Pengaruh Faktor Lingkungan Sosial terhadap Perilaku Merokok

advertisement
MKM Vol. 08 No. 02 Juni 2014
Pengaruh Faktor Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Merokok
Pada Remaja Laki- Laki Smp Negeri I Nita Kabupaten Sikka Tahun 2012
John Ari Stanislaus1, Petrus Romeo2, Ribka Limbu2
Abstract: Indonesia's active smokers on average had the habit smoking in adolescence. The
number of teenage smokers aged 10-14 years in Sikka district at 3.9% which is a high
category. Generally, adolescent smokers are dominated by young male sex. The emergence
of adolescent smoking behavior is strongly influenced by the social environment. This study
aims to determine the influence of social factors on smoking behavior in male students of SMP
Negeri I Nita Sikka regency in 2012. This research is an analytic survey with cross sectional
study. The number of respondents as many as 65 people were taken by using quota sampling.
Each of the studied variables were tested using logistic regression formula to determine the
effect of each variable. This study obtained 44 respondents who smoked and 21 respondents
did not smoke. Statistical test results showed that parents (sig = 0.009), brother at home (sig =
0.033) and peers (0.002) effect on student smoking behavior. This situation occurs because
one of the roles of parents, siblings and peers at home were ignored. While teachers (sig =
0.115) and advertising (sig = 0.551) had no effect on students' smoking behavior. Therefore, it
is recommended to parents, siblings at home, peers and teachers to carry out their role in the
same scale.
Key words: social environmental, teenagers, smoking behaviors
PENDAHULUAN
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganggap
bahwa perilaku merokok telah menjadi
masalah kesehatan masyarakat karena dapat
menimbulkan berbagai penyakit dan kematian
(Sukendro, 2007). Merokok merupakan faktor
resiko terjadinya penyakit jantung koroner,
pernapasan kronis, kanker paru serta memiliki
kontribusi terhadap kanker laring, mulut,
pankreas, serta kanker paru pada perokok
pasif (Basyir, 2005). Santrock (2003)
menjelaskan bahwa 21% kematian akibat
jantung dan 82% kematian akibat paru- paru
kronis diakibatkan oleh kebiasaan merokok.
Berbagai bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
merokok tidak mengakibatkan penurunan
jumlah perokok dunia. Data The Tobacco
Atlas menyatakan bahwa kurang lebih ada 10
juta batang rokok yang dikonsumsi tiap hari di
seluruh dunia. Jumlah ini berbanding lurus
dengan peningkatan jumlah perokok dunia.
Jumlah perokok aktif dunia sendiri mencapai
angka satu miliar jiwa (Buma, 2011).
1)
2)
Alumni Jurusan PKIP FKM Undana
Staf pengajar Jurusan PKIP FKM Undana
Indonesia merupakan salah satu Negara
dengan jumlah perokok aktif yang tinggi.
Menurut data dari World Health Organization
(WHO) tahun 2008, jumlah perokok Indonesia
mencapai 27,6% atau setiap 4 orang
penduduk Indonesia terdapat 1 orang
perokok aktif (Buma, 2011). Keadaan ini terus
mengalami peningkatan, dan pada tahun
2010 jumlah perokok Indonesia menjadi
34,7% (Riskesdas, 2010).
Menurut Jaya (2009), perokok aktif di
Indonesia rata- ratanya mulai melakukan
kebiasaan merokok pada rentang usia 13- 15
tahun. Rentang usia 13- 15 tahun ini
merupakan rentang usia seseorang berada
pada masa peralihan atau masa transisi dari
anak- anak menuju dewasa. Usia ini biasanya
di sebut usia remaja (Hurlock, 1999). Di
Indonesia, usia ini pada umumnya seseorang
sedang menjadi siswa Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Menurut Santrock (2003),
pada rentang usia remaja inilah biasanya
perilaku merokok itu mulai muncul.
Pengaruh Faktor Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Merokok
Pada Remaja Laki- Laki Smp Negeri I Nita Kabupaten Sikka Tahun 2012
WHO menjelaskan bahwa jumlah perokok
aktif dunia 30%-nya berada pada kalangan
remaja. Global Youth Tobacco Survey
(GYTS) pada tahun 2007 melakukan survey
pada remaja Indonesia dan memperoleh hasil
bahwa 20,84% remaja adalah perokok.
Keadaan ini mengalami peningkatan pada
tahun 2010 menjadi 26,6% (Riskesdas,
2010).
Perbedaan jumlah perokok remaja antara
remaja laki- laki dan perempuan memiliki
perbandingan yang jauh berbeda. Data WHO
tahun 2010 menyatakan bahwa dari 151
negara hanya terdapat 7% perokok remaja
perempuan, sedangkan remaja laki- laki
mencapai angka 12%. Remaja perokok pria
di Indonesia juga memiliki jumlah yang lebih
besar
dibandingkan
dengan
remaja
perempuan. Remaja perokok laki- laki di
Indonesia mencapai 24,1% sedangkan
remaja
perempuan
sebanyak
4,0%
(Nusantaraku, 2009).
Provinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) juga
tidak terlepas dari masalah jumlah perokok.
Menurut data Riskesdas nasional tahun 2007
menyatakan bahwa jumlah perokok pada usia
10-14 tahun di NTT mencapai angka 5,4%.
Tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi
12,6% (Riskesdas, 2010). Salah satu
Kabupaten di NTT yang juga mengalami
masalah pada perokok adalah Kabupaten
Sikka.
Data
Riskesdas
tahun
2007
menjelaskan bahwa jumlah perokok pada
usia 10-14 tahun di Kabupaten Sikka
mencapai angka 3,9%.
Umumnya
perilaku
merokok
remaja
disebabkan oleh berbagai faktor. Penelitian
yang dilakukan oleh Alamsyah tahun 2007 di
Kota Medan pada remaja SMA menjelaskan
adanya faktor orang tua, saudara serumah,
teman sebaya dan iklan terhadap perilaku
merokok remaja. Hasil penelitian dari Astuti
pada tahun 2007 di Yogyakarta menjelaskan
bahwa 41,3% perilaku merokok pada remaja
dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan
teman sebaya. Hasil yang sama juga
diperoleh pada penelitian Prasetya tahun
2008 di Lombok yang menunjukkan adanya
pengaruh lingkungan keluarga, saudara
serumah, teman sebaya dan iklan terhadap
perilaku merokok.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri I
Nita merupakan salah satu sekolah yang ada
di Kabupaten Sikka dan lebih tepatnya
berada di Kecamatan Nita. SMP Negeri I Nita
memiliki jumlah siswa yang lebih banyak
dibandingkan dengan SMPK Kimang Buleng
yang juga berada di kecamatan Nita.
Berdasarkan profil sekolah, jumlah siswa di
SMP Negeri I Nita yang berjenis kelamin lakilaki ada sebanyak 279 siswa atau sebesar
49% pada tahun ajaran 2011/ 2012. SMP
Negeri I Nita terletak pada daerah yang
strategis di mana SMP Negeri I Nita dikelilingi
fasilitas seperti kios dan toko yang
memperjual belikan rokok secara bebas
sehingga memungkinkan seorang siswa
untuk merokok.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan,
ditemukan ada siswa laki- laki yang merokok
pada saat mereka berada di luar sekolah. Hal
lain yang ditemukan adalah adanya beberapa
guru laki- laki yang merokok di sekolah pada
saat tidak mengajar. Hal tersebut disebabkan
oleh tidak adanya aturan yang melarang
seseorang untuk merokok
di lingkungan
sekolah. Kebiasaan merokok yang dilakukan
oleh guru tentu saja dapat mempengaruhi
siswa untuk merokok.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pengaruh faktor lingkungan sosial
terhadap perilaku merokok pada siswa lakilaki SMP Negeri I Nita Kabupaten Sikka
Tahun 2012.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah
penelitian survey analitik dengan rancang
bangun penelitian Cross Sectional, dimana
data yang menyangkut variabel bebas
(independent)
dan
variabel
terikat
(dependent) akan dikumpulkan dalam waktu
yang
bersamaan
(Notoatmojo,
2010).
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri I Nita
83
MKM Vol. 08 No. 02 Juni 2014
di Kabupaten Sikka, Kecamatan Nita pada
bulan Februari 2012 sampai September 2012.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa laki- laki di SMP Negeri I Nita yang
berjumlah 198 orang, dengan sampel
sebanyak 65 orang.
Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
Penelitian
Data Data primer dalam penelitian ini
diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh siswa
laki- laki yang menjadi sampel dalam
penelitian ini.. Sedangkan data sekunder
berasal Riset Kesehatan Dasar (Riskesda)
Nasional dan Provinsi NTT.
Teknik Analisis Data
Pengolahan data dilakukan melalui proses
editing, coding, scoring dan entry dengan
program komputer kemudian dianalisis sesuai
tujuan penelitian dan disajikan dalam bentuk
tabel dan narasi. Uji yang digunakan untuk
menganalisis data adalah uji Regresi Logistik
(α=0,05) (Yasril, 2009).
HASIL DAN BAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri I
Nita merupakan salah satu sekolah Negeri
yang berada di Kabupaten Sikka yang
tepatnya berada di Kecamatan Nita. SMP
Negeri I Nita ini merupakan satu- satunya
sekolah Negeri di Kecamatan Nita yang
bertipe C berdasarkan jumlah siswa dan
ruang kelasnya. SMP Negeri I Nita mulai aktif
melakukan Kegiatan Belajar Mengajar pada
tanggal 01 September 1958. Tanggal 25 Mei
1960 SMP Negeri I Nita memperoleh SK
pendirian
dengan
No.
767/SK/137.
Lingkungan SMP Negeri I Nita terdiri dari
beberapa area yaitu area bangunan, halaman
dan lapangan olah raga; dan secara umum
luas wilayah SMP Negeri I Nita seluas 6.794
m2.
Mengajar). Proses KBM di SMP Negeri I Nita
dalam seminggu berlangsung selama 44 jam
yang setiap harinya di mulai dari jam 07.15
WITA sampai jam 13.00 WITA.
Karakteristik Umum Responden
Usia
Jumlah
%
11- 13
24
36, 92
14- 16
40
61, 54
17- 19
1
1, 54
Total
65
100
Sumber: Data primer
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa
sebagian besar responden berada pada
kelompok usia 14-16 tahun sebanyak 40
orang siswa (61,54%). Sedangkan yang
paling sedikit berada pada usia 17-19 tahun
sebanyak 1 orang siswa (1,54%).
Analisis Univariat
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan
Perilaku Merokok di SMP Negeri I Nita
Tahun 2012
Perilaku Merokok Jumlah
%
Ya
44
67,69
Tidak
21
32,31
Total
65
100
Sumber: Data primer
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa 44
(67,69%) responden yang memiliki perilaku
merokok dan 21 (32,31%) responden yang
tidak memiliki perilaku merokok pada saat
penelitian ini berlangsung.
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan
Peranan Orang Dalam Perilaku Merokok
Siswa di SMP Negeri I Nita Tahun 2012
Peranan Orang Tua Jumlah
%
Ya
40
61,54
Tidak
25
38,46
Total
65
100
Sumber: Data primer
Sebagai lembaga formal, SMP Negeri I Nita
tentu menjalankan fungsi dan tugas pokoknya
yaitu mengembangkan kecerdasan pikiran
dan memberikan pengetahuan anak didik
melalui proses KBM (Kegiatan Balajar
84
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden menyatakan
bahwa orang tua mereka mempunyai
Pengaruh Faktor Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Merokok
Pada Remaja Laki- Laki Smp Negeri I Nita Kabupaten Sikka Tahun 2012
peranan dalam perilaku merokok berjumlah
40 responden (61,54%).
dalam perilaku merokok
responden (61,54%).
berjumlah
40
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan
Peranan Saudara Serumah Dalam Perilaku
Merokok Siswa di SMP Negeri I Nita Tahun
2012
Peranan Saudara
Jumlah
%
Serumah
Ya
43
66,15
Tidak
22
33,85
Total
65
100
Tebal 8 Distribusi Responden Berdasarkan
Paparan Iklan Rokok Dalam Perilaku
Merokok Siswa di SMP Negeri I Nita Tahun
2012
Paparan Iklan
Jumlah
%
Rokok
Ada
12
18,46
Tidak
53
81,54
Total
65
100
Sumber: Data primer
Sumber: Data primer
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden menyatakan
bahwa saudara serumah mereka mempunyai
peranan dalam perilaku merokok berjumlah
43 responden (66,15%).
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden tidak terpapar
iklan rokok yang berjumlah 53 responden
(81,54%).
Analisis Bivariat
Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan
Peranan Teman Sebaya Dalam Perilaku
Merokok Siswa di SMP Negeri I Nita Tahun
2012
Peranan Teman
Jumlah
%
Sebaya
Ya
27
41,54
Tidak
38
58,46
Total
65
100
Sumber: Data primer
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden menyatakan
bahwa
teman
sebaya
mereka
tidak
mempunyai peranan dalam perilaku merokok
berjumlah 38 responden (58,46%).
Tebal 7 Distribusi Responden Berdasarkan
Peranan Guru Dalam Perilaku Merokok
Siswa di SMP Negeri I Nita Tahun 2012
Peranan Guru
Jumlah
%
Ya
40
61,54
Tidak
25
38,46
Total
65
100
Sumber: Data primer
Tabel 9 Pengaruh Orang Tua Terhadap
Perilaku Merokok Siswa Di SMP Negeri I
Nita Tahun 2012
Perilaku Merokok
Orang
Tua
Ya
Tidak
TOTAL
Ya
n
32
12
44
%
49,23
18,46
67,69
Tidak
n
8
13
21
%
12,31
20
32,31
Jumlah
Responde
n
N
%
40 61,54
25 38,46
65
100
Sumber:Data primer
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa
responden yang berpendapat bahwa orang
tua mempunyai peranan dalam perilaku
merokok berjumlah 40 orang (61,54%), 32
orang (49,23%) diantaranya merokok dan 8
orang (12,31%) lainnya tidak merokok. Hasil
uji
statistik
yang
dilakukan
dengan
menggunakan rumus Regresi Logistik
Sederhana diperoleh hasil bahwa nilai
signifikansi sebesar 0,009 (sig < 0,05). Hasil
tersebut menjelaskan bahwa ada pengaruh
orang tua terhadap perilaku merokok siswa.
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden berpendapat
bahwa guru mereka mempunyai peranan
85
MKM Vol. 08 No. 02 Juni 2014
Tabel 10 Pengaruh Saudara Serumah
Terhadap Perilaku Merokok Siswa di SMP
Negeri I Nita Tahun 2012
Saudara
Serumah
Ya
Tidak
TOTAL
Perilaku Merokok
Ya
Tidak
n
%
n
%
33 50,77 11 16,92
11 16,92 10 15,29
44 67,69 21 32,31
Jumlah
Responde
n
N
%
44 67,69
21 32,31
65
100
Tabel 12 Pengaruh Guru Terhadap
Perilaku Merokok Siswa di SMP Negeri I
Nita Tahun 2012
Guru
Ya
Tidak
TOTAL
Perilaku Merokok
Ya
Tidak
n
%
n
%
30 46,15 10 15,39
14 21,54 11 16,92
44 67,69 21 32,31
Jumlah
Responde
n
N
%
40 61,54
25 38,46
65
100
Sumber: Data primer
Sumber: Data primer
Berdasarkan tabel IV.22 dapat dilihat bahwa
responden yang berpendapat bahwa saudara
serumah mempunyai peranan dalam perilaku
merokok berjumlah 44 orang (67,69), 33
orang (50,77) diantaranya merokok dan 11
orang (16,92%) lainnya tidak merokok. Hasil
uji
statistik
yang
dilakukan
dengan
menggunakan rumus Regresi Logistik
Sederhana diperoleh hasil bahwa nilai
signifikansi sebesar 0,033 (sig < 0,05). Hasil
tersebut menjelaskan bahwa ada pengaruh
saudara serumah terhadap perilaku merokok
siswa.
Berdasarkan tabel IV.24 dapat dilihat bahwa
responden yang berpendapat bahwa guru
mempunyai
peranana
dalam
perilaku
merokok berjumlah 40 orang (61,54%), 30
orang (46,15%) diantaranya merokok dan 10
orang (25,39%) lainnya tidak merokok. Hasil
uji
statistik
yang
dilakukan
dengan
menggunakan rumus Regresi Logistik
Sederhana
diperoleh
bahwa
nilai
signifikansinya sebesar 0,115 (sig > 0,05).
Hasil ini menjelaskan bahwa tidak ada
pengaruh guru terhadap perilaku merokok
siswa.
Tabel 11 Pengaruh Teman Sebaya
Terhadap Perilaku Merokok Siswa di SMP
Negeri I Nita Tahun 2012
Tabel 13 Pengaruh Paparan Iklan Rokok
Terhadap Perilaku Merokok Siswa di SMP
Negeri I Nita Tahun 2012
Teman
Sebaya
Ya
Tidak
TOTAL
Perilaku Merokok
Ya
Tidak
n
%
n
%
26
40
1
1,54
18 27,69 20 30,77
44 67,69 21 32,31
Jumlah
Responden
N
%
27
41,54
38
58,46
65
100
Paparan
Iklan
Ada
Tidak
TOTAL
Perilaku Merokok
Ya
Tidak
n
%
n
%
9 13,84 3
4,62
35 53,85 18 27,69
44 67,69 21 32,31
Jumlah
Responden
N
%
12
18,46
53
81,54
65
100
Sumber: Data primer
Sumber: Data primer
Berdasarkan tebal IV.23 dapat dilihat bahwa
responden yang berpendapat bahwa teman
sebaya mempunyai peranan dalam perilaku
merokok berjumlah 27 orang (41,54%), 26
orang (40%) diantaranya merokok dan 1
orang (1,54%) lainnya tidak merokok. Hasil uji
statistik
yang
dilakukan
dengan
menggunakan rumus Regresi Logistik
Sederhana
diperoleh
bahwa
nilai
signifikansinya sebesar 0,002 (sig < 0,05).
Hasil ini menjelaskan bahwa ada pengaruh
teman sebaya terhadap perilaku merokok
siswa.
Berdasarkan tebal IV.25 dapat dilihat bahwa
responden yang menyatakan ada paparan
iklan rokok ada 12 orang (18,46%), 9 orang
(13,84%) diantaranya merokok dan 3 orang
(4,62%) lainnya tidak merokok. Hasil uji
statistik
yang
dilakukan
dengan
menggunakan rumus Regresi Logistik
Sederhana
diperoleh
bahwa
nilai
signifikansinya sebesar 0,551 (sig > 0,05).
Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh paparan iklan terhadap perilaku
merokok siswa.
86
Pengaruh Faktor Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Merokok
Pada Remaja Laki- Laki Smp Negeri I Nita Kabupaten Sikka Tahun 2012
Perilaku merokok sudah menjadi masalah
kesehatan masyarakat dan internasional.
WHO
menyatakan
bahwa
merokok
merupakan masalah yang harus segera
memperoleh penanggulangan yang tepat.
Penyataan WHO ini menjelaskan bahwa
sudah berbagai upaya dilakukan berbagai
kalangan namun tidak mampu menekan laju
pertumbuhan jumlah perokok dunia. jumlah
perokok dunia sendiri tersebar dari berbagai
macam kalangan, baik itu dewasa, laki- laki,
perempuan, kaya, miskin; dan bahkan sudah
merambah ke kalangan para remaja.
Bukti adanya para perokok dikalangan remaja
telah banyak dikemukakan oleh berbagai
penelitian. Bukti salah satunya adalah hasil
penelitian ini, penelitian yang dilakukan di
SMP Negeri I Nita terhadap 65 responden.
Hasil
penelitina ini menemukan bahwa
remaja SMP sudah mulai merokok dan
menjadikan merokok sebagai salah satu
kebiasaan. Secara umum, hasil penelitian
yang dilakukan terhadap 65 responden ini
didapati bahwa ada responden yang pernah
mencoba merokok dan tidak pernah mencoba
untuk merokok. Responden yang pernah
mencoba merokok berjumlah 52 (80%)
responden dan yang tidak pernah mencoba
untuk merokok berjumlah 13 (20%)
responden. Umumnya, sebagian besar
responden sudah pernah mencoba merokok
dan rata- ratanya pada usia diatas 10 tahun.
Munculnya perilaku merokok disebabkan oleh
beberapa alasan yang mendasarinya. Secara
umum, ada dua alasan yang mendasari
responden untuk mencoba merokok pertama
kalinya. Sebagaian besar responden yang
pernah mencoba merokok mengatakan
alasan utama pertama kali merokok adalah
sekedar iseng atau penasaran. Responden
yang mengatakan alasan pertama kali
merokok sekedar iseng ada berjumlah 35
(67,31%) responden. Sedangkan, sisanya
yang berjumlah 17 (32,69%) responden
mengatakan alasan pertama kali merokok
adalah diajak atau dipaksa oleh teman.
Secara umum, alasan pertama kali merokok
oleh responden yang pernah mencoba
merokok adalah
penasaran.
sekedar
iseng
atau
Responden yang pernah mencoba merokok
ada yang tetap merokok atau menjadikan
merokok sebagai suatu kebiasaan; dan ada
juga yang tidak merokok lagi atau tidak
menjadikan
merokok
sebagai
suatu
kebiasaan. Penelitian ini memperoleh hasil
bahwa dari 52 reponden yang pernah
mencoba merokok terdapat 44 (84,62%)
responden
yang
menjadikan
merokok
sebagai suatu kebiasaan. Responden yang
tetap merokok ini pada umunya adalah
seorang perokok ringan atau yang merokok
dalam seharinya berjumlah 1 sampai 4
batang dan tidak menambah jumlah batang
rokok yang dihisap. Penelitian ini juga
memperolah hasil bahwa responden yang
merokok ini sebagaian besarnya mulai
menjadikan
merokok
sebagai
suatu
kebiasaan pada saat berumur 14 tahun.
Responden sisa yang berjumlah 8 (15,38%)
responden yang pernah mencoba merokok
mengatakan bahwa
mereka sudah tidak
merokok lagi. Umumnya, responden yang
sudah tidak merokok lagi mulai berhenti
merokok pada saat berumur 13 tahun.
Secara umum, dari 65 responden penelitian
diperoleh hasil 44 (67,69%) responden
adalah seorang perokok dan 21 (32,31%)
lainnya adalah bukan seorang perokok.
Pengaruh Orang Tua Terhadap Perilaku
Merokok Siswa Di SMP Negeri I Nita Tahun
2012
Lingkungan keluarga memiliki peranan besar
dalam membentuk kepribadian seorang
remaja dan merupakan lingkungan pertama
yang dikenal seorang remaja (Istiqomah,
2003). Orang tua merupakan bagian penting
dalam kehidupan keluarga yang membantu
pembentukan perilaku remaja. Sebagai
lingkungan pertama yang dikenal oleh
remaja, orang tua patut menjauhkan remaja
dari berbagai masalah kenakalan remaja.
Perilaku merokok merupakan salah satu
masalah kenakalan remaja yang terus
berkembang.
87
MKM Vol. 08 No. 02 Juni 2014
Berdasarkan hasil uji statistik dengan
menggunakan
rumus
regresi
logistik
sederhana diperoleh bahwa nilai signifikansi
sebesar 0,009 (sig < 0,05). Hasil ini
menunjukkan bahwa adanya pengaruh orang
tua terhadap perilaku merokok remaja. Hasil
ini juga menunjukkan bahwa berbagai
peranan orang tua berpengaruh dalam
kehidupan remaja.
Kehidupan remaja pada dasarnya masih
sangat membutuhkan bimbingan orang tua
dalam bentuk peranan dalam berbagai hal.
Peranan orang tua yang dibutuhkan dalam
perkembangan seorang remaja dapat berupa
peranan
sebagai
panutan,
pendidik,
pengawas,
pendorong,
konselor
dan
komunikator. Peranan orang tua ini
merupakan salah satu aspek yang turut
membentuk perilaku merokok seorang
remaja. Apabila orang tua berperan dalam
kehidupan seorang remaja dan melakukan
segala bentuk peranan dalam skala yang
sama maka seorang remaja akan cenderung
menjauhi segala bentuk kenakalan remaja
termasuk merokok. Sebaliknya, apabila orang
tua tidak berperan maka seorang remaja
akan cenderung mudah terjerumus dalam
perilaku merokok. Secara singkat, dapat
dikatakan bahwa peranan orang tua dengan
jumlah perokok berbanding terbalik. Namun,
penelitian ini memperoleh hasil yang
sebaliknya. Justru remaja yang orang tuanya
berperan dalam kehidupan merokok lebih
banyak merokok dibandingkan yang tidak
merokok. Hal ini berarti, remaja yang orang
tuanya berperan tetap melakukan tindakan
merokok dapat diakibatkan oleh jenis- jenis
peranan orang tua tidak dilakukan dalam
skala yang sama.
Timbulnya
perilaku
merokok
remaja
melibatkan berbagai peranan orang tua
dalam kehidupan sehari- hari. Berdasarkan
hasil penelitian diperoleh bahwa 32
responden yang berperan dan responden
tersebut merokok menyatakan bahwa ada
orang tua yang mengabaikan salah satu
peranan dalam kehidupan merokok remaja.
Jenis- jenis peranan orang tua yang
88
dilaksanakan dalam skala yang sama mampu
menyebabkan timbulnya perilaku merokok
pada remaja. Karena setiap bentuk hubungan
yang berlangsung antara orang tua dan
remaja mempunyai dampak yang sangat
besar terhadap perkembangan remaja
(Santrock, 2003).Salah satu jenis peranan
orang tua yang diabaikan mampu lebih besar
berpengaruh terhadap timbulnya perilaku
merokok. Beberapa peranan yang diabaikan
orang tua adalah peranan orang tua sebagai
panutan dan pengawas.
Peranan orang tua sebagai panutan
merupakan peranan orang tua untuk
memberikan contoh- contoh dan teladan yang
baik bagi remaja. Orang tua yang merokok
merupakan kelalaian orang tua sebagai
panutan. Berdasarkan data diperoleh bahwa
32 responden yang orang tuanya berperan
dan responden tersebut merokok, 16
diantaranya menyatakan bahwa orang tua
mereka adalah seorang perokok dan pernah
merokok dihadapan mereka. Hal ini tentu
menjadi salah satu pemicu timbulnya perilaku
merokok pada remaja. Seorang remaja akan
cenderung
akan
menyesuaikan
atau
menyelaraskan perilakunya dengan apa yang
dilakukan oleh orang tua (Santrcok, 2003).
Orang tua yang merokok dijadikan contoh
bagi remaja untuk meniru perilaku tersebut.
Pada dasarnya, remaja akan mencontoh
perilaku orang tua dalam kehidupan seharihari karena memang dalam keluargalah
pertama kali remaja menerima pendidikan
(Istiqomah, 2003).
Tidak hanya peranan orang tua sebagai
panutan yang diabaikan namun peranan
orang tua sebagai pengawas juga diabaikan
oleh orang tua. Dari 32 responden yang
menyatakan orang tuanya berperan dalam
perilaku merokok, 5 orang di antaranya
menyatakan bahwa peranan orangtua
sebagai pengawas diabaikan oleh orang tua.
Orang tua yang tidak melakukan pengawasan
terhadap
seorang
remaja
cenderung
menyebabkan
seorang
remaja
bebas
melakukan apapun termasuk merokok.
Perasaan ingin bebas dari pengawasan orang
Pengaruh Faktor Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Merokok
Pada Remaja Laki- Laki Smp Negeri I Nita Kabupaten Sikka Tahun 2012
tua sangat tinggi oleh remaja. Pada saat
bebas dari orang tua inilah pengaruh lain
mulai masuk ke dalam diri remaja (Istiqomah,
2003). Hal ini tentu dapat berperngaruh
terhadap terbentuknya perilaku merokok
seorang remaja.
Penelitian ini juga memperoleh hasil bahwa
meskipun orang tua tidak berperan namun
ada beberapa responden yang memutuskan
untuk tidak merokok. Keadaan ini disebabkan
oleh ada salah satu peranan orang tua yang
dijalankan. Dari 13 responden yang
menyatakan bahwa orang tuanya tidak
berperan dan memutuskan untuk tidak
merokok, 5 orang diantaranya menyatakan
bahwa orang tuanya berperan sebagai
pendorong dan 3 lainnya menyatakan bahwa
orang tuanya berperan sebagai pengawas.
Bentuk dorongan orang tua kepada remaja
untuk tidak merokok menjadi salah satu
motivasi untuk remaja menghindari perilaku
merokok. Karena munculnya perilaku seorang
individu diakibatkan besarnya dorongan
tersebut
(Notoatmodjo,
2003).
Bentuk
pengawasan orang tua yang tinggi juga
menyebabkan seorang remaja cenderung
untuk menghindar dari kebiasaan merokok.
Seorang
remaja
yang
mendapatkan
pengawasan yang tinggi oleh orang tua
menjadi tidak bebas untuk melakukan
berbagai hal diluar keinginan orang tua
termasuk merokok.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
sesuai dengan hasil Komalasari (2000) yang
memperoleh hasil bahwa orang tua
mempunyai sumbangan yang berarti dalam
perilaku merokok remaja. selain itu, peneltian
yang dilakukan oleh Astuti (2007) juga
memperoleh hasil bahwa orang tua
meempunyai perilaku merokok pada remaja.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Alamsyah (2009) juga memperoleh hal yang
sama yaitu adanya orang tua terhadap
perilaku merokok remaja.
Pengaruh Saudara Serumah Terhadap
Perilaku Merokok Siswa Di SMP Negeri I
Nita Tahun 2012
Saudara serumah merupakan bagian dari
lingkungan keluarga yang berperan besar
dalam pembentukan kepribadian seorang
remaja. Pengaruh pribadi lain yang ada di
dalam rumah mempengaruhi kehidupan
pribadi,hubungan dengan keluarga dan
hubungan sosial remaja. Tingkat komunikasi
antar usia yang sama relatif tinggi mempu
memberikan pengaruh kepada remaja.
Munculnya perilaku merokok tidak terlepas
dari peranan saudara serumah dalam
berbagai hal.
Berdasarkan hasil uji statitik dengan
menggunakan
rumus
regresi
logistik
sederhana diperoleh bahwa nilai singnifikansi
sebesar 0,033 (sig < 0,05). Hasil ini
menunjukkan bahwa adanya pengaruh orang
tua terhadap perilaku merokok remaja. Hasil
ini juga menjelaskan bahwa berbagai peranan
saudara berpengaruh dalam kehidupan
merokok remaja.
Kehidupan remaja pada dasarnya lebih
mencari kebebasan dan lebih untuk mencoba
berbagai hal yang ingin diketahui. Untuk
mencoba berbagai hal, seorang remaja masih
membutuhkan seorang agen sosial untuk
belajar. Seorang saudara merupakan salah
satu agen sosial bagi seorang remaja untuk
berperilaku yang masih bagian keluarga yang
sangat dominan dalam pembentukan perilaku
remaja (Mucthar, 2005). Sebagai agen sosial
bagi seorang remaja, saudara serumah
sangat dibutuhkan berbagai peranannya.
Peranan seorang saudara serumah dapat
berupa peranan sebagai panutan, pendorong,
pengawas dan komunikator.
Peranan seorang saudara merupakan salah
satu aspek yang turut berpengaruh dalam
perilaku merokok seorang remaja. Seorang
saudara yang berperan tentu mampu
mengarahkan
seorang
remaja
untuk
cenderung menghindari perilaku merokok dan
juga sebaliknya. Namun, penelitian ini
memperolah
hasil
meskipun
saudara
89
MKM Vol. 08 No. 02 Juni 2014
serumahnya
berperan
dalam
perilaku
merokok tetapi jumlah yang merokok lebih
banyak dibandingkan yang tidak merokok.
Hal ini berarti masing- masing peranan
saudara berpengaruh pada perilaku merokok
remaja dan juga peranan saudara tidak
dilakukan dalam skala yang sama. Peranan
yang diabaikan oleh saudara serumah
sehingga menyebabkan adanya kebiasaan
merokok remaja adalah peranan saudara
sebagai panutan dan pengawas.
Peranan saudara serumah sebagai panutan
merupakan peranan saudara serumah untuk
memberikan contoh- contoh perilaku bagi
seorang remaja. Saudara serumah yang
merokok mampu mempengaruhi seorang
remaja untuk merokok. Berdasarkan data
penelitian diperoleh bahwa 33 responden
yang merokok dan menyatakan saudara
serumahnya
berperan.
15
responden
diantaranya menyatakan bahwa saudara
serumah mengabaikan peranannya sebagai
panutan. Saudara Serumah yang merokok
merupakan kelalaian saudara serumah
sebagai panutan. Saudara serumah yang
merokok merupakan contoh bagi remaja
untuk melakukan hal yang serupa. Hal ini
tentu menjadi salah satu pemicu timbulnya
perilaku merokok remaja. Saudara serumah
yang merokok akan mengakibatkan remaja
untuk merokok, karena remaja akan
cenderung menyesuaikan perilakunya sesuai
dengan keadaan lingkungannya. Remaja juga
akan cenderung akan merokok apabila salah
satu
anggota
keluarganya
merokok
(Istiqomah, 2003).
Peranan Saudara Serumah yang juga
diabaikan adalah peranan saudara serumah
sebagai pengawas. Berdasarkan data
penelitian diperoleh bahwa 33 responden
yang merokok dan menyatakan bahwa
saudara serumah berperan, 12 orang
diantaranya menyatakan bahwa saudara
serumahnya
mengabaikan
peranannya
sebagai pengawas. Pengawasan dalam
bentuk larangan dan teguran dari lingkungan
sekitar remaja mampu menghindarkan remaja
dari masalah kenakalan remaja termasuk
90
merokok. Tidak adanya pengawasan dari
saudara serumah menyebabkan seorang
remaja bebas bertindak sesukanya. Hal ini
tentu menjadi salah satu pemicu seorang
remaja untuk bebas melakukan tindakan
merokok. Istiqomah (2003) juga menyatakan
hal yang sama yaitu seorang remaja akan
cenderung menjadi perokok karena tidak
mampu mengendalikan dirinya pada saat
diluar pengawasan lingkungan sekitarnya.
Penelitian ini juga menemukan bahwa ada 10
responden yang menyatakan bahwa saudara
serumah tidak berperan namun memutuskan
untuk tidak merokok. Hal ini dapat
disebabkan karena adanya salah satu
peranan yang tidak diabaikan oleh saudara
serumah. Peranan yang tidak diabaikan oleh
saudara serumah adalah peranan sebagai
pendorong dan pengawas. Dari 10 responden
diketahui bahwa 7 orang diantaranya
menyatakan
bahwa
peranan
saudara
serumaha
sebagai
pendorong
tidak
diabaikan. Juga 3 responden lainnya
menyatakan
bahwa
peranan
saudara
serumah sebagai pengawas tidak diabaikan.
Peranan
saudara
serumah
sebagai
pendorong
dan
pengawas
mampu
meminimalisir timbulnya kebiasaan merokok
pada remaja. Bentuk dorongan mampu
mengarahkan individu untuk berperilaku
kearah dorongan tersebut. Karena perilaku
individu ditentukan oleh besarnya dorongan
tersebut (Notoatmodjo, 2003). Sama halnya
pengawasan, tingginya perngawasan saudara
serumah mampu menyebabkan remaja tidak
memperoleh kebebasan untuk melakukan
berbagai hal termasuk merokok. Oleh karena
itu tingginya dorongan dan pengawasan dari
saudara serumah menyebabkan remaja
menghindari kebiasaan merokok.
Hasil penelitian ini senada dengan penelitian
yang dilakukan oleh Alamsyah (2007) bahwa
ada pengaruh saudara yang signifikan
terhadap perilaku merokok remaja. Hasil yang
sama juga diperoleh dari hasil penelitiannya
Suardi (2008) dengan hasil saudara yang
merokok berpengaruh secara bermakna
Pengaruh Faktor Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Merokok
Pada Remaja Laki- Laki Smp Negeri I Nita Kabupaten Sikka Tahun 2012
terhadap kebiasaan merokok pada pelajar
sekolah lanjut dan sekolah menengah.
Pengaruh
Teman
Sebaya
Terhadap
Perilaku Merokok Siswa Di SMP Negeri I
Nita Tahun 2012
Pada usia remaja, seorang anak akan
mempunyai banyak teman dari berbagai latar
belakang yang berbeda. Teman sebaya dapat
memberikan pengaruh yang positif dan
pengaruh yang negatif terhadap remaja.
Kecenderungan seorang remaja untuk lebih
dekat dengan orang yang seumuran atau
yang sedewasa menjadikan hubungan
dengan
teman
sebaya
lebih
besar
dibandingkan dengan orang yang lebih muda
atau lebih tua.
Dari hasil uji statistik dengan menggunkan
rumus regresi logistik sederhana diperoleh
bahwa nilai singnifikansinya sebesar 0,002
(sig < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa
adanya pengaruh teman sebaya yang
signifikan terhadap perilaku merokok siswa.
Teman sebaya merupakan lingkungan
sebenarnya bagi seorang remaja dalam
menguji dan melakukan berbagai hal.
Seorang remaja, sangat memperhatikan nilainilai yang berlaku dalam lingkungan
sebayanya (Hurlock dalam Mu’tadi, 2002). Ini
berarti nilai- nilai positif dan negatif teman
sebaya dapat berpengaruh terhadap perilaku
seorang remaja. Seorang teman sebaya
memegang
berbagai
peranan
dalam
kehidupan seorang remaja. Peranan seorang
teman sebaya dapat berupa panutan,
pendorong, pengawas dans komunikator.
Setiap bentuk peranan harus dilaksanakan
oleh teman sebaya dalam skala yang sama
untuk menghindari perilaku merokok remaja.
Satu bentuk peranan yang diabaikan mampu
menjadi pemicu untuk timbulnya perilaku
merokok.
Teman sebaya yang berperan dalam
kehidupan remaja pada dasarnya remaja
tersebut
cenderung untuk menghindari
masalah kenakalan remaja. Sedangkan bila
teman sebaya yang tidak berperan dalam
kehidupan remaja maka remaja tersebut akan
lebih mudah terjerumus pada masalah
kenakalan remaja. Namun, penelitian ini
menemukan hal yang sebaliknya yaitu makin
tinggi teman sebaya berperan makin besar
pula remaja yang merokok. Seharusnya yang
terjadi adalah makin tinggi peran seorang
teman sebaya makin berkurang jumlah
remaja yang merokok. Keadaan yang
ditemukan dalam penelitian ini dapat
disebabkan karena bentuk- bentuk peranan
teman sebaya tidak dijalakan pada skala
yang sama besar atau diabaikan. Peranan
teman sebaya yang diabaikan pada penelitian
ini adalah peranan teman sebaya sebagai
panutan dan pendorong. Peranan teman
sebaya yang diabaikan ini bisa menjadi salah
satu pemicu untuk munculnya perilaku
merokok.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa
27 responden menyatakan bahwa teman
sebaya berperan dalam perilaku merokok, 26
diantaranya adalah seorang perokok dan 1
lainnya bukan perokok. Dari 26 responden
yang merokok ini ada 17 responden yang
menyatakan
bahwa
teman
sebaya
mengabaikan peranannya sebagai panutan.
Teman sebaya yang merokok merupakan
bentuk kelalaian teman sebaya dalam
peranannya sebagai panutan. Dari 17
responden yang menyatakan bahwa teman
sebayanya
mengabaikan
peranannya
sebagai panutan menyatakan bahwa teman
sebaya adalah seorang perokok dan pernah
merokok bersama- sama. Keadaan ini tentu
menjadi salah satu pemicu timbulnya perilaku
merokok pada remaja. Teman sebaya mampu
mempengaruhi pertimbangan dan keputusan
dalam berperilaku seorang remaja (Santrock,
2003). Perilaku teman sebaya ini dijadikan
contoh perilaku bergi seorang remaja. jadi
apabila Teman sebayanya merokok , maka
mampu mempengaruhi pertimbangan dan
keputusan remaja untuk merokok.
Selain peranan teman sebaya sebagai
panutan peranan teman sebaya sebagai
pendorong juga mempunyai pengaruh dalam
perilaku merokok remaja. Dari 26 responden
91
MKM Vol. 08 No. 02 Juni 2014
yang merokok dan menyatakan bahwa teman
sebaya berperan, 7 diantaranya menyatakan
bahwa teman sebaya pernah mengejek
mereka karena tidak merokok. Ejekkan yang
dilakukan teman sebaya merupakan bentuk
dorongan untuk menyesuainkan perilaku
sesuai dengan keadaan kelompoknya.
Remaja yang cenderung takut tidak diterima
oleh kelompok sebayanya selalu berusaha
menyesuaikan diri mengikuti pola perilaku
yang
berkembang
dalam
kelompok
sebayanya (Istiqomah, 2003). Keadaan ini
merupakan salah satu pemicu bagi remaja
untuk timbulnya kebiasaan merokok remaja.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kurniawati (2003) yang
menungkapkan
bahwa
teman
sebaya
memberikan
sumbangan
yang
efektif
terhadap munculnya perilaku merokok. Begitu
pula dengan hasil penelitian dari Alamsyah
(2007) yang mengungkapkan bahwa teman
sebaya memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku merokok remaja.
Pengaruh
Guru
Terhadap
Perilaku
Merokok Siswa Di SMP Negeri I Nita Tahun
2012
Guru merupakan agen sosial dalam
kehidupan remaja dilingkungan sekolah.
Seorang guru tidak hanya berperan sebagai
seorang pengajar, namun menjadi teladan
dalam kehidupan para remaja melalui
perilaku yang ditunjukkan oleh guru tersebut.
Guru sendiri mempunyai berbagai peranan
dalam pembentukan perilaku seorang remaja
sekolah.
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan
rumus Regresi Logistik Sederhana diperoleh
bahwa nilai singnifikansinya sebesar 0,115
(sig > 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa
tidak adanya pengaruh peran guru terhadap
perilaku merokok siswa.
Sebagai seorang mahluk sosial dan agen
sosial, seorang guru memiliki pengaruh yang
sangat penting dalam pembentukan perilaku
seorang remaja. Biasanya, kehidupan
seorang remaja dalam satu dan lain hal
92
dipengaruhi
oleh
guruguru
yang
mengajarnya. Dalam kehidupan merokok
remaja peranan guru sangat dibutuhkan
dalam berbagai hal.
Berdasarkan hasil peneliitian diperoleh hasil
ada 40 responden yang menyatakan bahwa
guru berperan, 30 diantaranya adalah
seorang perokok dan 10 lainnya tidak
merokok. Pada dasarnya, apabila guru
berperan maka remaja akan cenderung
menjauhi perilaku merokok dan sebaliknya
bila gurunya tidak berperan maka remaja
cenderung merokok. Berdasarakan data
diperoleh bahwa 30 responden menyatakan
bahwa guru berperan namun responden tetap
melakukan tindakan merokok. Seharusnya,
yang terjadi adalah apabila makin tinggi peran
seorang guru maka remaja akan cenderung
untuk tidak merokok. Keadaan yang terjadi
pada penelitian ini adalah makin tinggi peran
guru maka makin banyak responden yang
memutuskan untuk merokok. Situasi ini
menunjukkan bahwa ada faktor- faktor lain
diluar guru yang berperngaruh terhadap
perilaku merokok remaja. Hal ini dibuktikan
dengan pernyataan 30 responden yang
merokok meskipun ada peranan yang
menyatakan bahwa guru mereka tidak
mengabaikan salah satu peranan yang
dijalankan sebagai mahluk sosial namun
responden tetap memutuskan untuk merokok.
Keadaan akan berubah bila salah satu
peranan guru diabaikan, satu peran guru
yang diabaikan tersebut bisa menjadi salah
satu penyebab terjadinya perilaku merokok
remaja. Karena perilaku merokok tidak hanya
disebabkan oleh satu faktor
namun
disebabkan oleh berbagai faktor (Aula, 2010).
Penelitian ini juga menemukan bahwa ada 11
responden yang menyatakan bahwa guru
tidak berperan namun memutuskan untuk
tidak merokok. Hal ini dapat disebabkan
karena adanya faktor lain yaitu alasan
kesehatan dari responden tersebut. Alasan
kesehatan mampu menjadikan remaja untuk
menghindari perilaku merokok. Alasan
kesehatan ini merupakan bentuk sikap positif
dari seorang remaja terhadap perilaku
Pengaruh Faktor Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Merokok
Pada Remaja Laki- Laki Smp Negeri I Nita Kabupaten Sikka Tahun 2012
merokok. Pada dasarnya sikap seseorang
mampu menentukan perilaku orang tersebut.
Sikap tidak terlepas dari perilaku seseorang
yang artinya bila seseorang menolak suatu
objek, ia akan cenderung untuk menghindari
objek tersebut (Azwar, 1998). Sehingga
apabila responden bersikap menolak perilaku
merokok maka responden tersebut tidak
memiliki kebiasaan merokok.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
disimpulkan sebagai berikut: (1) Ada
pengaruh peranan orang tua terhadap
perilaku merokok pada siswa laki- laki SMP
Negeri I Nita dimana peranan orang tua
sebagai pendidik, pendorong, konselor dan
komunikator lebih dominan dibandingkan
dengan peranan sebagai panutan dan
pengawas. (2) Ada pengaruh peranan
saudara serumah terhadap perilaku merokok
pada siswa laki- laki SMP Negeri I Nita di
mana peranan saudara serumah sebagai
pendorong dan komunikator lebih dominan
dibandingkan dengan peranan sebagai
panutan dan pengawas. (3) Ada pengaruh
teman sebaya terhadap perilaku merokok
pada siswa laki- laki di mana peranan teman
sebaya sebagai pengawas dan komunikator
lebih dominan dibandingkan dengan peranan
sebagai panutan dan pendorong. (4) Tidak
ada pengaruh peranan guru terhadap perilaku
merokok siswa di mana peranan guru
sebagai penutan, pendidik, pengawas,
pendorong, konselor dan komunikator tidak
ada yang diabaikan namun siswa laki- laki
tetap merokok. (5) Tidak ada pengaruh iklan
terhadap perilaku merokok pada siswa lakilaki di mana siswa laki- laki tetap merokok
meskipun tidak adanya paparan iklan rokok.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Rika Mayasari. 2007. FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan
Merokok Dan Hubungannya Dengan
Status Penyakit Periodontal Remaja Di
Kota Medan Tahun 2007. Tesis.
Universitas Sumatera Utara: Medan.
Ambarita, Ira Novita. 2009. Pengaruh
Pengetahuan dan Sikap Terhadap
perilaku merokok pada remaja di SMA
Negeri 3 Kupang Tahun 2009. Skripsi.
UNDANA: Kupang.
Arikunto,
Suharsimi.
2003.
Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Astuti, Kamsih. 2007. Mencari Prediktor
Perilaku Merokok Pada Remaja Awal.
Yogyakarta:
Universitas
Wangsa
Manggala.
Aula, Lisa Ellizabet. 2010. Stop Merokok
(Sekarang Atau Tidak Sama Sekali).
Garailmu: Yogyakarta.
Azwar, Saifudin. 1998. Sikap Manusia, Teori
dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Basyir,
Abu.
2005.
Mengapa
Ragu
Tinggalkan Rokok. Jakarta: Pustaka AtTazkia
Buma, Buha. 2011. Jumlah Perokok Remaja
Indonesia
Hingga
Tahun
2011.
http://bumabuha4lh.blogspot.com/2011/07
/jumlah-perokok-remaja
indonesiahingga.html. Akses 27 Februari 2012,
pukul 20:07 WITA.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan
Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007.
Depkes: Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan
Riset Kesehatan Dasar 2007 Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Depkes: Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Laporan
Nasional Riset Kesehatan Dasar 2010.
Depkes: Jakarta.
Dianerezki, Vanissa & Dwiriasti Yusti. 2010.
Makalah Seminar Psikologi (Perilaku
Merokok). Universitas Islam Indonesia:
Yogyakarta.
Gunarsa, Singgih. D. 2000. Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja. BPK
Gunung Ilmu: Jakarta.
Gunarsa, Singgih. D. & Singgih D. Gunarsa.
1995. Psikologi Praktis: Anak, Remaja
dan Keluarga. BPK Gunung Ilmu: Jakarta.
Hurlock, Elizabeth. B. 1999. Psikologi
Perkembangan
(Suatu
Pendekatan
Sepanjang
Rentang
Kehidupan).
Erlangga: Jakarta.
Ipras. 2010. Lingkungan Sosial Pengaruhi
Masa
Depan
Generasi
Muda.
93
MKM Vol. 08 No. 02 Juni 2014
http://www.iprasblog.com/lingkungansosial-pengaruhi-masa-depan-generasimuda/94. Akses 05 Oktober 2011, pukul
18:00 WITA.
Istiqomah, Umi. 2003. Upaya Menuju
Generasi Tanpa Merokok (Pendekatan
Analisis
Untuk
Menanggulangi
dan
Mengantisipasi Remaja Merokok). CV
Setia Aji: Surakarta.
Jaya,
Muhammad.
2009.
Pembunuh
Berbahaya Itu Bernama Rokok. Riz’ma:
Yogyakarta.
Juliansyah, Fajar. 2010. Perilaku Merokok
Pada
Remaja.
http://fajarjuliansyah.
wordpress.com/2010/02/07/perilakumerokok-pada-remaja/.
Akses
8
November 2011, pukul 20:44 WITA.
Klau, Theresia Evelyn. 2011. Beberapa
Faktor Yang Berhubungan Dengan
Perilaku Merokok Pada Siswa Di SMK
Kristen I Diakui Kupang Tahun 2010.
Skripsi. UNDANA: Kupang.
Komalasari, Dian. 2000. Faktor- Faktor
Penyebab
Perilaku Merokok
Pada
Remaja. Skripsi. Universitas Islam
Indonesia: Yogyakarta.
Kusmiadi, Riwan, 2010. Kenakalan Remaja,
Peran Orangtua, Guru Dan Lingkungan.
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?ju
dul= Kenakalan %20Remaja,%20Peran%
20Orang%20Tua,%20Guru%20dan%20Li
ngkungan&&nomorurut_artikel=271.
Akses 8 Desember 2011, pukul 20:44
WITA.
Mu’tadin, Z. 2002. Kemandirian Sebagai
Kebutuhan Psikologis Pada Remaja.
http://www.e-psikologi.com/remaja.
050602.htm[online]. Akses 30 Januari
2012, pukul 21:14 WITA.
Mucthar, 2005. Matikan rokok hidupkan
semangat menuju jalan hidup sehata
bermakna. Bandung: Amanah Publishing
House.
Nasution, Indri Kemala. 2007. Perilaku
merokok pada remaja. Skripsi. USU:
Medan.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Rineka cipta:
Jakarta.
94
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan
Perilaku
Kesehatan.
Rineka
cipta:
Jakarta.
Nusantaraku. 2009. Daftar 10 Perokok
Terbesar Di Dunia. http://www.echnusantaraku.com/daftar-10-negaraperokok-terbesar-di-dunia/. Akses 28
Agustus 2011, pukul 20:20 WITA.
Prasetya,
Yuda.
2008.
Hubungan
Lingkungan Terhadap Perilaku Merokok
Pada Remaja Di Sma Negeri I Narmada
Kabupaten Lombok Barat NTB Tahun
2008. Karya Ilmiah. Politeknik Kesehatan:
Mataram.
Rinata. 2010. Hubungan Antara Tingkat
Pendidikan Dan Lingkungan Sosial
Dengan Perilaku Konsumtif Masyarakat
Desa
Tumpah
Kepuh,
Kecamatan
Bakung, Kabupaten Blitar. Skripsi.
Universitas Negeri Malang: Malang.
Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metode
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Rumini,
Sri
&
Siti
Sundari.
2004.
Perkembangan Anak dan Remaja. Rineka
Cipta: Jakarta.
Santoso, Mustofa. 2004. Stop Selagi
Merokok. Jakarta: Pikiran Rakyat Ciber
Media.
Santrock, Jhon. W. 2003. Adolescence
“Perkembangan
Remaja”.
Erlangga:
Jakarta.
Sarwono, Billy. 2011. Pengaruh Iklan
Terhadap
Perilaku
AnakAnak.
http://www.billysarwono.wordpress.com/2
011/02/26/pengaruh-iklan-terhadapperilaku-anak-anak. Akses 05 Desember
2011, pukul 20:56 WITA.
Sugiyono. 2011. Statistik Untuk Penelitian.
Alafbeta: Bandung.
Sukendro,
S.
2007.
Filosofi
Rokok.
Yogyakarta: Pinus Book Publisher.
Suryoprajogo, Nadine. 2009. Kupas Tuntas
Kesehatan Remaja Dari A- Z. Diglosia
Printika: Yogyakarta.
Yasril, 2009. Analisis Multivariat “Untuk
Penelitian Kesehatan”. Mitra Cendika
Offset: Yogyakarta.
Download