E:\DATA KANTOR\Data Publikasi\D - Balai Penelitian Pemulihan

advertisement
Variasi Ukuran dan Sebaran …….. di Sungai Poso, Sulawesi Tengah (Krismono, et al.)
VARIASI UKURAN DAN SEBARAN TANGKAPAN IKAN SIDAT (Anguilla
marmorata) DI SUNGAI POSO, SULAWESI TENGAH
SIZE VARIATION AND CATCH DISTRIBUTION OF EELS (Anguilla
marmorata) AT POSO RIVER, CENTRAL SULAWESI
Krismono dan Masayu Rahmia Anwar Putri
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan
Teregistrasi I tanggal: 18 Agustus 2011; Diterima setelah perbaikan tanggal: 7 Mei 2012;
Disetujui terbit tanggal: 11 Mei 2012
[email protected], [email protected]
ABSTRAK
Ikan sidat (Anguilla marmorata) merupakan salah satu potensi sumber daya ikan lokal terbesar
yang ada di Sulawesi Tengah. Ikan sidat merupakan ikan katadromus yang tahap perkembangannya
terjadi di perairan estuari, sungai dan danau serta area pemijahannya terjadi di laut lepas. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis variasi ukuran dan sebaran tangkapan ikan sidat di Sungai Poso.
Pengambilan sampel ikan sidat dilakukan dengan menggunakan alat tangkap bubu, pancing, sero
dan wayamassapi yang didapat dari data enumerator di Muara, Sungai Poso (Pandiri dan Sulewana)
serta Danau Poso (Tentena). Ikan sidat diukur panjang dan beratnya untuk dianalisis menurut lokasi,
jenis alat tangkap dan waktu penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan sidat tertangkap
setiap bulan dengan puncaknya terjadi pada Juli dan Agustus. Ikan ini tertangkap pada berbagai
ukuran dari Muara Sungai Poso, Sungai Poso dan sampai Danau Poso. Penangkapan ikan sidat
menggunakan bubu, sero, wayamassapi dan pancing yang merupakan alat tangkap yang paling
banyak digunakan oleh penangkap sidat, terutama di daerah muara. Tangkapan ikan sidat ukuran
panjang (0-15 sampai 135-150 cm panjang total) di Muara Poso, sedangkan di lokasi lainnya panjang
ikan sidat yang tertangkap rata-rata lebih besar dari 30 cm panjang tiotal. Ikan sidat yang tertangkap
di Muara Poso masih dalam fase yellow eel (6-50 cm panjang total) sedangkan ikan sidat yang
tertangkap di Tentena lebih banyak dalam fase silver eel (lebih besar dari 50 cm panjang total).
Tentena merupakan tempat penangkapan sidat dewasa dengan ukuran bobot ± 3 kali lebih besar
(3.186 g ekor-1) dibandingkan ikan sidat yang tertangkap di lokasi penelitian lainnya dengan bobot
antara 1.003-1.696 g ekor-1.
KATA KUNCI : Ukuran, sebaran tangkapan, Sidat (Anguilla marmorata), Sungai Poso, Sulawesi
Tengah
ABSTRACT:
Eel (Anguilla marmorata) is one of the biggest local potential fish in the Central Sulawesi. Eel is a
catadromous fish, its development stages occur in the estuary, river and Poso Lake, and the eel’s
spawning ground occurs in the deep sea. This research aims to determine the size and catch distribution
of eels in Poso River. Fish sampling was carried out by using the traps, hooks, set traps (sero and
wayamasapi) and the data were collected by enumerators in Estuary, River Poso (Pandiri and Sulewana)
and Lake Poso (Tentena). Total length and weight of eels were measured, and then the data were
analyzed by location, gear type and time studies to determine the distribution of eel in the River Poso.
Eels with different lengths (between 0-15 to 135-150 cm of total length) were found in the Estuary of
Poso, while in other locations, the length average of eels was greater than 30 cm length. Eels caught
in the estuary were still in yellow eel phase (6-50 cm of total length) while more eels were caught in
Tentena in silver eels phase (greater than 50 cm of total length). Hooks is the most widely used by the
fishers, especially in the estuary. In 2010, eels were mostly caught for every month with their peak
were occurred in July and August. Tentena was a fishing ground for an adult eels with eels weight
about 3 times greater (weight 3186 g fish-1) than the eels caught in the other study sites which the
weight ranging between 1,003-1,696 g-1 fish.
KEYWORDS: Distribution, size variation, Eels (Anguilla marmorata), Poso River, Central Sulawesi
PENDAHULUAN
Ikan sidat (Anguilla marmorata) merupakan salah
satu potensi sumber daya perikanan lokal terbesar
yang ada di Sulawesi Tengah. Ikan sidat merupakan
ikan katadromus yang mana tahap perkembangan
juvenilnya terjadi di perairan estuari sungai dan danau
serta area pemijahannya terjadi di laut lepas. Menurut
85
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.18 No. 2 Juni 2012 : 85-92
Wouthuyzen et al., (2002), ikan sidat di Sungai Poso
memijah di Teluk Tomini. Jenis sidat yang paling
banyak ditemukan di DAS Poso adalah Anguilla
marmorata, yang merupakan jenis ikan katadromus
cosmopolitan yang memiliki sebaran sangat luas di
seluruh perairan tropis (Sarwono, 2000).
Muara Sungai Poso, dari Sungai Poso sampai
ke Danau Poso merupakan habitat bagi ikan sidat.
Jenis ikan sidat yang ditemukan di Danau Poso selain
Anguilla marmorata atau Anguilla mauritania adalah
A. celebensis (Husnah et al., 2008; Sarwono, 2000).
Menurut Haryuni et al., (2002) dalam Anonim (2009),
rekruitmen elver (juvenil ikan sidat) yang memasuki
Sungai Poso dapat mencapai 187.200–769.920 ekor
malam-1 pada saat bulan gelap. Menurut Sugeha et
al., (2006). Danau Poso dan Sungai Poso memiliki
potensi ikan sidat yang cukup tinggi dimana ikan sidat
dewasa dari Danau Poso menuju laut berkisar antara
0–323 ekor bulan-1 atau rata-rata 138 ekor bulan-1.
Produksi ikan sidat pada 1980 sebesar 41,5 ton
dan tahun 1998 sebesar 30,5 ton (Anonim dalam
Husnah et al., 2008). Hasil penelitian tahun 2004-2005
menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan sidat di
danau Poso diperkirakan sebesar 22-54 ton tahun-1
atau sekitar 40% dari rata-rata hasil tangkapan total
ikan di danau tersebut (Husnah et al., 2008). Data
dan informasi ini menunjukkan bahwa Sungai Poso
merupakan perairan yang sangat penting bagi
kehidupan dan produksi ikan sidat. Untuk menjaga
kelestarian ikan sidat di Sungai Poso, informasi
tentang penyebaran ikan sidat di Sungai sampai ke
Danau Poso perlu diketahui. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis penyebaran ikan sidat di Sungai
Poso.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan di Sungai Poso, mulai dari
Muara Sungai Poso di Teluk Tomini hingga ke Danau
Poso pada Juni - Desember 2010. Pengambilan
sampel ikan sidat menggunakan alat tangkap bubu,
pancing, seser dan wayamassapi (Tabel 1) dari data
enumerator di muara Sungai Poso, Sungai Poso
(Pandiri dan Sulewana) serta Tentena di Danau Poso
(Gambar 1).
Tabel 1. Alat Tangkap Sidat di Sungai Poso (Sugianti & Saepulloh, 2011)
Table 1. Eel’s Fishing Gear in Poso River (Sugianti & Saepulloh, 2011)
No.
1
Jenis Alat Tangkap
Bubu
2
Pancing
3
Sero
4
Wayamasapi
86
Keterangan
Banyak beroperasi di aliran DAS Poso dari hulu sampai hilir dan
merupakan salah satu jenis alat tangkap perangkap dan pasif. Bubu
yang beroperasi di DAS Poso terdiri dari 2 jenis, Ada yang terbuat
dari 1 bambu dengan mata jaring 0,25 mm dengan lingkaran berupa
kawat dengan diameter 80 cm dan terbuat dari bambu dengan
panjang 200 cm dan diameter 30 cm
terdiri dari tali (pole) nylon mata jaring 30-40, mata pancing # 5 dan
pemberat timah (singker) ukuran 200 gr, biasanya dipasang di pinggir
sungai pada sore hari dan diangkat pada keesokan harinya. Daerah
operasi alat tangkap ini di sepanjang aliran sungai Poso, terutama di
daerah Pandiri, Sulewana dan Tentena.
Alat tangkap ini terbuat dari bambu yang diikat menyilang dan jaring
dengan mata jaring 0,25 mm. Biasanya digunakan oleh masyarakat di
sekitar Muara Poso.
Alat tangkap ini merupakan alat tangkap perangkap seperti sero yang
menghadang aliran air yang berasal dari Danau Poso. Alat tangkap
ini terbuat dari bambu yang disusun berdiri (pagar) sepanjang 10-20
m berbentuk segitiga dengan lebar mulutnya 5 m kemudian
mengerucut sampai pondok (ajang-ajang) dengan lebar sekitar 1 m,
di bawah permukaan air dari mulai mulut sampai pondok waya
masapi diberi alas berupa bambu dan di ujung pagar tersebut di
bawah pondok dibuat curam dengan ketinggian 1 m dari alas bambu
dan di bawahnya telah dibuat pagar berbentuk persegi empat
beralaskan bambu dengan ukuran 1 x 1 m sebagai perangkap
terakhir dalam upaya penangkapan ikan sidat.
Variasi Ukuran dan Sebaran …….. di Sungai Poso, Sulawesi Tengah (Krismono, et al.)
Gambar 1. Lokasi Penelitian meliputi: 1. Muara Poso; 2.Pandiri;3.Sulewana; dan 4.Tentena
Figure 1. Research Station includes:1. Poso Estuary; 2. Pandiri; 3. Sulewana; and 4.Tentena
Ikan sidat diukur panjang totalnya menggunakan
alat ukur dengan ketelitian 1 mm. Berat ikan diukur
dengan menggunakan timbangan analitik, jika lebih
besar dari 2.000 g, maka ikan diukur dengan
menggunakan timbangan gantung 20 kg. Data
panjang dan berat ikan sidat dianalisis menurut
lokasi, jenis alat tangkap dan waktu penelitian untuk
mengetahui penyebaran ikan sidat di Sungai Poso.
HASIL DAN BAHASAN
Sebaran Hasil Tangkapan
Sebaran hasil tangkapan ikan sidat di Sungai Poso
ditampilkan pada Gambar 2. Hasil tangkapan ikan
sidat paling banyak di Muara Sungai Poso, dengan
total tangkapan 83 ekor, diikuti oleh Tentena,
Sulewana dan Pandiri, masing-masing 53, 6 dan 5
ekor. Rendahnya hasil tangkapan ikan sidat di
Sulewana dan Pandiri dipengaruhi beberapa faktor
yaitu: a.) profesi nelayan yang merupakan penangkap
ikan sidat musiman, dimana mereka menangkap ikan
sidat apabila ada permintaan; b.) musim, ketika air
tinggi saat musim hujan (ikan sidat mudah untuk
ditangkap); dan c.) susahnya pemasaran ikan sidat
dimana harga ikan sidat cukup mahal (Rp. 80.000/
kg) sehingga sedikit konsumen yang akan membeli
sidat di kedua lokasi tersebut. Intensitas penangkapan
ikan sidat di Muara Sungai Poso dan Tentena sendiri
cukup tinggi, sehingga hasil tangkapannya lebih
banyak dan penjualannya pun tidak sulit karena
banyak peminatnya.
Gambar 3 menunjukkan perbandingan tangkapan
ikan sidat per selang kisaran panjang ikan
berdasarkan lokasi penelitian. Ikan sidat dengan
berbagai ukuran antara 14-142 cm ditemukan di
Muara Poso sedangkan di lokasi lainnya panjang ikan
sidat yang tertangkap rata-rata lebih besar dari 31
cm. Selama penelitian, hasil tangkapan ikan sidat di
Muara Sungai Poso jauh lebih tinggi dibandingkan
lokasi lainnya. Kondisi ini menunjukkan intensitas
penangkapan ikan sidat di Muara Sungai Poso cukup
tinggi. Dari pengamatan di lapangan, tampak bahwa
penangkapan ikan sidat di Muara Sungai Poso hampir
dilakukan setiap malam. Rata-rata ikan sidat yang
tertangkap di Muara Poso masih dalam fase yellow
eel (6-50 cm) dengan total tangkapan 49 ekor dari 83
ekor ikan yang tertangkap (59% dari jumlah ikan
tertangkap), sedangkan ikan sidat yang tertangkap
di Tentena lebih banyak dalam fase silver eel (lebih
besar dari 50 cm) dengan total 52 ekor (98% dari
jumlah ikan tertangkap).
87
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.18 No. 2 Juni 2012 : 85-92
Gambar 2. Sebaran hasil tangkapan ikan sidat menurut lokasi penelitian
Figure 2. Eels catch distribution according to research location
Gambar 3. Perbandingan jumlah hasil tangkapan ikan sidat menurut lokasi penelitian
Figure 3. Catch number comparison of eels according to research location
Gambar 4 memperlihatkan perbandingan hasil
tangkapan ikan sidat di Sungai Poso menurut alat
tangkap yang digunakan dari muara Poso hingga
Tentena. Pada Gambar 4 terlihat bahwa pancing
merupakan alat tangkap yang paling banyak
digunakan oleh penangkap sidat, terutama di daerah
muara dan bisa dikatakan tidak selektif dimana ikan
sidat berbagai ukuran bisa tertangkap. Dari 147 ekor
ikan sidat yang tertangkap, 77 ekor diantaranya
tertangkap dengan menggunakan pancing (52% dari
88
hasil tangkapan) sedangkan sisanya tertangkap
dengan bubu, sero dan wayamasapi. Umumnya
umpan yang digunakan untuk memancing ikan sidat
adalah tulang dan usus ayam. Ikan sidat yang
tertangkap paling banyak berukuran 31-45 cm atau
masih dalam fase yellow eel. W ayamassapi
merupakan perangkap yang hanya digunakan di
Tentena, Danau Poso dan alat tangkap ini menangkap
ikan sidat yang berukuran lebih besar dari 50 cm atau
berada dalam fase silver eel.
Variasi Ukuran dan Sebaran …….. di Sungai Poso, Sulawesi Tengah (Krismono, et al.)
Gambar 4. Perbandingan jumlah hasil tangkapan ikan sidat menurut Alat Tangkap
Figure 4. Catch number comparison of eels according to fishing gears
Penyebaran ikan sidat menurut waktu pengamatan
diperlihatkan pada Gambar 5. Ikan sidat lebih banyak
ditemukan pada Juli dan Agustus 2010, dimana dari
total 147 ekor ikan sidat yang tertangkap masingmasing 33 dan 36 ekor/wayamassapi ditemukan pada
kedua bulan tersebut. Berdasarkan pada data yang
ada, ikan sidat muncul setiap bulan sepanjang tahun
2010. Menurut Muchsin et al., (2003), kemunculan
ikan sidat banyak ditemukan saat malam hari bulan
gelap dan diikuti oleh hujan. Kondisi ini berkaitan
dengan sifat ikan yang aktif di malam hari dan
peningkatan massa air ketika hujan akan
meningkatkan arus serta debit sungai Poso yang
membantu proses migrasi sidat dewasa.
Dari jumlah total dari tangkapan, tampak bahwa
hasil tangkapan ikan sidat lebih banyak tertangkap
di muara Poso dibandingkan lokasi penelitian lainnya,
sedangkan berdasarkan pada berat totalnya lebih
besar yang tertangkap di Tentena, Danau Poso
(Gambar 6). Ikan sidat yang tertangkap di Tentena
mempunyai ukuran yang jauh lebih besar
dibandingkan lokasi lainnya, dimana dari 53 ekor ikan
sidat yang tertangkap berat totalnya mencapai
168.850 g sedangkan di Muara Poso dengan total
tangkapan 83 ekor beratnya hanya 83.270 g. Ratarata ikan sidat yang tertangkap di muara Poso, Pandiri
dan Sulewana 1.003 – 1.696 g/ekor sedangkan di
Tentena rata-rata 3.186 g/ekor (± 3 kali lebih berat
dibandingkan ikan sidat yang tertangkap dari muara
hingga ke Sulewana). Perbedaan ukuran ikan sidat
yang cukup jelas antara ikan yang tertangkap di
Tentena dan muara Poso diperlihatkan pada Gambar
7-a dan -b.
Gambar 5. Frekuensi kehadiran ikan sidat menurut
waktu pengamatan
Figure 5. Present frequency of eels according to
survey time
Gambar 6. Perbandingan jumlah tangkapan (ekor)
dan berat total (g) ikan Sidat menurut lokasi
penelitian
Figure 6. Comparison of total catch and total weigth
of Eels according to survey location
89
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.18 No. 2 Juni 2012 : 85-92
Gambar 7. Sidat dewasa yang ditemukan di Tentena (a) dan muara Poso (b)
Figure 7. Adult eels that found at Tentena (a) and Poso estuary (b)
Migrasi Sidat
Dari aspek organ reproduksi, belum terlihat
perbedaan antara ikan sidat betina dan jantan. Ikan
sidat sendiri termasuk jenis ikan Pelagofil yaitu ikan
yang bermigrasi dengan tujuan untuk memijah di
perairan bebas atau terbuka dimana telur hasil
pemijahannya akan melayang (Baskoro et al., 2004).
Untuk tumbuh dan berkembang biak, ikan sidat
membutuhkan waktu dan jarak yang cukup panjang
untuk ditempuh, dari hanya berupa larva yang disebut
dengan Leptocephalus berubah menjadi juvenil (glass
eel) di sekitar Muara Poso, kemudian bergerak ke
hulu sungai yang terletak di Danau Poso. Ikan sidat
dewasa kemudian kembali lagi ke laut untuk memijah
di laut dalam.
Namun migrasi ikan sidat di Sungai Poso
mengalami beberapa halangan, antara lain:
1. Penangkapan berlebih terhadap benih sidat
dalam fase glass eel
Benih sidat (glass eel) yang didapatkan dengan
menggunakan bubu ataupun seser muncul di muara
Poso saat air pasang malam/subuh setiap bulan
gelap. Benih ini kemudian ditangkap oleh nelayan
setempat sebagai persediaan benih sidat yang akan
dijual kepada usaha pembesaran sidat yang kemudian
akan diekspor ke negara lain, seperti Jepang.
Penangkapan benih sidat secara besar-besaran
di muara Sungai Poso dapat menjadi salah satu
penyebab rusaknya ruaya ikan sidat menuju ke Danau
Poso. Walaupun hanya muncul selama kurang lebih
3 hari setiap bulannya, tetapi kelimpahan dari benih
sidat yang muncul di muara sangat tinggi bisa
mencapai jutaan ekor setiap harinya. Benih ini sangat
90
mudah ditangkap, karena mereka menempati tepian
muara Poso selama air pasang di bulan gelap. Musim
glass eel dari penelitian ini terjadi antara Maret dan
Agustus, sedangkan menurut Wouthuyzen et al.,
(2002) terjadi pada Januari sampai dengan Juli dimana
berarti sudah terjadi pergeseran musim.
2. Pembendungan Sungai Sulewana untuk PLTA
Saat ini tengah dibangun bendungan untuk PLTA
dengan kapasitas 740 MW dan tahap awal
pembangunannya sudah dimulai sejak pertengahan
tahun 2005. Menurut keterangan dari beberapa
nelayan, diketahui bahwa banyak ditemukan elver ikan
sidat yang tidak bisa naik ke Danau Poso tertahan di
Sulewana, selanjutnya induk sidat tidak dapat turun
dari danau ke sungai dan muara karena adanya
saringan di bendungan. Kondisi ini jelas menggangu
alur ruaya ikan-ikan sidat yang bermigrasi baik dari
muara ke danau atau sebaliknya dari danau ke muara.
3. Penangkapan induk ikan sidat dengan
Wayamassapi di Tentena, Danau Poso secara
intensif.
Keterangan dari pengumpul ikan sidat dari hasil
tangkapan dengan menggunakan wayamassapi
diperoleh informasi bahwa paling banyak sidat
tertangkap pada Maret dan April dengan hasil
tangkapan mencapai 30 ekor setiap malamnya. Pada
bulan lainnya ikan sidat yang tertangkap hanya 2-3
ekor sidat atau tidak ada sama sekali. Oleh karena
outlet Danau Poso di Tentena telah dipenuhi dengan
wayamassapi, maka sidat-sidat dewasa yang berasal
dari Danau Poso untuk memijah di laut akan semakin
sedikit. Dari hasil penelitian Sugeha et al., (2006),
dilaporkan bahwa total jumlah tangkapan silver eel
saat bermigrasi menghilir mencapai 1.660 individu per
Variasi Ukuran dan Sebaran …….. di Sungai Poso, Sulawesi Tengah (Krismono, et al.)
tahun dengan total berat tubuh sebesar 7.710,5 kg
per tahun.Aktifitas migrasi silver eel yang turun menuju
hilir terjadi selama Januari hingga pertengahan
Agustus (dari musim penghujan hingga awal musim
kemarau) dan hanya sedikit yang teramati selama
pertengahan Agustus hingga Desember (akhir musim
kemarau hingga musim penghujan). Sedangkan
menurut Haryani & Hehanussa (2000), migrasi induk
sidat terjadi pada Mei hingga Agustus, sehingga ada
perbedaan migrasi glas eel pada penelitian ini dari
Januari sampai bulan April.
Menurut ICES (2009), kelimpahan ikan sidat
dalam semua fase (glass eel, yellow eel dan silver
eel) terus menurun. Genus Anguilla dengan daur hidup
yang khas telah terbukti rawan terhadap penangkapan
berlebihan. Akibat permintaan pasar yang meningkat
terus-menerus, berbagai populasi sidat di dunia telah
mengalami gejala overfishing pada fase dewasa
maupun benih. Padahal ikan ini merupakan ikan lokal
yang bisa meningkatkan pendapatan masyarakat jika
bisa dikelola dan dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya.
Populasi ikan sidat di Sungai Poso masih bisa
dikatakan melimpah jika melihat banyaknya glass eel
yang tertangkap setiap bulannya di muara Sungai
Poso. Populasi ikan sidat di Danau Poso mulai
terganggu akibat dari alat tangkap wayamassapi yang
menghadang jalur ruayanya yang akan turun melalui
outlet Danau Poso di Tentena. Hal ini semakin
merusak ekosistem jika PLTA beroperasi, ruaya ikan
sidat dapat terganggu dan kemungkinan ikan sidat di
Danau Poso akan hilang. Untuk menjaga kelestarian
produksi dan sumber daya ikan sidat di DAS Poso
perlu adanya langkah-langkah untuk konservasinya.
Menurut Saepulloh & Sugianti (2011), beberapa
upaya telah telah dilakukan oleh pemerintah setempat
dalam menjaga kelestarian endemik ikan sidat di DAS
Poso antara lain :
 Kegiatan Sosialisasi Pengelolaan Spesies
Endemik Sidat Danau Poso di Kab. Poso
diantaranya menghasilkan kesepakatan untuk
membatasi penangkapan ikan sidat ukuran
dewasa dengan mengatur jumlah waya masapi
yang beroperasi dan menjaga jalur ruaya ikan sidat
 Kegiatan penebaran benih ikan sidat ukuran 15
cm di Danau Poso sebanyak 2000 ekor
 Pengelola proyek PLTA merencanakan bendung
pengatur dilengkapi dengan jalur perahu yang
dapat pula berfungsi sebagai fishway, atau “jalur
ikan”. Demikian pula, bendung intake dirancang
dengan spillway yang mengalirkan sepuluh meter
kubik air per detik untuk mempertahankan
ekosistem sungai yang juga berfungsi sebagai
fishway bagi sidat. Dengan begitu, jalur navigasi
dan spillway membantu pelestarian ikan sidat (Kalla
& Bukaka, 2005).
KESIMPULAN
1. Sebaran tangkapan ikan sidat teridentifikasi dari
Muara Sungai, Sungai Poso sampai ke Danau
Poso. Hal ini diketahui melalui data hasil
penangkapan di lokasi Muara Sungai Poso,
Sungai Poso di Pandiri, Sungai Poso di Sulewana
dan Danau Poso di Tentena (O utlet Danau Poso).
Ikan sidat muncul setiap bulan dengan puncaknya
pada Juli dan Agustus, dilihat dari variasi hasil
tangkapan ikan sidat dengan menggunakan alat
tangkap bubu, sero, wayamasapi dan pancing. Alat
yang terakhir ini paling banyak digunakan untuk
menangkap ikan sidat, terutama di daerah muara.
ikan sidat bervariasidari 0-15 sampai 135-150 cm)
tercatat di Muara Poso, sedangkan di lokasi lainnya
panjang ikan sidat yang tertangkap rata-rata lebih
besar dari 30 cm. Ikan sidat yang tertangkap di
Muara Poso masih dalam fase yellow eel (6-50
cm) (59% dari jumlah ikan tertangkap), sedangkan
ikan sidat yang tertangkap di Tentena lebih banyak
dalam fase silver eel (lebih besar dari 50 cm) (98%
dari jumlah ikan tertangkap).
2. Tentena merupakan tempat penangkapan ikan
sidat dewasa dengan ukuran bobot ± 3 kali lebih
besar (bobot 3.186 g ekor-1) dibandingkan ikan sidat
yang tertangkap di lokasi penelitian lainnya yang
berkisar antara 1.003-1.696 g ekor1.
PERSANTUNAN
Makalah ini merupakan hasil dari kegiatan
penelitian Pemacuan Sumberdaya Ikan Sidat di Danau
Poso, Sulawesi Tengah. T.A. 2010. Balai Riset
Pemulihan Sumberdaya Ikan Jatiluhur.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Sidat (Anguilla sp) Komoditas Ekspor
dari Sulawesi. Diunduh dari http://
tech.groups.yahoo.com/group/sidat/message/
198?var=1 10 maret 2010.
Baskoro, M.S., R.I.Wahyu & A.Effendy. 2004. Migrasi
dan Distribusi Ikan. Institut Pertanian Bogor. 147
p.
Haryani, G.S. & Hehanussa. P.E. 2000. Preliminary
studies of eel fish in lake Poso, Sulawesi island,
Indonesia. Re.Suwa. Hydrobiol. 12: 75-80.
91
J. Lit. Perikan. Ind. Vol.18 No. 2 Juni 2012 : 85-92
Husnah, D.W.H. Tjahjo., A. Nastiti., D. Oktaviani.,
S.H. Nasution & Sulistiono. 2008. Status
Keanekaragaman Hayati Sumberdaya Perikanan
Perairan umum di Sulawesi. Balai Riset Perikanan
Perairan Umum, Pusat Riset Perikanan Tangkap.
Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 130 p.
ICES. 2009. Report of the ICES Advisory Committee,
2009. ICES Advice. Diakses dari http://
firms.fao.org/firms/resource/ 13464/en 6 Februari
2012.
Muchsin, I., Zairion & N. Samliok. 2003. Upaya
Meningkatkan Keberhasilan Migrasi Anadromous
– Katadromous Ikan Sidat (Anguilla spp.) di Sungai
Poso Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Laporan
Akhir RUT VIII. Lembaga Penelitian IPB. 22 p.
Saepulloh, H. & Y. Sugianti. 2011. Penangkapan ikan
sidat (Anguilla marmorata) dan upaya
pelestariannya di DAS Poso, Sulawesi Tengah.
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber
Daya Ikan III. Bandung, 18 Oktober 2011. POS 14 : 10 p.
92
Sarwono, B. 2000. Budidaya Belut dan Sidat. PT
Penebar Swadaya, Jakarta. 96 p.
Sugeha, H.Y., Aoyama, J., & .Tsukamoto. 2006.
Downstream Migration of Tropical Anguillid Silver
Eels from lake Poso, Central Sulawesi Indonesia.
Limnotek (13) : 9 p.
Sugianti, Y. & H. Saepulloh. 2011. Keragaan alat
tangkap ik an dan pengaruhnya terhadap
sumberdaya ikan sidat (Anguilla spp) di DAS Poso.
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber
Daya Ikan III. Bandung, 18 Oktober 2011. POS15 : 7 p.
W outhuyzen, S., Miller, M., Aoyama, J & K.
Tsukamoto. 2002. Penelitian Biodiversitas ikan
sidat (Anguilla spp)pada fase Leptochephali di
sekitar perairan Sulawesi. BPPT. 11 p.
Download