BAB 2 Tinjauan Pustaka

advertisement
BAB 2
Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang
digunakan peneliti terkait dengan penelitian yang dilakukan, dan dapat
menjadi landasan teoritis untuk mendukung penelitian ini. Teori-teori yang
terdapat dalam bab ini diantaranya teori mengenai perilaku seksual remaja
serta beberapa tinjauan pustaka terkait dengan variabel penelitian.
2.1 Perilaku
2.2.1 Konsep Perilaku dan Modelling
Dalam psikologi perilaku didefinisikan sebagai semua
tindakan yang tampak pada seseorang dan dapat diukur (Lahey,
2009).
Selanjutnya Bandura (1977) mengemukakan perilaku
merupakan hasil yang dipelajari individu dari lingkungannya.
Bandura
mempercayai
bahwa
individu
mengamati
dan
mempelajari perilaku orang lain dalam berperilaku. Salah satu
proses utama pembelajaran individu adalah dengan pembelajaran
observasional atau yang lebih dikenal dengan modelling.
Modelling merupakan proses pembelajaran dengan melihat dan
memperhatikan perilaku orang lain kemudian menirunya. Menurut
Bandura (1977) perilaku yang dimunculkan ketika seseorang
melakukan pembelajaran lewat modelling cenderung menyerupai
dan bahkan sama dengan perilaku yang ditirunya.
Bandura (1977) mengidentifikasi empat tahapan dalam
terjadinya modelling yang efektif, yaitu:
a. Attention
merupakan
memperhatikan
dipelajarinya.
proses
tingkah
Contohnya
memperhatikan
bagaimana
laku
ketika
cara
dimana
individu
seseorang
untuk
seorang
remaja
teman-temannya
berkomunikasi kemudian menirunya.
b. Retention yakni proses dimana individu mengingat dan
menyimpan pola perilaku yang akan ditirunya. Contohnya
7
8
ketika remaja mengingat bagaimana teman-temannya
melakukan aktifitas seksual dengan pasangannya, maka ia
akan mengingat dan menyimpan pola perilaku tersebut
saat ia memiliki pasangan.
c. Reproduction ialah proses dimana individu menampilkan
apa yang telah diingatnya dalam bentuk perilaku nyata.
Contohnya seorang remaja yang telah mengingat temantemannya melakukan aktifitas berpegangan tangan, maka
ketika ia memiliki pasangan ia juga melakukan aktifitas
yang sama.
d. Motivation merupakan motif yang dimiliki individu dan
motif tersebut menjadi penguatan perilaku yang telah
dipelajari dan akan ditirunya. Ketika individu memiliki
motivasi yang tinggi, maka perilaku cenderung akan lebih
sering ditampilkan. Contohnya ketika remaja melihat
pujian terhadap teman sebayanya yang telah melakukan
perilaku aktifitas seksual maka pujian tersebut menjadi
salah satu motivasinya untuk meniru perilaku aktifitas
seksual tersebut.
Agar lebih mudah dipahami, berikut adalah bagan
tahapan dari modelling perilaku yang dikemukakan oleh Bandura
(1977):
ATTENTION
RETENTION
MOTIVATION
REPRODUCTION
Gambar 2.1
Tahapan Modelling Perilaku Bandura (1977)
9
2.2 Perilaku Seksual Pranikah
Perilaku seksual pranikah menurut Sarwono (dalam Taufik,
2013) adalah aktifitas seksual yang dilakukan dengan lawan jenis tanpa
adanya ikatan pernikahan yang resmi baik secara agama maupun
hukum. Tingkah laku seksual
biasanya bersifat meningkat atau
progresif. Biasanya diawali dengan necking (berciuman sampai kearah
dada), kemudian diikuti oleh petting (saling menempelkan alat
kelamin). Kemudian hubungan intim, atau pada beberapa kasus, seks
oral, yang secara besar meningkat pada masa remaja selama beberapa
tahun belakangan ini (DeLamater & MacCorquodale, dalam King,
2009).
Perilaku seksual timbul sebagai akibat dari dorongan atau
hasrat dalam diri individu yang merasa tertarik dengan lawan jenisnya.
Hubungan seksualitas antar individu tidak hanya melibatkan alat
kelamin tetapi juga terdapat peran psikologis dan emosi didalamnya
(Naedi, 2012). Selanjutnya Duvall & Miller (1985) membagi aktivitas
seksual dalam empat kategori yakni:
a. Touching adalah aktivitas yang dilakukan sebagai salah satu
cara untuk membangkitkan dorongan seksual dengan meraba
atau memegang daerah-daerah sensitif lawan jenis.
b. Kissing adalah aktivitas yang dilakukan antara lawan jenis
guna membangkitkan dorongan seksual dengan adanya
kontak antara mulut dengan anggota tubuh lawan jenis.
c. Petting adalah upaya membangkitkan dorongan seksual antar
jenis kelamin dengan saling menyentuhkan alat kelamin
tanpa melakukan aktivitas penetrasi.
d. Sexual Intercourse adalah hubungan seksual yang dilakukan
dengan memasukkan alat kelamin pria kedalam alat kelamin
wanita.
Menurut Irawati (dalam Taufik, 2013) remaja cenderung
melakukan berbagai macam perilaku seksual beresiko yang dapat
menuju ke perilaku seks pranikah. Perilaku seks pranikah merupakan
10
aktifitas seksual yang dilakukan dengan lawan jenis tanpa adanya
ikatan pernikahan yang resmi baik secara agama maupun hukum.
Nanggala (dalam Naedi, 2012) menambahkan perilaku seks pranikah
remaja dapat diartikan sebagai pola perilaku seks yang dilakukan
secara bebas, tanpa batasan, dan tidak terikat oleh ikatan pernikahan
baik secara agama maupun hukum.
Perilaku seks pranikah dipandang sebagai suatu larangan
karena tidak sesuai dengan ajaran dan norma-norma yang ada di
masyarakat. Secara psikologis perilaku seks pranikah remaja pada
dasarnya adalah normal karena prosesnya diawali dari rasa ketertarikan
kepada orang lain, selanjutnya muncul gairah dan diikuti oleh puncak
kepuasan dan diakhiri dengan ketenangan (Naedi, 2012).
2.3 Modelling Perilaku Seksual Pranikah
Dalam teori modelling yang dikemukakan Bandura (1977)
peneliti mengaitkan modelling dengan perilaku seksual pranikah.
Sehingga didapatkan bahwa modelling perilaku seksual pranikah
dalam penelitian ini adalah meniru aktivitas seksual pranikah orang
lain dengan melibatkan empat proses modelling, yakni attention,
retention, reproduction, dan motivation.
2.4 Remaja
2.4.1 Pengertian Remaja
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak
menjadi dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif,
dan sosio-emosional (Santrock, 2003). Secara umum Pierce &
Cheney (2003) membagi
remaja menjadi dua bagian yakni,
remaja awal dan remaja akhir. Remaja awal dimulai dari umur
13-15 tahun sementara itu remaja akhir berusia 15-17 tahun.
Santrock (2003) menilai pada masa ini, remaja mengalami
sejumlah perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pubertas
dan hormon demi menuju tahap masa dewasa. Selain itu juga ia
11
mengatakan perubahan tersebut meliputi perkembangan dan
perubahan fisik, perubahan hormonal, kematangan seksual, dan
lainnya
Anna Freud
sejumlah
(dalam
Santrock,
perubahan-perubahan
2003) menambahkan
tersebut
juga
akan
mempengaruhi hubungan remaja dengan orang tua serta
perkembangan psikoseksualnya. Selama tahap ini remaja
dihadapkan pada peran-peran baru dan status dewasa yang
menyangkut didalamnya seperti pekerjaan dan asmara.
2.4.2 Perkembangan dan Perubahan Fisik
Pubertas yang dialami pada masa remaja mempengaruhi
perkembangan fisik dan hormonal yang biasanya terjadi pada
remaja awal. Perkembangan fisik yang umumnya muncul yakni
perkembangan tinggi dan berat badan. Secara spesifik pada remaja
laki-laki seperti
perubahan suara dan pada remaja perempuan
diawali dengan menarche atau menstruasi pertama dan pinggul
yang lebih lebar. Selain itu remaja perempuan mengalami
pertumbuhan cenderung lebih cepat dari remaja laki-laki
(Santrock, 2003).).
2.4.3 Kematangan Seksual
Pubertas yang biasanya diawali pada masa remaja awal
ditandai dengan kematangan secara seksual seperti, mimpi basah
atau ejakulasi pertama, mulai tumbuh rambut dibagian wajah.
Sedangkan umumnya karakteristik kematangan seksual pada
remaja perempuan adalah payudara membesar, tumbuhnya rambut
dibagian ketiak, pinggul yang membesar (Santrock, 2003).
2.4.4 Perkembangan Sosial
Perkembangan
kognitif
remaja
tidak
terlepas
dari
perkembangan lingkungan sosialnya. Kurt Fischer (dalam
12
Santrock, 2003) mengemukakan remaja mampu memisahkan dua
gagasan abstrak yang berbeda sekaligus dalam dua konteks yang
berbeda pula. Masa remaja ini mencaku sejumlah perubahan besar
dalam cara berpikir dan menalar mengenai dirinya dan orang lain.
Kohlberg
(dalam
Santrock,
2003)
menambahkan
selain
kematangan biologis, pengalaman berinteraksi antara remaja
dengan lingkungannya akan menghasilkan tahap cara berpikir
seseorang.
2.4.5 Remaja dan Teman Sebaya
Dalam perkembangan sosial masa remaja, relasi yang
paling menonjol adalah teman sebaya. Dikatakan Bandura (1977)
bahwa
suatu
perilaku
merupakan
hasil
pengamatan
dari
lingkungan, salah satunya adalah teman sebaya. Kelompok teman
sebaya atau peer group adalah kelompok pertemanan antara
seseorang dengan orang yang tingkat usia dan tingkat kedewasaan
yang sama (Santrock, 2003). Interaksi antara remaja dengan teman
sebaya dapat menjadi positif atau negatif. Piaget dan Sullivan
(dalam Santrock, 2003) menekankan bahwa melalui interaksi
teman sebayalah anak dan remaja belajar mengenai pola hubungan
timbal balik dan setara. Santrock (2003) menambahkan remaja
juga belajar mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman
sebaya
mengenai
suatu
perspektif
dengan
tujuan
agar
memudahkan proses penyatuan dirinya kedalam aktifitas teman
sebaya yang sedang berlangsung.
Salah satu proses penyatuan diri remaja dengan
kelompoknya adalah dengan meniru perilaku teman-temannya.
Grinman (2002) mengatakan hubungan antara remaja dengan
teman sebaya dapat diukur dengan melihat belonging, yakni
bagaimana perasaan kecocokan antara ia dan kelompok tersebut
dan acceptance yaitu bagaimana penerimaan anggota kelompok
13
teman sebaya terhadapnya. Biasanya keinginan untuk meniru
teman sebayanya menjadi sangat kuat ketika masa remaja.
Dalam masa remaja modelling memiliki berbagai jenis,
salah satunya diantaranya adalah modelling dalam hal perilaku
seks pranikah. Cohen dan Shotland (dalam King, 2009)
menekankan bahwa semakin banyak teman-teman sebaya yang
sudah melakukan aktifitas seksual maka semakin memungkinkan
seorang remaja akan meniru dan bertindak hal serupa. Remaja
mempelajari dan memahami perilaku-perilaku apa saja yang dapat
diterima didalam kelompok mereka dengan memperhatikan
teman-teman mereka dalam berperilaku, cara berpakaian, cara
berpacaran
(Howard,
2004).
Selanjutnya
Howard
(2004)
menjelaskan teman sebaya memberikan tanggapan berupa
komentar atau pujian terkait perilaku tertentu yang dilakukan
remaja. Hal ini akan berdampak pada kecemasan yang disebabkan
ketika remaja memprediksi bagaimana tanggapan teman sebaya
terhadap perilaku tertentu yang akan dilakukannya. Darling (dalam
Howard, 2004) menjelaskan bahwa kesadaran diri remaja yang
berasal dari kecemasan mengenai tanggapan teman sebaya akan
berdampak pada timbulnya perilaku yang dipengaruhi oleh teman
sebaya.
Menurut Jessor (dalam Santrock, 2003) remaja yang
sangat tergantung pada teman-teman sebayanya dan tidak banyak
terlibat dengan keluarganya cenderung lebih memiliki keterlibatan
terhadap aktivitas seksual pranikah. Banyak faktor yang menjadi
motivasi remaja dalam berperilaku seksual pranikah (Rathus,
Nevid, dan Rathus, 2009). Peplau (dalam Rathus, S., Nevid, J.,
Rathus, L., 2009) menyebutkan pubertas menjadi salah satu faktor
gairah seksual muncul, setidaknya pada remaja laki-laki.
National Health and Social Life Survey (dalam Rathus,
S., Nevid, J., Rathus, L., 2009) mengatakan alasan utama remaja
mulai melakukan perilaku seksual pranikah adalah karena rasa
14
ingin tahu dan merasa sudah siap dalam melakukan sejumlah
aktivitas seksual. O’Donnell (dalam Rathus, S., Nevid, J., Rathus,
L., 2009) menyebutkan motivasi lain yang mendasari perilaku
seksual pranikah pada remaja. Diantaranya adalah perasaan cinta,
keinginan untuk mendapatkan kesenangan, konformitas terhadap
norma-norma dalam kelompok teman sebaya, perasaan ingin
diakui oleh teman-teman sebayanya.
Rathus, Nevid, dan Rathus (2009) menambahkan ketika
remaja
aktivitas
memiliki teman yang sudah terlibat dalam sejumlah
seksual,
khususnya
intercourse
cenderung
akan
melakukan hal serupa. Mereka juga menambahkan pada masa
remaja, teman sebaya menjadi sumber informasi utama mengenai
seksualitas. Disamping itu juga Langille & Curtis (dalam dalam
Rathus, S., Nevid, J., Rathus, L. 2009) mengatakan pentingnya
menjalin hubungan yang komunikatif antara orang tua dan remaja.
2.5 Kerangka Berpikir
Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa. Menurut Pierce & Cheney (2003) remaja
terbagi menjadi dua kelompok, yaitu 13-15 tahun disebut sebagai
remaja awal dan uaia 15-17 tahun disebut sebagai remaja akhir. Pada
masa ini remaja khususnya masa remaja awal, mengalami sejumlah
perubahan yang meliputi perubahan biologis, kognitf, dan sosioemosional. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh pubertas. Salah
satu ciri perubahan-perubahan dalam masa pubertas pada remaja lakilaki seperti ditandai adanya perubahan suara dan mimpi basah,
sedangkan pada remaja perempuan dapat dilihat salah satu cirinya
yakni mengalami menarche yakni menstruasi pertama dan ruang
panggul yang melebar (Santrock, 2003).
Selain itu Santrock (2003) menambahkan perubahan lain yang
tampak yakni pada perubahan sosio-emosional yang salah satunya
ditandai dengan keinginan remaja untuk meluangkan lebih banyak
15
waktu dengan teman-teman sebayanya, dan umumnya percakapan
yang terjadi antara remaja akan lebih intim dan mendalam.Teman
sebaya memiliki peranan penting dalam kehidupan remaja karena
pada masa ini remaja belajar dan mulai mengamati pandangan serta
minat teman-temannya. Hal ini dilakukan agar ia mudah beradaptasi
dengan kelompok teman-temannya. Tidak jarang pula salah satu cara
remaja beradaptasi adalah dengan meniru perilaku teman-temannya
(Santrock, 2013).
Perilaku meniru dalam psikologi dikenal juga dengan modelling
yakni proses pembelajaran dan memperhatikan perilaku orang lain
kemudian menirunya (Bandura, 1977). Bandura percaya bahwa suatu
perilaku
merupakan
hasil
pembelajaran
seseorang
terhadap
interaksinya dengan diri sendiri dan lingkungan sekitar. Perilaku
terdiri dari berbagai jenis, salah satunya adalah perilaku seksual
pranikah yang merupakan perilaku yang dapat diamati dan termasuk
dalam kategori perilaku terbuka. Perilaku seksual pranikah menurut
Sarwono (dalam Taufik, 2013) merupakan aktifitas seksual yang
dilakukan antara lawan jenis tanpa adanya ikatan pernikahan baik
secara agama maupun hukum. Umumnya remaja terlibat dalam
sejumlah aktivitas seksual yang dapat mengarah kepada perilaku seks
pranikah, hal ini salah satunya disebabkan oleh pubertas (Santrock,
2012). Selain itu menurut Berger (1998) pada setiap proses
perkembangan, remaja cenderung lebih aktif secara seksual terutama
pada remaja awal.
Remaja yang telah matang secara seksual memiliki keinginan
untuk berinteraksi dan menjalin hubungan yang lebih bermakna
dengan lawan jenisnya. Menurut Collins dan Loursen (dalam Prihatin,
2007) umumnya remaja cenderung lebih terbuka dan percaya kepada
teman
sebayanya
dalam
menceritakan
dan
menyelesaikan
masalahnya. Remaja umumnya mengamati pandangan dan minat
teman-temannya, sehingga remaja memiliki keinginan dalam dirinya
untuk menyamakan pandangan dan minat dengan teman-temannya.
16
Salah satu cara remaja menyamakan pandangan dan minatnya adalah
dengan meniru perilaku seksual pranikah yang dilakukan temantemannya. Selain itu Prihatin (2007) menambahkan peran teman
sebaya dapat juga dianggap sebagai salah satu motivasi dan
pembentukan identitas diri seorang remaja dalam melakukan
sosialisasi khususnya ketika menjalin asmara dengan lawan jenis.
Pernyataan-pernyataan tersebut didukung oleh sikap remaja
yang menyatakan setuju terhadap perilaku seks pranikah di kota-kota
besar Indonesia. Selain itu pula dalam pemberitaan media massa yang
dilansir oleh Yulianto (2010) terdapat 18 remaja perempuan di salah
satu sekolah menengah pertama di Jakarta yang menjadi pekerja seks
komersil. Selanjutnya ditemukan juga video asusila yang dilakukan
oleh pelajar SMP di Jakarta (Romadoni, 2013). Hal ini sangat
memprihatinkan mengingat peririlaku seks pranikah tersebut dapat
memicu sejumlah penyakit menular seksual seperti syphilis,
gonorrhea, herpes dan bahkan HIV/AIDS (Candra, 2014).
Perilaku seks pranikah remaja yang memprihatinkan saat ini
banyak didukung oleh berbagai macam faktor, salah satunya karena
meniru perilaku seksual pranikah teman sebayanya. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran modelling
perilaku seksual pranikah
dan bentuk-bentuk perilaku seksual
pranikah remaja SMPN “X” di Jakarta.
17
Remaja
Perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional
Remaja matang secara seksual dan memiliki keinginan untuk meluangkan
lebih banyak waktu dengan teman-teman
Aktivitas dan percakapan yang muncul antara remaja dan teman sebaya
lebih intim dan mendalam
Modelling perilaku seksual
pranikah
Bentuk-bentuk Perilaku Seksual Pranikah:
Touching, kissing, petting, sexual intercourse
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir Penelitan
Download