Yohanes 10:40-42 - GRII Kelapa Gading

advertisement
Khotbah Minggu (28 April 2013)
Ringkasan Khotbah
GRII Kelapa Gading
Pengkhotbah : Ev. Eko Aria, M.Div Tema : …....….…..……………...….........
Nas Alkitab
: .............................................................................................................
Tahun ke-14
DOA BAPA KAMI
Pdt. Billy Kristanto, Th.D.
677/716
02 Juni 2013
Lukas 11:1-13
Di dalam perikop Maria dan Marta, yang
satu duduk diam mendengarkan firman Tuhan
dan yang satu sebelum mendapat pelayanan
dari Tuhan, sebelum dipanggil oleh Yesus,
tetapi sudah mulai dengan satu inisiatif
terlebih dahulu, akhirnya Tuhan mengatakan
engkau menyusahkan diri dengan banyak
perkara, padahal hanya satu saja yang perlu.
Kita sudah membahas bagian ini dalam
beberapa Minggu yang lalu, masalahnya
adalah bukan antara aktif dan pasif saja atau
tentang sibuk dan yang lain diam, kurang
sibuk, tetapi tentang pemosisian diri, tentang
inisiatif terlebih dahulu datang dsb. Respons
yang wajar tentang seseorang yang sudah
mendengar firman Tuhan seperti Maria adalah
berdoa, karena itu perikop ini disusul dengan
perikop tentang berdoa. Marta adalah
seseorang yang tidak mendengar firman
Tuhan, tidak ada panggilan dari Tuhan, tetapi
dia dari inisiatif dirinya sendiri, mungkin juga
kecongkakan, berusaha untuk melayani dan
menolong Tuhan, bahkan mungkin untuk
mengasihani Tuhan, padahal Tuhan tidak
memerlukan hal seperti itu.
Seluruh kehidupan saudara dan saya di
dalam mengikut Tuhan adalah salah satu hal
yang penting terjadi dalam kehidupan kita
yaitu aspek respons. Kita tidak bergerak kalau
Tuhan tidak menggerakkan, kita tidak akan
membalas kalau Tuhan tidak terlebih dahulu
memanggil, bahkan kita tidak melayani Tuhan
kalau Tuhan tidak terlebih dahulu melayani
kita. Salah satu respons yang jelas sekali
dikaitkan dengan perikop ini adalah
bagaimana setelah seseorang mendengar
firman Tuhan dan dia berdoa. Kita melihat di
dalam perumpamaan penabur, kita juga sudah
pernah membahasnya, firman sama-sama
ditabur, tetapi dari keempat macam manusia,
hanya jenis keempat saja yang betul-betul
tumbuh seperti yang dikehendaki Tuhan, tiga
jenis yang pertama itu semuanya luput, ada
yang diambil oleh iblis, ada yang sempat
bertumbuh tapi tidak sempat berakar, lalu
penindasan,
penganiayaan,
tipu
daya,
kekayaan, cinta akan uang, kekuatiran hidup
merusak pertumbuhan dari benih tersebut.
Disini kita melihat semuanya itu jatuh ditanah
yang berbeda-beda, jatuh pun di dalam hati
manusia, itu bukan berarti lalu masuk ke
dalam pertumbuhnan sebagaimana yang
dikehendaki oleh Tuhan.
Kita melihat dalam bagian ini setelah
Maria mendengarkan firman Tuhan dengan
benar, respons yang wajar adalah masuk ke
GRII KG 677/716 (hal 4)
dalam doa, memang yang dibahas dalam
bagian ini bukan doa dari Maria, tetapi doa
dari Yesus sendiri yang diajarkan kepada para
murid, tetapi kita percaya ada kaitan antara
cerita Marta dan Maria dengan pengajaran
doa Bapa kami. Kita masuk dalam pasal 11, di
sini ada gambaran sederhana yaitu bahwa
ketika Yesus berhenti berdoa, rupanya ini
menggerakkan para murid, mereka ingin
supaya Tuhan juga mengajarkan doa itu
kepada mereka.
Dalam bagian ini kita akan melihat
sedikit tentang struktur pelayanan Yohanes
Pembaptis dengan Yesus Kristus, kita tahu
dua-duanya memberitakan tentang Kerajaan
Allah menurut versi Lukas, tetapi ada
perbedaan nuansa dalam pelayanan ini yaitu
kalau kita melihat khotbah ajaran dari
Yohanes Pembaptis begitu keras, berita
tentang murka Allah dsb., dan Yesus
kemudian datang dengan injil kasih karunia,
tetapi hal ini tidak boleh kita kotak-kotakkan
di dalam pengertian yang terpisah. Tapi kalau
boleh kita bedakan secara tekanan, memang
Yohanes memberitakan tentang pertobatan,
tentang murka Allah, tentang pentingnya
seseorang
meninggalkan
dosa,
memperbaharui etika, ini menjadi satu
persiapan seseorang menerima injil. Kita tahu
di dalam teologi injili dikatakan injil yang
harus merubah seseorang baru seseorang bisa
punya moral conduct, etika yang lebih baik,
tanpa injil kita tidak bisa mencapai yang
seperti itu.
Saya kuatir, kalimat seperti ini kalau kita
tidak melihat secara gambaran besar bisa
menyesatkan juga, di dalam kitab para nabi
sudah dinubuatkan pattern ini, luruskanlah
jalan, jalan yang berliku-liku, naik turun
gunung, sehingga tidak bisa seperti jalan tol
menuju ke Sion, pengharapan tentang Mesias
yang akan datang, itu bukan dengan tanpa
jalan yang diluruskan, bukan tanpa persiapan
yang dilakukan oleh para nabi untuk
membuat mereka bertobat, meninggalkan
dosa mereka, meninggalkan kebiasaan
mereka yang lama untuk menantikan dengan
satu sikap yang layak, Mesias yang akan
datang. Tentu saja kita tidak mengatakan
bahwa Mesias yang datang itu dikondisikan
karena
jasa
seseorang
yang
sudah
mempersiapkan jalanNya, bukan, tetapi
semata-mata karena anugerah Tuhan. Kenapa
Yohanes harus mendahului Yesus Kristus?
Karena ada berita pertobatan ini, apa yang
dikatakan
oleh
Yohanes?
Bertobatlah,
sesungguhnya Tuhan itu sudah siap dengan
kapak jikalau engkau tidak bertobat di dalam
GRII KG 677/716 (hal 1)
Ekspositori Lukas (10)
Ekspositori Lukas (10)
kehidupanmu. Ini sebelum Yesus masuk ke
dalam pelayanan, Yohanes Pembaptis terusmenerus berseru seperti itu, jangan memeras
orang miskin, lakukan keadilan, cukupkanlah
dirimu dengan gaji yang ada padamu, jangan
merampas hak orang miskin dsb. Semua
adalah ajaran tentang pertobatan, ini
mempersiapkan orang untuk menerima injil
kasih karunia.
Kita harus hati-hati dengan gambaran
yang parsial,
yang seringkali
sangat
mendominasi di dalam teologi injili yang
hanya mengatakan, oh… tidak apa-apa
bertobat nanti aja, yang penting terima Yesus
dulu, ada beberapa metode penginjilan yang
seperti ini, tidak bertobat tidak apa-apa,
terima Yesus dulu, kalau sudah terima Yesus,
nanti dia akan bertobat sendri. Ternyata
tidak…. nanti dia akan membuang injil karena
injil jatuh kepada orang yang memiliki natur
seperti babi, bukan akan membawa kepada
pertobatan yang sejati, tetapi akan diinjakinjak. Tuhan Yesus tidak memerlukan muridmurid yang seperti ini, yang menganggap injil
itu sebagai sesuatu yang murahan, tidak,
tetapi ada berita pertobatan yang mendahului,
injil bukan datang tanpa ini. Hati yang keras,
seperti tanah yang keras, mau ditanam berapa
banyak benih tidak akan ada gunanya, benih
memang akan jatuh juga ke bawah, tetapi
tidak akan masuk, lalu berakar ke bawah
bertumbuh ke atas dan akhirnya berbuah, itu
semua tidak akan terjadi. Kenapa? Karena
tanahnya sama sekali tidak layak dan tidak
siap untuk ditaburi benih. Di sini ada kondisi,
keadaan bagaimana seseorang itu dianggap
layak untuk menerima firman Tuhan atau
tidak. Maka di dalam bagian ini Lukas
menekankan paralel pelayanan Yohanes
Pembaptis dan Yesus Kristus, termasuk juga
doa Bapa kami ini, merenungkan bukan tanpa
berita pertobatan yang diserukan oleh
Yohanes Pembaptis.
Kita akan masuk dalam doa Bapa kami,
saya tidak tahu apa yang terbersit dalam
pikiran kita, saat orang itu bergumul dengan
bapa, earthly father, bapa yang ada di dalam
dunia ini, karena sama sekali tidak ideal.
Misalnya ada keluarga yang broken home,
bapaknya meninggalkan mamanya atau tidak
bertanggung
jawab,
atau
dia
main
perempuan, lalu kita memanggil Allah sebagai
Bapa, mungkin kita akan terganggu sekali
bagian ini. Bagaimana saya bisa memanggil
Bapa, karena saya tidak ada model, bapa yang
ada di dalam dunia berantakan seperti ini,
tetapi
justru
pengharapannya
mau
membedakan bahwa our heavenly father
bukan our earthly father, meskipun di sini
tidak muncul our father in heaven, tetapi
terusan dari doa Bapa kami di sini
digambarkan, jika kamu saja (maksudnya our
earthly father) itu tahu memberikan yang baik
kepada anak-anakmu, betapa lagi our
heavenly father? Konsep yang sama
sebetulnya juga muncul di sini, pembedaan
kualitatif antara Bapa yang di sorga dengan
bapa yang ada di dalam dunia, kalaupun di
dalam dunia ini kita tidak memiliki bapa yang
sempurna, ya tidak masalah, karena memang
kita tidak diminta untuk memproyeksikan
konsep bapa dunia ini lalu diproyeksikan ke
atas, ini kan jadi berantakan.
Maka di sini, waktu alkitab mengajarkan
untuk kita memanggil Allah sebagai Bapa,
bukan
di
dalam
pengertian
kita
memproyeksikan pengalaman kita bersama
dengan our earthly father di dunia ini yang
tidak sempurna, alkitab tidak tanggungtanggung memakai istilah, jika kamu yang
jahat tahu memberikan pemberian yang baik,
alkitab memakai istilah jahat, bukan memakai
istilah jika kebaikanmu yang lumayan saja,
tidak, tetapi istilah jika kamu yang jahat.
Manusia itu jahat, tidak tanggung-tanggung,
your earthly father itu dihadapan standar
kesucian Tuhan jahat adanya, yang baik satusatunya adalah Tuhan sendiri. Maka jelas di
dalam bagian ini kita bukan diminta untuk
memproyeksikan pikiran kita tentang bapa
yang ada di dalam dunia ini dengan pikiran
yang di sorga. Memang ada perbedaan
kualitatif ya, tetapi sekaligus ini menjadi
sesuatu yang mengobati kepahitan hati kita
kalaupun di dalam dunia kita memiliki bapa
yang tidak sempurna atau katakanlah
seringkali menimbulkan sakit hati di dalam
kehidupan kita, justru ini yang akan heal, yang
akan menyembuhkan, yang akan mengobati
perasaan-perasaan seperti itu. Jangan lupa, di
dalam bagian ini ada kalimat tentang
pengampunan dan kita belum masuk dalam
bagian itu.
Apa sih artinya Bapa? Dalam buku
institusio Calvin, di situ dia membicarakan
tentang istilah religion, istilah agama itu
dipakai dalam tulisan Calvin sebagai satu
pengertian yang sangat tinggi, kalau kita
dalam konteks Indonesia seringkalai kalau
berbicara agama, pengertiannya negatif,
agama tidak menyelamatkan, agama tidak
membawa
kemana-mana,
yang
menyelamatkan adalah Tuhan, itu pengertian
agama yang negatif bukan? Tetapi kalau
dalam tradisi reformed, agama itu dipakai
dalam pengertian yang sehat, religious
affection atau Calvin memakai istilah agama
untuk menggantikan istilah teologi yang
cenderung negatif, dalam institusio istilah
teologi itu hanya mucul lima kali, empat kali
secara negatif, satu kali netral. Calvin lebih
prefer pakai istilah religion, lalu Calvin
mengatakan, apa yang dimaksud dengan
religion? Calvin mengatakan, apa yang
dimaksud dengan religion? Religion itu bagi
Calvin ada 2 aspek: Sikap hormat, respect, fear
of the Lord, takut akan Allah, takut di sini
bukan dalam pengertian Yohanes, kasih
melenyapkan ketakutan dsb., bukan, tetapi
takut dalam pengertian, holy fear, takut yang
kudus, hormat, respect. Tapi ini saja tidak
cukup, ini bergabung dengan natur atau sifat
yang lain yaitu satu pemahaman bahwa Allah
mengasihi kita, karena itu juga kita mengasihi
Dia. True religion consist dengan dua aspek ini
yaitu hormat dan kasih.
Kita tahu di dalam agama yang tidak
sehat itu selalu terbelah dua, ada agama yang
cenderung menekankan yang ini dan ada
agama yang menekankan itu, ada agama
sangat menekankan Allah itu sebagai yang
maha kudus, yang maha besar, bahkan yang
seperti polisi yang siap mengganjar kita kapan
GRII KG 671/710 (hal 2)
saja waktu kita berbuat dosa. Jadi kita juga
mendekati Allah di dalam pengertian
ketakutan ini, Allah Sang perusak, Allah Sang
penghukum, dengan ketakutan mendekati
Allah yang seperti itu, tapi sangat likeing
dalam pengertian Allah yang rahmani, yang
panjang sabar, yang compassioned, itu sangat
likeing dalam gambaran seperti ini. Sisi yang
lain ada gambaran agama yang sangat
menekankan konsep Allah itu sebagai Allah
yang sangat intimate luar biasa, dekat,
mengampuni, penuh dengan cinta kasih,
sabar, senantiasa menunggu, tanganNya
terbuka terus, kalau ditolak pun tanganNya
tetap terbuka, tergantung kepada kita mau
bertobatnya kapan. Gambaran penekanan the
intimate love of God, tetapi tidak sama sekali,
sangat kekurangan dengan konsep hormat,
ketaatan, obedience, worship, menyembah,
merendahkan diri, merasa najis, tidak layak,
dsb., ini hampir tidak ada, yang ada adalah
Tuhan yang memeluk, menyayangi dan
mengasihi kita, jadi dua-duanya bukan agama
yang sejati.
Yang kita bicarakan bukan cuma agama
diluar kekristenan, di dalam kekristenan pun,
di dalam keberagaman denominasi ada
kekristenan yang kecenderungan berbicara
seperti ini, ada denominasi kristen yang hanya
menekankan the intimate love of God. Model
kekristenan seperti ini tidak membicarakan
hubungan Allah sebagai Raja dan saya adalah
hamba, kalau Allah Raja, saya adalah anak
Raja, karena tidak ada pemahaman Allah yang
transenden, tidak ada. Di sisi yang lain ada
kelompok
kekristenan
yang
sangat
menekankan fear of the Lord, ketaatan, no
discussion with God please karena Dia adalah
Tuhan, kita diam doang, dsb., tapi tidak ada
pengertian bagaimana Tuhan mengerti kita,
Tuhan memeluk kita, itu bagian yang sama
sekali jarang hadir di dalam model kekristenan
yang seperti itu.
Istilah Bapa itu mencakup keduanya,
seperti yang dikataka Calvin di dalam
pengertian istilah religion, istilah Bapa,
bagaimana mempunyai kelincahan di dalam
spiritualitas kita, kapan kita tahu harus
menghayati bahwa Tuhan itu begitu
mengasihi kita, bahwa kita yang berdosa, kita
diterima, kita dipeluk oleh Tuhan, tetapi di sisi
yang lain juga hormat, respect, tahu bahwa
ada jarak. Dalam hubungan anak dan orang
tua ada yang mengatakan, kita hilangkan sifat
parent lalu berubah menjadi sahabat bagi
anak-anak kita, saya rasa itu bukan best
alternatif, karena bagaimana pun kita adalah
orang tua. Kalau Tuhan mau kita jadi sahabat
anak, kita tidak usah dilahirkan di dalam
zaman yang sama untuk orang tua bagi anakanak kita itu kan, Tuhan kan punya bijaksana
itu? Karena kalau menurut Tuhan kita better,
lebih baik jadi temanya dia, ya sudah benarbenar lahir sebagai teman yang sebaya, tetapi
tidak kan ya? Kenapa waktu alternatif
persoalan ini tidak bekerja, karena akan
kehilangan
aspek
transendensi
tadi.
Bagaimanapun kita akan memerankan peran
orang tua, tetapi bukan orang tua yang
hierarchical arah kultur Timur yang tidak mau
mendengar sama sekali, hanya maunya
didengar saja, gejala narsisistik seperti itu,
makin ditaati makin senang, makin anak ada
pendapat yang lain kita semakin gusar, makin
tidak senang dst.
Kita tahu di dalam kultur Timur ada
banyak persoalan, tetapi ini tidak akan selesai
lalu kemudian menggantikannya, ya sudah
tinggalkan saja sifat kebapaan atau keibuan,
jadilah teman perempuan atau teman laki-laki
bagi anak-anakmu, simply doesn’t work,
kenapa? Ya karena kita memang orang tua,
waktu seorang anak tidak mendapatkan figur
orang tua, akan ada sesuatu yang pincang di
dalam kehidupannya. Kita bersyukur di dalam
kalimat ini “Bapa”, ada dua aspek ini, hormat
dan kasih, ini bisa kita terapkan dimana saja,
tetapi salah satunya di dalam kehidupan
rumah tangga saja. Kalau seorang anak,
seorang
bapak,
seorang
ibu,
bisa
membedakan kapan dia dekat dan kapan dia
jauh, kapan dia boleh mengharapkan hormat
dan kapan dia mengharapkan kedekatan,
kalau jauh terus akhirnya pincang, tetapi kalau
terlalu dekat akhirnya kehilangan respect. Nah
di dalam pengertian, pengenalan kita akan
Allah sebagai Bapa, sekali lagi ada dua aspek
ini, karena ada orang yang tidak bisa
membedakan kapan dia dekat dan jauh, kalau
terlalu dekat kadang juga bisa kurang ajar, dst.
Saya pikir hubungan kita dengan Allah
juga harus comparable, baik kita memilih Dia
cenderung dekat atau jauh, tapi alkitab
sebenarnya mengajarkan kedua-duanya. Dan
bahwa di sini dikatakan bukan hanya dekat
saja, itu jelas di dalam kalimat berikutnya
waktu dikatakan, “dikuduskanlah namaMu,
datanglah KerajaanMu”, sekali lagi ini satu
versi yang berbeda dengan Matius, di dalam
Matius ada kalimat selanjutnya, “jadilah
kehendakMu”, tapi kalimat ini tidak diperlukan
oleh Lukas, kenapa? Karena di dalam versi
Matius, dia bergumul dengan jemaat yang
sangat menekankan kedekatan dengan Tuhan,
tetapi mereka bisa percaya bahwa mereka
tetap berada di dalam kasih Tuhan tanpa
mempedulikan kehendak Allah. Ini seperti
bidat antinomianisme yaitu satu bidat yang
selalu mengatakan kita perfect berada di
dalam God’s love, bahkan waktu kita berada di
dalam dosa pun Tuhan tetap embrace kita,
kita tidak perlu memikirkan apa yang menjadi
kehendak dan keinginan Tuhan, tidak perlu,
yang penting terus menghayati kasih Tuhan
yang senantiasa ada pada kita. Pelan-pelan,
akhirnya agama seperti ini jadi bidat, sampai
sekarang masih ada model seperti ini, orang
yang hanya menekankan kasih Tuhan, biji
mata Tuhan, bagaimana dipeluk Tuhan, tetapi
tidak pernah memikirkan apa yang menjadi
kehendak Tuhan bagi hidupnya.
Kita harus hati-hati, gambaran yang
partially benar bisa menjadi bidat dan hal
inilah yang terjadi di dalam pergumulan
Matius, waktu dia menulis injil Matius dalam
komunitas Matius, yang kepada mereka injil
Matius ditujukan, itu berada dalam keadaan
seperti itu. Maka Matius mengatakan, jangan
pikir kamu berseru Tuhan, Tuhan, lalu kamu
akan masuk ke dalam Kerajaan sorga, tidak,
yang masuk ke dalam Kerajaan sorga adalah
mereka yang melakukan kehendak BapaKu
yang ada di sorga. Bagian seperti ini tidak ada
di dalam Lukas dan bagian lain, kecuali
GRII KG 671/710 (hal 3)
Matius, karena Matius bergumul dengan
jemaat yang merasa tetap yakin akan masuk
ke sorga, meskipun hidup di dalam dosa, tidak
perlu ada satu pertobatan di dalam
kehidupannya, tetapi tidak tertarik sama sekali
melakukan kehendak Tuhan. Sesungguhnya
Tuhan akan mengatakan, enyahlah kamu
semua pembuat kejahatan, siapa orang-orang
pilihan yang sejati? Adalah mereka yang
mempunyai kerinduan untuk melakukan
kehendak Tuhan. Ini bukan mentalitas hamba
atau budak seperti yang seringkali dikatakan,
bukan, tetap di dalam mentalitas seorang
anak, kenapa kita tetap bisa mengatakan
anak? Karena seorang anak juga bisa melayani
bapanya di dalam kasih, bukan sebagai
seorang pegawai, tentu saja bukan mentalitas
orang bayaran, oh…saya bekerja karena saya
di gaji, kalau saya kerja baik dan
menyenangkan bos saya, maka saya akan
mendapat insentif lebih banyak dsb., bukan
seperti itu, tetapi cinta kasih dari kerinduan
hatinya.
Seseorang yang mengasihi di dalam
sikap hormat kepada Allah sebagai Bapanya,
dia pasti akan tertarik untuk melakukan
kehendak
Tuhan,
tetapi
sekali
lagi,
pergumulan Matius bukan pergumulan Lukas,
Lukas tidak punya jemaat yang seperti ini.
Lukas punya persoalan yang lain waktu dia
mencatat bagian doa Bapa kami ini, sehingga
dia tidak merasa perlu menyertakan kalimat
Yesus tentang “jadilah kehendakMu”. Saya
tertarik waktu membaca satu commentary, ada
doa di dalam tradisi orang-orang Yahudi yang
sangat comparable dengan doa Bapa kami,
doa eskatologis orang-orang Yahudi waktu
mereka selesai beribadah di sinagoge, kalimat
doanya seperti ini: exalted and hallowed be His
great name, ditinggikan dan dikuduskan
namaNya yang besar, in the world which He
created according to His will, di dalam dunia
yang Dia ciptakan menurut kehendakNya, may
He let His Kingdom rule, biarlah Dia
mengijinkan KerajaanNya itu memerintah, in
Your life time and in Your days and in the life
time of the whole house of Israel, speedily and
soon. Sangat comparable dengan doa Bapa
kami.
Jadi Yesus menimba dari pada doa ini
tapi sekaligus juga mengoreksi, nah ini
pengertian original yang perlu kita koreksi,
orang-orang postmodern waktu mengatakan
istilah original, original itu maksudnya apa?
Yang tidak pernah dikatakan oleh semua
orang lain, dalam hal ini Yesus tidak original,
begitu kan ya? Yesus kurang original tapi kita
tahu Dia Tuhan sendiri. Tetapi pengertian
original itu maksudnya apa sih? Orang tidak
pernah bicara lalu saya bicara, itu baru
original, tetapi juga bisa di dalam pengertian
seperti yang di sini, sudah ada di dalam tradisi,
diambil,
dikemas
sedemikian
rupa,
ditransformasi, sebetulnya itu juga original.
Dalam bagian ini Yesus bukan kurang original,
justru karena Dia menimba dari tradisi yang
ada, maka ada koneksi, di situ orang klik, ada
semacam common language, tetapi sekaligus
mereka dikoreksi, oh ternyata konsepnya
berbeda dengan yang diajarkan oleh orangorang Yahudi di sini. Coba kalau Yesus
mengajar doa yang sama sekali tidak ada
hubungannya, saya ambil contoh sederhana,
di dalam injil Yohanes dikatakan, firman
adalah Allah (bahasa Yunani, logos), logos itu
kan bukan istilah original alkitab, bukan istilah
original dari Yohanes kan? Itu diambil dari
tulisan para filsuf Yunani, logos, lalu Yohanes
mengatakan Yesus itu logos, berarti ada
koneksi dengan kebudayaan yang sudah ada.
Tetapi bersamaan dengan itu juga mengoreksi
dan mentransformasi.
Saya tertarik sekali dengan bagian ini
waktu tidak hadir justru bagian jadilah
kehendakMu, tetapi yang ada adalah
datanglah KerajaanMu dan disambung
dengan kalimat, “berikanlah setiap hari
makanan kami yang secukupnya”. Apa
maksudnya datanglah KerajaanMu yaitu
dimana manusia melakukan kehendak Tuhan,
so beautiful si Matius, tetapi Lukas, apa
maksudnya datanglah KerajaanMu yaitu orang
yang setiap hari minta makanan yang
secukupnya. Apakah kita menangkap poin ini?
Mendadak jadi yang tadi sudah sakral-sakral,
dikuduskanlah
namaMu,
datanglah
KerajaanMu, tiba-tiba jadi sekuler seperti ini,
berikanlah kami makanan kami secukupnya,
loooh kok bisa begini? Saya percaya
permasalahannya bukan pada doa Bapa kami,
persoalannya ada pada saudara dan saya,
yang kita selalu melakukan dualisme, dikotomi
sakral sekuler. Yang kita anggap sakral itu
adalah berdoa, dikuduskanlah namamu,
datanglah KerajaanMu, nah itu sakral, tetapi
ketika berbicara mengenai sekolah anak-anak,
pekerjaan kantor, kebutuhan makan dan
kesehatan waahh itu sekuler, bagian seperti
itu tidak usah diperhatikan, itu tidak penting,
itu bagian yang kurang rohani, yang rohani itu
penginjilan, berdoa, PA, ibadah dll. Hal seperti
ini adalah persoalan, karena gambaran seperi
ini bukan gambaran yang diajarkan oleh
alkitab, ini adalah ajaran manusia.
Saya pikir Lukas sengaja waktu
mengkaitkan
bagian
ini,
datanglah
KerajaanMu, mendadak langsung bicara
tentang makanan yang secukupnya, di dalam
pengertian yang betul-betul secara fisik.
Menarik sekali, orang-orang seperti Erasmus
menafsirkan ini secara rohani, at least menurut
Calvin, kita tidak meragukan kerohanian
Calvin, dia melakukan polemik di dalam
tafsirannya
dengan
Erasmus
yang
mengatakan, si Erasmus itu salah waktu dia
menafsir bagian berikanlah kami setiap hari
makanan kami yang secukupnya, menurut
Erasmus adalah pengertian rohani yaitu
berikanlah kami our heavenly bread juga.
Beberapa telogian bukan hanya Erasmus,
sampai sekarang kontemporer theology masih
ada yang menafsir seperti itu, yang disebut
makanan kami ini bukan makanan fisik,
maksudnya adalah makanan rohani, semuanya
jadi
over
spiritualisasi.
Tetapi
Calvin
mengatakan tidak, ini membicarakan tentang
makanan sehari-hari, berarti di sini ada
interaksi yang tidak terpisahkan antara
pemahaman tentang Kerajaan Allah dengan
kehidupan sehari-hari.
Jadi dalam doa qadis orang Yahudi
kalimat “speedily and soon”, inilah yang
dikoreksi oleh Lukas, maksudnya apa? Orangorang Yahudi itu mengharapkan datanglah
KerajaanMu di dalam pengertian “speedily and
soon”, segera dan secepat mungkin, apakah
kita tahu waktu Yesus mau naik ke sorga, di
situ murid-murid kan bertanya lagi, Tuhan,
sekarangkah saatnya Engkau memulihkan
kerajaan Israel? Kita kan sering mendengar
GRII KG 677/716 (hal 4)
khotbah ini, ketidakmengertian para murid,
termasuk juga seringkali ada komentar yang
mengatakan, wah…pengertian sebenarnya
bukan visible tapi invisible, ini adalah Kerajaan
Allah bukan kerajaan Israel, tapi Kerajaan
sorga? Mereka salah mengerti, itu bukan
pengertian politis, Mesiah bukan Mesias
politik, tetapi Mesias rohani, spiritual dsb. Tapi
saya tidak tahu tentang koreksi seperti itu
apakah betul-betul dimaksud Yesus atau tidak,
karena bagian itu sebenarnya tidak ada, bisa
ya, bisa tidak, kita tidak tahu. Tetapi yang pasti
muncul dari perkataan Yesus sendiri adalah
kamu tidak perlu mengetahui saatnya,
koreksinya itu ada pada pengharapan saat
yang salah, sekarangkah, sekarangkah? Jadi
koreksinya itu adalah mengenai speedily and
soon pengharapan Kerajaan Allah akhirnya
tidak menjadi realistis, karena meninggalkan
keseharian, lalu berdoa supaya Kerajaan Allah
datang, kemudian hidup mulai tidak normal.
Paulus pun berurusan dengan jemaat
seperti ini, sampai tidak mau bekerja,
menantikan Kerajaan Tuhan. Saya lupa, Martin
Luther atau Agustinus yang mengatakan,
kalau Tuhan datang esok hari, saya akan tetap
keluar menanam jagung, kalau saudara dan
saya bagaimana? Kalau Tuhan datang besok,
saya akan langsung tidak datang ke kantor,
saya ambil cuti, saya beli traktak sebanyakbanyaknya, lalu saya akan penginjilan, saya
akan mulai ikut KKR regional, kalau masih ada
kesempatan
besok,
itu
cuma
mau
membuktikan apa? Membuktian bahwa kita
sedang menghidupi dualisme, biasanya tidak
pernah penginjilan, mendadak kamu sakit
stadium 4 lalu langsung penginjilan, langsung
mendadak dekat dengan Tuhan, biasanya
tidak pernah ke gereja, begitu sakit langsung
datang ke rumah Tuhan, langsung berdoa,
langsung bergantung kepada Tuhan, hal
seperti itu sedang membuktikan biasanya
tidak pernah bergantung, makanya ada
pertobatan, turning point yang sepert itu, puji
Tuhan
kalau
memang
Tuhan
masih
memberikan kesempatan.
Tetapi Agustinus dan Martin Luther tidak
ada seperti itu, kalau Tuhan datang besok,
saya akan tetap menanam jagung, maksudnya
apa? Ini hal yang menarik, bukan mengatakan,
saya akan tetap khotbah atau menulis buku
teologi, tidak sekuat message-nya waktu
dikatakan, saya tetap akan menanam jagung,
inikan hal yang sekuler, yang benar saja,
sudah mau ketemu Tuhan masih ngurusin
jagung, kenapa? Karena ini adalah realita
Kerajaan Allah, karena selama ini saya
menanam jagung di dalam satu sikap ibadah
dihadapan Tuhan, waktu saya pergi ke kantor,
studi, berdagang, waktu saya melakukan apa
saja, ini adalah ibadah saya. Di sini saya tidak
melakukan dualisme, saya bukan sedang
menyembah uang, saya sedang menghidupi
realita Kerajaan Allah dengan tangan saya
waktu masuk kantor itu. Jadi jikalau Yesus
datang besok, saya akan tetap pergi ke kantor
dengan sikap seperti biasanya dengan sikap
ibadah lagi, karena biasanya saya pun
mengerjakan dengan sikap seperti itu. Saya
akan tetap tanam jagung dan berharap
jagung ini akan bertumbuh dan somehow
tuaiannya di dalam eskatologis, Yerusalem
yang baru itu pasti ada hasilnya, jagung ini.
Di sini kita melihat, Lukas berusaha untuk
mengoreksi ide Kerajaan Allah yang sifatnya
itu cenderung over spiritualisasi, Kerajaan
Allah itu apa sih? Penginjilan, berdoa, ke
gereja, mendengar khotbah, dsb., ini yang
spiritual, tetapi kalau kantor, studi, dagang,
makan dll., ini tidak perlu, akhirnya tidak
terjadi penebusan di dalam keseharian kita
kan? Siapa yang bisa menghidupi kehidupan
yang isinya hanya doa, penginjilan, baca
alkitab, ke gereja, siapa yang bisa menghidupi
kehidupan seperti ini? Tidak ada!! Hamba
Tuhan pun tidak bisa menghidupi kehidupan
seperti ini. Lukas justru mau mengoreksi
bagian ini, Kerajaan Allah itu urusannya
dengan permohonan sehari-hari, bergantung,
bahkan kebutuhan fisik kita itu juga realita
Kerajaan Allah, bukan pengharapan “speedily
and soon”, lalu menjadi orang yang tidak
realistis, lalu over spiritualisasi semua
kehidupan, lalu aspek-aspek yang lain
dianggap sebagai sesuatu yang sekuler, lalu
guilty feeling waktu melakukan, tapi juga tidak
bisa meninggalkan sepenuhnya, tapi juga
tidak terjadi penebusan.
Ada banyak orang yang dagangnya tidak
jujur, melakukan konpensasi di dalam
pelayanan-pelayanan
hal
rohani,
lalu
celakanya gereja tertarik pula dengan
konpensasi seperti itu. Dagang tidak jujur
tidak apa-apa, kehidupan keluarga berantakan
tidak menjadi kesaksian, ya tidak apa-apa,
yang penting dia sibuk kan? Ikut KPIN, ikut
KKR regional, jadi pelayan di sini dan di situ,
jadi tidak apa-apa, kita tutup mata saja,
kenapa? Karena dia rajin melayani di dalam
gereja. Celaka orang-orang seperti ini, orangorang yang mempermalukan nama Tuhan di
dalam sepek-aspek itu. Lalu dia pikir, ini kan
pengharapan yang agama, bukan kristen kan
ya? Saya melakukann dosa tidak apa-apa,
kalau rajin pelayanan ini dan itu, akan mengcover dan saya di sini tidak perlu bertobat,
walapun saya dagang brengsek, kehidupan
keluarga saya berantakan, tetapi saya
pelayanan loh…. dan pelayanan lebih sibuk
dari pada orang lain. Jadi tolong lihat bagian
ini, jangan lihat bagian itu, tolong di cover
saja. Orang seperti itu penebusannya bukan
oleh darah Yesus, tetapi oleh pelayanannya
sendiri, kalau bergantung pada teologi yang
seperti ini, sama sekali tidak aman, itu adalah
jalannya orang fasik. Bukan berarti kita masuk
sorga setelah kita perfect, bukan, kita tahu
bahwa kita tetap diterima sebagai orang
berdosa, diampuni karena kita tidak kudus,
tidak suci dan Tuhan mati bagi kita, tetapi ini
adalah satu encouragement untuk kita
melakukan will of God, menguduskan diri,
menyempurnakan diri kita di dalam kuasa
Tuhan.
Sekali lagi, gambaran dualisme dikotomi,
sakral, sekuler seringkali dipahami di dalam
pengertian wilayah, kalau wilayah jenis
pekerjaannya, tetapi ini bukan konsep alkitab.
Yang membedakan the true sakral, sekuler
meskipun kita melakukannya di dalam
kedagingan atau kita melakukannya dalam
sikap hati yang kudus, itu adalah arah hati
kita. Orang yang berdiri di atas mimbar pun,
waktu arah hatinya tidak benar, dia bisa
melakukan tindakan kedagingan, meskipun di
atas mimbar, meskipun di dalam gedung
gereja. Waktu arah hatinya tidak benar, bukan
dihadapan wajah Allah, dia melakukan sesuatu
yang sifatnya kedagingan, sebaliknya, ada
orang di dalam keseharian, minta tentang
GRII KG 677/716 (hal 1)
Ekspositori Lukas (10)
Ekspositori Lukas (10)
pergumulan kehidupan, persoalan keluarga,
persoalan keuangan, makanan, urusan
kebutuhan sehari-hari. Waktu dia betul-betul
bergumul, ini tidak menjadikan dia sebagai
orang yang kurang cinta Tuhan karena
kebanyakan minta, bukan…
Menarik sekali kalau kita melihat di
dalam bagian ini, di situ ada ajakan, mintalah
maka akan diberikan kepadamu, carilah maka
kamu akan mendapat, ketoklah maka pintu
akan dibukakan bagimu. Bagi saya ini adalah
satu teguran yang menarik, kita seringkali di
dalam reformed spirituality selalu akrab
dengan teguran, kamu jangan minta terus,
minta terus tidak pernah bersyukur, tidak
pernah menguduskan nama Tuhan, tidak
pernah mengharapkan hal-hal yang rohani,
tetapi terus meminta kebutuhanmu seharihari, begitu kan reformed spirituality? Itu
sekuler, saya rasa message itu perlu dan ada
betulnya juga, karena ada banyak orang yang
hidup egois seperti itu, memperlakukan Tuhan
itu seperti satu dewa yang hanya terus
mencukupi kebutuhannya dia, seperti orang
datang ke kuil, datang ke gunung kawi yang
sifatnya hanya kepada memenuhi kebutuhan
diri. Maka saya percaya teguran yang sangat
akrab di dalam reformed spirituality memang
sangat ada tempatnya, memang perlu.
Tetapi yang menarik di dalam bagian ini
adalah ada temptation yang lain yaitu bukan
karena orang yang terlalu banyak meminta,
tetapi orang yang tidak meminta. Temptationnya itu adalah tidak meminta, tidak mengetok,
tidak mencari, kok ada orang yang seperti ini?
Bukankah pada dasarnya manusia itu egois?
Kalau manusia itu pada dasarnya egois,
semestinya doanya kan akan dipenuhi dengan
segala macam permintaan? Lalu kenapa di
dalam bagian ini alkitab mengatakan, kok ada
orang yang tidak mau meminta? Ketika bagian
ini dituliskan artinya ada temptation,
pencobaan bahwa orang itu tidak mau minta,
cari dan mengetok, nah sekarang kita coba
pikirkan, orang-orang apa ya yang seperti itu?
Yaitu orang-orang yang merasa dirinya cukup,
misalnya ketika kita meminta tolong kepada
orang lain, pasti kita sudah kejepit dan tidak
bisa lagi, sincere, itu betul-betul meminta
tolong. Tetapi kalau kita punya lalu kita masih
minta tolong juga, lah ini kan yang namanya
basa-basi, betul kan? Misalnya orang yang
uangnya banyak, lalu minta tolong, tolong
dong saya ada persoalan di dalam keuangan,
ini namanya munafik atau apa sih? Orang dia
sendiri cukup dan berkelimpahan kok, kok
minta?
Poinnya adalah ini bukan dalam hal relasi
kita dengan sesama kita, tetapi relasi kita
dihadapan Tuhan, betapa sering, kita bukan
tidak minta, tetapi permohonannya betulbetul basa-basi…., oh Tuhan berikanlah
kepadaku penyertaan, oh… kita tidak merasa
perlu juga kok, hanya basa-basi, akhirnya
doanya jadi klise, berikanlah kepada kami
makanan kami yang secukupnya, padahal di
dalam kulkas ada persediaan untuk 3 bulan.
Intinya adalah waktu kita meminta berikanlah
kami setiap hari makanan kami yang
secukupnya, tetapi di dalam hidup kita
terpenuhi, tercukupi bahkan meluber dan
berlimpah, kalau meminta hal seperti ini sulit
bukan? Maka bersyukur kepada Tuhan kalau
Tuhan mengijinkan kepada kita terjadi saatsaat gangguan finansial, sehingga kita
memintanya bisa lebih sincere, tulus,
sungguh-sungguh, mungkin kesehatan lagi
drop, sehingga ketika kita meminta, Tuhan
berikanlah kepadaku kesehatan, itu sincere,
mintanya
sincere, bukan basa-basi atau
meminta
Tuhan
berikanlah
kepadaku
penghiburan, ya memang lagi sakit hati, lagi
tersinggung atau lagi berduka cita yang
dalam, dst., itu betul-betul satu permohonan
yang sincere dan Tuhan suka permohonan
yang seperti ini.
Waktu seseorang meminta itu, ada relasi,
orang yang tidak minta, jangan kita pikir, tidak
minta otomatis hidupnya dia itu sudah pasti
sangat dewasa, wah… ini orang yang tidak
banyak minta loh… dia bersyukur terus, saya
kan pernah sharing bagian ini, hati-hati
dengan orang yang hanya mau melayani
tetapi tidak mau dilayani, hati-hati dengan
orang yang cuma mau menolong tetapi tidak
mau ditolong. Itu kelihatan seperti spiritualitas
yang tinggi sekali, padahal rendah, kenapa? Ini
sebetulnya orang congkak, orang yang mau
menjadi Tuhan, yang tidak perlu diotolong itu
hanya Tuhan, kita, saudara dan saya, meskipun
kita kaya, sehat atau tidak ada persoalan apaapa di dalam pergumulan, tetap kita adalah
orang yang perlu dilayani oleh Tuhan dan juga
dilayani Tuhan melalui orang lain. Untuk
dilayani orang lain itu perlu certain humility,
hanya orang humble yang bisa ditolong oleh
orang lain, yang tidak humble, tidak mungkin
mau ditolong oleh orang lain, lalu dia purapura jadi kuat.
Tetapi
Yesus
justru
mengatakan,
mintalah, berbahagialah mereka yang miskin
rohani, karena orang-orang itulah yang
mempunyai Kerajaan sorga, celakalah mereka
yang kaya, celakalah mereka yang tertawa
karena tawa akan berubah menjadi tangisan.
Orang yang kaya celaka, bukan kaya di dalam
pengertian finansial saja, ini membicarakan
sikap hati, subjektif dalam pengertian orang
yang kaya celaka di sini adalah orang yang
merasa tidak membutuhkan pertolongan dari
siapa pun, itu orang kaya, meskipun dia miskin
dalam pengertian banyak orang, ada orang
miskin yang sombong, yang tetap tidak mau
ditolong, itu orang kaya menurut alkitab.
Karena dia tidak mau mengalami anugerah
Tuhan, belas kasihan dari Tuhan dan orang
lain, karena dia merasa cukup, tidak mungkin
bisa minta kalimat seperti ini, “berikanlah kami
setiap hari makanan kami yang secukupnya”,
satu kebergantungan yang total dan sincere
kepada Tuhan.
Ada saat di dalam kehidupan kita Tuhan
menggoncang sekuritas yang selama ini kita
bangun, lalu digoncang oleh Tuhan,
digoncang bukan karena Tuhan itu jahat.
Picture ini penting sekali, bapamu saja yang
jahat di dunia tahu memberi yang baik,
masakan Aku sebagai Allah, sebagai Bapa
yang jauh lebih baik dari bapamu yang jahat
itu akan memberikan kepadamu kalajengking.
Menurut kita kalajengking tetapi menurut
Tuhan itu bukan kalajengking, itu sesuatu
yang baik terjadi dalam kehidupan kita, waktu
terjadi saat-saat seperti itu di dalam
GRII KG 671/710 (hal 2)
kehidupan kita, ya kita bersyukur kepada
Tuhan, supaya kita boleh sekali lagi freshly,
dengan segar menghayati ayat ini, “berikanlah
setiap hari makanan kami yang secukupnya”.
Saya betul-betul bergantung kepadaMu, tidak
ada sekuritas yang saya bangun kecuali
Engkau sendiri menjadi pondasi, keamanan,
kepastian, jaminan yang satu-satunya di
dalam kehidupan saya. Ini bukan berarti
melarang kita untuk menabung, memikirkan
hari depan dsb. bukan seperti itu, tetapi
berkaitan dengan sikap hati, dimana kita
meletakkan confidence, keyakinan kita,
ditabungan kita kah atau meskipun saya
menabung, saya tetap bergantung sama
Tuhan. Karena alkitab tidak tertarik untuk
membicarakan manusia secara fenomena,
alkitab tertarik untuk melihat manusia itu di
dalam hatinya. Manusia melihat melalui mata
fisik, Tuhan dengan mata rohani, melihat hati
manusia, kiranya Tuhan yang menguduskan
dan menyempurnakan kita melalui spirit yang
ada di dalam doa Bapa kami ini. Amin.
Ringkasan khotbah ini belum diperiksa
oleh pengkhotbah (AS)
GRII KG 671/710 (hal 3)
Download