PENGEMBANGAN MODEL LAYANAN PENGUASAAN KONTEN

advertisement
Jurnal Penelitian Tindakan
Bimbingan dan Konseling
Vol. 1, No. 3, September 2015
ISSN 2442-9775
PENGEMBANGAN MODEL LAYANAN PENGUASAAN KONTEN
BERBASIS TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN UNTUK
MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Hendra Sulistiawan
IKIP-PGRI Pontianak, Kalimantan Barat
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi objektif pelaksanaan layanan penguasaan
konten, mengetahui tingkat komunikasi interpersonal pada siswa, menghasilkan model layanan
penguasaan konten berbasis tugas-tugas perkembangan untuk meningkatkan komunikasi
interpersonal pada siswa, mengetahui efektivitas model layanan penguasaan konten berbasis
tugas-tugas perkembangan untuk meningkatkan komunikasi interpersonal pada siswa. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan. Populasi penelitian
ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 8 Pontianak yang berjumlah 98 siswa dan teknik
pengambilan sampel dengan cara purposive sampling dengan jumlah sebanyak 10 siswa. Hasil
secara umum dalam penelitian ini menunjukkan bahwa model layanan penguasaan konten
berbasis tugas-tugas perkembangan efektif untuk meningkatkan komunikasi interpersonal siswa.
Tingkat komunikasi interpersonal siswa sebelum diberi layanan penguasaan konten adalah
65,27% dan setelah diberi layanan penguasaan konten meningkat menjadi 79,34%.
© 2015 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan & Konseling
Kata Kunci: Komunikasi Interpersonal; Layanan Penguasaan Konten; Tugas-tugas
Perkembangan
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya
dalam proses kehidupannya. Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan diantara manusia
dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, tempat kerja, organisasi sosial dan sebagainya.
Semuanya ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan, frekuensi bertemu, jenis relasi, mutu
dari interaksi-interaksi diantara mereka tetapi juga terletak pada seberapa jauh keterlibatan diantara
mereka satu dengan yang lainnya, keingintahuan terhadap lingkungan sekitarnya yang saling
mempengaruhi.
Komunikasi merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia dan akan
selalu dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Melalui interaksi dalam komunikasi,
pihak-pihak yang terlibat komunikasi dapat saling memberi inspirasi, semangat dan dorongan untuk
mengubah pemikiran, perasaan, dan sikap yang sesuai dengan topik yang dibahas bersama.
Komunikasi interpersonal merupakan wahana untuk saling belajar dan mengembangkan wawasan,
pengetahuan, dan kepribadian (Hardjana, 2003).
Sebagai seorang remaja, peserta didik mulai memasuki usia yang mengalami banyak
perubahan, dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa peralihan tersebut menuntut remaja agar
14
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No. 3, September 2015
mempelajari dan memiliki pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan periode masa
sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukakan Hurlock (2004), “pada masa remaja, penyesuaian diri
dengan standar kelompok merupakan hal yang sangat penting bagi dirinya dibandingkan dengan
nilai-nilai individualitasnya”. Seperti yang ditunjukkan dalam hal berkomunikasi, berpakaian, dan
berperilaku anak yang cenderung ingin lebih cepat seperti teman-teman dalam kelompoknya,
sehingga mereka tidak sadar terpengaruh dan meniru kelompoknya tersebut.
Setiap individu atau peserta didik memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui
pada masing-masing tahapannya, termasuk untuk tugas-tugas perkembangan terkait dengan belajar.
Misalnya tugas perkembangan untuk mengembangkan keterampilan intelektual, tujuannya agar
siswa mampu mengembangkan keterampilan berbahasa dan kemampuan nalar (berpikir) yang
penting bagi upaya memecahkan masalah-masalah secara efektif (Yusuf, 2011). Jika tugas
perkembangan ini dapat diselesaikan maka siswa akan mampu berkomunikasi secara baik, dan
sebaliknya jika tidak maka akan kesulitan dalam berkomunikasi. Tercapainya tugas-tugas
perkembangan secara optimal dari setiap peserta didik merupakan suatu bentuk ketercapaian
pengembangan diri secara optimal terutama terkait dengan kegiatan belajar. Seperti yang
dikemukakan oleh Wibowo (2005), “setiap individu yang berkembang harus menyelesaikan tugastugas perkembangan itu apabila ia hendak dikatakan individu yang bahagia atau sukses”.
Berdasarkan pada kondisi objektif di lapangan melalui observasi dan wawancara dengan
siswa dan guru BK, masih ditemukan gejala-gejala kurangnya komunikasi interpersonal siswa yang
terkait dengan pencapaian tugas-tugas perkembangan pada siswa, misalnya; ada siswa yang ketika
berbicara dengan temannya ia mengalami perasaan yang tidak menyenangkan, yang mana
pembicaraan tersebut memojokkannya terkait dengan kondisi fisik yang meliputi perbedaan warna
kulit, bentuk tubuh, model rambut hingga ke masalah gender, ia lalu menghindar dari kerumunan
itu dan memilih menyendiri padahal temannya hanya bercanda.
Berbagai macam kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, salah satunya
adalah layanan penguasaan konten merupakan salah satu jenis layanan yang dipandang tepat
diberikan kepada siswa dalam upaya mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini sesuai dengan tujuan
dari layanan penguasaan konten seperti yang dikatakan oleh Prayitno (2004) tujuan umum layanan
penguasaan konten adalah agar terkuasainya konten atau kompetensi tertentu serta menambah
pemahaman, mengarahkan sikap dan kebiasaan tertentu, memenuhi kebutuhan dan mengatasi
masalahnya. Kompetensi yang dimaksud dalam hal ini adalah komunikasi interpersonal pada siswa.
Beberapa aspek pada tugas-tugas perkembangan remaja yang relevan jika diintegrasikan ke
dalam layanan penguasaan konten akan dapat meningkatkan komunikasi interpersonal pada siswa
yang meliputi keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesetaraan atau kesamaan. Melalui
basis tugas-tugas perkembangan remaja, diasumsikan dapat untuk meningkatkan komunikasi
interpersonal pada siswa ketika adanya pemahaman secara mendalam dari diri siswa terhadap
tugas-tugas perkembangan yang harus mereka capai dan siswa memperoleh pengalaman belajar
yang bermakna melalui penguasaan tugas-tugas perkembangan tersebut.
Layanan penguasaan konten sudah pernah dilaksanakan namun belum maksimal, tidak
berhubungan secara langsung dengan konten tentang komunikasi interpersonal sehingga kurang
menjangkau permasalahan yang ada. Aspek-aspek dari tugas-tugas perkembangan juga belum
pernah digunakan dalam pelaksanaan kegiatan layanan penguasaan konten di sekolah. Atas dasar
tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengembangan Model Layanan
Penguasaan Konten Berbasis Tugas-tugas Perkembangan untuk Meningkatkan Komunikasi
Interpesonal pada Siswa SMA di Pontianak”.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi objektif pelaksanaan layanan
penguasaan konten, mengetahui tingkat komunikasi interpersonal pada siswa, menghasilkan model
layanan penguasaan konten berbasis tugas-tugas perkembangan untuk meningkatkan komunikasi
15
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No. 3, September 2015
interpersonal pada siswa, mengetahui efektivitas model layanan penguasaan konten berbasis tugastugas perkembangan untuk meningkatkan komunikasi interpersonal pada siswa.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan
(Research & Development/R&D), yaitu suatu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu, dan menguji kefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2013). Sejalan dengan pendapat
tersebut, Borg & Gall (Samsudi, 2009) “Educational research and development (R & D) is a process used to
develop and validate educational products” yang menyatakan bahwa strategi penelitian dan pengembangan
pendidikan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Produk pendidikan yang dapat
dihasilkan melalui pendekatan penelitian dan pengembangan adalah buku teks, film instruksional, program
komputer, metode mengajar, dan berbagai program pendidikan lainnya. Tujuan akhir dari penelitian ini
adalah tersusunnya rumusan model layanan penguasaan konten berbasis tugas-tugas perkembangan
untuk meningkatkan komunikasi interpersonal.
Produk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah model layanan penguasaan
konten berbasis tugs-tugas perkembangan untuk meningkatkan komunikasi interpersonal pada siswa
SMA. Kerangka isi dan komponen model disusun berdasarkan kajian konsep layanan penguasaan
konten, kajian konsep tugas-tugas perkembangan, kajian konsep komunikasi interpersonal serta
kajian empiris tentang kondisi faktual layanan bimbingan dan konseling khususnya layanan
penguasaan konten di SMA Negeri yang ada di kota Pontianak yang terdiri dari 6 tahap yaitu studi
pendahuluan, merumuskan model hipotetik, uji kelayakan model hipotetik, perbaikan model
hipotetik, uji coba terbatas (uji empirik), menyusun model akhir layanan penguasaan konten
berbasis tugas-tugas perkembangan untuk meningkatkan komunikasi interpersonal.
Produk yang diuji dalam penelitian pengembangan ini adalah model layanan penguasaan
konten berbasis tugas-tugas perkembangan untuk meningkatkan komunikasi interpersonal yang
akan diujikan pada siswa kelas XI SMA Negeri 8 Pontianak. Subyek dalam penelitian ini sebanyak
10 siswa yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Uji coba dilakukan untuk menguji
apakah model yang dikembangkan telah memenuhi kriteria sebagai model layanan penguasaan
konten yang efektif digunakan di sekolah. Uji ahli dilakukan dengan melibatkan 3 orang pakar
bimbingan dan konseling untuk memvalidasi model hipotetik secara akademik. Uji praktisi
dilakukan dengan melibatkan 6 orang praktisi bimbingan dan konseling untuk memvalidasi model
hipotetik agar menjadi sebuah model yang praktis/ mudah dalam pelaksanaannya nanti.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah data kualitatif dan
data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara, observasi, serta lembar validasi ahli
dan lembar validasi praktisi. Data kuantitatif diperoleh dari skala komunikasi interpersonal yang
diberikan kepada siswa. Untuk menganalisis keefektifan model layanan penguasaan konten berbasis
tugas-tugas perkembangan untuk meningkatkan komunikasi interpersonal siswa, desain yang akan
digunakan oleh peneliti adalah pre-experimental design: one group pretest-posttest design. Pada desain ini
terdapat evaluasi awal sebelum diberi treatment dan evaluasi akhir setelah pemberian treatment.
Treatment yang dimaksud adalah layanan penguasaan konten berbasis tugas-tugas perkembangan.
Desain ini digambarkan sebagai berikut:
Tabel 1. Desain Pre-Experimental
Evaluasi Awal
Y1
Variabel Bebas
X
16
Evaluasi Akhir
Y2
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No. 3, September 2015
Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis data kuantitatif dengan teknik statistik nonparametris, yaitu menggunakan Tes Ranking Bertanda (Wilcoxon Test). Tes Wilcoxon dicari dengan
cara mencari perbedaan antara skor kelompok evaluasi awal dengan skor kelompok evaluasi akhir.
Selanjutnya beda antara skor evaluasi awal dan evaluasi akhir diberi rangking (jenjang). Penentuan
rangking atau jenjang dimulai dari beda yang terkecil sampai yang terbesar. Dalam teknik ini
besarnya selisih angka (beda) antara positif dan negatif sangat diperhitungkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa layanan penguasaan konten telah
dilaksanakan namun belum optimal karena tidak terjadwalnya layanan penguasaan konten secara
berkelanjutan serta frekuensi pelaksanaannya jarang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Ada
beberapa hambatan yang menjadi penyebab belum efektifnya ketercapaian hasil dari pelaksanaan
layanan penguasaan konten, baik dari guru BK sebagai penyelenggara layanan, siswa sebagai
peserta layanan, waktu dan tujuan pelaksanaan layanan, jenis materi/konten yang menjadi bahasan,
serta biaya dan tempat pelaksanaan belum memadai.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada siswa dengan responden 98 siswa
menunjukkan bahwa jumlah atau frekuensi tingkat komunikasi interpersonal siswa berada pada
kategori sedang dengan jumlah kategori sangat tinggi sebanyak 9 siswa (9,18%), kategori tinggi 16
siswa (16,33%), kategori sedang 53 siswa (54,08%), dan kategori rendah 20 siswa (20,41%).
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa tingkat komunikasi interpersonal siswa perlu untuk
ditingkatkan. Berikut sajian dalam bentuk tabel tingkat komunikasi interpersonal siswa.
Tabel 2. Gambaran Tingkat Komunikasi Interpersonal Siswa
Kategori
F
%
Sangat Rendah
-
-
Rendah
20
20,41
Sedang
53
54,08
Tinggi
16
16,33
Sangat Tinggi
9
9,18
Jumlah
98
100
Secara kuantitatif, peningkatan komunikasi interpersonal siswa dapat dilihat dari
perbandingan nilai evaluasi awal dan evaluasi akhir yang diperoleh masing-masing peserta layanan.
Berikut rincian perolehan skor evaluasi awal dan evaluasi akhir peserta layanan pada semua
indikator.
Tabel 3. Perolehan Skor Total Evaluasi Awal dan Evaluasi Akhir Tingkat Komunikasi
Interpersonal Siswa
Peserta
Frekuensi
Evaluasi
Evaluasi
Kategori
Kategori
Peningkatan
Layanan
%
Awal
Akhir
RA
F
326
355
29
ST
ST
%
88,10%
95,94%
7,83%
NW
F
324
356
32
ST
ST
%
87,56%
96,21%
8,64%
OV
F
288
T
345
ST
57
17
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No. 3, September 2015
%
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
CEW
APH
TL
MT
AA
DO
YP
77,83%
268
72,43%
252
68,10%
249
67,29%
242
65,40%
162
43,78%
161
43,51%
160
43,24%
243,2
65,72%
Rata-rata
93,24%
309
83,51%
298
78,64%
318
85,94%
299
80,81%
202
54,59%
206
55,67%
255
68,91%
292,4
79,34%
T
S
S
S
R
R
R
15,40%
41
11,08%
46
12,43%
69
18,64%
57
15,40%
40
10,81%
45
12,16%
95
25,67%
51,1
13,80%
T
T
ST
T
S
S
T
Visualisasi tabel di atas bisa dilihat pada Gambar 1 berikut ini:
Gambar 1. Grafik Perolehan Skor Total Evaluasi Awal dan Evaluasi Akhir Tingkat Komunikasi
Interpersonal Siswa
400
355
350
326
356
345
324
309
288
300
268
250
298
252
318
249
299
255
242
202
200
162
206
161
160
Pretest
Posttest
150
100
50
0
RA
NW
OV
CEW
APH
TL
MT
AA
DO
YP
Berdasarkan Gambar 1 di atas, dapat dilihat bahwa komunikasi interpersonal pada semua
siswa yang menjadi peserta layanan mengalami peningkatan (nilai evaluasi akhir lebih tinggi dari
nilai evaluasi awal). Ketercapaian hasil tersebut karena layanan penguasaan konten berbasis tugastugas perkembangan dilaksanakan secara profesional sesuai prosedur yang telah direncanakan,
walaupun terjadi beberapa hambatan saat kegiatan berlangsung.
Uji keefektifan model layanan penguasaan konten berbasis tugas-tugas perkembangan
untuk meningkatkan komunikasi interpersonal siswa SMA dianalisis dengan statistik non18
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No. 3, September 2015
parametrik melalui uji Wilcoxon. Berikut ini adalah hasil uji efektivitas model yang dikembangkan
pada perolehan skor total komunikasi interpersonal.
Tabel 4. Uji Wilcoxon Evaluasi Awal dan Evaluasi Akhir Tingkat Komunikasi Interpersonal Siswa
Tanda Jenjang
Evaluasi Awal
Evaluasi Akhir
Selisih
PL
Jenjang
X1
X2
(X2-X1)
(+)
(-)
RA
326
355
29
1
1
0
NW
324
356
32
2
2
0
OV
288
345
57
7,5
7,5
0
CEW
268
309
41
4
4
0
APH
252
298
46
6
6
0
TL
249
318
69
9
9
0
MT
242
299
57
7,5
7,5
0
AA
162
202
40
3
3
0
DO
161
206
45
5
5
0
YP
160
255
95
10
10
0
Jumlah
55
0
Berdasarkan Tabel 4 diperoleh kesimpulan bahwa 10 orang peserta layanan yang telah
mengikuti kegiatan layanan penguasaan konten berbasis tugas-tugas perkembangan mengalami
peningkatan komunikasi interpersonal. Perhitungan untuk uji Wilcoxon berdasarkan tabel di atas,
jumlah jenjang yang terkecil nilainya adalah 0. Nilai T tabel dengan N = 10 taraf kesalahan 5%
untuk tes 1 fihak (one tail test) nilainya adalah 8. Ini berarti jumlah jenjang terkecil = 0 < dari T tabel
= 8, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa layanan
layanan penguasaan konten berbasis tugas perkembangan efektif untuk meningkatkan komunikasi
interpersonal siswa.
Model layanan penguasaan konten berbasis tugas-tugas perkembangan merupakan layanan
penguasaan konten yang diberikan kepada siswa dalam suasana kelompok di mana dalam tahap
layanan diintegrasikan aspek-aspek tugas-tugas perkembangan yang relevan sehingga siswa mampu
meningkatkan komunikasi interpersonalnya. Hal ini sesuai dengan tujuan dari layanan penguasaan
konten seperti yang dikatakan oleh Prayitno (2004), tujuan umum layanan penguasaan konten
adalah agar terkuasainya konten atau kompetensi tertentu serta menambah pemahaman,
mengarahkan sikap dan kebiasaan tertentu, memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya.
Kompetensi yang dimaksud dalam hal ini adalah komunikasi interpersonal pada siswa.
SIMPULAN
Layanan penguasaan konten sudah dilaksanakan, tetapi kegiatan yang dilakukan pada
setiap tahapannya belum sesuai dengan ketentuan formal pelaksanaan layanan penguasaan konten
sehingga efektivitas layanan belum tercapai secara optimal. Selain itu layanan penguasaan konten
masih dilaksanakan secara insidental dan lebih bersifat layanan informasi. Tingkat komunikasi
interpersonal siswa rata-rata berada pada kategori sedang dengan persentase penyebaran sebagai
berikut: 9,18% kategori sangat tinggi, 16,33% kategori tinggi, 54,08% kategori sedang, dan 20,41%
kategori rendah.
Telah dikembangkan model layanan penguasaan konten berbasis tugas-tugas perkembangan
untuk meningkatkan komunikasi interpersonal siswa yang terdiri dari: (a) rasional, (b) visi dan misi,
19
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No. 3, September 2015
(c) tujuan, (d) materi/isi, (e) dukungan sistem, (f) peran, fungsi, dan kualifikasi konselor, (g)
prosedur pelaksanaan layanan penguasaan konten.
Model layanan penguasaan konten berbasis tugas-tugas perkembangan secara efektif dapat
meningkatkan komunikasi interpersonal siswa pada semua indikator yang meliputi: keterbukaan,
empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan atau kesamaan. Hal ini didasarkan pada
perbedaan skor evaluasi awal dan evaluasi akhir, dimana ada peningkatan skor komunikasi
interpersonal siswa sebelum dan sesudah diberi layanan penguasaan konten berbasis tugas-tugas
perkembangan (rata-rata) sebesar 51,1 poin atau sama dengan 13,81%. Hasil ini diperkuat melalui
uji efektivitas menggunakan tes Wilcoxon yang menunjukkan jumlah jenjang terkecil atau nilainya
adalah 0. Nilai T tabel dengan N = 10 taraf kesalahan 5% untuk tes 1 fihak (one tail test) nilainya
adalah 8. Ini berarti jumlah jenjang terkecil = 0 < dari T tabel = 8, sehingga Ha diterima dan Ho
ditolak.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih setulusnya juga penulis sampaikan kepada pembimbing I Prof. Dr. DYP
Sugiharto, M.Pd. Kons., dan Pembimbing II Dr. Imam Tadjri, M.Pd atas bimbingan, ilmu
pengetahuan dan kesabaran dalam membimbing penulis sampai dengan terselesaikannya penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hardjana, A. M. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.
Hurlock, E. B. 2004. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Terjemahan
Istiwidayanti dan Soedjarwo. (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.
Prayitno & Amti, E. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Samsudi. 2009. Disain Penelitian Pendidikan. Semarang: UNNES Press.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Bandung: Alfabeta.
Wibowo, M. E. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: UNNES Press.
Yusuf, S. 2011. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
20
Download