MKM Vol. 08 No. 01 Desember 2013 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir (Studi Kasus Di Puskesmas Amanuban Timur Kabupaten Timor Tengah Selatan) Tahun 2012 Onya Oki Farida Liufeto 1, Marni2, Christina Rony Nayoan3 Abstract: Colostrums is a first milk that secreted by mammary glands on the first day until third or fourth day after delivery. The purpose of this research was to identify factors that influence mother in giving colostrums to newborn baby at East Amanuban health centre, Timor Tengah Selatan Regency, 2012. This research was an analytical survey with cross sectional design. Sample of this research are mothers who have 0 – 6 months old baby. The number of sample was 88 mothers. This number is all of mother who breastfeed their babies which register at East Amanuban health centre. Statistical analysis of each variable is using multiple logistic regressions with 5% of confidence interval. Research shows that mother who give colostrums to their babies are influenced by mother’s educational background (p = 0,006) and mother’s knowledge regarding breastfeeding (p = 0,00). Moreover, others variable which are not significant in influencing mothers’ behavior are age (p = 0,143 > 0,05); number of children (p = 0,758 > 0,05); mothers’ job (p = 0,732 > 0,05), culture (p = 0,432>0,05); husbands’ support (p=0,965 > 0,05) and health officer’s support (p = 0,093 > 0,05). Keywords: Colostrums, educational background, knowledge, culture, husband support PENDAHULUAN Nutrisi bagi bayi dan anak adalah pondasi bagi pertumbuhan badan yang sehat yang pada gilirannya akan mendukung perkembangan yang optimal. Salah satu nutrisi yang terbaik bagi bayi baru lahir adalah Air susu Ibu (ASI), sebagai makanan alami yang disediakan untuk bayi (Soetjiningsih, 1997). Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat. Komposisi kolostrum ini dari hari kehari selalu berubah warnanya kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan dengan ASI matur. menyusui, sehingga mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya secara suka rela dan penuh rasa percaya diri dalam memberikan ASI kepada bayinya. Harley (1992) menambahkan bahwa faktor kepercayaan atau budaya juga sangat mempengaruhi pemberian kolostrum. Sebagai contoh kebanyakan masyarakat masih sangat berpegang teguh pada aturan budaya sehingga kolostrum tidak diberikan pada bayi akibatnya banyak bayi yang kekurangan protein, gizi sehingga banyak terjadi gizi buruk . Umur juga mempengaruhi bagaimana ibu menyusui dan mengambil keputusan dalam pemberian ASI selain itu juga Jumlah anak atau paritas sangat berpengaruh pada pemberian kolostrum. Hal ini disebabkan oleh ibu menyusui pada kelahiran anak Menurut Roesli (2008), ada beberapa pertamanya maka pengalaman ini akan pendapat yang menghambat ibu menyusui berpengaruh pada proses menyusui anak dalam memberikan kolostrum dengan berikutnya segera, diantaranya takut bayi kedinginan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui Saat ini praktek menyusui masih sangat bayinya, kolostrum tidak keluar atau jumlah memprihatinkan di Indonesia. Menurut survei kolostrum tidak memadai. Lebih lanjut Erlina demografi keluarga di Indonesia (SDKI), (2008) berpendapat bahwa pemberian lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya, kolostrum kepada bayi dipengaruhi oleh namun yang menyusui dalam satu jam tingkat pengetahuan ibu. Pengetahuan akan pertama cenderung menurun dari 8% pada membentuk sikap ibu yang positif terhadap tahun 2002 menjadi 3,7% pada tahun 2009. 1) 2) 3) Alumni Jurusan PKIP FKM Undana Staf pengajar Jurusan PKIP FKM Undana Staf pengajar Jurusan PKIP FKM Undana Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Cakupan ASI Eklusif empat bulan cenderung meningkat dari 52% menjadi 51,1% pada tahun 2009. Cakupan ASI Eklusif enam bulan menurun dari 42,4% pada tahun 2002 menjadi 32,5% pada tahun 2009. Hasil SDKI 2009 menunjukan bahwa bayi di bawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2009 (Depkes,2009). Berdasarkan hasil wawancara beberapa ibu menyusui di Puskesmas Amanuban Timur ibu-ibu menyusui mengatakan bahwa ibu-ibu tidak mengerti manfaat kolostrum, bahkan sebagian ibu ada yang langsung memberikan susu formula saat bayi berumur kurang dari empat hari dengan alasan ASI yang keluar masih sedikit, tidak mencukupi kebutuhan bayi karena dapat menimbulkan penyakit seperti perut kembung, demam dan kurangnya dukungan anggota keluarga bilamana ibu mengalami masalah sehubungan dengan pemberian ASI. Selain beberapa masalah di atas, ibu menyusui tidak memiliki perilaku yang mendukung dalam pemberian kolostrum,sehingga saat permasalahan sehubungan dengan pemberian ASI muncul, ibu menyusui lebih memilih susu formula sebagai jalan keluarnya. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang”Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian kolostrum pada bayi baru lahir (Studi kasus di Puskesmas Amanuban Timur Kabupaten Timor Tengah Selatan) tahun 2012”. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Survey Analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional study, yaitu study penelitian yang dilakukan untuk mempelajari dinamika korelasi antar variabel independen dan variabel dependen yang diobservasi sekaligus pada waktu yang sama atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya tiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini dilakukan di kecamatan Amanuban, Kabupaten Timor Tengah Selatan pada bulan Februai 2012 sampai bulan Agustus 2012. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel penelitian ini adalah total populasi penelitian yaitu semua ibu menyusui yang terdapat di Puskesmas Amanuban Timur Kabupaten Timor Tengah Selatan (Sugiyono, 2009). Besarnya sampel penelitian ini sebanyak 88 orang ibu menyusui yang mempunyai anak usia 0-6 yang berasal dari 10 desa dalam wilayah kerja puskesmas Amanuban Timur yaitu Desa Bila 10 orang, Desa Pisan 10 orang, Desa Mnelaanen 3 orang, Desa Telukh 7 orang, Desa Mauleum 13 orang, Desa Nifukiu 9 orang, Desa Sini 5 orang, Desa Tli’u 9 orang, Desa Oelet 7 orang dan Desa Oeekam 15 orang. Analisis data menggunakan program statistik komputer yang sesuai. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan terhadap satu variabel yang meliputi perhitungan jumlah dan persentase per kategori. Analisis multivariat dilakukan terhadap beberapa variabel independen terhadap HASIL PENELITIAN Kerekteristik Responeden Berdasarkan Yang Memberi Kolostrum Dan Yang Tidak Memberi Kolostrum Responden dalam penelitian ini berjumlah 88 orang ibu menyusui. Dari 88 ibu tersebut, ditemukan 56 responden member kolostrum dan 32 responden tidak memberi kolostrum. Hasil selengkapnya dapat disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Yang Memberi Kolostrum Dan Yang Tidak Memberi Kolostrum Pemberian Jumlah % kolostrum Ya 32 36,4 Tidak 56 63,6 Total 88 100 53 MKM Vol. 08 No. 01 Desember 2013 Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa signifikan pada taraf kemaknaan α = 0,05 sebagian besar responden tidak memberi antara jumlah anak ibu terhadap pemberian kolostrum yaitu sebanyak 56 ibu menyusui kolostrum pada bayi baru lahir (63,6%). Tabel 3 Distribusi Jumlah Anak Ibu Pengaruh Umur Ibu Terhadap Pemberian Terhadap Pemberian Kolostrum Di Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Wilayah Kerja Puskesmas Amanuban Timur Tahun 2012 Pembe Jumlah Anak Jumlah Sig Dari 88 ibu menyusui, ditemukan 56 N -rian (p) ≤2 >2 responden tidak memberi kolostrum dan o Kolos- N % n % N % trum diantara 56 responden tersebut, ibu yang 0,768 1 Ya 20 22,7 12 13,6 32 36,4 berumur 20-35 tahun (tidak beresiko) 2 Tidak 22 25,0 34 38,6 56 63,6 sebanyak 42 responden (47,7%), dan ibu Jumlah 42 47,7 46 52,3 88 100 yang berusia >35 tahun (usia beresiko) sebanyak 14 responden (15,9%). Pengaruh Pendidikan Ibu Dengan Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2 Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Tabel 2 Distribusi Umur Ibu Terhadap Pemberian Kolostrum Di Wilayah KerjaDari 88 ibu menyusui, ditemukan 56 Puskesmas Amanuban Timur Tahun 2012 responden tidak memberi kolostrum dan Umur ibu Jumlah Sig Pembediantara 56 responden tersebut, ibu N (p) Tidak Beresiko rian o pendidikan tinggi (lulus SMA dan perguruan beresiko KolosN % n % N % trum tinggi) yang tidak memberi kolostrum ada 3 0,143 1 Ya 24 27,3 8 9,1 32 36,4 responden (3,4%), dan ibu berpendidikan 2 Tidak 42 47,7 14 15,9 56 63,6 rendah (≤ tamat SMP) sebanyak 52 Jumlah 66 75,0 22 25,0 88 100 responden (60,2%). Selengkapnya dapat Berdasarkan hasil uji statistik dengan disajikan pada Tabel 4. menggunakan uji regresi logistik menunjukkan bahwa nilai p=0,143<0,05. Hasil tersebut menjelaskan bahwa H0 diterima dengan interpretasi tidak ada pengaruh signifikan pada taraf kemaknaan α = 0,05 antara umur ibu terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir. Pengaruh Jumlah Anak Ibu Dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Dari 88 ibu menyusui, terdapat 56 responden tidak memberi kolostrum dan diantara 56 responden tersebut, jumlah anak lebih kecil atau sama dengan dua (≤2 anak) sebanyak 22 responden (25,0%), dan pada responden yang memiliki jumlah anak lebih dari dua (> 2 anak) sebanyak 34 responden (38,6%). Selengkapnya lihat dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji regresi logistik menunjukkan nilai p=0,758>0,05. Hasil tersebut menjelaskan bahwa H0 diterima dengan interpretasi tidak ada pengaruh 54 Tabel 4. Distribusi Pendidikan Ibu Terhadap Pemberian Kolostrum Di Wilayah Kerja Puskesmas Amanuban Timur Tahun 2012 Pembe -rian Kolostrum 1 Ya 2 Tidak Jumlah N o Pendidikan Tinggi Rendah n 22 3 25 % 25,0 3,4 28,4 n 10 52 63 % 11,4 60,2 71,6 Jumlah N 32 56 88 % 36,4 63,6 100 Sig (p) = 0,006 Exp (B) = 0,083 Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji regresi logistik menunjukkan bahwa nilai p=0,006<0,05. Hasil tersebut menjelaskan bahwa H0 ditolak dengan interpretasi ada pengaruh signifikan pada taraf kemaknaan α = 0,05 antara pendidikan ibu terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir. Dengan hasil Exp atau nilai OR sebesar 0,083 artinya antara ibu yang berpendidikan tinggi memiliki kecenderungan memberikan kolostrum 0,083 kali lebih banyak dibanding ibu yang berpendidikan rendah. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Pengaruh Pekerjaan Ibu Dengan Exp atau nilai OR sebesar 8,252 artinya Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru pada ibu yang berpengetahuan baik memiliki Lahir kecenderungan 8,252 kali lebih banyak memberikan kolostrum dibanding ibu yang Dari 88 ibu menyusui, terdapat 56 responden berpengatahuan kurang. tidak memberi kolostrum dan diantara 56 ibu responden tersebut, ibu yang bekerja Tabel 6. Distribusi pegetahuan sebanyak 18 responden (20,4 %), dan ibu terhadap pemberian kolostrum di Wilayah yang tidak bekerja sebanyak 38 responden Kerja Puskesmas Amanuban Timur Tahun (43,2%). Selengkapnya dapat dilihat pada 2012 Tabel 5. Pembe Pengetahuan Jumlah Sig (p) = Tabel 5. Distribusi Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian Kolostrum Di Wilayah Kerja Puskesmas Amanuban Timur Tahun 2012 Pemb erian Kolost rum 1 Ya 2 Tidak Jumlah N o Pekarjaan Bekerja Tidak Bekerja n % N % 16 18,2 16 18,2 18 20,4 38 43,2 34 38,6 54 61,4 Jumlah N 32 56 88 % 36,4 63,6 100 Sig (p) 0,742 N o rian Kolos trum 1 Ya 2 Tidak Jumlah n Baik % 25 10 35 28,4 11,4 39,8 0,001 Kurang n % N % 7 46 53 32 56 88 36,4 63,6 100 8,0 52,2 60,2 Exp (B)= 8,252 Pengaruh Budaya Ibu Dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Dari 88 ibu menyusui, ditemukan 56 responden tidak memberi kolostrum dan diantara 56 responden tersebut, ibu yang tidak dipengaruhi oleh budaya setempat sebanyak 24 responden (27,2 %), dan ibu yang ada pengaruh budaya setempat dalam pemberian kolostrum sebanyak 32 responden (36,4%) . Selengkapnya dapat gambarkan pada Tabel 7 Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji regresi logistik menunjukkan nilai p=0,732>0,05. Hasil tersebut menjelaskan bahwa H0 diterima dengan interpretasi tidak ada pengaruh signifikan pada taraf kemaknaan α = 0,05 antara pekerjaan ibu terhadap pemberian Tabel 7. Distribusi Budaya Ibu Terhadap Pemberian Kolostrum Di Wilayah Kerja kolostrum pada bayi baru lahir. Puskesmas Amanuban Timur Tahun 2012 Pengaruh Pengetahuan Ibu Dengan Pemberi Budaya Jumlah Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru N an Tidak Ada o Kolostru N % n % N % Lahir Dari 88 ibu menyusui, ditemukan 56 responden tidak memberi kolostrum dan Diantara 56 responden tersebut, ibu menyusui dengan tingkat pengetahuan baik 10 responden (11,4 %) dan ibu yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 46 responden (52,2 %). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6. 1 2 m Ya Tidak Jumlah Sig (p) 0,431 10 24 34 11,4 27,2 38,6 22 32 54 25,0 36,4 61,4 32 56 88 36,4 63,6 100 Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji regresi logistik menunjukkan bahwa nilai p=0,431<0,05. Hasil tersebut menjelaskan bahwa H0 diterima dengan interpretasi tidak ada pengaruh signifikan pada taraf kemaknaan α Berdasarkan hasil uji statistik dengan = 0,05 antara budaya ibu terhadap menggunakan uji regresi logistik pemberian kolostrum pada bayi baru lahir. menunjukkan bahwa nilai p=0,001<0,05. Suami Dengan Hasil tersebut menjelaskan bahwa Ho ditolak Pengaruh Dukungan dengan interpretasi ada pengaruh signifikan Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru pada taraf kemaknaan α = 0,05 antara Lahir pengetahuan ibu terhadap pemberian Dari 88 responden penelitian, terdapat 56 kolostrum pada bayi baru lahir. Dengan nilai responden tidak memberi kolostrum dan 55 MKM Vol. 08 No. 01 Desember 2013 diantara 56 responden tersebut, ibu yang mendapat dukungan dari petugas kesehatan sebanyak 17 responden (19,3%), dan ibu yang tidak mendapat dukungan dari petugas kesehatan sebanyak 39 responden (44,3%) tidak memberi kolostrum. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji regresi logistik menunjukkan nilai p=0,093>0,05. Hasil tersebut menjelaskan bahwa H0 diterima dengan interpretasi tidak ada pengaruh signifikan pada taraf kemaknaan α = 0,05 antara dukungan petugas kesehatan ibu terhadap pemberian kolostrum pada bayi Tabel 8. Dukungan Petugas Kesehatan baru lahir. Terhadap Pemberian Kolostrum Di Wilayah Kerja Puskesmas Amanuban BAHASAN Timur Tahun 2012 Pengaruh Faktor Umur Ibu Dalam Dukungan Suami Jumlah Sig PembePemberian Kolostrum Pada Bayi Baru (p) N rian Mendukung Tdk menLahir o Kolosdukung trum n % n % N % Program Keluarga berencana mengajarkan 1 Ya 11 12,5 21 23,9 32 36,4 0,965 bahwa usia kawin ideal adalah usia 20 tahun 2 Tidak 8 9,1 48 54,5 56 63,6 untuk perempuan dan 25 tahun untuk lakiJumlah 19 21,6 69 78,4 88 100 laki. Sementara umur ideal seorang Berdasarkan hasil uji statistik dengan perempuan melahirkan adalah rentang usia menggunakan uji regresi logistik dari 20 tahun hingga 25 tahun. Usia dibawah menunjukkan nilai p=0,965<0,05. Hasil 20 tahun dan diatas 35 tahun adalah usia tersebut menjelaskan bahwa H0 diterima melahirkan yang penuh resiko kesehatan berpengaruh dengan interpretasi tidak ada pengaruh bagi ibu dan anak. Umur signifikan pada taraf kemaknaan α = 0,05 terhadap kesehatan reproduksi setiap wanita antara dukungan suami ibu terhadap yaitu pada kehamilan dan persalinan (Kleden, 2007). pemberian kolostrum pada bayi baru lahir. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji regresi logistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur ibu dengan pemberian kolostrum. Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuraidah tentang hubungan antara sikap suami terhadap pemberian kolostrum pada ibu post partum Kecamaran Muara Bongo jambi pada tahun 2008 dimana sebanyak 55 ibu menyusui, terdapat 35 ibu (63,6%) memiliki bayi dengan rentan umur 20 tahun sampai umur 25 tahun (tidak beresiko), dan Tabel 9 Dukungan Petugas Kesehatan 20 ibu (36,4%) memiliki bayi dengan rentan Terhadap Pemberian Kolostrum Di umur 35 tahun ke atas(usia beresiko). Wilayah Kerja Puskesmas Amanuban Pengaruh Faktor Jumlah Anak Ibu Dalam Timur Tahun 2012 Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Dukungan Petugas Jumlah Sig Lahir PembeKesehatan (p) rian Jumlah anak adalah salah satu faktor Mendukung Tdk MenKolosdukung terpenting yang mempengaruhi ibu dalam trum n % n % N % pemberian kolostrum pada bayi baru lahir. 0,093 Ya 29 33,0 3 3,4 32 36,4 Seorang ibu dengan bayi pertamanya Tidak 17 19,3 39 44,3 56 63,3 Jumlah 46 52,3 42 47,7 88 100 mungkin akan mengalami masalah ketika menyusui, yang sebetulnya hanya karena Pengaruh Dukungan Petugas Kesehatan Dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Dari 88 responden penelitian, terdapat 56 responden tidak memberi kolostrum dan diantara 56 responden tersebut, ibu yang mendapat dukungan dari petugas kesehatan sebanyak 17 responden (19,3%), dan ibu yang tidak mendapat dukungan dari petugas kesehatan sebanyak 39 responden (44,3%) tidak memberi kolostrum. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9 N o 1 2 56 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir tidak tahu cara-cara yang sebenarnya. Apabila ibu mendengar ada pengalaman menyusui yang kurang baik, yang dialami orang lain, dapat membuat ibu ragu untuk memberi kolostrum pada bayinya. Padahal, pengalaman pemberian kolostrum dan ASI matur pada kelahiran anak pertama akan berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk menyusui atau tidak pada anak berikutnya (Parinansial, 2003) pandangannya dan lebih mudah menerima ide dan tatacara kehidupan baru. Pendidikan merupakan aktifitas proses belajar mengajar yang memberikan tambahan ilmu pengetahuan, keterampilan serta mempengruhi proses berpikir secara sistematis (BKKBN, 2000). Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji regresi logistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa, ada pengaruh antara pendidikan ibu dengan pemberian kolostrum pada bayi baru lahir karena dari 88 responden yang mempunyai tingkat pendidikan rendah sebanyak 63 responden (71,6%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rendahnya pendidikan dapat berpengaruh terhadap ibu-ibu dalam memberi kolostrum. Berdasarkan hasil wawancara banyak ibu belum mengerti dan belum memahami tentang pentingnya kolostrum sehingga banyak kolostrum yang terbuang. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji regresi logistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa, tidak ada pengaruh antara jumlah anak yang dilahirkan ibu dengan pemberian kolostrum. Berdasarkan hasil wawancara, responden mengatakan bahwa kolostrum tidak berpengaruh pada kesehatan bayinya. Hal ini terbukti dengan adanya pengalaman anak pertama yang tidak diberi kolostrum, tetapi tidak ada masalah kesehatan yang dialami anak tersebut sehingga pengalaman ini akan berpengaruh ini berlanjut hingga anak kedua dan seterusnya. Penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Amanuban Timur bila Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dihubungkan dengan teori yang yang dilakukan oleh Liyas (2009) dengan dikemukakan oleh Kusuma (1992) bahwa judul keluarga dengan sikap ibu dalam pemberian kolostrum dapat dipengaruhi oleh pemberian kolostrum di wilayah Puskesmas tingkat pendidikan yang didapat secara Kecamatan Kartasura yang mengatakan formal yaitu pendidikan yang mempunyai bahwa tidak ada hubungan antara jumlah bentuk atau organisasi tertentu di sekolah anak dengan pemberian kolostrum yaitu dari atau universitas dan mempunyai organisasi 97 ibu menyusui, terdapat 33 ibu (34,0%) yang ketat dan nyata, dan pendidikan non memberi kolostrum dan 64 ibu (65,9%) tidak formal merupakan usaha khusus yang memberi kolostrum. Diantaranya, ibu dengan diselenggarakan secara khusus terorganisir jumlah anak ≤ 2 dan memberi kolostrum ada diutamakan bagi orang dewasa yang tidak 18 ibu (18,5%) sedangkan yang tidak dapat sepenuhnya mengikuti pendidikan memberi kolostrum ada 35 ibu(36,1%), pada sekolah dapat memiliki pengetahuan yang kategori ibu yang memiliki jumlah anak <2 praktis dan ketrampilan dasar yang mereka dan memberi kolostrum ada sebanyak 15 ibu perlukan sebagai warga masyarakat yang (15,4%) dan yang tidak memberi kolostrum produktif, sehingga bagi ibu-ibu menyusui ada 29 ibu (29,9%). yang pendidikan rendah dan tidak sekolah dapat diberikan pengetahuan tentang Pengaruh Faktor Pendidikan Ibu Dalam kolostrum di posyandu melalui fokus group Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru diskusi atau penyuluhan tentang pemberian Lahir kolostrum. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan Pengaruh Faktor Pekerjaan Ibu Dalam dengan persepsi seseorang terhadap Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru pentingnya sesuatu hal, termasuk pemberian Lahir kolostrum, hal ini disebabkan seseorang Pekerjaan adalah profesi atau kegiatan rutin yang berpendidikan tinggi akan lebih luas yang dilakukan sehari-hari yang mendapat 57 MKM Vol. 08 No. 01 Desember 2013 imbalan uang atau materi. Status pekerjaan dapat berpengaruh terhadap pemberian kolostrum karena adanya faktor pengaruh lingkungan kerja yang mendorong seseorang untuk memberi kolostrum sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi status dalam pemberian kolostrum (Viviroy, 2008). Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakan uji regresi logistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa, tidak ada pengaruh antara pekerjaan ibu dengan pemberian kolostrum. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Martyanti Tiala (2006) yang menyatakan bahwa ibu menyusui yang tidak bekerja mempunyai waktu yang banyak untuk memberikan ASI terutama kolostrum. Hasil penelitian yang di lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Amanuban Timur menyatakan bahwa dari 88 responden, yang tidak bekerja ada sebanyak 54 responden (61,4%) dan yang tidak memberi kolostrum ada sebanyak 38 responden. Penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun ibu-ibu menyusui tidak bekerja tetapi ibu-ibupun tidak memberi kolostrum pada bayinya. Hal ini disebabkan oleh kerena budaya setempat atau kepercayaan yang keliru yang mengatakan bahwa kolostrum kotor karena berwarna kuning, kolostrum dapat membuat bayi muntah, dapat menyebabkan sakit perut dan demam, sehingga bayi diberi madu yang dicampur dengan air hangat. dalam pemberian kolostrum pada bayi baru lahir. Penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Amanuban Timur dihubungkan dengan teori yang dikemukakan oleh Green (dalam Notoadmodjo, 2003) yakni bahwa pemberian kolostrum sendiri ditentukan dari tiga faktor yaitu : Faktor penguat yang berasal dari dalam individu ibu menyusui itu sendiri misalnya pengetahuan yang baik tentang kolostrum, lama pemberian, cara penyimpanan dan manfaat dari kolostrum serta bagaimana ibu menyusui menyikapi kolostrum itu sendiri. Faktor pendukung yang terwujud dari fasilitas kesehatan yang ada misalnya lewat media massa yang ada di Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Polindes. Faktor pendorong yang berasal dari petugas kesehatan yang bekerja di Puskesmas, dan Polindes secara langsung memberikan motivasi kepada ibu menyusui atau ibu yang baru melahirkan untuk dapat memberikan kolostrum pada bayi baru lahir (Nursalem 2001). Pengaruh Faktor Budaya Ibu Dalam Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Budaya merupakan suatu kepercayaan yang secara meluas dipegang atau perasaan serta gerakan-gerakan yang mencerminkan identitas masyarakat biologis dapat memperbesar resiko seorang bayi untuk mengalami komplikasi yang mengancam kehidupannya dalam pelaksanaan normanorma kelompok tertentu yang dipelajari dan ditanggung bersama, yang termasuk didalamnya adalah pemikiran, penuntun, keputusan dan tindakan atau perilaku seseorang. Selain itu, nilai budaya adalah suatu keinginan individu atau cara bertindak yang dipilih atau pengetahuan terhadap sesuatu yang dibenarkan sepanjang waktu sehingga mempengaruhi tindakan dan keputusan (Harley, 1952). Pengaruh Faktor Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang Dalam pemberian kolostrum faktor budaya (Notoatmodjo, 2003). pengaruhnya sangat kuat. Hasil survey UNICEF (2003), mengatakan dibeberapa Berdasarkan hasil uji statistik dalam Negara Asia Tenggara, ada praktek-praktek penelitian ini menunjukkan bahwa ada tradisional yang tidak mendukung pemberian pengaruh signifikan antara pengetahuan ibu kolostrum. Terjadi beberapa praktek 58 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir tradisional yang membubuhkan bahan manis pada mulut bayi baru lahir pada saat/ segera setelah dilahirkan atau pada massa neonatal terbukti merugikan kesehatan bayi baru lahir. Praktek-praktek tersebut akan mengurangi atau menghilangkan keuntungan pemberian kolostrum. Mitos ini akan menyebabkan banyak kolostrum yang bagus terbuang siasia. Penelitian ini dilakukan didaerah pedesaan sehingga dimungkan budaya tersebut diatas, masih ada yang mempraktekan (UNICEF 2003). Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ibu menyusui. Keluarga (suami, orang tua, mertua, apar,dan sebagainya) perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui, misalnya untuk menggantikan sementara tugas rumah tangga ibu seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah. Sedangkan Ibu dan bayi memerlukan waktu berkenalan (Notoadmdjo, 2003). Faktor sosial budaya menjadi faktor determinan. Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji regresi logistik menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara faktor budaya ibu dalam pemberian kolostrum pada bayi baru lahir, akan tetapi berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa dari 88 responden, ditemikan 54 responden dipengaruhi oleh adanya budaya setempat sehingga pada kenyataannya, ibu-ibu tidak memberi kolostrum pada bayinya dengan alasan kolostrum kotor, kolostrum sangat sedikit, kolostrum dapat menyebabkan sakit perut, demam dan menggigil sehingga bayi diberi minuman pengganti kolostrum seperti madu yang dicampur dengan air hangat. Terdapat juga ibu-ibu yang belum mengerti tentang cara pemberian dan kapan waktu yang tepat memberikan minuman pengganti. Banyak ibu beranggapan bahwa ketika bayi yang menangis setelah diberi kolostrum, menandakan bahwa bayi tersebut masih lapar dan kolostrum tidak cukup untuk bayi tersebut, didorong juga oleh kebiasaan dari keluarga ibu, yang memberikan makanan pengganti kolostrum yaitu madu yang dicampur dengan air hangat. Berdasarkan uji statistik dengan menggunkan uji regresi logistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara faktor dukungan suami dalam pemberian kolostrum pada bayi baru lahir. Hasil wawancara menunjukkan bahwa kebanyakan para suami lebih mementingkan pekerjaan mereka (bertani), sehingga tidak ada waktu untuk mengetahui keadaan bayinya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suezti (2007) dengen judul, pengaruh sikap suami terhadap pemberian kolostrum pada ibu post partum di Puskesmas Karanganyar tahun 2007 yang menyatakan bahwa dari 30 suami, ditemukan 7 suami memiliki sikap baik (mendukung) dalam pemberian kolostrum dan 23 suami memiliki sikap rendah (tidak mendukung) dalam pemberian kolostrum. Diantaranya, suami yang memiliki sikap baik (mendukung) terhadap pemberian kolostrum ada sebanyak 7 responden (23,3%) yaitu 3 responden (10,0%) tidak memberi kolostrun dan 4 responden (13,3%) memberi kolostrun. Suami yang memiliki sikap rendah (tidak mendukung) dalam pemberian kolostrum ada sebanyak 23 responden (76,6%) yaitu 16 responden (53,3%) tidak memberi kolostrum dan 7 Pengaruh Faktor Dukungan Suami Ibu responden (23,3%) memberi kolostrum. Dalam Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Pengaruh Faktor Dukungan Tenaga Green (2008) menyatakan bahwa sikap dari Kesehatan Dalam Pemberian Kolostrum suami yang mendukung ibu dalam Pada Bayi Baru Lahir pemberian kolostrum adalah selalu Peran petugas kesehatan yang sangat mengingatkan ibu agar saat bayinya lahir, penting dalam melindungi, meningkatkan dan kolostrum tidak dibuang melainkan diberi mendukung usaha menyusui harus dapat pada bayi. dilihat dari segi keterlibatannya yang luas dalam aspek sosal. Sebagai individu yang bertanggung jawab dalam gizi bayi dan 59 MKM Vol. 08 No. 01 Desember 2013 perawatan kesehatan, petugas kesehatan mempunyai posisi untuk yang dapat mempengaruhi oganisasi dan fungsi pelayanan kesehatan ibu baik sebelum, selama maupun setelah kehamilan dan persalinan. Petugas kesehatan yang terlibat pada perawatan selama kehamilan hingga bayi lahir. Sikap yang diberikan dalam pelayanan kesehatan juga penting untuk upaya menyusui, sebagai contoh petugas kesehatan dapat memberi pengaruh positif kepada ibu dan kelurga sehingga mereka memandang bahwa kehamilan, melahirkan dan menyusui sebagai suatu pengalaman yang menyenangkan (Perinasia, 1994). Menurut peneliti Rosita (2008), faktor tenaga kesehatan juga berpengaruh terhadap pemberian kolostrum. Hal ini berkaitan dengan penyediaan sarana dan prasarana serta motivasi yang tinggi bagi tenaga kesehatan untuk memberikan kolostrum bagi bayi. Sarana dan prasarana misalnya dengan adanya pojok laktasi dan selebaran mengenai arti penting kolostrum bagi ibu. Pada umumnya para ibu mau patuh dan menurut pada petugas kesehatan, sehingga nasihat yang diberikan oleh tenaga kesehatan akan diikuti oleh ibu (Rosita, 2008). Berdasarkan uji statistic dengan menggunakan uji regresi logistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara faktor dukungan petugas kesehatan dalam pemberian kolostrum pada bayi baru lahir, karena dari 88 responden penelitian yang mendapat dukungan dari suami ada sebanyak 56 responden (52,3%), akan tetapi kerena pengaruh budaya setempat atau anggapan yang keliru terhadap kolostrum sehingga kolostrum tidak diberi pada bayinya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian raidisti (2007) faktor yang berperan dalam kegagalan praktek pemberian ASI eksklusif studi di Bandung dimana adannya dukungan tenaga kesehatan tentang kolostrum akan tetapi karena adanya pengaruh budaya akhirnya kolostrum dibuang. pada 88 ibu menyusui yang mempunyai anak umur 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Amanuban Timur Kabupaten Timor Tengah Selatan disimpulkan bahwa : (1) Faktor umur ibu tidak berpengaruh terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di Puskesmas Amanuban Timur Kabupaten Timor Tengah Selatan; (2) Faktor Jumlah Anak yang dilahirkan ibu tidak berpengaruh terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di Puskesmas Amanuban Timur Kabupaten Timor Tengah Selatan; (3) Faktor pendidikan ibu berpengaruh signifikan terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di Puskesmas Amanuban Timur Kabupaten Timor Tengah Selatan; (4) Faktor Pekerjaan ibu tidak berpengaruh terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di Puskesmas Amanuban Timur Kabupaten Timor Tengah Selatan; (5) Faktor pengetahuan ibu berpengaruh signifikan terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di Puskesmas Amanuban Timur Kabupaten Timor Tengah Selatan; (6) Faktor budaya ibu tidak berpengaruh terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di Puskesmas Amanuban Timur Kabupaten Timor Tengah Selatan; (7) Faktor dukungan suami tidak berpengaruh terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di Puskesmas Amanuban Timur Kabupaten Timor Tengah Selatan; (8) Faktor dukungan petugas kesehatan tidak berpengaruh terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di Puskesmas Amanuban Timur Kabupaten Timor Tengah Selatan DAFTAR PUSTAKA Aprillia, Yesie 2005, Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Almul 2002, ASI Ekslusif Pada Bayi di Desa Sadang Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus, Semarang: Universitas Negeri Semarang Arikunto, Suharsimi, 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. Bujang,s A. 1994. Seputar Kebudayaan Masyarakat NTT. Bandung : Rineka Cipta. Bidan di Kabupaten Klaten, Semarang: Universitas Diponegoro SIMPULAN Coad, Jane. 2007. Anatomi dan fisiologi Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk bidan. EGC, Jakarta 60 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Coad, McNielly. 2007. Cara menytusui pada bayi. EGC. Jakarta. Dinas Kesehatan Kabupaten Timor tengah Selatan. Laporan Tahunan. 2010 Dinkes Provinsi NTT. 2003. Pedoman Pelayanan Gizi Di puskesmas Perawatan. Kupang Erlina, 2008 faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI secara dini pada bidan praktek swasta di kabupaten Boyolan. Skripsi diploma IV keperawatan pendidikan program khusus bidan pendidikan kedokteran. Universitas Gajah mada. Jogyakarta. Ertni, Harley. 1952. Beberapa masalah dalam kolostrum. WWW. Geocities. Com/yesemite/rapids/17444/cklbbmml. Htm/ diakses tanggal 21 oktober 2011. Hubertin srip, 2004. Konsep penerapan ASI eksklusif. EGC. Jakarta Hendry, Nursalem. 2001. Skripsi: factorfaktor yang mempengaruhi sikap ibu dalam pemberian ASI Eksklusif Di kabupaten Alor 2004 Koremidju, Maria. 2007. Skripsi: angka kesembuhan cute rate penderita Tb paru di Kota Kupang Tahun 2005. Levi, Judy. 1991. Petunjuk Menyusui, Jakarta: Dian Rakyat Muchtadi, Dedy. 2002. Gizi Untuk Bayi Air Susu Ibu, Susu Formula dan Makanan Tambahan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Notoadmodjo, Soekdjo. 2005. Promosi Kesehatan. Teori dan Aplikasi, Jakarta: Rineka Cipta ________, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta ________, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka Cipta. ________, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. ________, 2003. Pengantar Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Yogyakarta: Andi Offset Puskesman Amanuban Timur. Laporan Tahunan. 2010 Puskesmas Amanuban Timur. Laporan Tahunan 2012 Path, Yuyun Dan Haryati. 2004. Praktek pemberian kolostrum, pusat pembelajaran. Arcane. Jakarta. Parisia, 1994 melindungi, meningkatkan dan mendukung menyusui: peran khusus pada pelayanan kesehatan ibu hamil dan menyusui. Jakarta. Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI. Kebijakan Departemen Kesehatan Tentang Peningkatan Pemberian ASI Pekerja Wanita, 2005 Rulina Suradi, dan Hesti Kristina, 2004. Manajemen Laktasi. Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia. Jakarta Soetjiningsih. 1997. ASI petunjuk untuk tenaga kesehatan. EGC. Jakarta Susi. Purwoko, 2004. Kehamilan dan kelahiran. Arce. Jakarta Sry, Purwanti. 1997. ASI untuk bayi baru lahir. Alfabeta. Bandung Stoppard, Miriam. 1999. Minggu-Minggu Pertama Kehidupan, Jakarta: Penerbit Arcan 61