Substitusi
Produk pengganti/substitusi merupakan produk lain yang berbeda namun
dapat memberikan kepuasan yang sama seperti produk yang diproduksi oleh suatu
perusahaan. Adapun faktor yang menentukan intensitas ancaman produk pengganti
yaitu fungsi produk, perkembangan teknologi, tingkat harga, dan biaya beralih
produk.
Tabel 31. Hasil Perhitungan Skor Intensitas Ancaman Produk Pengganti/Substitusi
Parameter
a. Produk yang Memiliki Fungsi Yang
Sama
b. Tingkat Perkembangan Teknologi
Produk Pengganti
c. Tingkat Harga Produk Substitusi
d. Tingkat Biaya Pengalihan Produk
Total
Bobot (A)
Nilai (B)
Skor (AxB)
0,260
3,667
0,953
0,240
0,260
0,240
1,000
3,667
4,333
3,667
0,880
1,127
0,880
3,840
Tinggi
Hasil perhitungan skor menunjukkan bahwa responden menilai ancaman
produk substitusi/pengganti tergolong tinggi dengan skor 3,840 (Tabel 31). Variabel
65
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
tingkat harga produk pengganti merupakan faktor yang kuat yang mengancam dari
produk pengganti dengan nilai sebesar 1,127 atau sebesar 29,35 persen dari total
perolehan skor intensitas ancaman produk pengganti. Hal ini disebabkan produk
pengganti/substitutsi memiliki harga jual yang lebih murah dibandingkan harga Jus
Lipisari yang memiliki kemasan yang sama dengan produk pengganti.
Adapun beberapa produsen yang memproduksi produk pengganti dari jus
jambu biji dapat dilihat pada tabel 32.
Tabel 32. Daftar Produk Pengganti Jus Jambu Biji
No
Nama Produk
Perusahaan
Kemasan
1
Frutang
PT. Tang Mas
Gelas Plastik
Harga Konsumen
Akhir
Rp 1.000,00
2
Ale-ale
PT. Wingsfood
Gelas Plastik
Rp 1.000,00
3
Keffi Lemon
PT. Garudafood
Gelas Plastik
Rp 1.000,00
4
Fruitamin
Pepsi Indonesia
Gelas Plastik
Rp 1.000,00
5
Teh Gelas
PT. Orang Tua
Gelas Plastik
Rp 1.000,00
6
Mountea
PT. Garudafood
Gelas Plastik
Rp 1.000,00
Sumber : Lipisari, 2009
4. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Analisis kekuatan tawar-menawar pemasok ditujukan untuk melihat
kemampuan pemasok dalam mempengaruhi suatu industri melalui kemampuan
mereka menaikkan harga dan mengurangi kualitas produk. Adapun faktor yang
menentukan intensitas kekuatan tawar-menawar pemasok yaitu jumlah pemasok,
diferensiasi produk, tingkat kepentingan produk bagi industri, tingkat kepentingan
industri bagi pemasok, akses ke pemasok, kemampuan pemasok dalam melakukan
integrasi ke depan, dan biaya beralih pemasok.
Hasil perhitungan skor menunjukkan bahwa responden menilai kekuatan
tawar menawar pemasok tergolong sedang dengan skor 2,766 (Tabel 33). Variabel
jumlah pemasok dan tingkat kepentingan produk yang dipasok bagi input/bahan baku
industri merupakan faktor yang kuat yang mempengaruhi kekuatan pemasok dengan
nilai sebesar 0,563 atau sebesar 20,35 persen dari total perolehan skor intensitas
kekuatan tawar-menawar pemasok.
66
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Tabel 33. Hasil Perhitungan Skor Intensitas Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Parameter
Bobot (A)
Nilai (B)
Skor (AxB)
a. Jumlah Pemasok
b. Tingkat Diferensiasi Produk yang
Dipasok
c. Tingkat Kepentingan Produk yang
Dipasok bagi Input/Bahan Baku
Industri
d. Tingkat Kepentingan Industri bagi
Pemasok
e. Akses ke Pemasok
f. Kemampuan Pemasok Melakukan
Integrasi ke Depan (Misal: Pemasok
membuat perusahaan pengolahan sari
buah)
g. Biaya Beralih Pemasok
Total
0,169
3,333
0,563
0,143
3,000
0,429
0,169
3,333
0,563
0,156
0,143
3,000
2,333
0,468
0,333
0,104
0,117
1,333
2,333
0,139
0,273
2,766
Sedang
Jumlah pemasok buah jambu biji sebagai bahan baku utama dalam
pembuatan sari buah jambu biji di Kabupaten Subang tergolong sedikit. Perusahaan
hanya mengandalkan dari pengumpul di Kecamatan Purwadadi yaitu Pak Acu, Pak
Nana, Pak Uwa sebagai mitra perusahaan selama ini. Jambu biji yang dipasok
memiliki peran penting bagi perusahaan karena jambu biji adalah bahan baku utama
dalam usaha ini dan PT. Lipisari Patna bukan satu-satunya pihak yang dipasok oleh
pemasok. Pemasok menjual produknya ke pihak lain selain ke PT. Lipisari Patna
dengan dijual segar ke pasar tradisional, pasar buah-buahan, pengumpul besar, atau
dijual sendiri ke konsumen akhir.
5. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Pembeli atau pelanggan dapat menekan dan menuntut kualitas lebih tinggi
atau layanan lebih banyak kepada perusahaan. Semua ini dapat menurunkan laba
industri. Adapun faktor yang menentukan intensitas kekuatan tawar-menawar
pemasok yaitu jumlah pemasok, diferensiasi produk, tingkat kepentingan produk
bagi industri, tingkat kepentingan industri bagi pemasok, akses ke pemasok,
kemampuan pemasok dalam melakukan integrasi ke depan, dan biaya beralih
pemasok.
67
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Tabel 34. Hasil Perhitungan Skor Intensitas Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Parameter
a Jumlah Pembelian yang dilakukan
Pembeli
b Ciri/Karakteristik Produk
c Biaya Pengalihan Pembeli terhadap
Produk Lain Sejenis
d Nilai Produk dalam Struktur Biaya
atau Pembelian bagi Pembeli
e Nilai Keuntungan yang Diperoleh
Pembeli
f Kesempatan Pembeli Melakukan
Integrasi ke Indsutri Hulu
g Tingkat Kepentingan Produk Industri
bagi Pembeli
h Informasi yang Dimiliki Pembeli
Total
Bobot (A)
Nilai (B)
Skor (AxB)
0,122
0,144
2,667
3,667
0,326
0,530
0,133
3,000
0,400
0,100
3,667
0,367
0,122
2,000
0,244
0,089
1,667
0,148
0,156
0,133
2,333
2,667
0,363
0,356
2,733
Sedang
Sumber : Data Primer (diolah); 2009
Kekuatan tawar-menawar pembeli menjadi lebih tinggi jika pembeli
terkonsentrasi atau membeli dalam jumlah banyak, produk yang dibeli tidak
terdiferensiasi atau standar, produk yang dibeli dari industri merupakan komponen
penting dari produk pembeli dan merupakan komponen biaya yang cukup besar,
pembeli menerima laba rendah, produk industri tidak penting bagi pembeli, pembeli
memiliki kemampuan untuk melakukan integrasi balik, dan informasi yang dimiliki
pembeli sangat lengkap. Hasil analisis menunjukkan bahwa kekuatan tawar menawar
pembeli tergolong sedang dengan skor 2,733 (Tabel 34). Variabel ciri/karakteristik
produk merupakan faktor yang kuat yang mempengaruhi kekuatan pembeli dengan
nilai sebesar 0,530 atau sebesar 19,39 persen dari total perolehan skor intensitas
kekuatan tawar-menawar pembeli. Hal ini dikarenakan ciri/karakteristik produk tidak
terlalu kuat bagi konsumen. Artinya konsumen bisa membeli produk sejenis di
pasaran yang memiliki kualitas yang sama.
6.2. Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal adalah proses perencanaan strategi yang
menentukan kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Kajian proses analisis
lingkungan internal dapat dilihat dengan menggunakan analisis rantai nilai (value
68
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
chain). Adapun kajian dan identifikasi lingkungan internal PT. Lipisari Patna adalah
sebagai berikut.
A. Kegiatan Utama
1) Logistik ke Dalam (Inbound Logistics)
Logistik ke dalam yang dilakukan dibagi 3 bagian yaitu penerimaan input,
penyimpanan, dan penyebaran input menjadi barang jadi.
a. Penerimaan input
Jambu biji
Penerimaan jambu biji diperoleh dari pengumpul di Kecamatan Purwadadi
Kabupaten Subang. Hal ini dikarenakan tidak adanya petani yang memiliki area
tanaman jambu biji yang luas. Harga bahan baku jambu biji dari pengumpul adalah
sebesar Rp 2.000,00-3.500,00 per kg. Kemitraan yang dijalin berdasarkan landasan
kepercayaan yang dibangun selama bertahun-tahun. Harga ditetapkan berdasarkan
mekanisme pasar. Pada saat panen raya, harga jambu biji sebesar Rp 2.000,00
sedangkan pada musim paceklik harga jambu biji sebesar Rp 3.500,00.
Pada musim panen raya yaitu pada bulan Desember hingga Februari,
perusahaan membeli jambu biji dalam jumlah besar. Hal ini dikarenakan pada musim
paceklik biasanya pasokan jambu biji kurang. Pembelian banyak pada musim panen
raya untuk menambah persediaan. Hal ini bisa dilakukan karena perusahaan memiliki
alat freezer yang memiliki kapasitas yang cukup besar.
Setiap jambu biji yang datang, ditimbang terlebih dahulu yang kemudian
dilakukan pembayaran berdasarkan hasil timbangan. Untuk menghindari kebusukan,
jambu biji yang telah ditimbang langsung disortasi dan dilakukan penghancuran dan
penyaringan. Hasil penyaringan menghasilkan sari buah yang selanjutnya
dimasukkan ke dalam freezer sebagai persediaan.
Cup, Top Seal dan Kardus
Cup plastik didatangkan dari PT. Indahcup Sukses Makmur, Bogor dengan
harga Rp 215,60 per cup. Top seal didatangkan dari CV. Omega Teknik, Bandung
dengan harga Rp 360.000/500 m. Sedangkan untuk kardus didatangkan dari PT.
Indopack Pratama, Jakarta dengan harga Rp 2.000,00 per kemasan dus. Cup, top seal
dan kardus yang dikirim dilakukan proses penghitungan terlebih dahulu sebelum
69
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
dimasukan gudang kering. Hal ini dilakukan untuk mencocokkan antara pemesanan
dengan barang yang dikirim. Setelah itu dilakukan pembayaran secara tunai.
Bahan Penolong
Bahan penolong dalam usaha ini adalah gula pasir. Pembelian gula pasir tidak
melalui pemasok khusus, melainkan perusahaan membeli langsung ke toko.
Perusahaan biasa membeli di toko di wilayah kota Subang. yaitu di PD. Annisa,
Subang. Gula pasir yang dibeli langsung digunakan untuk satu kali produksi jus
jambu tanpa ada perlakuan lainnya. Adapun harga gula pasir berkisar Rp 6.800,00 –
Rp 7.200,00.
Bahan Kimia
Bahan kimia dibeli langsung oleh perusahaan di Bandung yaitu di PD. Seger
Chemical. Setelah pembelian tidak ada perlakuan khusus. Adapun bahan kimia yang
biasanya dibutuhkan untuk produksi jus jambu adalah CMC, Natrium Benzoat, Asam
Sitrat, Jambu Oil. Bahan kimia yang dibeli tidak dicampur, namun dimasukkan ke
dalam wadah yang berbeda-beda, lalu dimasukkan ke dalam ruangan laboratorium.
b. Penyimpanan
Penyimpanan bahan baku dilakukan di ruangan khusus penyimpanan bahan
baku. Adapun ruangan penyimpanan bahan baku terbagi dua, yaitu gudang kering
dan ruang bahan kimia. Gudang kering merupakan gudang yang diperuntukan cup
plastik, top seal, kardus, dan suku cadang. Sedangkan ruang bahan kimia merupakan
ruangan yang diperuntukkan bahan kimia.
Ada beberapa bahan baku yang tidak disimpan dalam ruang penyimpan yaitu
jambu biji, dimana langsung diproduksi menjadi sari buah dan jika terjadi kelebihan
akan disimpan dalam freezer untuk persediaan. Sedangkan gula pasir tidak dilakukan
penyimpanan karena pembelian yang dilakukan hanya untuk sekali produksi saja.
c. Penyebaran input menjadi barang produksi
Penanganan material dan kontrol inventori
Kardus dan cup ditumpuk dengan alas krat minuman botol yang kosong. Hal
ini dilakukan untuk mencegah kontak langsung dengan lantai yang lembab pada
malam hari dan musim hujan. Setiap bahan baku yang akan digunakan dilakukan
pencatatan. Bahan baku yang dilakukan pencatatan adalah bahan baku yang disimpan
70
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
seperti cup plastik, top seal, kardus, dan bahan kimia. Pencatatan dilakukan oleh
karyawan produksi.
Pengembalian pada pemasok
Pengembalian kepada pemasok dilakukan jika ada kerusakan dari segi
produksi dalam jumlah besar atau ketidaksesuaian barang yang dipesan dengan
barang yang dikirim. Jika terjadi kerusakan dengan jumlah yang tidak signifikan,
tidak dilakukan pengembalian kepada pemasok. Khusus untuk cup dan kardus jika
ada kerusakan diatas 25 buah, perusahaan akan menelpon pihak pemasok. Barang
yang rusak akan diganti bersamaan dengan pengiriman selanjutnya jika perusahaan
memesan barang.
2) Operasi
a
Produksi
Tahapan yang dilakukan dalam proses pengolahan sari buah di PT. Lipisari
Patna dalam sekali produksi langsung (tidak ada persediaan) terdiri dari : penerimaan
bahan mentah, sortasi dan pencucian jambu biji, penghancuran jambu biji,
penyaringan, penggabungan bubur buah (pulp) dengan air, pemasakan, pasteurisasi,
dan pengemasan. Namun jika terjadi kelebihan pasokan jambu biji, setelah proses
penyaringan, dilakukan penyimpanan dan pembekuan pada freezer dengan wadah
plastik transparan. Jika produksi dilakukan dari persediaan yang telah ada, proses
produksi terdiri dari Penghancuran Es, Penggabungan Bubur Buah (Pulp) dengan
Air, Pemasakan, Pasteurisasi, dan Pengemasan. Proses produksi sari buah di PT.
Lipisari dapat dilihat pada Gambar 10.
Penerimaan Bahan Mentah
Proses penerimaan bahan mentah jambu biji dilakukan di pabrik. Jambu biji
yang datang ditimbang lalu dilakukan pembayaran. Syarat buah jambu biji yang
diterima adalah tidak busuk, sudah matang, berwarna kuning bukan hijau, dan jenis
jambu biji merah.
Sortasi dan Pencucian Jambu Biji
Jambu biji yang telah diterima langsung disortasi. Hal ini untuk menghindari
kebusukan. Sortasi dilakukan dengan membuang ujung atas buah. Jika ada jambu biji
yang busuk akan dipisahkan dan jambu biji yang masih muda akan dipisahkan.
71
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Jambu biji yang busuk akan dibuang, sedangkan jambu biji yang masih muda akan
dibiarkan dalam beberapa hari hingga menjadi matang. Setelah proses sortasi, maka
dilakukan pencucian jambu biji dengan air.
Penerimaan Bahan Mentah Jambu Biji
Sortasi dan Pencucian
Penghancuran Jambu Biji
Jika Terjadi Kelebihan
Jambu Biji
Penyaringan Bubur Buah
Penyimpanan/
Pembekuan
Penghancuran Es
Penggabungan Bubur Buah dengan Air
Pemasakan Sari Buah
Penstabil
Laruran Gula
Pasteurisasi
Pengemasan
Gambar 10. Proses Produksi Sari Buah Jambu Biji PT. Lipisari Patna
Sumber : Bagian Produksi PT. Lipisari Patna, 2009
Penghancuran Jambu Biji
Setelah dilakukan sortasi dan pencucian, jambu biji dihancurkan dengan
menggunakan mesin penghancur buah yang disebut chopper. Hasil penghancuran
72
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
buah akan mengasilkan bubur buah yang masih kasar. Mesin chopper masih
tergolong semi otomastis karena masih menggunakan tenaga manusia dalam
mengoperasikannya. Kapasitas mesin chopper 500 kg per jam.
Penyaringan Bubur Buah
Penyaringan dilakukan setelah buah dihancurkan menjadi bubur buah kasar.
Penyaringan ini dimaksudkan untuk memisahkan ampas dengan bubur buah halus
(pulp). Penyaringan dilakukan dengan menggunakan mesin Pulper. Kapasitas dari
mesin penyaring adalah 500 kg per jam. Sisa ampas jambu biji biasanya digunakan
untuk pupuk kompos.
Penyimpanan dan Pembekuan
Penyimpanan dilakukan jika terjadi kelebihan jambu biji yang diterima.
Setelah penyaringan, bubur buah jambu biji dimasukkan ke dalam plastik transparan
dengan kapasitas 15 liter lalu dimasukkan ke dalam freezer hingga beku sehingga
bubur buah menjadi tahan lama. Suhu yang digunakan untuk membekukan bubur
buah di dalam freezer mencapai -15oC dengan syarat suhu konstan. Kapasitas freezer
bisa mencapai 12 m2. Selama ini biasanya terisi maksimal 1/3 dari kapasitas penuh
pada musim panen raya.
Penghancuran Es
Bubur buah yang telah beku tidak bisa diproduksi jika tidak dikembalikan
pada keadaan cair. Oleh karena itu untuk mempercepat bubur buah yang telah beku
menjadi cari dibutuhkan alat penghancur es atau sering disebut eslaser.
Penggabungan Bubur Buah (Pulp) dengan Air
Bubur buah dan air jika disatukan akan menghasilkan endapan. Pada proses
penggabungan dibutuhkan alat homogenizer yang menggabungkan antara bubur buah
dengan air. Alat homogenizer bekerja dengan tekanan tinggi. Selain dibutuhkan alat
khusus, dibutuhkan penstabil untuk menjaga agar bubur buah dan air bisa menyatu.
Penstabil yang biasa digunakan adalah CMC. Cara penggunaan homogenizer dengan
memasukkan air dan bubur buah secara bersamaan dan perlahan-lahan dengan
perbandingan bubur buah dengan air 1:4. Lalu setelah itu dimasukkan CMC ke
dalam larutan. Larutan bubur buah dan air yang telah disatukan akan menghasilkan
sari buah.
73
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Pemasakan
Sari buah yang dihasilkan pada proses penggabungan dengan mesin
homogenizer dimasak dalam tank berkapasitas 500 liter. Pada proses ini sari buah
dicampur dengan larutan gula, asam sitrat, dan natrium benzoat. Pemasakan
dimaksudkan untuk menggabungkan sari buah dengan larutan gula. Pemasakan
berlangsung 1-2 jam hingga suhu mencapai 100 oC.
Pasteurisasi
Setelah sari buah dimasak, dilakukan pasteurisasi. Pasteurisasi dimaksudkan
untuk mensterilisasi sari buah dari bakteri-bakteri berbahaya. Pertama pipa-pipa
dialiri air panas untuk membersihkan pipa-pipa tersebut. Setelah itu sari buah
dialirkan dan diberikan tekanan uap panas dengan suhu mencapai 95-98 oC. Hasil
pasteurisasi ditampung dalam tabung yang disebut termotank.
Pengemasan
Sari buah yang ditampung pada termotank merupakan sari buah yang telah
dipasteurisasi. Tabung termotank terhubung langsung dengan mesin pengemas.
Mesin pengemas menggunakan sistem kinematik atau tenaga angin. Kapasitas mesin
pengemas yaitu 1.500-2.500 cup per jam. Mesin pengemas yang dimiliki PT. Lipisari
terdiri dari dua lajur pengisian, artinya sekali pengemasan langsung menghasilkan
dua buah cup. Ruang pengemasan terpisah dengan ruang produksi. Setelah dilakukan
pengemasan, produk dikumpulkan dan diberikan tanggal kadaluarsa. Produk
dimasukkan ke dalam kardus dan setiap kardus diisi dengan 20 cup dan di-seeler
dengan solatip ketika produk sari buah sudah dingin.
b Pemeliharaan peralatan
Pemeliharaan rutin dilakukan setelah kegiatan produksi selesai yaitu dengan
membersihkan lantai dan peralatan dengan air bersih. Khusus untuk pipa-pipa
dibersihkan dengan mengalirkan air panas. Hal ini dilakukan agar sisa jus tidak
menempel pada pipa-pipa penyalur yang bisa menghambat proses produksi.
Selain itu, beberapa peralatan tertentu seperti mesin-mesin dilakukan
pemberian oli/pelumas pada mesin-mesin. Pemberian pelumas dilakukan dengan
pengukuran hitungan jam kerja. Biasanya jika mesin sudah bekerja selama 500 jam
maka akan diberikan pelumas.
74
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
c
Fasilitas operasi
Fasilitas operasi Lipisari terdiri dari 6 ruangan. Ruangan dibagi berdasarkan
fungsinya masing-masing yang berbeda satu sama lain. Adapun ruangan tersebut
adalah ruangan produksi, ruang pengemas, gudang kering, gudang hasil produksi,
laboratorium, dan ruangan kantor
Ruangan Produksi
Ruangan produksi merupakan ruangan yang digunakan dalam proses
produksi. Pada ruangan ini terdapat peralatan-peralatan mesin untuk proses produksi.
Tidak semua orang diperbolehkan masuk ruangan ini. Hal ini untuk menjaga
kebersihan ruangan. Setiap selesai produksi ruangan ini selalu dibersihkan dengan air
hangat yang dimaksudkan untuk membersihkan sisa sari buah yang tersisa di mesin
atau dilantai.
Peralatan mesin yang berada di ruangan produksi terdiri dari: 1) Chopeer
yang berfungsi untuk penghancur jambu biji, 2) Pulper yang berfungsi untuk
menyaring ampas dari buah yang telah dihancurkan untuk menghasilkan bubur buah
(pulp), 3) Freezer yang digunakan untuk menyimpan dan membekukan bubur buah
(pulp) yang telah disaring supaya tahan lama, 4) Eslaser yang digunakan untuk
menghancurkan sari buah yang telah menjadi es di dalam freezer, 5) Homogenizer
yang digunakan untuk menyatukan air dan pulp buah, 6) Tank pemanas yang
digunakan untuk memasak sari buah, 7) Pasteurizer untuk membunuh bakteri pada
sari buah yang dihasilkan, 8) Termotank yang digunakan untuk menjaga sari buah
tetap hangat.
Ruangan Pengemas
Ruangan pengemas terpisah dengan ruangan produksi. Ruangan pengemas
tersambung dengan termotank melalui pipa-pipa. Proses pengemasan dilakukan
dengan mesin. Tugas karyawan hanya mengambil barang yang telah jadi dikemas
oleh mesin dan mengumpulkannya dalam wadah. Ruangan pengemas merupakan
ruangan steril dimana tiap karyawan diwajibkan menggunakan jas laboratorium dan
penutup rambut. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari produk dari kontiminasi.
Gudang Kering dan Gudang Hasil Produksi
Gudang kering merupakan ruangan untuk menyimpan bahan material untuk
kegiatan produksi yang bersifat barang kering seperti kardus, cup, top seal, dan suku
75
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
cadang. Sedangkan gudang hasil produksi merupakan ruangan untuk menyimpan
hasil produksi berupa jus jambu biji. Semua ruangan gudang dilengkapi dengan AC,
hal ini untuk menghindari ruangan menjadi lembab dan terhindar dari bakteri.
Gudang kering dan gudang hasil produksi letaknya bersebelahan yang disekat oleh
dinding.
Laboratorium
Ruangan laboratorium merupakan ruangan penyimpanan bahan kimia untuk
proses produksi seperti CMC, Natrium Benzoat, Asam Sitrat, dan Jambu Oil.
Ruangan ini untuk saat ini hanya untuk penyimpanan bahan kimia. Riset produk
tidak dilakukan di ruangan ini. Hal ini karena keterbatasan peralatan yang dimiliki
perusahaan.
Ruangan Kantor
Ruangan kantor merupakan ruangan khusus bagi karyawan administrasi dan
keuangan serta penanggungjawab operasional. Ruangan ini merupakan ruangan
untuk menyimpan arsip-arsip dan transaksi keuangan.
3) Logistik ke luar
a
Pengumpulan dan Penyimpanan
Produk yang telah dikemas dikumpulkan dalam wadah besar lalu diangkut
dengan roda ke gudang hasil produksi. Sortasi dilakukan setelah produk
dikumpulkan untuk mengetahui kerusakan yang terjadi pada proses pengemasan.
Selanjutnya produk dimasukkan ke dalam kardus-kardus. Setiap kardus yang telah
diisi oleh produk sari buah ditata pada rak besi. Hal ini untuk menghindari karduskardus yang berisi jus jambu kontak langsung dengan lantai. Produk dikelompokkan
berdasarkan hari produksi agar produk yang pertama diproduksi bisa keluar terlebih
dahulu.
b Pendistribusian produk kepada pembeli
Perusahaan tidak memiliki jaringan distribusi. Selama ini perusahaan hanya
menjual secara pasif tanpa menggunakan jasa agen. Akan tetapi, karena adanya
permintaan, beberapa agen membeli dalam jumlah banyak. Agen yang membeli
dalam jumlah banyak tersebut tidak memiliki ikatan kerjasama dengan pihak
perusahaan. Perusahaan hanya memberikan harga khusus bagi yang membeli dalam
76
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
jumlah banyak. Untuk lingkungan LIPI, perusahaan mempersilahkan kepada
karyawan LIPI mulai dari Satpam hingga peneliti untuk menjadi agen penjualan
dengan minimal pembelian tertentu yang terakumulasi dalam satu bulan, pihak
Lipisari akan memberikan harga khusus.
Proses pemesanan dan Pengiriman
Proses pemesanan bisa dilakukan dengan telepon atau langsung datang ke
kantor. Barang akan dikirim oleh perusahaan jika pemesanan di atas 30 dus. Untuk
pemesanan yang dikirim, pembayaran dilakukan ditempat yang dituju. Tetapi untuk
pemesanan biasa, barang langsung dibayar tunai di kantor sebelum dibawa.
Penjadwalan
Tidak ada penjadwalan pendistribusian produk kepada agen. Selama ini
pengriman barang masih terbatas pada pemesanan. Kendaraan yang digunakan untuk
pengiriman pun dengan menyewa mobil operasional LIPI dengan biaya sewa Rp
10.000 untuk sekali angkut.
4) Pemasaran dan penjualan
Produk
Produk sari buah jambu biji merupakan salah satu produk minuman yang
memiliki daur hidup pembelian yang singkat (short purchase cycle). Maksudnya
pembeli dapat membeli produk sari buah tersebut dalam periode yang singkat dan
frekuensi yang pendek.
Produk PT. Lipisari Patna memiliki kemasan produk satu jenis yaitu kemasan
cup plastik non-transparan 200 ml. Merek dagang yang digunakan adalah “Jus
Lipisari”. Jumlah produksi periode 2005-2008 dapat dilihat pada Tabel 35.
Pada label produk terdapat keterangan seperti merek produk, nama
perusahaan, berat isi, tanggal kadaluarsa, komposisi, keterangan halal, izin depkes,
serta dilengkapi barcode dengan kode 8-997004-560932. Namun sampai saat ini
perusahaan belum mencantumkan kandungan gizi sari buah jambu biji yang
diproduksi. Informasi gizi sangat penting bagi konsumen selain untuk menjamin
kepada konsumen bahwa produk Jus Lipisari berkualitas. Hal ini tentu bisa menjadi
daya tarik konsumen untuk membeli produk Lipisari.
77
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Tabel 35. Data Produksi Jus Jambu Lipisari Tahun 2005-2008
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total
Sumber : Lipisari, 2009 (diolah)
2005
10.360
14.200
8.460
8.090
12.600
10.550
11.420
10.700
9.000
15.940
12.420
14.440
138.180
2006
15.020
12.400
14.540
18.610
21.760
15.740
21.110
24.860
14.380
21.120
19.680
17.620
216.840
2007
14.560
20.440
18.000
21.030
17.780
16.900
22.140
20.130
25.300
16.570
18.220
14.620
225.690
2008
21.220
10.900
14.380
15.200
16.800
24.440
18.020
14.380
43.980
21.320
15.980
18.280
234.900
Berdasarkan Gambar 11. menunjukkan grafik jumlah produk yang diproduksi
terus mengalami kenaikan walaupun kenaikannya tidak signifikan. Salah satu faktor
peningkatan jumlah produksi yang kurang signifikan dikarenakan permintaan sari
buah Lipisari belum mengalami kenaikan yang signifikan. Kurangnya promosi
menjadi salah satu penyebabnya.
250000
200000
150000
Jambu Biji
100000
50000
0
2005
2006
2007
2008
Gambar 11. Grafik Jumlah Produksi
Sumber : Lipisari, 2009 (diolah)
Sampai saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan sampai tahap mana
tingkat kesadaran merek “Jus Lipisari” sebagai produk sari buah jambu biji asli.
Namun brand image produk “Jus Lipisari” di wilayah Kota di Kabupaten Subang
tergolong kuat, selain dikenal sebagai satu-satunya produk sari buah yang diproduksi
dan dipasarkan di Subang sebagai produk lokal, produk “Jus Lipisari” juga dikenal di
78
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
lingkungan rumah sakit sebagai peningkat tombosit darah sehingga rekomendasi
rumah sakit di Kabupaten Subang bagi penderita deman berdarah dangue (DBB).
350000000
300000000
250000000
200000000
Jambu Biji
150000000
100000000
50000000
0
2005
2006
2007
2008
Gambar 12. Grafik Tingkat Penjualan Produk Sari Buah Lipisari
Sumber : Lipisari, 2009 (diolah)
Daur hidup produk Lipisari berada pada tahap dewasa. Hal ini dapat
diketahui dari pertumbuhan tingkat penjualan yang mengalami penurunan pada
periode 2005-2008 seperti yang dapat dilihat pada Gambar 12. Oleh karena itu
perusahaan harus melakukan inovasi baik dari segi produk maupun segi pasar jika
ingin meningkatkan penjualannya.
Promosi
Promosi yang dilakukan perusahaan tergolong pasif. Selama ini pemasaran
hanya mengandalkan promosi dari mulut ke mulut. Namun jika ada kesempatan
diundang untuk mengisi stand, biasanya pihak perusahaan bersedia. Pamfleat untuk
promosi sebenarnya ada, namun frekuensi penyebarannya tidak intensif dan tidak
adanya SDM yang secara khusus untuk melakukan penyebaran tersebut.
Harga
Perusahaan menetapkan harga jual produk didasarkan pada harga bahan baku
dan biaya produksi. Strktur biaya produksi dalam satu kali produksi yaitu bahan baku
utama jambu biji sebesar 41,5 persen, gula pasir 22 persen, kemasan cup 20 persen,
kardus 9,5 persen, tenaga produksi 3,5 persen, bahan kimia 1,75 persen, dan tutup
kemasan cup (top seal) 1,75 persen.
Perusahaan membagi harga berdasarkan tingkat pembelian. Adapun
pembagian harga yaitu harga untuk pembelian distributor/agen di atas 50 kardus
79
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
adalah Rp 26.500/dus, harga untuk agen kecil seperti agen di lingkungan karyawan
dan koperasi LIPI adalah sebesar Rp 28.000/dus, sedangkan jika konsumen membeli
langsung ke kantor adalah sebesar Rp 30.000/dus.
5) Pelayanan
Layanan berhubungan dengan aktivitas yang memperkuat atau menjaga nilai
produk. Layanan dilakukan berupa berusaha menerima komplain dari konsumen dan
keinginan pembeli terhadap rasa dan kualitas sari buah jambu biji Lipisari.
Komplain dan Pengembalian Produk
PT. Lipisari terbuka dengan komplain dari konsumen terkait kerusakan
produk yang disebabkan proses produksi. Jika terjadi kerusakan produk, Lipisari
biasanya mengganti produk tersebut. Namun pengembalian produk jika konsumen
datang langsung membawa produk yang rusak tersebut.
Jika produk mendekati waktu kadaluarsa, Lipisari bersedia menggantinya
dengan produk baru. Adapun syarat produk bisa diganti dengan produk baru jika
produk yang akan diganti maksimal satu bulan sebelum waktu kadaluarsa yang
tercantum dari kemasan produk.
Keinginan pembeli
PT. Lipisari terbuka dengan kritik dan saran yang membangun dari konsumen
terkait keinginan pembeli. Namun selama ini penyampaian saran dari konsumen
masih terbatas lisan. Keluhan yang sering disampaikan oleh kosumen adalah masalah
harga yang relatif mahal atau rasa yang terlalu manis atau kurang manis.
B. Kegiatan Penunjang
1) Infrastruktur Perusahaan
Administrasi
PT. Lipisari memiliki administrasi yang cukup rapi. Setiap berkas-berkas
administrasi dikelompokkan dan disimpan dalam loker-loker. Hal ini untuk
memudahkan dalam pencarian berkas. Lipisari termasuk perusahaan yang tertib
dalam membayar pajak yang dibuktikan dengan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) 02.242.302.4-439.000. Setiap tahunnya perusahaan menyerahkan laporan
keuangan ke kantor pajak Kabupaten Subang. Adapun kewajiban pajak yang selelu
80
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
dipenuhi adalah Pajak Pasal 25 tentang Badan Usaha, Pajak Penghasilan (PPh )Pasal
21, dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Selain itu, PT. Lipisasri merupakan perusahaan yang memiliki kelengkapan
administrasi yang lengkap. Mulai dari Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dengan
nomor 503/809/Indagsar/PM/B/VIII/2003, Akta Notaris nomor C-00073HT.01.01
tahun 2004, sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan nomor MUIJB 0112100770501, Sertifikat Merek dari Departemen Kehakiman dan HAM
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan nomor 460438 dan merek
dagang “Jus Lipisari”, Tanda Daftar Perusahaan (TDP) nomor 101015200126, P-IRT
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Subang nomor 214321302399, Tanda Daftar
Industri (TDI) dengan nomor daftar 503/348/TDI/Perindustrian serta NIPIK
09.32.15.00337
Keuangan dan Akuntansi
Pencatatan keuangan dan pencatatan yang berhubungan dengan aktivitas
produksi dilakukan dalam buku-buku khusus. Setiap satu minggu sekali dilakukan
rekap dengan bantuan komputer. Adapun buku-buku yang digunakan dalam
pencatatan keuangan dan produksi adalah buku pencatatan produk akhir, buku
catatan pembelian bahan baku utama dan bahan penolong, buku penjualan, buku
produksi.
Sedangkan setiap satu minggu dibuat laporan dengan bantuan komputer.
Adapun laporan yang biasanya dibuat adalah laporan rekap bahan baku, laporan
pembelian bahan baku, laporan pengeluaran, laporan perkembangan produksi dan
penjualan, serta laporan perkembangan arus kas.
Peraturan
Lipisari memiliki beberapa peraturan yang harus dilaksanakan oleh setiap
karyawan. Peraturan-peraturan tersebut tertuang dalam SOP (Standard Operational
Procedure). Adapun SOP yang ada di Lipisari adalah SOP proses produksi, SOP
panduan kerja karyawan, dan SOP pengoperasian mesin.
2) Manajemen Sumberdaya Manusia
Karyawan yang bekerja di PT. Lipisari terdiri dari manajemen umum, teknisi
mesin, karyawan Lipisari. Manajemen umum terdiri dari penanggung jawab umum,
81
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
penanggung jawab operasional dan pemasaran, serta penanggung jawab produksikeuangan. Sedangkan karyawan Lipisari merupakan karyawan yang digaji dari
Lipisari.
Perencanaan dan perekrutan karyawan
Perekrutan karyawan dilakukan jika terjadi kekosongan posisi karyawan
karena karyawan keluar atau diangkat menjadi PNS. Perekrutan karyawan biasanya
dilakukan satu bulan sebelum karyawan yang akan keluar mengundurkan diri. Hal ini
dikarenakan untuk mempersiapkan transfer dari karyawan lama kepada karyawan
baru. Rekrutmen karyawan baru tidak dilakukan secara terbuka, melainkan merekrut
dari lingkungan keluarga karyawan B2PTTG LIPI dengan pemberitahuan melalui
lisan. Perencanaan karir karyawan tidak ada di PT. Lipisari ini.
Pelatihan dan pengembangan tenaga kerja
Perusahaan tidak mengadakan program pelatihan khusus bagi karyawannya.
Adapun pelatihan bagi karyawan dilakukan oleh karyawan lama yang akan keluar.
Jika ada undangan pelatihan dari instansi pemerintah, pihak perusahaan selalu ikut
serta dan mendelegasikan karyawannya dalam kegiatan pelatihan tersebut. Selain itu
tidak ada pengembangan tenaga kerja dari segi kemampuan teknis atau kemampuan
lainnya. Hal ini karena jumlah karyawan yang sangat sedikit.
Kompensasi
Kesejahteraan karyawan masih dirasakan kurang mendapat perhatian dari
perusahaan. Upah perusahaan masih dibawah UMK (Upah Minimum Kabupaten)
Subang tahun 2008 yaitu sebesar Rp 602.000/bulan. Adapun kesejahteraan karyawan
terbantu karena ada kebijakan dari B2PTTG LIPI yang memberikan uang makan
bagi karyawan Lipisari.
Tunjangan yang diberikan berupa insentif yaitu persentase dari keuntungan
Lipisari sebesar 20% yang dibagikan kepada karyawan Lipisari dan manajemen
berdasarkan proporsi yang telah ditetapkan. Hal ini tentu mendorong motivasi
karyawan untuk bekerja karena jika keuntungan Lipisari meningkat, insentif yang
didapatkan akan meningkat pula. Setiap hari raya lebaran perusahaan memberikan
bonus kepada karyawan Lipisari.
82
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
3) Pengembangan Teknologi
Teknologi produksi yang dilakukan oleh Lipisari tergolong modern. Peralatan
produksi sudah menggunakan tenaga mesin sehingga sumberdaya manusia yang
terlibat pada proses produksi tidak banyak. Selain itu proses pengemasan sudah
menggunakan mesin otomatis. Mesin-mesin yang digunakan tergolong mesin dengan
kapasitas yang besar. Hanya keterbatasan penjualan yang menyebabkan produksi
masih sedikit.
Arus kas yang masuk dan keluar serta kegiatan administrasi lainnya sudah
dikerjakan dengan bantuan komputer. Namun ada beberapa pencatatan masih dengan
manual dan setiap bulan direkap melalui bantuan komputer. Akan tetapi sampai saat
ini perusahaan belum menggunakan fasilitas komunikasi internet. Hal ini
dikarenakan perusahaan belum perlu menggunakan fasilitas tersebut.
4) Pembelian
Pembelian bahan baku dilakukan dengan cara pemesanan melalui telepon.
Tidak ada kontrak dalam pembelian secara berkala (kontinyu). Perusahaan akan
memesan jika persediaan pada batas angka yang telah ditentukan. Pembayaran
dilakukan di tempat secara tunai. Hanya gula pasir dan bahan kimia saja yang
pembeliannya dilakukan tanpa pemesanan melainkan membeli langsung ke toko.
Pembelian cup plastik yang dilakukan Lipisari adalah sebanyak 100.000 buah
untuk persediaan dua bulan. Sedangkan top seal biasanya perusahaan memesan 100
roll untuk keperluan selama satu tahun. Satu roll terdiri dari 500 meter. Keperluan
kardus, perusahaan memesan 3000 kardus untuk jangka waktu dua bulan. Sedangkan
untuk bahan kimia perusahaan membeli 10 kg untuk tiap bahan kimia yang
digunakan dalam jangka waktu dua bulan. Setiap barang yang dipesan, dikirim
langsung ke perusahaan tanpa ada biaya tambahan. Adapun supplier bahan baku
Lipisari dapat dilihat pada Tabel 36.
83
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Tabel 36. Daftar Pemasok Bahan Input Perusahaan
Nama Barang
Nama Perusahaan
Lokasi
Cup Plastik
PT. Indahcup Sukses Makmur
Bogor
Top Seal
CV. Omega Teknik
Bandung
Kardus
PT. Indopack Pratama
Jakarta
Bahan Kimia
PD. Seger Chemical
Bandung
Jambu biji
Pak Acu, Pak Nana, Pak Uwa Subang
(Pengumpul)
PD Annisa
Subang
Gula Pasir
Sumber : Lipisari, 2009
6.3 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman
1. Kekuatan
Memiliki Brand Image yang Cukup Kuat sebagai Produk Jus Jambu di
Wilayah Kota Subang.
Produk “Jus Lipisari” merupakan produk lokal dan satu-satunya produk sari
buah jambu biji yang diproduksi di Kabupaten Subang. Sebagai produk lokal
tentunya produk ini telah lama dikenal di masyarakat Subang terutama di wilayah
kota Subang. Selain itu “Jus Lipisari” menjadi produk yang direkomendasikan dokter
di rumah sakit di Kabupaten Subang sebagai minuman untuk meningkatkan
trombosit darah. Oleh karena itu masyarakat Subang mengenal Jus Lipisari sebagai
produk jus jambu yang bisa meningkatkan trombosit.
Produk Sari Buah Asli dan Memiliki Mutu Produk yang Baik
Produk Jus Lipisari merupakan sari buah asli jambu biji (guava). Sari buah
asli berbeda dengan minuman sari buah karena suatu produk dikatakan sari buah jika
minimal memiliki kandungan buah 25 persen. Produk Lipisari mengandung 25
persen sari buah dan 75 persen air serta tanpa bahan perasa tambahan (essence).
Berbeda dengan minuman sari buah yang menggunakan dengan perasa tambahan
(essen) sebagai bahan utamanya. Produk sari buah asli memiliki kandungan gizi yang
lebih baik dibandingkan minuman sari buah karena menggunakan bahan baku jambu
biji asli.
Produk jus ini memiliki mutu produk yang baik dengan proses produksi
dengan menggunakan peralatan mesin yang modern. Produk mengalami proses
84
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
strerilisasi dengan proses pasteurisasi untuk menghilangkan bakteri-bakteri yang
berbahaya bagi tubuh. Selain itu Jus Lipisari memiliki rasa enak, tidak menimbulkan
rasa pahit dilidah setelah diminum.
Peralatan Produksi yang Modern
Lipisari memiliki peralatan produksi modern buatan Italia. Mesin dan alat
produksi memiliki kapasitas produksi yang tinggi, sehingga pada saat permintaan
meningkat yaitu pada hari raya perusahaan dapat mengoptimalkan penggunaan mesin
untuk berproduksi dalam memenuhi permintaan. Proses produksi tidak banyak
menggunakan tenaga manusia melainkan menggunakan tenaga mesin otomatis.
Peralatan produksi yang modern menjadi kekuatan PT. Lipisari Patna karena proses
produksi lebih efisien, berkualitas, dan kapasitas lebih optimal. Hampir semua
peralatan mesin dengan menggunakan tenaga listrik.
Produk Memiliki Kelengkapan Perizinan dan Dilengkapi Barcode
Produk Jus Lipisari telah memiliki kelengkapan perizinan pada label kemasan
produk seperti merek produk, nama perusahaan, berat isi, tanggal kadaluarsa,
komposisi, keterangan halal, izin depkes, serta dilengkapi barcode dengan kode 8997004-560932. Labelisasi menjadikan konsumen lebih percaya terhadap produk
yang dipasarkan perusahaan.
Sertifikat halal didapat dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan nomor
MUI-JB 0112100770501. Selain itu, “Jus Lipisari” telah terdaftar sebagai merek
dagang di Departemen Kehakiman dan HAM Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual dengan nomor 460438. Kelengkapan perizinan pada label merupakan
kekuatan yang dimiliki produk Jus Lipisari. Hal ini dikarenakan dengan skala usaha
yang bisa digolongkan dengan usaha kecil dan menengah, produk ini telah memiliki
kelengkapan perizinan dan dilengkapi barcode. Dengan adanya barcode ini, produk
Jus Lipisari dapat dipasarkan di minimarket dan supermarket.
Memiliki Pengalaman dalam Pembuatan Jus Jambu Sejak Tahun 1988
Pengalaman dalam menjalankan suatu usaha merupakan hal yang penting.
Melalui pengalaman itu, suatu usaha telah melalui proses yang panjang dalam
menghadapi dan memecahkan suatu masalah yang timbul selama menjalankan usaha.
PT. Lipisari Patna telah berdiri sejak 1988 dalam memproduksi sari buah jambu biji.
85
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Pengalaman selama 21 tahun dalam memproduksi jus jambu ini menjadi kekuatan
PT. Lipisari dalam mengembangkan usahanya ke depan karena selama kurun 21
tahun perusahaan telah banyak menghadapi kendala dan hambatan dalam
menjalankan usahanya.
Memiliki Sistem Administrasi dan Keuangan yang Rapi
dan
Terkomputerisasi
Pencatatan keuangan dan pencatatan yang berhubungan dengan aktivitas
produksi dilakukan dalam buku-buku khusus yang terpisah dan tidak tercampur antar
pencatatan satu dengan lainnya. Setiap satu minggu sekali dilakukan rekap dengan
bantuan komputer. Sedangkan setiap satu minggu dibuat laporan dengan bantuan
komputer. Laporan yang direkap dengan komputer untuk memudahkan dalam
pengawasan perkembangan aktivitas produksi dan penjualan.
2. Kelemahan
Promosi yang Kurang Gencar
Selama ini perusahaan sangat jarang melakukan promosi penjualan. Promo
yang biasa dilakukan adalah hanya pada waktu pameran hasil penelitian B2PTTG
LIPI yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Selebihnya perusahaan sangat jarang
melakukan promosi padahal brosur produk telah tersedia. Promosi yang kurang
dikarenakan alokasi dana untuk kegiatan promosi tidak tersedia. Selain itu tidak
adanya karyawan khusus yang bertugas untuk melakukan promo.
Manajemen yang Kurang Fokus
Manajemen umum yang dipegang oleh pegawai B2PTTG LIPI yang
merupakan PNS. Hal ini membuat selama ini manajemen perusahaan kurang fokus
karena tugas utama manajemen umum adalah sebagai peneliti LIPI. Manajemen yang
dilakukan oleh perusahaan belum dilakukan secara profesional sehingga masih
terjadi tugas ganda pada wewenang dan tanggung jawab tugas.
Jaringan Distribusi yang Belum Luas
Selama ini penjualan dilakukan secara pasif. Tidak ada distributor/agen
khusus dalam memasarkan produk. Adapun agen yang membeli produk dalam
jumlah besar atas inisiatif sendiri bukan karena ada hubungan kerjasama dengan
pihak perusahaan. Konsumen yang akan membeli harus datang langsung ke lokasi
86
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
usaha ini. Pemasaran produk masih di wilayah kota Subang dan belum menjangkau
seluruh wilayah Kabupaten Subang dan kota sekitarnya.
Lokasi Pabrik Masih Menyatu dengan Kantor B2PTTG LIPI Subang
Lokasi pabrik PT. Lipisari Patna saat ini menyatu dengan kantor B2PTTG
LIPI Subang. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi dalam pengembangan usaha ke
depan. Pabrik pengolahan pangan idealnya memiliki beberapa fasilitas seperti
pengendalian bahan buangan produksi, gudang bahan mentah jambu biji, dan kantor
pemasaran. Fasilitas ini yang belum dimiliki oleh PT. Lipisari. Hal ini tidak bisa
dilakukan pada kondisi saat dikarenakan perusahaan masih menyatu dengan kantor
B2PTTG LIPI. Lokasi yang menyatu ini membuat aktivitas perusahaan masih
dibatasi karena masih didalam ruang lingkup B2PTTG LIPI.
Kemasan Produk Sama dengan Produk Substitusi/Pengganti
Kemasan produk Jus Lipisari menggunakan cup plastik non transparan.
Kemasan ini sama dengan kemasan produk substitusi yang menggunakan plastik non
transparan. Hal ini menjadi titik kelemahan produk “Jus Lipisari” karena membuat
persepsi masyarakat terhadap produk “Jus Lipisari” lebih mahal. Padahal produk
Lipisari tidak bisa disamakan dengan produk minuman sari buah dari segi kandungan
gizi, kualitas dan rasa.
3. Peluang
Instansi Pemerintah dan Pihak Swasta di Kabupaten Subang Menjadi
Relasi Bisnis dalam Pemasaran Produk
Budaya yang sering dilakukan oleh masyarakat Subang khususnya di instansi
pemerintah dan swasta adalah kebiasaan menyajikan produk khas Subang kepada
tamu dari luar kota atau ketika ada tugas ke luar kota selalu membawa produk khas
Subang. Hal ini tentu menjadi peluang yang mampu mendukung perkembangan
usaha pengolahan sari buah Lipisari sebagai produk lokal yang menjadi kebanggaan
masyarakat Subang. Oleh karena itu PT. Lipisari Patna harus bisa mengoptimalkan
peluang ini dalam rangka memasarkan produk lebih luas lagi.
87
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Adanya Tren Mengkonsumsi Makanan dan Minuman Berbahan Alami
dan Meningkatnya Pengetahuan Masyarakat Tentang Gizi
Masyarakat modern saat ini telah mengalami perubahan dalam pola konsumsi
serta telah sadar akan kesehatan dan gizi. Masyarakat mulai memahami pentingnya
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung nutrisi yang penting bagi
kesehatan. Adanya tren mengkonsumsi makanan dan minuman berbahan alami yang
menjadi slogan dalam masyarakat modern untuk pemenuhan kebutuhan sehariharinya merupakan cerminan masyarakat yang mulai menghindari makanan atau
minuman yang terbuat dari bahan buatan zat kimia. Hal ini tentunya memberikan
peluang pada usaha jus jambu biji yang merupakan produk olahan dari buah-buahan
asli tanpa ada bahan perasa tambahan (essence).
Pertumbuhan Penduduk
Peningkatan jumlah penduduk juga merupakan faktor sosial yang diduga
dapat menciptakan pangsa pasar yang potensial untuk setiap bidang usaha begitupun
bagi perkembangan usaha pengolahan minuman jus jambu. Hal ini dikarenakan
seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat, permintaan makanan dan
minuman akan meningkat karena peningkatan laju perkembangan penduduk
berbanding lurus dengan peningkatan konsumsi penduduk terhadap bahan makanan
dan minuman. Pertumbuhan jumlah penduduk diduga dapat menyebabkan
permintaan pasar meningkat karena tingkat kebutuhan yang tinggi. Selain itu,
peningkatan jumlah penduduk akan menciptakan angkatan kerja baru.
Adanya Permintaan dari Masyarakat untuk Produk Sari Buah yang
Praktis dan Cepat Saji
Semakin meningkatnya aktivitas masyarakat terutama kesibukan pekerjaan
dan peningkatan pendapatan, secara bersamaan diikuti oleh perilaku hidup yang
memerlukan makanan praktis siap saji serta memiliki nilai gizi yang baik. Konsumen
saat ini menginginkan segala sesuatu yang bersifat praktis termasuk dalam hal
mengkonsumsi buah. Konsumen tidak mau repot-repot untuk mengupas buah atau
memblender buah untuk dijadikan jus. Hal ini merupakan pangsa pasar potensial
bagi industri pengolahan buah-buahan yang bersifat praktis, mudah, dan cepat cara
penyajiannya serta bernilai gizi baik.
88
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
B2PTTG LIPI Subang Sebagai Pusat Pengembangan Teknologi Tepat
Guna
Salah satu program kerja B2PTTG LIPI Subang adalah pengembangan
teknologi yang terdiri dari agribisnis, pengembangan teknologi tepat guna, teknologi
energi pedesaan dan lingkungan, sistem informasi teknologi tepat guna. Selain itu
B2PTTG LIPI Subang memiliki peneliti-peneliti yang ahli dalam pengembangan
teknologi tepat guna terutama dalam pengolahan hasil pertanian. Hal ini merupakan
peluang yang harus dioptimalkan PT. Lipisari Patna dalam melakukan kerjasama
dengan B2PTTG LIPI untuk mengembangkan usaha pada umumnya dan produk
pada khususnya.
4. Ancaman
Harga Produk Substitusi/Pengganti yang Lebih Murah
Tingkat harga produk pengganti yang jauh lebih murah merupakan faktor
yang mengancam produk “Jus Lipisari”. Konsumen memiliki akses yang sangat
terbuka untuk mendapatkan produk substitusi. Selain itu masyarakat akan memilih
produk yang lebih murah karena melihat fungsi yang sama yaitu sebagai minuman
yang menyegarkan bukan sebagai minuman kesehatan yang baik untuk kesehatan
tubuh.
Adanya Perdagangan Bebas (AFTA)
Ancaman perdagangan bebas AFTA (Asean Free Trade Area) dapat
berakibat semakin terpuruknya produk-produk lokal yang masih memiliki
keterbatasan kapasitas baik dari segi modal maupun produksi. Perdagangan bebas
akan berdampak pada produk-produk dari luar negeri yang bebas masuk ke dalam
negeri. Semakin banyak produk dari luar negeri akan menyebabkan tingkat
persaingan semakin tinggi.
Tingkat Inflasi yang Fluktuatif
Laju inflasi Indonesia tetap menjadi faktor ancaman bagi pelaku usaha karena
nilainya masih cenderung berfluktuatif. Inflasi yang tinggi memberikan dampak
negatif terhadap kondisi masyarakat, yaitu pendapatan riil masyarakat menurun
sehingga standar hidup masyarakat turun dan akhirnya menurunnya daya beli
masyarakat. Kondisi inflasi yang berfluktuatif berpengaruh pada stabilitas ekonomi.
89
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Perusahaan Pesaing Memiliki Jaringan Distribusi yang Lebih Luas
Jaringan distribusi merupakan hal penting dalam memasarkan suatu produk.
Semakin luas jaringan distribusi suatu perusahaan, maka wilayah pemasaran produk
akan luas juga. Pesaing PT. Lipisari Patna memiliki jaringan distribusi yang luas.
Pesaing aktif dalam memasarkan dan mendistribusikan produk sari buah. Pesaing
tidak hanya mendistribusikan di minimarket bahkan hingga konsumen tingkat akhir
dengan jaringan agen yang lebih luas.
Kenaikan Harga Gula
Perubahan harga gula sangat mempengaruhi biaya produksi sari buah jambu
biji. Industri pengolahan sari buah sangat bergantung pada peranan bahan penolong
seperti gula. Penggunaan bahan penolong gula pada industri sari buah tergolong
cukup besar. Struktur biaya gula pasir terbesar kedua setelah bahan baku utama
jambu biji. Struktur biaya bahan baku jambu biji sebesar 41,5 persen sedangkan gula
pasir sebesar 22 persen dari total biaya dalam sekali produksi. Peningkatan harga
gula akan mempengaruhi biaya operasional perusahaan yang semakin meningkat.
Biaya operasional yang tinggi akan semakin menurunkan besarnya marjin laba yang
didapatkan perusahaan atau harga jual produk akan semakin tinggi. Hal ini tentunya
bisa menyebabkan produk Lipisari kurang bisa bersaing dengan perusahaan pesaing
lainnya.
90
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
VII. FORMULASI STRATEGI
7.1. Analisis Matriks IFE dan EFE
Tahapan penyusunan strategi dimulai dengan mengidentifikasi peluang dan
ancaman yang dihadapi perusahaan sebagai faktor eksternal serta kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan sebagai faktor internal. Analisis matriks
EFE (External Factor Evaluation) dan IFE (Internal Factor Evaluation) berdasarkan
hasil indentifikasi faktor internal dan eksternal PT. Lipisari Patna adalah sebagai
berikut.
7.1.1. Matriks EFE (External Factor Evaluation)
Matriks EFE mengindentifikasi faktor-faktor kunci eksternal berupa peluang
dan ancaman yang dihadapi perusahaan pada kondisi aktual saat ini. Berdasarkan
hasil identifikasi, terdapat lima faktor kunci peluang eksternal dan lima faktor kunci
ancaman yang dihadapi perusahaan. Hasil pembobotan dari faktor-faktor eksternal
dapat dilihat pada Tabel 37.
Tabel 37. Faktor Strategis Eksernal PT. Lipisari Patna
Faktor-Faktor Strategis Internal
Peluang
A. Instansi pemerintah dan pihak swasta di Kabupaten
subang menjadi relasi bisnis dalam pemasaran produk
B. Adanya tren mengkonsumsi makanan dan minuman
berbahan alami dan meningkatnya pengetahuan
masyarakat tentang gizi
C. Pertumbuhan penduduk
D. Adanya permintaan dari masyarakat untuk produk sari
buah yang praktis dan cepat saji.
E. B2PTTG LIPI Subang sebagai pusat pengembangan
teknologi tepat guna
Ancaman
F. Harga produk Substitusi/Pengganti yang lebih murah
G. Adanya Perdagangan Bebas (AFTA)
H. Tingkat inflasi yang fluktuatif
I.
Perusahaan pesaing memiliki jaringan distribusi yang
lebih luas
J. Kenaikan harga gula
Total
Bobot
Rating
Skor
0,102
2,3
0,238
0,128
3,0
0,384
0,074
2,0
0,148
0,136
2,7
0,363
0,102
3,7
0,373
0,140
0,066
0,068
1,7
2,3
2,3
0,233
0,154
0,159
0,100
0,084
1,000
1,7
2,0
0,167
0,168
2,387
91
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Berdasarkan hasil perhitungan matriks EFE terlihat bahwa adanya tren
mengkonsumsi makanan dan minuman berbahan alami dan meningkatnya
pengetahuan masyarakat tentang gizi sebagai peluang yang harus dimanfaatkan
perusahaan dengan nilai skor 0,384. Selain itu juga LIPI Subang sebagai pusat
pengembangan teknologi tepat guna (0,373) menjadi peluang yang harus
dimanfaatkan. Sedangkan ancaman terberat adalah harga produk substitusi yang
lebih murah dengan skor 0,233 dan kenaikan harga gula dengan skor 0,168.
Rating yang diberikan tergantung pada tinggi rendahnya respon yang
ditunjukkan oleh perusahaan terhadap peluang dan ancaman. Total rataan skor untuk
faktor kunci peluang sebesar 1,506. Sedangkan total rataan skor untuk faktor kunci
ancaman adalah sebesar 0,881. Hal ini menunjukkan bahwa faktor kunci peluang
lebih besar dibandingkan faktor ancaman, sehingga perusahaan harus mampu
mengoptimalkan peluang yang ada untuk mengatasi ancaman yang dihadapi.
Berdasarkan hasil matriks EFE pada PT. Lipisari Patna diperoleh total nilai
sebesar 2,387. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan ratarata dalam memanfaatkan peluang eksternal dan menghindari ancaman yang
dihadapi perusahaan.
7.1.2. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
Berdasarkan hasil analisis terhadap lingkungan internal perusahaan, terdapat
faktor-faktor kunci internal perusahaan berupa kekuatan dan kelemahan yang
berpengaruh terhadap pengembangan usaha PT. Lipisari Patna. Faktor kunci
kekuatan diperoleh enam faktor dan lima faktor kunci kelemahan. Hasil pembobotan
dari faktor-faktor internal dapat dilihat pada Tabel 38.
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 38. dapat dilihat bahwa faktor internal
yang memberikan skor tertinggi adalah produk sari buah Lipisari telah memiliki
kelengkapan perizinan dan dilengkapi barcode dengan nilai skor 0,358 dan produk
sari buah Lipisari yang merupakan produk sari buah asli dan memiliki mutu produk
yang baik dengan nilai skor 0,351. Faktor kunci ini merupakan kekuatan utama yang
harus dioptimalkan untuk mengembangkan usaha PT. Lipisari Patna ke depan.
Kelemahan utama bagi perusahaan adalah promosi yang kurang gencar
dengan skor 0,109 dan kelemahan mayor lainnya adalah manajemen yang kurang fokus
dengan skor 0,113. Total rataan skor untuk faktor kekuatan adalah 1,859, sedangkan
92
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
rataan skor faktor kelemahan sebesar 0,615. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Lipisari
Patna memiliki faktor kekuatan yang lebih besar dibandingkan faktor kelemahan
sehingga
perusahaan
dapat
memanfaatkan
kekuatan
yang
dimiliki
untuk
mengembangkan usaha yang sedang dijalankan.
Tabel 38. Faktor Strategis Internal PT. Lipisari
Faktor-Faktor Strategis Internal
Kekuatan
A. Memiliki brand image sebagai produk jus jambu
wilayah kota Subang
B. Produk Sari Buah Asli dan Memiliki Mutu Produk
yang Baik
C. Peralatan produksi yang modern
D. Produk memiliki kelengkapan perizinan dan
dilengkapi Barcode
E. Memiliki pengalaman dalam pembuatan jus jambu
sejak tahun 1988
F. Memiliki sistem administrasi dan keuangan yang
rapi dan terkomputerisasi
Kelemahan
H. Promosi yang kurang gencar
I. Manajemen yang kurang fokus
J. Jaringan distribusi yang belum luas
K. Lokasi pabrik masih menyatu dengan kantor
B2PTTG LIPI Subang
L. Kemasan
produk
sama
dengan
produk
substitusi/pengganti
Total
Bobot
Rating
Skor
0,093
3,7
0,340
0,096
3,7
0,351
0,078
4,0
0,312
0,098
3,7
0,358
0,077
4,0
0,307
0,063
3,0
0,190
0,109
0,113
0,085
1,0
1,0
1,7
0,109
0,113
0,141
0,094
1,3
0,126
0,094
1,000
1,3
0,126
2,474
Total skor matriks IFE sebesar 2,474 yang menunjukkan bahwa perusahaan
berada pada kondisi rata-rata. Kondisi ini menuntut perusahaan agar lebih
mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki dalam mengatasi kelemahannya.
7.2 Matriks IE (Internal-Eksternal)
Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu total skor IFE yang
diberi bobot pada sumbu X dan total skor EFE yang diberi bobot pada sumbu Y.
Matriks IE bertujuan untuk mengetahui posisi perusahaan. Berdasarkan hasil yang
diperoleh dari matriks EFE dan IFE, dapat disusun dalam matriks Internal-Eksternal.
Posisi PT. Lipisari Patna relatif terhadap industri pengolahan sari buah jambu biji
dapat dilihat pada Gambar 13.
93
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Skor total IFE
Kuat
3,00-4,00
Skor total EFE
4,00
Rata-rata
2,00-2,99
3,00
I
Tinggi
3,00-4,00
Lemah
1,00-1,99
1,00
2,00
2,474
III
II
3,00
2,387
VI
IV
Menengah
2,00-2,99
2,00
Rendah
1,00-1,99
VII
VIII
IX
1,00
Gambar 13. Matriks IE PT. Lipisari Patna
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis matriks IFE diperoleh total
skor 2,474 dan EFE sebesar 2,387 yang menempatkan posisi PT. Lipisari Patna
berada pada sel V. Pada kondisi ini perusahaan dapat dikelola dengan strategi
pertahankan dan pelihara (hold and maintain) yaitu dengan mengunakan strategi
penetrasi pasar dan strategi pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar dan
pengembangan produk merupakan strategi intensif dalam upaya peningkatan pangsa
pasar dan produk melalui upaya pemasaran yang lebih luas.
7.3 Matriks SWOT
Penyusunan matriks SWOT dilakukan setelah mengetahui posisi perusahaan
saat
ini
dengan
analisis
matriks
IE.
Matriks
SWOT
disusun
dengan
mengkombinasikan faktor kunci internal (kekuatan-kelemahan) dan faktor kunci
eksternal (peluang-ancaman) sehingga menghasilkan alternatif strategi yang dapat
diterapkan oleh perusahaan. Formulasi strategi PT. Lipisari Patna dapat dilihat pada
Gambar 14.
94
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Internal
Eksternal
Opportunities-O
1. Instansi pemerintah dan pihak
swasta di Kabupaten Subang
menjadi relasi bisnis dalam
pemasaran produk
2. Adanya tren mengkonsumsi
makanan
dan
minuman
berbahan
alami
dan
meningkatnya
pengetahuan
masyarakat tentang gizi
3. Pertumbuhan penduduk
4. Adanya
permintaan
dari
masyarakat
untuk
produk
produk sari buah yang praktis
dan cepat saji
5. B2PTTG LIPI Subang sebagai
pusat pengembangan teknologi
tepat guna
Threats-T
Strengths-S
Weaknesses-W
1. Memiliki brand image yang
cukup kuat sebagai produk jus
jambu wilayah kota Subang
2. Produk Sari Buah Asli dan
Memiliki Mutu Produk yang
Baik
3. Peralatan produksi yang modern
4. Produk memiliki kelengkapan
perizinan dan dilengkapi Barcode
5. Memiliki pengalaman dalam
pembuatan jus jambu sejak tahun
1988
6. Memiliki sistem administrasi dan
keuangan
yang
rapi
dan
terkomputerisasi
1.
2.
3.
4.
Strategi S-O :
Strategi W-O :
1.
2.
Melakukan
pengembangan
produk melalui diversifikasi
dan diferensiasi produk. (S1,
S3, S4, S5, O1, O3, O4, O5)
Mempertahankan
dan
meningkatkan kualitas dan
brand image sebagai produk
sari buah asli dan produk khas
Subang di semua wilayah
Kabupaten Subang. (S1, S2, S5,
O1, O2, O3)
3.
Melakukan
promosi secara
intensif untuk mengenalkan
merek produk ke semua wilayah
Kabupaten Subang. (W1, W3,
W5, O1, O2, O3, O4)
4.
Perbaikan
manajemen
perusahaan dan menggunakan
tenaga manajer yang tidak terikat
kerja dengan LIPI. (W2, W3,
W4, O3, O5)
5. Memperluas jaringan distribusi
dengan melakukan
kerjasama
dengan usaha minimarket dan
agen minuman. (W1, W3, O2,
O3, O4)
Strategi S-T :
1. Harga produk
Substitusi/Pengganti yang lebih
murah
2. Adanya Perdagangan Bebas
(AFTA)
3. Tingkat inflasi yang fluktuatif
4. Perusahaan pesaing memiliki
jaringan distribusi yang lebih
luas
5. Kenaikan harga gula pasir
Promosi yang kurang intensif
Manajemen yang kurang fokus
Jaringan distribusi yang belum luas
Lokasi Pabrik masih menyatu
dengan kantor B2PTTG LIPI
Subang
5. Kemasan produk sama dengan
produk substitusi/pengganti
6.
Strategi W-T :
Melakukan efesiensi biaya
produksi (S3, S5, S5, S6, T1,
T2, T4, T5)
7.
8.
Melakukan kerjasama dengan
pihak
investor
dalam
mengembangkan usaha terutama
dalam mengembangkan produk.
(W2, W3, W4, T1, T2, T4)
Melakukan variasi kemasan
produk
dalam
menghadapi
produk substitusi. (W1, W5, T1,
T2, T4)
Gambar 14. Analisis Matriks SWOT
Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT, maka alternatif strategi yang dapat
diperoleh adalah sebagai berikut :
STRATEGI S-O
Melakukan
Pengembangan
Produk
melalui
Diversifikasi
dan
Diferensiasi Produk.
Strategi pengembangan produk bertujuan agar perusahaan yang ada dalam
suatu industri dapat meningkatkan penjualan dengan merancang serangkaian
95
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
perbedaan atau memodifikasi produk-produk yang ada. Pengembangan produk
dilakukan agar konsumen mempunyai alternatif untuk membeli produk-produk
perusahaan. Produk yang selama ini diproduksi oleh PT. Lipisari Patna adalah sari
buah. Perusahaan dapat mengembangkan produk sari buah melalui diversifikasi
dengan memproduksi buah-buahan lain seperti sirsak, mangga, nanas dan melakukan
diferensiasi produk yaitu dengan memproduksi produk turunan seperti serbuk instan,
minuman sari buah, sirup, maupun puree. Strategi ini sesuai dengan visi PT. Lipisari
Patna yang ingin mengembangkan produk olahan sari buah dan produk pangan
berbasis komoditas pertanian.
Mempertahankan dan Meningkatkan Kualitas dan Brand Image sebagai
Produk Sari Buah Asli dan Produk Khas Subang di Semua Wilayah Kabupaten
Subang.
Perusahaan harus memberikan jaminan kualitas kepada konsumen melalui
jaminan kepada agen yang selama ini membeli produk dalam jumlah banyak. Selain
itu, perusahaan harus dapat mengetahui dan memenuhi keinginan konsumen terhadap
produk yang berkualitas sehingga kepuasan konsumen dapat terpenuhi. Perusahaan
bisa mempertahankan kualitas produk yang selama ini diproduksi dan dipasarkan ke
konsumen dan meningkatkannya dengan melakukan inovasi. Brand image yang
dibangun sebagai satu-satu produk sari buah yang diproduksi di Kabupaten Subang
dapat ditingkatkan dengan terus mensosialisasikan produk dalam kegiatan pameran
yang dilakukan di lingkungan LIPI atau instansi-instansi pemerintah, swasta dan
sekolah-sekolah.
STRATEGI W-O
Melakukan Promosi Secara Intensif Untuk Mengenalkan Merek Produk
ke Semua wilayah Kabupaten Subang.
Pemasaran produk Jus Lipisari yang selama ini hanya di lingkungan
masyarakat kota Subang, tentunya membuat penjualan tidak mengalami peningkatan
yang signifikan. Diperlukan strategi promosi untuk meningkatkan penjualan produk
Lipisari. Tingkat persaingan dengan produk substusi yang didominasi produk
minuman sari buah, semakin menurunkan penjualan produk Jus Lipisari. Padahal
produk sari buah Jus Lipisari memiliki kandungan gizi yang lebih baik dan
merupakan produk sari buah asli. Promosi bisa dilakukan melalui berbagai media
96
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
baik media cetak ataupun elektronik. Promosi bisa dilakukan dengan menyebarkan
brosur produk yang berisi manfaat dan kandungan gizi produk secara kontinyu.
Selain itu selalu mengikutsertakan dalam berbagai pameran baik di wilayah Subang
maupun luar Subang.
Promosi melalui instansi pemerintah dan swasta juga bisa dilakukan dengan
lebih menekankan Jus Lipisari sebagai produk khas Subang yang baik untuk
disajikan sebagai hidangan khusus tamu kunjungan dari luar daerah atau menjadi
buah tangan jika ada tugas dinas ke luar daerah.
Promo ke perumahan-perumahan juga bisa dilakukan. Sasarannya adalah
konsumen keluarga. Promo ini lebih menekankan manfaat mengkonsumsi sari buah
asli Lipisari lebih tinggi dibandingkan mengkonsumsi produk minuman sari buah
dengan perasa tambahan (essence).
Perbaikan Manajemen Perusahaan dan Menggunakan Tenaga Manajer
yang Tidak Terikat Kerja dengan LIPI.
Manajemen perusahaan yang teratur merupakan salah satu faktor penting
yang dapat menunjang keberhasilan perusahaan. Perusahaan harus memperbaiki
sistem manajemen yang ada. Manajemen yang kurang fokus akan membuat
hambatan tersendiri bagi pengembangan usaha Lipisari. Diperlukan manajer khusus
yang mengelola usaha secara profesional dan bukan berasal dari karyawan B2PTTG
LIPI. Hal ini terkait tugas sebagai manajer akan lebih fokus dan tidak tercampur
dengan tugas lainnya, sehingga seorang manajer bisa leluasa mengembangkan tugas
dan pihak perusahaan pun leluasa memberikan sanksi jika manajer yang
bersangkutan tidak menjalankan tugas secara optimal.
Memperluas Jaringan Distribusi dengan Melakukan Kerjasama dengan
Usaha Minimarket dan Agen Minuman.
Adanya pasar yang masih potensial merupakan peluang yang dapat
dimanfaatkan perusahaan untuk memperluas dan membangun jaringan distribusi.
Cara yang bisa dilakukan yaitu dengan mencari dan mengadakan kerjasama dengan
distributor yang ada di lokasi strategis, sehingga pembeli dapat dengan mudah
mendapatkan produk “Jus Lipisari”.
Selain itu perusahaan bisa memperluas jaringan distribusi produk ke luar
wilayah Kota Subang melalui kerjasama dengan instansi pemerintah seperti Dinas
97
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Perindustrian dan Perdagangan atau Dinas Koperasi dan UKM. Produk yang telah
memiliki barcode produk merupakan peluang untuk memasukkan produk ke
minimarket-minimarket yang ada di Kabaputen Subang seperti Alfamart, Indomaret,
Yomart, dan OMI Mart.
STRATEGI S-T
Melakukan Efesiensi Biaya Produksi.
Perusahaan dapat melakukan efisiensi dengan menekan biaya produksi
seperti melakukan efisiensi pengendalian bahan baku dan sarana produksi sehingga
dapat mengurangi pemborosan. Melakukan efisiensi biaya terkait peningkatan harga
bahan baku penolong yaitu gula pasir yang terus mengalami peningkatan. Efisiensi
biaya dapat dilakukan dengan melakukan pembelian bahan baku dalam kapasitas
besar sekaligus. Jika melakukan pembelian dalam jumlah yang sedikit harga yang
diberikan pemasok akan lebih mahal dibandingkan membeli dalam jumlah banyak.
STRATEGI W-T
Melakukan Kerjasama dengan Pihak Investor dalam Mengembangkan
Usaha Terutama dalam Mengembangkan Produk.
Perusahaan perlu menjalin hubungan kerjasama dengan investor untuk
mendukung permodalan, sehingga perusahaan mampu mengembangkan produk yang
lebih bervariasi, membeli fasilitas transportasi untuk distribusi produk, mengadakan
sales untuk memperluas pasar, serta mampu merealisasikan rencana pemindahan
lokasi pabrik pada tahun 2010. Perusahaan bisa menawarkan kerjasama kepada
investor di lingkungan B2PTTG LIPI Subang ataupun pejabat-pejabat di instansi
pemerintah.
Melakukan Variasi Kemasan Produk dalam Menghadapi Produk
Substitusi.
Perusahaan harus melakukan variasi kemasan untuk menghadapi produk
substitusi. Kemasan yang sama dengan produk substitusi membuat produk Lipisari
akan sangat sulit bersaing karena tingkat harga produk subsitusi jauh lebih murah.
Variasi kemasan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan kemasan botol
plastik 330 ml dan 500 ml. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi loyalitas
konsumen yang rendah akibat banyaknya produk dengan kemasan serupa di pasaran
98
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
dan tingkat harga yang lebih murah. Selain itu untuk menghadapi produk substitusi
bisa membuat produk minuman sari buah dengan presentase kandungan sari buah
lebih sedikit dibandingkan kemasan gelas plastik tetapi dengan merek yang berbeda
dengan sari buah.
7.4 Rancangan Arsitektur Strategik
Pendekatan untuk menyusun arsitektur strageik PT. Lipsari Patna dengan
memperhatikan beberapa unsur diantaranya visi dan misi PT. Lipisari Patna, sasaran
dan tujuan serta tantangan yang dihadapi perusahaan.
Visi dan Misi Perusahaan
Visi PT. Lipisari Patna adalah mengembangkan usaha mandiri di bidang
pengolahan sari buah dan produk pangan yang berbasis bahan baku hasil pertanian
lainnya untuk meningkatkan nilai tambah sebagai bentuk implementasi teknologi
tepat guna yang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna
LIPI Subang.
Adapun misi PT. Lipisari Patna adalah 1) Membangun dan memperkuat
jaringan dengan stakeholder terkait, guna menyokong aktivitas perusahaan mulai
dari bahan baku hingga pemasaran produk, 2) Mengembangkan sistem produksi guna
menghasilkan produk berkualitas dan dapat diterima oleh masyarakat luas, 3)
Konsiten dalam melakukan riset dan pengembangan produk guna menghasilkan
produk-produk baru yang lebih inovatif dalam mengembangkan potensi daerah
Kabupaten Subang.
Sasaran Perusahaan
Sasaran yang ingin dicapai PT. Lipisari Patna adalah adalah menjadikan
komoditas buah dan sayur memiliki nilai tambah melalui teknologi tepat guna yang
dibagi menjadi tiga periode :
1) Periode jangka pendek (sampai dengan 2010), perbaikan manajemen dan
persiapan rencana pemindahan pabrik, wilayah pemasaran Kota Subang dan
Kecamatan penyangganya.
2) Periode jangka menengah (2011-2014), pada periode ini pengembangan produk
dilakukan melalui diversifikasi, peningkatan kapasitas produksi, dan wilayah
pemasaran mencakup Kabupaten Subang, Jawa Barat, dan Jakarta.
99
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
3) Periode jangka panjang (2015-2018), difokuskan pada pengembangan produk
turunan, modernisasi manajemen perusahaan dengan memanfaatkan teknologi
informasi, dan wilayah pemasaran se-Pulau Jawa.
Tantangan Perusahaan
Setelah visi, misi, dan tujuan organisasi telah diperjelas, dan strategi-strategi
telah diformulasikan dalam matriks SWOT, selanjutnya adalah megidentifiksi
tantangan-tantangan yang akan dihadapi PT. Lipisari Patna untuk mewujudkan visi,
misi, dan tujuannya. Tantangan adalah tata cara operasional yang harus dimiliki dan
diaplikasikan oleh organisasi untuk memperoleh keungulan-keunggulan bersaing
baru secara bertahap (Yoshida, 2006).
Tantangan mengidentifikasi titik fokus untuk pembangunan kapabilitas
organisasi dalam jangka pendek maupun jangka menengah. Adapun tantangan yang
dihadapi PT. Lipisari Patna adalah:
1. Mampu menciptakan produk yang inovatif agar mampu bersaing dengan
produk pesaing atau substitusi.
2. Memanfaatkan teknologi informasi dalam memasarkan produk
3. Meningkatkan kualitas SDM dan sistem manajemen
4. Peningkatan jaringan distribusi untuk memperluas wilayah pemasaran
5. Melakukan efisiensi biaya didalam persaingan yang semakin ketat
Rekomendasi Program Kegiatan
Untuk mengimplementasikan arsitektur strategik yang direkomendasikan,
peneliti mengekstraksi strategi-strategi yang dihasilkan dari analisis matriks SWOT
menjadi rekomendasi program-program kegiatan.
Arsitektur strategik yang telah disusun dalam bentuk strategi kemudian
diturunkan lebih lanjut ke dalam program kerja. Bentuk nyata dari alternatif strategi
yang telah dirumuskan dari hasil analisis SWOT adalah sebuah program. Programprogram ini membahas lebih lanjut dan terinci langkah-langkah yang harus ditempuh
dalam mengembangkan perusahaan. Program untuk menjelaskan alternatif strategi
dapat dilihat pada tabel 39.
100
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Tabel 39. Rekomendasi Program Kerja
Strategi
Program Kegiatan
Penanggung
jawab
Melakukan pengembangan produk
melalui
diversifikasi
dan
diferensiasi
•
•
•
Mempertahankan
dan
meningkatkan kualitas dan brand
image sebagai produk minuman sari
buah asli dan produk khas Subang
di semua wilayah Kabupaten
Subang
•
•
•
Melakukan promosi secara intensif
untuk mengenalkan merek produk
ke semua wilayah Kabupaten
Subang
•
•
Perbaikan manajemen perusahaan
dan menggunakan tenaga manajer
yang tidak terikat kerja dengan
LIPI.
Memperluas jaringan distribusi
dengan melakukan
kerjasama
dengan usaha minimarket dan agen
minuman.
•
•
•
•
•
•
Melakukan riset pasar untuk
mengetahui karakteristik pasar
serta
mengetahui
keinginan
konsumen
Melakukan pengembangan produk
melalui diversifikasi bahan baku
seperti jus nanas, jus mangga, jus
jeruk, jus mengkudu, jus tomat, dan
jus sirsak.
Melakukan diferensiasi produk
turunan jambu biji seperti sirup,
minuman sari buah, serbuk ekstrak,
dan puree.
Mengadakan program kegiatan
minum sari buah satu tahun sekali
secara gratis pada HUT Lipisari.
Menyediakan alat pendingin dalam
pemesanan produk tanpa kemasan
dalam rangka kegiatan-kegiatan
besar baik dilingkungan instansi
pemerintah, swasta, sekolah, dan
konsumen keluarga untuk kapasitas
banyak.
Aktif dalam mensosialisasikan
produk dalam kegiatan pameran
yang dilakukan di lingkungan LIPI
atau instansi-instansi pemerintah,
swasta dan sekolah-sekolah.
Membuka kerjasama dengan Dinas
dan
pihak
swasta
untuk
mempromosikan
produk
perusahaan sebagai salah satu hasil
produk olahan komoditas unggulan
Kabupaten Subang
Melakukan upaya promosi melalui
internet dengan membuat website
sendiri
Membuat promo undian berhadiah
Membuat SOP secara menyeluruh
dan terintegrasi satu bidang dengan
bidang lainnya.
Rekrutmen manajer professional
Pelatihan
terkait
penerapan
teknologi terbarukan
Melengkapi
persyaratan
dan
kelengkapan
produk
untuk
memasuki pasar minimarket dan
supermarket
Mencari dan bekerjasama dengan
agen minuman yang ada di
Kabupaten Subang
Manajer
Produksi
Penangung
Jawab Umum
dan
Manajer
Pemasaran
Manajer
Pemasaran
Penanggung
Jawab Umum
Manajer
pemasaran
101
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
•
•
Melakukan efesiensi biaya produksi
•
•
Melakukan kerjasama dengan pihak
investor dalam mengembangkan
usaha
•
•
Melakukan variasi kemasan produk
dalam
menghadapi
produk
substitusi
•
•
•
Membuat sistem kerjasama dengan
agen dalam memasarkan produk
Membuat jaringan distribusi sendiri
dengan
pengadaan
kendaraan
distribusi
Melakukan kerjasama dengan
pihak pemasok dalam pembelian
bahan baku
Melakukan riset produksi dalam
meminimumkan biaya operasional
tanpa mengurangi kualitas.
Membuat
perencanaan
bisnis
(Business Plan) terkait rencana
pemindahan
pabrik
dan
pengembangan usaha
Mencari investor dari pihak
internal atau eksternal perusahaan
sebagai sumber modal tambahan
Membuat produk minuman sari
buah dengan kualitas yang lebih
rendah dengan merek yang
berbeda.
Mengembangkan
teknologi
kemasan botol plastik 330 ml dan
500 ml
Mengembangkan
teknologi
kemasan tetrapack
Manajer
Produksi
Penanggung
Jawab Umum
dan
Manajer
Keuangan
Manajer
Produksi
Tahapan Arsitektur Strategik
Rancangan arsitektur strategik merupakan peta strategi untuk mewujudkan
visi dan misi perusahaan di tahun 2018 mendatang, yaitu mengembangkan usaha
mandiri di bidang pengolahan sari buah dan produk pangan yang berbasis bahan
baku hasil pertanian lainnya untuk meningkatkan nilai tambah sebagai bentuk
implementasi teknologi tepat guna yang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan
Teknologi Tepat Guna LIPI Subang.
Setelah melalui serangkaian tahap pendekatan untuk membuat rancangan
arsitektur strategik, hasilnya kemudian dipetakan kedalam sebuah gambar peta
strategi (blue print strategy) yang disebut Arsitektur Strategik PT. Lipisari Patna. Di
dalamnya terdapat langkah-langkah yang akan ditempuh oleh PT. Lipisari Patna
dalam mewujudkan visi dan misi organisasi secara keseluruhun. Gambar arsitektur
strategik PT. Lipisari Patna dapat dilihat pada Gambar 15.
Sumbu X (horizontal) merupakan rentang waktu yang dipersiapkan PT.
Lipisari Patna (Framework of time). Sumbu Y (vertikal) merupakan kegiatankegiatan yang dilakukan untuk meraih visi dan misi organisasi secara keseluruhan.
102
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Bagian yang ditandai dengan anak panah mengarah ke kanan atas merupakan
perubahan transformasi yang akan dilalui oleh PT. Lipisari Patna dalam upaya
mewujudkan visi dan misinya di tahun 2018.
Gambar kotak di bagian kiri bawah menerangkan tantangan yang dihadapi
PT. Lipisari Patna. Berangkat dari tantangan yang dihadapi oleh PT. Lipisari saat ini,
PT. Lipisari Patna bergerak maju ke depan dengan serangkaian strategi untuk
menghadapi tantangan. Sedangkan gambar kotak di bagian kanan atas menunjukkan
visi dan misi PT. Lipisari Patna.
Tahapan pencapaian visi dan misi PT. Lipisari Patna dilalui dengan
pelaksanaan program secara bertahap dengan lima periode waktu, 2009-2010, 20112012, 2013-2014, 2015-2016, dan 2017-2018.
Program kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mengembangkan PT.
Lipisari Patna dikelompokkan ke dalam dua kegiatan besar yaitu program yang
bersifat bertahap dan program yang dilakukan secara terus-menerus. Program yang
diterapkan pada periode 2009-2010 adalah : membuat perencanaan bisnis (Business
Plan) terkait rencana pemindahan pabrik dan pengembangan usaha, mencari investor
dari pihak internal atau eksternal perusahaan sebagai sumber modal tambahan,
membuat SOP secara menyeluruh dan terintegrasi satu bidang dengan bidang
lainnya, rekrutmen manajer professional, dan melakukan riset pasar untuk
mengetahui karakteristik pasar serta mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan
oleh konsumen. Pada periode 2011-2012, program yang dilaksanakan adalah;
mencari dan bekerjasama dengan agen minuman yang ada di Kabupaten Subang,
membuat sistem kerjasama dengan agen dalam memasarkan produk, menyediakan
alat pendingin dalam pemesanan produk tanpa kemasan dalam rangka kegiatankegiatan besar baik dilingkungan instansi pemerintah, swasta, sekolah, dan
konsumen keluarga untuk kapasitas banyak, serta melengkapi persyaratan dan
kelengkapan produk untuk memasuki pasar minimarket dan supermarket.
Program yang dilaksanakan pada periode 2013-2014 antara lain; melakukan
pengembangan produk melalui diversifikasi bahan baku seperti jus nanas, jus
mangga, jus jeruk, jus mengkudu, jus tomat, dan jus sirsak, membuat jaringan
distribusi sendiri dengan pengadaan kendaraan distribusi, membuat promo undian
berhadiah, mengembangkan teknologi kemasan botol plastik kemasan 330 ml dan
103
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
500 ml. Program pada periode 2015-2016 antara lain; membuat produk minuman sari
buah dengan kualitas yang lebih rendah dengan merek yang berbeda, melakukan
upaya promosi melalui internet dengan membuat website sendiri. Adapun program
pada periode 2016-2018; melakukan diferensiasi produk seperti sirup, serbuk
ekstrak, dan puree, dan mengembangkan teknologi kemasan tetrapack
Program kegiatan yang dilakukan secara terus menerus adalah :
1. Mengadakan program kegiatan minum sari buah satu tahun sekali secara gratis
pada HUT Lipisari.
2. Aktif dalam mensosialisasikan produk dalam kegiatan pameran yang dilakukan
di lingkungan LIPI atau instansi-instansi pemerintah, swasta dan sekolahsekolah.
3. Melakukan kerjasama dengan pihak pemasok dalam pembelian bahan baku.
4. Membuka kerjasama dengan Dinas dan pihak swasta untuk mempromosikan
produk perusahaan sebagai salah satu hasil produk olahan komoditas unggulan
Kabupaten Subang.
5. Melakukan riset produksi dalam meminimumkan biaya operasional tanpa
mengurangi kualitas.
6. Pelatihan terkait penerapan teknologi terbarukan.
104
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
2009-2010
2011-2012
Sumbu Y
Melengkapi
persyaratan untuk
masuk minimarket dan
supermarket
Mencari investor dari pihak
internal dan eksternal LIPI
2013-2014
2015-2016
2017-2018
Visi
Mengembangkan usaha mandiri di bidang pengolahan
sari buah dan produk pangan yang berbasis bahan baku
hasil pertanian lainnya untuk meningkatkan nilai
tambah sebagai bentuk implementasi teknologi tepat
guna yang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan
Teknologi Tepat Guna LIPI Subang
Misi
Promo undian
berhadiah
Membuat business plan
1)
Rekrutmen manajer
profesional
Mencari dan
kerjsama agen
minuman
Membuat SOP secara
menyeluruh
Membuat sistem
kerjasama distribusi
Melakukan riset pasar dan
perilaku konsumen
Menyediakan alat
pendingin untuk
pemesanan produk tanpa
kemasan dalam kapasitas
banyak
Membuat web sendiri
Membuat jaringan
distribusi sendiri
Mengembangkan
kemasan botol
plastik kemasan 330
ml dan 500 ml
Membuat produk
minuman sari buah
dengan merek
berbeda
Membangun dan memperkuat jaringan dengan
stakeholder terkait, guna menyokong aktivitas perusahaan
baik dalam hal bahan baku maupun hingga pemasaran
produk,
2) Mengembangkan sistem produksi guna menghasilkan
produk berkualitas dan dapat diterima oleh masyarakat
luas,
3) Konsiten dalam melakukan riset dan pengembangan
produk guna menghasilkan produk-produk baru yang
lebih inovatif dalam mengembangkan potensi daerah
Kabupaten Subang
Mengembangkan
kemasan tetrapack
Diferensiasi produk (Produk turunan)
Diversifikasi produk
(Bahan baku selain jambu biji)
Produk tunggal jambu biji
Wilayah Pemasaran : Kota Subang dan
Kecamatan Penyangga
Tantangan yang dihadapi :
1. Mampu menciptakan produk yang inovasi
produk baru agar mampu bersaing dengan
produk pesaing atau substitusi.
2. Memanfaatkan teknologi informmasi dalam
memasarkan produk
3. Meningkatkan kualitas SDM dan sistem
manajemen
4. Peningkatan jaringan distribusi untuk
memperluas wilayah pemasaran
5. Melakukan efisiensi biaya didalam persaingan
yang semakin ketat
Wilayah pemasaran: Pulau Jawa
Wilayah pemasaran :
Kabupaten Subang, Jawa Barat,
Jakarta
Program kegiatan yang dilakukan terus-menerus :
1. Mengadakan program kegiatan minum sari buah satu tahun sekali secara gratis pada HUT Lipisari.
2. Aktif dalam mensosialosasikan produk dalam kegiatan pameran yang dilakukan di lingkungan LIPI atau instansi-instansi pemerintah, swasta dan
sekolah-sekolah.
3. Melakukan kerjasama dengan pihak pemasok dalam pembelian bahan baku.
4. Membuka kerjasama dengan Dinas dan pihak swasta untuk mempromosikan produk perusahaan sebagai salah satu hasil produk olahan komoditas
unggulan Kabupaten Subang.
5. Melakukan riset produksi dalam meminimumkan biaya operasional tanpa mengurangi kualitas.
6. Pelatihan terkain penerapan teknologi terbarukan.
105
Gambar 15. Rancangan Arsitektur Strategik PT. Lipisari Patna
Sumbu X
(Rentang Waktu)
105
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis lingkungan internal dapat diidentifikasi faktor kunci
yang menjadi kekuatan PT. Lipisari adalah (1) Memiliki brand image sebagai produk jus
jambu wilayah kota Subang, (2) Produk Sari Buah Asli dan Memiliki Mutu Produk yang
Baik, (3) Peralatan produksi yang modern, (4) Produk memiliki kelengkapan perizinan dan
dilengkapi barcode, (5) Memiliki pengalaman dalam pembuatan jus jambu sejak tahun 1988,
(6) Memiliki sistem administrasi dan keuangan yang rapi dan terkomputerisasi. Adapun
faktor kunci menjadi kelemahan adalah (1) Promosi yang kurang gencar, (2) Manajemen
yang kurang fokus, (3) Jaringan distribusi yang belum luas, (4) Lokasi pabrik masih
menyatu dengan kantor B2PTTG LIPI Subang, (5) Kemasan produk sama dengan produk
substitusi/pengganti.
Hasil analisis lingkungan eksternal dapat diidentifkasi yang faktor kunci
menjadi peluang PT. Lipisari adalah (1) Instansi pemerintah dan pihak swasta di
Kabupaten subang menjadi relasi bisnis dalam pemasaran produk, (2) Adanya tren
mengkonsumsi makanan dan minuman berbahan alami dan meningkatnya
pengetahuan masyarakat tentang gizi, (3) Pertumbuhan penduduk, (4) Adanya
permintaan dari masyarakat untuk produk sari buah yang praktis dan cepat saji, (5)
B2PTTG LIPI Subang sebagai pusat pengembangan teknologi tepat guna. Adapun
faktor kunci menjadi ancaman adalah (1) Harga produk Substitusi/Pengganti yang
lebih murah, (2) Adanya Perdagangan Bebas (AFTA), (3) Tingkat inflasi yang
fluktuatif, (4) Perusahaan pesaing memiliki jaringan distribusi yang lebih luas, (5)
Kenaikan harga gula.
Hasil identifikasi faktor internal yang memberikan skor kekuatan tertinggi
pada matriks IFE adalah produk sari buah Lipisari telah memiliki kelengkapan
perizinan dan dilengkapi barcode dengan nilai skor 0,358. Sedangkan faktor yang
merupakan kelemahan adalah promosi yang kurang gencar dengan skor 0,109.
Jumlah total skor matriks IFE secara keseluruhan adalah sebesar 2,474. Total
tersebut menunjukkan bahwa perusahaan masih tergolong rata-rata dalam
memaksimalkan kekuatan internal untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki.
Sedangkan menurut hasil matriks EFE diketahui adanya tren mengkonsumsi
makanan dan minuman berbahan alami dan meningkatnya pengetahuan masyarakat
106
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
tentang gizi sebagai peluang harus dimanfaatkan perusahaan dengan nilai skor 0,384.
Faktor yang menjadi ancaman utama adalah harga produk substitusi yang lebih
murah dengan skor 0,233. Jumlah skor pembobotan matriks EFE adalah sebesar
2,387. Total nilai tersebut menunjukkan perusahaan tergolong rata-rata dalam
memanfaatkan peluang eksternal dan menghindari ancaman yang dihadapi.
Penggabungan matriks IFE dan EFE dipetakan pada matriks IE yang menempatkan
PT. Lipisari Patna pada posisi kuadran V dengan koordinat (2,474 : 2,387). Strategi
yang cocok digunakan adalah pengembangan produk dan penetrasi pasar.
Formulasi strategi kombinasi kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman hasil
analisis matriks SWOT adalah (1) Melakukan pengembangan produk melalui
diversifikasi dan diferensiasi produk, (2) Mempertahankan dan meningkatkan
kualitas dan brand image sebagai produk sari buah asli dan produk khas Subang di
semua wilayah Kabupaten Subang, (3) Melakukan promosi secara intensif untuk
mengenalkan merek produk ke pasar yang lebih luas, (4) Perbaikan manajemen
perusahaan dan menggunakan tenaga manajer yang tidak terikat kerja dengan LIPI,
(5) Memperluas jaringan distribusi dengan melakukan
kerjasama dengan usaha
minimarket dan agen minuman, (6) Melakukan efesiensi biaya produksi, (7)
Melakukan kerjasama dengan pihak investor dalam mengembangkan usaha, (8)
Melakukan variasi kemasan produk dalam menghadapi produk substitusi.
Arsitektur strategik menghasilkan rekomendasi program kegiatan yang
berguna dalam mengimplementasikan alternatif strategi yang dihasilkan pada analisis
SWOT. Program kegiatan dikelompokkan ke dalam dua kegiatan besar yaitu
program yang bersifat bertahap dan program yang dilakukan secara terus-menerus.
Tahapan pencapaian visi dan misi PT. Lipisari Patna dilalui dengan pelaksanaan
program secara bertahap dengan lima periode waktu, 2009-2010, 2011-2012, 20132014, 2015-2016, dan 2017-2018.
Program yang diterapkan pada periode 2009-2010 adalah : membuat
perencanaan bisnis (Business Plan) terkait rencana pemindahan pabrik dan
pengembangan usaha sekaligus mencari investor dari pihak internal atau eksternal
perusahaan sebagai sumber modal tambahan, rekrutmen manajer professional
sekaligus membuat SOP secara menyeluruh dan terintegrasi satu bidang dengan
bidang lainnya, dan melakukan riset pasar untuk mengetahui karakteristik pasar serta
107
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen. Pada periode 20112012, program yang dilaksanakan adalah; mencari dan bekerjasama dengan agen
minuman yang ada di Kabupaten Subang sekaligus membuat sistem kerjasama
dengan agen dalam memasarkan produk, menyediakan alat pendingin dalam
pemesanan produk tanpa kemasan dalam rangka kegiatan-kegiatan besar baik
dilingkungan instansi pemerintah, swasta, sekolah, dan konsumen keluarga untuk
kapasitas banyak, serta melengkapi persyaratan dan kelengkapan produk untuk
memasuki pasar minimarket dan supermarket.
Program yang dilaksanakan pada periode 2013-2014 antara lain; melakukan
pengembangan produk melalui diversifikasi bahan baku seperti jus nanas, jus
mangga, jus jeruk, jus mengkudu, jus tomat, dan jus sirsak, membuat jaringan
distribusi sendiri dengan pengadaan kendaraan distribusi, membuat promo undian
berhadiah, mengembangkan teknologi kemasan botol plastik kemasan 330 ml dan
500 ml. Program pada periode 2015-2016 antara lain; membuat produk minuman sari
buah dengan kualitas yang lebih rendah dengan merek yang berbeda, melakukan
upaya promosi melalui internet dengan membuat website sendiri. Adapun program
pada periode 2016-2018; melakukan diferensiasi produk seperti sirup, serbuk
ekstrak, dan puree, dan mengembangkan teknologi kemasan tetrapack.
Program kegiatan yang dilakukan secara terus menerus adalah 1)
mengadakan program kegiatan minum sari buah satu tahun sekali secara gratis pada
HUT Lipisari, 2) aktif dalam mensosialisasikan produk dalam kegiatan pameran
yang dilakukan di lingkungan LIPI atau instansi-instansi pemerintah, swasta dan
sekolah-sekolahm, 3) melakukan kerjasama dengan pihak pemasok dalam pembelian
bahan baku, 4) membuka kerjasama dengan Dinas dan pihak swasta untuk
mempromosikan produk perusahaan sebagai salah satu hasil produk olahan
komoditas unggulan Kabupaten Subang, 5) melakukan riset produksi dalam
meminimumkan biaya operasional tanpa mengurangi kualitas, dan 6) pelatihan
terkait penerapan teknologi terbarukan.
8.2 Saran
1. Perusahaan diharapkan segera memperbaiki sistem manajemen operasional dan
pemasaran melalui rekruitmen manajer profesional yang khusus bekerja di
perusahaan. Perusahaan mengurangi penggunaan pegawai dari pegawai
108
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
B2PTTG LIPI Subang dalam memegang posisi manajemen umum. Pihak
B2PTTG LIPI Subang ditempatkan sebagai jalinan kerjasama dalam
pengembangan produk.
2. Perusahaan diharapkan mengetahui alokasi sumberdaya manusia yang terlibat
sebelum mengimplementasikan strategi strategi yang dirumuskan. Setiap pihak
harus mengetahui tugas, wewenang, dan tanggung jawab mereka dalam
pelaksanaan strategi yang teah dijabarkan ke dalam program-program kegiatan.
Pada akhirnya, perusahaan diharapkan dapat melakukan monitoring
secara
berkala terhadap implementasi strategi dan pelaksanaan program-program yang
telah disusun. Pengawasan terhadap pelaksanaan strategi dilaksanakan secara
bertahap agar perusahaan dapat melakukan penyesuaian pada saat tertentu.
Perlu diadakannya penelitian lanjutan mengenai studi kelayakan PT. Lipisari Patna
perihal rencana pindah lokasi pabrik serta penelitian mengenai strategi pemasaran
PT. Lipisari Patna.
109
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Subang. 2008. Subang Dalam Angka. BPS
Kabupaten Subang
Ardhi, B. 2008. Perancangan Strategis Pengembangan Usaha Melalui Pendekatan
Arsitektur Strategik (Studi Kasus BANISI, Kecamatan Soreang, Kabupaten
Bandung, Jawa Barat). Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Beruntung, N. 2005. Formulasi Strategi Pengembangan Bisnis Produk Nata De Coco
(Studi Kasus pada PT. Keong Nusantara Abadi, Natar, Lampung) Skripsi.
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
David, F.R. 2006. Manajemen Strategis : Konsep. Jakarta : Salemba Empat
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Konsumsi Buah-Buahan Indonesia. Jakarta.
http://www.hortikultura.deptan.go.id [Diakses 5 Februari 2009]
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Produk Domestik Bruto Hortikultura
Indonesia. Jakarta. http://www.hortikultura.deptan.go.id [Diakses 5 Februari
2009]
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Produksi dan Luas Lahan Buah Jambu Biji.
Jakarta. http://www.hortikultura.deptan.go.id [Diakses 5 Februari 2009]
Fathiyah, 2005. Analisis Pengetahuan Gizi dan Produk Minuman Sari Buah
Kemasan Dihubungkan dengan Merek yang Dikonsumsi Mahasiswa IPB.
Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Fitrianti, J. 2006. Kajian Teknik Penyimpanan dan Pengemasan Jambu Biji dalam
Kemasan Transportasi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Bogor
Glueck, W. F. dan Jack Lawrance R. 1992. Manajemen Strategis dan Kebijakan
Perusahaan. Jakarta : Erlangga
Hunger, D. & Thomas L. W. 2003. Manajemen Strategis. Yogyakarta : Penerbit
Andi
Mutiaranie, I. 2007. Karakteristik Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) di Kecamatan
Rancabungur, Kemang dan Bojonggede, Kabupaten Bogor. Skripsi.
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Nuraini, R. 1999, Proses Pengolahan Minuman Sari Buah di CV Karsa Pangan
Mandala. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
110
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Okta, D.W. 2004. Analisis Formulasi Strategi Bersaing Minuman Sari Buah Sirsak
PT. Minuman SAP dalam Menghadapi Persaingan Industri Minuman
Ringan. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Parimin. 2007. Jambu Biji : Budidaya dan Ragam Pemanfataannya. Jakarta : Penebar
Swadaya
Pearce dan Robinson. 1997. Manajemen Strategik, Formulasi, Implementasi dan
Pengendalian Jilid I. Jakarta : Binarupa Aksara
Poerardisastra, T. 2009. Makanan dan Minuman : Berebut Pasar di Industri Kalis
Krisis. Swasembada. 16-22.
Porter, M. E. 1994. Keunggulan Bersaing, Menciptakan dan Mempertahankan
Kinerja Unggul. Jakarta : Binarupa Aksara
Prabawati, E.K. 2005. Potensi Sari Buah Jambu Biji Untuk Meningkatkan Jumlah
Trombosit Darah. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor
Purnomo, S. H. & Zulkieflimansyah. 1999. Manajemen Strategi : Sebuah Konsep
Pengantar. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Sari, A.N. 2006. Rancangan Arsitektur Strategik Divisi Sarden PT. Sumber
Yalasamudra, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Sianturi, S.R. 2008. Strategi Pengembangan Usaha Easther Seafood. Skripsi.
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Sudarwati, L.I. 2004. Analisis Kinerja dan Strategi Pengembangan Bisnis Produk
Apel Olahan pada PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya, Kota Batu,
Malang. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Umar, H. 2008. Strategic Management in Action. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama
Yoshida, D.T. 2006. Arsitektur Strategik: Solusi Meraih Kemenangan dalam Dunia
yang Senantiasa Berubah. Jakarta : Elexmedia Komputindo
Yulia. 2006. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Rajungan di PT Muara Bahari
Internasional Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
111
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
KUISIONER PENELITIAN
PENILAIAN BOBOT DAN RATING
ANALISIS PERSAINGAN INDUSTRI
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SARI BUAH
JAMBU BIJI PADA PT. LIPISARI PATNA,
KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT
IDENTITAS RESPONDEN
Nama
: ………………………………………………………………..
Pekerjaan/Jabatan
: ………………………………………………………………..
Alamat
: ………………………………………………………………..
Kami mohon Bapak/Ibu dapat mengisinya secara objektif dan benar, karena kuisioner ini
adalah untuk penelitian skripsi dengan tujuan ilmiah sehingga diperlukan data yang valid
dan akurat.
Peneliti :
M. Firdaus Mulya N.
H34051562
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
112
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Penentuan Tingkat Kepentingan Variabel dalam Analisis Persaingan Industri
Petunjuk Pengisian :
Tentukan nilai tingkat kepentingan untuk setiap parameter dengan mengisi tanda (P ) untuk angka yang
menurut Bapak/Ibu paling sesuai. Keterangan nilai kepentingan adalah sebagai berikut:
1 = Tidak Menentukan
4 = Menentukan
2 = Kurang Menentukan
5 = Sangat Menentukan
3 = Cukup MENENTUKAN
1.
Ancaman Pendatang Baru
Untuk menentukan tingkat kepentingan dari parameter yang dapat menggambarkan besar atau kecilnya
ancaman masuk pendatang baru ke dalam industri pengolahan sari buah
Tingkat Kepentingan
Parameter
1
2
3
4
5
Skala Ekonomi
Diferensiasi Produk atau Produk yang bervariasi
Kebutuhan Modal dalam Membangun Usaha
Biaya Beralih Pemasok
Akses kepada Saluran Distribusi
Keunggulan Relatif
Kebijakan Pemerintah terhadap Munculnya Perusahaan Baru
2.
Persaingan di Antara Anggota Industri
Untuk menentukan tingkat kepentingan dari parameter yang dapat menggambarkan tinggi atau
rendahnya persaingan antar produsen dalam industri pengolahan sari buah
Tingkat Kepentingan
Parameter
1
2
3
4
5
Jumlah Pesaing/Produsen
Tingkat Pertumbuhan Industri
Biaya Tetap yang Dikeluarkan
Ukuran dan Kekuatan Pesaing
Peningkatan Kapasitas Produksi
Kerakteristik Produk Pesaing
Hambatan Keluar Industri
3.
Ancaman Produk Pengganti/Substitusi
Untuk menentukan tingkat kepentingan dari parameter yang dapat menggambarkan besar atau kecilnya
ancaman produk pengganti/substitusi dalam merebut pangsa pasar industri pengolahan sari buah
Tingkat Kepentingan
Parameter
1
2
3
4
5
Produk yang Memiliki Fungsi Yang Sama
Tingkat Perkembangan Teknologi Produk Pengganti
Tingkat Harga Produk Substitusi
Tingkat Biaya Pengalihan Produk
113
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
4.
Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Untuk menentukan tingkat kepentingan dari parameter yang dapat menggambarkan tinggi atau
rendahnya kekuatan tawar-menawar pemasok dalam industri pengolahan sari buah
Tingkat Kepentingan
Parameter
1
2
3
4
5
Jumlah Pemasok
Tingkat Diferensiasi Produk yang Dipasok
Tingkat Kepentingan Produk yang Dipasok bagi Input/Bahan
Baku Industri
Tingkat Kepentingan Industri bagi Pemasok
Akses ke Pemasok
Kemampuan Pemasok Melakukan Integrasi ke Depan (Misal:
pemasok membuat perusahaan pengolahan sari buah)
Biaya Beralih Pemasok
5.
Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Untuk menentukan tingkat kepentingan dari parameter yang dapat menggambarkan tinggi atau
rendahnya kekuatan tawar-menawar pembeli dalam industri pengolahan sari buah
Tingkat Kepentingan
Parameter
1
2
3
4
5
Jumlah Pembelian yang Dilakukan Pembeli
Ciri/Karakteristik Produk
Biaya Pengalihan Pembeli terhadap Produk Lain Sejenis
Nilai Produk dalam Struktur Biaya atau Pembelian bagi Pembeli
Nilai Keuntungan yang Diperoleh Pembeli
Kesempatan Pembeli Melakukan Integrasi ke Industri Hulu
Tingkat Kepentingan Kualitas Produk bagi Pembeli
Informasi yang Dimiliki Pembeli
114
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
1.
Penentuan Nilai Faktor-Faktor Analisis Persaingan Industri
Petunjuk Pengisian :
Berikan tanda (P ) sesuai skor/penilaian menurut Bapak/Ibu terhadap berbagai parameter berikut.
1.
Ancaman Pendatang Baru
Rating
Parameter
1
2
3
4
5
a. Skala Ekonomi
Sangat besar
Sangat kecil
b. Diferensiasi Produk atau Produk
yang bervariasi
c. Kebutuhan
Modal
dalam
Membangun Usaha
d. Biaya Beralih Pemasok
Sangat
terdiferensiasi
Sangat besar
Tidak
terdiferensiasi
Sangat kecil
Sangat besar
Sangat kecil
e. Akses kepada Saluran Distribusi
Sangat sulit
Sangat mudah
f. Keunggulan relative
Sangat unggul
Tidak unggul
Tidak
mendukung
Sangat
mendukung
g. Kebijakan Pemerintah terhadap
Munculnya Perusahaan Baru
Petunjuk Khusus :
Tentukan nilai variabel ancaman pendatang baru untuk setiap parameter yang diukur (a,b,c,d,e,f,g) dengan
mengisikan tanda (P ) untuk angka yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai.
a.
; 1 = Sangat besar, 2 = Besar, 3 = Sedang, 4 = Kecil, 5 = Sangat kecil
b.
; 1 = Sangat terdiferensiasi, 2 = Terdefferensasi, 3 = Sedang, 4 = Sedikit terdiferensiasi, 5 = Tidak
terdiferensiasi
2.
c.
; 1 = Sangat besar, 2 = Besar, 3 = Sedang, 4 = Kecil, 5 = Sangat kecil
d.
; 1 = Sangat besar, 2 = Besar, 3 = Sedang, 4 = Kecil, 5 = Sangat kecil
e.
; 1 = Sangat sulit, 2 = Sulit, 3 = Sedang, 4 = Mudah, 5 = Sangat mudah
f.
; 1 = Sangat unggul, 2 = Unggul, 3 = Sedang, 4 = Sedikit unggul, 5 = Tidak unggul
g.
; 1 = Tidak mendukung, 2 = Sulit, 3 = Sedang, 4 = Mendukung, 5 = Sangat mendukung
Persaingan di Antara Anggota Industri
Rating
Parameter
1
2
3
4
5
a. Jumlah Pesaing/Produsen
Sangat sedikit
Sangat banyak
b. Tingkat Pertumbuhan Industri
Sangat cepat
Sangat lambat
c. Biaya Tetap yang Dikeluarkan
Sangat rendah
Sangat tinggi
d. Ukuran dan Kekuatan Pesaing
Sangat kecil
Sangat besar
e. Peningkatan Kapasitas Produksi
Sangat kecil
Sangat besar
f. Kerakteristik Produk Pesaing
Sangat tdk beragam
Sangat beragam
g. Hambatan Keluar Industri
Tidak sulit
Sangat sulit
h. Diferensiasi Produk atau Produk
yang bervariasi
Sangat
terdiferensiasi
Tidak
terdiferensiasi
115
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Petunjuk Khusus:
Tentukan nilai variabel persaingan di antara anggota industri untuk setiap parameter yang diukur
(a,b,c,d,e,f,g) dengan mengisikan tanda (P ) untuk angka yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai.
a.
; 1 = Sangat sedikit, 2 = Sedikit, 3 = Sedang, 4 = Banyak, 5 = Sangat banyak
b.
; 1 = Sangat cepat, 2 = cepat, 3 = Sedang, 4 = lambat, 5 = Sangat lambat
c.
; 1 = Sangat rendah, 2 = rendah, 3 = Sedang, 4 = tinggi, 5 = Sangat tinggi
d.
; 1 = Sangat kecil, 2 = Kecil, 3 = Sedang, 4 = Besar, 5 = Sangat besar
e.
; 1 = Sangat kecil, 2 = Kecil, 3 = Sedang, 4 = Besar, 5 = Sangat besar
f.
; 1 = Sangat tidak beragam, 2 = Tidak beragam, 3 = Sedang, 4 = Beragam,, 5 = Sangat beragam
g.
; 1 = Tidak sulit, 2 = Sedikit Sulit, 3 = Sedang, 4 = Sulit, 5 = Sangat sulit
h.
; 1 = Sangat terdiferensiasi, 2 = Terdefferensasi, 3 = Sedang, 4 = Sedikit terdiferensiasi, 5 = Tidak
terdiferensiasi
3.
Ancaman Produk Pengganti/Substitusi
Parameter
a. Produk yang Memiliki Fungsi Yang
Sama
b. Tingkat Perkembangan Teknologi
Produk Pengganti
c. Tingkat Harga Produk Substitusi
d. Tingkat Biaya Pengalihan Produk
1
2
Rating
3
4
5
Sangat sedikit
Sangat banyak
Sangat lambat
Sangat cepat
Sangat tidak
bersaing
Sangat besar
Sangat bersaing
Sangat kecil
Tentukan nilai variabel ancaman produk pengganti/substitusi untuk setiap parameter yang diukur (a,b,c,d)
dengan mengisikan tanda (P ) untuk angka yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai.
4.
a.
; 1 = Sangat sedikit, 2 = Sedikit, 3 = Sedang, 4 = Banyak, 5 = Sangat banyak
b.
; 1 = Sangat lambat, 2 = Lambat, 3 = Sedang, 4 = Cepat, 5 = Sangat cepat
c.
; 1 = Sangat tidak bersaing, 2 = Tidak bersaing, 3 = Sedang, 4 = bersaing, 5 = Sangat bersaing
d.
; 1 = Sangat besar, 2 = Besar, 3 = Sedang, 4 = Kecil, 5 = Sangat kecil
Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Rating
Parameter
1
2
3
4
5
a. Jumlah Pemasok
Sangat banyak
Sangat sedikit
b. Tingkat Diferensiasi Produk yang
Dipasok
c. Tingkat Kepentingan Produk yang
Dipasok bagi Input/Bahan Baku
Industri
d. Tingkat Kepentingan Industri bagi
Pemasok
e. Akses ke Pemasok
Sangat rendah
Sangat tinggi
Tidak penting
Sangat penting
Sangat penting
Tidak penting
Tidak sulit
Sangat sulit
f. Kemampuan Pemasok Melakukan
Integrasi ke Depan (Misal: Pemasok
membuat perusahaan pengolahan sari
buah)
g. Biaya Beralih Pemasok
Sangat kecil
Sangat besar
Sangat kecil
Sangat besar
116
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Tentukan nilai variabel kekuatan tawar menawar pemasok untuk setiap parameter yang diukur (a,b,c,d,e,f)
dengan mengisikan tanda (P ) untuk angka yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai.
5.
a.
; 1 = Sangat banyak, 2 = Banyak, 3 = Sedang, 4 = sedikit, 5 = Sangat sedikit
b.
; 1 = Sangat rendah, 2 = rendah, 3 = Sedang, 4 = tinggi, 5 = Sangat tinggi
c.
; 1 = Tidak penting, 2 = sedikit penting, 3 = Sedang, 4 = penting, 5 = Sangat penting
d.
; 1 = Sangat penting, 2 = Penting, 3 = Sedang, 4 = Sedikti penting, 5 = Tidak penting
e.
; 1 = Tidak sulit, 2 = sedikit sulit, 3 = Sedang, 4 = sulit, 5 = Sangat sulit
f.
; 1 = Sangat kecil, 2 = Kecil, 3 = Sedang, 4 = Besar, 5 = Sangat besar
g.
; 1 = Sangat kecil, 2 = Kecil, 3 = Sedang, 4 = Besar, 5 = Sangat besar
Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Rating
Parameter
a. Jumlah Pembelian yang dilakukan
Pembeli
b. Ciri/Karakteristik Produk
c. Biaya Pengalihan Pembeli terhadap
Produk Lain Sejenis
d. Nilai Produk dalam Struktur Biaya
atau Pembelian bagi Pembeli
e. Nilai Keuntungan yang Diperoleh
Pembeli
f. Kesempatan Pembeli Melakukan
Integrasi ke Indsutri Hulu
g. Tingkat
Kepentingan
Kualitas
Produk bagi Pembeli
h. Informasi yang Dimiliki Pembeli
1
2
3
4
5
Sangat sedikit
Sangat banyak
Sangat
terdiferensiasi
Sangat tinggi
Tidak
terdiffrensiasi
Sangat rendah
Sangat kecil
Sangat besar
Sangat besar
Sangat kecil
Sangat kecil
Sangat besar
Sangat penting
Tidak penting
Sangat kurang
Sangat lengkap
Petunjuk khusus :
Tentukan nilai variabel kekuatan tawar menawar pembeli untuk setiap parameter yang diukur (a,b,c,d,e,f)
dengan mengisikan tanda (P ) untuk angka yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai.
a.
; 1 = Sangat sedikit, 2 = sedikit, 3 = Sedang, 4 = Banyak, 5 = Sangat banyak
b.
; 1 = Sangat terdiferensiasi, 2 = Terdiferensiasi, 3 = Sedang, 4 =Sedikit terdiferensiasi, 5 = Tidak
terdiferensiasi
c.
; 1 = Sangat tinggi, 2 = Tinggi, 3 = Sedang, 4 = Rendah, 5 = Sangat rendah
d.
; 1 = Sangat kecil, 2 = Kecil, 3 = Sedang, 4 = Besar, 5 = Sangat besar
e.
; 1 = Sangat Besar, 2 = Besar, 3 = Sedang, 4 = Kecil, 5 = Sangat kecil
f.
; 1 = Sangat kecil, 2 = Kecil, 3 = Sedang, 4 = Besar, 5 = Sangat besar
g.
; 1 = Sangat penting, 2 = penting, 3 = Sedang, 4 = Sedikit penting, 5 = tidak penting
h.
; 1 = Sangat Kurang, 2 = Kurang, 3 = Sedang, 4 = Lengkap, 5 = Sangat lengkap
117
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
KUISIONER PENELITIAN
PENILAIAN BOBOT DAN RATING
FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL DAN INTERNAL PERUSAHAAN
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SARI BUAH
JAMBU BIJI PADA PT. LIPISARI PATNA,
KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT
IDENTITAS RESPONDEN
Nama
: ………………………………………………………………..
Pekerjaan/Jabatan
: ………………………………………………………………..
Alamat
: ………………………………………………………………..
Kami mohon Bapak/Ibu dapat mengisinya secara objektif dan benar, karena kuisioner ini
adalah untuk penelitian skripsi dengan tujuan ilmiah sehingga diperlukan data yang valid
dan akurat.
Peneliti :
M. Firdaus Mulya N.
H34051562
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
118
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
TUJUAN :
Mendapatkan peniliaian para responden mengenai faktor-faktor strategis internal maupun
eksternal dalam industri pengolahan minuman sari buah, yaitu dengan cara pemberian
bobot terhadap seberapa besar faktor strategis tersebut dapat mempengaruhi atau
menentukan keberhasilan analisa untuk merumuskan suatu rancangan arsitektur strategik.
PETUNJUK UMUM :
1. Pengisian kuisioner dilakukan secara tertulis oleh responden
2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden
3. Dalam pengisian kuisioner, responden diharapkan untuk melakukannya secara
sekaligus (tidak menunda) untuk menghindari inkonsistensi jawaban.
PETUNJUK KHUSUS :
1. Penilaian terhadap bobot dilakukan dengan metode paired comparasion yaitu
penentuan bobot dengan membandingkan faktor strategis internal dan eksternal. Setiap
variabel digunakan skala 1, 2, dan 3 untuk menentukan bobot. Skala yang digunakan
untuk menentukan bobot adalah:
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
2. Penentuan bobot merupakan pandangan masing-masing responden terhadap setiap
faktor-faktor strategis internal dan eksternal perusahaan.
CONTOH PENGISIAN :
• “Jaringan LIPI dengan instansi di Kab. Subang sebagai pasar tetap” (A) pada
baris/horizontal menurut pandangan responden dianggap kurang penting
dibandingkan dengan “Adanya Tren mengkonsumsi makanan dan minuman
berbahan alami” (B) pada kolom vertikal. Maka nilainya = 1
• “Jaringan LIPI dengan instansi di Kab. Subang sebagai pasar tetap” (A) pada
baris/horizontal menurut pandangan responden dianggap sama pentingnya
dengan Adanya Tren mengkonsumsi makanan dan minuman berbahan alami (B)
pada kolom vertikal. Maka nilainya = 2
• “Jaringan LIPI dengan instansi di Kab. Subang sebagai pasar tetap” (A) pada
baris/horizontal menurut pandangan responden dianggap lebih penting
dibandingkan dengan “Adanya Tren mengkonsumsi makanan dan minuman
berbahan alami’” (B) pada kolom vertikal. Maka nilainya = 3
119
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Faktor Eksternal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Total
Bobot
A. Instansi Pemerintah Dan Pihak Swasta di Kabupaten Subang
Menjadi Relasi Bisnis Dalam Pemasaran Produk
B. Adanya Tren Mengkonsumsi Makanan dan Minuman Berbahan
Alami dan Meningkatnya Pengetahuan Masyarakat Tentang Gizi
C. Pertumbuhan Penduduk
D. Adanya Permintaan Dari Masyarakat untuk Produk Sari Buah
Yang Praktis dan Cepat Saji.
E. B2PTTG Lipi Subang sebagai Pusat Pengembangan Teknologi
Tepat Guna
F. Produk Substitusi/Pengganti yang Lebih Murah
G. Adanya Perdagangan Bebas (AFTA)
H. Tingkat Inflasi yang Cukup Tinggi
I.
Perusahaan Pesaing Memiliki Jaringan Distribusi yang Lebih
Luas
J. Kenaikan Harga Gula
120
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Faktor Internal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
Total
Bobot
A. Memiliki Brand Image yang Cukup Kuat sebagai Produk Jus
Jambu di Wilayah Kota Subang
B. Produk Sari Buah Asli dan Memiliki Mutu Produk yang Baik
C. Peralatan Produksi yang Modern
D. Produk Memiliki Kelengkapan Perizinan dan Dilengkapi Barcode
E. Memiliki Pengalaman dalam Pembuatan Jus Jambu Sejak Tahun
1988
F. Memiliki
Sistem
Administrasi
dan
Keuangan
yang
Terkomputerisasi
G. Promosi yang Kurang Gencar
H. Manajemen yang Kurang Fokus
I.
Jaringan Distribusi yang Belum Luas
J. Lokasi Pabrik Masih Menyatu dengan Kantor B2PTTG LIPI
Subang
K. Kemasan Produk Sama dengan Produk Substitusi/Pengganti
121
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
A. PEMBERIAN NILAI PERINGKAT/RATING TERHADAP FAKTOR-FAKTOR
STRATEGIS EKSTERNAL
1. Pemberian nilai rating terhadap faktor peluang perusahaan
Petunjuk Pengisian :
1. Pemberian nilai peringkat/rating didasarkan pada kemampuan perusahaan dalam meraih
peluang yang ada. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan sebagai berikut :
Nilai 4 = Jika perusahaan mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam meraih peluang
tersebut
Nilai 3 = Jika perusahaan mempunyai kemampuan yang baik dalam meraih peluang tersebut
Nilai 2 = Jika perusahaan mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam meraih peluang
tersebut
Nilai 1 = Jika perusahaan mempunyai kemampuan yang tidak baik dalam meraih peluang
tersebut
2. Pengisian kolom penilain/rating menggunakan tanda check list (P )
PELUANG
4
3
2
1
A. Instansi Pemerintah dan Pihak Swasta di Kabupaten Subang
Menjadi Relasi Bisnis dalam Pemasaran Produk
B. Adanya Permintaan dari Masyarakat untuk Produk Sari
Buah Yang Praktis dan Cepat Saji
C. Pertumbuhan penduduk
D. Adanya Permintaan dari Masyarakat untuk Produk Minuman
Kesehatan Yang Cukup Tinggi
E. B2PTTG LIPI Subang sebagai Pusat Pengembangan Teknologi
Tepat Guna
2.. Pemberian nilai rating terhadap faktor ancaman perusahaan
Petunjuk Pengisian :
1. Pemberian nilai peringkat/rating didasarkan pada besarnya ancaman yang dapat
mempengaruhi keberadaan perusahaan. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada
keterangan sebagai berikut :
Nilai 4 = Jika respon perusahaan terhadap ancaman tersebut superior
Nilai 3 = Jika respon perusahaan terhadap ancaman tersebut rata-rata
Nilai 2 = Jika respon perusahaan terhadap ancaman tersebut diatas rata-rata
Nilai 1 = Jika respon perusahaan terhadap ancaman tersebut kurang
2. Pengisian kolom penilain/rating menggunakan tanda check list (P )
ANCAMAN
4
3
2
1
A.
B.
C.
D.
Produk Substitusi/Pengganti yang Lebih Murah
Adanya Perdagangan Bebas (AFTA)
Tingkat Inflasi yang Cukup Tinggi
Perusahaan Besar yang Memiliki Pangsa Pasar yang Besar dan
Teknologi Lebih Canggih `
E. Kenaikan Harga Gula
122
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
B. PEMBERIAN NILAI PERINGKAT/RATING TERHADAP FAKTOR-FAKTOR
STRATEGIS INTERNAL
1. Pemberian nilai rating terhadap faktor kekuatan perusahaan
Petunjuk Pengisian :
1. Pemberian nilai peringkat/rating menunjukan tingkat faktor strategis kekuatanatau
kelemahan. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan sebagai berikut :
Nilai 4 = Jika faktor strategis tersebut dinilai menjadi kekuatan utama
Nilai 3 = Jika faktor strategis tersebut dinilai menjadi kekuatan kecil
2. Pengisian kolom penilain/rating menggunakan tanda check list (P )
KEKUATAN
4
3
A. Memiliki Brand Image yang Cukup Kuat sebagai Produk Jus Jambu
di Wilayah Kota Subang
B. Produk Sari Buah Asli dan Memiliki Mutu Produk yang Baik
C. Peralatan Produksi yang Modern
D. Produk Memiliki Kelengkapan Perizinan dan Dilengkapi Barcode
E. Memiliki Pengalaman dalam Pembuatan Jus Jambu Sejak Tahun
1988
F. Memiliki Sistem Administrasi dan Keuangan yang Terkomputerisasi
2. Pemberian nilai rating terhadap faktor kelemahan perusahaan
Petunjuk Pengisian :
1. Pemberian nilai peringkat/rating menunjukan tingkat faktor strategis kekuatanatau
kelemahan. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan sebagai berikut :
Nilai 2 = Jika faktor strategis tersebut dinilai menjadi kelemahan kecil
Nilai 1 = Jika faktor strategis tersebut dinilai menjadi kelemahan utama
2. Pengisian kolom penilain/rating menggunakan tanda check list (P )
KELEMAHAN
A.
B.
C.
D.
E.
2
1
Promosi yang Kurang Gencar
Manajemen yang Kurang Fokus
Jaringan Distribusi yang Belum Luas
Lokasi Pabrik Masih Menyatu dengan Kantor B2PTTG LIPI Subang
Kemasan Produk Sama dengan Produk Substitusi/Pengganti
123
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
A. Penilaian Bobot dalam Analisis Persaingan Industri
1.
Ancaman Pendatang Baru
Parameter
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2.
3.
1
Skala Ekonomi
Diferensiasi Produk atau Produk yang
bervariasi
Kebutuhan Modal dalam Membangun
Usaha
Biaya Beralih Pemasok
Akses kepada Saluran Distribusi
Keunggulan Relatif
Kebijakan Pemerintah terhadap Munculnya
Perusahaan Baru
Total
2
3
4
5
2
1
1
1
Nilai
Bobot
13
0,173
9
0,120
12
8
12
12
0,160
0,107
0,160
0,160
9
75
0,120
1,000
Nilai
Bobot
11
11
11
13
13
13
7
0,139
0,139
0,139
0,165
0,165
0,165
0,089
11
90
0,122
1,000
Nilai
Bobot
13
0,260
12
13
12
50
0,240
0,260
0,240
1,000
3
1
2
1
1
1
1
1
3
1
1
Persaingan di Antara Anggota Industri
Parameter
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Tingkat Kepentingan
Tingkat Kepentingan
1
Jumlah Pesaing/Produsen
Tingkat Pertumbuhan Industri
Biaya Tetap yang Dikeluarkan
Ukuran dan Kekuatan Pesaing
Peningkatan Kapasitas Produksi
Kerakteristik Produk Pesaing
Hambatan Keluar Industri
Diferensiasi produk atau produk yang
bervariasi
Total
2
3
1
1
1
2
1
1
1
4
5
1
2
2
2
2
1
1
1
2
2
Ancaman Produk Pengganti/Substitusi
Parameter
a. Produk yang Memiliki Fungsi Yang Sama
b. Tingkat Perkembangan Teknologi Produk
Pengganti
c. Tingkat Harga Produk Substitusi
d. Tingkat Biaya Pengalihan Produk
Total
Tingkat Kepentingan
1
2
3
4
5
2
3
1
2
3
1
124
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
4.
Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Parameter
Tingkat Kepentingan
1
a. Jumlah Pemasok
b. Tingkat Diferensiasi Produk yang Dipasok
c. Tingkat Kepentingan Produk yang Dipasok
bagi Input/Bahan Baku Industri
d. Tingkat Kepentingan Industri bagi Pemasok
e. Akses ke Pemasok
f. Kemampuan Pemasok Melakukan Integrasi
ke Depan (Misal: Pemasok membuat
perusahaan pengolahan sari buah)
g. Biaya Beralih Pemasok
Total
5.
2
3
4
5
2
1
1
1
2
2
3
1
1
2
2
1
1
1
Nilai
Bobot
13
11
0,169
0,143
13
12
11
0,169
0,156
0,143
8
9
77
0,104
0,117
1,000
Nilai
Bobot
11
13
12
0,122
0,144
Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Parameter
a. Jumlah Pembelian yang dilakukan Pembeli
b. Ciri/Karakteristik Produk
c. Biaya Pengalihan Pembeli terhadap Produk
Lain Sejenis
d. Nilai Produk dalam Struktur Biaya atau
Pembelian bagi Pembeli
e. Nilai Keuntungan yang Diperoleh Pembeli
f. Kesempatan Pembeli Melakukan Integrasi
ke Indsutri Hulu
g. Tingkat Kepentingan Produk Industri bagi
Pembeli
h. Informasi yang Dimiliki Pembeli
Total
Tingkat Kepentingan
1
2
3
4
5
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
0,133
1
1
1
9
1
1
11
8
1
2
14
2
0,100
0,122
0,089
3
12
90
0,156
0,133
1,000
125
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
B. Penentuan Nilai Faktor-Faktor Analisis Persaingan Industri Berdasarkan Rata-Rata Dari
Pakar
1. Ancaman Pendatang Baru
Parameter
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2.
Skala Ekonomi
Diferensiasi Produk atau Produk yang Bervariasi
Kebutuhan Modal dalam Membangun Usaha
Biaya Beralih Pemasok
Akses kepada Saluran Distribusi
Keunggulan Relatif
Kebijakan Pemerintah terhadap Munculnya
Perusahaan Baru
3.
Rata-Rata
Pakar 1
Pakar 2
Pakar 3
2
2
3
2
1
2
3
4
4
4
3
2
3
4
5
4
4
2
2,667
3,333
4,000
3,333
2,667
2,000
3
3
3
3,000
Persaingan di Antara Anggota Industri
Parameter
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Tingkat Kepentingan
Jumlah Pesaing/Produsen
Tingkat Pertumbuhan Industri
Biaya Tetap yang Dikeluarkan
Ukuran dan Kekuatan Pesaing
Peningkatan Kapasitas Produksi
Kerakteristik Produk Pesaing
Hambatan Keluar Industri
Diferensiasi produk atau produk yang bervariasi
Tingkat Kepentingan
Pakar 1
Pakar 2
Pakar 3
3
3
3
4
3
4
3
3
4
3
4
5
4
4
3
3
5
4
4
5
5
5
3
4
Rata-Rata
4,000
3,333
3,667
4,667
4,000
4,333
3,000
3,333
Ancaman Produk Pengganti/Substitusi
Parameter
a. Produk yang Memiliki Fungsi Yang Sama
b. Tingkat Perkembangan Teknologi Produk
Pengganti
c. Tingkat Harga Produk Substitusi
d. Tingkat Biaya Pengalihan Produk
Tingkat Kepentingan
Rata-Rata
Pakar 1
Pakar 2
Pakar 3
2
4
5
3,667
2
4
5
3,667
4
2
4
4
5
5
4,333
3,667
126
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
4.
Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Parameter
a. Jumlah Pemasok
b. Tingkat Diferensiasi Produk yang Dipasok
c. Tingkat Kepentingan Produk yang Dipasok bagi
Input/Bahan Baku Industri
d. Tingkat Kepentingan Industri bagi Pemasok
e. Akses ke Pemasok
f. Kemampuan Pemasok Melakukan Integrasi ke
Depan (Misal: Pemasok membuat perusahaan
pengolahan sari buah)
g. Biaya Beralih Pemasok
5.
Tingkat Kepentingan
Pakar 1
Pakar 2
Pakar 3
3
2
2
3
3
3
4
4
5
3
1
1
3
2
1
3
4
2
1
3
3
Rata-Rata
3,333
3,000
3,333
3,000
2,333
1,333
2,333
Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Parameter
a Jumlah Pembelian yang dilakukan Pembeli
b Ciri/Karakteristik Produk
c Biaya Pengalihan Pembeli terhadap Produk Lain
Sejenis
d Nilai Produk dalam Struktur Biaya atau
Pembelian bagi Pembeli
e Nilai Keuntungan yang Diperoleh Pembeli
f Kesempatan Pembeli Melakukan Integrasi ke
Indsutri Hulu
g Tingkat Kepentingan Produk Industri bagi
Pembeli
h Informasi yang Dimiliki Pembeli
Tingkat Kepentingan
Pakar 1
Pakar 2
Pakar 3
2
3
2
2
4
2
4
4
5
Rata-Rata
2,667
3,667
3,000
3
2
1
4
2
2
4
2
2
3,667
2,000
1,667
1
2
2
3
4
3
2,333
2,667
127
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
C. Intensitas Tiap Variabel dalam Analisis Persaingan Industri
1. Ancaman Pendatang Baru
Parameter
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2.
Skala Ekonomi
Diferensiasi Produk atau Produk yang Bervariasi
Kebutuhan Modal dalam Membangun Usaha
Biaya Beralih Pemasok
Akses kepada Saluran Distribusi
Keunggulan Relatif
Kebijakan Pemerintah terhadap Munculnya
Perusahaan Baru
Total
3.
Nilai (B)
Skor (AxB)
0,173
0,120
0,160
0,107
0,160
0,160
2,667
3,333
4,000
3,333
2,667
2,000
0,462
0,400
0,640
0,356
0,427
0,320
0,120
3,000
0,360
2,964
Sedang
Bobot (A)
Nilai (B)
Skor (AxB)
0,122
0,122
0,122
0,144
0,144
0,144
0,078
0,122
1,000
4,000
3,333
3,667
4,667
4,000
4,333
3,000
3,333
0,489
0,407
0,448
0,674
0,578
0,626
0,233
0,407
3,863
Tinggi
Bobot (A)
Nilai (B)
Skor (AxB)
0,260
3,667
0,953
0,240
0,260
0,240
1,000
3,667
4,333
3,667
0,880
1,127
0,880
3,840
Tinggi
Persaingan di Antara Anggota Industri
Parameter
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Bobot (A)
Jumlah Pesaing/Produsen
Tingkat Pertumbuhan Industri
Biaya Tetap yang Dikeluarkan
Ukuran dan Kekuatan Pesaing
Peningkatan Kapasitas Produksi
Kerakteristik Produk Pesaing
Hambatan Keluar Industri
Diferensiasi produk atau produk yang bervariasi
Total
Ancaman Produk Pengganti/Substitusi
Parameter
a. Produk yang Memiliki Fungsi Yang Sama
b. Tingkat Perkembangan Teknologi Produk
Pengganti
c. Tingkat Harga Produk Substitusi
d. Tingkat Biaya Pengalihan Produk
Total
128
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
4.
Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Parameter
Bobot (A)
Nilai (B)
Skor (AxB)
a. Jumlah Pemasok
b. Tingkat Diferensiasi Produk yang Dipasok
c. Tingkat Kepentingan Produk yang Dipasok bagi
Input/Bahan Baku Industri
d. Tingkat Kepentingan Industri bagi Pemasok
e. Akses ke Pemasok
f. Kemampuan Pemasok Melakukan Integrasi ke
Depan (Misal: Pemasok membuat perusahaan
pengolahan sari buah)
g. Biaya Beralih Pemasok
Total
0,169
0,143
3,333
3,000
0,563
0,429
0,169
0,156
0,143
3,333
3,000
2,333
0,563
0,468
0,333
0,104
0,117
1,333
2,333
0,139
0,273
2,766
Sedang
Parameter
Bobot (A)
Nilai (B)
Skor (AxB)
a Jumlah Pembelian yang dilakukan Pembeli
b Ciri/Karakteristik Produk
c Biaya Pengalihan Pembeli terhadap Produk Lain
Sejenis
d Nilai Produk dalam Struktur Biaya atau
Pembelian bagi Pembeli
e Nilai Keuntungan yang Diperoleh Pembeli
f Kesempatan Pembeli Melakukan Integrasi ke
Indsutri Hulu
g Tingkat Kepentingan Produk Industri bagi
Pembeli
h Informasi yang Dimiliki Pembeli
Total
0,122
0,144
2,667
3,667
0,326
0,530
0,133
3,000
0,400
0,100
0,122
3,667
2,000
0,367
0,244
0,089
1,667
0,148
0,156
0,133
2,333
2,667
0,363
0,356
2,733
Sedang
5.
Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Intensitas Persaingan Industri Sari Buah Jambu Biji
Variabel Kekuatan Bersaing
1.
2.
3.
4.
5.
Ancaman Pendatang Baru
Persaingan di Antara Anggota Industri
Ancaman Produk Pengganti
Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Intensitas Persaingan Industri
Total
Kategori Intensitas
Skor
Persaingan
2,964
3,863
3,840
2,766
2,733
3,180
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Ranking
III
I
II
IV
V
-
129
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
A. Perhitungan Bobot pada Faktor Eksternal
Pakar 1 :
Faktor Eksternal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
1
3
2
1
1
2
3
3
3
19
0,109
3
2
2
1
3
3
3
3
23
0,132
2
1
1
2
2
1
2
13
0,075
2
1
3
3
2
3
22
0,126
1
2
3
2
3
19
0,109
3
3
2
3
1
1
3
2
1
3
25
12
11
17
13
174
0,144
0,069
0,063
0,098
0,075
A. Instansi Pemerintah Dan Pihak Swasta di Kabupaten Subang
Menjadi Relasi Bisnis Dalam Pemasaran Produk
B. Adanya Tren Mengkonsumsi Makanan dan Minuman Berbahan
Alami dan Meningkatnya Pengetahuan Masyarakat Tentang Gizi
3
C. Pertumbuhan Penduduk
1
1
D. Adanya Permintaan Dari Masyarakat untuk Produk Sari Buah Yang
Praktis dan Cepat Saji.
3
2
3
2
1
3
2
3
1
1
2
1
2
1
1
1
1
3
2
2
3
2
2
1
1
1
1
E. B2PTTG Lipi Subang sebagai Pusat Pengembangan Teknologi
Tepat Guna
F. Produk Substitusi/Pengganti yang Lebih Murah
G. Adanya Perdagangan Bebas (AFTA)
H. Tingkat Inflasi yang Cukup Tinggi
I. Perusahaan Pesaing Memiliki Jaringan Distribusi yang Lebih Luas
J. Kenaikan Harga Gula
Total
3
1
1
2
2
1
1
1
1
2
3
2
1
2
1
Total Bobot
1,000
130
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Pakar 2
Faktor Eksternal
A. Instansi Pemerintah Dan Pihak Swasta di Kabupaten Subang
Menjadi Relasi Bisnis Dalam Pemasaran Produk
B. Adanya Tren Mengkonsumsi Makanan dan Minuman Berbahan
Alami dan Meningkatnya Pengetahuan Masyarakat Tentang Gizi
C. Pertumbuhan Penduduk
D. Adanya Permintaan Dari Masyarakat untuk Produk Sari Buah Yang
Praktis dan Cepat Saji.
E. B2PTTG Lipi Subang sebagai Pusat Pengembangan Teknologi
Tepat Guna
F. Produk Substitusi/Pengganti yang Lebih Murah
G. Adanya Perdagangan Bebas (AFTA)
H. Tingkat Inflasi yang Cukup Tinggi
I. Perusahaan Pesaing Memiliki Jaringan Distribusi yang Lebih Luas
J. Kenaikan Harga Gula
Total
A
B
1
3
C
1
D
1
E
1
F
1
G
2
H
2
I
1
J
3
3
1
2
2
3
2
1
3
20
0,123
1
2
3
1
2
3
3
2
3
1
3
2
2
14
24
0,086
0,147
1
1
1
1
3
15
0,092
3
3
1
2
1
1
2
2
1
3
23
11
11
17
15
163
0,141
0,067
0,067
0,104
0,092
1
3
1
2
3
2
1
3
2
3
1
1
2
1
2
1
1
1
2
3
2
2
3
1
2
1
1
1
2
3
1
1
2
1
1
1
1
3
2
3
2
1
2
1
Total Bobot
13
0,080
1,000
131
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Pakar 3
Faktor Eksternal
A. Instansi Pemerintah Dan Pihak Swasta di Kabupaten Subang
Menjadi Relasi Bisnis Dalam Pemasaran Produk
B. Adanya Tren Mengkonsumsi Makanan dan Minuman Berbahan
Alami dan Meningkatnya Pengetahuan Masyarakat Tentang Gizi
C. Pertumbuhan Penduduk
D. Adanya Permintaan Dari Masyarakat untuk Produk Sari Buah Yang
Praktis dan Cepat Saji.
E. B2PTTG Lipi Subang sebagai Pusat Pengembangan Teknologi
Tepat Guna
F. Produk Substitusi/Pengganti yang Lebih Murah
G. Adanya Perdagangan Bebas (AFTA)
H. Tingkat Inflasi yang Cukup Tinggi
I. Perusahaan Pesaing Memiliki Jaringan Distribusi yang Lebih Luas
J. Kenaikan Harga Gula
Total
A
B
2
3
C
3
D
2
E
3
F
1
G
3
H
2
I
2
J
1
3
2
2
2
3
2
2
2
21
0,129
1
1
3
1
2
2
3
1
2
1
2
1
2
10
22
0,061
0,135
2
3
2
1
1
17
0,104
3
2
1
2
1
2
2
1
1
2
22
10
12
16
14
163
0,135
0,061
0,074
0,098
0,086
1
3
1
2
3
2
1
3
2
3
1
1
2
1
2
1
1
1
1
3
2
2
3
2
2
1
1
1
2
3
1
1
2
2
1
1
1
1
2
3
2
1
2
1
Total Bobot
19
0,117
1,000
132
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
B. Perhitungan Bobot pada Faktor Internal
Pakar 1
Faktor Internal
A
A. Memiliki Brand Image yang Cukup Kuat sebagai Produk Jus
Jambu di Wilayah Kota Subang
B. Produk Sari Buah Asli dan Memiliki Mutu Produk yang Baik
C. Peralatan Produksi yang Modern
D. Produk Memiliki Kelengkapan Perizinan dan Dilengkapi
Barcode
E. Memiliki Pengalaman dalam Pembuatan Jus Jambu Sejak Tahun
1988
F. Memiliki Sistem Administrasi dan Keuangan yang
Terkomputerisasi
G. Promosi yang Kurang Gencar
H. Manajemen yang Kurang Fokus
I.
Jaringan Distribusi yang Belum Luas
J. Lokasi Pabrik Masih Menyatu dengan Kantor B2PTTG LIPI
Subang
K. Kemasan Produk Sama dengan Produk Substitusi/Pengganti
Total
B
1
C
3
D
1
E
1
F
3
G
1
H
1
I
3
J
1
K
1
Total
16
Bobot
0,080
2
2
1
3
2
1
3
3
3
1
1
1
1
1
1
1
2
3
1
1
1
1
1
1
17
14
18
0,085
0,070
0,090
3
1
1
1
1
1
15
0,075
1
1
1
1
1
12
0,060
2
3
3
1
2
1
1
2
1
3
24
24
17
22
0,120
0,120
0,085
0,110
21
200
0,105
1,000
2
1
2
1
2
3
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
2
2
2
3
2
3
2
2
3
3
2
3
2
1
1
1
1
2
2
2
3
2
3
3
1
1
2
2
133
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Pakar 2
Faktor Internal
A
A. Memiliki Brand Image yang Cukup Kuat sebagai Produk Jus
Jambu di Wilayah Kota Subang
B. Produk Sari Buah Asli dan Memiliki Mutu Produk yang Baik
C. Peralatan Produksi yang Modern
D. Produk Memiliki Kelengkapan Perizinan dan Dilengkapi
Barcode
E. Memiliki Pengalaman dalam Pembuatan Jus Jambu Sejak Tahun
1988
F. Memiliki Sistem Administrasi dan Keuangan yang
Terkomputerisasi
G. Promosi yang Kurang Gencar
H. Manajemen yang Kurang Fokus
I.
Jaringan Distribusi yang Belum Luas
J. Lokasi Pabrik Masih Menyatu dengan Kantor B2PTTG LIPI
Subang
K. Kemasan Produk Sama dengan Produk Substitusi/Pengganti
Total
B
3
C D E
3 2 2
F
3
G H I
2 2 2
J
2
K
2
3
3
3
3
1
1
2
2
1
2
3
2
2
3
3
3
3
1
1
2
1
1
3
2
1
2
2
2
Total
23
Bobot
0,101
2
3
2
23
18
23
0,101
0,079
0,101
1
1
16
0,070
2
1
1
13
0,057
2
3
3
3
3
2
3
3
1
24
26
21
20
0,105
0,114
0,092
0,088
21
228
0,092
1,000
2
1
2
1
2
3
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
2
2
2
3
2
3
2
2
3
3
2
3
2
1
1
1
1
2
2
2
3
2
3
3
1
1
2
2
134
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
Pakar 3
Faktor Internal
A
A. Memiliki Brand Image yang Cukup Kuat sebagai Produk Jus
Jambu di Wilayah Kota Subang
B. Produk Sari Buah Asli dan Memiliki Mutu Produk yang Baik
C. Peralatan Produksi yang Modern
D. Produk Memiliki Kelengkapan Perizinan dan Dilengkapi
Barcode
E. Memiliki Pengalaman dalam Pembuatan Jus Jambu Sejak Tahun
1988
F. Memiliki Sistem Administrasi dan Keuangan yang
Terkomputerisasi
G. Promosi yang Kurang Gencar
H. Manajemen yang Kurang Fokus
I.
Jaringan Distribusi yang Belum Luas
J. Lokasi Pabrik Masih Menyatu dengan Kantor B2PTTG LIPI
Subang
K. Kemasan Produk Sama dengan Produk Substitusi/Pengganti
Total
B
2
C D E
2 2 2
F
3
G H I
2 2 3
J
3
K
3
2
3
2
3
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
Total
24
Bobot
0,098
3
3
3
25
21
25
0,102
0,085
0,102
3
3
21
0,085
2
3
2
18
0,073
3
3
3
3
2
3
3
2
2
25
26
19
21
0,102
0,106
0,077
0,085
21
246
0,085
1,000
2
1
2
1
2
3
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
2
2
2
3
2
3
2
2
3
3
2
3
2
1
1
1
1
2
2
2
3
2
3
3
1
1
2
2
135
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
C. Penilaian Rata-Rata Bobot Faktor Eksternal PT. Lipisari Patna
Faktor Eksternal
A. Instansi Pemerintah Dan Pihak Swasta di
Kabupaten Subang Menjadi Relasi Bisnis Dalam
Pemasaran Produk
B. Adanya Tren Mengkonsumsi Makanan dan
Minuman Berbahan Alami dan Meningkatnya
Pengetahuan Masyarakat Tentang Gizi
C. Pertumbuhan Penduduk
D. Adanya Permintaan Dari Masyarakat untuk
Produk Sari Buah Yang Praktis dan Cepat Saji.
E. B2PTTG
Lipi
Subang
sebagai
Pusat
Pengembangan Teknologi Tepat Guna
F. Produk Substitusi/Pengganti yang Lebih Murah
G. Adanya Perdagangan Bebas (AFTA)
H. Tingkat Inflasi yang Cukup Tinggi
Perusahaan Pesaing Memiliki Jaringan Distribusi
yang Lebih Luas
J. Kenaikan Harga Gula
Pakar
1
Pakar
2
Pakar
3
Ratarata
0,109
0,080
0,117
0,102
0,132
0,075
0,123
0,086
0,129
0,061
0,128
0,074
0,126
0,147
0,135
0,136
0,109
0,144
0,069
0,063
0,092
0,141
0,067
0,067
0,104
0,135
0,061
0,074
0,102
0,140
0,066
0,068
0,098
0,075
1,000
0,104
0,092
1,000
0,098
0,086
1,000
0,100
0,084
1,000
I.
Total
K. Penilaian Rata-Rata Bobot Faktor Internal PT. Lipisari Patna
Faktor Internal
A. Memiliki Brand Image yang Cukup Kuat sebagai
Produk Jus Jambu di Wilayah Kota Subang
B. Produk Sari Buah Asli dan Memiliki Mutu
Produk yang Baik
C. Peralatan Produksi yang Modern
D. Produk Memiliki Kelengkapan Perizinan dan
Dilengkapi Barcode
E. Memiliki Pengalaman dalam Pembuatan Jus
Jambu Sejak Tahun 1988
F. Memiliki Sistem Administrasi dan Keuangan
yang Terkomputerisasi
G. Promosi yang Kurang Gencar
H. Manajemen yang Kurang Fokus
I.
Jaringan Distribusi yang Belum Luas
J. Lokasi Pabrik Masih Menyatu dengan Kantor
B2PTTG LIPI Subang
K. Kemasan Produk Sama dengan Produk
Substitusi/Pengganti
Total
Pakar
1
Pakar
2
Pakar
3
Ratarata
0,080
0,101
0,098
0,093
0,085
0,070
0,101
0,079
0,102
0,085
0,096
0,078
0,090
0,101
0,102
0,098
0,075
0,070
0,085
0,077
0,060
0,120
0,120
0,085
0,057
0,105
0,114
0,092
0,073
0,102
0,106
0,077
0,063
0,109
0,113
0,085
0,110
0,088
0,085
0,094
0,105
1,000
0,092
1,000
0,085
1,000
0,094
1,000
136
Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.
L. Perhitungan Rata-Rata Rating pada Eksternal PT. Lipisari Patna
Faktor Eksternal
A. Instansi Pemerintah Dan Pihak Swasta di
Kabupaten Subang Menjadi Relasi Bisnis Dalam
Pemasaran Produk
B. Adanya Tren Mengkonsumsi Makanan dan
Minuman Berbahan Alami dan Meningkatnya
Pengetahuan Masyarakat Tentang Gizi
C. Pertumbuhan Penduduk
D. Adanya Permintaan Dari Masyarakat untuk
Produk Sari Buah Yang Praktis dan Cepat Saji.
E. B2PTTG
Lipi
Subang
sebagai
Pusat
Pengembangan Teknologi Tepat Guna
F. Produk Substitusi/Pengganti yang Lebih Murah
G. Adanya Perdagangan Bebas (AFTA)
H. Tingkat Inflasi yang Cukup Tinggi
Perusahaan Pesaing Memiliki Jaringan Distribusi
yang Lebih Luas
J. Kenaikan Harga Gula
Pakar
1
Pakar
2
Pakar
3
Ratarata
3
2
2
2,3
3
2
3
3
3
1
3,0
2,0
4
2
2
2,7
4
2
2
2
4
2
3
3
3
1
2
2
3,7
1,7
2,3
2,3
1
2
2
2
2
2
1,7
2,0
I.
K. Perhitungan Rata-Rata Rating pada Internal PT. Lipisari Patna
Pakar Pakar Pakar
Faktor Internal
A. Memiliki Brand Image yang Cukup Kuat sebagai
Produk Jus Jambu di Wilayah Kota Subang
B. Produk Sari Buah Asli dan Memiliki Mutu
Produk yang Baik
C. Peralatan Produksi yang Modern
D. Produk Memiliki Kelengkapan Perizinan dan
Dilengkapi Barcode
E. Memiliki Pengalaman dalam Pembuatan Jus
Jambu Sejak Tahun 1988
F. Memiliki Sistem Administrasi dan Keuangan
yang Terkomputerisasi
G. Promosi yang Kurang Gencar
H. Manajemen yang Kurang Fokus
I.
Jaringan Distribusi yang Belum Luas
J. Lokasi Pabrik Masih Menyatu dengan Kantor
B2PTTG LIPI Subang
K. Kemasan Produk Sama dengan Produk
Substitusi/Pengganti
1
2
3
Ratarata
3
4
4
3,7
4
4
3
4
4
4
3,7
4,0
4
3
4
3,7
4
4
4
4,0
3
1
1
2
3
1
1
1
3
1
1
2
3,0
1,0
1,0
1,7
1
1
2
1,3
1
1
2
1,3
137
Download