naskah publikasi - Digital Repository

advertisement
PENGARUH SHALAT DALAM MENURUNKAN TINGKAT ANSIETAS
DAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN
DIABETES MELLITUS TIPE 2
Naskah Publikasi
Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
UMY KARTIKA
20131050005
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
PENGARUH SHALAT DALAM MENURUNKAN TINGKAT ANSIETAS
DAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN
DIABETES MELLITUS TIPE 2
Umy Kartika, Elsye Maria Rosa, Iman Permana, Yanuar Primanda
Program Studi Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Abstrak
Latar belakang: Penatalaksanaan DM dapat dilakukan dengan perawatan mandiri
yang optimal, salah satunya melalui koping yang sehat. Shalat dapat membantu
pencapaian koping yang sehat dengan cara mempromosikan relaksasi dan
menurunkan kecemasan sehingga berdampak pada kontrol glikemik. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh shalat terhadap tingkat ansietas dan
kadar glukosa darah.
Metode: Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan pre-post
test without control group design. Sebanyak 12 orang responden yang
berpartisipasi dalam penelitian ini dipilih menggunakan teknik consecutive
sampling. Responden diberikan intervensi shalat lima waktu selama lima hari
kemudian diukur tingkat ansietas dan kadar glukosa darah. Analisis data yang
digunakan adalah Wilcoxon Sign Rank Test, Friedman Test, dan Mann Whitney.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa shalat mampu menurunkan tingkat
ansietas (p=0,003, mean rank= 6,00-0,00) dan kadar glukosa darah (p=0,002,
mean rank= 6,50-0,00). Faktor usia, diit, dan dosis insulin juga mempengaruhi
tingkat ansietas dan kadar glukosa darah pasien.
Kesimpulan: Shalat dapat menurunkan tingkat ansietas dan kadar glukosa darah
pada klien DM tipe 2. Perawat seharusnya memfasilitasi pasien untuk
melaksanakan shalat lima waktu dan tetap memperhatikan faktor usia, diit, dan
dosis insulin. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan memodifikasi metode
penelitian menjadi mixed methods.
Kata Kunci: Shalat, tingkat ansietas, kadar glukosa darah, DM tipe 2.
Korespondensi:
Umy Kartika, Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Email: [email protected]
1
THE EFFECT OF SHALAT IN REDUCING THE LEVEL OF ANXIETY
AND BLOOD GLUCOSE LEVELS IN PATIENT WITH TYPE 2
DIABETES MELLITUS
Umy Kartika, Elsye Maria Rosa, Iman Permana, Yanuar Primanda
Master of Nursing UMY
Abstract
Background: DM management can be performed with optimal self-care, one of
them through healthy coping. Shalat can help achieved healthy coping with
promoted relaxation and reduce anxiety so the impact on glycemic control. The
aim of this study was to test the effect of shalat on the level of anxiety and blood
glucose levels.
Method: The design of this study was quasi experimental design with pre-post
test without control group design. Twelve persons were participated in this
protocol study through consecutive sampling. Respondents were given the
intervention of shalat five times for five days and then measured levels of anxiety
and blood glucose levels. The data was analyzed by using Wilcoxon Sign Rank
Test, Friedman Test, and Mann Whitney.
Result: The result of this study showed that shalat decreased the level of anxiety (p
= 0.003, mean rank= 6,00-0,00) and the blood glucose level (p = 0.002, mean
rank= 6,50-0,00). The patient’s age, diet, and insulin dose were also influence the
patient’s level of anxiety and blood glucose.
Conclusion: Shalat can decrease the level of anxiety and blood glucose in patient
with type 2 diabetes mellitus. Nurses are sugested to fasilitate the patient to shalat
five times a day and concern to patient’s age, diet, and insulin dose. Further
research can be modified the method by using mixed methods.
Key words: Shalat, level of anxiety, blood glucose levels, DM type 2.
Pendahuluan
Stres,
ansietas,
dan
depresi
dan keyakinan agama, serta aktivitas
merupakan masalah kesehatan yang
keagamaan
sering terjadi pada pasien diabetes
pencapaian koping yang sehat (Quinn,
(IDDT, 2013). Kondisi stres, ansietas,
2001). Salah satu bentuk praktek
dan depresi yang berkepanjangan
keagamaan
dapat meningkatkan resiko terjadinya
antara seseorang dengan Tuhannya,
komplikasi.
menyerahkan
Namun,
komplikasi
dapat
yang
membantu
menghubungkan
segala
perkara
dan
diabetes dapat diturunkan atau dicegah
memohon ketentraman, ketenangan,
dengan
serta
perawatan
mandiri
yang
keselamatan
dalam
optimal (Watkins et al, 2013). Spiritual
2
lindungan-Nya adalah shalat (Ahmad,
Beberapa penelitian tentang manfaat
2007).
shalat diantaranya dilakukan oleh
Berdasarkan
konsep
Doufesh,
et
al,
(2013)
tentang
multidimensional of religiosity dari
hubungan shalat dengan aktivitas
Hassan (2007), shalat adalah bagian
sistem saraf otonom diperoleh bahwa
dari agama yang termasuk dimensi
selama shalat, aktivitas parasimpatis
ritual, tetapi shalat bisa merambah ke
meningkat
dimensi yang lain yaitu ideologis,
menurun. Oleh karena itu, praktik
devosional (pengabdian), eksperiential
shalat
(spiritual), dan konsekuensial. Shalat
mempromosikan
menjadi
mengurangi stres dan kecemasan, dan
lintas
merupakan
kewajiban
dimensi
salah
bagi
sehingga
sekaligus
satu
bentuk
setiap
Muslim,
dilarang
meninggalkannya
untuk
walaupun
dalam
dan
teratur
mengurangi
aktivitas
dapat
simpatis
membantu
relaksasi,
risiko
kardiovaskular
(Haque & Ghosh, 2013).
Pentingnya spiritual dan religi
sebagai
faktor-faktor
yang
dapat
kondisi sakit, selama akalnya masih
mempengaruhi perawatan diri pasien
baik (Syamhudi, 2009).
termasuk
pasien
diabetes,
karena
Konsep pada penelitian ini adalah
terdapat hubungan antara spiritual dan
pasien DM yang melaksanakan shalat
religi dalam kontrol glikemik (Newlin,
secara
mengalami
2008) dan adanya korelasi positif
peningkatan kesejahteraan spiritualitas
antara religi dengan kualitas kesehatan
yang
pada pasien dengan diabetes (Watkins,
teratur
akan
berdampak
aktivasi
jalur
pada
HPA.
et al, 2013; Alzahrani dan Sehlo,
Akibatnya terjadi penurunan pelepasan
2013). Melihat manfaat pelaksanaan
epineprin
yang
shalat dan masih banyaknya pasien
tingkat
beragama Islam yang meninggalkan
ansietas dan kadar glukosa darah.
shalat selama perawatan di klinik, serta
Konsep penelitian melihat bahwa
masih sedikit penelitian tentang shalat
selain untuk memenuhi kewajiban
terhadap tingkat ansietas dan kadar
sebagai seorang Muslim, shalat juga
glukosa darah pada pasien DM, maka
dipercaya bermanfaat bagi kesehatan.
peneliti
dan
menyebabkan
SAM
penurunan
dan
kortisol
penurunan
merasa
perlu
untuk
3
mengidentifikasi
pengaruh
shalat
confounding dalam penelitian ini yaitu
dalam menurunkan tingkat ansietas
usia, jenis kelamin, diit, dosis insulin,
dan kadar glukosa darah pada pasien
dan penyakit komplikasi.
DM tipe 2.
Instrumen
penelitian
Penelitian ini merupakan metode
eksperimental,
menggunakan
quasi
dilakukan
data
dengan
menggunakan kuesioner skala stres
Metode Penelitian
penelitian
pengumpulan
(DASS),
log
book
pemenuhan
dengan
kebutuhan spiritual, hasil pemeriksaan
experiment,
laboratorium glukosa darah sewaktu,
dengan rancangan yang digunakan
serta
adalah pre-post test without control
Terkait etika penelitian, Responden
group design (Arikunto, 2006). Pada
dilindungi
penelitian ini kelompok dilakukan
aspek self determination, privasi,
penilaian tingkat ansietas dan kadar
anonymity, informed consent, dan
glukosa darah sebelum dan setelah
protection from discomfort (Polit &
diberikan intervensi.
Hungler, 2005).
Sebanyak 12 orang responden
lembar
pengumpulan
dengan
Penelitian
ini
data.
menperhatikan
masih
terdapat
berpartisipasi dalam penelitian ini
beberapa keterbatasan. Keterbatasan
dipilih
teknik
dalam penelitian ini adalah tidak
Responden
adanya kelompok kontrol, jumlah
menggunakan
consecutive
sampling.
diberikan intervensi shalat lima waktu
sampel
kecil,
belum
optimalnya
selama lima hari kemudian diukur
pengendalian variabel pengganggu,
tingkat ansietas dan kadar glukosa
dan instrumen pengukuran tingkat
darah. Analisis data yang digunakan
ansietas yang belum optimal dalam
adalah Wilcoxon Sign Rank Test,
menggambarkan respon emosional.
Friedman Test, dan Mann Whitney.
Variabel
independen
dalam
penelitian ini adalah shalat, sedangkan
Hasil Penelitian
Pengumpulan
data
penelitian
variabel dependen dalam penelitian ini
dilakukan selama bulan Oktober 2015
adalah tingkat ansietas dan kadar
di RSI Klaten, Jawa Tengah. Berikut
glukosa
hasil analisis bivariat dan multivariat.
darah.
Terdapat
variabel
4
1. Analisis Bivariat
dapat mempengaruhi tingkat ansietas
Tabel 1. Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank Test Tingkat
Ansietas dan KGD Responden Sebelum dan
Setelah Shalat pada Pasien DM Tipe 2 di IRNA
RSI Klaten Bulan Oktober 2015
dan kadar glukosa darah.
Tabel di atas menunjukkan p
value untuk tingkat ansietas p=0,003
Tabel 4. Hasil Uji Mann Whitney Jenis Kelamin
dan Ada Tidaknya Penyakit Komplikasi dengan
Tingkat Ansietas Setelah Shalat pada Pasien DM
Tipe 2 di IRNA RSI Klaten Bulan Oktober 2015
Tabel 5. Hasil Uji Mann Whitney Jenis Kelamin
dan Ada Tidaknya Penyakit Komplikasi dengan
KGD Setelah Shalat pada Pasien DM Tipe 2 di
IRNA RSI Klaten Bulan Oktober 2015
dan untuk KGD p=0,002. Oleh karena
p value<0,05, dengan demikian dapat
diartikan
perbedaan
Ha
diterima
yang
atau
bermakna
ada
antara
Tabel 4 dan 5 menunjukkan p
tingkat ansietas dan KGD sebelum
value untuk kedua variabel p>0,05.
dan setelah shalat.
Dengan demikian dapat diartikan
2. Analisis Multivariat
bahwa jenis kelamin dan penyakit
Tabel 2. Hasil Uji Friedman Test Usia, Diit, dan
Dosis Insulin dengan Tingkat Ansietas Setelah
Shalat pada Pasien DM Tipe 2 di IRNA RSI Klaten
Bulan Oktober 2015
komplikasi
tidak
mempengaruhi
tingkat ansietas maupun kadar glukosa
darah.
Pembahasan
Tabel 3. Hasil Uji Friedman Test Usia, Diit, dan
dosis Insulin dengan KGD Setelah Shalat pada
Pasien DM Tipe 2 di IRNA RSI Klaten Bulan
Oktober 2015
1.
Pengaruh
Shalat
Terhadap
Tingkat Ansietas
Hasil penelitian pada tabel
1 menunjukkan bahwa ada
perbedaan
yang
bermakna
Tabel 2 dan 3 menunjukkan p
antara tingkat ansietas sebelum
value<0,05. Sehingga dapat diartikan
dan setelah shalat (p=0,003).
bahwa usia, diit, dan dosis insulin
Stres, ansietas, dan depresi
5
merupakan masalah kesehatan
(Mardiyono
yang sering terjadi pada pasien
Wibisono (2006) dalam Cahyani
diabetes (IDDT, 2013). Hawari
(2014) juga menjelaskan bahwa
(2002) dalam Wahyuni (2012)
ada hubungan yang signifikan
juga menyatakan bahwa pada
antara keteraturan menjalankan
penderita
shalat
diabetes
umumnya
mellitus
mengalami
rasa
et
al,
dengan
Semakin
2011).
kecemasan.
teratur
seseorang
cemas terhadap segala hal yang
menjalankan
shalat,
maka
berhubungan
dengan
makin rendah kecemasannya
diabetesnya. Perasaan cemas
dan demikian pula sebaliknya.
terhadap kadar glukosa darah
Shalat memiliki kemampuan
yang harus selalu dikontrol agar
untuk mengurangi kecemasan
tidak terjadi kenaikan glukosa
karena terdapat lima unsur di
darah. Penatalaksanaan ansietas
dalamnya, yaitu: meditasi atau
pada tahap pencegahaan dan
do’a yang teratur, minimal lima
terapi
memerlukan
suatu
kali sehari; relaksasi melalui
metode
pendekatan
yang
gerakan-gerakan shalat; hetero
bersifat
holistik,
yaitu
atau auto sugesti dalam bacaan
mencakup
fisik
(somatik),
shalat;
group-therapy
dalam
psikologik
atau
psikiatrik,
shalat
jama’ah,
hydro
dan
psikososial dan psikoreligius
therapy dalam wudhu sebelum
(Hawari, 2008).
shalat (Wibisono, 2006 dalam
Fatihilkamal et al (2011)
berpendapat
mampu
bahwa
shalat
mengurangi
stressor
dan meningkatkan kesiapan diri
untuk
menghadapi
kehidupan.
Sehingga,
Cahyani, 2014).
2.
Pengaruh shalat terhadap Kadar
Glukosa Darah (KGD)
Hasil penelitian pada tabel
realita
1 menunjukkan bahwa ada
shalat
perbedaan
yang
dapat menjadi salah satu bentuk
antara
terapi
dalam
setelah
shalat
ansietas
Peneliti
berasumsi
psikoreligius
penatalaksanaan
KGD
bermakna
sebelum
dan
(p=0,002).
bahwa
6
adanya
perbedaan
tersebut
terjadi
karena
dalam
secara
menunjukkan adanya hubungan
khusyuk dan teratur disamping
antara spiritual dan religi dalam
pemberian terapi insulin, dan
kontrol glikemik. Penelitian lain
pengaturan jumlah kalori diit.
yang
dapat
pelaksanaan
shalat
Newlin (2008) dan Singh (2012)
Langkah pertama dalam
pengelolaan
diabetes
penelitiannya
terkait
juga
memperlihatkan
adalah
yang
adanya
korelasi positif antara religi dan
penanganan non farmakologis
spiritual
berupa edukasi, perencanaan
kesehatan pada pasien dengan
makan,
fisik
diabetes,
Jika
memperlihatkan nilai HbA1c
pengendalian diabetes belum
yang lebih rendah pada pasien
tercapai,
dilanjutkan
dengan kesejahteraan spiritual
dengan
penanganan
yang lebih tinggi (Parsian dan
farmakologis.
Penanganan
Dunning, 2009; Polzer dan
farmakologis dapat langsung
Miles, 2007; Unantenne, et al,
diberikan pada keadaan tertentu
2011; Watkins, et al, 2013;
yang
Alzahrani dan Sehlo, 2013).
dan
(Perkeni,
latihan
2011).
maka
membutuhkan
pengelolaan KGD.
Pada
3.
penelitian
dilakukan
ini,
intervensi
komplementer
Pengaruh
dengan
kualitas
dengan
Faktor
Confounding
terhadap Tingkat Ansietas dan
KGD Setelah Shalat
berupa
shalat
pada
pasien
Temuan pada penelitian
diabetes di luar dari empat pilar
ini menunjukkan bahwa usia
penatalaksanaan
diabetes.
dapat mempengaruhi tingkat
Shalat sebagai dimensi ritual
ansietas dan KGD setelah
dan
shalat
sebagai
terapi
spiritual
dapat
a.
Usia
(p=0,000).
Hasil
mempengaruhi perawatan diri
penelitian ini sesuai dengan
pasien
teori yang ada bahwa manusia
tersebut
diabetes.
Pernyataan
dikemukakan
oleh
mengalami
penurunan
7
fisiologis setelah umur 40
mempengaruhi KGD. Black
tahun. DM tipe 2 sering
&
muncul
manusia
menjelaskan
rawan
peningkatan
setelah
memasuki
umur
tersebut.
Semakin
Hawks,
(2009)
bahwa
kejadian
DM
pada usia lanjut disebabkan
bertambahnya umur, maka
oleh
risiko menderita DM tipe 2
sensitivitas reseptor insulin,
akan
terutama
penurunan regulasi hormon
umur ≥ 45 tahun (kelompok
glukagon dan epineprin yang
risiko tinggi) (Sustrani dkk,
mempengaruhi KGD.
meningkat
2004; Perkeni, 2006; dan
Tandra, 2007 dalam Rahayu,
2011).
b.
faktor
penurunan
Jenis Kelamin
Temuan pada penelitian
ini menyatakan bahwa jenis
Hasil penelitian Sarifah
(2008)
juga
menunjukkan
kelamin tidak mempengaruhi
tingkat ansietas dan KGD
bahwa usia menjadi salah
setelah
satu
menunjukkan
faktor
yang
mempengaruhi
dapat
shalat.
Hal
bahwa
ini
baik
tingginya
laki-laki maupun perempuan
KGD pada pasien DM tipe 2.
memiliki kecenderungan yang
Usia 55 sampai 64 tahun
sama dalam tingkat ansietas
termasuk
dan KGD melebihi normal.
pada
kategori
kelompok usia lanjut dini.
Pada
usia
ini
umumnya
Wong dan Achike dalam
Setyawati (2010) yang sesuai
terjadi perubahan-perubahan
dengan
dalam kehidupan yang dapat
menyatakan bahwa tidak ada
menimbulkan
individu,
penelitian
stres
pada
hubungan
sehingga
akan
kelamin dengan KGD. KGD
memunculkan
kecemasan
yang
antara
ini
meningkat
(anxiety). Penurunan fungsi
dipengaruhi
tubuh
hiperosmolaritas,
seiring
pertambahan
usia
dengan
dapat
jenis
lebih
oleh
dimana
hiperosmolaritas ini terjadi
8
c.
secara degeneratif atau lebih
hubungan tingkat kemampuan
dipengaruhi oleh faktor usia.
mengatur pola makan dengan
Hasil penelitian di Indonesia
tingkat
yang
oleh
penderita DM tipe II. Pasien
Riskesdas pada tahun 2007,
DM mempunyai perbedaan
yakni prevalensi DM tidak
sikap terhadap dirinya dan
berbeda
menurut
kehidupannya
kelamin.
Hasil
dilakukan
jenis
kecemasan
pada
termasuk
penelitian
dalam pola makan karena
Riskesdas didapatkan bahwa
adanya perubahan fungsi dan
prevalensi DM untuk jenis
struktur tubuh, seperti sering
kelamin
dan
kencing, perubahan pola tidur,
laki-laki hasilnya sama yaitu
dan stress. Semakin positif
sebesar
sikap
perempuan
1,1%
(Riskesdas,
penderita
dalam
2007 dalam Rahayu, 2011).
menghadapi pengelolaan DM,
Diit
maka semakin baik praktik
Temuan pada penelitian
ini
menunjukkan
jumlah
kalori
penderita
bahwa
diit
mempengaruhi
DM
dalam
mengikuti pengelolaan DM
dapat
sehingga
gula
darahnya
tingkat
semakin terkontrol. Hal ini
ansietas dan KGD setelah
membuat tingkat kecemasan
shalat. Temuan ini sesuai
penderita
DM
berkurang
dengan teori menurut Perkeni
(Jazilah
dalam
Wahyuni
(2011) bahwa salah satu dari
2012).
empat pilar pengelolaan DM
adalah
manajemen
d.
Dosis Insulin
nutrisi
Temuan pada penelitian
yang didalamnya mencakup
ini
nutrisi, diit, dan pengendalian
pemberian
berat badan.
mempengaruhi
Temuan ini juga sesuai
dengan
hasil
menyatakan
insulin
bahwa
dapat
tingkat
ansietas dan KGD setelah
penelitian
shalat. Temuan ini sesuai
Wahyuni (2012) bahwa ada
dengan teori menurut Perkeni
9
(2011)
bahwa
terapi
juga
menjadi
ansietas dan KGD setelah
dalam
shalat. Hal ini menunjukkan
farmakologi
salah
satu
pilar
pengelolaan DM.
bahwa
tingkat
pasien
dengan
Pemberian terapi insulin
diagnosa tunggal DM tipe 2
memang diperlukan dalam
dan pasien diabetes dengan
pengendalian KGD pasien
komplikasi,
DM tipe 2. Namun demikian,
kecenderungan
DM mempunyai kaitan yang
untuk
erat
ansietas dan KGD di atas
dengan
gaya
hidup
kurang sehat (ADA, 2015).
memiliki
yang sama
mengalami
tingkat
normal.
Sehingga, penanganan DM
Byrum dalam Setyawati
tidak cukup hanya dengan
(2010) menyatakan bahwa
pengobatan
stress akibat penyakit kronis
atau
insulin.
Tetapi harus disertai dengan
dapat
diit, aktifitas fisik ringan
hiperglikemia,
secara teratur, dan manajemen
bukan klien DM. Homeostasis
stres yang baik. Seperti terapi
metabolik
komplementer yang juga turut
karena
berkontribusi
prosedur invasif dan medikasi
dalam
memicu
penatalaksanaan DM tipe 2,
terutama
terutama
Selama
dampak
e.
mempengaruhi
untuk
mengatasi
psikologis
seperti
terjadinya
walaupun
dapat
berubah
injuri,
infeksi,
kortikosteroid.
perubahan
metabolik
ini,
status
terjadi
kecemasan dan stres, yang
peningkatan glukoneogenesis
akhirnya
dapat
ketika
mengendalikan
KGD
memenuhi
tubuh
berusaha
kebutuhan
(Lorentz, 2006).
metabolik. Seiring dengan
Penyakit Komplikasi
peningkatan glukosa maka
Temuan pada penelitian
ini
menunjukkan
penyakit
komplikasi
bahwa
tidak
terjadi
pula
peningkatan
pelepasan insulin. Namun, hal
ini
menyebabkan
insulin
10
endogen tidak efektif dalam
seperti faktor keimanan, usia, diit, dan
menurunkan KGD (Byrum
dosis insulin.
dalam Setyawati, 2010).
Ucapan Terima Kasih
Penulis
Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian
ini
adalah
ada
perbedaan
mengucapkan
terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang
yang terhormat Dr. Elsye Maria Rosa,
bermakna pada tingkat ansietas dan
M. Kep, selaku Dosen Pembimbing,
kadar glukosa darah sebelum dan
Dr. dr. Iman Permana, M. Kes, selaku
sesudah diberikan intervensi shalat.
Dosen
Faktor usia, diit, dan dosis insulin juga
Primanda, S.Kep., Ns., MNS, atas
mempengaruhi
ansietas
bimbingan dan arahan berharganya,
maupun kadar glukosa darah. Jenis
mulai dari penulisan tesis hingga detik
kelamin dan penyakit
terakhir kelulusan penulis.
tingkat
komplikasi
Penguji,
dan
Ibu
Yanuar
tidak mempengaruhi tingkat ansietas
dan kadar glukosa darah.
Referensi
Saran
Pentingnya pemberian intervensi
spiritual pelaksanaan shalat dengan
tetap memperhatikan faktor usia, diit,
dan dosis insulin. Perawat sebaiknya
melakukan pengkajian terlebih dahulu
terkait
keyakinan
dan
kebutuhan
spiritual pasien, sehingga pemberian
intervensi spiritual dapat dilakukan
dengan
optimal.
berikutnya,
kontrol
penambahan
Bagi
penelitian
diperlukan
kelompok
sebagai
jumlah
pembanding,
sampel
dan
pengendalian variabel confounding
Ahmad. 2007. Shalat itu obat:
mengungkap
rahasia
pengobatan dan kesehatan
dalam ibadah shalat. Mirqat.
Jakarta
Alzahrani, H.A & Sehlo, M.G. 2013.
The impact of religious
connectedness on health-related
quality of life in patients with
diabetic foot ulcers. J Relig
Health. 52:840–850 diakses 13
Juli
2014
dari
http://springerlink.com.
American
Diabetes
Association
(ADA). 2015. Factors affecting
blood glucose. diakses 25 Juni
2015
dari
http://www.diabetes.org/
Black, J., & Hawks, J.H. 2009.
Medical surgical nursing :
Clinical
management
for
positive outcomes. (8th ed.).
11
Vol.1. Elsevier. St. Louis
Doufesh, H., et al. 2013. Assessment
of heart rates and blood
pressure in different salat
positions. J. Phys. Ther. Sci. 25:
211–214 diakses 8 Juli 2014
Fatihilkamal, W.M., et al. 2011. Salat
and brainwave signal analysis.
Jurnal Teknologi. 54:181-192
diakses 23 Desember 2014
Hassan, R. 2007. On being religious:
patterns
of
religious
commitment
in
muslim
societies. The Muslim World.
Volume 97 diakses 7 Juli 2015
Haque, A. & Ghosh, SS. 2013. Namaz
is a very good exercise for
whole some development.
Global Research Analysis.
Volume : 2 | Issue : 11 diakses
25 Juni 2015
Hawari, D. 2008. Manajemen stres
cemas dan depresi. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta
Lorentz, M. 2006. Stress and
psychoneuroimmunology
revisited: Using mind body
interventions to reduce stress.
Alternative Journal of Nursing.
11:1-11 diakses 5 Januari 2015
Mardiyono, Songwathana, P., &
Petpichetchian,
W.
2011.
Spirituality intervention and
outcomes: Corner stone of
holistic nursing practice. Nurse
Media Journal of Nursing.
Volume 1 1:117 – 127 diakses
23 Desember 2014
Newlin, K et al. 2008. Relationships of
religion and spirituality to
glycemic control in black
women with type 2 diabetes.
Nurs
Res.
57(5):331–339.
diakses 25 Juni 2015 dari
http://ncbi.nlm.nih.gov/pmc/
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
(Perkeni). 2011. Konsensus
pengelolaan dan pencegahan
diabetes melitus tipe 2 di
Indonesia 2011. Author. Jakarta
Quinn, MT, et al. 2001. Addressing
religion and spirituality in
African
Americans
with
diabetes.
Diabetes
Educ.
27(5):643–644. 647–648, 655
diakses 25 Juni 2015 dari
http://ncbi.nlm.nih.gov/pmc/
Rahayu, P., dkk. 2011. Hubungan
antara faktor karakteristik,
hipertensi dan obesitas dengan
kejadian diabetes mellitus di
rumah sakit umum daerah dr. h.
soewondo kendal. Naskah
Publikasi.
Universitas
Muhammadiyah Semarang
Sarifah, S. 2011. Faktor-faktor yang
mempengaruhi masih tingginya
kadar gula darah pada pasien
diabetes
mellitus
yang
menjalani
terapi
diabetes
mellitus di poliklinik penyakit
dalam
rsup
dr.
sardjito
yogyakarta. Jurnal Kesehatan
Profesional Islami. Vol 7
diakses 1 Juli 2015.
Setyawati, A. 2010. Pengaruh
relaksasi otogenik terhadap
kadar gula darah dan tekanan
darah pada klien diabetes
mellitus tipe 2 dengan hipertensi
di instalasi rawat inap rumah
sakit di DIY dan Jawa Tengah.
Tesis. Universitas Indonesia.
Depok
Singh, h., et al. 2012. Support systems
for and barriers to diabetes
management in south asians
and whites in the uk: qualitative
study of patients’ perspectives.
BMJ Open 2012;2:E001459
diakses 24 November 2015
Wahyuni, R., Arsin, AA., Abdullah,
12
AZ. 2012. Faktor
yang
berhubungan dengan tingkat
kecemasan pada penderita
diabetes mellitus tipe ii di rs
bhayangkara
andi
mappa
oudang
makassar.
Naskah
Publikasi.
Universitas
Hasanuddin Makassar
Watkins, Y.J., et al. 2013. Spiritual
and religious beliefs and
practices, and social support's
relationship
to
diabetes
self-care activities in African
Americans. Diabetes Educ.
39(2):1-13 diakses 17 Juli 2014
13
Download