Makalah Ikan Sidat

advertisement
MAKALAH
TINGKAH LAKU IKAN SIDAT (Anguilla sp.)
RESPON TERHADAP LINGKUNGAN DAN NALURI BERPIJAH
Disusun Oleh :
Andri Irawan
UNUVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN ( UNSOED )
PURWOKERTO – JAWA TENGAH
2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah karena atas rahmat dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang tingkah laku ikan,
sekaligus
untuk memenuhi persyaratan akademik
bagi mahasiswa yang
berbasis kompetensi di bidang perikanan laut.
Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Dengan penuh kesadaran diri dan dengan segala kerendahan hati, penulis
menyadari bahwa hanya Allah-lah yang memiliki segala kesempurnaan,
sehingga tentu masih banyak lagi rahasianya yang belum tergali dan belum
kita ketahui. Oleh karena itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran
yang lebih kompeten di bidang nautika perikanan laut, sehingga terjadi suatu
sinergi yang pada akhirnya akan membuat pikiran ini bisa lebih
disempurnakan lagi dimasa yang akan datang.
Akhir kata semoga Allah SWT membalas atas segala partisipasinya serta
melindungi kita semua, Amien.
Purwokerto, Maret 2008
Penulis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanfaatan sumberdaya laut yang masih belum sempurna memaksa kita
untuk berpikir agar mampu menggarapnya dengan baik, efektif dan efesien.
Nelayan-nelayan di Indonesia pada umumnya masih menggunakan alat
tangkap tradisional yang minimalis, contohnya: alat pancing, perahu layar atau
sampan dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan suatu keterbatasan, jadi
wajar saja jika mereka belum mampu berlayar ke Samudera atau pun Laut
lepas.
Kita tidak perlu menyalahkan dengan alat apa mereka menangkap atau pun
cara mengopersikannya. Di sini kita mesti jeli dalam menggarap atau ketika
akan melakukan operasi penangkapan. Kita harus tahu dimana kita
menangkap dan dimana ikan yang akan kita tangkap itu berada. Tidak
selamanya ikan akan tetap berdiam di suatu kawasan (fishing ground) dalam
waktu dan kondisi yang sama. Ikan memiliki tingkah laku dan kebiasaan yang
bebeda-beda baik dari segi waktu dan kondisi di sekitarnya.
Manusia semakin maju dan berkembang. Manusia terus menggali potensi
tersebut dengan ilmu-ilmu baru yang bertujuan untuk memudahkan pemanfaat
sumber daya laut tersebut. Pemanfaatan sumberdaya ikan sidat hingga saat ini
masih merupakan usaha penangkapan dari perairan umum untuk memenuhi
permintaan pasar yang cukup tinggi. Ketersediaan ikan ini di pasaran baik
kontinuitas maupun kuantitas tidak dapat dijamin dan sangat tergantung dari
keberhasilan usaha penangkapan di alam.
Dengan mempelajari tingkah laku ikan-ikan ini kita mampu menggarap
hasil yang memuaskan. Ikan sidat masih dapat ditangkap dengan alat tangkap
tradisional yang minimalis.
Ikan sidat mempunyai sifat katadromus yakni melakukan ruaya mijah ke
laut dan anak-anak sidat melakukan ruaya kembali untuk tumbuh dewasa di
perairan tawar. Ruaya merupakan bagian terpenting dalam siklus hidup ikan
sidat untuk kelangsungan proses regenerasi. Pemutusan salah satu mata rantai
siklus ini dapat mengakibatkan punahnya sumberdaya sidat di alam karena
pemijahan hanya terjadi sekali dalam hidupnya.
B. Tujuan
Makalah ini bersifat terbuka akan masukan yang konstruktif, diharapkan
dengan adanya laporan ini setiap mahasiswa dapat:
1. Mengetahui tingkah laku ikan sekligus sebarannya pada musim-musim
tertentu
2. Mampu mengaplikasikan penangkapan ikan dengan efektif dan efisien
3. Mampu mengembangkan teknik dan cara penangkapan ikan ditinjau dari
segi tingkah laku ikan
4. Menjaga kelestarian populasi ikan dengan mengetahui fase reproduksi
ikan tersebut.
PEMBAHASAN
A. Jenis Ikan Sidat (Anguilla sp.)
Ikan sidat termasuk dalam genus Anguilla, famili Anguillidae, seluruhnya
berjumlah 19 spesies Di wilayah Pasifik Barat (sekitar perairan Indonesia)
dikenal ada tujuh spesies ikan sidat yaitu : Anguilla celebensis dan Anguilla
borneensis, yang merupakan jenis endemik di perairan sekitar pulau
Kalimantan dan Sulawesi, Anguilla interioris dan Anguilla obscura yang
berada di perairan sebelah utara Pulau Papua, Anguilla bicolor pasifica yang
dijumpai di perairan Indonesia bagian utara (Samudra Pasifik), Anguilla
bicolor pasifica yang berada di sekitar Samudra Hindia (di sebelah barat Pulau
Sumatra dan selatan Pulau Jawa), sedangkan Anguilla marmorata merupakan
jenis yang memiliki sebaran sangat luas di seluruh perairan tropis.
B. Biologi Ikan Sidat (Anguilla sp.)
Ikan sidat termasuk dalam kategori ikan katadromus, ikan sidat dewasa
akan melakukan migrasi kelaut untuk melakukan pemijahan, sedangkan
anakan ikan sidat hasil pemijahan akan kembali lagi ke perairan tawar hingga
mencapai dewasa.
Wilayah penyebarannya meliputi perairan Indo-Pasifik, Atlantik dan
Hindia. Ikan sidat merupakan ikan nokturnal, sehingga keberadaannya lebih
mudah ditemukan pada malam hari, terutama pada bulan gelap. Adapun
klasifikasi adalah sebagai berikut :
Phylim
: Chordata
Class
: Pisces
Ordo
: Apodes
Famili
: Anguillidae
Genus
: Anguilla
Spesies
: Anguilla sp.
Ikan sidat betina lebih menyukai perairan esturia, danau dan sungai-sungai
besar yang produktif, sedangkan ikan sidat jantan menghuni perairan berarus
deras dengan produktifitas perairan yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan
bahwa perubahan produktifitas suatu perairan dapat mempengaruhi distribusi
jenis kelamin dan rasio kelamin ikan sidat. Perubahan produktifitas juga
sering dihubungkan dengan perubahan pertumbuhan dan fekunditas pada ikan
sidat jantan tumbuh tidak lebih dari 44 cm dan matang gonad setelah berumur
3-10 tahun.
Apabila sudah datang masa untuk mengadakan ruaya, ikan sidat yang
hidup dalam perairan tertutup akan keluar mencari sungai yang menuju ke
laut. Selama perjalanan sampai ke tempat pemijahan, ikan sidat tidak makan
dan mengalami perubahan akibat perjalanan tersebut. Perubahan tersebut
diantaranya adalah tubuhnya menjadi kurus, matanya membesar sampai empat
kali lipat, hidungnya semakin lancip dan warna tubuhnya berubah menjadi
warna silver. Ikan sidat mampu mencapai jarak perjalanan ruaya hingga 4000
mil. Toleransi kedalaman untuk pemijahannya yaitu pada kedalaman 400
meter, dengan suhu 16° – 17° C.
Di Indonesia ikan sidat diindikasikan berpijah di Selatan Pulau Jawa, hal
ini didasarkan terdapatya larva ikan tersebut di pantai Selatan Pulau jawa.
Seperti Pelabuahan Ratu dan Cilacap.
Sidat (Anguilla sp.) tergolong gonokhoris yang tidak berdiferensiasi, yaitu
kondisi seksual berganda yang keadaannya tidak stabil dan dapat terjadi
intersex yang spontan.
Stadia perkembangan ikan sidat baik tropik maupun subtropik (temperate)
umumnya sama, yaitu stadia leptochephalus, stadia metamorphosis, stadia
glass eel atau elver, yellow eel dan silver eel (sidat dewasa atau matang
gonad). Setelah tumbuh dan berkembang di perairan tawar, sidat dewasa
(yellow eel) akan berubah menjadi silver eel (sidat matang gonad), dan
selanjutnya akan bermigrasi ke laut untuk berpijah. Lokasi pemijahan sidat
tropis diduga berada di perairan Samudra Indonesia, tepatnya di perairan barat
pulau Sumatera
Juvenil ikan sidat hidup selama beberapa tahun di sungai-sungai dan danau
untuk melengkapi siklus reproduksinya. Selama melakukan ruaya pemijahan,
induk sidat mengalami percepatan pematangan gonad dari tekanan hidrostatik
air laut, kematangan gonad maksimal dicapai pada saat induk mencapai daerah
pemijahan. Proses pemijahan berlangsung pada kedalaman 400 m, induk sidat
mati setelah proses pemijahan
Waktu berpijah sidat di perairan Samudra Hindia berlangsung sepanjang
tahun dengan puncak pemijahan terjadi pada bulan Mei dan Desember untuk
Anguilla bicolor bicolor, Oktober untuk Anguilla marmorata, dan Mei untuk
Anguilla nebulosa nebulosa.Di perairan Segara Anakan, Anguilla bicolor
dapat ditemukan pada bulan September dan Oktober, dengan kelimpahan
tertinggi pada bulan September.
Makanan utama larva sidat adalah plankton, sedangkan sidat dewasa
menyukai cacing, serangga, moluska, udang dan ikan lain. Sidat dapat diberi
pakan buatan ketika dibudidayakan. Makanan terbaik untuk sidat pada stadia
preleptochepali adalah telur ikan hiu, dengan makanan ini sidat stadia
preleptochepali mampu bertahan hidup hingga mencapai stadia leptochepali.
C. Hubungan Distribusi dan Kelimpahan Ikan Sidat dengan Faktor
Lingkungan
Kedatangan juvenil sidat di estuaria dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan, terutama salinitas, debit air sungai, air tawar dan suhu. Sidat yang
sedang beruaya anadromous menunjukkan prilaku hyperaktif yang tinggi,
sehingga bersifat reotropis (ruaya melawan arus). Sidat juga bersifat haphobi
(menghindari massa air bersalinitas tinggi) sehingga memungkinkan ruaya
melawan arus ke arah datangnya air tawar.
Aktivitas sidat akan meningkat pada malam hari, sehingga jumlah sidat
yang tertangkap pada malam hari lebih banyak daripada yang tertangkap pada
siang hari. Hal ini menunjukkan bahwa sidat cenderung memilih habitat yang
memiliki salinitas rendah. Salinitas merupakan parameter yang paling
berpengaruh terhadap kelimpahan. Kelimpahan sidat yang paling tinggi
terjadi pada saat bulan gelap.
Ikan sidat mampu beradaptasi pada kisaran suhu 12oC-31oC, sidat
mengalami peurunan nafsu makan pada suhu lebih rendah dari 12oC. Salinitas
yang bisa ditoleransi berkisar 0-35 ppm. Sidat mempunyai kemampuan
mengambil oksigen langsung dari udara dan mampu bernapas melalui kulit
diseluruh tubuhnya. Salinitas secara tidak langsung berpengaruh terhadap gasgas terlarut dan daya racun amoniak. Semakin tinggi salinitas maka kapasitas
maksimum oksigen semakin kecil. ikan sidat mempunyai kemampuan
bernafas melalui kulit sekitar 60% dan 40% melalui insang. Apabila
konsentrasi oksigen menurun hingga 1,0 – 2,0 ppm maka ikan sidat akan
sering muncul di permukaan air. Oksigen minimal yang dibutuhkan oleh ikan
sidat sekitar 3,0 ppm, bila kurang dari itu dan suhu antara 20ºC – 23ºC akan
mengurangi nafsu makan sehingga laju pertumbuhan akan menurun.
PENUTUP
A. Simpulan
Terdapat 19 jenis ikan sidat 7 diantaranya tersebar di Perairan Indonesia.
Ikan sidat sebagai peruaya katadrom yang pergerakannya searah dengan arus pada
waktu ia di dalam sungai, tetapi jika telah sampai di laut pergerakannya aktif
untuk mencapai daerah pemijahan. Apabila sudah datang masa untuk megadakan
ruaya, ikan sidat yang hidup dalam perairan tertutup akan keluar mencari sungai
yang menuju ke laut.
Sidat (Anguilla sp.) tergolong gonokhoris yang tidak berdiferensiasi, yaitu
kondisi seksual berganda yang keadaannya tidak stabil dan dapat terjadi intersex
yang spontan.
Aktivitas sidat akan meningkat pada malam hari, sehingga jumlah sidat
yang tertangkap pada malam hari lebih banyak daripada yang tertangkap pada
siang hari. Hal ini menunjukkan bahwa sidat cenderung memilih habitat yang
memiliki salinitas rendah. Salinitas merupakan parameter
yang paling
berpengaruh terhadap kelimpahan. Kelimpahan sidat yang paling tinggi terjadi
pada saat bulan gelap.
Download