MKM Vol. 08 No. 02 Juni 2014 Pengaruh Faktor Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Merokok Pada Remaja Laki- Laki Smp Negeri I Nita Kabupaten Sikka Tahun 2012 John Ari Stanislaus1, Petrus Romeo2, Ribka Limbu2 Abstract: Indonesia's active smokers on average had the habit smoking in adolescence. The number of teenage smokers aged 10-14 years in Sikka district at 3.9% which is a high category. Generally, adolescent smokers are dominated by young male sex. The emergence of adolescent smoking behavior is strongly influenced by the social environment. This study aims to determine the influence of social factors on smoking behavior in male students of SMP Negeri I Nita Sikka regency in 2012. This research is an analytic survey with cross sectional study. The number of respondents as many as 65 people were taken by using quota sampling. Each of the studied variables were tested using logistic regression formula to determine the effect of each variable. This study obtained 44 respondents who smoked and 21 respondents did not smoke. Statistical test results showed that parents (sig = 0.009), brother at home (sig = 0.033) and peers (0.002) effect on student smoking behavior. This situation occurs because one of the roles of parents, siblings and peers at home were ignored. While teachers (sig = 0.115) and advertising (sig = 0.551) had no effect on students' smoking behavior. Therefore, it is recommended to parents, siblings at home, peers and teachers to carry out their role in the same scale. Key words: social environmental, teenagers, smoking behaviors PENDAHULUAN Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganggap bahwa perilaku merokok telah menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit dan kematian (Sukendro, 2007). Merokok merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner, pernapasan kronis, kanker paru serta memiliki kontribusi terhadap kanker laring, mulut, pankreas, serta kanker paru pada perokok pasif (Basyir, 2005). Santrock (2003) menjelaskan bahwa 21% kematian akibat jantung dan 82% kematian akibat paru- paru kronis diakibatkan oleh kebiasaan merokok. Berbagai bahaya yang dapat ditimbulkan oleh merokok tidak mengakibatkan penurunan jumlah perokok dunia. Data The Tobacco Atlas menyatakan bahwa kurang lebih ada 10 juta batang rokok yang dikonsumsi tiap hari di seluruh dunia. Jumlah ini berbanding lurus dengan peningkatan jumlah perokok dunia. Jumlah perokok aktif dunia sendiri mencapai angka satu miliar jiwa (Buma, 2011). 1) 2) Alumni Jurusan PKIP FKM Undana Staf pengajar Jurusan PKIP FKM Undana Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah perokok aktif yang tinggi. Menurut data dari World Health Organization (WHO) tahun 2008, jumlah perokok Indonesia mencapai 27,6% atau setiap 4 orang penduduk Indonesia terdapat 1 orang perokok aktif (Buma, 2011). Keadaan ini terus mengalami peningkatan, dan pada tahun 2010 jumlah perokok Indonesia menjadi 34,7% (Riskesdas, 2010). Menurut Jaya (2009), perokok aktif di Indonesia rata- ratanya mulai melakukan kebiasaan merokok pada rentang usia 13- 15 tahun. Rentang usia 13- 15 tahun ini merupakan rentang usia seseorang berada pada masa peralihan atau masa transisi dari anak- anak menuju dewasa. Usia ini biasanya di sebut usia remaja (Hurlock, 1999). Di Indonesia, usia ini pada umumnya seseorang sedang menjadi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Menurut Santrock (2003), pada rentang usia remaja inilah biasanya perilaku merokok itu mulai muncul. Pengaruh Faktor Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Merokok Pada Remaja Laki- Laki Smp Negeri I Nita Kabupaten Sikka Tahun 2012 WHO menjelaskan bahwa jumlah perokok aktif dunia 30%-nya berada pada kalangan remaja. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) pada tahun 2007 melakukan survey pada remaja Indonesia dan memperoleh hasil bahwa 20,84% remaja adalah perokok. Keadaan ini mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi 26,6% (Riskesdas, 2010). Perbedaan jumlah perokok remaja antara remaja laki- laki dan perempuan memiliki perbandingan yang jauh berbeda. Data WHO tahun 2010 menyatakan bahwa dari 151 negara hanya terdapat 7% perokok remaja perempuan, sedangkan remaja laki- laki mencapai angka 12%. Remaja perokok pria di Indonesia juga memiliki jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan remaja perempuan. Remaja perokok laki- laki di Indonesia mencapai 24,1% sedangkan remaja perempuan sebanyak 4,0% (Nusantaraku, 2009). Provinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) juga tidak terlepas dari masalah jumlah perokok. Menurut data Riskesdas nasional tahun 2007 menyatakan bahwa jumlah perokok pada usia 10-14 tahun di NTT mencapai angka 5,4%. Tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 12,6% (Riskesdas, 2010). Salah satu Kabupaten di NTT yang juga mengalami masalah pada perokok adalah Kabupaten Sikka. Data Riskesdas tahun 2007 menjelaskan bahwa jumlah perokok pada usia 10-14 tahun di Kabupaten Sikka mencapai angka 3,9%. Umumnya perilaku merokok remaja disebabkan oleh berbagai faktor. Penelitian yang dilakukan oleh Alamsyah tahun 2007 di Kota Medan pada remaja SMA menjelaskan adanya faktor orang tua, saudara serumah, teman sebaya dan iklan terhadap perilaku merokok remaja. Hasil penelitian dari Astuti pada tahun 2007 di Yogyakarta menjelaskan bahwa 41,3% perilaku merokok pada remaja dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan teman sebaya. Hasil yang sama juga diperoleh pada penelitian Prasetya tahun 2008 di Lombok yang menunjukkan adanya pengaruh lingkungan keluarga, saudara serumah, teman sebaya dan iklan terhadap perilaku merokok. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri I Nita merupakan salah satu sekolah yang ada di Kabupaten Sikka dan lebih tepatnya berada di Kecamatan Nita. SMP Negeri I Nita memiliki jumlah siswa yang lebih banyak dibandingkan dengan SMPK Kimang Buleng yang juga berada di kecamatan Nita. Berdasarkan profil sekolah, jumlah siswa di SMP Negeri I Nita yang berjenis kelamin lakilaki ada sebanyak 279 siswa atau sebesar 49% pada tahun ajaran 2011/ 2012. SMP Negeri I Nita terletak pada daerah yang strategis di mana SMP Negeri I Nita dikelilingi fasilitas seperti kios dan toko yang memperjual belikan rokok secara bebas sehingga memungkinkan seorang siswa untuk merokok. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, ditemukan ada siswa laki- laki yang merokok pada saat mereka berada di luar sekolah. Hal lain yang ditemukan adalah adanya beberapa guru laki- laki yang merokok di sekolah pada saat tidak mengajar. Hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya aturan yang melarang seseorang untuk merokok di lingkungan sekolah. Kebiasaan merokok yang dilakukan oleh guru tentu saja dapat mempengaruhi siswa untuk merokok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor lingkungan sosial terhadap perilaku merokok pada siswa lakilaki SMP Negeri I Nita Kabupaten Sikka Tahun 2012. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian survey analitik dengan rancang bangun penelitian Cross Sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent) akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmojo, 2010). Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri I Nita 83 MKM Vol. 08 No. 02 Juni 2014 di Kabupaten Sikka, Kecamatan Nita pada bulan Februari 2012 sampai September 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa laki- laki di SMP Negeri I Nita yang berjumlah 198 orang, dengan sampel sebanyak 65 orang. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian Data Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh siswa laki- laki yang menjadi sampel dalam penelitian ini.. Sedangkan data sekunder berasal Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) Nasional dan Provinsi NTT. Teknik Analisis Data Pengolahan data dilakukan melalui proses editing, coding, scoring dan entry dengan program komputer kemudian dianalisis sesuai tujuan penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Uji yang digunakan untuk menganalisis data adalah uji Regresi Logistik (α=0,05) (Yasril, 2009). HASIL DAN BAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri I Nita merupakan salah satu sekolah Negeri yang berada di Kabupaten Sikka yang tepatnya berada di Kecamatan Nita. SMP Negeri I Nita ini merupakan satu- satunya sekolah Negeri di Kecamatan Nita yang bertipe C berdasarkan jumlah siswa dan ruang kelasnya. SMP Negeri I Nita mulai aktif melakukan Kegiatan Belajar Mengajar pada tanggal 01 September 1958. Tanggal 25 Mei 1960 SMP Negeri I Nita memperoleh SK pendirian dengan No. 767/SK/137. Lingkungan SMP Negeri I Nita terdiri dari beberapa area yaitu area bangunan, halaman dan lapangan olah raga; dan secara umum luas wilayah SMP Negeri I Nita seluas 6.794 m2. Mengajar). Proses KBM di SMP Negeri I Nita dalam seminggu berlangsung selama 44 jam yang setiap harinya di mulai dari jam 07.15 WITA sampai jam 13.00 WITA. Karakteristik Umum Responden Usia Jumlah % 11- 13 24 36, 92 14- 16 40 61, 54 17- 19 1 1, 54 Total 65 100 Sumber: Data primer Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok usia 14-16 tahun sebanyak 40 orang siswa (61,54%). Sedangkan yang paling sedikit berada pada usia 17-19 tahun sebanyak 1 orang siswa (1,54%). Analisis Univariat Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok di SMP Negeri I Nita Tahun 2012 Perilaku Merokok Jumlah % Ya 44 67,69 Tidak 21 32,31 Total 65 100 Sumber: Data primer Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa 44 (67,69%) responden yang memiliki perilaku merokok dan 21 (32,31%) responden yang tidak memiliki perilaku merokok pada saat penelitian ini berlangsung. Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Peranan Orang Dalam Perilaku Merokok Siswa di SMP Negeri I Nita Tahun 2012 Peranan Orang Tua Jumlah % Ya 40 61,54 Tidak 25 38,46 Total 65 100 Sumber: Data primer Sebagai lembaga formal, SMP Negeri I Nita tentu menjalankan fungsi dan tugas pokoknya yaitu mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan anak didik melalui proses KBM (Kegiatan Balajar 84 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa orang tua mereka mempunyai Pengaruh Faktor Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Merokok Pada Remaja Laki- Laki Smp Negeri I Nita Kabupaten Sikka Tahun 2012 peranan dalam perilaku merokok berjumlah 40 responden (61,54%). dalam perilaku merokok responden (61,54%). berjumlah 40 Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Peranan Saudara Serumah Dalam Perilaku Merokok Siswa di SMP Negeri I Nita Tahun 2012 Peranan Saudara Jumlah % Serumah Ya 43 66,15 Tidak 22 33,85 Total 65 100 Tebal 8 Distribusi Responden Berdasarkan Paparan Iklan Rokok Dalam Perilaku Merokok Siswa di SMP Negeri I Nita Tahun 2012 Paparan Iklan Jumlah % Rokok Ada 12 18,46 Tidak 53 81,54 Total 65 100 Sumber: Data primer Sumber: Data primer Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa saudara serumah mereka mempunyai peranan dalam perilaku merokok berjumlah 43 responden (66,15%). Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak terpapar iklan rokok yang berjumlah 53 responden (81,54%). Analisis Bivariat Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Peranan Teman Sebaya Dalam Perilaku Merokok Siswa di SMP Negeri I Nita Tahun 2012 Peranan Teman Jumlah % Sebaya Ya 27 41,54 Tidak 38 58,46 Total 65 100 Sumber: Data primer Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa teman sebaya mereka tidak mempunyai peranan dalam perilaku merokok berjumlah 38 responden (58,46%). Tebal 7 Distribusi Responden Berdasarkan Peranan Guru Dalam Perilaku Merokok Siswa di SMP Negeri I Nita Tahun 2012 Peranan Guru Jumlah % Ya 40 61,54 Tidak 25 38,46 Total 65 100 Sumber: Data primer Tabel 9 Pengaruh Orang Tua Terhadap Perilaku Merokok Siswa Di SMP Negeri I Nita Tahun 2012 Perilaku Merokok Orang Tua Ya Tidak TOTAL Ya n 32 12 44 % 49,23 18,46 67,69 Tidak n 8 13 21 % 12,31 20 32,31 Jumlah Responde n N % 40 61,54 25 38,46 65 100 Sumber:Data primer Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa responden yang berpendapat bahwa orang tua mempunyai peranan dalam perilaku merokok berjumlah 40 orang (61,54%), 32 orang (49,23%) diantaranya merokok dan 8 orang (12,31%) lainnya tidak merokok. Hasil uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan rumus Regresi Logistik Sederhana diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi sebesar 0,009 (sig < 0,05). Hasil tersebut menjelaskan bahwa ada pengaruh orang tua terhadap perilaku merokok siswa. Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendapat bahwa guru mereka mempunyai peranan 85 MKM Vol. 08 No. 02 Juni 2014 Tabel 10 Pengaruh Saudara Serumah Terhadap Perilaku Merokok Siswa di SMP Negeri I Nita Tahun 2012 Saudara Serumah Ya Tidak TOTAL Perilaku Merokok Ya Tidak n % n % 33 50,77 11 16,92 11 16,92 10 15,29 44 67,69 21 32,31 Jumlah Responde n N % 44 67,69 21 32,31 65 100 Tabel 12 Pengaruh Guru Terhadap Perilaku Merokok Siswa di SMP Negeri I Nita Tahun 2012 Guru Ya Tidak TOTAL Perilaku Merokok Ya Tidak n % n % 30 46,15 10 15,39 14 21,54 11 16,92 44 67,69 21 32,31 Jumlah Responde n N % 40 61,54 25 38,46 65 100 Sumber: Data primer Sumber: Data primer Berdasarkan tabel IV.22 dapat dilihat bahwa responden yang berpendapat bahwa saudara serumah mempunyai peranan dalam perilaku merokok berjumlah 44 orang (67,69), 33 orang (50,77) diantaranya merokok dan 11 orang (16,92%) lainnya tidak merokok. Hasil uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan rumus Regresi Logistik Sederhana diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi sebesar 0,033 (sig < 0,05). Hasil tersebut menjelaskan bahwa ada pengaruh saudara serumah terhadap perilaku merokok siswa. Berdasarkan tabel IV.24 dapat dilihat bahwa responden yang berpendapat bahwa guru mempunyai peranana dalam perilaku merokok berjumlah 40 orang (61,54%), 30 orang (46,15%) diantaranya merokok dan 10 orang (25,39%) lainnya tidak merokok. Hasil uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan rumus Regresi Logistik Sederhana diperoleh bahwa nilai signifikansinya sebesar 0,115 (sig > 0,05). Hasil ini menjelaskan bahwa tidak ada pengaruh guru terhadap perilaku merokok siswa. Tabel 11 Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perilaku Merokok Siswa di SMP Negeri I Nita Tahun 2012 Tabel 13 Pengaruh Paparan Iklan Rokok Terhadap Perilaku Merokok Siswa di SMP Negeri I Nita Tahun 2012 Teman Sebaya Ya Tidak TOTAL Perilaku Merokok Ya Tidak n % n % 26 40 1 1,54 18 27,69 20 30,77 44 67,69 21 32,31 Jumlah Responden N % 27 41,54 38 58,46 65 100 Paparan Iklan Ada Tidak TOTAL Perilaku Merokok Ya Tidak n % n % 9 13,84 3 4,62 35 53,85 18 27,69 44 67,69 21 32,31 Jumlah Responden N % 12 18,46 53 81,54 65 100 Sumber: Data primer Sumber: Data primer Berdasarkan tebal IV.23 dapat dilihat bahwa responden yang berpendapat bahwa teman sebaya mempunyai peranan dalam perilaku merokok berjumlah 27 orang (41,54%), 26 orang (40%) diantaranya merokok dan 1 orang (1,54%) lainnya tidak merokok. Hasil uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan rumus Regresi Logistik Sederhana diperoleh bahwa nilai signifikansinya sebesar 0,002 (sig < 0,05). Hasil ini menjelaskan bahwa ada pengaruh teman sebaya terhadap perilaku merokok siswa. Berdasarkan tebal IV.25 dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan ada paparan iklan rokok ada 12 orang (18,46%), 9 orang (13,84%) diantaranya merokok dan 3 orang (4,62%) lainnya tidak merokok. Hasil uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan rumus Regresi Logistik Sederhana diperoleh bahwa nilai signifikansinya sebesar 0,551 (sig > 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh paparan iklan terhadap perilaku merokok siswa. 86 Pengaruh Faktor Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Merokok Pada Remaja Laki- Laki Smp Negeri I Nita Kabupaten Sikka Tahun 2012 Perilaku merokok sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat dan internasional. WHO menyatakan bahwa merokok merupakan masalah yang harus segera memperoleh penanggulangan yang tepat. Penyataan WHO ini menjelaskan bahwa sudah berbagai upaya dilakukan berbagai kalangan namun tidak mampu menekan laju pertumbuhan jumlah perokok dunia. jumlah perokok dunia sendiri tersebar dari berbagai macam kalangan, baik itu dewasa, laki- laki, perempuan, kaya, miskin; dan bahkan sudah merambah ke kalangan para remaja. Bukti adanya para perokok dikalangan remaja telah banyak dikemukakan oleh berbagai penelitian. Bukti salah satunya adalah hasil penelitian ini, penelitian yang dilakukan di SMP Negeri I Nita terhadap 65 responden. Hasil penelitina ini menemukan bahwa remaja SMP sudah mulai merokok dan menjadikan merokok sebagai salah satu kebiasaan. Secara umum, hasil penelitian yang dilakukan terhadap 65 responden ini didapati bahwa ada responden yang pernah mencoba merokok dan tidak pernah mencoba untuk merokok. Responden yang pernah mencoba merokok berjumlah 52 (80%) responden dan yang tidak pernah mencoba untuk merokok berjumlah 13 (20%) responden. Umumnya, sebagian besar responden sudah pernah mencoba merokok dan rata- ratanya pada usia diatas 10 tahun. Munculnya perilaku merokok disebabkan oleh beberapa alasan yang mendasarinya. Secara umum, ada dua alasan yang mendasari responden untuk mencoba merokok pertama kalinya. Sebagaian besar responden yang pernah mencoba merokok mengatakan alasan utama pertama kali merokok adalah sekedar iseng atau penasaran. Responden yang mengatakan alasan pertama kali merokok sekedar iseng ada berjumlah 35 (67,31%) responden. Sedangkan, sisanya yang berjumlah 17 (32,69%) responden mengatakan alasan pertama kali merokok adalah diajak atau dipaksa oleh teman. Secara umum, alasan pertama kali merokok oleh responden yang pernah mencoba merokok adalah penasaran. sekedar iseng atau Responden yang pernah mencoba merokok ada yang tetap merokok atau menjadikan merokok sebagai suatu kebiasaan; dan ada juga yang tidak merokok lagi atau tidak menjadikan merokok sebagai suatu kebiasaan. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa dari 52 reponden yang pernah mencoba merokok terdapat 44 (84,62%) responden yang menjadikan merokok sebagai suatu kebiasaan. Responden yang tetap merokok ini pada umunya adalah seorang perokok ringan atau yang merokok dalam seharinya berjumlah 1 sampai 4 batang dan tidak menambah jumlah batang rokok yang dihisap. Penelitian ini juga memperolah hasil bahwa responden yang merokok ini sebagaian besarnya mulai menjadikan merokok sebagai suatu kebiasaan pada saat berumur 14 tahun. Responden sisa yang berjumlah 8 (15,38%) responden yang pernah mencoba merokok mengatakan bahwa mereka sudah tidak merokok lagi. Umumnya, responden yang sudah tidak merokok lagi mulai berhenti merokok pada saat berumur 13 tahun. Secara umum, dari 65 responden penelitian diperoleh hasil 44 (67,69%) responden adalah seorang perokok dan 21 (32,31%) lainnya adalah bukan seorang perokok. Pengaruh Orang Tua Terhadap Perilaku Merokok Siswa Di SMP Negeri I Nita Tahun 2012 Lingkungan keluarga memiliki peranan besar dalam membentuk kepribadian seorang remaja dan merupakan lingkungan pertama yang dikenal seorang remaja (Istiqomah, 2003). Orang tua merupakan bagian penting dalam kehidupan keluarga yang membantu pembentukan perilaku remaja. Sebagai lingkungan pertama yang dikenal oleh remaja, orang tua patut menjauhkan remaja dari berbagai masalah kenakalan remaja. Perilaku merokok merupakan salah satu masalah kenakalan remaja yang terus berkembang. 87 MKM Vol. 08 No. 02 Juni 2014 Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan rumus regresi logistik sederhana diperoleh bahwa nilai signifikansi sebesar 0,009 (sig < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh orang tua terhadap perilaku merokok remaja. Hasil ini juga menunjukkan bahwa berbagai peranan orang tua berpengaruh dalam kehidupan remaja. Kehidupan remaja pada dasarnya masih sangat membutuhkan bimbingan orang tua dalam bentuk peranan dalam berbagai hal. Peranan orang tua yang dibutuhkan dalam perkembangan seorang remaja dapat berupa peranan sebagai panutan, pendidik, pengawas, pendorong, konselor dan komunikator. Peranan orang tua ini merupakan salah satu aspek yang turut membentuk perilaku merokok seorang remaja. Apabila orang tua berperan dalam kehidupan seorang remaja dan melakukan segala bentuk peranan dalam skala yang sama maka seorang remaja akan cenderung menjauhi segala bentuk kenakalan remaja termasuk merokok. Sebaliknya, apabila orang tua tidak berperan maka seorang remaja akan cenderung mudah terjerumus dalam perilaku merokok. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa peranan orang tua dengan jumlah perokok berbanding terbalik. Namun, penelitian ini memperoleh hasil yang sebaliknya. Justru remaja yang orang tuanya berperan dalam kehidupan merokok lebih banyak merokok dibandingkan yang tidak merokok. Hal ini berarti, remaja yang orang tuanya berperan tetap melakukan tindakan merokok dapat diakibatkan oleh jenis- jenis peranan orang tua tidak dilakukan dalam skala yang sama. Timbulnya perilaku merokok remaja melibatkan berbagai peranan orang tua dalam kehidupan sehari- hari. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa 32 responden yang berperan dan responden tersebut merokok menyatakan bahwa ada orang tua yang mengabaikan salah satu peranan dalam kehidupan merokok remaja. Jenis- jenis peranan orang tua yang 88 dilaksanakan dalam skala yang sama mampu menyebabkan timbulnya perilaku merokok pada remaja. Karena setiap bentuk hubungan yang berlangsung antara orang tua dan remaja mempunyai dampak yang sangat besar terhadap perkembangan remaja (Santrock, 2003).Salah satu jenis peranan orang tua yang diabaikan mampu lebih besar berpengaruh terhadap timbulnya perilaku merokok. Beberapa peranan yang diabaikan orang tua adalah peranan orang tua sebagai panutan dan pengawas. Peranan orang tua sebagai panutan merupakan peranan orang tua untuk memberikan contoh- contoh dan teladan yang baik bagi remaja. Orang tua yang merokok merupakan kelalaian orang tua sebagai panutan. Berdasarkan data diperoleh bahwa 32 responden yang orang tuanya berperan dan responden tersebut merokok, 16 diantaranya menyatakan bahwa orang tua mereka adalah seorang perokok dan pernah merokok dihadapan mereka. Hal ini tentu menjadi salah satu pemicu timbulnya perilaku merokok pada remaja. Seorang remaja akan cenderung akan menyesuaikan atau menyelaraskan perilakunya dengan apa yang dilakukan oleh orang tua (Santrcok, 2003). Orang tua yang merokok dijadikan contoh bagi remaja untuk meniru perilaku tersebut. Pada dasarnya, remaja akan mencontoh perilaku orang tua dalam kehidupan seharihari karena memang dalam keluargalah pertama kali remaja menerima pendidikan (Istiqomah, 2003). Tidak hanya peranan orang tua sebagai panutan yang diabaikan namun peranan orang tua sebagai pengawas juga diabaikan oleh orang tua. Dari 32 responden yang menyatakan orang tuanya berperan dalam perilaku merokok, 5 orang di antaranya menyatakan bahwa peranan orangtua sebagai pengawas diabaikan oleh orang tua. Orang tua yang tidak melakukan pengawasan terhadap seorang remaja cenderung menyebabkan seorang remaja bebas melakukan apapun termasuk merokok. Perasaan ingin bebas dari pengawasan orang Pengaruh Faktor Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Merokok Pada Remaja Laki- Laki Smp Negeri I Nita Kabupaten Sikka Tahun 2012 tua sangat tinggi oleh remaja. Pada saat bebas dari orang tua inilah pengaruh lain mulai masuk ke dalam diri remaja (Istiqomah, 2003). Hal ini tentu dapat berperngaruh terhadap terbentuknya perilaku merokok seorang remaja. Penelitian ini juga memperoleh hasil bahwa meskipun orang tua tidak berperan namun ada beberapa responden yang memutuskan untuk tidak merokok. Keadaan ini disebabkan oleh ada salah satu peranan orang tua yang dijalankan. Dari 13 responden yang menyatakan bahwa orang tuanya tidak berperan dan memutuskan untuk tidak merokok, 5 orang diantaranya menyatakan bahwa orang tuanya berperan sebagai pendorong dan 3 lainnya menyatakan bahwa orang tuanya berperan sebagai pengawas. Bentuk dorongan orang tua kepada remaja untuk tidak merokok menjadi salah satu motivasi untuk remaja menghindari perilaku merokok. Karena munculnya perilaku seorang individu diakibatkan besarnya dorongan tersebut (Notoatmodjo, 2003). Bentuk pengawasan orang tua yang tinggi juga menyebabkan seorang remaja cenderung untuk menghindar dari kebiasaan merokok. Seorang remaja yang mendapatkan pengawasan yang tinggi oleh orang tua menjadi tidak bebas untuk melakukan berbagai hal diluar keinginan orang tua termasuk merokok. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sesuai dengan hasil Komalasari (2000) yang memperoleh hasil bahwa orang tua mempunyai sumbangan yang berarti dalam perilaku merokok remaja. selain itu, peneltian yang dilakukan oleh Astuti (2007) juga memperoleh hasil bahwa orang tua meempunyai perilaku merokok pada remaja. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alamsyah (2009) juga memperoleh hal yang sama yaitu adanya orang tua terhadap perilaku merokok remaja. Pengaruh Saudara Serumah Terhadap Perilaku Merokok Siswa Di SMP Negeri I Nita Tahun 2012 Saudara serumah merupakan bagian dari lingkungan keluarga yang berperan besar dalam pembentukan kepribadian seorang remaja. Pengaruh pribadi lain yang ada di dalam rumah mempengaruhi kehidupan pribadi,hubungan dengan keluarga dan hubungan sosial remaja. Tingkat komunikasi antar usia yang sama relatif tinggi mempu memberikan pengaruh kepada remaja. Munculnya perilaku merokok tidak terlepas dari peranan saudara serumah dalam berbagai hal. Berdasarkan hasil uji statitik dengan menggunakan rumus regresi logistik sederhana diperoleh bahwa nilai singnifikansi sebesar 0,033 (sig < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh orang tua terhadap perilaku merokok remaja. Hasil ini juga menjelaskan bahwa berbagai peranan saudara berpengaruh dalam kehidupan merokok remaja. Kehidupan remaja pada dasarnya lebih mencari kebebasan dan lebih untuk mencoba berbagai hal yang ingin diketahui. Untuk mencoba berbagai hal, seorang remaja masih membutuhkan seorang agen sosial untuk belajar. Seorang saudara merupakan salah satu agen sosial bagi seorang remaja untuk berperilaku yang masih bagian keluarga yang sangat dominan dalam pembentukan perilaku remaja (Mucthar, 2005). Sebagai agen sosial bagi seorang remaja, saudara serumah sangat dibutuhkan berbagai peranannya. Peranan seorang saudara serumah dapat berupa peranan sebagai panutan, pendorong, pengawas dan komunikator. Peranan seorang saudara merupakan salah satu aspek yang turut berpengaruh dalam perilaku merokok seorang remaja. Seorang saudara yang berperan tentu mampu mengarahkan seorang remaja untuk cenderung menghindari perilaku merokok dan juga sebaliknya. Namun, penelitian ini memperolah hasil meskipun saudara 89 MKM Vol. 08 No. 02 Juni 2014 serumahnya berperan dalam perilaku merokok tetapi jumlah yang merokok lebih banyak dibandingkan yang tidak merokok. Hal ini berarti masing- masing peranan saudara berpengaruh pada perilaku merokok remaja dan juga peranan saudara tidak dilakukan dalam skala yang sama. Peranan yang diabaikan oleh saudara serumah sehingga menyebabkan adanya kebiasaan merokok remaja adalah peranan saudara sebagai panutan dan pengawas. Peranan saudara serumah sebagai panutan merupakan peranan saudara serumah untuk memberikan contoh- contoh perilaku bagi seorang remaja. Saudara serumah yang merokok mampu mempengaruhi seorang remaja untuk merokok. Berdasarkan data penelitian diperoleh bahwa 33 responden yang merokok dan menyatakan saudara serumahnya berperan. 15 responden diantaranya menyatakan bahwa saudara serumah mengabaikan peranannya sebagai panutan. Saudara Serumah yang merokok merupakan kelalaian saudara serumah sebagai panutan. Saudara serumah yang merokok merupakan contoh bagi remaja untuk melakukan hal yang serupa. Hal ini tentu menjadi salah satu pemicu timbulnya perilaku merokok remaja. Saudara serumah yang merokok akan mengakibatkan remaja untuk merokok, karena remaja akan cenderung menyesuaikan perilakunya sesuai dengan keadaan lingkungannya. Remaja juga akan cenderung akan merokok apabila salah satu anggota keluarganya merokok (Istiqomah, 2003). Peranan Saudara Serumah yang juga diabaikan adalah peranan saudara serumah sebagai pengawas. Berdasarkan data penelitian diperoleh bahwa 33 responden yang merokok dan menyatakan bahwa saudara serumah berperan, 12 orang diantaranya menyatakan bahwa saudara serumahnya mengabaikan peranannya sebagai pengawas. Pengawasan dalam bentuk larangan dan teguran dari lingkungan sekitar remaja mampu menghindarkan remaja dari masalah kenakalan remaja termasuk 90 merokok. Tidak adanya pengawasan dari saudara serumah menyebabkan seorang remaja bebas bertindak sesukanya. Hal ini tentu menjadi salah satu pemicu seorang remaja untuk bebas melakukan tindakan merokok. Istiqomah (2003) juga menyatakan hal yang sama yaitu seorang remaja akan cenderung menjadi perokok karena tidak mampu mengendalikan dirinya pada saat diluar pengawasan lingkungan sekitarnya. Penelitian ini juga menemukan bahwa ada 10 responden yang menyatakan bahwa saudara serumah tidak berperan namun memutuskan untuk tidak merokok. Hal ini dapat disebabkan karena adanya salah satu peranan yang tidak diabaikan oleh saudara serumah. Peranan yang tidak diabaikan oleh saudara serumah adalah peranan sebagai pendorong dan pengawas. Dari 10 responden diketahui bahwa 7 orang diantaranya menyatakan bahwa peranan saudara serumaha sebagai pendorong tidak diabaikan. Juga 3 responden lainnya menyatakan bahwa peranan saudara serumah sebagai pengawas tidak diabaikan. Peranan saudara serumah sebagai pendorong dan pengawas mampu meminimalisir timbulnya kebiasaan merokok pada remaja. Bentuk dorongan mampu mengarahkan individu untuk berperilaku kearah dorongan tersebut. Karena perilaku individu ditentukan oleh besarnya dorongan tersebut (Notoatmodjo, 2003). Sama halnya pengawasan, tingginya perngawasan saudara serumah mampu menyebabkan remaja tidak memperoleh kebebasan untuk melakukan berbagai hal termasuk merokok. Oleh karena itu tingginya dorongan dan pengawasan dari saudara serumah menyebabkan remaja menghindari kebiasaan merokok. Hasil penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Alamsyah (2007) bahwa ada pengaruh saudara yang signifikan terhadap perilaku merokok remaja. Hasil yang sama juga diperoleh dari hasil penelitiannya Suardi (2008) dengan hasil saudara yang merokok berpengaruh secara bermakna Pengaruh Faktor Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Merokok Pada Remaja Laki- Laki Smp Negeri I Nita Kabupaten Sikka Tahun 2012 terhadap kebiasaan merokok pada pelajar sekolah lanjut dan sekolah menengah. Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perilaku Merokok Siswa Di SMP Negeri I Nita Tahun 2012 Pada usia remaja, seorang anak akan mempunyai banyak teman dari berbagai latar belakang yang berbeda. Teman sebaya dapat memberikan pengaruh yang positif dan pengaruh yang negatif terhadap remaja. Kecenderungan seorang remaja untuk lebih dekat dengan orang yang seumuran atau yang sedewasa menjadikan hubungan dengan teman sebaya lebih besar dibandingkan dengan orang yang lebih muda atau lebih tua. Dari hasil uji statistik dengan menggunkan rumus regresi logistik sederhana diperoleh bahwa nilai singnifikansinya sebesar 0,002 (sig < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh teman sebaya yang signifikan terhadap perilaku merokok siswa. Teman sebaya merupakan lingkungan sebenarnya bagi seorang remaja dalam menguji dan melakukan berbagai hal. Seorang remaja, sangat memperhatikan nilainilai yang berlaku dalam lingkungan sebayanya (Hurlock dalam Mu’tadi, 2002). Ini berarti nilai- nilai positif dan negatif teman sebaya dapat berpengaruh terhadap perilaku seorang remaja. Seorang teman sebaya memegang berbagai peranan dalam kehidupan seorang remaja. Peranan seorang teman sebaya dapat berupa panutan, pendorong, pengawas dans komunikator. Setiap bentuk peranan harus dilaksanakan oleh teman sebaya dalam skala yang sama untuk menghindari perilaku merokok remaja. Satu bentuk peranan yang diabaikan mampu menjadi pemicu untuk timbulnya perilaku merokok. Teman sebaya yang berperan dalam kehidupan remaja pada dasarnya remaja tersebut cenderung untuk menghindari masalah kenakalan remaja. Sedangkan bila teman sebaya yang tidak berperan dalam kehidupan remaja maka remaja tersebut akan lebih mudah terjerumus pada masalah kenakalan remaja. Namun, penelitian ini menemukan hal yang sebaliknya yaitu makin tinggi teman sebaya berperan makin besar pula remaja yang merokok. Seharusnya yang terjadi adalah makin tinggi peran seorang teman sebaya makin berkurang jumlah remaja yang merokok. Keadaan yang ditemukan dalam penelitian ini dapat disebabkan karena bentuk- bentuk peranan teman sebaya tidak dijalakan pada skala yang sama besar atau diabaikan. Peranan teman sebaya yang diabaikan pada penelitian ini adalah peranan teman sebaya sebagai panutan dan pendorong. Peranan teman sebaya yang diabaikan ini bisa menjadi salah satu pemicu untuk munculnya perilaku merokok. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa 27 responden menyatakan bahwa teman sebaya berperan dalam perilaku merokok, 26 diantaranya adalah seorang perokok dan 1 lainnya bukan perokok. Dari 26 responden yang merokok ini ada 17 responden yang menyatakan bahwa teman sebaya mengabaikan peranannya sebagai panutan. Teman sebaya yang merokok merupakan bentuk kelalaian teman sebaya dalam peranannya sebagai panutan. Dari 17 responden yang menyatakan bahwa teman sebayanya mengabaikan peranannya sebagai panutan menyatakan bahwa teman sebaya adalah seorang perokok dan pernah merokok bersama- sama. Keadaan ini tentu menjadi salah satu pemicu timbulnya perilaku merokok pada remaja. Teman sebaya mampu mempengaruhi pertimbangan dan keputusan dalam berperilaku seorang remaja (Santrock, 2003). Perilaku teman sebaya ini dijadikan contoh perilaku bergi seorang remaja. jadi apabila Teman sebayanya merokok , maka mampu mempengaruhi pertimbangan dan keputusan remaja untuk merokok. Selain peranan teman sebaya sebagai panutan peranan teman sebaya sebagai pendorong juga mempunyai pengaruh dalam perilaku merokok remaja. Dari 26 responden 91 MKM Vol. 08 No. 02 Juni 2014 yang merokok dan menyatakan bahwa teman sebaya berperan, 7 diantaranya menyatakan bahwa teman sebaya pernah mengejek mereka karena tidak merokok. Ejekkan yang dilakukan teman sebaya merupakan bentuk dorongan untuk menyesuainkan perilaku sesuai dengan keadaan kelompoknya. Remaja yang cenderung takut tidak diterima oleh kelompok sebayanya selalu berusaha menyesuaikan diri mengikuti pola perilaku yang berkembang dalam kelompok sebayanya (Istiqomah, 2003). Keadaan ini merupakan salah satu pemicu bagi remaja untuk timbulnya kebiasaan merokok remaja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2003) yang menungkapkan bahwa teman sebaya memberikan sumbangan yang efektif terhadap munculnya perilaku merokok. Begitu pula dengan hasil penelitian dari Alamsyah (2007) yang mengungkapkan bahwa teman sebaya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku merokok remaja. Pengaruh Guru Terhadap Perilaku Merokok Siswa Di SMP Negeri I Nita Tahun 2012 Guru merupakan agen sosial dalam kehidupan remaja dilingkungan sekolah. Seorang guru tidak hanya berperan sebagai seorang pengajar, namun menjadi teladan dalam kehidupan para remaja melalui perilaku yang ditunjukkan oleh guru tersebut. Guru sendiri mempunyai berbagai peranan dalam pembentukan perilaku seorang remaja sekolah. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan rumus Regresi Logistik Sederhana diperoleh bahwa nilai singnifikansinya sebesar 0,115 (sig > 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh peran guru terhadap perilaku merokok siswa. Sebagai seorang mahluk sosial dan agen sosial, seorang guru memiliki pengaruh yang sangat penting dalam pembentukan perilaku seorang remaja. Biasanya, kehidupan seorang remaja dalam satu dan lain hal 92 dipengaruhi oleh guruguru yang mengajarnya. Dalam kehidupan merokok remaja peranan guru sangat dibutuhkan dalam berbagai hal. Berdasarkan hasil peneliitian diperoleh hasil ada 40 responden yang menyatakan bahwa guru berperan, 30 diantaranya adalah seorang perokok dan 10 lainnya tidak merokok. Pada dasarnya, apabila guru berperan maka remaja akan cenderung menjauhi perilaku merokok dan sebaliknya bila gurunya tidak berperan maka remaja cenderung merokok. Berdasarakan data diperoleh bahwa 30 responden menyatakan bahwa guru berperan namun responden tetap melakukan tindakan merokok. Seharusnya, yang terjadi adalah apabila makin tinggi peran seorang guru maka remaja akan cenderung untuk tidak merokok. Keadaan yang terjadi pada penelitian ini adalah makin tinggi peran guru maka makin banyak responden yang memutuskan untuk merokok. Situasi ini menunjukkan bahwa ada faktor- faktor lain diluar guru yang berperngaruh terhadap perilaku merokok remaja. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan 30 responden yang merokok meskipun ada peranan yang menyatakan bahwa guru mereka tidak mengabaikan salah satu peranan yang dijalankan sebagai mahluk sosial namun responden tetap memutuskan untuk merokok. Keadaan akan berubah bila salah satu peranan guru diabaikan, satu peran guru yang diabaikan tersebut bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya perilaku merokok remaja. Karena perilaku merokok tidak hanya disebabkan oleh satu faktor namun disebabkan oleh berbagai faktor (Aula, 2010). Penelitian ini juga menemukan bahwa ada 11 responden yang menyatakan bahwa guru tidak berperan namun memutuskan untuk tidak merokok. Hal ini dapat disebabkan karena adanya faktor lain yaitu alasan kesehatan dari responden tersebut. Alasan kesehatan mampu menjadikan remaja untuk menghindari perilaku merokok. Alasan kesehatan ini merupakan bentuk sikap positif dari seorang remaja terhadap perilaku Pengaruh Faktor Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Merokok Pada Remaja Laki- Laki Smp Negeri I Nita Kabupaten Sikka Tahun 2012 merokok. Pada dasarnya sikap seseorang mampu menentukan perilaku orang tersebut. Sikap tidak terlepas dari perilaku seseorang yang artinya bila seseorang menolak suatu objek, ia akan cenderung untuk menghindari objek tersebut (Azwar, 1998). Sehingga apabila responden bersikap menolak perilaku merokok maka responden tersebut tidak memiliki kebiasaan merokok. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Ada pengaruh peranan orang tua terhadap perilaku merokok pada siswa laki- laki SMP Negeri I Nita dimana peranan orang tua sebagai pendidik, pendorong, konselor dan komunikator lebih dominan dibandingkan dengan peranan sebagai panutan dan pengawas. (2) Ada pengaruh peranan saudara serumah terhadap perilaku merokok pada siswa laki- laki SMP Negeri I Nita di mana peranan saudara serumah sebagai pendorong dan komunikator lebih dominan dibandingkan dengan peranan sebagai panutan dan pengawas. (3) Ada pengaruh teman sebaya terhadap perilaku merokok pada siswa laki- laki di mana peranan teman sebaya sebagai pengawas dan komunikator lebih dominan dibandingkan dengan peranan sebagai panutan dan pendorong. (4) Tidak ada pengaruh peranan guru terhadap perilaku merokok siswa di mana peranan guru sebagai penutan, pendidik, pengawas, pendorong, konselor dan komunikator tidak ada yang diabaikan namun siswa laki- laki tetap merokok. (5) Tidak ada pengaruh iklan terhadap perilaku merokok pada siswa lakilaki di mana siswa laki- laki tetap merokok meskipun tidak adanya paparan iklan rokok. DAFTAR PUSTAKA Alamsyah, Rika Mayasari. 2007. FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007. Tesis. Universitas Sumatera Utara: Medan. Ambarita, Ira Novita. 2009. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Terhadap perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 3 Kupang Tahun 2009. Skripsi. UNDANA: Kupang. Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Astuti, Kamsih. 2007. Mencari Prediktor Perilaku Merokok Pada Remaja Awal. Yogyakarta: Universitas Wangsa Manggala. Aula, Lisa Ellizabet. 2010. Stop Merokok (Sekarang Atau Tidak Sama Sekali). Garailmu: Yogyakarta. Azwar, Saifudin. 1998. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Basyir, Abu. 2005. Mengapa Ragu Tinggalkan Rokok. Jakarta: Pustaka AtTazkia Buma, Buha. 2011. Jumlah Perokok Remaja Indonesia Hingga Tahun 2011. http://bumabuha4lh.blogspot.com/2011/07 /jumlah-perokok-remaja indonesiahingga.html. Akses 27 Februari 2012, pukul 20:07 WITA. Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007. Depkes: Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2007 Provinsi Nusa Tenggara Timur. Depkes: Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2010. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2010. Depkes: Jakarta. Dianerezki, Vanissa & Dwiriasti Yusti. 2010. Makalah Seminar Psikologi (Perilaku Merokok). Universitas Islam Indonesia: Yogyakarta. Gunarsa, Singgih. D. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. BPK Gunung Ilmu: Jakarta. Gunarsa, Singgih. D. & Singgih D. Gunarsa. 1995. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. BPK Gunung Ilmu: Jakarta. Hurlock, Elizabeth. B. 1999. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Erlangga: Jakarta. Ipras. 2010. Lingkungan Sosial Pengaruhi Masa Depan Generasi Muda. 93 MKM Vol. 08 No. 02 Juni 2014 http://www.iprasblog.com/lingkungansosial-pengaruhi-masa-depan-generasimuda/94. Akses 05 Oktober 2011, pukul 18:00 WITA. Istiqomah, Umi. 2003. Upaya Menuju Generasi Tanpa Merokok (Pendekatan Analisis Untuk Menanggulangi dan Mengantisipasi Remaja Merokok). CV Setia Aji: Surakarta. Jaya, Muhammad. 2009. Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Rokok. Riz’ma: Yogyakarta. Juliansyah, Fajar. 2010. Perilaku Merokok Pada Remaja. http://fajarjuliansyah. wordpress.com/2010/02/07/perilakumerokok-pada-remaja/. Akses 8 November 2011, pukul 20:44 WITA. Klau, Theresia Evelyn. 2011. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Pada Siswa Di SMK Kristen I Diakui Kupang Tahun 2010. Skripsi. UNDANA: Kupang. Komalasari, Dian. 2000. Faktor- Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Skripsi. Universitas Islam Indonesia: Yogyakarta. Kusmiadi, Riwan, 2010. Kenakalan Remaja, Peran Orangtua, Guru Dan Lingkungan. http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?ju dul= Kenakalan %20Remaja,%20Peran% 20Orang%20Tua,%20Guru%20dan%20Li ngkungan&&nomorurut_artikel=271. Akses 8 Desember 2011, pukul 20:44 WITA. Mu’tadin, Z. 2002. Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Pada Remaja. http://www.e-psikologi.com/remaja. 050602.htm[online]. Akses 30 Januari 2012, pukul 21:14 WITA. Mucthar, 2005. Matikan rokok hidupkan semangat menuju jalan hidup sehata bermakna. Bandung: Amanah Publishing House. Nasution, Indri Kemala. 2007. Perilaku merokok pada remaja. Skripsi. USU: Medan. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka cipta: Jakarta. 94 Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka cipta: Jakarta. Nusantaraku. 2009. Daftar 10 Perokok Terbesar Di Dunia. http://www.echnusantaraku.com/daftar-10-negaraperokok-terbesar-di-dunia/. Akses 28 Agustus 2011, pukul 20:20 WITA. Prasetya, Yuda. 2008. Hubungan Lingkungan Terhadap Perilaku Merokok Pada Remaja Di Sma Negeri I Narmada Kabupaten Lombok Barat NTB Tahun 2008. Karya Ilmiah. Politeknik Kesehatan: Mataram. Rinata. 2010. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dan Lingkungan Sosial Dengan Perilaku Konsumtif Masyarakat Desa Tumpah Kepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar. Skripsi. Universitas Negeri Malang: Malang. Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metode Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Rumini, Sri & Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Rineka Cipta: Jakarta. Santoso, Mustofa. 2004. Stop Selagi Merokok. Jakarta: Pikiran Rakyat Ciber Media. Santrock, Jhon. W. 2003. Adolescence “Perkembangan Remaja”. Erlangga: Jakarta. Sarwono, Billy. 2011. Pengaruh Iklan Terhadap Perilaku AnakAnak. http://www.billysarwono.wordpress.com/2 011/02/26/pengaruh-iklan-terhadapperilaku-anak-anak. Akses 05 Desember 2011, pukul 20:56 WITA. Sugiyono. 2011. Statistik Untuk Penelitian. Alafbeta: Bandung. Sukendro, S. 2007. Filosofi Rokok. Yogyakarta: Pinus Book Publisher. Suryoprajogo, Nadine. 2009. Kupas Tuntas Kesehatan Remaja Dari A- Z. Diglosia Printika: Yogyakarta. Yasril, 2009. Analisis Multivariat “Untuk Penelitian Kesehatan”. Mitra Cendika Offset: Yogyakarta.