PENGARUH SHALAT DALAM MENURUNKAN TINGKAT ANSIETAS DAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 Naskah Publikasi Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta UMY KARTIKA 20131050005 PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015 PENGARUH SHALAT DALAM MENURUNKAN TINGKAT ANSIETAS DAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 Umy Kartika, Elsye Maria Rosa, Iman Permana, Yanuar Primanda Program Studi Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Abstrak Latar belakang: Penatalaksanaan DM dapat dilakukan dengan perawatan mandiri yang optimal, salah satunya melalui koping yang sehat. Shalat dapat membantu pencapaian koping yang sehat dengan cara mempromosikan relaksasi dan menurunkan kecemasan sehingga berdampak pada kontrol glikemik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh shalat terhadap tingkat ansietas dan kadar glukosa darah. Metode: Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan pre-post test without control group design. Sebanyak 12 orang responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini dipilih menggunakan teknik consecutive sampling. Responden diberikan intervensi shalat lima waktu selama lima hari kemudian diukur tingkat ansietas dan kadar glukosa darah. Analisis data yang digunakan adalah Wilcoxon Sign Rank Test, Friedman Test, dan Mann Whitney. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa shalat mampu menurunkan tingkat ansietas (p=0,003, mean rank= 6,00-0,00) dan kadar glukosa darah (p=0,002, mean rank= 6,50-0,00). Faktor usia, diit, dan dosis insulin juga mempengaruhi tingkat ansietas dan kadar glukosa darah pasien. Kesimpulan: Shalat dapat menurunkan tingkat ansietas dan kadar glukosa darah pada klien DM tipe 2. Perawat seharusnya memfasilitasi pasien untuk melaksanakan shalat lima waktu dan tetap memperhatikan faktor usia, diit, dan dosis insulin. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan memodifikasi metode penelitian menjadi mixed methods. Kata Kunci: Shalat, tingkat ansietas, kadar glukosa darah, DM tipe 2. Korespondensi: Umy Kartika, Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Email: [email protected] 1 THE EFFECT OF SHALAT IN REDUCING THE LEVEL OF ANXIETY AND BLOOD GLUCOSE LEVELS IN PATIENT WITH TYPE 2 DIABETES MELLITUS Umy Kartika, Elsye Maria Rosa, Iman Permana, Yanuar Primanda Master of Nursing UMY Abstract Background: DM management can be performed with optimal self-care, one of them through healthy coping. Shalat can help achieved healthy coping with promoted relaxation and reduce anxiety so the impact on glycemic control. The aim of this study was to test the effect of shalat on the level of anxiety and blood glucose levels. Method: The design of this study was quasi experimental design with pre-post test without control group design. Twelve persons were participated in this protocol study through consecutive sampling. Respondents were given the intervention of shalat five times for five days and then measured levels of anxiety and blood glucose levels. The data was analyzed by using Wilcoxon Sign Rank Test, Friedman Test, and Mann Whitney. Result: The result of this study showed that shalat decreased the level of anxiety (p = 0.003, mean rank= 6,00-0,00) and the blood glucose level (p = 0.002, mean rank= 6,50-0,00). The patient’s age, diet, and insulin dose were also influence the patient’s level of anxiety and blood glucose. Conclusion: Shalat can decrease the level of anxiety and blood glucose in patient with type 2 diabetes mellitus. Nurses are sugested to fasilitate the patient to shalat five times a day and concern to patient’s age, diet, and insulin dose. Further research can be modified the method by using mixed methods. Key words: Shalat, level of anxiety, blood glucose levels, DM type 2. Pendahuluan Stres, ansietas, dan depresi dan keyakinan agama, serta aktivitas merupakan masalah kesehatan yang keagamaan sering terjadi pada pasien diabetes pencapaian koping yang sehat (Quinn, (IDDT, 2013). Kondisi stres, ansietas, 2001). Salah satu bentuk praktek dan depresi yang berkepanjangan keagamaan dapat meningkatkan resiko terjadinya antara seseorang dengan Tuhannya, komplikasi. menyerahkan Namun, komplikasi dapat yang membantu menghubungkan segala perkara dan diabetes dapat diturunkan atau dicegah memohon ketentraman, ketenangan, dengan serta perawatan mandiri yang keselamatan dalam optimal (Watkins et al, 2013). Spiritual 2 lindungan-Nya adalah shalat (Ahmad, Beberapa penelitian tentang manfaat 2007). shalat diantaranya dilakukan oleh Berdasarkan konsep Doufesh, et al, (2013) tentang multidimensional of religiosity dari hubungan shalat dengan aktivitas Hassan (2007), shalat adalah bagian sistem saraf otonom diperoleh bahwa dari agama yang termasuk dimensi selama shalat, aktivitas parasimpatis ritual, tetapi shalat bisa merambah ke meningkat dimensi yang lain yaitu ideologis, menurun. Oleh karena itu, praktik devosional (pengabdian), eksperiential shalat (spiritual), dan konsekuensial. Shalat mempromosikan menjadi mengurangi stres dan kecemasan, dan lintas merupakan kewajiban dimensi salah bagi sehingga sekaligus satu bentuk setiap Muslim, dilarang meninggalkannya untuk walaupun dalam dan teratur mengurangi aktivitas dapat simpatis membantu relaksasi, risiko kardiovaskular (Haque & Ghosh, 2013). Pentingnya spiritual dan religi sebagai faktor-faktor yang dapat kondisi sakit, selama akalnya masih mempengaruhi perawatan diri pasien baik (Syamhudi, 2009). termasuk pasien diabetes, karena Konsep pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara spiritual dan pasien DM yang melaksanakan shalat religi dalam kontrol glikemik (Newlin, secara mengalami 2008) dan adanya korelasi positif peningkatan kesejahteraan spiritualitas antara religi dengan kualitas kesehatan yang pada pasien dengan diabetes (Watkins, teratur akan berdampak aktivasi jalur pada HPA. et al, 2013; Alzahrani dan Sehlo, Akibatnya terjadi penurunan pelepasan 2013). Melihat manfaat pelaksanaan epineprin yang shalat dan masih banyaknya pasien tingkat beragama Islam yang meninggalkan ansietas dan kadar glukosa darah. shalat selama perawatan di klinik, serta Konsep penelitian melihat bahwa masih sedikit penelitian tentang shalat selain untuk memenuhi kewajiban terhadap tingkat ansietas dan kadar sebagai seorang Muslim, shalat juga glukosa darah pada pasien DM, maka dipercaya bermanfaat bagi kesehatan. peneliti dan menyebabkan SAM penurunan dan kortisol penurunan merasa perlu untuk 3 mengidentifikasi pengaruh shalat confounding dalam penelitian ini yaitu dalam menurunkan tingkat ansietas usia, jenis kelamin, diit, dosis insulin, dan kadar glukosa darah pada pasien dan penyakit komplikasi. DM tipe 2. Instrumen penelitian Penelitian ini merupakan metode eksperimental, menggunakan quasi dilakukan data dengan menggunakan kuesioner skala stres Metode Penelitian penelitian pengumpulan (DASS), log book pemenuhan dengan kebutuhan spiritual, hasil pemeriksaan experiment, laboratorium glukosa darah sewaktu, dengan rancangan yang digunakan serta adalah pre-post test without control Terkait etika penelitian, Responden group design (Arikunto, 2006). Pada dilindungi penelitian ini kelompok dilakukan aspek self determination, privasi, penilaian tingkat ansietas dan kadar anonymity, informed consent, dan glukosa darah sebelum dan setelah protection from discomfort (Polit & diberikan intervensi. Hungler, 2005). Sebanyak 12 orang responden lembar pengumpulan dengan Penelitian ini data. menperhatikan masih terdapat berpartisipasi dalam penelitian ini beberapa keterbatasan. Keterbatasan dipilih teknik dalam penelitian ini adalah tidak Responden adanya kelompok kontrol, jumlah menggunakan consecutive sampling. diberikan intervensi shalat lima waktu sampel kecil, belum optimalnya selama lima hari kemudian diukur pengendalian variabel pengganggu, tingkat ansietas dan kadar glukosa dan instrumen pengukuran tingkat darah. Analisis data yang digunakan ansietas yang belum optimal dalam adalah Wilcoxon Sign Rank Test, menggambarkan respon emosional. Friedman Test, dan Mann Whitney. Variabel independen dalam penelitian ini adalah shalat, sedangkan Hasil Penelitian Pengumpulan data penelitian variabel dependen dalam penelitian ini dilakukan selama bulan Oktober 2015 adalah tingkat ansietas dan kadar di RSI Klaten, Jawa Tengah. Berikut glukosa hasil analisis bivariat dan multivariat. darah. Terdapat variabel 4 1. Analisis Bivariat dapat mempengaruhi tingkat ansietas Tabel 1. Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank Test Tingkat Ansietas dan KGD Responden Sebelum dan Setelah Shalat pada Pasien DM Tipe 2 di IRNA RSI Klaten Bulan Oktober 2015 dan kadar glukosa darah. Tabel di atas menunjukkan p value untuk tingkat ansietas p=0,003 Tabel 4. Hasil Uji Mann Whitney Jenis Kelamin dan Ada Tidaknya Penyakit Komplikasi dengan Tingkat Ansietas Setelah Shalat pada Pasien DM Tipe 2 di IRNA RSI Klaten Bulan Oktober 2015 Tabel 5. Hasil Uji Mann Whitney Jenis Kelamin dan Ada Tidaknya Penyakit Komplikasi dengan KGD Setelah Shalat pada Pasien DM Tipe 2 di IRNA RSI Klaten Bulan Oktober 2015 dan untuk KGD p=0,002. Oleh karena p value<0,05, dengan demikian dapat diartikan perbedaan Ha diterima yang atau bermakna ada antara Tabel 4 dan 5 menunjukkan p tingkat ansietas dan KGD sebelum value untuk kedua variabel p>0,05. dan setelah shalat. Dengan demikian dapat diartikan 2. Analisis Multivariat bahwa jenis kelamin dan penyakit Tabel 2. Hasil Uji Friedman Test Usia, Diit, dan Dosis Insulin dengan Tingkat Ansietas Setelah Shalat pada Pasien DM Tipe 2 di IRNA RSI Klaten Bulan Oktober 2015 komplikasi tidak mempengaruhi tingkat ansietas maupun kadar glukosa darah. Pembahasan Tabel 3. Hasil Uji Friedman Test Usia, Diit, dan dosis Insulin dengan KGD Setelah Shalat pada Pasien DM Tipe 2 di IRNA RSI Klaten Bulan Oktober 2015 1. Pengaruh Shalat Terhadap Tingkat Ansietas Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna Tabel 2 dan 3 menunjukkan p antara tingkat ansietas sebelum value<0,05. Sehingga dapat diartikan dan setelah shalat (p=0,003). bahwa usia, diit, dan dosis insulin Stres, ansietas, dan depresi 5 merupakan masalah kesehatan (Mardiyono yang sering terjadi pada pasien Wibisono (2006) dalam Cahyani diabetes (IDDT, 2013). Hawari (2014) juga menjelaskan bahwa (2002) dalam Wahyuni (2012) ada hubungan yang signifikan juga menyatakan bahwa pada antara keteraturan menjalankan penderita shalat diabetes umumnya mellitus mengalami rasa et al, dengan Semakin 2011). kecemasan. teratur seseorang cemas terhadap segala hal yang menjalankan shalat, maka berhubungan dengan makin rendah kecemasannya diabetesnya. Perasaan cemas dan demikian pula sebaliknya. terhadap kadar glukosa darah Shalat memiliki kemampuan yang harus selalu dikontrol agar untuk mengurangi kecemasan tidak terjadi kenaikan glukosa karena terdapat lima unsur di darah. Penatalaksanaan ansietas dalamnya, yaitu: meditasi atau pada tahap pencegahaan dan do’a yang teratur, minimal lima terapi memerlukan suatu kali sehari; relaksasi melalui metode pendekatan yang gerakan-gerakan shalat; hetero bersifat holistik, yaitu atau auto sugesti dalam bacaan mencakup fisik (somatik), shalat; group-therapy dalam psikologik atau psikiatrik, shalat jama’ah, hydro dan psikososial dan psikoreligius therapy dalam wudhu sebelum (Hawari, 2008). shalat (Wibisono, 2006 dalam Fatihilkamal et al (2011) berpendapat mampu bahwa shalat mengurangi stressor dan meningkatkan kesiapan diri untuk menghadapi kehidupan. Sehingga, Cahyani, 2014). 2. Pengaruh shalat terhadap Kadar Glukosa Darah (KGD) Hasil penelitian pada tabel realita 1 menunjukkan bahwa ada shalat perbedaan yang dapat menjadi salah satu bentuk antara terapi dalam setelah shalat ansietas Peneliti berasumsi psikoreligius penatalaksanaan KGD bermakna sebelum dan (p=0,002). bahwa 6 adanya perbedaan tersebut terjadi karena dalam secara menunjukkan adanya hubungan khusyuk dan teratur disamping antara spiritual dan religi dalam pemberian terapi insulin, dan kontrol glikemik. Penelitian lain pengaturan jumlah kalori diit. yang dapat pelaksanaan shalat Newlin (2008) dan Singh (2012) Langkah pertama dalam pengelolaan diabetes penelitiannya terkait juga memperlihatkan adalah yang adanya korelasi positif antara religi dan penanganan non farmakologis spiritual berupa edukasi, perencanaan kesehatan pada pasien dengan makan, fisik diabetes, Jika memperlihatkan nilai HbA1c pengendalian diabetes belum yang lebih rendah pada pasien tercapai, dilanjutkan dengan kesejahteraan spiritual dengan penanganan yang lebih tinggi (Parsian dan farmakologis. Penanganan Dunning, 2009; Polzer dan farmakologis dapat langsung Miles, 2007; Unantenne, et al, diberikan pada keadaan tertentu 2011; Watkins, et al, 2013; yang Alzahrani dan Sehlo, 2013). dan (Perkeni, latihan 2011). maka membutuhkan pengelolaan KGD. Pada 3. penelitian dilakukan ini, intervensi komplementer Pengaruh dengan kualitas dengan Faktor Confounding terhadap Tingkat Ansietas dan KGD Setelah Shalat berupa shalat pada pasien Temuan pada penelitian diabetes di luar dari empat pilar ini menunjukkan bahwa usia penatalaksanaan diabetes. dapat mempengaruhi tingkat Shalat sebagai dimensi ritual ansietas dan KGD setelah dan shalat sebagai terapi spiritual dapat a. Usia (p=0,000). Hasil mempengaruhi perawatan diri penelitian ini sesuai dengan pasien teori yang ada bahwa manusia tersebut diabetes. Pernyataan dikemukakan oleh mengalami penurunan 7 fisiologis setelah umur 40 mempengaruhi KGD. Black tahun. DM tipe 2 sering & muncul manusia menjelaskan rawan peningkatan setelah memasuki umur tersebut. Semakin Hawks, (2009) bahwa kejadian DM pada usia lanjut disebabkan bertambahnya umur, maka oleh risiko menderita DM tipe 2 sensitivitas reseptor insulin, akan terutama penurunan regulasi hormon umur ≥ 45 tahun (kelompok glukagon dan epineprin yang risiko tinggi) (Sustrani dkk, mempengaruhi KGD. meningkat 2004; Perkeni, 2006; dan Tandra, 2007 dalam Rahayu, 2011). b. faktor penurunan Jenis Kelamin Temuan pada penelitian ini menyatakan bahwa jenis Hasil penelitian Sarifah (2008) juga menunjukkan kelamin tidak mempengaruhi tingkat ansietas dan KGD bahwa usia menjadi salah setelah satu menunjukkan faktor yang mempengaruhi dapat shalat. Hal bahwa ini baik tingginya laki-laki maupun perempuan KGD pada pasien DM tipe 2. memiliki kecenderungan yang Usia 55 sampai 64 tahun sama dalam tingkat ansietas termasuk dan KGD melebihi normal. pada kategori kelompok usia lanjut dini. Pada usia ini umumnya Wong dan Achike dalam Setyawati (2010) yang sesuai terjadi perubahan-perubahan dengan dalam kehidupan yang dapat menyatakan bahwa tidak ada menimbulkan individu, penelitian stres pada hubungan sehingga akan kelamin dengan KGD. KGD memunculkan kecemasan yang antara ini meningkat (anxiety). Penurunan fungsi dipengaruhi tubuh hiperosmolaritas, seiring pertambahan usia dengan dapat jenis lebih oleh dimana hiperosmolaritas ini terjadi 8 c. secara degeneratif atau lebih hubungan tingkat kemampuan dipengaruhi oleh faktor usia. mengatur pola makan dengan Hasil penelitian di Indonesia tingkat yang oleh penderita DM tipe II. Pasien Riskesdas pada tahun 2007, DM mempunyai perbedaan yakni prevalensi DM tidak sikap terhadap dirinya dan berbeda menurut kehidupannya kelamin. Hasil dilakukan jenis kecemasan pada termasuk penelitian dalam pola makan karena Riskesdas didapatkan bahwa adanya perubahan fungsi dan prevalensi DM untuk jenis struktur tubuh, seperti sering kelamin dan kencing, perubahan pola tidur, laki-laki hasilnya sama yaitu dan stress. Semakin positif sebesar sikap perempuan 1,1% (Riskesdas, penderita dalam 2007 dalam Rahayu, 2011). menghadapi pengelolaan DM, Diit maka semakin baik praktik Temuan pada penelitian ini menunjukkan jumlah kalori penderita bahwa diit mempengaruhi DM dalam mengikuti pengelolaan DM dapat sehingga gula darahnya tingkat semakin terkontrol. Hal ini ansietas dan KGD setelah membuat tingkat kecemasan shalat. Temuan ini sesuai penderita DM berkurang dengan teori menurut Perkeni (Jazilah dalam Wahyuni (2011) bahwa salah satu dari 2012). empat pilar pengelolaan DM adalah manajemen d. Dosis Insulin nutrisi Temuan pada penelitian yang didalamnya mencakup ini nutrisi, diit, dan pengendalian pemberian berat badan. mempengaruhi Temuan ini juga sesuai dengan hasil menyatakan insulin bahwa dapat tingkat ansietas dan KGD setelah penelitian shalat. Temuan ini sesuai Wahyuni (2012) bahwa ada dengan teori menurut Perkeni 9 (2011) bahwa terapi juga menjadi ansietas dan KGD setelah dalam shalat. Hal ini menunjukkan farmakologi salah satu pilar pengelolaan DM. bahwa tingkat pasien dengan Pemberian terapi insulin diagnosa tunggal DM tipe 2 memang diperlukan dalam dan pasien diabetes dengan pengendalian KGD pasien komplikasi, DM tipe 2. Namun demikian, kecenderungan DM mempunyai kaitan yang untuk erat ansietas dan KGD di atas dengan gaya hidup kurang sehat (ADA, 2015). memiliki yang sama mengalami tingkat normal. Sehingga, penanganan DM Byrum dalam Setyawati tidak cukup hanya dengan (2010) menyatakan bahwa pengobatan stress akibat penyakit kronis atau insulin. Tetapi harus disertai dengan dapat diit, aktifitas fisik ringan hiperglikemia, secara teratur, dan manajemen bukan klien DM. Homeostasis stres yang baik. Seperti terapi metabolik komplementer yang juga turut karena berkontribusi prosedur invasif dan medikasi dalam memicu penatalaksanaan DM tipe 2, terutama terutama Selama dampak e. mempengaruhi untuk mengatasi psikologis seperti terjadinya walaupun dapat berubah injuri, infeksi, kortikosteroid. perubahan metabolik ini, status terjadi kecemasan dan stres, yang peningkatan glukoneogenesis akhirnya dapat ketika mengendalikan KGD memenuhi tubuh berusaha kebutuhan (Lorentz, 2006). metabolik. Seiring dengan Penyakit Komplikasi peningkatan glukosa maka Temuan pada penelitian ini menunjukkan penyakit komplikasi bahwa tidak terjadi pula peningkatan pelepasan insulin. Namun, hal ini menyebabkan insulin 10 endogen tidak efektif dalam seperti faktor keimanan, usia, diit, dan menurunkan KGD (Byrum dosis insulin. dalam Setyawati, 2010). Ucapan Terima Kasih Penulis Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah ada perbedaan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang yang terhormat Dr. Elsye Maria Rosa, bermakna pada tingkat ansietas dan M. Kep, selaku Dosen Pembimbing, kadar glukosa darah sebelum dan Dr. dr. Iman Permana, M. Kes, selaku sesudah diberikan intervensi shalat. Dosen Faktor usia, diit, dan dosis insulin juga Primanda, S.Kep., Ns., MNS, atas mempengaruhi ansietas bimbingan dan arahan berharganya, maupun kadar glukosa darah. Jenis mulai dari penulisan tesis hingga detik kelamin dan penyakit terakhir kelulusan penulis. tingkat komplikasi Penguji, dan Ibu Yanuar tidak mempengaruhi tingkat ansietas dan kadar glukosa darah. Referensi Saran Pentingnya pemberian intervensi spiritual pelaksanaan shalat dengan tetap memperhatikan faktor usia, diit, dan dosis insulin. Perawat sebaiknya melakukan pengkajian terlebih dahulu terkait keyakinan dan kebutuhan spiritual pasien, sehingga pemberian intervensi spiritual dapat dilakukan dengan optimal. berikutnya, kontrol penambahan Bagi penelitian diperlukan kelompok sebagai jumlah pembanding, sampel dan pengendalian variabel confounding Ahmad. 2007. Shalat itu obat: mengungkap rahasia pengobatan dan kesehatan dalam ibadah shalat. Mirqat. Jakarta Alzahrani, H.A & Sehlo, M.G. 2013. The impact of religious connectedness on health-related quality of life in patients with diabetic foot ulcers. J Relig Health. 52:840–850 diakses 13 Juli 2014 dari http://springerlink.com. American Diabetes Association (ADA). 2015. Factors affecting blood glucose. diakses 25 Juni 2015 dari http://www.diabetes.org/ Black, J., & Hawks, J.H. 2009. Medical surgical nursing : Clinical management for positive outcomes. (8th ed.). 11 Vol.1. Elsevier. St. Louis Doufesh, H., et al. 2013. Assessment of heart rates and blood pressure in different salat positions. J. Phys. Ther. Sci. 25: 211–214 diakses 8 Juli 2014 Fatihilkamal, W.M., et al. 2011. Salat and brainwave signal analysis. Jurnal Teknologi. 54:181-192 diakses 23 Desember 2014 Hassan, R. 2007. On being religious: patterns of religious commitment in muslim societies. The Muslim World. Volume 97 diakses 7 Juli 2015 Haque, A. & Ghosh, SS. 2013. Namaz is a very good exercise for whole some development. Global Research Analysis. Volume : 2 | Issue : 11 diakses 25 Juni 2015 Hawari, D. 2008. Manajemen stres cemas dan depresi. Balai Penerbit FKUI. Jakarta Lorentz, M. 2006. Stress and psychoneuroimmunology revisited: Using mind body interventions to reduce stress. Alternative Journal of Nursing. 11:1-11 diakses 5 Januari 2015 Mardiyono, Songwathana, P., & Petpichetchian, W. 2011. Spirituality intervention and outcomes: Corner stone of holistic nursing practice. Nurse Media Journal of Nursing. Volume 1 1:117 – 127 diakses 23 Desember 2014 Newlin, K et al. 2008. Relationships of religion and spirituality to glycemic control in black women with type 2 diabetes. Nurs Res. 57(5):331–339. diakses 25 Juni 2015 dari http://ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni). 2011. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia 2011. Author. Jakarta Quinn, MT, et al. 2001. Addressing religion and spirituality in African Americans with diabetes. Diabetes Educ. 27(5):643–644. 647–648, 655 diakses 25 Juni 2015 dari http://ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ Rahayu, P., dkk. 2011. Hubungan antara faktor karakteristik, hipertensi dan obesitas dengan kejadian diabetes mellitus di rumah sakit umum daerah dr. h. soewondo kendal. Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah Semarang Sarifah, S. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi masih tingginya kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus yang menjalani terapi diabetes mellitus di poliklinik penyakit dalam rsup dr. sardjito yogyakarta. Jurnal Kesehatan Profesional Islami. Vol 7 diakses 1 Juli 2015. Setyawati, A. 2010. Pengaruh relaksasi otogenik terhadap kadar gula darah dan tekanan darah pada klien diabetes mellitus tipe 2 dengan hipertensi di instalasi rawat inap rumah sakit di DIY dan Jawa Tengah. Tesis. Universitas Indonesia. Depok Singh, h., et al. 2012. Support systems for and barriers to diabetes management in south asians and whites in the uk: qualitative study of patients’ perspectives. BMJ Open 2012;2:E001459 diakses 24 November 2015 Wahyuni, R., Arsin, AA., Abdullah, 12 AZ. 2012. Faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada penderita diabetes mellitus tipe ii di rs bhayangkara andi mappa oudang makassar. Naskah Publikasi. Universitas Hasanuddin Makassar Watkins, Y.J., et al. 2013. Spiritual and religious beliefs and practices, and social support's relationship to diabetes self-care activities in African Americans. Diabetes Educ. 39(2):1-13 diakses 17 Juli 2014 13